PENGESAHAN INSTANSI. 1. Tempat Prakerin : KANTOR PENGADILAN AGAMA BREBES Jl. Yos Sudarso No. 6, Telp/Fax (0283)
|
|
- Widya Sucianty Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGESAHAN INSTANSI 1. Tempat Prakerin : KANTOR PENGADILAN AGAMA BREBES Jl. Yos Sudarso No. 6, Telp/Fax (0283) Nama Pelaksana : 1. Ayu Andriyani (3AK) 2. Hening Lignawati (3AK) Menyetujui dan Mengesahkan Brebes, September 2011 Mengetahui Ketua Pengadilan Agama Brebes, Pembimbing, Ttd. Ttd. Drs. H. MASYKURIN HAMID, S.H, MSI S A Y A D I, S.H, M.H Nip Nip
2 PENGESAHAN SEKOLAH Tempat Prakerin : KANTOR PENGADILAN AGAMA BREBES Jl. Yos Sudarso No. 6, Telp/Fax (0283) Nama Pelaksana : 1. Ayu Andriyani (3AK) 2. Hening Lignawati (3AK) Ketua Program Pembimbing Ttd Ttd. TAFRIDA, S.Pd HIDAYATI, S.Pd Mengetahui Kepala SMK Karya Bhakti Brebes Ttd. H. FATONI, Bsc 2
3 MOTTO 1. Kebanggaan yang murni dari seseorang yang bekerja tidak terletak pada jumlah upah, melainkan karena nilai dan hasil karya. 2. Hidup kita tidak akan pernah berubah menjadi yang lebih baik dari masa yang lalu, jika kita tidak pernah mau merubah kearah perbaikkan. 3. Jadikan ilmu sebagai panduan beragama, pengalaman sebagai hikmah beragama dan pikiran keindahan beragama. 3
4 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas terselenggaranya karya tulis pada Kantor Pengadilan Agama Brebes dengan selamat, sehingga penulis karya tulis ini dapat diselesaikan dengan lancer. Adapun tujuan karya tulis ini adalah sebagai syarat untuk menempuh Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Karya Bhakti Brebes, tahun ajaran 2011/2012. Dalam hal ini, penulis sangat berterima kasih kepada pihak yang telah member saran-saran sehingga tersusunlah karya tulis ini. 1. Bapak Fatoni, Bsc, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Karya Bhakti Brebes. 2. Bapak Drs. Masykurin Hamid, SH. MSI, selaku Ketua Pengadilan Agama Brebes. 3. Ibu Tafrida, S.Pd, selaku Ketua Program Akuntansi. 4. Ibu Hidayati, S.Pd, selaku Pembimbing Sekolah. 5. Bapak Sayadi, SH, MH, selaku pembimbing Instansi. Selama pengumpulan data-data penulis mendapat bantuan yang sangat berarti dan berguna untuk menyusun karya tulis. Untuk itu, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih. Brebes, September
5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... Halaman Pengesahan Instansi... Halaman Pengesahan Sekolah... Motto... Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii iii iv v vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Prakerin... 1 B. Tujuan Praktek Kerja Akuntansi... 1 C. Hasil Kerja Laporan Standar Kompetensi Akuntansi... 1 BAB II SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PENGADILAN AGAMA BREBES... 3 A. Masa Sebelum Penjajahan... 3 B. Masa Penjajahan Belanda... 3 C. Masa Pendudukan Jepang... 4 D. Masa Sesudah Kemerdekaan Sampai Masa Pemerintahan Orde Baru... 4 E. Masa Pemerintahan Reformasi Pembangunan... 6 F. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Brebes... 8 BAB III PENGELOLAAN DOKUMEN... 9 A. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar... 9 B. Penyimpanan Dokumen C. Penemuan Kembali Dokumen BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN
6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prakerin Praktek kerja industri sangat penting dan merupakan program yang dicanangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) guna membekali para siswa dalam menghadapi dunia kerja yang tujuannya untuk menciptakan tenaga kerja yang berpotensi dan mampu bersaing di era globalisasi. B. Tujuan Praktek Kerja Akuntansi Tujuan diadakannya Prektek Kerja Industri adalah sebagai berikut : 1. Mengenalkan para siswa pada aspek-aspek usaha yang potensial pada sunia usaha, antara lain melalui pengetahuan tentang 2. Menumbuh kembangkan sikap potensial yang diperlukan siswa dalam memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya. 3. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan teknologi dari lapangan kerja di sekolah. 4. Memberikan suatu peluang penempatan tenaga kerja dan kerja sama dalam dunia kerja. 5. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memasyarakatkan lingkungan kerja yang sesungguhnya, baik sebagai pekerja maupun sebagai yang disiplin kerja. C. Hasil Kerja Laporan Standar Kompetensi Akuntansi 1. Informasi yang didapat. Mengetahui tentang pengelolaan transaksi keuangan perkara, dan transaksi keuangan Dipa Di Pengadilan Agama Brebes, telah dikelola keuangan bagi para pihak atau orang yang berperkara. Di Pengadilan Agama Brebes dengan membayar uang perkara bagi orang yang akan mengajukan gugatan perceraian dll. 6
7 Dengan pembayaran melalui Bank Muamalat, Kemudian di daftarkan di kasir dan selanjutnya di distribusikan ke buku-buku induk keuangan pekara, buku jurnal keuangan perkara, buku bantu. Dari buku bantu tersebut sebagai pencatat segala transaksi pengeluaran keuangan. Contoh buku-buku di bagian perkara : Buku induk keuangan perkara. Buku jurnal perkara. Buku bantu. Sedangkan buku-buku di bagian pengelolaan Anggaran Negara ( Dipa ) telah ada kas umum, buku Bank, buku bantu, buku rekening Bank. Dalam prakteknya buku-buku tersebut untuk melihat segala transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran anggaran Negara untuk kegiatan operasional kantor Pengadilan Agama Brebes. 2. Informasi yang lain yang di dapat adalah: a. Mengetahui bahwa Brebes merupakan Kabupaten yang memiliki tingkat perceraian yang nomor dua di Jawa Tengah setelah kabupaten Cilacap dengan angka rata-rata 250 perkara setiap bulannya terdiri atas: * Perkara cerai gugat. * Perkara cerai talak. * Dan perkara perdata lainnya. b. Mengetahui bahwa permasalahan perceraian yang terbanyak adalah cerai gugat ( Cerai yang di gugat oleh pihak perempuan terhadap pihak laki-laki.) c. Mengetahui bahwa penyebab perceraian terbanyak adalah permasalahan ekonomi. 7
8 BAB II SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PENGADILAN AGAMA BREBES A. Masa Sebelum Penjajahan Sebelum Islam datang ke Indonesia, telah ada dua macam peradilan, yaitu Peradilan Perdata dan Peradilan Padu. Peradilan Perdata mengurusi perkara-perkara yang menjadi urusan raja, sedangkan Peradilan Padu mengurusi yang lainnya. Dua macam peradilan tersebut muncul akibat dari pengaruh peradaban Hindu yang masuk ke Indonesia. Hal ini dapat ditelusuri lewat penggunaan istilah Jaksa yang berasal dari India yang diartikan sebagai pejabat yang menjalankan peradilan. Dengan masuknya agama Islam di Indonesia pada abad 7 masehi, maka terjdi perubahan dalam masyarakat dalam kehidupan sehari-hari khusunya dalam pelaksanaan hukum Islam, yang siambil dari norma-norma hukum yang bersumber dari Al Quran dan Hadist serta kitab-kitab Fiqih. Hal ini akan membawa pengaruh besar dalam perkembangan tata hukum di Indonesia. Dari catatan sejarah maka Sultan Agung (Raja Mataram) yang pertama kali mengadakan perubahan di dalam tata hukum di bawah pengaruh Islam. Perubahan ini diantaranya merubah istilah peradilan perdata menjadi peradilan surambi. Begitu pula dengan tempat dan pelaksanaannya yang semula peradilan perdata dilakukan di Stinggil dan dilaksanakan oleh Raja, kemudian dialihkan ke surambi Masjid Agung dan dilaksanakan oleh para penghulu yang dibantu oleh para Alim Ulama. Pada perkembangan berikutnya yaitu pada masa akhir Pemerintahan Mataram muncul tiga macam peradilan yaitu Peradilan Agama, Peradilan Drigama dan Peradilan Ulaga. Peradilan agama mengadili perkara atas dasar hokum Islam, peradilan drigama mengadili perkara berdasarkan hukum Jawa Kuno yang telah disesuaikan dengan hukum setempat, sedangkan peradilan cilaga adalah semacam pengadilan wasit khusus mengenai sengketa perniagaan. Hal ini terus berlangsung sampai penjajah Belanda / VOC datang ke Indonesia. B. Masa Penjajahan Belanda 8
9 Sebagaiman telah dikemukakan bahwa lembaga peradilan Islam sebagai pengadilan hokum yang berdiri sendiri telah ada dan telah mempunyai kedudukan yang kuat di masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan munculnya kerajaankerajaan Islam di wilayah nusantara yang melaksanakan hukum Islam dan melembagakan system peradilannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan sistem pemerintahan di wilayah kekuasaannya pasa masa pemerintahan Hindia-Belanda. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum Badan Peradilan Agama adalah Staatsblad 1882 Nomor 152 Jo Staatsblad 1937 Nomor 116 dan 610 yaitu meliputi agama di seluruh wilayah Jawa dan Madura, sedangkan untuk wilayah luar Jawa dan Madura yaitu Banjarmasin dan Kalimantan Selatan dengan nama kerapatan Qadi untuk pengadilan tingkat pertama, sedangkan untuk tingkat banding bernama kerapatan Qadi Besar. Untuk daerah-daerah lainnya dengan nama Peradilan Agama / Mahkamah Syari ah untuk tingkat pertama, sedangkan untuk tingkat banding bernama Mahkamah Syari ah Propinsi. C. Masa Pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, Pengadilan Agama dan Mahkamah Islam Tinggi mengalami masa kesulitan meslipun tidak berlangsung lama yaitu pada pertengahan Maret 1942 Mahkamah Islam Tinggi harus ditutup tidak diperbolehkan sidang. Begitu pula dengan kantornya disegel. Akan tetapi tidak berapa lama yaitu pada tanggal 18 Mei 1942 Mahkamah Islam Tinggi dibuka kembali dengan nama Kaikyoo Kootoo Hooin sedangkan untuk pengadilan agama bernama Sooryo Hooin. D. Masa Sesudah Kemerdekaan Sampai Masa Pemerintahan Orde Baru Setelah Indonesia merdeka, atas usul Menteri Agama yang disetujui oleh Menteri Kehakiman, Pemerintah menyerahkan Mahkamah Islam Tinggi dari Menteri Kehakiman kepada Kementrian Agama melalui Penetapan Pemerintah Nomor 5 sampai dengan tanggal 26 Maret Peraturan sementara mengatur tentang peradilan agama tercantum dalam verordering tanggal 8 November 1946 untuk Jawa dan Masura. Sementara itu peradilan agama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur tetap tunduk pada peraturan lama staatsblad 1937 omor 610. Pada tahun 1948 keluarlah undang-undang nomor 14 tahun 1948 tentang susunan dan kekuasaan badan kehakiman dan kejaksaan. Dalam undang-undang ini, kewenangan Pengadilan Agama dimasukkan dalam Pengadilan Umum secara istimewa diatur dalam pasal 35 ayat (2) dan pasal 33. Lahirnya undang-undag ini mendapat reaksi 9
10 keras dari berbagai pihak terutama dari para ulama dari Sumatra seperti Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan yang menolak kehadiran undang-undang tersebut. Mereka menginginkan agar Mahkamah Syari ah yang sudah ada tetap berjalan. Dalam rangka untuk memenuhi ketentuan pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, maka pada tahun 1964 keluarlah undang-undang nomor 19 tahun 1964 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman yang kemudian diganti dan disempurnakan dengan undang-undang nomor 14 tahun 1970 dimana dalam pasal 10 undang-undang nomor 14 tahun 1970 tersebut, menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh empat (4) lingkungan peradilan yaitu : a. Peradilan Umum, b. Peradilan Agama, c. Peradilan Militer, d. Peradilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan undang-undang nomor 14 tahun 1970 tersebut, maka keberadaan peradilan agama semakin kokoh sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di Negara Republik Indonesia. Bahkan sesuai ketentuan pasal 10 ayat (1) kedudukannya disejajarkan / disetarakan dengan peradilan-peradilan lainnya, seperti peradilan umum / negeri, peradilan mliter dan peradilan tata usaha Negara. Kekokohan Peradilan Agama semakin menonjol setelah disahkan dan diundangkannya undang-undang nomor 1 tahun 1974 pada tanggal 2 Januari 1974 tentang perkawinan dan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaannya pada tanggal 1 April 1975 yang mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober Kemudian disusul lagi dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik beserta peraturan pelaksanaannya. Sejalan dengan adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran hokum masyarakat, maka perkara-perkara yang diputuskan Pengadilan Agama banyak yang diminta pemeriksaan kasasi ke Mahkamah Agung. Oleh karenanya Mahkamah Agung pada tanggal 26 November 1977 mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 1977 tentang jalan pengadilan dalam memeriksa kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian Mahkamah Islam Tinggi, Kerapatan Qadi Besar maupun Mahkamah Syari ah Propinsi yang selama itu berfungsi sebagai pengadilan tingkat banding sekaligus sebagai pengadilan tingkat tertinggi telah terhapus sudah, karena pada tingkat tertinggi (kasasi) telah beralih ke Mahkamah Agung. Pada perkembangan selanjutnya Pemerintah melalui Menteri Agama mengeluarkan keputusannya pada tanggal 28 Januari 1980 dengan nomor 6 tahun 1980 mengenai keseragaman nama untuk peradilan agama, karena selama ini tidak ada keseragaman penamaan peradilan agama sebagai akibat dari perbedaan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu staatsblad 1882 nomor 1952 jo staatsblad 1937 nomor 638 dan 639 dan Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun Berdasarkan keputusan Menteri Agama tersebut, maka untuk pengadilan tingkat agama. Dengan demikian 10
11 nama-nama Syari ah, Mahkamah Islam Tinggi, Kerapatan Qadi Besar Maupun Mahkamah Syari ah Propinsi sudah tidak dipergunakan lagi. Sejalan dengan kenyataan-kenyataan tersebut di atas, maka untuk memantapkan serta memegang teguh tugas dan fungsi pengadilan dalam jajaran kekuasaan kehakiman, maka pada tanggal 27 Maret 1982 Presiden Republik Indonesia telah mengangkat Ketua Muda Mahkamah Agung urusan lingkungan Peradilan Agama. Dengan demikian urusan tugas pembinaan teknis yustisial terhadap peradilan selama ini dilakukan oleh Departemen Agama, telah beralih menjadi wewenang penuh oleh Mahkamah Agung sesuai kehendak undang-undang nomor 14 tahun 1970 itu sendiri. Sebagai puncak dari kekokohan dan kemapanan Badan Peradilan Agama sebagai peradilan Negara adalah dengan disahkannya dan diundangkannya undang-undang nomor 7 tahun 1989 pada tanggal 27 Desember 1989 yaitu tentang susunan kekuasanaan dan hokum acara peradilan agama. Dengan disahkan dan diundangkannya undangundang tersebut maka terpenuhilah sudah kehendak pasal 10 ayat (1) undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang kesetaraan dan kesejajarannya dengan peradilan Negara lainnya. Peradilan Agama telah memiliki eksistensi yang jelas serta kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas kekuasaan kehakiman. E. Masa Pemerintahan Reformasi Pembangunan Sepanjang era sebelum masa reformasi keberadaan lembaga peradilan agama (bgitu pula dengan lembaga-lembaga peradilan lainnya) pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh dua lembaga yaitu yudikatif dan eksekutif. Di satu sisi, pembinaan teknis dilakukan oleh Mahkamah Agung dan di sisi lain pengaturan organisasi, administrasi dan keuangan oleh Departemen Agama. Hal ini memang aturan dasarnya yaitu undang-undang nomor 14 tahun 1970 dan undang-undang nomor 7 tahun 1989 mengatur demikian. Pada era reformasi keadaan seperti ini dipandang sudah tidak relevan lagi. Untuk itu badan-badan peradilan baik peradilan agama maupun peradilan-peradilan lainnya, pembinaannya sepatutnya hanya dilakukan oleh Mahkamah Agung baik pembinaan yag menyangkut teknis maupun yang menyangkut organisasi, administrasi dan keuangannya. Untuk terpenuhinya hal tersebut maka telah dilakukan perubahan / perbaikan undang-undang nomor 14 tahun 1970 khususnya pasal 11 yaitu dengan diundangkannya undang-undang nomor 35 tahun 1999 pada tanggal 30 Juli Dengan demikian maka sejak saat itu pembinaan Badan Peradilan Agama juga peradilan-peradilan lainnya baik yang menyangkut teknis maupun organisasi, administrasi dan keuangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Dengan diundangkannya undang-undang nomor 35 tahun 1999 tersebut merupakan peristiwa yang amat bersejarah sebagai tonggak 11
12 terwujudnya kemerdekaan dan kemandirian kekuasaan kehakiman secara utuh di bawah Mahkamah Agung setelah sekian lama pembinaannya dilakukan oleh lembaga kekuasaan yakni kekuasaan eksekutif (Departemen yang bersangkutan) dan yudikatif (Mahkamah Agung). Pemisahan kekuasaan eksekutif dan yudikatif (Departemen Agama dari Peradilan Agama) yang dikehendaki oleh Undang-Undang nomor 35 tahun 1999 tidak lain daripada memantapkan posisi Pengadilan Agama pada segi-segi hukum formal dan teknis peradilan sehingga akan terwujud kekuasaan kehakiman yang merdeka dengan terselenggaranya peradilan yang bebas dari pengaruh dan intervensi eksekutif 12
13 BAB III PENGELOLAAN DOKUMEN A. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar Surat adalah sarana untuk menyampaikan informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lainya baik atas nama sendiri maupun atas nama jabatannya dalam sebuah organisasi,instansi maupun perusahaan.jadi penaganan surat adalah semua kegiatan yang di lakukan sejak penerimaan surat masuk,pengolah/penyelesaiannya hingga surat itu di kirim indasannya di simpan. Tata cara penanganan surat masuk dan keluar di pengadilan agama kabupaten brebes adalah sebagai berikut : 1. Penanganan Surat Masuk Setiap surat yang masuk baik dari instansi organisasi atau perusahaan maupun perorangan yang di tunjukan kepada pimpinan maupun staf harus melalui agendaris terlebih dahulu.hal ini di lakukan agar surat-surat yang masuk tercatat dengan baik. Lankah-langkah penanganan surat masuk sebagai berikut : a. Penanganan surat melalui petugas pos/kurir. b. Pencatatan surat masuk - Surat yang bersifat rahasia langsung di sampaikan kepada orang yang bersangkutan - Surat dinas atau surat biasa di catat pada buku agenda surat didisposisi dan surat masuk - Surat-surat lain seperti wartaberita tidak perlu di buka langsung di berikan kepada sebagian atau kepala bagian yang bersangkutan. c. Penyampaian surat masuk - Surat yang di terima petugas agendaris di agendakan dan di ajukan kepada pipinan dengan di lampiri lembar disposisi dan kartu kendali. - Pimpinan akan memberikan lembar disposisi seperti : di arsipkan,di selesaikan,di teruskan kepada bagian-bagian yang bersangkutan. 13
14 - Petugas bagian umum unit pengolahan menuliskan surat ke bagian-bagian yang bersangkutan sesuai isi disposisi pimpinan. - Petugas bagian umum akan membaca isi surat apakah surat itu perlu di tindak lanjuti atat di arsipkan. 2. Penanganan Surat Keluar a. Petugas yang akan mengirim surat keluar menyimpan konsep terleboh dahulu baik mengunakan tulisan tanan aupun mesin ketik. b. Kemudian petugas meminta persetujuan kepada bagian pengolah.jika sudah di anggap benar maka akan di bubuhi paraf. c. Surat akan di ketik oleh staf sebanyak yang di inginkan. d. Staf akan meminta koreksi kepala bagian pengolah setelah surat itu di nyatakan benar,maka langkah selanjutnya di berikan kepada bagian umum untuk di beri stempel. e. Prosedur pengiriman surat keluar Surat yang di kirim di catat pada buku ekspedisi kemudian di masukan ke dalam amplop yang di tulis alamat tujuan dan nomor surat serta di beri stempel surat akan di kirim oleh kurir atau petugas ketempat tujuan. B. Penyimpanan Dokumen Cara penataan arsip di pengadilan agama kabupaten brebes menggunakan sisitim nomor,surat-surat yang akan di klasifikasikan menurut nomor di mana surat itu di terima selanjutnya di masukan ke dalam bak arsip. C. Penemuan Kembali Dokumen Seseorang yang membutuhkan surat-surat atau dokumen yang sudah di arsipkan akan mendatangi petugas arsip atau agendaris di bagian umum untuk mencari arsip yandi perlukan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Lihat arsip di bagian yang bersangkutan 2. Cocokan nomor penyimpananya pada buku agenda 3. Carilah surat pada bak arsip atau filing cabinet sesuai nomor yang di tujukan dalam folder. 14
15 BAB IV PENUTUP Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah diberikan sehingga penulis dapat membuat dan menyusun laporan ini dengan baik. Penyusun sangat menghargai saran-saran dan kritik yang akan diberikan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan yang kami buat. Doa dan harapn sukses dari penyusun selalu menyertai ketekunan belajar para siswa. A. KESIMPULAN Dari uraian di atas, penyusun dapat menambil kesimpulan mengenai Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Brebes sebagai berikut : 1. Tempat kantor Pengadilan Agama berada di daerah Brebes 2. Bagian-bagian di kantor Pengadilan Agama diantaranya sebagai berikut : a. Ketua b. Wakil Ketua c. Majelis Hakim d. Kelompok Fungsional Kepaniteraan - Panitera Muda Gugatan - Panitera Hukum - Panitera Permohonan - Panitera Pengganti e. Kelompok Kesekretariatan - Kasub Bag. Umum - Kasub Bag. Kepegawaian - Kasub Bag. Keuangan 3. Hubungan karyawan yang satu dengan yang lain sangat baik. 15
16 B. SARAN-SARAN Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan Bapak / Ibu Pembimbing yang ada di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Brebes sehingga kami dapat mengerti sedikit banyak pekerjaan yang kami kerjakan dalam melaksanakan kegiatan Prakerin (Praktek Kerja Industri). Peliharalah selalu kebersamaan, ketertiban, kerja sama dan utamakan gotong royong sehingga apapun permasalahan yang dihadapi akan lebih mudah atau lebih cepat terselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak / Ibu Pembimbing dari sekolah yang telah menempatkan kami pada kantor ini, karena semua ini merupakan pengalaman yang sangat bermanfaat dan berguna bagi kami dalam menjalankan pekerjaan bila kami bekerja suatu saat nanti. 16
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN ) SMK KARYA BHAKTI BREBES DI PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS I A
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN ) SMK KARYA BHAKTI BREBES DI PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS I A Jl. Jendral Ahmad Yani No. 92 Brebes Telp/Fax. (0283) 671442 Disusun Oleh : 1. DIAH EVIANA 2. NURRIAS
Lebih terperinciSELAYANG PANDANG PERINGATAN 130 TAHUN PERADILAN AGAMA DARI SERAMBI MASJID KE SERAMBI DUNIA, MENUJU BADAN PERADILAN YANG AGUNG
SELAYANG PANDANG PERINGATAN 130 TAHUN PERADILAN AGAMA DARI SERAMBI MASJID KE SERAMBI DUNIA, MENUJU BADAN PERADILAN YANG AGUNG 7 Program Prioritas Peradilan Agama 1. 2. 3. 4. 5. 6. Program Penyelesaian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPer June 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Per June 2009 XII RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan hukum
Lebih terperinciSecara kronologis sejarah Pengadilan Agama Jombang dapat ditelusuri. Islam yang mulai tersebar pada saat itu. Oleh karena itu sistem peradilan
BAB III PROSES BERACARA SECARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG A. Sejarah dan Perkembangan Pengadilan Agama Jombang Secara kronologis sejarah Pengadilan Agama Jombang dapat ditelusuri dari masa kemasa:
Lebih terperinciStandard Operating Procedure PENGURUSAN SURAT KELUAR
Standard Operating Procedure PENGURUSAN SURAT KELUAR BIRO UMUM DAN KEPEGAWAIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 LEMBAR IDENTIFIKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENGURUSAN SURAT KELUAR 00006 020037 2 4 Halaman
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA
1 Nomor : 78 BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Tahun 2007 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN SURAT DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH
Lebih terperinciSOP WAKIL SEKERTARIS
SOP WAKIL SEKERTARIS 1. Membuat Program Kerja Pelaksanaan Anggaran selaku Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dilaksanakan setelah turun DIPA, diselesaikan selama: 2. Menyusun Rencana Kegiatan Kesekertarisan
Lebih terperinci*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Lebih terperinciPERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum
Lebih terperinciMemperhatikan : I. PERSIDANGAN
RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA DAERAH (RAKERDA) PENGADILAN AGAMA SEWILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI TANGGAL 29 S/D 31 MARET 2012 BERTEMPAT DI HOTEL PLAZA INN JL. ANTERO HAMRA NO. 57-59 KENDARI - SULAWESI
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA POLEWALI
Polewali Sulawesi Barat, 91315 Telepon : (0428) 23234, Fax : (0428) 21334 Kode Dokumen : PO Tanggal Pembuatan : 01 September 2016 Tanggal Revisi : - Tanggal Efektif 13 September 2016 DIBUAT OLEH, Ketua
Lebih terperinciNOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP AKTIF DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA
Tempat Pendaftaran : BAGAN PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA Pengadilan Agama Brebes Jl. A.Yani No.92 Telp/ fax (0283) 671442 Waktu Pendaftaran : Hari Senin s.d. Jum'at Jam 08.00 s.d 14.00 wib PADA PENGADILAN
Lebih terperinciHAL-HAL YANG PERLU PENGATURAN DALAM RUU PERADILAN MILITER
1. Pendahuluan. HAL-HAL YANG PERLU PENGATURAN DALAM RUU PERADILAN MILITER Oleh: Mayjen TNI Burhan Dahlan, S.H., M.H. Bahwa banyak yang menjadi materi perubahan dalam RUU Peradilan Militer yang akan datang,
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
LAMPIRAN A PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum di
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH A. Pendahuluan Pada masa penjajahan Belanda hingga menjelang akhir tahun 1989, Pengadilan Agama di Indonesia exis tanpa Undang-Undang tersendiri dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO. 3400 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN PROGRAM KERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG DAN PENGADILAN AGAMA SE JAWA BARAT TAHUN 2016
DRAFT RANCANGAN PROGRAM KERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG DAN PENGADILAN AGAMA SE JAWA BARAT TAHUN 2016 I. PENDAHULUAN A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN Pengadilan Tinggi Agama Bandung merupakan salah satu
Lebih terperinciP U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa
P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1989 (AGAMA. KEHAKIMAN. PERADILAN. Perkawinan. Perceraian. Warisan. Warganegara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendapatkan pengampunan berupa perubahan, peringanan,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendapatkan pengampunan berupa perubahan, peringanan,
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN 2015-2019 PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG Jl. Panji No. 202 Kepanjen Malang Telp (0341) 397200 Faks. (0341) 395786 email. Pa.kab.malang@gmail.com
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) SUB. BAGIAN UMUM PT. MEDAN
STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) SUB. BAGIAN UMUM PT. MEDAN Kegiatan Sub. terdiri dari :. Surat Menyurat. Perlengkapan 3. Kerumahtanggaan 4. Perpustakaan TARGET KERJA No. KEGIATAN INDIKATOR KETERANGAN
Lebih terperinciPanitera Sidang. Hakim Anggota. Kegiatan / Aktivitas. Keterangan. Kelengkapan Waktu. Ketua majelis. berkas perkara tersusun
W27.A/ 210 /OT.03/I/2014 Minutasi Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; Memahami Peraturan Perundang-undangan tentang Pedoman Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata (KUHAP), Herzien Memahami
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA WONOSARI NOMOR : W12-A4/0199/HM.00/I/2014 TENTANG
KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA WONOSARI NOMOR : W12A4/0199/HM.00/I/2014 TENTANG STANDARD OPERATING PROCEDURES LAYANAN INFORMASI PADA PENGADILAN AGAMA WONOSARI KETUA PENGADILAN AGAMA WONOSARI Menimbang
Lebih terperinciStandar Operasional Prosedur Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pengadilan Agama Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol - Tangerang
Standar Operasional Prosedur Mahkamah Agung Republik Indonesia 2013 Pengadilan Agama Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol - Tangerang Tanggal Pembuatan: 4 Januari 2013 Tanggal Revisi: 4 Januari
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Keterbukaan Informasi
Lebih terperinciRAPAT KERJA DAERAH PENGADILAN TINGGI AGAMA JAMBI DENGAN PENGADILAN AGAMA SEWILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA JAMBI TAHUN 2013
RAPAT KERJA DAERAH PENGADILAN TINGGI AGAMA JAMBI DENGAN PENGADILAN AGAMA SEWILAYAH PENGADILAN TINGGI AGAMA JAMBI TAHUN 2013 Rapat Kerja Daerah Pengadilan Tinggi Agama Jambi dengan jajaran Pengadilan Agama
Lebih terperinciMakalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN
Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan. Pada zaman kedudukan Belanda, dikenal sebagai Pengadilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
Lebih terperinciBAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA
BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Pengertian Surat Masuk dan Surat Keluar Surat masuk adalah surat yang diterima oleh suatu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 30 SERI : D NOMOR : 11
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 30 SERI : D NOMOR : 11 PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II S U R A K A R T A NOMOR 16 TAHUN
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA Bambang Heriyanto, S.H., M.H. Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian
Lebih terperinciContoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI
Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Diterima Tgl : Agenda No : Dari : Pengirim No Surat : Catatan : 1. Mohon tidak memisahkan lembar disposisi ini dari suratnya 2. Pengisian
Lebih terperinciStandar Operasional Prosedur Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pengadilan Agama Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol - Tangerang
Standar Operasional Prosedur Mahkamah Agung Republik Indonesia 2013 Pengadilan Agama Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan II Cikokol - Tangerang Tanggal Pembuatan: 4 Januari 2013 Tanggal Revisi: 4 Januari
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) SMK KARYA BHAKTI BREBES DI PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I. A
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) SMK KARYA BHAKTI BREBES DI PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I. A Jl. Jendral Ahmad Yani No. 92 Brebes Telp/Fax. (0283) 671442 Disusun Oleh : 1. MUKHAMMAD RAVIDIN Kelas
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 9 Juli 1991
SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1991 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BEBERAPA KETENTUAN DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN
Lampiran I STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN 1. Pemohon menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Lamongan. Pengadilan Agama Lamongan mendaftarkan permohonan dalam buku register dan memberi
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM SENGKETA PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON. Nomor : W24-A/819.a/OT.01.1/VIII/2016 TENTANG
SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON Nomor W24-A/819.a/OT.01.1/VIII/2016 TENTANG PENGESAHAN HASIL RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON DAN PENGADILAN AGAMA SE-WILAYAH HUKUM
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENGELOLAAN SURAT MASUK SUB BAGIAN UMUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG JL. SOEKARNO HATTA NO.714 TELP. (022) 7810365 / FAX. (022) 7810349 KODE POS 40293 homepage : www.pta-bandung.go.id / e-mail : surat@pta-bandung.go.id
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA KELAS 1A BANJARMASIN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KESEKRETARIATAN TAHUN 2015 PENGADILAN AGAMA KELAS 1A BANJARMASIN SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA KELAS IA BANJARMASIN Nomor : W15-A1/049/OT.01.3 / I /2015 TENTANG
Lebih terperinciDalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.
MEDIASI Pengertian Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah
Lebih terperinciBIDANG PENGAWASAN MELEKAT
II. BIDANG PENGAWASAN MELEKAT 1. Ruang Lingkup Pengawasan a. Meliputi Penyelenggaraan, Pelaksanaan, dan Pengelolaan organisasi, administrasi dan Finansial Pengadilan; b. Sasaran Pengawasan : Aparat Pengadilan.
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Nomor : W13-A7/2/OT.00/SK/I/2016
SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Nomor : W13-A7/2/OT.00/SK/I/2016 TENTANG : REVIU INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN TAHUN 2016 KETUA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Menimbang :
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pasal 24
Lebih terperinciالسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
1 السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته Yang saya hormati, Bapak Bupati Cilacap ; Yang saya hormati, Ketua Pengadilan Negeri Cilacap, Ketua DPRD Cilacap, Dandim 0703, Kapolres Cilacap, Kajari Cilacap, Sekretaris
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG
PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG Jl. Prof. M.Yamin, SH, No.65 Muaro Sijunjung 27511 Telp.(0754) 20147, Fax. (0754) 20734, Homepage: www.pa-sijunjung.net Email: pa.sijunjung@pta-padang.go.id SIJUNJUNG SUMATERA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2013. TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR FASILITASI PEMBUATAN KARTU TANDA PENGENAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Laporan Hasil Pengawasan (LHP) Hakim Pengawas Bidang Caturwulan I Tahun 2016 pada
KATA PENGANTAR Assalamuálaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Berkah dan RahmatNya, sehingga Laporan Hasil Pengawasan (LHP) Hakim Pengawas Bidang Caturwulan I Tahun 2016 pada Pengadilan
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KETENTUAN UMUM Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum di lingkungan Peradilan Umum adalah meliputi Pos Bantuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK, CATATAN SIPIL DAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciREVIU INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN AGAMA WATAMPONE TAHUN 2016
REVIU INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN AGAMA WATAMPONE TAHUN 2016 No Kinerja Utama Indikator Kinerja 1 Meningkatkan penyelesaian perkara Utama a. Persentase sisa perkara yang diselesaikan b. Persentase
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.
P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada
Lebih terperinciPENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Lebih terperinciMahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN 2010-2014 PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG Jl. Panji No. 202 Kepanjen Malang Telp (0341) 397200 Faks. (0341) 395786 email. Pa.kab.malang@gmail.com
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor xxx/pdt.g/2017/pta.bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor xxx/pdt.g/2017/pta.bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat banding, dalam persidangan
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DENGAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN INSTANSI LAINNYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciالسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
1 السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته Yang saya hormati, Bapak Bupati Pati; Yang saya hormati, Ketua Pengadilan Negeri Pati, Ketua DPRD Pati, Dandim 0718, Kapolres Pati, Kajari Pati ; Yang saya hormati, Ketua
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019
RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019 PENGADILAN AGAMA MAGELANG Jl. Sunan Giri, Kel. Jurangombo Selatan Kec. Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah Telp/Fax. (0293) 3148500 / 3148400
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH PERATURAN DAERAH NOMOR: 9 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN A. Mahkamah Agung dalam Sistem Peradilan Agama di Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian perkara di lingkungan peradilan agama sebagaimana lingkungan peradilan lainnya tidak hanya dilakukan oleh hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor /Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat banding, dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri
Lebih terperinciRIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN
PENGADILAN AGAMA LAMONGAN RIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Sehubungan dengan usaha penguatan akuntabilitas kinerja sebagaimana diatur dalam Intruksi
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA BANJARMASIN KELAS 1A
Pembuatan Surat Dinas Kepegawaian Nomor SOP : Revisi Tgl. : Tgl Ditetapkan : 2 Januari 2015 Halaman : 1 dari 2 hal. Pembuatan Surat Dinas Kepegawaian yang efektif dan efisien A. PENELAAHAN 1. Kasubbag
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan
Lebih terperinciPENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014
PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. KEDUDUKAN
BAB I PENDAHULUAN A. KEDUDUKAN Pengadilan Negeri Unaaha dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 004 Tentang Pembentukan Pengadilan Negeri Tilamuta dan Pengadilan Negeri
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperincimenjadi kewenangan Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial dan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta Kelas IA. Pengadilan Negeri, Hubungan Industrial dan
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunianya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Pengadilan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 0017/Dj.A/SK/VII/2011
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 0017/Dj.A/SK/VII/2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN MEJA INFORMASI DI LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciSOP PEMBERIAN IZIN CUTI. Pemohon Staf Kasub. Bag Atasan Panitera/ Ketua Cuti Kepegawaian Kepegawaian Langsung Sekretaris Pengadilan
SOP PEMBERIAN IZIN CUTI Pemohon Kasub. Bag Atasan Panitera/ Cuti Langsung Sekretaris Pengadilan 1 Mengisi blangko permohonan cuti Blangko permohonan cuti 1 Menit Blangko permohonan cuti yang telah diisi
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN
36 BAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Bangkalan 1. Wilayah Yuridiksi Pengadilan
Lebih terperinciP U T U S A Nomor 04/Pdt.G/2015/MS-Aceh
P U T U S A N Nomor 04/Pdt.G/2015/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat banding dalam persidangan majelis,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 19 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal
Lebih terperinci