A. GAMBARAN WILAYAH. Kabupaten CIREBON. A.1 Kondisi Geografis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. GAMBARAN WILAYAH. Kabupaten CIREBON. A.1 Kondisi Geografis"

Transkripsi

1 A. GAMBARAN WILAYAH A.1 Kondisi Geografis Kabupaten Cirebon yang secara geografis terletak dilintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, menempati titik strategis yang memiliki keunggulan tersendiri. Kabupaten Cirebon berada pada posisi 108 o 40' o 48' Bujur Timur dan 6 o 30' 7 o 00' Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Cirebon adalah : Di Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu Di Barat Laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka Di Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan Di Timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon mempunyai wilayah seluas ± 990,36 km², yang terdiri dari 40 kecamatan, 412 desa, dan 12 kelurahan. Ibu kota Kabupaten adalah Kota Sumber yang terletak sekitar 12 km ke arah Barat dari Kota Cirebon. Kabupaten Cirebon dilalui oleh jalan nasional yang menghubungkan Jakarta - Semarang. Peluang Investasi Daerah 1

2 A.2 Topografi Kondisi Topografi Kabupaten Cirebon berada pada ketinggian m dpl. Wilayah dataran rendah yang terletak disepanjang pantai utara Jawa Barat memiliki ketinggian antara 0 25 m di atas permukaan air laut, yaitu Kecamatan Gunungjati, Suranenggala, Kapetakan, Mundu, Pangenan, Losari, Astanajapura dan Pabedilan. Wilayah yang memiliki ketinggian antara mdpl berada dibagian tengah ke selatan, dan yang terletak pada ketinggian mdpl ada di bagian selatan sedangkan yang memiliki ketinggian 300 m dpl terdapat disebagian wilayah Lemah Abang, Beber, Gegesik, Sedong, Dukupuntang dan Palimanan. Daerah bagian selatan di Kabupaten Cirebon merupakan daerah perbukitan. A.3 Iklim dan Cuaca Wilayah Kabupaten Kabupaten Cirebon beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28 C. Suhu tertinggi dapat mencapai 33 0 C sedangkan suhu terendah sekitar 24 0 C. Wilayah KAbupaten Cirebon dipengaruhi oleh angin Kumbang dan bertiup relative kencang dan kering. Curah hujan di Kabupaten rata-rata sebanyak 1.265,15 mm. Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Dukupuntang (3.317 mm) dan Kecamatan Palimanan (3.204 mm). Curah hujan terendah berada di Kecamatan Suranenggala (136 mm). A.4 Pembagian Wilayah Tabel A-1 Luas Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2011 Luas Wilayah No Kecamatan Km² (%) 1 Waled 28,46 2,91 2 Pasaleman 32,11 3,29 3 Ciledug 13,25 1,36 4 Pabuaran 8,95 0,92 5 Losari 39,07 4,00 6 Pabedilan 24,08 2,47 7 Babakan 21,93 2,25 8 Gebang 31,68 3,24 9 Karangsembung 15,14 1,55 10 Karangwareng 23,12 2,37 11 Lemahabang 21,49 2,20 12 Susukan Lebak 18,74 1,92 13 Sedong 31,02 3,18 14 Astanajapura 25,47 2,61 15 Pangenan 30,54 3,13 16 Mundu 25,58 2,62 17 Beber 23,25 2,38 18 Greged 29,92 3,06 19 Talun 21,21 2,17 20 Sumber 25,65 2,63 Peluang Investasi Daerah 2

3 21 Dukupuntang 36,40 3,73 22 Palimanan 17,18 1,76 23 Plumbon 18,19 1,86 24 Depok 15,55 1,59 25 Weru 9,19 0,94 26 Plered 11,34 1,16 27 Tengah Tani 8,97 0,92 28 Kedawung 9,58 0,98 29 Gunungjati 20,55 2,10 30 Kapetakan 60,20 6,17 31 Suranenggala 22,98 2,32 32 Klangenan 20,57 2,11 33 Jamblang 17,76 1,82 34 Arjawinangun 24,11 2,47 35 Panguragan 20,31 2,08 36 Ciwaringin 17,79 1,82 37 Gempol 30,73 3,15 38 Susukan 50,1 5,13 39 Gegesik 60,38 6,18 40 Kaliwedi 27,82 2,85 Kabupaten Cirebon 990,36 100,00 Sumber: Kabupaten Cirebon Dalam Angka Tahun 2011 B. POTENSI WILAYAH Kabupaten Cirebon yang secara geografis terletak dilintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, menempati titik strategis yang memiliki keunggulan tersendiri. Selain sebagai sebagai kota transit yang di imbangi dengan pertumbuhan pembangunan fasilitas hotel-hotel berbintang, juga menjadi tujuan wisata dan bisnis. Bahkan, kegiatan perdagangan dan jasa memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PAD Kabupaten Cirebon. B.1 Perekonomian Investasi di Kabupaten Cirebon meningkat dari Rp 392,77 Miliar pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 585,21 Miliar pada tahun Investasi di Kabupaten Cirebon terbesar di sektor jasa dan industri pengolahan (Tabel 2). Investasi di sektor lainnya yang berkembang adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. Jumlah investor di Kabupaten Cirebon meningkat dari 160 pada tahun 2008 menjadi 249 pada tahun Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Cirebon sebanyak 2023 orang pada tahun Tabel B-1 Perkembangan Investasi di Kabupaten Cirebon (Rp Juta) Sektor Pertanian Pertambangan/Penggalian Peluang Investasi Daerah 3

4 Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Sumber : Cirebon dalam angka 2011 Realisasi Jumlah Investor Tenaga Kerja Dilihat dari struktur ekonomi Kabupaten Cirebon, sektor pertanian masih merupakan penggerak utama roda perekonomian 31,1% diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 21% dan industri pengolahan 13,6%. Lapangan Usaha Tabel B-2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon Tahun * (%)* Pertanian ,1% Pertambangan ,4% Industri Pengolahan ,6% Listrik, Gas dan Air Bersih ,1% Bangunan / Konstruksi ,4% Perdagangan, Hotel dan Restoran ,0% Pengangkutan dan Komunikasi ,8% Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan ,1% Jasa - Jasa ,7% *) Diolah B.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon menurut sensus penduduk tahun 2010 adalah 2,065,142 jiwa yang terdiri dari 1,057,501 jiwa laki-laki dan 1,007,641 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebesar 0,68%. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sumber sebesar 80,914 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk sebesar 24,912 jiwa. Pada tahun 2011 dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk yang sama maka jumlah penduduknya diperkirakan menjadi Jiwa. Bila dilihat berdasarkan Struktur Angkatan Kerja Berdasar Tingkat Jenis Pendidikan 2011, kelompok yang terbesar adalah berasal dari jenjang pendidikan SD yaitu dengan total jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar jiwa dan perempuan jiwa Peluang Investasi Daerah 4

5 Tabel B-3 Angkata Kerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Angkatan Kerja di Kabupaten Cirebon Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Agustus 2011 Pendidikan Laku - Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah Sumber : BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Agustus 2011 diolah Pusdatinaker B.3 Upah Minimum Kabupaten Perkembangan Upah Minimum Kabupaten Cirebon selama lima tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel B-4 Upah Minimum Kabupaten Cirebon Rp Rp Rp Rp Rp Kenaikkan upah minimum kabupaten setiap tahunnya berkisar sebesar 8.5%. B.4 Infrastruktur Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang berada dilintasan Jalan Negara yang menghubungkan 2 (dua) Propinsi yaitu Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Tengah yang merupakan jalur ekonomi yang sangat strategis. Prasarana wilayah yang dimiliki cukup lengkap mulai dari Jalan, Bandara, Pelabuhan maupun Stasiun Kereta Api. Berikut adalah gambaran infra struktur yang tersedia maupun tahap rencana pembangunan : Jalan Ketersediaan jaringan jalan di Kabupaten Cirebon secara kuantitatif cukup memadai. Jaringan yang ada telah menjangkau seluruh kecamatan terutama ibukota kecamatan dengan kondisi Peluang Investasi Daerah 5

6 jalan pada umumnya cukup Baik. Berikut adalah profil prasarana jalan di Kabupaten Cirebon : a. Jalan Negara panjang 90,7 Km b. Jalan Propinsi Panjang 53,25 Km c. Jalan Kabupaten panjang 643,16 Km d. Jalan Tol Kanci Pejagan sepanjang 35 km. e. Jalan Tol Palimanan Cirebon/ Kanci sepanjang 26,30 km. f. Jalan Tol Bandung Majalengka (rencana pembangunan). Jalan tol ini akan menghubungkan Cirebon dengan ibukota Propinsi Jawa Barat. g. Jalan Tol Cikopo Palimanan (sedang dibangun). Jalan tol ini memudahkan produsen di Kabupaten Cirebon untuk mendistribusikan produk ke konsumen di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang maupun untuk mengirim barang ekspor melalui pelabuhan kapal laut internasional Tanjung Priok. Tol ini sendiri akan melintasi wilayah Kabupaten Purwakara, Subang, Majalengka, dan Cirebon itu sejauh 116 Km. h. Stasiun Peti Kemas (rencana pembangunan). Kelistrikan Saat ini Kabupaten Cirebon memiliki 2 (dua) unit Gardu Induk masingmasing berkapasitas 120 MVA yang berlokasi di Kecamatan Arjawinangun dan Sunyaragi. Daya terpasang sebesar KVA. Selain itu pada saat ini sedang dibangun PLTU 660 MW yang dimiliki oleh swasta berlokasi di kecamatan Astanajapura. Telekomunikasi Sarana telekomunikasi. Setra Telepon Otomat (STO) di Kabupaten Cirebon sebanyak 7 buah pada tahun STO tersebut berlokasi di Arjawinagun, Kanci, Jamlang, Losari, Pabuaran, Plered dan Sindang Laut. Kapasitas setra sebanyak buah dengan jumlah pelanggan sebanyak pelanggan khusus untuk STO Kanci menyediakan 600 SST untuk Zona Industri, Astanajapura dan tersedia fasilitas Telepon umum sebanyak 520 unit. Pelabuhan Cirebon mempunyai pelabuhan yang dapat menghubungkan dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Indonesia untuk melayani kebutuhan di dalam negeri, seperti pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung Emas Semarang. Peluang Investasi Daerah 6

7 Kereta Api Jalur Kereta Api Jakarta Cirebon. Jalur kereta api di Cirebon dapat menghubungkan penumpang dan barang dari Cirebon ke Jakarta, ke Semarang hingga Surabaya melalui jalur utara, dan ke Purwokerto ke Yogyakarta hingga ke Surabaya melalui jalur selatan atau dari Cirebon ke Cilacap melalui Purwokerto. Dalam perkembangannya terdapat rencana pembangunan Jalur Kereta Api Bandung Cirebon. Jalur kereta api ini akan menghubungkan Cirebon dengan ibukota Propinsi Jawa Barat. B.5 Sektor Pertanian a. Bawang Merah Luas lahan potensial yang bisa dikembangkan Ha dengan produksi pertahun Ton. Lokasi beraada di kecamatan Losari, Babakan, Waled, Cileduk, Astanajapura dan Pangenan b. Cabe Merah Luas lahan potensial yang bisa dikembangkan 703 Ha dengan produksi pertahun Ton. Lokasi berada di kecamatan Waled, Astanajapura, Ciwaringin, Gebang,Pangenan dan Susukan. B.6 Sektor Jasa Kabupaten Cirebon sebagai kota transit memiliki panjang garis pantai sepanjang 54 Km dan berada diantara pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta dan Tanjung Mas Semarang, dekat jalan Tol Jakarta Jawa Tengah, dilewati Jalur kereta api pulau Jawa serta adanya zona industri, menjadikan kabupaten Cirebon mempunyai peluang untuk dibangun berbagai saranan pelabuhan. Selain itu sebagai kota transit, peluang pembangunan sarana hotel, restoran dan perdagangan sangat besar. B.7 Sektor Pertambangan Potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Cirebon antara lain berupa bahan galian C, yaitu: pasir, pasir batu, batu alam, batu gamping, dan tanah liat. Potensi bahan galian C tersebut berada di Kecamatan Dukupuntang, Palimanan, Gempol, Beber, Lemahabang, dan Susukanlebak. Peluang Investasi Daerah 7

8 B.8 Pengembangan infra struktur Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah di Kabupaten Cirebon Potensi dan peluang Investasi lainnya di Kabupaten Cirebon selain pembangunan industri pengecoran logam adalah pengembangan kolam pelabuhan dan tambak, jasa pandu dan tandu kapal, fasilitas bongkar muat kapal, pembangunan gudang dan lapangan penumpukan material, pembangunan terminal curah kering dan cair, pembangunan terminal penumpang, pembangunan fasilitas air bersih, dan pembangunan terminal peti kemas untuk memanfaatkan jalur Kereta Api. Kawasan industri di Kabupaten Cirebon dikembangkan hingga mencapai luas sebesar Ha. Kawasan industri kecil dan menengah dikembangkan seluas kurang lebih hektar. Tabel B-5 Rencana Lokasi dan Jenis Industri di Kabupaten Cirebon Tahun 2031 Klasifikasi Lokasi Jenis Industri Industri Besar Industri Menengah Hektar 1. Kecamatan Mundu Industri manufaktur 2. Kecamatan Astanajapura, Industri manufaktur dan hasil tambang; 3. Kecamatan Pangenan Industri manufaktur dan hasil tambang; 4. Kecamatan Babakan Industri gula 5. Kecamatan Lemahabang Industri gula 6. Kecamatan Gempol Industri semen dan hasil tambang; 7. Kecamatan Gebang, Industri manufaktur dan industri penunjang wisata bahari; 8. Kecamatan Losari Industri manufaktur dan industri penunjang pertanian dan perikanan Hektar 1. Kecamatan Ciwaringin Industri penunjang pariwisata; 2. Kecamatan Palimanan Industri ekstraktif; 3. Kecamatan Plumbon Industri rotan; 4. Kecamatan Weru Industri rotan; Peluang Investasi Daerah 8

9 Industri Kecil dan Mikro 5. Kecamatan Plered Industri rotan; 6. Kecamatan Tengah Tani Industri makanan; 7. Kecamatan Kedawung Industri makanan; 8. Kecamatan Depok Industri rotan; dan 9. Kecamatan Mundu Industri soun. 1. Kecamatan Plered Industri batik, sandal, dan mebeuler; 2. Kecamatan Kapetakan Industri perikanan budidaya; 3. Kecamatan Arjawinangun Industri pertanian tanaman pangan dan Industri konveksi; 4. Kecamatan Weru Industri makanan olahan; 5. Kecamatan Depok Industri mebeuler dan batu alam; 6. Kecamatan Dukupuntang Industri batu alam: 7. Kecamatan Gebang Industri perikanan tangkap; 8. Kecamatan Losari, Industri perikanan budidaya dan bata merah; 9. Kecamatan Pangenan, Industri garam; 10. Kecamatan Astanajapura Industri garam; 11. Kecamatan Mundu, Industri garam; 12. Kecamatan Plumbon Industri sandal; 13. Kecamatan Ciwaringin Industri genteng merah; 14. Kecamatan Beber Industri anyaman bambu; dan 13. Kecamatan Jamblang Industri gerabah. Sumber : RTRW Kabupaten Cirebon C. PELUANG INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN PASIR BESI DI KABUPATEN Sebagai kabupaten yang berada di lintasan jalur perekonomian bagian barat dan Tengah Pulau Jawa, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi dikabupaten Cirebon tidak dapat dipisahkan dengan peningkatan investasi khususnya terhadap peningkatan kemampuan sarana dan prasarana wilayah. Berbagai sarana dan prasarana telah tersedia dari mulai Jalan nasional, jalan Propinsi, jalan Tol, berbagai jenis Pelabuhan, kereta api, pembangkit listrik maupun rencana pengembangan infrastruktur lainnya seperti adanya rencana pembangunan bandara internasional di Kertajati Majalengka, pembangunan Jalan Tol dari Bandung menuju Cirebon (Tol CISUMJATI) sepanjang 65 KM yang saat ini sudah mencapai 25% dan rencana pengembangan stasiun kereta api Prujakan Cirebon menjadi Stasiun Peti Kemas tentunya akan meningkatkan peluang investasi di kabupaten Cirebon. Investasi yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Cirebon yang sesuai dengan kondisi wilayah dan potensi wilayah kabupaten Cirebon adalah industri smelter pasir besi. Keberadaan pembangunan industri smelter pasir besi di Kabupaten Cirebon diharapkan mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri-industri yang menggunakan bahan baku logam, seperti industri peralatan transportasi di Jawa Barat dan industri logam skala Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bukan hanya di Kabupaten Peluang Investasi Daerah 9

10 Cirebon, melainkan akan meluas ke kabupaten-kabupaten di sekitar Kabupaten Cirebon. industri smelter pasir besi merupakan industri pendukung bagi industry peralatan transfortasi. C.1 Profil investasi Beberapa profil investasi terkait pembangunan industry pengolahan pasir besi yang menjadi informasi penting bagi calon investor adalah sebagai berikut; a. Membutuhkan energi yang besar. Peleburan pasir besi membutuhkan energi yang relatif besar, sehingga wilayah yang memiliki energi yang besar dan relatif murah akan menjadi ekonomis bagi industri pengolahan pasir besi. Kabupaten Cirebon memiliki pembangkit listrik tenaga uap swasta dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Pembangkit listrik tersebut berada di kecamatan Astanajapura dengan kapasitas terpasang 660 MW. Selain itu Kapasitas terpasang listrik dipulau Jawa saat ini maupun kedepannya akan mengalami surplus mengingat adanya pembangunan PLTU di Jawa tengah yang berkapasitas 2 x MW. Kebutuhan energy listrik bagi industry smelter diperkirakan sekitar Mw. b. Industri hilirisasi pengolahan bijih besi bukan merupakan daftar negatif investasi menurut Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Dibidang Penanaman Modal. c. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 7 Tahun tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, melarang ekspor bijih besi mentah (sebagai raw material atau ore) melainkan harus diolah terlebih dahulu. Tabel berikut menerangkan batasan minimum pengolahan dan pemurnian komoditas tambang mineral logam yang diambil dari Lampiran I Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun. No Bijih/ore Tabel C-1 Batasan Minimum Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Tambang Mineral Logam Komoditas Mineral 1 Bijih Besi a. Hematit b. Ilmenit c. Pirit Produk Samping/ Sisa Hasil/ Mineral Ikutan Batasan Produk Minimum Untuk Dijual ke Luar Negeri Sponge iron > 85% Fe Pig iron > 94% Fe d. Geotit/ laterit Sponge iron > 80% Fe Logam paduan (alloy) > 88% Fe 2 Pasir besi a. Titanomagnetit Pig Iron > 98% Fe b. Ilmetit c. Rutil Terak a. TiO 2 > 98% b. Logam paduan (alloy) > 65% Ti c. V 2 O 5 > 14,0% d. Logam paduan (alloy) > 65% V Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun Peluang Investasi Daerah 10

11 C.2 Peluang Pasar Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil sekitar 6,3 6,7 % dengan jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang menarik bagi industri peralatan transportasi. Diantara peralatan tranportasi adalah kendaraan bermotor roda 2(dua) dan Roda 4(empat). Penjualan kendaraan bermotor roda 4 (empat) dalam negeri tahun mencapai 1 juta unit ditambah kendaran bermotor roda 2(dua) mencapai 8 juta unit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan produksi industri Manufaktur besar dan menengah Indonesia pada triwulan III tahun 2011, meningkat sebesar 5,6% dibandingkan pada triwulan III tahun Kenaikkan produksi tersebut ditopang oleh industri kendaraan bermotor yang mengalami kenaikkan terbesar hingga 29,76%. Perkembangan dan kemajuan industri otomotif Indonesia dalam beberapa tahun ke depan bakal menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Proyeksi pertumbuhan industri mobil dan sepeda motor Indonesia sampai 2025 (juta unit). Tahun Tabel C-2 Pasar industri logam Mobil Motor Mobil Motor Mobil Motor Mobil Motor Produksi 1 6,53 1,61 7,03 2,59 7,57 4,17 7,57 Penjualan 0,76 6,48 1,22 6,98 1,97 7,52 3,17 7,52 Ekspor 0,24 0,04 0,38 0,05 0,62 0,05 1 0,05 Nilai(*) ,27 225,4 70,31 363,02 75,75 584,78 90,89 Sumber : Kementerian Perindustrian 2008 *) Dalam Rp Trilyun Seiring dengan perkembangan dan kemajuan industry automotif, industri besi baja sangat penting dikembangkan di dalam negeri. Karena itu, pengembangan industri smelter sebagai industri pendukung sudah menjadi satu kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi dalam upaya mengembangkan industri peralatan tranportasi. Industri smelter akan mengolah pasir besi menjadi Pig iron (besi Mentah) yang merupakan bahan baku bagi industri Besi Baja dalam negeri. Industri besi baja sangat diperlukan oleh industri peralatan transportasi. Peluang pasar industri smelter sangat besar. Pada saat ini bahan baku industri besi baja dalam negeri 80% mayoritas masih impor C.3 Ketersediaan Lahan Pemerintahan Kabupaten Cirebon telah menetapkan daerah kecamatan Pangenan dan Kecamatan Plumbon sebagai daerah kawasan industri. Kawasan industri tersebut berada pada Zona Industri Pangenan di Kecamatan Pangenan dan Zona Industri Plumbon di Kecamatan Plumbon. Kedua zona industri tersebut dikelola oleh perusahaan swasta. Zona Industri Pangenan seluas 100 hektar dan Zona Industri Plumbon seluas 87 hektar. Peluang Investasi Daerah 11

12 Apabila dilihat dari tofografi dan tingkat kepadatan penduduknya maka wilayah Kecamatan Pangenan memiliki peluang yang lebih besar sebagai tempat investasi Industri smelter pasir besi. Lahan untuk kawasan industry C.4 Bahan Baku Bahan baku industri smelter adalah dari pasir besi yang akan diolah menjadi besi mentah atau pig iron. Pig iron ini sangat diperlukan bagi industry besi baja dalam mendukung industry peralatan transfortasi di Jawa Barat. Bahan baku pasir besi ini banyak terdapat dipulau jawa. Pasir besi dalam volume yang besar dijumpai di Propinsi Jawa Barat bagian selatan, yaitu di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. Lokasi penambangan pasir besi di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, dan Caringin, Mekarmukti. Lokasi potensi penambangan pasir besi yang bersifat prospektif di Kabupaten Garut berada di Kecamatan Cimerak, Sayang Heulang, Cibera, Citanggeuleuk, Cijayana, dan Ranca Buaya. Potensi cadangan pasir besi sebesar 4,2 juta ton terdapat di Cipatujah dan sebesar 2,4 juta ton di Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Pasir besi tersebut selama ini diekspor ke China melalui pelabuhan di Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah. Produksi pasir besi di Propinsi Jawa Barat sebesar ton pada tahun 2008 dan sebesar ton pada tahun Produksi bijih besi di Propinsi Jawa Barat sebesar ton pada tahun Selain itu kebutuhan bahan baku pasir besi dapat dipasok dari cadangan pasir besi yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti di Kulon progo (605 juta MT, Cilacap (744 Ribu Ton), lumajang ( 169 Juta MT), Sukabumi (48 Juta Ton) Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan bahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi juga dijumpai di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Peluang Investasi Daerah 12

13 Lokasi Potensi Pasir Besi di Indonesia C.5 Sarana dan Prasarana Infra struktur yang tersedia maupun dalam tahap perencanaan di Kabupaten Cirebon sebagai pendukung adanya industri smelter sangat memadai. Dari mulai Pelabuhan Umum Cirebon, Pelabuhan Khusus PLTU Sumur Adem - Indramayu, Pelabuhan Khusus PLTU Kanci - Cirebon, Jaringan kereta Api, Jalan Tol, PLTU Cirebon telah tersedia. C.6 Besaran Investasi Besaran investasi yang diperlukan untuk pembangunan sebuah pabrik smelter diperkirakan mencapai USD 600 juta USD 1 Milyar. Peluang Investasi Daerah 13

14 Peluang Investasi Daerah 14

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Ir. R. Basworo Wahyu Utomo NIP

Sekapur Sirih. Ir. R. Basworo Wahyu Utomo NIP Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010 (Population

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN (SPP-UP) DAN GANTI UANG PERSEDIAAN (SPP-GU) SERTA PENGAJUAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (SPP-TU)

Lebih terperinci

Ir. H. Yayan Eka Tavipian, MT MT

Ir. H. Yayan Eka Tavipian, MT MT SEUNTAI KATA Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON REKAP PESERTA UJIAN NASIONAL SMP TAHUN AJARAN 2012/2013 ** DAFTAR KELAS DAN SAMPUL UJIAN NASIONAL **

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON REKAP PESERTA UJIAN NASIONAL SMP TAHUN AJARAN 2012/2013 ** DAFTAR KELAS DAN SAMPUL UJIAN NASIONAL ** SR 01 1 '02-16-001 ' SMP NEGERI 1 BABAKAN 340 17 17 0 0 0 0 2 '02-16-002 ' SMP NEGERI 2 BABAKAN 165 9 7 1 10 1 15 3 '02-16-003 ' SMP NEGERI 1 GEBANG 328 17 16 0 0 1 8 4 '02-16-004 ' SMP NEGERI 2 GEBANG

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dua kecamatan yang dipilih di Kabupaten Indramayu, yaitu: Kecamatan Patrol dan Lelea. Batas administratif Kabupaten Indramayu

Lebih terperinci

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON % B NOMOR 12 TAHUN 2016 SERI, D. 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itik merupakan salah satu jenis unggas yang dianggap sebagai hewan asli

BAB I PENDAHULUAN. Itik merupakan salah satu jenis unggas yang dianggap sebagai hewan asli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu jenis unggas yang dianggap sebagai hewan asli ternak Indonesia yang sangat potensial menjadi sumber tumpuan hidup dan itik juga banyak diternakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Hal tersbut sesuai dengan pendapat Sitorus (1995, hlm. 1) :

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Hal tersbut sesuai dengan pendapat Sitorus (1995, hlm. 1) : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan salah satu sektor kebutuhan pangan yang memiliki nilai strategis, hal ini tidak lain didasari karena kebutuhan pangan terus

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Format Musrenbang tahun Bappeda Kabupaten Cirebon Tahun 2015

Format Musrenbang tahun Bappeda Kabupaten Cirebon Tahun 2015 Format Musrenbang tahun 2015 Bappeda Kabupaten Cirebon Tahun 2015 Penyelenggaraan Musrenbang Musrenbang Desa Tingkat kecamatan : Pra musrenbang kecamatan Musrenbang Musrenbang wilayah Forum SKPD Tingkat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN CIREBON TAHUN 0 Tabel SD. Kualitas Udara Ambien Kabupaten : Cirebon Tahun Data : 0 () Parameter () Sulfur Dioksida (SO) Nitrogen Dioksida (NO) Oksidan (O)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 8 TAHUN 1990 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS DAN CABANG DINAS PENDIDIKANDAN

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN CIREBON TAHUN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KABUPATEN CIREBON TAHUN Tabel SE 8 Kabupaten Tahun Data : Jumlah Hewan Ternak : Cirebon : 0 Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Babi () (8) (9) Waled 8 9 Pasaleman 8 0.0 Ciledug 8.8 Pabuaran Losari Pabedilan Babakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 42 TAHUN 2005 SERI D.25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 42 TAHUN 2005 SERI D.25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 42 TAHUN 2005 SERI D.25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2004 ORGANISASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN CIREBON TAHUN ANGGARAN 2011 NO KEGIATAN / PAKET PEKERJAAN LOKASI SUMBER DANA VOLUME I BAGIAN SEKRETARIAT 1 Penyediaan Peralatan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN DAERAH Jl. Sunan Kalijaga No.11 Telp (0231) Fax SUMBER

BADAN PERENCANAAN DAERAH Jl. Sunan Kalijaga No.11 Telp (0231) Fax SUMBER PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON BADAN PERENCANAAN DAERAH Jl. Sunan Kalijaga No.11 Telp (0231) 321991 - Fax 321991 SUMBER بسمااللهالرحمنالرحیم KATA PENGANTAR KEPALA BAPEDA KABUPATEN CIREBON أسلمءلیكمورھمةااللهوبركاتھ

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM BIDANG INFRASTRUKTUR RPJMD DAN POTENSI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN CIREBON PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIREBON 2015

KEBIJAKAN UMUM BIDANG INFRASTRUKTUR RPJMD DAN POTENSI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN CIREBON PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIREBON 2015 KEBIJAKAN UMUM BIDANG INFRASTRUKTUR RPJMD DAN POTENSI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KABUPATEN CIREBON PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIREBON 2015 GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIREBON Indramayu Majalengka Kuningan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia. Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Provinsi Jawa Barat Kabupaten dan kota provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5.877 desa/kelurahan. Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).

Lebih terperinci