LAPORAN PERKEMBANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PERKEMBANGAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD NAMA KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK: ANDI MUHAMMAD IBRAHIM MOETASIM KABUPATEN/KOTA : PAREPARE 5 DESEMBER 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 1 of 37

2 1. ANALISIS SITUASI CCDP SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR Mafhum diketahui wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil adalah bagian dari Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat yang bermukim di sekitarnya dan memiliki ketergantungan terhadap sumber daya pesisir khususnya kelautan dan perikanan tersebut. Sudah barang tentu agar dapat bermanfaat nyata bagi masyarakat, perlu direncanakan pemanfaatan pengelolaannya dengan baik. Pemerintah Indonesia dan IFAD telah dan sementara melaksanakan Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project) dimana dilaksanakan di 13 kabupaten/kota termasuk Parepare. Tujuan utama proyek CCDP-IFAD adalah mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi rumah tangga masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini akan dapat dicapai melalui peningkatan pendapatan rumah tangga keluarga nelayan yang terlibat dalam kegiatan usaha ekonomi produktif berbasis kelautan dan perikanan. Untuk itulah proyek CCD telah menetapkan tiga outcome, yang mana saling terkait dengan salah satu dari komponen investasi yang dikelola proyek ini, yaitu : (i) rumah tangga sasaran mampu melakukan kegiatan ekonomi produktif berbasis kelautan perikanan yang profitable tanpa berdampak negatif terhadap kelestarian sumber daya ; (ii) perluasan beragam peluang ekonomi skala kecil di lokasi proyek yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat ; (iii) efisien dan transparannya pengelolaan proyek bagi kepentingan rumah tangga nelayan pada lokasi sasaran proyek. CCDP (Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir) sebagai kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) adalah bentuk tanggap pemerintah terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengentaskan kemiskinan, menyerap tenaga kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth, pro-sustainability). Elemen-elemen terpenting dalam implementasi CCDP IFAD ini adalah : (1) Pemberdayaan masyarakat ( Community Empowerment); (2) Pendekatan berfokus pada pasar ( Marketbased/market-driven approach); (3) Fokus pada kelompok termiskin yang aktif berusaha LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 2 of 37

3 (Focused on productive marginal coastal community groups) ; (4) Pelaksanaan dengan perluasan dan kegiatan yang lebih baik (Replication & Scaling up). Pemanfaatan berbagai sumber daya pesisir yang ada diharapkan akan memungkinkan CCDP-IFAD menerapkan beragam proses pengelolaan sumber daya yang dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk penangkapan ikan, budidaya ikan, pengolahan, dan pemasaran kegiatan kelautan perikanan lainnya. Salah satu isu terpenting berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir adalah mengatasi kemiskinan masyarakatnya, mengurangi kerusakan ekosistem dan mengelola sumber dayanya secara lestari dan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan menyadari bahwasanya pengentasan kemiskinan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah sangat penting. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, di mana arah kebijakan yang terkait dengan pembangunan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain adalah menanggulangi kemiskinan dan menjamin ketahanan pangan. Untuk itulah kegiatan yang diprioritaskan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pengembangan usaha produktif berbasis masyarakat yang menguntungkan dan berkelanjutan. Demikianlah Pemerintah Indonesia telah merintis Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) atau Coastal Community Development Project (CCDP) melalui kerjasama antara Kementerian Kelautan Perikanan dan The International Fund for Agricultural Development (IFAD) FAO sebagai wujud komitmen pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan dengan melibatkan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya. Merujuk Country Strategic Opportunities Program (COSOP) IFAD yang memfokuskan kegiatan proyek di daerah yang sangat miskin penduduk pesisirnya dan memiliki tingkat kemiskinan tinggi, dari total 180 desa yang akan terlibat diperkirakan, sekitar rumah tangga akan dapat menjadi target langsung / tidak langsung dari Proyek PMP ini. Kriteria pemilihan lokasi adalah (i) tingkat kemiskinan tiap lokasi minimal 20% ; (ii) motivasi dan kesuksesan berpartisipasi dalam program sebelumnya ; (iii) potensi untuk produ ksi dan pertambahan nilai ; (iv) dimasukkannya pulau -pulau kecil di setiap lokasi kabupaten/kota yang memiliki pulau. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 3 of 37

4 Melalui proyek PMP ini diharapkan akan mampu mencapai kondisi meningkatnya kualitas dan daya saing masyarakat yang berusaha di sektor kelautan dan perikanan, adanya peningkatan daya tahan masyarakat pesisir dalam menghadapi masalah perekonomian dan kemampuan menghadapi pengaruh akibat dampak perubahan iklim melalui penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan, pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat, dukungan pemasaran serta pengembangan infrastruktur skala kecil yang akan meningkatkan standar kehidupan masyarakat pesisir. Tujuan umum dari CCD IFAD ini adalah meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir melalui pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, pengembangan usaha ekonomi produktif dan pengelolaan sumberdaya pesisir yang berkelanjutan. Sedangkan secara khusus proyek CCDP IFAD ini bertujuan untuk : (i) memberdayakan masyarakat pesisir dalam membangun wilayah dan mengelola sumberdayanya secara partisipatif dan berkelanjutan; (ii) meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir melalui penguatan kelompok-kelompok usaha bersama dalam berbagai kegiatan ekonomi produktif perikanan kelautan di wilayah pesisir; (iii) meningkatkan dan mengembangkan berbagai kegiatan perekonomian masyarakat pesisir berbasis perikanan kelautan, antara lain melalui peningkatan kapasitas (misalnya dukungan pengetahuan, akses informasi, keterampilan dan kepemimpinan) bagi kelompok-kelompok usaha, dukungan sarana dan prasarana, dukungan dana, inovasi teknologi, peningkatan mutu, standardisasi dan pengendalian kualitas produk-produk perikanan kelautan, serta dukungan pemasaran tata niaga dan pengembangan rantai pasok (supply chain) sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (added value) produk-produk perikanan kelautan. Sasaran dari proyek CCDP-IFAD ini adalah terfasilitasinya pembangunan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, meningkatnya pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir melalui kegiatan ekonomi produktif dan dukungan pemasaran dan rantai pasok, serta terkelolanya sumber daya pesisir secara berkelanjutan. Hasil-hasil utama yang diharapkan tercapai dari proyek CCD- IFAD ini setidaknya antara lain adalah mencakup hal-hal sebagai berikut : LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 4 of 37

5 (i) (ii) (iii) (iv) meningkatnya keuntungan kegiatan usaha ekonomi produktif perikanan kelautan berskala kecil berbasis masyarakat di wilayah pesisir pada lokasi proyek; menguatnya kelembagaan ekonomi produktif masyarakat pesisir berskala kecil dalam mengelola sumberdaya perikanan kelautan di wilayah pesisir lokasi proyek; lestari dan terpeliharanya lingkungan sumber daya dan ekosistem pesisir di sekitar wilayah lokasi proyek; adanya model-model pengelolaan kegiatan pembangunan masyarakat pesisir dalam mengelola sumberdaya pesisir sebagai hasil dari berbagai pengalaman lapangan sehingga dapat menjadi pembelajaran dalam mereplikasi dan mengembangkannya dengan lebih baik di lokasi-lokasi lain. Proyek ini berkonsentrasi pada sejumlah kabupaten/kota pesisir di mana dengan beragam latar konteks sosial dan budayanya, pada komunitas yang termiskin dan sangat perlu diperhatikan kesejahteraannya, terlebih pada aspek peningkatan kemampuan pengelolaan usaha ekonomi produktif, pemasaran sumber daya yang potensial, serta peningkatan infrastruktur perekonomian pesisir secara berkelanjutan. Dari sejumlah lokasi proyek PMP (CCDP-IFAD) yang ditetapkan, tersebar di 10 provinsi dan 13 kabupaten/kota, salah satunya adalah di wilayah pesisir Kota Parepare, berdasarkan komitmen dan partisipasi daerah ini dalam mengelola sumberdaya kelautan perikanan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir melalui optimalisasi pendayagunaan potensi dan meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produk perikanan kelautannya. SEKILAS KOTA PAREPARE Kota Parepare merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang strategis karena terletak pada jalur perlintasan transportasi darat maupun laut, baik arah Utara Selatan maupun Timur Barat, dengan luas 99,33 km 2, secara geografis terletak antara 3o o04 49 Lintang Selatan dan 119o o43 40 Bujur Timur, terdiri atas 4 kecamatan, 22 kelurahan. Administratifnya berbatasan sebelah Utara Kabupaten Pinrang, Timur berbatasan Kabupaten Sidenreng Rappang, Selatan berbatasan Kabupaten Barru, dan sebelah Barat berbatasan dengan perairan Teluk Parepare - Selat Makassar. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 5 of 37

6 Gambar 1. Peta Administrasi Kota Parepare Kelurahan Soreang Kelurahan Labukkang Kelurahan Sumpang Minangae Gambar 2. Peta Lokasi Sasaran Proyek CCDP IFAD Kota Parepare tahun 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 6 of 37

7 Berdasarkan luas wilayah dari masing-masing kecamatan Kota Parepare, wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Bacukiki dengan luas 66,70km 2 ( +67,15% dari luas Kota Parepare), sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Soreang seluas 8,33km 2. Jumlah penduduk Kota Parepare setiap tahun mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk Kota Parepare sendiri maupun migrasi dari daerah sekitar Parepare. Data jumlah penduduk Parepare dalam 5 tahun terakhir, menunjukkan jumlah penduduk sebanyak jiwa, yaitu jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, dengan kepala keluarga (KK), mengalami peningkatan menjadi jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki serta jiwa perempuan, dengan kepala keluarga (KK). Rerata tiap keluarga beranggotakan 4-5 orang. Perkembangan penduduk selama 5 tahun terakhir memiliki rerata pertumbuhan tahunan 2,88%. Sementara itu rasio seks di Parepare adalah 96 yang berarti terdapat sekitar 96 laki-laki di antara 100 perempuan. Mayoritas penduduk di Kota Parepare beragama Islam yaitu sekitar 86,70% dari total jumlah penduduk. Sedangkan pemeluk agama lainnya terdiri atas pemeluk a g a m a Kristen Protestan, Katolik Hindu dan Budha. PROFIL SINGKAT LOKASI SASARAN PROYEK CCDP-IFAD PAREPARE TAHUN 2013 Kelurahan Sumpang Minangae, Kecamatan Bacukiki Barat Berikut adalah profil singkat Kelurahan Sumpang Minangae. Batas-batas administratifnya di Utara adalah Kelurahan Cappa Galung, di sebelah Barat Perairan Teluk Parepare-Selat Makassar, di sisi Selatan Kelurahan Lumpue, di sisi Timur Kelurahan Bumi Harapan. Luas wilayahnya mencapai 3,31 km 2. Jumlah penduduk 5268, dimana 22% berada di bawah garis kemiskinan, dengan jumlah kepala keluarga 1617 KK dan tercatat 25 keluarga miskin. Kelurahan dengan 4 RW dan 13 RT ini tercatat hanya ada sedikit nelayan yaitu 161 orang, selebihnya jauh didominasi oleh aparat kepolisian dan tentara dan pensiunan, karyawan pegawai negeri sipil, dan sedikit karyawan swasta. Sarana pendidikan yang ada terdapat 2 Playgroup, 3 Taman Kanakkanak, 5 Sekolah Dasar, 3 Sekolah Lanjutan Atas/sederajat, 1 Perguruan Tinggi Swasta. Sarana kesehatan terdapat Posyandu 4 unit. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 7 of 37

8 Kelurahan Labukkang, Kecamatan Ujung Selanjutnya di Kelurahan Labukkang, memiliki batas-batas administratif di sebelah Utara Kelurahan Mallusetassi, di sisi Barat perairan pesisir Parepare - Selat Makassar, di sebelah Selatan Kelurahan Kampung Baru, di sisi Timur Kelurahan Ujung Bulu. Luas wilayahnya adalah 36 ha. Jumlah penduduk 7239 orang, di mana 20,17% penduduk berada di bawah garis kemiskinan, dengan jumlah kepala keluarga tercatat 1598 KK dan 209 keluarga miskin. Kelurahan dengan 8 RW dan 22 RT ini tidak didominasi oleh nelayan, karena hanya ada 13 orang nelayan penangkap, 37 orang penjual ikan dan 25 orang pengolah ikan, selebihnya jauh didominasi oleh pegawai negeri sipil, karyawan swasta, wirausahawan, buruh tukang dan pensiunan. Sarana pendidikan yang ada berupa 1 Taman Kanak-kanak. Sarana kesehatan adalah 1 Puskesmas, MCK umum 4 unit. Gambar 3. Salah satu lokasi proyek CCD IFAD tahun 2013 di Kelurahan Watan Soreang, Parepare Kelurahan Watan Soreang, Kecamatan Soreang Sedangkan di Kelurahan Watan Soreang, batas-batas administratifnya di sisi Utara adalah Kabupaten Pinrang, di sebelah Barat adalah perairan pesisir Parepare - Selat Makassar, di sisi Selatan : Kelurahan Lakessi, di bagian Timur adalah Kelurahan Bukit Indah. Luas LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 8 of 37

9 wilayah mencapai 54,37 ha. Jumlah penduduknya 6098, di mana 20,17% berada di bawah garis kemiskinan, dengan jumlah kepala keluarga 2134 KK dan 875 keluarga miskin pra sejahtera, kelurahan dengan 6 RW dan 20 RT ini tercatat ada 289 orang nelayan sedangkan jauh lebih dominan adalah pegawai negeri sipil, karyawan swasta dan lain-lain. Sarana pendidikan terdapat 5 SD. Sarana kesehatan adalah 1 Puskesmas, Posyandu 4 unit, 1 pos penyuluhan. Terdapat 1 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cempae kondisinya baik, namun tidak optimal untuk kegiatan bongkar muat dan transaksi ikan di Parepare. Gambar 4. Sarana Prasarana Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Cempae, Soreang, Parepare ISU DAN PERMASALAHAN MASYARAKAT PESISIR PAREPARE DALAM MENGELOLA USAHA : PELUANG DAN TANTANGAN Dengan panjang garis pantainya 8,38 km dan dikelilingi Teluk Parepare, Parepare lebih berfungsi sebagai kota pelabuhan yang menjadi poros penghubung aktivitas pelayaran laut dan perdagangan antar pulau khususnya antara Sulawesi bagian Selatan, Kalimantan bagian Timur dan Pulau Jawa. Kota Parepare dan pelabuhan-pelabuhannya yang ada sangat mendukung aktivitas perdagangan/niaga serta pelayanan jasa lainnya yang menaungi baik dalam lingkup sekitar Kota Parepare sendiri, maupun lintas kabupaten/kota LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 9 of 37

10 sekitarnya seperti Pangkajene dan Kepulauan, Pinrang, Barru, serta Sidenreng Rappang dan Enrekang ( Ajattapareng ), hingga Makassar dalam lingkup provinsi Sulawesi Selatan, antar provinsi yaitu dengan Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, bahkan antar negara yaitu Malaysia di bagian Utara Kalimantan. Pembangunan pesisir Kota Parepare ditujukan untuk menjaga keserasian aktivitas ekonomis dan ekologis dalam menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berwawasan lingkungan. Hal ini dijabarkan lebih lanjut untuk mewujudkan peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha di wilayah pesisir; meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan sumber daya wilayah pesisir agar tetap lestari; meningkatkan peran antar sektor dan stakeholders dalam pembangunan wilayah pesisir sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Kota Parepare; serta meningkatkan peran wilayah pesisir dalam mendukung wisata bahari. Bagi Kota Parepare, saat ini perikanan bukanlah sektor yang sangat diunggulkan. Ini karena tidak dominannya perikanan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi budaya keseluruhan masyarakat di kota ini. Hal ini dilihat dari jumlah nelayan yang tidak banyak dan tidak mendominasinya tenaga kerja nelayan di kota ini. Di samping itu tidak dominannya peran sektor perikanan bagi pembangunan di Kota Parepare terlihat dari ragam jenis alat tangkap yang dipakai nelayan Parepare pada umumnya relatif masih tradisional seperti pancing, pancing rawai, jala, jaring, bagan tancap. Teknologi untuk mendukung operasional penangkapan ikan juga sangat terbatas, hanya sebatas pembuatan dan pemasangan rumpon, dan penggunaan lampu untuk menarik perhatian ikan. Ukuran armada kapal nelayannya tidak berskala besar, pada umumnya berukuran di bawah 30 GT. Demikian juga halnya dengan kontribusi perikanan terhadap pendapatan Kota Parepare. Secara umum saat ini pola patron client secara tradisional yang turun-temurun diwariskan dalam hubungan sosial ekonomi punggawa-sawi di kalangan masyarakat nelayan sudah tidak lagi kuat membudaya. Hal ini nampaknya telah menjadi fenomena yang mulai terjadi di pesisir Parepare. Beberapa isu dan permasalahan kenelayanan yang terdapat di wilayah pesisir Parepare, antara lain adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia nelayan (umumnya hanya berpendidikan dasar, sedikit yang lanjut ke sekolah menengah umum maupun kejuruan, dan sangat sedikit yang menyelesaikan perguruan tinggi hingga sarjana). Kondisi ini menyebabkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat setempat untuk berwirausaha dan mengembangkannya tidak dianggap penting. Rendahnya kesadaran akan pentingnya berusaha secara terencana, belum membudayanya kebiasaan menabung di kalangan LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 10 of 37

11 masyarakat pesisir, di samping kelembagaan masyarakat nelayan yang belum kuat untuk membangun potensi masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam adalah beberapa situasi yang umum dijumpai di Parepare. Permasalahan menyangkut lingkungan hidup di perairan pesisir Parepare antara lain adalah masih adanya kegiatan Penangkapan Ikan Tidak Ramah Lingkungan ( Destructive Fishing Practices) seperti pemboman dan pembiusan ikan, yang merusak terumbu karang. Namun demikian kegiatan penangkapan ikan merusak dengan pemboman dan pembiusan ini dilakukan oleh nelayan lain dari luar Parepare. Di samping itu karena Parepare adalah kota pelabuhan yang ramai, sering terjadi polusi buangan limbah dari kapal laut ke perairan pesisir laut. Hal ini perlu diatasi dengan upaya menghentikan perusakan ekosistem sumberdaya pesisir tersebut melalui kampanye penyadaran pelestarian lingkungan pesisir laut, sosialisasi dan penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran laut, serta mendorong adanya mata pencaharian alternatif bagi masyarakat misalnya budidaya laut dan pengolahan hasil-hasil perikanan laut agar dapat mengurangi penangkapan ikan yang merusak ekosistem terumbu karang, Nelayan pesisir di Parepare menyatakan pada beberapa areal fishing ground setempat telah mengalami lebih tangkap ( overfishing) sehingga hasil perikanan tangkap cenderung mengalami penurunan. Hal ini perlu diatasi dengan kampanye penyadaran masyarakat mengenai penangkapan ikan ramah lingkungan, sosialisasi dan penegakan hukum terhadap perusak ekosistem, serta mengelola usaha perikanan tangkap yang ramah lingkungan secara tercatat dan terpantau berkala sehingga dapat secara mudah diketahui statusnya dari waktu ke waktu. Bentuk lain intervensi yang dapat dilakukan adalah mengalihkan mata pencaharian nelayan penangkap menjadi pembudidaya dan pengolah. Juga menyangkut aspek kenelayanan sebagai mata pencaharian, keterbatasan armada kapal nelayan dan terbatasnya sarana alat bantu penangkapan ikan yang dimiliki nelayan Parepare, menyebabkan kuantitas hasil tangkapan perikanannya terbatas dan berfluktuasi secara musiman mengikuti kondisi cuaca, sehingga ketersediaan ikan-ikan segar sebagai bahan baku produk olahan, seperti misalnya menjadi abon ikan tidak kontinyu, seringkali mengalami ketidakpastian. Hal lain yang terjadi saat ini adalah belum diterapkannya teknologi penangkapan untuk menunjang aktivitas perikanan, yang menyebabkan terbatasnya hasil tangkapan nelayan, serta biaya yang dibutuhkan untuk operasi kapal ikan hingga berminggu-minggu. Selain itu kelemahan seperti keterbatasan kemampuan nelayan pesisir Parepare untuk mengakses pasar yang ada, atau memanfaatkan peluang potensi pasar yang ada, menyebabkan pemasaran hasil-hasil perikanan laut / produk olahan hasil LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 11 of 37

12 perikanan laut pemasarannya kebanyakan masih di sekitar Parepare saja. Masih sedikit yang mampu menjual ke luar Parepare apalagi diekspor. Gambar 5. Perahu dan kapal yang dipakai nelayan Parepare untuk menangkap ikan Sebagai contoh misalnya nelayan skala kecil penangkap ikan layang dan ikan kembung dengan alat tangkap jaring yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Siparennu di Kelurahan Watan Soreang, RT 1 RW 1 di Kecamatan Soreang yang terbentuk dan dikukuhkan Lurah Soreang pada tahun 2011 atas dukungan Kantor Ketahanan Pangan Penyuluhan Parepare. Kelompok ini belum bermodal yang kuat. Selama ini masih bermodalkan secara sendiri-sendiri dalam jumlah terbatas, karenanya diperlukan dukungan modal usaha peningkatan hasil tangkapan ikannya yang selama ini masih tradisional. Selain itu kekurangan sarana penunjang penangkapan ikan juga merupakan kendala dialami nelayan. Salah satunya dihadapi oleh Kelompok Nelayan Sumber Agung di Labukkang, Kelompok Mawar di Sumpang Minangae, Bacukiki Barat, Kelompok Nelayan Bujung Pitue RT 3 RW 6 Watan Soreang. Kelompok lainnya seperti kelompok nelayan 45 di RT 3 RW 2 Kelurahan Sumpang Minangae Kecamatan Bacukiki Barat, Kelompok Sipadecengi II dan Sipadecengi III di RT 3 RW 5 Watan Soreang, juga para anggotanya mengalami ketiadaan perahu atau kerusakan perahu dan mesin, serta keterbatasan sarana pendukung alat tangkap ikan. Kerusakan perahu tersebut menghambat operasional kenelayanannya. Pada beberapa kelompok nelayan telah ada kemampuan dasar-dasar pencatatan produksi melalui pembukuan (buku produksi) dan administrasi kelompok, namun karena rendahnya hasil tangkapan nelayan anggotanya menyebabkan kas simpanan kelompok nelayan ini sangat minim. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 12 of 37

13 Gambar 6. Aktivitas nelayan di Parepare Untuk jenis-jenis komoditas produk olahan hasil perikanan laut belumlah dapat dilihat sebagai industri pengolahan yang berkembang. Pada umumnya masyarakat pesisir masih sebatas mengolah secara tradisional dan seadanya. Belum optimalnya pengelolaan usaha pengolahan hasil perikanan laut yang dikelola masyarakat pesisir Parepare, perlu diatasi dengan adanya peningkatan kapasitas ( capacity building) misalnya dalam bentuk pelatihan/workshop dan pendampingan mengenai manajemen usaha bagi kelompok nelayan secara intensif. Aspek-aspek manajemen usaha ini antara lain mencakup peningkatan motivasi kewirausahaan, penanganan pasca panen, aspek teknis produksi, aspek mutu, perencanaan usaha, termasuk perencanaan pemasaran dalam kaitannya dengan meningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan yang akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Kualitas dan kontinuitas penyediaan produk-produk perikanan laut yang diolah masyarakat pesisir seperti rumput laut keringan, abon ikan tuna dan ikan kering (ikan asin) masih belum maksimal, sehingga kurang diminati pasar atau masih belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar dan kontinyu. Masalah yang dihadapi seperti ketidakstabilan kuantitas produksi rumput laut, fluktuasi volume produksi akibat keterbatasan bibit rumput laut, kegagalan panen akibat penyakit ais ais (memutih) yang menyerang rumput laut dan menurunnya kualitas perairan akibat pencemaran dan perubahan cuaca yang menyebabkan suhu sekitar perairan laut memanas secara ekstrim. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 13 of 37

14 Gambar 7. Tali bentangan budidaya rumput laut yang tidak digunakan karena ketiadaan bibit di Watan Soreang Selain itu hasil panen yang tidak ditangani secara bersih, kekeringan yang tidak merata dan tidak dikemas dengan baik juga masalah yang dihadapi nelayan pembudidaya rumput laut. Hal ini dialami misalnya oleh Kelompok Usaha Bersama budidaya rumput laut jenis Euchema cottonii Sipadecengi I di Cempae-Watansoreang, Kecamatan Soreang. Demikian juga pada usaha olahan abon ikan tuna yang dilakukan kelompok perempuan pesisir Putri Duyung di Watan Soreang, Kecamatan Soreang dan kelompok perempuan pesisir Bersahaja di Labukkang. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 14 of 37

15 Gambar 8. Suasana pembuatan abon ikan tuna di Parepare Contoh produk abon ikan tuna yang dilbuat oleh Usaha Lela Mandiri, masalah yang dihadapi selain ketidakstabilan jumlah bahan baku berupa ikan tuna, fluktuatifnya volume produksi karena keterbatasan bahan baku ikan tuna, juga pada penanganan pasca panen ikan tuna dan pengolahannya yang kadang belum memenuhi standard hygienis, dan hasil akhir berupa abon ikan tuna kemasannya kurang menarik. Rantai pemasaran (market chain) yang ada berasal dari aktivitas penjualan abon ikan tuna, yaitu dari Parepare ke Makassar, Parepare ke Samarinda dan Parepare ke Surabaya. Namun demikian tidak semua dapat dipenuhi, karena keterbatasan kuantitas volume produksi. Sehingga karenanya hanya sedikit keuntungan yang diperoleh masyarakat pesisir, dan relatif kurang memberikan nilai tambah (added value) secara ekonomis. Hal ini dialami misalnya oleh sebagian anggota Kelompok Putri Duyung di Watan Soreang. Sedangkan pada pengeringan ikan (ikan asin) yang dialami Kelompok nelayan Bersahaja di Sumpang Minangae, Kecamatan Bacukiki Barat permasalahannya adalah kurangnya sarana produksi dan kekurangan modal usaha. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 15 of 37

16 2. HASIL / PERKEMBANGAN YANG DICAPAI DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTANSI 2.1. KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN, PERKEMBANGAN, DAN STATUSNYA Untuk wilayah Parepare, CCDP IFAD pada tahun 2013 ini telah melakukan : - Pembentukan tim pengelola proyek ( Project Implementation Unit) di bawah Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan Kelautan (PKPK) Parepare, Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (District Oversight Board) Parepare. - Sinkronisasi perencanaan dan koordinasi pengelolaan proyek di bawah PIU (Project Implementation Unit) Dinas PKPK (Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan) Kota Parepare di Hotel Grand Star. - Rekruitmen 3 orang Tenaga Pendamping Desa (TPD) dan 3 orang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang telah bertugas di Kelurahan Sumpang Minangae, Kelurahan Watansoreang dan Kelurahan Labukkang. - Identifikasi beberapa lokasi kelurahan pesisir sebagai sasaran proyek yang prioritas untuk diintervensi. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi proyek CCD pada lokasi kelurahan tersebut, yaitu Kelurahan Sumpang Minangae di Kecamatan Bacukiki Barat, Kelurahan Watan Soreang di Kecamatan Soreang, Kelurahan Labukkang di Kecamatan Ujung. - Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun profil masing-masing lokasi dan menganalisis permasalahannya secara partisipatif ( Participatory Rural Assessment). Dari hasil penilaian awal ini telah dilanjutkan dengan identifikasi kemungkinan beberapa kelompok pemanfaat (benericiaries) yang dapat dikembangkan yaitu di masing-masing kelurahan tersebut. - Dalam kegiatan pertemuan di kelurahan pesisir (perencanaan kegiatan), h asil dari identifikasi lokasi sebelumnya termasuk penilaian kebutuhan secara partisipatif (participatory need assessment) yang telah difasilitasi oleh Tenaga Pendamping Desa (TPD), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) maka Project Implementation Unit (PIU) Kota Parepare telah menetapkan setidaknya di tiap-tiap kecamatan yang telah ditetapkan, telah ada 1 Kelompok Kerja Desa ( Village Working Group) dan 6 Kelompok Usaha (termasuk di dalamnya kelompok perempuan) dan 1 Kelompok Infrastruktur serta 1 Kelompok Pengelola Sumber Daya Alam (PSDA). LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 16 of 37

17 - Berikutnya telah dilakukan beberapa kali pertemuan di kelurahan-kelurahan pesisir tersebut menyangkut sosialisasi proyek CCD dan pembahasan perencanaan kegiatan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pesisir di kelurahan tersebut. - Kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan antara lain adalah pelatihan peningkatan kapasitas pokmas yaitu khususnya membekali para anggota dan pengurus kelompok dengan pengetahuan dan wawasan dengan topik-topik dinamika kelompok, pengetahuan dan motivasi kewirausahaan, penyusunan proposal usaha, pengelolaan usaha, pengelolaan keuangan skala kecil dan, aspek pemasaran. - Fasilitasi P3MP (Pusat Pem berdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir), Pelatihan Co-management group, Persiapan Detail Village Coastal Marine Co- Management Plan, dan Workshop Coastal Marine Resources Co-management. Dalam kegiatan-kegiatan ini peserta dari kelompok masyarakat nelayan juga mendiskusikan mengenai pentingnya aspek usaha yang dilakukan oleh masyarakat secara skala kecil, di mana masalah utamanya adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan aspek produksi dan aspek pemasaran. - Market awareness telah dilakukan ke salah satu lokasi pengolah ikan bandeng (bandeng tanpa duri) di kelompok usaha Bulu Siapae, Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang. Kegiatan ini diikuti terutama oleh kelompok usaha perempuan dari ke 9 kelurahan yang menjadi lokasi sasaran proyek CCD ini. Dari kegiatan ini para peserta dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai potensi alternative income berupa olahan ikan bandeng tanpa duri yang dapat dilakukan oleh ibu-ibu nelayan, dan potensi pemasarannya di sekitar Kota Parepare dan Makassar. - Temu usaha Pengembangan Alternative Income Generating Activities dan Jaringan Pemasaran dilaksanakan di Kenari Bukit Indah, Parepare. Pada pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan dari kelompok usaha nelayan, kelompok usaha bersama, kelompok usaha perempuan, utusan dari KADIN Parepare, pedagang pengumpul dan penjual, serta pengolah hasil perikanan. Narasumber yang hadir adalah dari Bank BRI Parepare yang menjelaskan bagaimana mengakses sumber-sumber pembiayaan kredit skala mikro dan kecil khususnya bagi UMKM. Selain itu dari Dinas Perindagkop UMKM Parepare menyampaikan tentang bagaimana upaya sinergi antara stakeholders yang dapat dioptimalkan LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 17 of 37

18 untuk mendukung pengembangan usaha di mikro, kecil dan menengah. Proses terpenting dari pertemuan ini adalah bagaimana memahami kondisi riil pasar yang ada, serta kemampuan memanfaatkan potensi pemasaran yang ada. Dari pertemuan ini direkomendasikan pentingnya membangun linkage antara produsen, pengumpul, pengolah, penjual dan pemasar hasil-hasil perikanan dengan konsumen end-user misalnya pasar lokal/tradisional atau pasar kota dan provinsi yang ada, hingga tingkat nasional. - Proses pencairan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) secara bertahap sebagai Dana Community Enterprise Group yang diperuntukkan bagi 3 kelurahan di Watansoreang, Labukkang dan Sumpang Minangae, masing-masing kelurahan terdapat 6 kelompok usaha, baik dari nelayan penangkap, pembudidaya dan pengolah/pemasar ikan JENIS PRODUK USAHA KELOMPOK MASYARAKAT DAN POTENSI KOMODITAS UNGGULAN Dari hasil pengamatan lapangan yang sementara masih dilakukan, kebanyakan di Parepare adalah pedagang pengumpul dan penjual ikan, sebagian kecil adalah nelayan penangkap. Kebanyakan para nelayan pedagang mengumpulkan ikan-ikan segar yang di es, seperti ikan cakalang, ikan tuna, ikan layang, ikan kembung, ikan banyara, ikan sarden. Selain itu juga kan teri ( losa-losa ) dan cumi-cumi. Sebagian terkecil adalah pembudidaya rumput laut (Euchema cottonii), namun jumlahnya dan produksinya tidak signifikan. Para pedagang pengumpul ikan ini mengumpulkan ikan dari kapan penangkap yang menjual di PPI Cempae, kemudian menjual hasil-hasilnya di Pasar Lakessi, atau langsung membeli dari kapal-kapal kecil yang membongkar ikannya di dekat Pasar Lakessi. Pembeli terbesar adalah konsumen lokal ibu-ibu rumah tangga di Parepare melalui perantara pedagang keliling di seputar Kota Parepare. Hasil pengamatan di lapangan dan dukungan kajian market study yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin di mana sementara masih terus berlangsung, serta pendampingan dari konsultan pemasaran, TPD dan Petugas Penyuluh Lapangan mengungkapkan bahwa produk komoditas perikanan yang dapat dikembangkan adalah abon ikan tuna/abon ikan cakalang, dan ikan teri olahan ( losa-losa ). Beberapa kemungkinan komoditas lain yang dapat dikembangkan adalah bandeng tanpa duri, dan pemanfaatan cangkang kerang untuk dibuat kerajinan ( souvenir/handycraft) berupa tempat tissue, serta pengembangan sentra wisata kuliner sea food. Lebih jauh jenis-jenis produk usaha kelompok masyarakat dan potensi komoditas unggulan masih akan dianalisis oleh konsultan pemasaran bekerjasama dengan tim peneliti market study dari Universitas Hasanuddin. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 18 of 37

19 2.3. GAMBARAN RANTAI PASOK DAN PEMASARAN PRODUK USAHA DAN KOMODITAS UNGGULAN Selama ini hasil tangkapan dan pengumpulan hasil perikanan yang diperoleh belum dikelola secara optimal atau hanya dipasarkan secara tradisional dan belum dijual dengan menciptakan nilai tambah sesuai ketersediaan pasar yang ada. Secara sederhana alur penjualan/pemasaran hasil-hasil perikanan laut di sekitar Kota Parepare hal tersebut dapat diilustrasikan pada beberapa gambar seperti di bawah ini. Gambar 9.a Diagram Generik : Mata rantai pemasaran sederhana hasil perikanan nelayan di Parepare Gambar 9.b Diagram dengan variasi (1) : Mata rantai pemasaran hasil perikanan nelayan di Parepare LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 19 of 37

20 Gambar 9.c. Diagram dengan variasi (2) : Mata rantai pemasaran hasil perikanan nelayan di Parepare Permintaan, Kebutuhan, Keinginan Pengusaha Produk Hidup Mati Ekspor Hasil Tangkapan (Produk) Pelelangan Pemasaran/Pa sar Pabalolang Transaksi Transaksi Punggawa Darat Konsumsi Sendiri Pasar Lokasl Pasar antar Kab Kumpulan Penjual Kumpulan Barang/jasa (Pengecer dan Pengguna) Kumpulan Pembeli Papalele Palalele/penjaja pulau Transaksi Transaksi Diolah Gambar 9.d. Diagram dengan variasi (3) : Mata rantai pemasaran hasil perikanan nelayan di Parepare LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 20 of 37

21 Gambar 9.e. Diagram dengan variasi (4) : Mata rantai pemasaran hasil perikanan nelayan di Parepare 2.4. STATUS, POTENSI, DAN RENCANA PEMASARAN PRODUK/KOMODITAS Hingga saat akhir tahun 2013, komoditas unggulan / produk unggulan dari CCDP-IFAD Parepare yang akan ditetapkan dan akan didorong untuk selanjutnya dikembangkan, masih sementara dikaji dan didiskusikan dengan tim market study dari Universitas Hasanuddin. Setidaknya ada beberapa potensi komoditas yang dapat didorong dikembangkan lebih lanjut antara lain adalah abon ikan dan ikan teri olahan. Yang lain adalah bandeng tanpa duri, souvenir handycraft tempat tisue dari cangkang kerang, dan yang mungkin dikembangkan adalah sentra wisata kuliner makanan laut (sea food). Status dari potensi komoditas / produk yang akan ditetapkan sebagai unggulan Parepare masih memerlukan pengkajian lebih intensif baik dari PIU Parepare yang dibantu konsultan pemasaran dan pemberdayaan masyarakat bekerjasama dengan tim peneliti market study dari Universitas Hasanuddin. Visi yang diusulkan untuk pengelolaan hasil-hasil perikanan laut yang dapat diwujudkan adalah Parepare sebagai outlet abon ikan dan ikan teri olahan sehat yang terkemuka di Sulawesi Selatan. Untuk menuju kesana maka langkah-langkah strategis perlu dilakukan dengan menyusun dan menetapkan roadmap pengembangan usaha perikanan laut berbasis masyarakat di Parepare. Langkah strategis termasuk penyusunan dan pengembangan Rencana Pemasaran Produk/Komoditas ini masih memerlukan kajian lebih LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 21 of 37

22 mendalam, pertemuan intensif dan sosialisasi intensif dengan segenap pemangku kepentingan di Parepare dan sekitarnya. Terkait dengan hal ini maka akan difollow up dengan pertemuan-pertemuan intensif dengan PIU dan Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ( District Oversight Board) Parepare. Strategi pengembangan dan pemasaran yang dapat dilakukan adalah panen - olah - jual, yaitu setelah hasil-hasil perikanan laut dipanen, maka dilanjutkan dengan pengolahan melalui serangkaian kegiatan yang akan diintervensi berikutnya, misalnya teknik pengumpulan, penanganan pasca pengumpulan, pemilihan dan penyortiran, pembersihan, dan pengolahan menjadi produk lanjutan, sertifikasi, pengemasan, pelabelan, penetapan harga penjualan, hingga akhirnya penjualan/pemasaran. Strategi yang dapat dilakukan antara lain bauran pemasaran ( mix marketing), penjualan/pemasaran sistem titip dan bayar (konsinyasi) melalui outlet toko supermarket lokal Parepare, dan kabupaten sekitarnya seperti Pinrang, Barru, Pangkep, hingga Kota Makassar. Sedangkan untuk pasar yang lebih luas, bisa menjangkau Kalimantan Timur, seperti Samarinda, Balikpapan, Pasir, Nunukan dan Tarakan. Bentuk spesifik infrastruktur penunjang usaha yang diusulkan untuk dapat menunjang aspek pemasaran ini adalah rumah kemasan, rumah produksi atau rumah niaga. Hal ini terutama karena kemasan yang dari produk olahan seperti abon ikan dan ikan teri di Parepare masih sangat terbatas. Di rumah kemasan atau rumah produksi ini akan dapat dilengkapi dan ditingkatkan kualitasnya. Lebih detail terkait rencana penjualan dan pemasaran akan dibahas lebih lanjut dengan tim peneliti dari Universitas Hasanuddin dan konsultan pemasaran PMO. 3. PEMBAHASAN / ANALISIS SINGKAT TERKAIT TEMUAN LAPANGAN/STATUS KEGIATAN Untuk jenis-jenis komoditas produk olahan hasil perikanan laut di sekitar Parepare, hingga saat ini belumlah mewujud menjadi industri pengolahan yang maju dan kuat. Pada umumnya masyarakat pesisir masih sebatas mengolah secara tradisional dan seadanya. Belum optimalnya pengelolaan usaha pengolahan hasil perikanan laut yang dikelola masyarakat pesisir Parepare, perlu diatasi dengan adanya peningkatan kapasitas (capacity building) misalnya dalam bentuk pelatihan/workshop dan pendampingan mengenai pengelolaan usaha bagi kelompok nelayan. Aspek-aspek manajemen usaha ini antara lain mencakup peningkatan motivasi entrepreneurship, penanganan pasca panen, peningkatan aspek teknis produksi, penerapan teknologi tepat guna mendukung produksi, pemeliharaan dan pengendalian mutu, perencanaan bisnis (business plan), termasuk perencanaan pemasaran ( marketing plan) dalam kaitannya dengan meningkatkan nilai tambah ( added value) produk hasil perikanan yang meningkatkan pendapatan nelayan. Kualitas dan kontinuitas penyediaan produk-produk perikanan laut yang diolah masyarakat pesisir seperti rumput laut keringan, abon ikan tuna dan ikan kering (ikan asin) masih belum maksimal, sehingga kurang diminati pasar atau masih belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar dan kontinyu. Contoh produk abon ikan tuna yang dilbuat oleh Usaha Lela Mandiri, masalah yang dihadapi selain ketidakstabilan jumlah bahan baku berupa ikan tuna, fluktuatifnya volume produksi karena keterbatasan bahan baku ikan tuna, juga pada penanganan pasca panen LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 22 of 37

23 ikan tuna dan pengolahannya yang kadang belum memenuhi standard hygienis, dan hasil akhir berupa abon ikan tuna kemasannya kurang menarik. Rantai pemasaran ( market chain) telah terbentuk dari aktivitas penjualan abon ikan tuna, yaitu dari Parepare ke Makassar, Parepare ke Samarinda dan Parepare ke Surabaya. Namun demikian tidak semua dapat dipenuhi, karena keterbatasan kuantitas volume produksi. Sehingga karenanya hanya sedikit keuntungan yang diperoleh masyarakat pesisir, dan relatif kurang memberikan nilai tambah (added value) secara ekonomis. Hal ini dialami misalnya oleh sebagian anggota Kelompok Putri Duyung di Watan Soreang, Kecamatan Soreang, dan Sedangkan pada pengeringan ikan (ikan asin) yang dialami Kelompok nelayan Bersahaja di Sumpang Minangae, Kecamatan Bacukiki Barat permasalahannya adalah kurangnya sarana produksi dan kekurangan modal usaha. Keterbatasan jangkauan pemasaran produk pengolahan hasil perikanan laut perlu diatasi dengan penyediaan informasi pasar secara luas kepada masyarakat pesisir dan kelompok usaha nelayan. Hasil studi pemasaran diperlukan untuk mengungkap potensi pasar dari komoditas perikanan laut, aksesibilitasnya, beserta jejaring dan intervensi fungsional yang diperlukan untuk membentuk atau memperkuat keterkaitan supply chain dan mendorong potensi pengembangan usaha, penyerapan tenaga kerja sektor informal di sektor perikanan. Peran dari sektor terkait lain seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UKM, Perguruan Tinggi, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, serta stakeholders lain bisa dimaksimalkan untuk mendukung hal ini. Optimalisasi pemasaran dapat dimulai dari membangun kesepahaman dan kesepakatan kemitraan berusaha dengan para pelaku dunia usaha /sektor riil sehingga hasil-hasil produk olahan perikanan laut dapat terserap pasar. Keberadaan dan peran fungsional para Tenaga Pendamping Desa dan Penyuluh Perikanan sangat diperlukan dalam membangun kesadaran kritis untuk memberdayakan masyarakatnya sendiri di wilayah pesisir, terutama pada lapisan masyarakat yang paling miskin. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi perubahan pola pikir, kesadaran dan adanya proses alih pengetahuan dan keterampilan serta sikap di antara kalangan masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat. Kemudian dibangunnya pendekatan pengelolaan kelompok, intervensi bantuan usaha produktif melalui pilot project pengembangan usaha skala kecil kepada kelompok-kelompok masyarakat pesisir. Kemudian ini memerlukan penguatan dan pengembangan kelompok, hingga pada akhirnya mampu melakukan pengelolaan usaha secara mandiri dan berkelanjutan. Aspek penjualan dan pemasaran hasil-hasil produksi masyarakat pesisir perlu ditingkatkan dan dijaga mutunya sehingga dapat memberikan nilai tambah yang menguntungkan masyarakat. Dengan bekerjasama dan berkolaborasi bersama stakeholders lain, maka upaya peningkatan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir dapat terintegrasi dengan program-program pemerintah lainnya untuk pengentasan kemiskinan. Hal ini jika secara konsisten dan terpadu dilakukan, pada gilirannya diharapkan akan dapat mampu menggerakkan dan melakukan perubahan sosial ekonomi budaya masyarakat pesisir di lokasi-lokasi sasaran proyek sebagaimana tujuan proyek ini melakukan pembangunan masyarakat pesisir secara terpadu dan berkelanjutan. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 23 of 37

24 4. KEGIATAN PELATIHAN / WORKSHOP / KOORDINASI Bagi PIU CCDP-IFAD Parepare, setelah terbentuknya tim pengelola proyek ( Project Implementation Unit) di bawah Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan Kelautan (PKPK) Parepare, Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ( District Oversight Board) Parepare, masih memerlukan pendampingan khususnya terkait pemahaman substansi dan bagaimana strategi implementasi kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir di Parepare agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat penerima manfaat CCDP IFAD. Sekaitan dengan itu sinkronisasi perencanaan dan koordinasi pengelolaan proyek di bawah PIU ( Project Implementation Unit) Dinas PKPK (Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan) Kota Parepare sangat diperlukan karena harus disesuaikan dengan prioritas dan agenda strategis Pemerintah Kota Parepare termasuk Dinas PKPK Parepare. Keberadaan 3 orang Tenaga Pendamping Desa (TPD) dan 3 orang Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang bertugas di Kelurahan Sumpang Minangae, Kelurahan Watansoreang dan Kelurahan Labukkang, sangat memerlukan pendampingan dan peningkatan kapasitasnya terkait dengan kemampuan memahami substansi CCDP dan bagaimana menerjemahkannya menjadi kegiatan-kegiatan yang implementable, serta mampu mengatasi konflik yang mungkin terjadi di lapangan pada waktu persiapan, penyaluran bantuan investasi usaha melalui BLM hingga pemantauan penggunaan dana bantuan usaha tersebut oleh kelompok masyarakat pesisir. Terkait dengan identifikasi dan penentuan beberapa lokasi kelurahan pesisir sebagai sasaran proyek yang prioritas untuk diintervensi, maka penetapan Kelurahan Sumpang Minangae di Kecamatan Bacukiki Barat, Kelurahan Watan Soreang di Kecamatan Soreang, Kelurahan Labukkang di Kecamatan Ujung pada tahun 2013, perlu memberikan wawasan dan pembelajaran bagi PIU (Project Implementation Unit), Komite District Oversight Board, terutama TPD (Tenaga Pendamping Desa) dan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) dan Project Management Office agar pada tahun-tahun berikutnya dan pada tahapan selanjutnya tidak tergesa-gesa dimana seringkali akibatnya menimbulkan ketidaktepatan sasaran dan kecemburuan sosial di tengah masyarakat. Di dalam pengumpulan data dan informasi yang akan digunakan untuk menyusun profil sumber daya di masing-masing lokasi sangat penting agar analisis permasalahannya dilakukan secara partisipatif, hal ini guna mendorong rasa kepemilikan dan tanggungjawab dari masyarakat agar dapat memastikan adanya keberlanjutan implementasi kegiatan. Dalam kegiatan pertemuan selanjutnya di tingkat kelurahan pesisir, hasil dari identifikasi lokasi yang dilakukan secara partisipatif ( participatory need assessment) sangat perlu didampingi / difasilitasi oleh Tenaga Pendamping Desa (TPD), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Untuk itu Project Implementation Unit (PIU) Kota Parepare perlu menetapkan Kelompok Kerja Desa (Village Working Group) dan Kelompok Usaha (termasuk di dalamnya kelompok perempuan) dan Kelompok Infrastruktur serta Kelompok Pengelola Sumber Daya Alam (PSDA) yang tepat. Kegiatan lainnya yang perlu diperbaiki adalah pelatihan peningkatan kapasitas POKMAS yaitu khususnya membekali para anggota dan pengurus kelompok dengan pengetahuan dan wawasan dengan topik-topik dinamika kelompok, pengetahuan kewirausahaan, LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 24 of 37

25 penyusunan proposal usaha, pengelolaan usaha, pengelolaan keuangan skala kecil dan, aspek pemasaran usaha. Keberadaan P3MP (Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir) dapat difungsionalkan untuk menjalankan fungsi supporting membahas isu-isu strategis usaha kenelayanan dan kemungkinan pengembangannya ke depan, termasuk mengenai pentingnya aspek perencanaan usaha, kurangnya pengetahuan dan keterampilan aspek produksi dan aspek pemasaran. Proses pencairan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) sebagai Dana Community Enterprise Group untuk ke depannya sangat penting untuk dipantau dan diawasi pencairan dan penggunaannya agar tepat sasaran. Peran P3MP dapat diberdayakan untuk ini. 5. FOKUS DAN STRATEGI AKSELERASI HINGGA AKHIR DESEMBER 2013 DAN 2014 Memahami Pedoman Teknis (Pednis) dan Petunjuk Operasional Kerja (POK) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP) tahun 2013 yang telah disusun, maka untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, sangat diperlukan penyamaan persepsi mengenai pemahaman Proyek CCDP antara konsultan dengan pihak PMO, PIU dan dinas terkait yang akan mengimplementasikannya, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) serta Tenaga Pendamping Desa (TPD), sebagai ujung tombak pelaksanaan CCDP. Sehingga tahapan yang terpenting adalah membangun komunikasi dan koordinasi di antara segenap elemen proyek CCDP ini baik di tingkat pusat (PMO), Satker Pembangunan Masyarakat Pesisir, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha - Ditjen KP3K Kementerian Kelautan Perikanan, maupun di daerah (kabupaten/kota hingga kecamatan dan kelurahan/desa pesisir) seperti PIU pada Dinas Kelautan Perikanan kabupaten/kota (dalam hal ini di Kota Parepare adalah Dinas PKPK), Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (District Oversight Board) di kabupaten/kota, Tenaga Pendamping Desa (TPD) dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) sebagai ujung tombak pelaksanaan proyek CCDP, dan membina komunikasi yang intens dengan contact persons atau pengurus kelompok calon penerima Bantuan Langsung Mayarakat (BLM) serta pimpinan pemerintahan di tingkat desa/kelurahan dan berkoordinasi dengan pimpinan tingkat kecamatan lokasi sasaran proyek. Bekerjasama dengan TPD dan PPL, konsultan berperan dalam memberikan saran pertimbangan dan pengkayaan aspek-aspek ekonomi produktif, antara lain seperti aspek perencanaan pengelolaan usaha; penyusunan proposal; peningkatan teknis produksi; inovasi teknologi/pengenalan teknologi tepat guna dalam produksi; penanganan pasca panen produk-produk hasil perikanan laut; pengendalian mutu produksi dan pengemasan produk; pengembangan produk melalui peningkatan nilai tambah produk dan penganekaragaman produk; penjualan dan pemasaran; keorganisasian, tertib administrasi dan pembukuan; masalah perijinan dan sertifikasi; pengelolaan keuangan untuk usaha kecil; ketenagakerjaan; keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja. Selain itu, apabila kualitas produk telah meningkat dan terjaga mutunya, guna mendukung pengembangan usaha dan perluasan jaringan pemasaran usaha ekonomi masyarakat pesisir tersebut, diusulkan Fasilitasi Temu Usaha ( Business Gathering ) dengan contact persons pengusaha yang berminat dengan produk olahan masyarakat pesisir tersebut, baik dari Kota Parepare, Makassar dan tempat-tempat strategis lainnya, atau mengikutsertakan LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 25 of 37

26 kelompok usaha dalam pameran produk-produk usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) di kota atau provinsi. Ini dapat difasilitasi dengan kerjasama Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) setempat. Bentuk lain yang dapat dilakukan adalah bersama anggota pengurus kelompok usaha bersama (KUB) melakukan penjajakan peluang pasar secara bertahap dari pembeli skala kecil (warung, kios kaki lima, penjual keliling, pagandeng, toko-toko penjual eceran) hingga toko-toko besar (supermarket dan hypermarket). Selain itu bentuk percontohan lainnya yang memungkinkan dilakukan adalah membangun outlet tempat penjualan produk hasil olahan masyarakat pesisir tersebut seperti kios, warung atau toko cinderamata khas Parepare di tempat-tempat strategis yang ramai dikunjungi orang, misalnya pasar-pasar tradisional, pelabuhan, dan bisa juga pemasaran produk dilakukan dengan sistem titip jual (konsinyasi) di toko supermarket yang ada, pedagang warung dan pedagang lainnya. Untuk pengembangan infrastruktur penunjang usaha yang diusulkan dapat menunjang pemasaran hasil produk masyarakat nelayan adalah rumah kemasan, rumah produksi atau rumah niaga. Hal ini untuk meningkatkan kualitas kemasan produk olahan seperti abon ikan dan ikan teri yang belum kompetitif untuk dijual ke pasar terbuka. Di rumah kemasan atau rumah produksi ini akan dapat dilengkapi dan ditingkatkan kualitas hasil produksi masyarakat tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, hal ini masih dalam tahap pengkajian dengan tim peneliti dari Universitas Hasanuddin dan konsultan pemasaran PMO FOKUS KEGIATAN YANG BELUM DILAKUKAN HINGGA AKHIR 2013 Dalam implementasi CCDP IFAD terkait komponen pemasaran dan rantai pemasaran/rantai nilai, di Parepare telah dilaksanakan kegiatan market awareness, dan temu usaha pengembangan alternative income generating activities dan jaringan pemasaran. Catatan dari kegiatan tersebut adalah memerlukan follow-up, antara lain bagaimana mengoptimalisasikan peran pemasaran dan penjualan serta membangun kemitraan usaha antara nelayan lokal, nelayan pedagang/pengumpul/penjual dengan praktisi dunia usaha atau pelaku bisnis aktif di lapangan. Hasil kajian market study yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin akan dirujuk untuk pengembangan kegiatan khususnya komponen 1.3. dan 2.2. dari CCDP IFAD ini. 5.2.STRATEGI YANG AKAN DILAKUKAN UNTUK AKSELERASI CAPAIAN HINGGA AKHIR 2013 Sekaitan dengan kegiatan yang masih harus dilakukan pada tahun 2013 maupun yang perlu dilakukan tahun 2014, maka diagram berikut ini mengilustrasikan bahwa hasil kajian dari market study yang dilakukan Universitas Hasanuddin menjadi bagian dari tahapan marketing research yang dilakukan konsultan pemasaran dalam mengkaji supply chain dan added value. Hal ini perlu dilengkapi dengan hasil-hasil kegiatan participatory assessment guna menghasilkan usulan kegiatan terkait capacity building bagi kelompok masyarakat yang perlu dilakukan untuk masyarakat dampingan dan difasilitasi secara berkelanjutan. LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK Page 26 of 37

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 DESKRIPSI UMUM Rangkaian kegiatan CCDP-IFAD pada bulan November 2013 berjalan lancar dengan aktivitas yang padat.

Lebih terperinci

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Costal Community Development Project-International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD KOTA PAREPARE TAHUN Halaman i Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN PROYEK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 CCDP-IFAD KUBU RAYA PERENCANAAN DESA SASARAN CCDP-IFAD TAHUN 2013-2014 KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT Potensi sumberdaya pesisir yang sedemikian besar seharusnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH KEMASAN PRODUK HASIL OLAHAN PERIKANAN KOTA PAREPARE. Project Implementation Unit (PIU) Kota Parepare

BUSINESS PLAN RUMAH KEMASAN PRODUK HASIL OLAHAN PERIKANAN KOTA PAREPARE. Project Implementation Unit (PIU) Kota Parepare BUSINESS PLAN RUMAH KEMASAN PRODUK HASIL OLAHAN PERIKANAN KOTA PAREPARE Project Implementation Unit (PIU) Kota Parepare Coastal Community Development Project International Fund for Agricultural Development

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan daerah dengan karateristik khas dan bersifat dinamis dimana terjadi interaksi baik secara fisik, ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN

LAPORAN PERKEMBANGAN LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD DR. JAMES D. ADAM,SE.MBA KONSULTAN PEMASARAN DAN VALUE CHAIN KOTA KUPANG 5 DESEMBER 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE Rancangan Perencanaan Pembangunan Kelurahan Mado Kecamatan Pulau Hiri Selama 3 (tiga) Tahun Berbasis Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 Jumlah pulau : 2.408 pulau Berpenghuni : 366 buah (15 %) Belum berpenghuni : 2.042buah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN Yang dimaksud dengan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN Welli Yuliatmoko 1 Universitas Terbuka Email korespondensi : welli@ut.ac.id Abstrak Abstrak. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 20 Desember 1958

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia tanpa terkecuali sehingga peran makanan sangat besar bagi kehidupan manusia itu sendiri. Terdapat berbagai jenis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci