Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif"

Transkripsi

1 ARTIKEL PENELITIAN Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif Aris Sunaryo, Ike Sri Redjeki, Tatang Bisri ABSTRACT Background: Outcome prediction is important both in clinical and administrative Intensive Care Unit (ICU) management. A good scoring system will be able to predict an acurate prognosis for the patients who admitted to ICU. Objective: To estimate the accuracy of the scoring system, a validation in the discrimination and calibration of the scoring system is being done. Methods: The research was enrolled in 132 patients who admitted to Intensive Care Unit - Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung from 7th of July until 20th October All patients were scored using the APACHE II and SOFA score, and probability of death (POD) of both score during the first 24 hours, and outcome at the end of the treatment period whether the patients live or die. The data from this research were statistically tested using Mann-Whitney, a regression analysis was to consider the relationship between APACHE II score and SOFA score with the outcome and to find out the cut off point for the APACHE II and SOFA score based on the ROC curve, than to see the sensitivity, specificity, acuracy and the value of AuROC. The p<0,05 is considered meaningful for the statistic test. Calibration is done using Lameshow Hosmer Goodness of fit. Result: The result showed that a Rank Spearman coefisient correlation for scores and POD between Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung Jl. Pasteur No. 38, Bandung Korespondensi : aris_anestesi@yahoo.com APACHE II and SOFA with p<0,001, which is significantly meaningful. Area under receiver operating characteristic (AuROC) APACHE II score is 0,912 and AuROC for SOFA is 0,951. A calibration for APACHE II score is p=0,239, with the chiquadrat=5,506, whereas for SOFA score p=0,450 with the chi-quadrat = 2,641. Conclusion: SOFA score is more accurate in predicting outcome of the patients in the ICU Dr. Hasan Sadikin Hospital, Bandung. it s had a better validation (discrimination and calibration) in comparisson the APACHE II score. (Maj Ked Ter Intensif. 2012; 2(1): 11-20) Key words: APACHE II score with, SOFA score, validation, discrimination, calibration, AuROC. PENDAHULUAN Memperkirakan mortalitas pasien dari ruang perawatan intensif atau Intensive Care Unit (ICU) sangat penting, baik secara klinik maupun administrasi. Prediksi mortalitas pasien bukanlah merupakan penilaian kinerja ICU, tetapi memperkirakan pasien saat keluar dari ICU dapat membantu memantau keadaan pasien dan membantu memberikan informasi mengenai kelanjutan dari pasien yang berhubungan dengan keadaan penyakit pasien dan dapat dijadikan panduan untuk keputusan terapi selanjutnya pada pasien. Pada saat ini tersedia beberapa model berupa sistem penilaian yang dapat digunakan untuk memperkirakan mortalitas pasien, seperti Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE), Simplified Acute Physiology Score (SAPS), Mortality Probability Models (MPM), Volume 2 Nomor 1 Januari

2 Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif Sequential Organ Failure Assessment (SOFA), Multi Organ Dysfunction Score (MODS), dan Logistic Organ Dysfungtion Score (LODS), yang dinilai dan dihitung pada 24 jam pertama pasien dirawat di ICU. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pasien selama dirawat di ICU. Oleh karenanya, diperlukan penilaian lain yang dapat mengevaluasi perubahan pada pasien selama dirawat dan tetap berdasarkan model-model penilaian yang telah ada. 6 Kegagalan organ berhubungan dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas pasien di ICU dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Disfungsi organ adalah proses yang dinamis oleh karena itu, evaluasi disfungsi organ setiap waktu selama perawatan di ICU sangat membantu dalam mengikuti perkembangan penyakit dan dapat memberikan gambaran korelasi yang kuat dengan hasil akhir dari perawatan di ICU. Disfungsi organ sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan mortalitas pada pasien ICU dan juga berkaitan dengan tingginya biaya di ICU. 6,9 Sejumlah parameter fisiologi digunakan untuk mendefinisikan disfungsi organ, yaitu paru-paru, kardiovaskular, ginjal, hati, hematologi, dan sistem saraf pusat adalah organ yang umumnya digunakan untuk penilaian dari disfungsi atau gagal organ pada pasien yang dirawat di ICU. Pada tahun 1980 diajukan definisi empat gagal organ sistem (system of four organ failures) untuk pasienpasien bedah yaitu paru-paru, hati, gastrointestinal, dan ginjal. Peneliti lain mendefinisikan gagal sistem organ (organ system failure) untuk lima sistem organ, yaitu kardiovaskular, paru-paru, ginjal, hematologi, dan gagal sistem neurologi. Ada juga yang mendasarkan penilaian pada tujuh sistem organ yang dinilai dalam tiga kategori, yakni 0 = fungsi organ normal, 1= disfungsi organ, dan 2 = gagal organ. Pada tahun 1993 dimasukkan infeksi dalam definisi disfungsi organ. 4 Sistem penilaian untuk disfungsi organ atau kegagalan fungsi organ dirancang terutama sebagai perangkat deskriptif yang ditujukan dalam menetapkan suatu standardisasi definisi. 7,11 Manfaat sistem penilaian adalah untuk menilai prognosis pasien, menilai kualitas pelayanan ICU, dan dapat membuat homogenitas sampel pada suatu penelitian di ICU. 12 Suatu sistem penilaian yang baik dapat memperkirakan prognosis pasien yang akurat, dan akan membantu klinisi dalam melakukan triase atau pemilahan pasien dan mengambil keputusan kelanjutan terapi pasien, apakah akan dihentikan terapinya (withdrawing) atau tidak akan ditingkatkan terapinya (withholding) atau terapi akan tetap diteruskan. 13 Penggunaan sistem penilaian sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan merupakan hal yang logis dan dianjurkan, tetapi sebaiknya memilih sistem penilaian yang sudah tervalidasi baik. 14,15 APACHE II score mempunyai korelasi yang baik dengan risiko mortalitas populasi pasien yang dirawat di ICU, tetapi tidak mempunyai keakuratan dalam memprediksikan mortalitas pasien secara individu. 16 Pada penelitian di ICU RSHS pada tahun 2004, diperoleh diskriminasi dari APACHE II score sebesar 0,76 yang dilakukan perbandingan terhadap LODS dengan nilai diskriminasi sebesar 0, Penilaian ini digunakan untuk menggambarkan kesakitan dari pasien yang dibandingkan dengan pasien lain dan memperkirakan mortalitas pasien dari kelompok pasien lain. 13 Validasi pada pasien ICU yang dirawat di 13 rumah sakit berbeda tidak ada pasien yang mempunyai nilai lebih dari 55. 1,13 Semakin besar nilai APACHE II seseorang, semakin berat penyakit yang diderita pasien tersebut dan semakin besar risiko mortalitasnya. 1,13 Akan tetapi, perhitungan nilai APACHE II memiliki keterbatasan dalam menentukan prognosis mortalitas pasien dari ICU. Hal ini disebabkan oleh nilai APACHE II berdasarkan data tahun Pasien dengan kasus trauma dan operasi masih sedikit saat itu dan indikasi rawat ICU berbeda antara masa tersebut dan saat ini. 18 APACHE II dan III menggunakan nilai yang salah atau kurang tepat untuk penilaian perubahan pada variabel fisiologisnya (seperti tekanan darah dan laju denyut jantung) pada 24 jam pertama setelah pasien tersebut masuk ICU. Banyak nilai yang menggunakan data yang dikumpulkan atau diambil setelah lebih dari 24 jam, bergantung pada kualitas pelayanan dari ICU. 19,20 Penggunaan nilai yang kurang tepat tadi akan memberikan nilai APACHE yang tidak akurat. 20 Pengumpulan data dari 12 variabel pada lebih dari 24 jam pertama adalah sulit, atau kadang-kadang terjadi data dikumpulkan secara tidak akurat atau semua data tidak dikumpulkan. 19,21 Nilai APACHE II dapat digunakan untuk populasi, tetapi tidak dapat memprediksikan pada individu. Pasien yang menerima obat sedasi atau pelumpuh otot akan sulit untuk dinilai variabel GCS. 16 Salah satu sistem nilai yang lebih sederhana yang dikembangkan oleh kelompok kerja dari European Society of Intensive Care Medicine yaitu Sequential Organ Failure Assessment score (SOFA score) yang menilai enam sistem organ dari 0-4 derajat kegagalan organ. 22 Selain itu, keakuratan dan ketepatan dari penilaian SOFA score sudah diakui baik oleh sejumlah klinisi. 22 Parameter yang dihitung dalam 12 Majalah Kedokteran Terapi Intensif

3 Aris Sunaryo, Ike Sri Redjeki, Tatang Bisri SOFA score meliputi organ respirasi, renal, hepatik, kardiovaskular, hematologi, dan GCS. SOFA score dapat membantu untuk melihat disfungsi organ atau gagal organ selama perawatan dan dapat digunakan untuk memprediksikan tingkat mortalitas dari pasien yang dirawat di ICU. 23 Walaupun sistem nilai ini hanya dapat memberikan gambaran dan kualitas dari fungsi organ dan bukan untuk memberikan gambaran mortalitas pasien di ICU, ada hubungan yang nyata antara disfungi organ dan angka mortalitas. Hal ini telah diperlihatkan oleh beberapa penelitian. 6 Tujuan penelitian ini adalah membandingkan validasi sistem penilaian APACHE II dan SOFA dalam memperkirakan mortalitas pasien-pasien yang dirawat di ICU RS Hasan Sadikin. METODE Tipe penelitian ini adalah penelitian observasional longitudinal prospektif. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 7 Juli sampai dengan 20 Oktober 2008 sejumlah 132 pasien yang masuk ke ICU Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Uji validasi yang dilakukan adalah diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi adalah kemampuan suatu sistem penilaian dalam menentukan pasien antara yang hidup dan yang mati. Untuk menilai diskriminasi sistem nilai, pasien dikelompokkan berdasarkan Probability Of Death (POD), kemudian dianalisis dengan menggunakan tabel 2 x 2, untuk menghitung sensitivitas dan spesifisitas. Selanjutnya, dibuat kurva Receiver Operating Characteristic Curve (ROC Curve) dengan sumbu x adalah nilai dari spesifisitas (false positive rate) dan sumbu y adalah nilai dari sensitivitas (true positive rate). Area di bawah ROC disebut Area Under the ROC Curve (AuROC). Nilai AuROC ini adalah nilai diskriminasi sistem penilaian. Jika nilai AuROC >0,7, sistem penilaian tersebut mempunyai nilai diskriminasi yang baik. Semakin besar nilai AuROC suatu sistem penilaian maka semakin besar kemampuan diskriminasi sistem penilaian tersebut. Nilai AuROC = 1 menunjukkan bahwa sistem penilaian mempunyai mampuan prediksi yang sempurna. 24,26 Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji untuk menemukan suatu keadaan bila keadaan tersebut benar-benar ada. Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk menemukan tidak adanya suatu keadaan bila keadaan tersebut benar-benar tidak ada. Akurasi adalah seberapa besar ketepatan dari alat ukur yang digunakan. Dengan menggunakan tabel 2x2, sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dari POD suatu sistem penilaian dapat diperoleh. Kurva ROC diperoleh dengan menggunakan hubungan antara 1 spesifisitas (sumbu x) dengan sensitivitas (sumbu y). Kalibrasi adalah perbandingan antara prediksi mortalitas dan keluaran pada semua tingkatan dari penilaian. Semua sampel validasi dikelompokkan menjadi subgrup berdasarkan nilai prediksi mortalitas. Pada umumnya, sampel dikelompokkan menjadi 10 tingkatan yang disebut deciles of risk. Sampel diuji dengan menggunakan uji statistik Hosmer Lameshow goodnees of fit. Nilai goodnees of fit yang rendah memperlihatkan ketepatan antara prediksi dan outcome pasien. Jika nilai p (p value) kalibrasi sistem nilai lebih tinggi, dapat dikatakan bahwa kalibrasi mempunyai ketepatan yang lebih baik untuk sistem nilai tersebut. Semakin besar perbedaan antara prediksi mortalitas dan yang sebenarnya berarti semakin tinggi nilai chi-kuadrat, dan ini semakin tidak baik kalibrasinya. 12,15,24-16 Untuk membandingkan sistem penilaian APACHE II dan SOFA dalam memprediksi mortalitas digunakan uji Mann-Whitney. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara APACHE II score atau SOFA score dan keluaran, serta menentukan cut off point APACHE II score dan SOFA score berdasarkan ROC curve, kemudian dilihat besarnya sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi serta besarnya AuROC. Untuk membandingkan peluang mortalitas antara SOFA score dan peluang mortalitas berdasarkan APACHE II score digunakan tabel 2 X 2, dengan menggunakan uji dua proporsi. Nilai p < 0,05 dianggap perbedaan secara statistis bermakna. HASIL Penelitian dilakukan pada 132 pasien yang dirawat di ICU RSHS. (Tabel 1 dan 2) APACHE II score nilai uji Mann-Whitney 7,558 dengan p < 0,001 dan SOFA score nilai uji Mann- Whitney 6,957 dengan p < 0,001. POD APACHE II score mempunyai nilai uji Mann-Whitney 7,686 dengan p < 0,001 dan POD SOFA score mempunyai nilai uji Mann-Whitney 8,166 dengan p < 0,001.(Tabel 3) APACHE II score dan SOFA score mempunyai hubungan, baik menurut POD maupun nilai. Koefisien korelasi rank spearman untuk POD antara APACHE II score dan SOFA score adalah 0,712 dengan p < 0,001 dan koefisien korelasi rank spearman untuk nilai adalah 0,693 dengan p < 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok Volume 2 Nomor 1 Januari

4 Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif Tabel 1: Karakteristik pada kedua kelompok Karakteristik Outcome Hidup (n=96) Mati (n=36) Kemaknaan % % Umur (tahun) < ,5 4 11, ,6 6 16, ,5 4 11, ,5 9 25, ,5 8 22, ,3 5 13,9 rerata (SD) 40,5(18,4) 51,4(18,5) Zmw= 2,924 Median 37,5 53,5 p = 0,004 Rentang Jenis Kelamin Laki-laki 46 47, ,6 x2 = 0,612 Perempuan 50 52, ,4 p = 0,434 LOS x(sd) 4,3(4,6) 8,4(11,0) Zmw=2,894 Median 3 4 p = 0,004 Rentang Kasus Bedah Saraf 11 11,5 0 0 Pembedahan Elektif 29 30,2 4 11,1 x2 = 16,956 Pembedahan Emergensi 43 44, ,6 p = < 0,001 Non-Pembedahan , ,3 Keterangan: Zmw = Uji Mann-Whitney, LOS = Length of Stay, x2 = Uji chi-kuadrat Tabel 2: Karakteristik berdasarkan bagian Hidup Mati Jumlah Bagian % % % Bedah Umum 4 68, , ,0 Penyakit Dalam 7 50,0 7 50, ,6 Bedah Saraf 16 84,2 3 15, ,4 Kebidanan 17 89,5 2 10, ,4 Ortopedi dan Traumatologi 8 88,9 1 11,1 9 6,8 Penyakit Saraf 3 60,0 2 40,0 5 3,8 Jumlah 96 72, , ,0 Keterangan: x2 = 10,348, p = 0,066 Tabel 3: Berdasarkan POD dan nilai pada kedua kelompok Keluaran Hidup (n=96) Mati (n=36) Zmw Nilai p Nilai APACHE II x(sd) 11,9(3,7) 20,2(4,4) 7,558 <0,001 Median 12 20,5 Rentang Nilai SOFA x(sd) 2,8(1,9) 8,3(3,1) 6,957 <0,001 Median 2 7,5 Rentang POD APACHE II x(sd) 15,3(6,7) 35,0(12,7) 7,686 <0,001 Median Rentang POD SOFA x(sd) 3,9(5,3) 33,5(27,9) 8,166 <0,001 Median 2 22 Rentang Keterangan: Zmw = Uji Mann-Whitney. 14 Majalah Kedokteran Terapi Intensif

5 Aris Sunaryo, Ike Sri Redjeki, Tatang Bisri Tabel 4: Korelasi antara SOFA dan APACHE 2 sת Nilai p Nilai APACHE 2 SOFA 0,693 <0,001 POD APACHE 2 SOFA 0,712 <0,001 Keterangan: = sת koefisien korelasi Rank Spearman Tabel 5: Klasifikasi APACHE II score No POD Keluaran Sens. Spes NP (+) NP(-) Akurasi (%) Hidup Mati (%) (%) (%) (%) (%) (n=96) (n=36) 1 > ,1 34, , > ,7 80,2 63,5 96,2 83, > ,8 97,9 90,5 83,2 85, > , ,8 78, > ,7 72, Keterangan: AuROC (95% ) = 0,912 (0,864 0,968) POD = Probabilithy of death NP (+) = Nilai Prediksi Positif Sens = Sensitivitas Spes = Spesifisitas NP (-) = Nilai Prediksi Negatif Gambar 1: Grafik AuROC curve dari APACHE II score Keterangan: AuROC = Area under Receiver Operating Characteristic dapat dilakukan uji perbandingan karena mempunyai nilai p < 0,05 yang bermakna.(tabel 4) Hasil diskriminasi APACHE II score yang dilakukan pada pasien yang dirawat di RSHS menunjukkan bahwa akurasi dari APACHE II score sangat baik pada periode penelitian diperoleh dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi. (Tabel 5) AuROC curve adalah 0,912. Hal ini menunjukkan bahwa akurasi dari APACHE II score sangat baik. (Gambar 1) Sedangkan hasil diskriminasi dari SOFA score yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ICU RSHS dengan AuROC curve adalah 0,951. (Gambar 2 dan Tabel 6) Hasil kalibrasi APACHE II score yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ICU RSHS pada periode penelitian dengan menggunakan uji Lameshow Hosmer goodness of fit adalah p = 0,239 dengan uji chi-kuadratnya = 5,506. ( Table 7) Hasil kalibrasi dari SOFA score yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ICU RSHS pada periode penelitian dengan menggunakan uji Lameshow Hosmer goodness of fit dan didapatkan hasil kalibrasinya adalah p = 0,450 dengan uji chikuadratnya = 2,641. (Tabel 8) Hubungan subvariabel SOFA score terhadap mortalitas pasien yang dirawat di ICU berdasarkan analisis regresi logistik ganda. Dari keenam organ yang menjadi standar penilaian dalam SOFA score, hanya subvariabel koagulasi yang mempunyai nilai p=0,227 yang menunjukkan bahwa subvariabel ini kurang bermakna terhadap mortalitas pasien. Dari subvariabel SOFA score ini diketahui bahwa yang sangat berpengaruh adalah subvariabel Volume 2 Nomor 1 Januari

6 Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif Tabel 6: Klasifikasi SOFA score No POD Keluaran Sens Spes. NP (+) NP(-) Akurasi (%) Hidup Mati (%) (%) (%) (%) (%) (n=96) (n=36) 1 > ,8 55, , > ,3 91,7 78,9 93,6 89, > ,9 94,7 92,2 85, > , ,7 80, > , ,5 76,6 78, > ,7 72, Keterangan: AuROC (95% ) = 0,951 (0,918 0,984) Sens = Sensitivitas NP (+) = Nilai Prediksi Positif Spes = Spesifisitas NP (-) = Nilai Prediksi Negatif kardiovaskular (p=0,001), respirasi (p=0,002), neurologi (p=0,005), hepar (p=0,03), dan ginjal (p=0,04). Artinya, kenaikan dari subvariabel kardiovaskular sebesar 1 unit akan meningkatkan mortalitas pasien sebesar 3,956%, dengan nilai keakuratannya sebesar 90,15%. (Tabel 9) PEMBAHASAN Gambar 2: Grafik AuROC dari SOFA score Sistem penilaian untuk kegagalan fungsi organ dirancang terutama sebagai perangkat deskriptif yang ditujukan dalam menetapkan suatu standardisasi definisi untuk stratifikasi dan perbandingan status pasien di ICU, juga dapat dipergunakan secara statistis untuk menyesuaikan analisis untuk karakteristik dasar pada penelitian-penelitian kohort, untuk menentukan definisi dalam subkelompok, dan perbandingan langsung disfungsi organ di antara kelompok-kelompok sebagai hasil sekunder pada penelitian-penelitian acak. 7 Karakterisitik pasien pada penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pasien laki-laki dan perempuan dengan nilai p=0,434. Artinya, bahwa subjek penelitian tidak membedakan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dilakukan penilaian sistem skoring, jenis kelamin tidak akan mempengaruhi hasil akhir penelitian secara bermakna. Faktor usia pada subjek penelitian menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,004). Semakin tua seseorang maka semakin besar pula mortalitasnya, dengan usia ratarata yang meninggal adalah 51,4 (18,5) tahun dan usia rata-rata yang hidup adalah 40,5 (18,4) tahun. Lama perawatan juga menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,004). Pasien yang meninggal ratarata dirawat selama 8,4 (11,0) hari dan pasien yang hidup rata-rata dirawat selama 4,3 (4,6) hari. (Tabel 1) Dari jenis tindakan (pembedahan elektif, emergensi, atau non-bedah) terdapat pula perbedaan yang bermakna (p<0,001). Pasien non-bedah mempunyai nilai persentase mortalitas yang tinggi sebesar 48%, sedangkan pasien yang menjalani pembedahan emergensi memiliki nilai persentase mortalitas sebesar 31,8%, dan yang menjalani pembedahan elektif hanya 12,1%, sedangkan pada pasien-pasien pasca bedah saraf tidak ada yang meninggal dunia. Pasien bedah yang dirawat di ICU pada periode penelitian paling banyak, yakni sebanyak 50%, pasien 16 Majalah Kedokteran Terapi Intensif

7 Aris Sunaryo, Ike Sri Redjeki, Tatang Bisri Tabel 7: Lameshow Hosmer Goodnees of fit APACHE II score Hidup Mati POD (%) Jumlah Keluaran Prediksi Outcome Prediksi , , , , , , , , , ,978 Keterangan: x2 = 5,506 df = 4 p = 0,239 Tabel 8: Lameshow Hosmer Goodnees of fit SOFA score POD (%) Jumlah Hidup Keterangan: x2 = 2,641 df = 3 p = 0,450 Mati Keluaran Prediksi Outcome Prediksi , , , , , , , , , , ,000 Tabel 9: Hubungan antara sub-variabel SOFA score terhadap mortalitas berdasarkan analisis regresi logistik ganda Sub-variabel SOFA Koef β SE(β) Nilai p OR Neurologi 1,312 0,470 0,005 3,715 Kardiovaskular 1,375 0,323 0,001 3,956 Respirasi 1,182 0,375 0,002 3,262 Koagulasi 0,476 0,393 0,227 1,609 Hepar 0,695 0,312 0,026 2,005 Ginjal 0,665 0,320 0,037 1,945 Keterangan: Akurasi model= 90,15% Keof β = Koefisien regresi SE(β) = Standar Error OR = Odds Ratio bedah saraf dan kebidanan masing-masing 14,4%, pasien dari bagian penyakit dalam 10,6%, pasien bagian ortopedi dan traumatologi 6,8%, dan pasien dari bagian saraf 3,8%. Akan tetapi, karakteristik subjek penelitian berdasarkan asal pasien dirawat bagian ini tidak bermakna, hal ini membuktikan bahwa pasien-pasien yang dirawat di ICU RSHS sangat bervariasi. Perbedaan APACHE II score dan SOFA score sangat bermakna (p < 0,05) (Tabel 3). Nilai untuk APACHE II score dengan hasil akhir perawatan pasiennya meninggal adalah 20,2 (4,4) dan hasil akhir perawatan pasiennya hidup adalah 11,9 (3,7), sedangkan nilai untuk SOFA score pada pasien yang meninggal adalah 8,3 (3,1) dan pasien yang hidup 2,8 (1,9). Nilai rata-rata POD APACHE II score dengan akhir perawatan pasiennya meninggal adalah 35,0 (12,7), sedangkan nilai rata-rata SOFA score adalah 33,5 (27,9), yang secara statistik perbedaan keduanya sangat bermakna (p < 0,05). Pada pasien yang masuk ke ICU dengan jumlah nilai APACHE II score lebih dari 21 (dengan POD Volume 2 Nomor 1 Januari

8 Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif 40%) atau nilai SOFA score lebih dari 9 (dengan POD 26%), kemungkinan meninggal lebih besar. Begitu juga sebaliknya, jika pasien yang masuk ke ICU dengan jumlah nilai APACHE II score kurang dari 12 (dengan POD 15%) atau nilai SOFA score kurang dari 3 (POD 2%), kemungkinan hidup pada pasien ini lebih besar. Berdasarkan bukti adanya hubungan korelasi antara sistem APACHE II score dan sistem SOFA score, baik hubungan antara nilai APACHE II SOFA score maupun POD APACHE II SOFA score, (Tabel 4) maka kedua sistem penilaian ini dapat dilakukan perbandingan. Sejumlah parameter fisiologi digunakan untuk mendefinisikan disfungsi organ, yaitu paru-paru, kardiovaskular, ginjal, hati, hematologi, dan sistem saraf pusat adalah organ yang umumnya digunakan untuk penilaian dari disfungsi atau gagal organ pada pasien yang dirawat di ICU. 6,9 Disfungsi organ ini diduga disebabkan karena tidak adekuatnya pasokan oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, jika keadaan ini berlangsung lama maka akan berakibat pada kegagalan beberapa organ. 27 Deskripsi pada disfungsi sistem kardiovaskular dinilai dengan tekanan arteri merata, rasio tekanan parsial oksigen arteri dan fraksi inspirasi oksigen (PaO 2 /FiO 2 ) untuk sistem pernapasan, konsentrasi serum kreatinin untuk sistem ginjal, konsentrasi serum bilirubin untuk hepar, hitung trombosit untuk sistem hematologi, dan GCS untuk sistem saraf pusat. 22 Disfungsi organ rata-rata terjadi pada hari ke-2 yaitu diawali dengan disfungsi neurologis, respirasi, kardiovaskuler, ginjal, koagulasi dan terakhir hepar. 28 Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa yang sangat berpengaruh adalah kardiovaskular, respirasi, neurologi, hepar, ginjal dan koagulasi. Setiap kenaikan sebesar 1 unit variabel kardiovaskuler akan meningkatkan mortalitas pasien sebesar 3,956%, dengan nilai keakuratannya sebesar 90,15%. Disfungsi organ adalah proses yang berjalan dinamis. Karenanya, evaluasi terhadap disfungsi organ setiap waktu selama perawatan di ICU sangat membantu dalam mengikuti perkembangan penyakit dan dapat memberikan gambaran korelasi yang kuat dengan hasil akhir dari perawatan di ICU. Penilaian disfungsi sistem organ juga bermanfaat dalam mengidentifikasi pasien-pasien yang tidak memberikan respons dalam pengobatan yang telah diberikan selama beberapa hari sehingga terapi intensif dapat dipertimbangkan tidak memberikan manfaat. 7,18 Derajat gangguan fisiologis yang muncul saat pasien masuk ICU merupakan faktor yang potensial untuk melihat angka survival di ICU dan kelainan fungsi organ yang ireversibel adalah skala mortalitas yang paling menonjol. Pengukuran formal untuk derajat keparahan gangguan fisiologis atau evolusi dari disfungsi organ dari waktu ke waktu tidak selalu dapat diterapkan secara individual pada pasien-pasien di ICU. Bagaimanapun, validasi dari sistem penilaian telah memberikan nilai yang tidak terhingga yang dibuktikan dalam menggambarkan populasi pasien dan menaksir angka morbiditas di ICU pada kelompok-kelompok pasien tertentu. 7 Kurva ROC untuk APACHE II score, dengan AuROC adalah 0,912, sedangkan kurva ROC untuk SOFA score, dengan AuROC adalah 0,951(Gambar 2 dan 3). Nilai AuROC adalah nilai diskriminasi sistem penilaian. Hal ini berarti bahwa APACHE II dan SOFA score mempunyai nilai diskriminasi yang sangat baik karena suatu sistem penilaian dikatakan cukup baik jika mempunyai nilai AuROC > 0,7. Semakin besar nilai AuROC suatu sistem penilaian, semakin besar pula kemampuan diskriminasi sistem penilaian tersebut. Nilai AuROC=1 menunjukan bahwa sistem penilaian mempunyai kemampuan prediksi yang sempurna dan AuROC = 0,5 menunjukkan bahwa persentase kebenaran dan persentase kesalahan dalam memprediksi adalah sama. 12,15,24,25,26 Pada penelitian di ICU RSHS pada tahun 2004, diperoleh diskriminasi dari APACHE II score sebesar 0,76 yang dibandingkan dengan LODS yang nilai diskriminasinya sebesar 0, Masalah pada penelitian tersebut adalah pengambilan sampel yang bersifat retrospektif, sehingga jumlah sampel yang dikeluarkan sangat besar karena data pasien yang tidak lengkap (sebanyak 194 pasien dikeluarkan dari 573 pasien) dan pada lembar observasi sering tidak tergambar data tentang alasan seorang pasien harus mendapat obat-obat inotropik, vasokonstriktor atau antiaritmia. Kesulitan lain yang dilaporkan adalah perhitungan PaO 2 dan FiO 2. Nilai PaO 2 saat itu belum tentu merupakan nilai yang sesuai dengan pemberian FiO 2 sehingga mempengaruhi ketepatan nilai. Penilaian GCS pasien juga sulit ditentukan, karena GCS pasien hanya berdasarkan data dari lembar observasi, sehingga pengaruh obat-obatan sedasi tidak tercatat sehingga hal ini mempengaruhi nilai GCS yang sebenarnya. Untuk penilaian penyakit kronis diragukan karena dari lembar observasi tidak ditemukan data tentang penyakit kronis pasien, demikian pula data tentang pasien benar-benar menjalani operasi emergensi tidak ada. Data yang ada hanya menyebutkan bahwa pasien datang dari ruang operasi 24 jam, ruang operasi elektif, ruang resusitasi atau dari ruang perawatan Majalah Kedokteran Terapi Intensif

9 Aris Sunaryo, Ike Sri Redjeki, Tatang Bisri Masalah tersebut berusaha dihilangkan pada penelitian ini dengan pengambilan sampel (n=132) yang bersifat prospektif. Jumlah subyek yang dikeluarkan sebanyak 2 pasien karena pulang paksa, 6 pasien berusia < 18 tahun dan 20 pasien dirawat kurang dari 24 jam pertama di ICU. Pasien-pasien yang dirawat < 24 jam pertama di ICU tidak dapat dimasukkan dalam penelitian ini karena persyaratan penilaian untuk APACHE II score adalah setelah pasien dirawat > 24 jam di ICU. Penelitian ini adalah penelitian observasional longitudinal, yaitu peneliti mengikuti perkembangan pasien hingga keluar dari ICU. Sehingga alasan pemberian obat-obat inotropik, vasokonstrtriktor dan antiaritmia dapat diketahui oleh peneliti. Perhitungan PaO 2 dan FiO 2 dapat dilakukan karena nilai FiO 2 yang diberikan saat pengambilan AGD dapat diketahui. Penilaian GCS pada penelitian ini dilakukan dengan menghentikan pemberian obatobatan sedasi beberapa jam sebelum penilaian, sehingga pengaruh dari obat sedasi terhadap GCS dapat dikurangi. Data tentang penyakit kronis pasien, didapatkan dari anamnesis keluarga pasien, sedangkan untuk mengetahui pasien telah menjalani operasi emergensi atau elektif peneliti mencatat saat pasien tersebut masuk ke ICU. Hasil kalibrasi APACHE II score pada periode penelitian dengan uji Lameshow Hosmer goodness of fit menunjukkan hasilnya adalah p = 0,239 dengan uji chi-kuadratnya = 5,506 (Tabel 7), sedangkan hasil kalibrasi dari SOFA score pada periode penelitian dengan uji Lameshow Hosmer goodness of fit dan didapatkan hasil kalibrasinya adalah p = 0,450 dengan uji chi-kuadratnya = 2,641(Tabel 8). Pada penelitian di RSHS pada tahun 2004, diperoleh kalibrasi dari APACHE II score dengan uji chi-kuadrat sebesar 7, 40,08. Kesimpulan SOFA Score lebih akurat dalam memperkirakan mortalitas pasien-pasien di ICU RSUP Hasan Sadikin Bandung, karena mempunyai nilai diskriminasi dan kalibrasi yang lebih baik dibandingkan APACHE II Score. DAFTAR PUSTAKA Shortell SM, Zimmerman JE, Rouseau DM. The performance of intensive care unit : does good management make difference. Med Care. 1994; 32: Cullen DJ, Chernow B. Predicting outcome in critically ill patients. Crit Care Med. 1994; 22: Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JE. APACHE II: a severityof disease classification system. Crit Care Med. 1985; 13: Le Gall JR, Lemeshow S, Saulnier F. A new simplified acute physiology score (SAPS II) based on a European/North American multicenter study. JAMA. 1993; 270: Lemeshow S, Teres D, Avrunin JS, Gage RW. Refining intensive care unit outcome prediction by using changing probabilities of mortality. Crit Care Med. 1988; 16: Ferreire FL, Bota DP, Bross A, Mélot C, Vincent JL. Serial evaluation of the SOFA score to predict outcome in critically ill patients. JAMA. 2001; 286: Marshall JC. Multiple organ dysfunction syndrome. Crit Care Med. 2003; 8: Le Gall JR, Klar J, Lameshow S, Saulnier F, Albert C. The logistic organ dysfungtion system: A new way to assess organ dysfunction in the ICU. JAMA. 1996; Tran DD, Groeneveld ABJ, Vander Muelen J, Nauta JJP, Strack VS, Thijs LG. Age, chronic disease, sepsis, organ system failure, and mortality in a medical intensive care unit. Crit Care Med. 1990; 18: Deitch EA. Multiple organ failure: pathophysiology and potential future therapy. Ann Surg. 1992; 216: Sakr C, Sphonholz, Reinhart K. Organ dysfunction in the ICU: a clinical perspective. In: Vincent JL, ed Yearbook of intensive care and emergency medicine. New York: Springer; p Gregoire G, Russell JA. Assessment of severity of illness. In: Principles of critical care. 2nd ed. USA: Mc Graw-Hill; p APACHE II accessed: 15 April Available from: _II 14. Gunning K, Rowan K. Outcome data and scoring system. BMJ. 1999; 319: Lemeshow S, Le Gall JR. Modeling the severity of illness of ICU patients. JAMA. 1994; 272: Whitelly SM, Bodenham A, Bellany MC. Intensive care. Philadelphia: Elsevier; p Nuraini, Redjeki IS, Bisri T. Perbandingan validasi logitic organ dysfunction system (LODS) score dan APACHE II ditinjau dari diskriminasi dan kalibrasi. FKUP, Bandung, Johnson D, Mayers I. Multile organ dysfunction syndrome: a narrative review. Neuroanesthesia and Intensive Care. 2001; 5: Volume 2 Nomor 1 Januari

10 Perbandingan Validasi APACHE II dan SOFA Score untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif 19. Shann F. Mortality prediction model is preferable to APACHE as an intensive care scoring system. BMJ. 1999; 320: Shann F, Pearson G, Slater A, Wilkinson K. Paediatric index of mortality (PIM): a mortality prediction model for children in intensive care. Intensive Care Med. 1997; 23: Bosman RJ, Oudemans SHM, Zandstra DF. The use of intensive care information systems alters outcome prediction. Intensive Care Med. 1998; 24: Sakr C, Sphonholz, Reinhart K. Organ dysfunction in the ICU: a clinical perspective. In: Vincent JL, ed Yearbook of intensive care and emergency medicine. New York: Springer; p Vincent JL, Moreno R, Takala J. SOFA score to describe organ dysfunction/failure. Intensive Care Med. 1996; 22: Simon S. ROC. Children s Mercy Hospital & Clinics. 18 Agustus Accessed: 23 April Available from: Liu H, Li G, Cumberland WG, Wu T. Testing statistical significance of the area under a receiving operating characteristics curve for repeated measures design with bootstrapping. J of data science. 2005;3: Mandrekar JN, Mandrekar SJ. Statistical methods in diagnostic medicine using SAS@sofware. SAS institute. Accessed 26 Apr Available from: roc.html. 27. Bakker J, delima AP. Increased blood lactate levels: An important warning signal in surgical practice. Crit Care Med. 2004; 8: Marshall JC, Cook DJ, Christou NV, Bernard GR, Sprung C, Sibbad WJ. Multiple organ dysfunction score: A reliable descriptor of a complex clincal outcome. Crit Care Med. 1995; 23: Majalah Kedokteran Terapi Intensif

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

ARTIKEL ASLI ABSTRAK ABSTRACT

ARTIKEL ASLI ABSTRAK ABSTRACT ARTIKEL ASLI PERBANDINGAN VALIDITAS SISTEM SKORING ACUTE PHYSIOLOGICAL CHRONIC HEALTH EVALUATION II, SEQUENTIAL ORGAN FAILURE ASSESSMENT, DAN CUSTOMIZED SEQUENTIAL ORGAN FAILURE ASSESSMENT UNTUK MEMPERKIRAKAN

Lebih terperinci

Jurnal Anestesiologi Indonesia

Jurnal Anestesiologi Indonesia PENELITIAN Perbandingan Validitas Sistem Skoring Apache II, SOFA, Dan Customized Sequential Organ Failure Assessment (Csofa) Untuk Memperkirakan Mortalitas Pasien Non-Bedah Yang Dirawat Di Ruang Perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor1778/MENKES/SK/XII/2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun

BAB I PENDAHULUAN. kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis adalah suatu keadaan kompleks tubuh yang dirangsang oleh infeksi kemudian memicu respon imun tubuh yang berlebih. Pada sepsis, respon imun tubuh yang diinisiasikan

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI OKTOBER 2013

HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI OKTOBER 2013 HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI 1- OKTOBER 13 1. Alfani Filani Idie. Diana Lalenoh 3. Iddo Posangi 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dapat bertahan hidup dengan perawatan intensif di Ruang Terapi Intensif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kedokteran saat ini berkembang dengan sangat pesat, sehingga banyak pasien dengan penyakit kritis yang dahulunya tidak dapat terselamatkan saat ini dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak

Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak Artikel Asli Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak Hendra Salim, Suparyatha IB, Budi-Hartawan I Nym

Lebih terperinci

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN APACHE II SCORE DENGAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI ICU RSUP DR. KARIADI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 Kedokteran Umum

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG

KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG KORELASI ANTARA SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG Nurul Ahmad Isnaini 1, Sofyan Harahap 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pediatric Risk of mortality (PRISM III) Score as a Predictor

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Andrias, Achsanuddin Hanafie, Dadik Wahyu Wijaya

ARTIKEL PENELITIAN. Andrias, Achsanuddin Hanafie, Dadik Wahyu Wijaya Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2017;5(1): 17 23] Perbandingan Validitas Sistem Penilaian APACHE II, SOFA, dan CSOFA Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien yang Dirawat di Instalasi Rawat Intensif Rumah

Lebih terperinci

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010 ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS 2009-31 JANUARI 2010 Yuvens, 2010. Pembimbing I : Vera, dr.,sp.pd. Pembimbing II : dra. Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

Perbandingan Penggunaan Pediatric Index of Mortality 2 (PIM2) dan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD),

Perbandingan Penggunaan Pediatric Index of Mortality 2 (PIM2) dan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD), Artikel Asli Perbandingan Penggunaan Pediatric Index of Mortality 2 (PIM2) dan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD), Untuk memprediksi kematian pasien sakit kritis pada anak Linda Marlina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (% BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN WAIST CIRCUMFERENCE (WC) SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP WC PADA OBESITAS Dhaifina Alkatirie, 2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk berusia 60 tahun ke atas. 1 Proporsi jumlah penduduk lanjut usia tersebut terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA SKOR APACHE II DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

KORELASI ANTARA SKOR APACHE II DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH KORELASI ANTARA SKOR APACHE II DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 25 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik,

Lebih terperinci

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 Yudhanta Suryadilaga 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. Wahyudi IED. Angka kematian pasien end stage renal disease di ICU dan HCU

DAFTAR PUSTAKA. 1. Wahyudi IED. Angka kematian pasien end stage renal disease di ICU dan HCU DAFTAR PUSTAKA 1. Wahyudi IED. Angka kematian pasien end stage renal disease di ICU dan HCU RSUP Dr. Kariadi. 2012. 2. Direktur RSUP Dr. Kariadi. Panduan kriteria pasien masuk dan keluar ruang rawat intensif.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) adalah masalah kesehatan utama di dunia yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya hormon insulin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA 087103028-IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK KONSENTRASI ILMU

Lebih terperinci

CUT OFF POINT GAP SCORE

CUT OFF POINT GAP SCORE TESIS CUT OFF POINT GAP SCORE SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN MULTIPLE ORGAN DYSFUNCTION SYNDROME BERDASARKAN KADAR SITOKIN INTERLEUKIN-6 PADA PASIEN CEDERA MUSKULOSKELETAL MAYOR DENGAN MULTIPLE TRAUMA NYOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kejadian AKI (Acute Kidney Injury) masih mempunyai angka kematian yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan kriteria diagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan 79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin subyek terdiri atas 26 bayi (54,2%) laki-laki dan 22 bayi (45,8%)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur 56 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dijumpai 52 penderita cedera kepala tertutup derajat sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur penderita adalah 31,1 (SD 12,76)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu catatan penting dalam beberapa dekade terakhir adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula halnya

Lebih terperinci

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan suatu respon sistemik yang dilakukan oleh tubuh ketika menerima sebuah serangan infeksi yang kemudian bisa berlanjut menjadi sepsis berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya

Lebih terperinci

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH NI PUTU WARDANI MADE WIRYANA PUTU PRAMANA SUARJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST) Oleh: Risanto Siswosudarmo Departemen Obstetrika dan Ginekologi FK UGM Yogyakarta Pendahuluan. Test diagnostik adalah sebuah cara (alat) untuk menentukan apakah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan berubahnya pola penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung yang prevalensinya

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang

RINGKASAN. Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang RINGKASAN Sepsis merupakan masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Insiden sepsis di unit perawatan intensif pediatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kariadi adalah salah satu dari bagian ruang rawat intensif lain yaitu ICU pediatrik,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kariadi adalah salah satu dari bagian ruang rawat intensif lain yaitu ICU pediatrik, 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 ICU ICU modern berkembang dengan mencakup pengananan respirasi dan jantung, menunjang faal organ, dan penanganan jantung koroner. ICU RSUP dr. Kariadi adalah salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 3 71 % pasien critically ill mengalami hiperglikemia (Capes dkk., 2000). Hiperglikemia sendiri merupakan bentuk respon tubuh terhadap stres (perubahan fisiologis)

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit

Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit Artikel Asli Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit Agnes Praptiwi, Dharma Mulyo, Henny Rosita Iskandar, Yuliatmoko Suryatin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOAGULOPATI DAN KADAR SERUM LAKTAT SEBAGAI INDIKATOR MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA KASUS MULTIPEL TRAUMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Eka Prasetia Wijaya 1, Chairiandi Siregar 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh pasien, serta kondisi ekonomi dan finansial dari pasien, yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh pasien, serta kondisi ekonomi dan finansial dari pasien, yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Faktor primer yang harus dipikirkan adalah kondisi pasien ketika masuk ke ICU, harapan hidup pasien setelah dirawat di ICU, teknologi dan fasilitas apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Indonesia dikategorikan oleh WHO sebagai

Indonesia dikategorikan oleh WHO sebagai Artikel Asli Perbandingan Pediatric Logistic Organ Sebagai Prediktor Kematian Sindrom Syok Henny Rosita Iskandar,* Dharma Mulyo,* Antonius Pudjiadi,** Agnes Pratiwi,* Yuliatmoko Suryatin* *RSAB Harapan

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 TESIS VALIDITAS DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6 JIMMY NIM 0914028203 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Disfungsi hati (liver disfunction) pada pasien-pasien kritis dengan gagal organ multipel (MOF), sering tertutupi atau tidak dikenali. Pada penderita yang

Lebih terperinci

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN HCU RSUP dr. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global

Lebih terperinci

Oleh: Esti Widiasari S

Oleh: Esti Widiasari S HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN SEPSIS DI ICU RSUP DR.KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun dari mikroorganisme di dalam darah dan munculnya manifestasi klinis yang dihasilkan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR.

TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR. TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERAWATAN PASIEN ICU DI INSTALASI RAWAT INTENSIF RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya penyakit Infeksi dan Penyakit Tropik dan Bagian Mikrobiologi Klinik RSUP dr.kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Bronkopneumonia melibatkan jalan nafas distal dan alveoli, pneumonia lobular

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

ORIGINAL ARTICLE. Uji Validasi Sistem Skor MSOFA dan Kadar Magnesium Total sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien Penyakit Kritis

ORIGINAL ARTICLE. Uji Validasi Sistem Skor MSOFA dan Kadar Magnesium Total sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien Penyakit Kritis ORIGINAL ARTICLE Uji Validasi Sistem Skor MSOFA dan Kadar Magnesium Total sebagai Prediktor Mortalitas pada Pasien Penyakit Kritis Anggraini Permatasari 1, Ceva W Pitoyo 2, Dita Aditianingsih 3, Cleopas

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Angka Kejadian Delirium dan Faktor Risiko di Intensive Care Unit Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

ARTIKEL PENELITIAN. Angka Kejadian Delirium dan Faktor Risiko di Intensive Care Unit Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2016;4(1): 36 41] Angka Kejadian dan Faktor Risiko di Intensive Care Unit Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Abstrak Rakhman Adiwinata, 1 Ezra Oktaliansah, 2 Tinni

Lebih terperinci

Osmolalitas plasma sebagai alternatif acute physiologic and chronic health evaluation II untuk memprediksi mortalitas pada pasien kritis yang dirawat di Intensive Care Unit RSUP Sanglah Ni Putu Wardani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (ADA,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. ABSTRAK KORELASI LAMA PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) 0 6 BULAN TERHADAP EPISODE DIARE AKUT PADA BAYI USIA 6 24 BULAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG Diah Arumsari Sanrisa Putri, 2016. Pembimbing I :

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BIAYA PERAWATAN DAN HASIL PERAWATAN PASIEN MEDIKAL DI RUANG RAWAT INTENSIF ICU

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BIAYA PERAWATAN DAN HASIL PERAWATAN PASIEN MEDIKAL DI RUANG RAWAT INTENSIF ICU ANALISIS HUBUNGANN ANTARA BIAYAA PERAWATAN DAN HASIL PERAWATAN PASIEN MEDIKAL DI RUANG RAWAT INTENSIF ICU (Studi Analitik di Ruang Rawat Intensif ICU RSUP dr Kariadi Semarang) RELATION ANALYSIS BETWEEN

Lebih terperinci

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci