BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Jenis-jenis hutang Menurut Bambang Riyanto (2011:227), hutang merupakan modal asing yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan yang pada saatnya harus dibayar kembali. Hutang dapat dibedakan menjadi 3, yaitu hutang jangka pendek (jangka waktunya kurang dari satu tahun), hutang jangka menengah (jangka waktunya antara 1-10 tahun), dan hutang jangka panjang (jangka waktunya lebih dari 10 tahun). Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yang diperlukan perusahaan untuk menyelenggarakan usahanya. Jenis-jenis hutang jangka pendek antara lain: a. Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu dimana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut. b. Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit.

2 c. Kredit pembeli merupakan kredit yang terjadi apabila pembeli membayar harga barang yang dibelinya lebih dahulu dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima barang yang dibelinya. d. Kredit wesel terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan surat pengakuan hutang yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (surat promes/notes payables), dan setelah ditandatangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada bank. Bagi bank atau pihak yang membeli promes tersebut (pembeli kredit), surat hutang tersebut merupakan tagihan atau wesel tagih (notes receivables), dan bagi pihak yang mengeluarkan surat hutang, surat tersebut merupakan hutang wesel (notes payables). Hutang jangka menengah pada umumnya digunakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di satu pihak dan juga sukar untuk dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal. Bentuk-bentuk utama dari hutang jangka menengah antara lain term loan dan lease financing. a. Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu (misalnya bulanan, kuartal, atau tahunan). b. Lease adalah persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor) menginginkan pihak lain (lessee) untuk menggunakan jasa dari aktiva tersebut selama suatu periode tertentu. Hak milik atas aktiva

3 tersebut tetap pada lessor. Terkadang, lessee juga diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. Dengan demikian, leasing dapat dianggap sama dengan debt financing (adanya beban tetap kepada kreditur (lessor)). Hutang jangka panjang pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Jenis utama dari hutang jangka panjang antara lain pinjaman obligasi (bonds payables) dan pinjaman hipotik (mortgage). a. Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu. b. Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya Balancing Theory Balancing theory merupakan teori keseimbangan yang bertujuan untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Esensi balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Akan tetapi, apabila pengorbanan karena menggunakan

4 hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:275). Schneller (dalam Hermeindito Kaaro, 2002) menyebutkan bahwa balancing theory of capital structure mencoba untuk menyeimbangkan leverage terhadap biaya dan leverage terhadap manfaat. Kunci prediksi empiris balancing theory adalah perusahaan akan mencoba untuk menyeimbangkan biaya dan keuntungan penggunaan hutang yang berujung pada optimum leverage ratio. Pengorbanan karena menggunakan hutang bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (bunga yang harus dibayarkan sebagai kontrol dari kreditur). Biaya kebangkrutan terdiri dari legal fee (biaya yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim) dan distress price (kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan dianggap bangkrut). Penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan dari penggunaan hutang tersebut, namun semakin besar pula biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan hutang (Arief Rahman Hakim, 2013) Trade Off Theory Trade off theory merupakan perkembangan dari MM theory yang mempertimbangkan adanya manfaat pajak yang didapatkan dari penggunaan hutang. Adanya manfaat pajak, menyebabkan nilai perusahaan akan dipengaruhi oleh struktur modal. Semakin tinggi proporsi hutang yang

5 digunakan, maka akan semakin tinggi harga saham. Hal ini disebabkan karena return pemegang saham dibayarkan dari pendapatan setelah pajak, sementara return pemilik hutang dibayarkan dari pendapatan sebelum pajak. Penggunaan hutang mengakibatkan pendapatan setelah pajak yang tersedia bagi pemegang saham menjadi lebih besar dari pada jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Namun, penggunaan hutang hingga 100% sangatlah berisiko. Evaluasi model MM dengan mempertimbangkan adanya manfaat pajak ini menyimpulkan bahwa penggunaan hutang memang dapat meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada satu titik tertentu (struktur modal optimal), nilai perusahaan akan mulai menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibanding biaya yang timbul atas penggunaan hutang. Hasilnya, penggunaan hutang dalam jumlah tertentu memang lebih baik, tetapi hutang yang terlalu besar tidak baik bagi perusahaan. Dengan demikian, terdapat trade off antara manfaat dan biaya atas penggunaan hutang (Agus Sartono, 2008:xv). Berdasarkan trade off theory, perusahaan yang memiliki profit yang tinggi akan menggunakan lebih banyak hutang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan pajak (Bram Hadianto, 2008). Trade off theory yang dikemukakan dalam Moch. Wahyu Widodo, dkk. (2014) menjelaskan bahwa suatu perusahaan mempunyai tingkat hutang yang optimal dan berusaha untuk menyesuaikan tingkat hutang ke arah titik optimal tersebut ketika perusahaan berada pada tingkat hutang yang terlalu tinggi (overlevered)

6 atau terlalu rendah (underlevered). Adanya biaya modal dalam hutang berupa bunga dan keuntungan pajak yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang menyebabkan adanya trade off antara biaya modal dan keuntungan pajak yang didapatkan perusahaan Pecking order theory Pecking order theory dikemukakan oleh Myers dan Majluf pada tahun Myers menyebutkan, suatu perusahaan dikatakan mengikuti pecking order apabila perusahaan tersebut memilih pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal dan lebih memilih hutang daripada ekuitas apabila pendanaan eksternal digunakan (Frank and Goyal, 2007). Pendanaan internal dapat berupa modal sendiri (laba ditahan). Pendanaan eksternal dapat berupa hutang dan penerbitan ekuitas (saham). Pecking order theory didasarkan atas informasi asimetris, yaitu suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan) dari pada pemodal. Dana internal lebih disukai oleh perusahaan dikarenakan dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri dari sorotan pemodal luar. Hutang menjadi pilihan sumber modal berikutnya dikarenakan pertimbangan biaya emisi dan adanya kekhawatiran bahwa penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Berdasarkan pecking order theory, tidak ada target rasio hutang, karena rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh

7 kebutuhan dana untuk investasi. (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:275) Leverage keuangan Leverage keuangan merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (Agus Sartono, 2008:263). Leverage keuangan merupakan besarnya penggunaan biaya untuk meningkatkan pengaruh dari perubahan EBIT terhadap EPS (Farah Margaretha dan Yolla Argoeby, 2009). Apabila hasil pengembalian atas aktiva lebih besar daripada biaya hutang, leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal dengan penggunaan leverage ini juga akan ditingkatkan. Akan tetapi, apabila hasil pengembalian atas aktiva lebih kecil dari pada biaya hutang, maka leverage akan mengurangi hasil pengembalian atas modal. Leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi dengan risiko juga dapat meningkatkan kerugian pada masa-masa suram. Leverage keuangan dapat diketahui melalui perbandingan (rasio) antara total hutang terhadap total aktiva atau disebut juga dengan debt ratio (Bitok et al., 2011). Bambang Riyanto (2011:294) menyebutkan, aturan struktur keuangan konservatif yang vertikal menghendaki agar perusahaan menjaga agar debt ratio tidak melebihi 50%, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal

8 sendiri). Kondisi debt ratio diatas 50% menunjukkan perusahaan harus menanggung biaya modal yang besar, resiko yang ditanggung perusahaan juga meningkat apabila investasi yang dijalankan perusahaan tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal. Leverage keuangan mengacu pada jumlah pendanaan hutang dalam struktur modal suatu perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2010:265). Leverage keuangan berkaitan dengan struktur modal karena hutang jangka panjang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal dan struktur keuangan. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali, maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Mamduh, dalam Fitri Mega Mulianti (2010)). Berdasarkan hierarki pendanaan pecking order theory, hutang merupakan modal eksternal pertama yang dipilih perusahaan apabila dana internal sudah tidak mencukupi kebutuhan perusahaan. Biaya modal dari penggunaan hutang adalah bunga. Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai biaya atas penggunaan hutang juga dapat memberikan manfaat penghematan pajak. Adanya biaya modal dalam hutang berupa bunga dan keuntungan pajak yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang menyebabkan adanya trade off antara biaya modal dan keuntungan pajak yang didapatkan perusahaan. Berdasarkan balancing theory, adanya biaya modal

9 dalam hutang berupa bunga dan adanya manfaat berupa pengehematan pajak yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang menyebabkan perusahaan harus menyeimbangkan antara biaya modal dan keuntungan pajak yang didapatkan perusahaan. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Akan tetapi, apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:275). Perusahaan yang pendanaan utamanya berasal dari hutang, memberikan manajer kekuatan pengambilan keputusan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang sebagian besar pendanaannya berasal dari ekuitas. Hutang dapat digunakan sebagai mekanisme kontrol yang membuat pemberi pinjaman dan pemegang saham menjadi pihak yang memegang peranan penting pada corporate governance structure. Penggunaan levarage dapat meyakinkan pemegang saham bahwa manager tidak dapat menyia-nyiakan sumber daya perusahaan untuk keperluan yang tidak berguna (Odit and Gorbandhun, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur keuangan Weston dan Copeland (1988:20) menyebutkan, determinan dari struktur keuangan antara lain sebagai berikut. 1. Tingkat pertumbuhan penjualan. Jika penjualan dan laba meningkat, pembiayaan dengan hutang dengan biaya tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. Akan tetapi, saham biasa suatu perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang baik, akan

10 mempunyai harga tinggi (yang dapat membantu pembiayaan modal). Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi. 2. Stabilitas penjualan. Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada suatu perusahaan akan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. Bila laba kecil, maka perusahaan akan menemui kesulitan untuk membayar bunga tetap dari obligasinya. 3. Karakteristik industri. Kemampuan membayar hutang tergantung pada profitabilitas dan juga pada volume penjualan. Dengan demikian, stabilitas marjin laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. Mudahnya perusahaan baru untuk memasuki industri dan kemampuan perusahaan pesaing untuk memperluas kapasitasnya akan mempengaruhi marjin laba. Industri yang sedang berkembang menjanjikan marjin laba yang tinggi, tetapi marjin laba tersebut cenderung menurun apabila industri itu merupakan industri dimana jumlah perusahaan dapat meningkat dengan cepat karena masuknya perusahaan baru. 4. Struktur aktiva. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan (misalnya perusahaan umum), akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan

11 tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan (misalnya perusahaan grosir), tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek. 5. Sikap manajemen. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan. Sebaliknya, pemilik perusahaan kecil akan lebih senang menghindari penerbitan saham biasa dalam usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan, sehingga bersedia untuk mengambil hutang yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika aktiva perusahaan kecil, pemilik perusahaan akan membatasi penggunaan hutang karena dapat meningkatkan risiko hilangnya sebagian kekayaannya. 6. Sikap pemberi pinjaman. Jika manajemen ingin menggunakan leverage melampaui batas normal untuk bidang industrinya, pemberi pinjaman mungkin tidak bersedia untuk memberi tambahan pinjaman. Pemberi pinjaman berpendapat bahwa, hutang yang terlalu besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjam dan penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya Pertumbuhan perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat diketahui melalui pertumbuhan penjualan perusahaan. Brigham dan Houston (2011:189) menyebutkan, perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan

12 penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual hutang, sehingga mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada hutang. Perusahaan dengan prospek yang sangat menguntungkan sebaiknya menghindari penjualan saham, dan sebagai gantinya, menghimpun modal baru yang dibutuhkan dengan menggunakan hutang baru meskipun hal ini akan menjadikan rasio utang diatas tingkat sasaran (Brigham dan Houston, 2011:185). Kebutuhan dana perusahaan akan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan perusahaan. Pendapatan perusahaan yang meningkat, dapat digunakan untuk diinvestasikan kembali pada kesempatan investasi lainnya yang lebih menguntungkan. Penggunaan hutang dalam rangka mendanai peningkatan pertumbuhan perusahaan juga dapat memberikan manfaat perlindungan pajak terhadap keuntungan perusahaan. Pada umumnya investor akan memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki prospek yang cerah, dengan tingkat penjualan yang stabil dan cenderung meningkat. Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat memberikan kemudahan perusahaan untuk memperoleh aliran dana eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya (Sasra Meta Nugrahani, 2012) Profitabilitas Kasmir (2013:196) menyebutkan, rasio profitabilitas (profitability ratio) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

13 keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui melalui beberapa cara, salah satunya dengan return on asset (ROA). ROA mengukur seberapa besar total aktiva yang telah dibelanjakan oleh perusahaan dari sumber dana internal maupun eksternal untuk menghasilkan profit. ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aktiva tersebut (Mamduh Hanafi M. dan Abdul Halim, 2012:157). Jika perusahaan memiliki ROA yang tinggi, maka profitabilitas yang diperoleh dari total aktiva semakin tinggi. Hal ini memungkinkan perusahaan tidak membutuhkan banyak pendanaan dengan hutang karena laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan sudah dapat memenuhi sebagian besar pendanaan perusahaan (Mochamad Yahdi Khairin, 2014). Rudolf Lumbantobing (2008) menyebutkan, pecking order theory menunjukkan jika sebuah perusahaan lebih profitable maka pendanaannya lebih banyak berasal dari pendanaan secara internal. Perusahaan-perusahaan yang kurang daya profitnya cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan hutang menjadi pilihan sumber dana eksternal yang lebih disukai daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham.

14 Sayilgan et al. (2006) menyebutkan trade off model memprediksikan bahwa perusahaan yang profitable akan menggunakan lebih banyak hutang dikarenakan mereka menginginkan pembebasan pajak yang tinggi dan biaya kebangkrutan yang rendah. Disisi lain, pecking order theory memprediksikan hubungan yang negatif antara profitabilitas dan hutang yang didasarkan pada perusahaan yang sukses tidak membutuhkan pendanaan eksternal yang besar. Disamping itu, perusahaan dapat memilih untuk mendanai usahanya dengan pendanaan internal yang diakumulasikan dari profit di tahun-tahun sebelumnya Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Anita Dwilestari (2010) menyebutkan, masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Meskipun perusahaan tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka perusahaan tersebut dikatakan tidak likuid. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid, artinya perusahaan tersebut mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Sebaliknya, jika perusahaan

15 tidak dapat memenuhi pembayaran pada saat ditagih atau kewajibannya pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan tidak likuid. Kasmir (2013) menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Artinya, apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo. Bagi pihak luar perusahaan, seperti penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan terhadap pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Harahap (2009:301) menyebutkan, semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar yang aman adalah jika berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya, aktiva lancar harus di atas jumlah utang lancar Struktur aktiva Brigham dan Houston (2011:188) menyatakan perusahaan yang aktivanya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang. Struktur aktiva menggambarkan proporsi atau perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dengan total aktiva perusahaan. Struktur aktiva mencerminkan seberapa besar aktiva tetap mendominasi komposisi kekayaan yang dimiliki perusahaan

16 (Hasni Yusrianti, 2013). Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar kecenderungan perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai sumber modal. Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki aktiva tetap yang dapat dijadikan jaminan hutang. Besarnya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi penilaian kreditor untuk memberikan pinjaman atau tidak. Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak. Hal ini menunjukkan struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil. (Dumas Lusangaji dan Andarwati, 2013). Sayilgan et al. (2006) mengemukakan, struktur aktiva memiliki pengaruh pada keputusan pendanaan perusahaan dikarenakan memiliki tingkat informasi asimetris yang rendah dan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan intangible assets apabila perusahaan mengalami kebangkrutan. 2.2 Hipotesis Penelitian Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap leverage keuangan Pertumbuhan perusahaan yang semakin pesat mengindikasikan kebutuhan modal yang lebih besar. Perusahaaan dengan pertumbuhan yang lebih pesat memiliki intensitas yang lebih tinggi untuk berhutang. Pada umumnya, pendanaan menggunakan hutang (debt financing) digunakan terutama pada bank setempat yang mana bank dan institusi keuangan lainnya memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan (Piaw and Jais, 2013).

17 Perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi akan cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah (Ritonga, 2009). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak membutuhkan dana di masa depan, terutama dana eksternal untuk memenuhi kebutuhan investasinya atau untuk membiayai pertumbuhannya (Hasni Yusrianti, 2013). Hasil penelitian Ritonga (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel pertumbuhan penjualan terhadap leverage keuangan. Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Awan et al. (2010), Keswani et al. (2014), Odit and Gorbandhun (2011). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage keuangan Pengaruh profitabilitas terhadap leverage keuangan Fama and French (dalam Frank and Goyal, 2002) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara profit dan leverage yang mendukung pecking order theory. Pecking order theory mengemukakan bahwa dalam hirarki pendanaan, yang akan digunakan terlebih dahulu adalah modal sendiri, hutang, dan terakhir adalah penerbitan ekuitas baru. Modal sendiri yang dapat digunakan oleh perusahaan dapat berasal dari dana yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan, maupun dari keuntungan perusahaan yang diinvestasikan kembali menjadi modal (profit). Semakin besar kemampuan perusahaan

18 menghasilkan laba (profitability), maka semakin besar pula laba perusahaan yang dapat digunakan kembali untuk keperluan investasi perusahaan (laba ditahan). Semakin besarnya laba ditahan yang digunakan perusahaan sebagai sumber modal menyebabkan semakin menurun kecenderungan perusahaan untuk memperoleh tambahan modal melalui hutang. Hasil penelitian Ali (2011), Andani and Al-Hassan (2012), Widya Ningsih dan Neneng Djuaeriah (2013), Cui (2012), Hashemi (2013), Chaudhry (2014), dan Keswani et al. (2014) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, berpengaruh negatif terhadap leverage keuangan. Berdasarkan hal ini, dapat dihasilkan hipotesis: H 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage keuangan Pengaruh likuiditas terhadap leverage keuangan Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finasialnya yang harus segera dipenuhi (Bambang Riyanto, 2011:25). Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi berarti perusahaan memiliki pendanaan internal yang akan cukup digunakan untuk membayar kewajibannya. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan sebaiknya menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Apabila dana internal belum mencukupi, barulah menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan (Dwi Ema Putra dan Wijaya Kesuma, 2014). Hasil penelitian Ramlal (2009), Regasa (2014), Chaudhry (2014), dan Nyamita et al. (2014)

19 menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap leverage keuangan. Adapun, rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 3 : Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage keuangan Pengaruh struktur aktiva terhadap leverage keuangan Komposisi struktur aktiva secara garis besar terdiri atas aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar dapat direalisasi menjadi uang kas atau dijual atau digunakan dalam periode akuntansi normal. Dominasi aktiva tetap dalam struktur aktiva perusahaan menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan perusahaan menggunakan hutang karena perusahaan menganggap biaya investasi aktiva tetap berlangsung dalam jangka panjang. Selain dapat menjadi jaminan bagi pihak kreditur, struktur aktiva dapat mempengaruhi fleksibilitas perusahaan karena memiliki tingkat resiko kebangkrutan yang relatif rendah. Semakin besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, semakin besar harapan perusahaan untuk meningkatkan aktifitas operasional. Hasil peningkatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan akan membuat para pihak luar semakin percaya untuk menanamkan modalnya terhadap perusahaan (Mochamad Yahdi Khairin, 2014). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa penelitian Ali (2011), Andani and Al-Hassan (2012), Regasa (2014), Bitok et al. (2011), Cui (2012), dan Hashemi (2013) menemukan bahwa variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap leverage keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan

20 untuk menggunakan hutang sebagai sumber modal. Berdasarkan penjelasan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H 4 : Struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage keuangan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Keputusan Keuangan Sartono (2001) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi mengatakan bahwa pada prinsipnya fungsi utama manajer keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Modal dan Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal menurut Riyanto (2011:22) merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Sumber-sumber Pendanaan Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari internal perusahaan (pendanaan dari dalam perusahaan) dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti. BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Guna memudahkan pemahaman atas bahasan mengenai penelitian ini, maka diperlukan tinjauan teoretis. Hal tersebut perlu untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Aktiva 2.1.1 Pengertian Struktur Aktiva Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitasnya. Modal merupakan faktor yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan telah dilakakukan oleh: 1. T Mallikarjunappa dan Carmelita Goveas (2007) telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang menukung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi (Harnanto,1984).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu : Manajemen Keuangan(Financial Management), atau dalam literatur lain disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendanaan merupakan masalah yang sangat penting bagi suatu perusahaan, karena melibatkan banyak pihak, seperti pemegang saham, kreditur, serta pihak manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal Salah satu isu penting yang di hadapi oleh manajer keuangan adalah Riyanto (2001) mengemukakan modal adalah perimbangan atau perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal 2.1.1 Pengertian Modal Modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan. Setiap perusahaan tentu akan membutuhkan modal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan menjadi faktor yang sangat penting didalam kegiatan bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan topik pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Modal 1. Definisi Struktur Modal Menurut Bambang (2008:22), Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dengan modal sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Struktur Aktiva Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan alat-alat analisis

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan alat-alat analisis BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan gambaran yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dalam kebijaksanaan keuangan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan campuran sumber sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan (Keown 2010), sedangkan menurut Riyanto

Lebih terperinci

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN Handout Manajemen Keuangan 1 JENIS-JENIS MODAL Modal Asing (Hutang) Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Menengah) Hutang Jangka Panjang Modal Sendiri Modal Saham Cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan bisnis properti di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup pesat pada dekade terakhir ini. Banyak indikator yang dapat dilihat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal yang penting karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 21 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Husnan (2000:275) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajamen Keuangan Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal asing dalam hal ini adalah hutang jangka panjang maupun jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal harus diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal yang dalam hal ini kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,2001). Struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur modal, meluncurkan produk baru atau untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Signalling Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Spense di dalam artikelnya tahun 1973. Teori tersebut menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini diperlukan agar laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan perkembabangan jaman. Secara umum manajemen keuangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Modal Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari itemitem yang ada disisi kanan suatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan

UKDW BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau pemegang saham (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Harahap (2003) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada Industri Pulp and Paper yang masuk Pasar Modal. Hasil penelitian in menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis ekonomi ini sektor riil harus digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia sebagai perusahaan yang go publik (emiten) yang semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia sebagai perusahaan yang go publik (emiten) yang semakin bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia, khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI) relatif pesat sejak tahun 1988. Pasar modal telah menarik perhatian banyak peminat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitability (ROE) Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan badan

Lebih terperinci

proporsi hutang menjadi penting karena berkaitan dengan kepentingan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Gitman, 2003).

proporsi hutang menjadi penting karena berkaitan dengan kepentingan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Gitman, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi dunia usaha, karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, seperti kreditur, pemegang saham, serta pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Return Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal (DER) adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis a. Struktur Modal Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa. berhadapan dengan persoalan penambahan modal yang tujuannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian saat ini sangat tergantung dengan masalah pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa berhadapan dengan persoalan penambahan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana

II. LANDASAN TEORI. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 LEVERAGE Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam menjalankan usahanya, perusahaan memerlukan pendanaan. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu dari hutang. Pecking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melintasi batas negara ini telah menuntut bangsa kita untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. yang melintasi batas negara ini telah menuntut bangsa kita untuk terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia saat ini telah memasuki era globalisasi yang menciptakan dunia menyeluruh dan tanpa batas pada semua aspek dalam kehidupan manusia. Globalisasi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan investasi besar dengan kebutuhan dana yang besar pula agar mampu menghasilkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumber-sumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. Banyak tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA merupakan kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam suatu proses pengambilan keputusan pendanaan, seorang manajer keuangan harus mempertimbangkan sifat dan biaya dari sumber pendanaan yang akan dipilih.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Alex S. Nitisemito (1991:20), modal adalah elemen-elemen dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Alex S. Nitisemito (1991:20), modal adalah elemen-elemen dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Menurut Alex S. Nitisemito (1991:20), modal adalah elemen-elemen dalam aktiva suatu neraca yang dapat berupa uang kas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba dari setiap kegiatannya sekaligus meningkatkan kualitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba dari setiap kegiatannya sekaligus meningkatkan kualitas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka. 2.1.1 Sumber Dana. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pada pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Penelitian 2.1.1 Teori Sinyal Signaling Theory (Teori Sinyal) menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai adalah suatu organisasi yang mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan jasa untuk

Lebih terperinci