ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI"

Transkripsi

1 ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) OLEH : ANDRI PURNA A POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN ANDRI PURNA. Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi. Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat. (Dibawah Bimbingan LUKMAN MOHAMMAD BAGA). Di negara berkembang, pembangunan merupakan suatu keharusan yang mutlak diperlukan dan koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Setelah sarat dengan dominasi pemerintah, di akhir 1998, koperasi di Indonesia berkembang kembali ke jati diri yang sebenarnya sebagai lembaga sosial ekonomi milik masyarakat. Pengurangan dominasi pemerintah pada koperasi yang ditandai dengan pencabutan Inpres No. 4/1984 tentang KUD dan pemberlakukan Inpres No. 18/1998, merubah potret koperasi di Indonesia. Jumlah koperasi dan anggotanya, justru meningkat dari tahun ke tahun. KUD Karya Teguh merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD sedangkan KPSBU adalah koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis model desain organisasi yang terdapat pada dua koperasi melalui faktor-faktor dalam profil ciri, membandingkan apakah terdapat perbedaan desain organisasi yang terjadi pada dua koperasi melalui model desain organisasi berdasar profil ciri-ciri, sehingga dapat melihat perbandingan antara koperasi top-down dan bottom-up. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan koperasi untuk mencapai sistem yang lebih baik dalam pelaksanaannya.

3 Hasil identifikasi mengenai desain organisasi menunjukkan bahwa KUD Karya Teguh desain organisasi cenderung organik, dimana semua variabel yang ada dalam faktor-faktor yang mempengaruhi profil ciri memiliki rata-rata yang menggolongkannya pada desain organik. Sedangkan pada KPSBU desain organisasi lebih beragam dimana ada 20 variabel yang cenderung mekanistik dan 31 variabel yang cenderung organik. KUD karya Teguh lebih mengarah pada sistem yang ideal dilihat dari desain organisasinya terkait dengan responden yang pembatasannya hanya pada karyawan. Melaui Independent-Samples T Test disimpulkan bahwa dari semua variabel yang ada terdapat 16 variabel yang nilai rata-ratanya tidak ada perbedaan signifikan antara kedua koperasi. Sisanya sebanyak 35 variabel didapat adanya perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata pada KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang. Dalam perhitungan dengan menggunakan Uji Mann-Whitney terdapat perbedaan desain organisasi antara KUD Karya Teguh maupun KPSBU Lembang. Melalui pengujian diperoleh nilai kemungkinan dari z tabel lebih kecil dari α (0,05) sehingga desain organisasi kedua koperasi tidak dapat digolongkan sama pada kedua koperasi yang artinya terdapat perbedaan antara koperasi yang bottom-up dan top-down. Pada KUD Karya Teguh yang semua variabel memiliki desain organik, sebaiknya desain organisasi organik yang ada dipertahankan agar terdapat kecenderungan organisasi yang sukses didalamnya. Pada KPSBU walaupun variabel-variabel yang ada tidak menunjukkan sepenuhnya organik, namun terdapat beberapa variabel dengan nilai rataan yang tinggi yaitu rasa tanggung

4 jawab pada masing-masing anggota organisasi dan ketelitian komunikasi ke atas, hal ini harus dipertahankan. Variabel Komunikasi ke bawah harus lebih diperhatikan untuk tidak dimulai hanya di puncak organisasi tetapi dimulai disemua tingkat. KUD Karya Teguh yang mempunyai jumlah unit usaha yang cukup banyak dan dalam perkembangannya mengikuti pasar yang permintaanya selalu berfluktuasi, maka perlu diantisipasi dengan menerapkan manajemen yang baik agar tercipta sistem manajemen yang efektif. Pada KPSBU Lembang pembelian susu yang jelas berasal dari anggotanya yaitu peternak sapi perah dan jumlah yang dijual juga jelas dituntut disiplin dan kerja keras seluruh komponen koperasi.

5 ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) OLEH : ANDRI PURNA A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Andri Purna NRP : A Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis Judul Skripsi : Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Menyetujui Dosen Pembimbing Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP Tanggal Kelulusan :

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (PERBANDINGAN ANTARA KOPERASI UNIT DESA KARYA TEGUH DAN KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA, LEMBANG, JAWA BARAT) BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN BOGOR, JANUARI 2006 ANDRI PURNA A

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 18 Juni Berasal dari keluarga H Inderik (Alm) dan Mardianah. Pada tahun 1993 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Muhammaddiyah 6 Palembang. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Palembang.dan lulus tahun 1996 Pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Palembang. Tahun 2003 penulis lulus dari Program Diploma Tiga Universitas Padjajaran pada Program Studi Manajemen Agribisnis Pertanian. Tahun 2003 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur umum.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak H.Inderik (Alm) yang bisa terus menjadi kebanggaan. Ibunda Mardianah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan do a dan mengajarkan untuk tegar. 2. Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Muhammad Firdaus, SP, MSi, selaku dosen evaluator dan penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 4. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS, selaku dosen penguji utama 5. Pak Rochendi Nurya, Pak Deden, Pak Agus, Bu Rini, Bu Ayi, Pak Taryat, Bu Aat serta karyawan lainnya di KUD Karya Teguh dan KPSBU Lembang, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder. 6. Kakak-kakakku yang terus memberikan motivasi kepada penulis. 7. Nda dan Tie sebagai inspirator di saat penelitian dan penulisan skripsi. 8. Ibu Penti yang telah mendoakan dan memberikan perhatian kepada penulis selama menempati kost.

10 9. Dwi Heriyanto atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar 10. Teman-teman Ekstensi atas dukungan dan bantuannya selama ini 11. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi semoga Allah membalas dan memberikan rahmat dan hidayah-nya. Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan untuk dianggap sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca Bogor, Januari 2006 Penulis

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai Analisis Model Desain Organisasi pada Koperasi (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat). Penelitian ini akan melihat model desain organisasi dari dua koperasi yang lahir dengan latar belakang yang berbeda dan membandingkan model desain dari dua koperasi tersebut. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Januari 2006 Penulis

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di suatu negara yang sedang berkembang, pembangunan merupakan suatu kebutuhan. Koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta dukungan atau perlindungan yang diperlukan. Menurut Soetrisno (2003), ada perbedaan sejarah antara koperasi di negara-negara maju dengan di negara-negara berkembang. Di negara maju, koperasi tumbuh alami dari masyarakat sebagai jawaban terhadap ketidakadilan pasar. Sedangkan di negara berkembang, koperasi tumbuh atas inisiatif pemerintah guna menjadi mitra negara dalam mensejahterakan rakyatnya. Sedangkan di Indonesia agak unik yaitu di jaman penjajah, koperasi lahir secara alami dari masyarakat yang kemudian akhirnya didominasi pemerintah setelah era merdeka dengan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi.

13 Setelah sarat dengan dominasi pemerintah, di akhir 1998, koperasi di Indonesia diharapkan dapat berkembang dengan kembali ke jati diri yang sebenarnya sebagai lembaga sosial ekonomi milik masyarakat, yang menumbuhkan kembali prakarsa masyarakat. Pengurangan dominasi pemerintah yang ditandai dengan pencabutan Inpres No. 4/1984 tentang Koperasi Unit Desa (KUD) dan pemberlakukan Inpres No. 18/1998, mengubah potret koperasi di Indonesia. Jumlah koperasi dan anggotanya justru meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan jumlah koperasi yang ada dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Koperasi di Indonesia dan Jawa Barat Tahun Tahun Jawa Barat ( Unit ) Indonesia ( Unit ) Persentase Jumlah Koperasi Jawa -Barat ( % ) , , , , , ,4 Sumber : Kantor Kementerian Koperasi dan UKM (2005) Tabel 1 menunjukkan perkembangan koperasi di Indonesia secara umum dan khususnya di Jawa Barat, dimana terlihat adanya perkembangan jumlah koperasi antara tahun 1999 dan Dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 1999 sampai tahun 2004 peningkatan jumlah koperasi sebesar 45,3 persen dimana jumlahnya pada tahun 1999 sebanyak menjadi unit pada tahun 2004.

14 KUD merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan. Sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan perekonomian pedesaan KUD memiliki fungsi-fungsi yaitu perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi. Fungsi lain dari KUD adalah pengelolaan dan pemasaran hasil produksi serta kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan, pengangkutan dan sebagainya. Dilihat dari fungsi-fumgsi yang dijalankan, KUD bersifat serba usaha (multi purpose) yang ditujukan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan. Koperasi Peternak Sapi Perah atau Koperasi Susu merupakan pilihan pada bentuk koperasi sebagai wadah kerjasama peternak sapi perah yang dilatarbelakangi oleh kendala dalam memasarkan susu yang dihasilkan dan oleh kondisi peternak sapi perah rakyat yang pada umumnya merupakan usaha rumah tangga. 1.2 Perumusan Masalah Desain organisasi mengarah pada pengambilan keputusan manajerial untuk menentukan struktur dan proses mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi ini adalah sistem pekerjaan dan kelompok kerja, termasuk proses yang menghubungkannya. Desain organisasi yang ada dapat dilihat melalui berbagai faktor dalam profil ciri sehingga model desain pada koperasi dapat diketahui.

15 Kinerja suatu organisasi dapat ditentukan oleh bentuk desain organisasi yang dimilikinya, hal ini berlaku juga bagi perkoperasian di Indonesia. Fenomena yang terjadi di Indonesia, menunjukkan campur tangan pemerintah yang begitu besar pada perkoperasian, khususnya KUD. Hal ini berakibat kinerja KUD belum maksimal. Suratman (2002) menyatakan hal yang menjadi kendala utama koperasi Indonesia yaitu kualitas sumber daya manusia yang umumnya relatif rendah. Hal ini mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan perannya antara lain memperoleh peluang (akses) pasar dan memperbesar pangsa pasar. Program pelatihan pengembangan SDM koperasi telah banyak diselenggarakan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, program pelatihan tersebut lebih banyak ditekankan pada peningkatan kemampuan manajerial, namun kurang diimbangi dengan peningkatan motivasi serta pemahaman atas jatidiri koperasi (Baga, 2002). Dengan berbagai fasilitas serta peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pembinaan dan pengembangan KUD, maka jenis koperasi ini dapat berkembang pesat di Indonesia. Meskipun demikian kepesatan dari segi jumlah ini, belum diikuti dengan peningkatan kualitas. Hal ini ditunjukkan dengan masih lemahnya KUD dalam sumber daya manusia, modal, manajemen dan sebagainya sehingga pada umumnya belum tergolong pada kondisi mandiri. Pemberlakuan Inpres No.18/1998 mengenai peningkatan pembinaan koperasi telah menyebabkan banyak KUD tidak berfungsi khususnya tidak mampu hidup atas kemampuan sendiri.

16 Memasuki era globalisasi, Indonesia sebagai salah satu anggota Organisasi Perdagangan Dunia terikat untuk melaksanakan berbagai ketentuanketentuan yang sudah disepakati. Inti dari ketentuan tersebut adalah mengurangi hambatan perdagangan, pengurangan proteksi dan subsidi terhadap sektor-sektor tertentu. Dengan adanya kesepakatan itu berarti campur tangan pemerintah yang besar akan semakin berkurang. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana koperasi tersebut dapat menyesuaikan diri untuk ikut bersaing dalam pasar bebas. Masalah global juga dirasakan oleh gerakan koperasi di Indonesia. Kemampuan merespon masalah tersebut sangat tergantung pada kesiapan organisasi dari koperasi. Masalah organisasi ini sangat penting diperhatikan karena organisasi menunjukkan soliditas koperasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Selain KUD terdapat sedikit jenis koperasi pertanian di pedesaan. Salah satunya adalah koperasi persusuan. Koperasi persusuan mendapat pengecualian untuk tetap beroperasi pada saat era monopoli KUD (1984 sampai 1998). Sehingga perlu dilakukan studi terhadap kinerja organisasi antara dua jenis koperasi. KUD Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) merupakan dua jenis koperasi yang berbeda. KUD Karya Teguh merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) melalui program KUD sedangkan KPSBU yang merupakan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya. Perbedaan mendasar lainnya adalah campur tangan pemerintah yang besar terhadap KUD mulai dari faktor eksternal sampai faktor internal. Sedangkan pada KPSBU sebatas pada masalah pemasaran.

17 Dari fenomena yang ada, menarik untuk dilakukan perbandingan antara model desain organisasi. Faktor-faktor didalam profil ciri yang menunjukkan desain organisasi dari kedua koperasi tersebut perlu dianalisis. Kedua koperasi yang berbeda ini juga akan memberikan penilaian terhadap organisasi mereka dan akan dibandingkan model desain organisasi antara keduanya. 1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis model desain organisasi yang terdapat pada dua koperasi yang berbeda melalui faktor-faktor dalam profil ciri. 2. Membandingkan model desain organisasi berdasar profil ciri-ciri pada dua koperasi.

18 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan : 1. Bagi koperasi, yakni dengan menganalisis karakteristik organisasi berdasar profil ciri-ciri organisasi maka bisa melihat sistem kerja pada koperasi tersebut, melihat bagaimana hubungan berbagai ciri dalam karakteristik terhadap tujuan dan dapat menjadi pertimbangan koperasi untuk mencapai sistem yang lebih baik dalam pelaksanaannya. 2. Bagi penulis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat melatih dan meningkatkan pengetahuan serta menerapkan ilmu yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 3. Bagi mahasiswa dan perguruan tinggi, penulisan ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan bahan perbandingan dan acuan dalam melakukan studi lanjutan.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Definisi, Nilai dan Prinsip Koperasi Koperasi memiliki banyak pengertian yang selalu berkembang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kongres Aliansi Koperasi Internasional atau International Co-operative Alliance (ICA) ke-100 di Manchester tahun 1995 telah mengesahkan ICA Co-operative Identity Statement (ICCS). Meskipun hasil rumusan ini tidak sepenuhnya baru, namun perlu untuk lebih dihayati, khususnya bagi pelaku koperasi. Menurut Aliansi Koperasi Internasional (1995) definisi dari koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai yaitu swadaya, tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Dalam tradisi dari pendiri-pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli terhadap orang-orang lain. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek (Soedjono, 2001), terdiri dari :

20 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa diskriminasi jender, sosial, politik dan agama. 2. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis Koperasi adalah perkumpulan demokratis dikendalikan oleh para anggota yang secara aktif berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan pengambilan keputusan-keputusan, laki-laki dan perempuan mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih, bertanggung jawab kepada para anggota. Dalam koperasi primer anggota-anggota mempunyai hak suara yang sama (satu anggota satu suara), dan koperasi-koperasi pada tingkat lain juga diatur secara demokratis. 3. Partisipasi ekonomi anggota Anggota-anggota menyumbang secara adil bagi dan mengendalikan secara demokratis, modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari koperasi. Anggotaanggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas bilamana ada terhadap modal. Anggota-anggota membagi surplus-surplus untuk sesuatu atau tujuantujuan yaitu pengembangan koperasi-koperasi mereka, kemungkinan membentuk cadangan sekurang-kurangnya sebagian dari padanya tidak dapat dibagi-bagi, pemberian manfaat kepada anggota-anggota sebanding dengan transaksi-transaksi mereka dengan koperasi, dan mendukung kegiatankegiatan yang disetujui oleh anggota-anggota.

21 4. Otonomi dan kebebasan Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-anggotanya. Koperasi bila mengadakan kesepakatan-kesepakatan dengan perkumpulan-perkumpulan lain, hal itu dilakukan dengan persyaratan-persyaratan yang menjamin adanya pengendalian oleh anggota-anggota serta dipertahankannya otonomi koperasi. 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggotaanggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan, sehingga mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi perkembangan koperasi mereka. Koperasi memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya orang-orang muda, dan pemimpin-pemimpin opini masyarakat mengenai sifat dan kemanfaatan kerjasama. 6. Kerjasama di antara koperasi-koperasi Koperasi akan dapat memberikan pelayanan yang paling efektif kepada para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara bekerjasama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional, dan internasional. 7. Kepedulian terhadap komunitas Koperasi-koperasi bekerja bagi pembangunan yang berkesinambungan dari komunitas-komunitas mereka melalui kebijakan-kebijakan yang disetujui anggota-anggotanya.

22 2.1.2 Bentuk Koperasi Bentuk koperasi terdiri dari koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Koperasi skunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan atau koperasi sekunder (UU Koperasi No.25/1992). Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, koperasi skunder dapat didirikan oleh sejenis koperasi maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal ini koperasi mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, seperti koperasi pusat, gabungan, induk maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh koperasi bersangkutan. Koperasi primer sekurang-kurangnya dibentuk oleh 20 orang. Koperasi sekunder dibentuk oleh paling sedikit tiga koperasi. Hal ini ditujukan untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi Jenis Koperasi Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggota. Secara garis besar koperasi dapat dibagi menjadi dua golongan menurut Nurzain, dalam Reksohadiprojo (1998) dan dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini yaitu: 1. Koperasi Konsumsi Bertujuan agar para anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan harga yang layak serta berkualitas baik. Untuk melayani anggotanya maka koperasi konsumsi melakukan pembelian barang-barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan

23 anggotanya dan menyalurkan barang-barang tersebut kepada anggota. Contohnya adalah koperasi karyawan yang menyediakan berbagai jenis barang untuk memenuhi kebutuhan anggota koperasi tersebut. 2. Koperasi Produksi Merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi tersebut. Sebagai contoh koperasi produksi yaitu koperasi pertanian, koperasi peternak sapi perah, koperasi batik, koperasi tahu tempe dan lain-lain. Berdasarkan sifat kegunaan usahanya, masih menurut Nurzain usaha koperasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Koperasi Tunggal Usaha (Single Purpose) Ialah koperasi yang mengusahakan hanya satu macam kesempatan untuk memperluas usaha misalnya, koperasi kredit atau yang biasa disebut credit union atau koperasi batik. 2. Koperasi Serba Usaha (Multi Purpose) Yaitu koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya. Biasanya koperasi demikian tidak dibentuk sekaligus untuk melakukan bermacammacam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan sebab-sebab lain yang mungkin timbul. Contoh dari koperasi jenis ini adalah KUD, koperasi di lingkungan pegawai negeri dan lain-lain.

24 2.1.4 Keanggotaan dan Perangkat Organisasi Koperasi Menurut UU Koperasi No.25/1992, anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingan koperasi dapat pula memberikan pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat usahanya, dengan maksud menarik yang bukan anggota untuk menjadi anggota koperasi. Syarat untuk menjadi anggota koperasi adalah WNI yang mampu melaksanakan tindakan hukum/koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana sebagaimana ditetapkan oleh anggaran dasar. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Sukarela mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat sukarela juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya dengan syarat yang telah ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaannya tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam koperasi, pengurus (terdiri dari ketua, bendahara, dan sekertaris), pengawas. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha. Pengelola merupakan pelaksana harian terdiri dari manajer dan staf atau pegawai. Semua penjelasan mengenai keanggotaan dan perangkat organisasi koperasi tercantum pada pasal-pasal dalam UU Koperasi No.25/1992.

25 2.1.5 Koperasi Unit Desa (KUD) KUD merupakan koperasi yang didirikan dengan tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah kerja mencakup unit desa. Timbulnya koperasi jenis ini mempunyai latar belakang yang cukup panjang. Dalam rangka penyesuaian dengan UU No.12/1967 dilancarkan program di daerah pedesaan yang bertujuan untuk mempersatukan koperasi-koperasi yang berada koperasi-koperasi yang berada di pedesaan agar memiliki kekuatan yang lebih besar sebagai badan usaha bagi para petani. Bersamaan dengan itu, pemerintahan pada era ini juga berusaha untuk memecahkan masalah produksi pangan khususnya beras, yang dilaksanakan melalui program Bimas (Soedjono,1997) Pada awalnya konsepsi pembentukkan BUUD (Badan Usaha Unit Desa) atau KUD dimaksudkan sebagai dasar dalam penataan kembali koperasi yang telah mengalami kemunduran pada masa orde lama. Prioritas utama pengembangan koperasi melalui pola BUUD/KUD ini adalah bidang pertanian terutama pangan yang berarti terkait dengan daerah pedesaan dan pelaksanaan program Bimas. Untuk memperkuat arti kehadiran BUUD/KUD ini, maka pemerintah kemudian mengeluarkan Inpres No.4/1973 tentang unit desa. Penerbitan Inpres No.4/1973 pada hakekatnya merupakan peningkatan proyek BUUD ke jenjang nasional. Dibawah Inpres ini, kegiatan BUUD/KUD masih terbatas pada penyaluran sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya. Meskipun demikian terlihat bahwa dengan dengan Inpres No.4/1973, pemerintah bertujuan untuk mengembangkan BUUD/KUD sebagai koperasi pertanian serba

26 usaha. Kegiatan ini berdasarkan Inpres No.2/1978 yang menggantikan Inpres No.4/1973. Sesuai dengan Inpres 2/1978 ini, maka kegiatan BUUD/KUD tidak hanya sebatas penyaluran sarana produksi pertanian, tetapi juga mencakup usaha lain didaerah pedesaan. Dengan kata lain KUD menjadi koperasi pedesaan serba usaha. Perkembangan berikutnya untuk kebijakan KUD adalah penggantian Inpres 2/1978 tentang BUUD/KUD dengan Inpres 4/1984 tentang pembinaan dan pengembangan KUD. Dengan Inpres ini maka peranan BUUD digantikan dengan BPP-KUD atau Badan Pembimbing dan Pelindung KUD. Inpres 4/1984 menunjukkan peranan pemerintah untuk memampukan KUD melalui pembukaan kesempatan berusaha seluas-luasnya dengan penyediaan bantuan fasilitas permodalan, menyediakan kapasitas usaha dalam bentuk jaminan pasar dan jaminan harga, peningkatan pembinaan organisasi, manajemen dan kemampuan pengendalian serta pengawasan intern dan ekstern. Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan dari pemerintah (top-down) ditengah gerakan koperasi nasional sudah merupakan fenomena yang amat menonjol sejak awal orde baru. Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan dan perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas, KUD dengan sadar hendak dikembangkan sebagai badan usaha ekonomi yang kuat dipedesaan, yang bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. Menurut Soedjono (1997), dalam perkembangannya kemudian, tugas melaksanakan program pemerintah inilah yang lebih menonjol sehingga KUD lebih dikenal sebagai alat kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota

27 baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengimbangi tugas-tugas program pemerintah tersebut dengan pemenuhan kebutuhan anggota, seperti waserda (warung serba ada) atau unit simpan pinjam. Banyak KUD yang telah berhasil mengembangkan unit-unit pelayanan kepada anggota, sehingga keberadaannya juga banyak memberi manfaat kepada anggota khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. Kebijakan berikutnya yang muncul adalah Inpres No.8/1998 yang mencabut Inpres no.4/1984 telah menghapus legitimasi KUD sebagai organisasi tunggal ditingkat pedesaan dan menyebabkan banyak KUD tidak berfungsi khususnya yang tidak mampu untuk hidup diatas kemampuan sendiri. Peran KUD dalam pengadaan pangan dan distribusi pupuk praktis tidak berfungsi dan diambil oleh lembaga-lembaga lain, tim Dolog atau LSM dan juga para pedagang yang dulunya merupakan mitra kerja KUD. Dengan tidak berperannya banyak KUD maka struktur vertikal KUD, PUSKUD dan INKUD yang merupakan kebijaksanaan yang dibentuk pemerintah akan semakin goyah dan tingkat sekunder koperasi sudah kehilangan keterkaitan usaha dengan KUD-KUD. Karena hal itulah, tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana yang efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan mereka serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal.

28 2.1.6 Koperasi Susu Usaha peternakan sapi perah sebagai usaha rumah tangga yang semakin berkembang, baik jumlah ternak maupun rumah tangga yang mengelolanya. Demikian pula dengan para konsumen susu yang umumnya berada di kota, jumlahnya semakin hari semakin meningkat sejalan dengan pengertian yang makin luas dari masyarakat terhadap manfaat susu dan kemampuan ekonomi yang semakin meningkat pula (Soedjono, 1997). Meskipun demikian, terdapat berbagai hambatan yang mempersulit perkembangan usaha peternakan sapi perah rakyat. Lokasi peternakan yang umumnya berada di daerah pegunungan, jauh dari kota dengan kondisi jalan yang kurang baik mempersulit peternak memasarkan susunya. Sedangkan sifat susu yang cepat rusak sehingga memerlukan pemasaran yang cepat pula. Kesulitan dan kelemahan peternak dalam menghadapi masalah pemasaran ini dimanfaatkan oleh para pengumpul atau tengkulak, yang dengan modal yang cukup besar dapat memborong susu para peternak dengan harga rendah. Akibatnya tingkat hidup para peternak sapi perah lambat berkembang, walaupun mereka telah bekerja keras. Keadaan yang demikian mendorong beberapa peternak sapi perah yang berpikiran maju untuk membentuk suatu wadah kerjasama dalam usahanya untuk dapat menolong dirinya sendiri, baik dalam produksi maupun pemasarannya. Gagasan ini mendapat dukungan penuh, baik dari jawatan kehewanan maupun jawatan koperasi, sehingga dibeberapa daerah kemudian terbentuk koperasikoperasi. Pilihan pada bentuk koperasi sebagai wadah kerjasama ekonomi antar peternak sapi perah juga dilatarbelakangi oleh kondisi peternak sapi perah rakyat,

29 yang pada umumnya merupakan usaha rumah tangga. Koperasi susu merupakan koperasi yang tumbuh dari bawah (bottom-up) dalam pendiriannya artinya usaha yang dilakukan dimulai dari kesepakatan bersama antara para peternak sapi perah yang ada bukan merupakan koperasi yang dikembangkan dari pemerintah. Pengalaman berbagai koperasi susu pada awalnya menunjukkan ada masalah besar yang dihadapi, khususnya dalam pemasaran. Koperasi peternakan sapi perah yang pertama didirikan di Indonesia adalah Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (GPPSIP), yaitu pada tahun1949. Karena suasana politik dan keadaan sosial ekonomi memburuk akhirnya mulai tahun 1963, GPPSIP menyerah dan tidak mampu lagi situasi ekonomi yang labil, sehingga tidak dapat berfungsi kembali sebagai koperasi. Koperasi-koperasi susu yang lahir berikutnya diantaranya Koperasi S.A.E (Sinau Andandani Ekonomi) Pujon tahun 1962, Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan tahun 1969, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) di Lembang tahun 1971, Koperasi Peternak Lembu Perah (KPLP) Setia Kawan di Nongkojajar tahun 1977 dan koperasi-koperasi susu lainnya. Dari berbagai pengalaman koperasi-koperasi susu yang ada dahulu, pada umumnya masalah yang ditemukan adalah dalam menghadapi Industri Pengolahan Susu (IPS) yang terdiri dari pemilik modal kuat yang berasal adari Penanam Modal Asing (PMA) maupun Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) sangat berat. Selain produksinya yang menyerbu pasar sehingga mendesak pasaran susu murni, pihak IPS pun masih enggan menerima susu murni dengan koperasi sebagai satu bahan baku produksinya. Apabila mau menerima,

30 jumlahnya relatif masih kecil dengan harga murah, dibawah biaya produksi peternak. Kondisi seperti yang dialami oleh koperasi susu pada awal/pertengahan dekade tujuh puluhan tidak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan ekonomi. Pada Pelita I dan II bentuk usaha yang dikembangkan banyak yang bersifat cepat meghasilkan misalnya ayam ras dan sapi potong. Dalam hal ini pemerintah belum menaruh perhatian pada bidang sapi perah. Pada saat perhatian kearah persususan sudah timbul, maka kebijakansanaan pemerintah ditujukan kepada penanganan susu pasca produksi. Pemerintah memutuskan membangun IPS terlebih dahulu. Pada tahun1978 beberapa IPS sepakat untuk berperan serta secara aktif dengan mengambil susu segar dari koperasi susu. Keberhasilan koperasi susu memasuki pasaran IPS, yang berarti adanya jaminan pasar mempunyai dampak positif pada aspek lain dari pengembangan peternakan sapi perah, yaitu pada pengadaan sapi perah bibit, khususnya yang berasal dari impor. Untuk memperkuat koperasi-koperasi susu dan adanya kebutuhan terhadap suatu lembaga yang mampu memiliki aspirasi koperasi susu tingkat primer, maka koperasi-koperasi susu berupaya mewujudkan kerja sama. Akhirnya terbentuk Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) tahun 1979 sebagai organisasi koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional. GKSI sebagai koperasi sekunder dari koperasi-koperasi susu bertugas untuk melaksanakan segala sesuatu yang secara sendiri-sendiri tidak bisa dilaksanakan oleh koperasi-koperasi susu anggotanya.

31 Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, koperasi persususan merupakan pola manajemen usaha agribisnis persusuan yang terdiri dari usaha pra-produksi, produksi dan post-produksi. Kegiatan GKSI terutama pada unsur pra produksi yang mencakup pengadaan pakan ternak, peralatan persusuan dan tehnis peternakan serta pengadaan bibit ternak sapi perah. Disamping itu juga unsur post-produksi yang mencakup pengolahan dan pemasaran susu diperhatikan GKSI. Sedangkan kegiatan usaha koperasi primer persusuan dan peternak terutama pada unsur produksi. 2.2 Organisasi Organisasi merupakan satu struktur, atau pengelompokkan yang terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara berkaitan sedemikian rupa sehingga tersusun satu kesatuan terpadu. Organisasi adalah suatu proses interaksi dari orang-orang yang mengikuti suatu struktur tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pribadi dan tujuan-tujuan bersama (Hicks, 1975). Menurut Robbins (1999) Organisasi adalah kesatuan (entity) yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen, kesatuan sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi, batasan yang relatif dapat diidentifikasi dicapai melalui perjanjian antara anggota dan organisasinya dan mencapai sesuatu adalah tujuan yang dicapai secara efisien melalui usaha kelompok.

32 Hal yang mendasar dari organisasi adalah adanya orang-orang yang berinteraksi mencapai tujuan dalam struktur dan dalam proses tertentu. Dalam hal ini ada lima kenyataan yang selalu terdapat dalam sebuah organisasi yaitu : (1) Organisasi selalu terdiri dari orang-orang, (2) Orang-orang tersebut berinteraksi satu sama lain, (3) Interaksi tersebut selalu dapat diukur atau diterangkan menurut satu struktur tertentu, (4) Setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan-tujuan pribadi dan berharap organisasi itu akan dapat menolongnya mencapai tujuantujuan tersebut dan (5) Interaksi tersebut juga dapat mencapai tujuan-tujuan bersama, yang mungkin berbeda tetapi berkaitan dengan tujuan-tujuan pribadi. Organisasi dapat mempunyai aneka ragam pengertian akan tetapi organisasi dapat dibedakan dari kumpulan lain dari orang-orang yaitu dari segi perilaku organisasi yang diarahkan kepada tujuan, yaitu anggota dan pengurus organisasi mengejar tujuan dan sasaran yang dapat dicapai secara lebih efektif dengan tindakan yang disetujui bersama ( Gibson et al, 1996). Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari organisasi dan memang masyarakat adalah terdiri dari organisasi-organisasi. Manusia dalam kehidupannya memang terpaksa berinteraksi, mengikuti struktur tertentu dalam rangka mencapai tujuannya, oleh karena itu organisasi merupakan bagian yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Organisasi pada dasarnya memang dibentuk untuk melayani orang-orang agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan lebih mudah. Koperasi sebagaimana organisasi pada umumnya memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Organisasi dicirikan oleh adanya tujuan dan perilakunya yang terarah

33 pada tujuan. Akan tetapi organisasi seperti koperasi bukan hanya alat untuk menyediakan barang dan jasa akan tetapi juga menciptakan lingkungan tempat kehidupan, artinya organisai koperasi berpengaruh terhadap perilaku anggotanya. Pada kenyataanya manusia, individu-individu tidak dapat menghindar dari organisasi, dia mesti menjadi anggota dari organisasi tertentu dan mempunyai kemungkinan untuk memanfaatkan organisasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya. 2.3 Model Desain Organisasi Desain organisasi mengacu pada pengambilan keputusan manajerial untuk menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi ialah sistem pekerjaan dan kelompok kerja, termasuk proses yang menghubungkannya. Di antara prosesproses penghubung ini terdapat hubungan kekuasaan, jaringan komunikasi, dan berbagai tehnik khusus perencanaan dan pengendalian. Dengan demikian, desain organisasi menunjukkan pembentukan struktur yang baik sebagai wadah berlangsungnya pekerjaan organisasi Model Mekanistik Pada model ini ditekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi di tingkat tinggi. Desain organisasi ini menerapkan peraturan dan prosedur yang ekstensif, wewenang yang disentralisasikan dan spesialisasi tinggi. Salah satu literatur yang membahas masalah dalam desain struktur organisasi yang merupakan salah satu dari sejumlah tugas manajerial, termasuk perencanaan dan pengendalian adalah Fayol dalam Gibson et al (1996).

34 Tujuannya adalah untuk menetapkan prinsip yang dapat membimbing manajer dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa prinsip Fayol berkaitan dengan fungsi pimpinan untuk mengorganisasi, dan empat diantaranya berkaitan dengan pemahaman model mekanistik. Keempat prinsip-prinsip itu adalah prinsip spesialisasi, prinsip kesatuan arah, prinsip wewenang dan tanggung jawab dan prinsip rantai skalar. Gagasan lain dalam menguraikan penerapan model makanistik adalah menurut Weber yang diacu Gibson et al (1996). Ia menciptakan istilah birokrasi. Menurutnya struktur birokratik adalah struktur yang unggul dibanding bentuk lain dalam hal ketepatan, kestabilan, keketatan disiplin, dan keterandalannya. Struktur ini memungkinkan kepala organisasi dan mereka yang berhubungan dengannya untuk memperhitungkan ketepatan hasil. Baik Fayol maupun Weber menguraikan tipe organisasi yang sama, yaitu organisasi yang berfungsi seperti mesin guna mencapai tujuan organisasi dengan cara yang sangat efisien. Oleh karena itu istilah mekanistik sangat tepat menggambarkan organisasi semacam itu. Model mekanistik efisien menurut mereka karena karakteristik strukturnya. Model ini kompleks karena menekankan spesialisasi kerja, sangat disentralisasikan karena menekankan wewenang dan tanggung gugat; sangat formal karena menekankan fungsi sebagai dasar utama departemenisasi. Karakteristik dan praktik organisasi ini mendasari model organisasi yang diterapkan secara luas. Namun, model mekanistik bukan satu-satunya model yang diterapkan.

35 2.3.2 Model Organik Model ini menekankan pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisaskan, atau speasialisasi tinggi. Model organik desain organisasi merupakan kontras dari model mekanistik. Karakteristik dan praktik organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakterisrtik dan praktik organisasi yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari kriteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk mencapai efesiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi manusia. Para manajer didorong untuk menerapkan praktik supaya mendayagunakan motivasi manusia seutuhnya melalui desain pekerjaan yang menekankan pertumbuhan dan tanggungjawab pribadi. Proses pengambilan keputusan, pengendalian, penyusunan tujuan didesentralisasikan dan dibagi rata disemua tingkatan organisasi. Komunikasi mengalir di seluruh organisasi, dan bukan semata-mata mengalir menelusuri garis komando. Semua praktik ini bertujuan untuk menerapkan asumsi dasar dari model organik yang menyatakan bahwa semua organisasi akan efektif sejauh strukturnya menjamin kemungkinan maksimum bahwa dalam segala interaksi dan dalam semua hubungan dengan

36 organisasi, setiap anggota, dengan latar belakang, nilai-nilai keinginan, dan harapannnya, akan memandang pengalaman itu suportif serta membangun dan mempertahankan rasa berharga dan rasa penting pribadi. Desain organisasi yang menimbulkan rasa berharga dan motivasi serta mempermudah keluwesan dan keadaptasian biasanya memiliki karakteristik berikut : 1. Desain itu relatif sederhana karena tidak menekankan spesialisasi, melainkan menekankan kepada peningkatan cakupan pekerjaan. 2. Desain itu relatif didesentralisasikan karena menekankan pendelegasian wewenang dan peningkatan kedalaman pekerjaan. 3. Dan relatif formal sebab menekankan produk dan pelanggan sebagai dasar departemenisasi Salah satu pembicara dan pengembang gagasan yang mendukung aplikasi model organik yang terkemuka adalah Rensis Likert. Telaah yang dilakukan di University of Michigan telah mendorongnya untuk menyatakan bahwa organisasi organik (Likert memakai istilah Sistem 4) sangat berbeda dari organisasi mekanistik (Likert memakai istilah sistem 1) dalam kaitannya dengan sejumlah dimensi struktural. Tidak disangsikan lagi bahwa pandangan Likert banyak diikuti oleh praktikus dan ahli riset. Berbagai literatur yang berisi laporan mengenai usaha melaksanakan desain organik dalam organisasi aktual. Pendukung organisai organik yakin bahwa desain itu dapat diterapkan secara universal yaitu, mereka memandang model organik sebagai satu-satunya cara terbaik untuk mendesain organisasi.

37 2.4 Organisasi Sistem 4 (Organisasi Desain Organik) Merupakan pendekatan yang diterapkan secara luas untuk mengembangkan karakteristik desain organik dalam suatu organisasi. Organisasi sistem 4 merupakan aplikasi penting desain organisasi organik. Menurut Likert, Sistem 4 adalah tipe ideal organisasi untuk mencapai tingkat prestasi tinggi. Dengan demikian, para manajer seyogianya mengembangkan organisasi mereka kearah karakteristik Sistem 4. Menurut Likert, organisasi dapat dilukiskan dalam hubungan nya dengan delapan ciri berikut : 1. Kepemimpinan 5. Pengambilan keputusan 2. Motivasi 6. Penyusunan tujuan 3. Komunikasi 7. Pengendalian 4. Interaksi 8. Prestasi Lebih lanjut setiap karakteristik itu dapat diukur melalui kuesioner, yang diisi anggota organisasi. Rataan dari setiap kategori tanggapan dikalkulasi dan diplotkan untuk mengetahui profil organisasi. Untuk mendiagnosis sejauh mana suatu organisasi mendekati struktur sistem 4, Likert telah mendesain kuesioner yang berisi 51 butir pertanyaan, yang diisi oleh para pegawai suatu organisasi. Untuk lebih jelas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Para karyawan mengungkapkan persepsi mereka sejauh mana organisasi mereka memenuhi karakteristik organisasi Sistem 4. Rataan (mean) tanggapan dikalkulasi dan diplotkan sepanjang kontinum yang melukiskan kedelapan karakteristik itu. Pada Gambar 1 ditunjukkan contoh profil dari dua perusahaan manufaktur yang berbeda.

38 Gambar 1. Profil Organisasi dari Dua perusahaan Manufaktur Sumber: Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1985).

39 Hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan karakteristik organisasi. Dalam terminologi Likert, organisasi yang ditandai dengan garis ke kiri condong ke arah desain mekanistik (Sistem 1), sedangkan organisasi yang ditandai dengan garis ke kanan condong ke arah desain organik (Sistem 4). Apabila teori sistem 4 sahih (valid) organisasi pada bidang sebelah kanan akan lebih efektif dibandingkan dengan yang sebelah kiri. Perubahan ke arah sistem 4 mencakup upaya pengukuran keadaan organisasi pada saat keadaan sekarang melalu penggunaan kuesioner. Program pelatihan selanjutnya menekankan konsep Sistem 4 dan aplikasi konsep tersebut dalam organisasi. Menurut Likert, prestasi yang lebih tinggi biasanya akan diperoleh melalui penerapan (1) Kepemimpinan suportif yang berorientasi pada kelompok; dan (2) pemerataan wewenang, penyusunan tujuan, pelaksanaan pengendalian dan pengambilan keputusan. Meningkatnya prestasi kerja berasal dari perubahan perilaku pegawai secara positif yang ditimbulkan oleh perubahan struktur organisasi. Pada Tabel 2 diperlihatkan perbedaan pada organisasi sistem mekanistik dan sistem organik berdasarkan berbagai faktor didalamnya yaitu proses kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi. Pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, kendali dan tujuan prestasi dimana kedua hasil dari sistem tersebut saling bertentangan satu dengan lainnya pada setiap faktor.

40 Tabel 2. Struktur Mekanistik (Sistem 1) dan Organik (Sistem 4) Struktur Mekanistik (Sistem 1) 1. Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan, bawahan tidak merasa bebas untuk mendiskusikan masalah kerja dengan atasan, yang sebaliknya juga tidak meminta gagasan dan pendapat mereka. 2. Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi. Sikap tidak menguntungkan organisasi biasa terdapat di kalangan karyawan 3. Proses komunikasi berlangsung sedemikain rupa sehingga informasi mengalir kebawah dan cenderung terganggu, tidak akurat dan dipandang dengan rasa curiga oleh bawahan. 4. Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas; hanya sedikti pengaruh bawahan atas tujuan, aktivitas dan metode departemental 5. Proses pengambilan keputusan hanya terjadi di tingkat puncak organisai; keputusan relatif 6. Proses penyusunan tujuan di tingkat puncak organisasi, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok. Struktur Organik (Sistem 4) 1. Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan. Bawahan merasa bebas mendiskusikan masalah kerja dengan atasan, yang sebaliknya meminta gagasan dan pendapat mereka. 2. Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi. Sikap pegawai terhadap organisasi dan tujuannya menguntungkan. 3. Proses komunikasi berlangsung sedemikain rupa sehingga informasi mengalir secara bebas yaitu ke atas, kebawah dan ke samping. Informasi bersifat akurat dan tidak menimbulkan distorsi. 4. Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif; baik atasan maupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan, aktivitas dan metode departemental 5. Proses pengambilan keputusan dilaksanakan disemua tingkatan melalui proses kelompok; sifatnya relatif disentralisasikan. 6. Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis. 7. Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan atas kekeliruan yang terjadi. 8. Tujuan prestasi tidak menonjol dan kurang diupayakan oleh para manajer yang tidak merasa terikat untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasi. 7. Proses kendali menyebar ke seluruh organisasi dan menekankan pemecahan masalah dan pengendalian diri sendiri 8. Tujuan prestasi menonjol dan atasan berusaha mencapainya. Atasan mengakui pentingnya keikatan penuh untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasi melalui pelatihan

ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI

ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI ANALISIS MODEL DESAIN ORGANISASI PADA KOPERASI (Perbandingan Antara Koperasi Unit Desa Karya Teguh dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara, Lembang, Jawa Barat) OLEH : ANDRI PURNA A14103511 POGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

Materi Minggu 5. Desain dan Struktur Organisasi

Materi Minggu 5. Desain dan Struktur Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 26 Materi Minggu 5 Desain dan Struktur Organisasi 5.1. Dimensi Struktur Organisasi Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

INTERNATIONAL LABOUR CONFERENCE (Konferensi Buruh Internasional, ILO)

INTERNATIONAL LABOUR CONFERENCE (Konferensi Buruh Internasional, ILO) INTERNATIONAL LABOUR CONFERENCE (Konferensi Buruh Internasional, ILO) Rekomendasi 193 REKOMENDASI TENTANG MEMAJUKAN KOPERASI-KOPERASI (Diterjemahkan secara bebas oleh LSP2I) Konperensi Umum Organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan a. Sejarah KPSBU Jawa Barat KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang berdiri sejak 8 Agustus

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT OLEH : EDWIN HAPOSAN A14102671 POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah koperasi. Hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KOPERASI

DASAR-DASAR KOPERASI DASAR-DASAR KOPERASI Bab 1 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna www.puskopditbag.org

Lebih terperinci

Pembentukan koperasi menurut Undang-Undang no.25 tahun 1992 padal 6 ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut : Koperasi Primer.

Pembentukan koperasi menurut Undang-Undang no.25 tahun 1992 padal 6 ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut : Koperasi Primer. Manajemen Koperasi 2 Organisasi Pembentukan koperasi menurut Undang-Undang no.25 tahun 1992 padal 6 ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut : 20 orang Koperasi Primer Koperasi Primer Koperasi Sekunder

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku ekonomi, pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menetapkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

Lebih terperinci

Def e i f n i i n s i i s Pe P ng n o g r o g r a g ni n s i asia i n

Def e i f n i i n s i i s Pe P ng n o g r o g r a g ni n s i asia i n PengertianOrganisasi Organisasiadalahsekelompokorangyang bekerjasama dalam struktur dan kordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.(griffin,2002) Sekumpulan orang atau kelompok yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencangkup

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut) CHICHI RIZKY DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini pembangunan di Indonesia berjalan dengan sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat mempermudah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI

STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB VIII : JATIDIRI KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y Di atas sendi [cita-cita tolong menolong] dapat didirikan tonggak demokrasi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

struktur organisasi, analisis tentang dasar dan desain organisasi MELISA A

struktur organisasi, analisis tentang dasar dan desain organisasi MELISA A struktur organisasi, analisis tentang dasar dan desain organisasi MELISA A31109299 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR struktur organisasi, analisis tentang dasar dan desain organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG Ketua : Fridayana Yudiaatmaja, M.Sc / 0012047414 Anggota

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah ekonomi pancasila.

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI Oleh Sazili Musaqa A07400548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PRODUK CREPE (Kasus: D Crepes dan Crepes Co Pangrango Plaza - Bogor) Oleh: ARYA SAJIWA A14103660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

MANAJEMEN DALAM KOPERASI MANAJEMEN DALAM KOPERASI APA ITU MANAJEMEN? Pemahaman konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konsep organisasi. Organisasi adalah tempat orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA. Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH-BUAHAN PADA PT. AGROINDO USAHA JAYA Oleh : YAYAN MUHAMAD AHYANI A 14104631 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Koperasi Pegawai BPKP Provinsi Sumatera Utara

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Koperasi Pegawai BPKP Provinsi Sumatera Utara BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Koperasi Pegawai BPKP Provinsi Sumatera Utara Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK 1 ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH Oleh Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK Tujuan penelitian adalah sebagai bahan kajian dalam perkembangan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

PENGGERAKAN KEGIATAN DAN PENGAWASAN DALAM KOPERASI 1. Tulus Tambunan Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti

PENGGERAKAN KEGIATAN DAN PENGAWASAN DALAM KOPERASI 1. Tulus Tambunan Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti PENGGERAKAN KEGIATAN DAN PENGAWASAN DALAM KOPERASI 1 Penggerakan Kegiatan Dalam Koperasi Tulus Tambunan Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA A14103513 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI WARU BUANA PUTRA DI SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Desain Organisasi Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id PENGORGANISASIAN : STRUKTUR DAN DESAIN ORGANISASI Pengorganisasian

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN STUDI MAHASISWA PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN STUDI MAHASISWA PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN STUDI MAHASISWA PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Pendekatan Model Persamaan Struktural) Oleh : SYAFRUDIN A.14101701

Lebih terperinci

7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI

7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI 7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan nasional pada saat ini dititikberatkan pada pembangunan ekonomi, karena bidang ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam mendorong pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. SEKILAS TENTANG KOPERASI 1 Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah : Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM :

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM : PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MANAJEMEN PEMASARAN Oleh : Adisty Bramantyo Sahertian Dosen : Nanang Suryadi NIM : 125020306111001 MACAM-MACAM LINGKUNGAN ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUSAHAAN Lingkungan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI PERSIAPAN PEMBENTUKAN Orang-orang yang akan mendirikan koperasi terlebih dahulu mendapatkan penerangan dan penyuluhan agar memperoleh pengertian dan kejelasan mengenai maksud

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR Oleh DESMAN MANURUNG A 14104663 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H ANALISIS PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH DI KOTA BOGOR OLEH DIO HAKKI H14103068 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur PERANAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ Oleh : Raden Luthfi Rochmatika A14102089 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci