PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT ( ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: CHORYNA DEWI USNA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Ku persembahkan makalah ini untuk: Kedua orang tua saya yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing saya dengan penuh cinta kasih, kesabaran dan kasih sayang serta pengertian. Abangku Albert yang selalu memberikan motivasi dan semangat. Sahabat-sahabat saya yang telah memberikan dukungan semangat. iv

5 MOTTO Pergunakanlah kesempatan kedua yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya karena belum tentu ada kesempatan ketiga. Biarlah Tuhan yang bekerja atas hidup ku, dalam nama-nya ku percaya setiap perbuatan ada balasannya karena siapa yang menabur benihnya akan menuai buahnya. Gitu aja kog repot (Gusdur) v

6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftarpustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 5 Februari 2015 Penulis Choryna Dewi Usna vi

7 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Choryna Dewi Usna Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT ( ). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 5 Februari 2015 Yang menyatakan vii

8 ABSTRAK PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT ( ) Oleh : Choryna Dewi Usna Nim : Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan: 1) Perjuangan diplomasi bangsa Indonesia merebut Irian Barat, 2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perjuangan diplomasi bangsa Indonesia merebut Irian Barat, 3) Hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat. Penulisan makalah ini menggunakan metode sejarah yang meliputi: heuristik, verifikasi, interprestasi dan historiografi, sedangkan pendekatan yang dipakai adalah: historis, politik, ekonomi dan militer. Makalah ini merupakan penulisan yang bersifat deskripif analitis. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa: 1) Perjuangan diplomasi bangsa Indonesia untuk merebut Irian Barat dengan perundingan mengalami kegagalan kemudian ditingkatkan menjadi konflik politik, ekonomi dan militer. 2) Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perjuangan diplomasi bangsa Indonesia merebut Irian Barat antara lain: kebijakan politik pemerintah Indonesia, kebijakan politik pemerintah Belanda dan perubahan politik luar negeri Amerika Serikat. 3) Perjuangan diplomasi Indonesia akhirnya berhasil mendapatkan Irian Barat melalui perjanjian New York dan penentuan pendapat rakyat yang menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. viii

9 ABSTRACT THE INDONESIA DIPLOMATIC STRUGGLE SEIZED BACK WEST IRIAN ( ) By : Choryna Dewi Usna Student number : The research a was conducted in order to explain: 1) The diplomatic struggle of Indonesia in seizing West Irian, 2) The factors which affected Indonesia's diplomacy in seizing West Irian, 3) The result of Indonesian diplomatic struggle in seizing West Irian. The writing this paper used historical methods a that include: heuristic, verification, interpretation and historiography, while the approach used is: historical, political, economic and military. This paper a written in analytical writing is descriptive model. The results of the research shown in the paper ane 1) The diplomatic struggle of Indonesia in seizing West Irian with the negotiation failed, then it increased to political conflicts, economic, and military. 2) The factors that affected Indonesia's diplomacy in seizing West Irian, among others ane the Indonesian government policy, Dutch government policy and changes in The United States of America (USA) foreign policy. 3) Indonesia s diplomacy struggle finally managed to get West Irian by New York agreement and the determination of the people s opinion who joined the Unitary Republic of Indonesia. ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan, atas segala berkat dan kasih karunia-nya yang begitu berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan maklah ini. Atas terselesaikannya makalah ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam terselesaikannya makalah ini. 4. Seluruh Dosen Pendidikan Sejarah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma. 5. Staf Sekretariat Pendidikan Sejarah, Staf dan karyawan dekanat FKIP yang telah membantu memberikan pelayanan. 6. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapatkan sumber demi kelancaran penyusunan makalah ini. x

11 7. Kedua orang tua saya yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moral dan materil serta selalu memberikan doa, nasehat yang tidak pernah putus kepada saya. 8. Saudara saya Albert, sahabat-sahabat karib saya Karyono, Claudya, Kristina yang selalu membantu memberikan motivasi dan semangat. 9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan doanya. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Yogyakarta, 5 Februari 2015 Penyusun Choryna Dewi Usna xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Lata Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Tujuan dan Manfaat penulisan... 7 BAB II USAHA-USAHA DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT A. Usaha Diplomasi melalui Kabinet-Kabinet ( ) B. Usaha Diplomasi Melalui Forum Organisasi Internasional C. Usaha Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat di Era Demokrasi Terpimpin ( ) BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT A. Faktor Politik Pemerintah Indonesia B. Faktor Politik Pemerintah Belanda C. Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat BAB IV HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT xii

13 A. Persetujuan New York B. Masa Pemerintahan Transisi UNTEA C. Irian Barat Kembali Kepangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Silabus Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran Gambar xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang baru merdeka tanggal 17 Agustus 1945, sudah dihadapkan pada permasalahan politik dan perekonomian yang tidak stabil. Selain itu juga harus berjuang mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatannya. Bangsa Belanda belum dapat menerima kemerdekaan Indonesia, kemudian berusaha memecah belah negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Irian Barat yang kemudian menjadi Irian Jaya dan sekarang menjadi Papua, merupakan daerah terakhir bekas jajahan Belanda yang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pada tahun Pengembalian daerah ini diperoleh melalui perjuangan panjang baik dalam bentuk diplomasi maupun kekuatan militer. Pada akhirnya konflik Indonesia dengan Belanda dimediasi oleh PBB (Persrikatan Bangsa-Bangsa) dalam bentuk United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Permasalah konflik Irian Barat muncul setelah Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) Tahun 1949 yang diadakan di Den Haag. Adapun masalah yang sangat krusial dari hasil yang diperoleh dalam KMB, yaitu setahun setelah perjanjian KMB pihak Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia, bahkan untuk membicarakannya saja pihak Belanda 1

15 2 tidak mau lagi. 1 Terhambatnya penyelesaian Irian Barat karena faktor perbedaan persepsi masing-masing negara, dan berakibat timbulnya ketegangan-ketegangan baru yang mempengaruhi kebijaksanaan politik luar negeri kedua negara. Belanda menolak dimasukkannya Irian Barat sebagai bagian Republik Indonesia Serikat yang akan menerima penyerahan kedaulatan dari Belanda. Delegasi Belanda berpendapat, bahwa masalah Irian Barat perlu mendapatkan status khusus. Dalam bidang ekonomi, wilayah Irian Barat dianggap tidak mempunyai hubungan dengan wiayah-wilayah Indonesia. 2 Sebaliknya Irian Barat mempunyai hubungan politik yang khusus dengan Belanda untuk mengusahakan kemajuan melalui pendidikan rakyatnya serta mengembangkan perekonomiannya. Adapun motif lain Belanda tidak bersedia menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia, mulanya berasal dari keinginan untuk menjamin suatu daerah sendiri bagi kaum Indo-Eropa. 3 Delegasi Indonesia berpendapat bahwa Irian Barat harus tetap diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan alasan bahwa selama ini telah terjalin hubungan etnologis, ekonomi, dan agama. Sejak dari persetujuan Linggarjati dan Denpasar telah ditetapkan bahwa kedaulatan akan diserahkan atas wilayah Hindia Belanda. Dalam Konferensi Denpasar, Van Mook menyatakan bahwa Irian Barat akan digabungkan dengan negara 1 Sartono Kartodirjo, Dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975, Hal Ridhani, P, Mayor Jendrral Soeharto Panglima Komand Mandala Pembebasan Irian Barat, Jakarta, Sinar Harapan, 2009, Hal Smit. C, Dekolonisasi Indonesia, Jakarta, Daya Sarana, 1986, Hal. 56

16 3 Indonesia Timur (NIT) sebagai salah satu bagiannya dengan memberikan hak otonomi pada daerah-daerah secara bertahap. 4 Selain itu, pihak Indonesia berpendapat bahwa Irian Barat merupakan bagian mutlak karena apabila ditinjau dari segi politis, berdasarkan perjanjian international 1896 yang diperjuangkan oleh Prof. Van Vollen Houven (pakar hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa Indonesia meliputi seluruh wilayah bekas kekuasaan Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun dikatakan oleh Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia, tetapi secara sah merupakan wilayah Hindia Belanda oleh sebab itu pemerintah Indonesia berusaha untuk menegakkan kedaulatannya dan berkewajiban untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Pengertian tentang seluruh tumpah darah Indonesia ialah keutuhan wilayah Indonesia tanpa mengecualikan suatu bagiannya, termasuk daerah Irian Barat. Hal ini diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Status Irian Barat sesudah proklamasi kemerdekaan masih dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda. Untuk mendapatkan Irian Barat, pemerintah Indonesia melakukan upaya diplomasi. Pada akhirnya pemerintah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia setelah melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Akan tetapi wilayah Irian Barat masih dikuasai oleh pihak Belanda dan akan diserahkan satu tahun setelah KMB. Ini jelas merupakan trik politik Belanda untuk menguasai Irian Barat. 5 4 Saleh. A dkk, Tri Komando Rakyat Edisi Ke, Semarang, Yayasan Telapak, 2000, Hal5-6 5 Baharudin Lopa, Djalannja Revolusi Indonesia Membebaskan Irian Barat. Jakarta, Daya Upaya, 1962, Hal. 41.

17 4 Kebijakan Belanda menganeksasi Irian Barat bertujuan untuk memisahkan Irian Barat dari wilayah kekuasaan Indonesia secara permanen. Kebijakan tersebut memunculkan reaksi dari pihak Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan dengan Belanda dengan menempuh jalan diplomasi. Pada masa Kabinet Natsir, pemerintah berusaha melakukan perundingan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat namun gagal. Belanda semakin meningkatkan pertahanan militernya di Irian Barat. Bahkan secara politik wilayah Irian Barat dimasukkan ke dalam wilayah kerajaan Belanda. Kebijakan Belanda tersebut tidak dapat diterima oleh pihak Indonesia. Pada tanggal 21 April 1953, Kabinet Wilopo menghapuskan Missie Military Belanda di Indonesia. Kabinet Ali I melakukan upaya diplomasi untuk menyelesaikan masalah Irian Barat dalam forum Sidang Umum PBB tahun Namun usahan ini juga mengalami kegagalan karena pihak diplomat Indonesia hanya mendapatkan dukungan 34 negara. Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengajak Belanda menyelesaikan masalah Irian Barat secara damai dengan jalan perundingan, baik secara bilateral maupun melalui PBB namun upaya-upaya tersebut tidak memberikan hasil yang menguntungkan pihak Indonesia. 6 Kemudian pemerintah Indonesia mengambil tindakan politik yang tegas dengan membatalkan perjanjian KMB. Pada mulanya Indonesia berharap permasalahan Irian Barat dapat diselesaikan dengan cara diplomasi namun demikian usaha tersebut selalu 6 Darnoto. Dkk, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa Kurun Waktu Jilid III, Jakarta, Departemen Luar Negeri RI, 2005, Hal. 129

18 5 gagal. Ketidakberhasilan itu disebabkan oleh sikap Belanda yang selalu menolak untuk membicarakan status ketatanegaaraan Irian Barat. Ambisi koloniallah yang menyebabkan Belanda tidak mengindahkan lagi normanorma hukum Internasional (norma-norma the law of treaties dari pada KMB). Belanda tetap pada sikapnya tidak mau melakukan perundingan dengan Indonesia untuk mencari penyelesaian masalah Iran Barat. Menghadapi sikap politik Belanda yang keras kepala, pihak Indonesia memutuskan untuk mengubah kebijakan politik mengenai penyelesaian masalah Irian Barat. Kebijkan baru itu bersikap ofensif dan berubah dari meminta menjadi memaksa Belanda untuk mau berunding. Penyelesaian dilakukan lebih menekankan perjuangan militer namun demikian usaha-usaha diplomasi Indonesia terus dilakukan. Lazimnya hubungan antarnegara diwarnai oleh pasang surut dan dipengaruhi kebijakan politik luar negeri masing-masing negara. Politik luar negeri tiap negara adalah lanjutan dan merupakan refleksi dari politik dalam negeri. Konflik Irian Barat selain menjadi ganjalan hubungan diplomatik kedua negara, juga mengancam perdamaian dunia saat puncak persaingan perang dingin. Dengan keterlibatan internasional, konflik Irian Barat menjadi sangat kompleks dan banyak faktor kepentingan yang berpengaruh di dalamnya. Sejarah perjuangan pembebasan Irian Barat kembali ke dalam wilayah Indonesia tidak bisa dipisahkan dari dinamika politik nasional Indonesia. Proses panjang untuk membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Belanda telah

19 6 mengerahkan segenap potensi negara yang tidak sedikit. Perjuangan diplomasi yang melibatkan berbagai unsur internasional juga telah memberikan andil untuk mengantarkan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam membebaskan Irian Barat. Secara prinsip yang menjadi faktor penentu dalam pembebasan Irian Barat adalah perjuangan diplomasi yang dipadukan dengan kekuatan militer. 7 Selain itu berkaitan dengan konteks sejarah modern, perjuangan pembebasan Irian Barat tidak lepas dari pengaruh konflik Perang Dingin antara ideologi Barat (kapitalis) dengan ideologi Timur (komunis). Hal ini tampak ketika pengerahan kekuatan militer dalam Tri Komando Rakyat (Trikora) pembebasan Irian Barat, Indonesia mengandalkan persenjataan perang dari Blok Timur (Uni Soviet), hal tersebut telah membuat cemas Blok Barat (Amerika Serikat) akan bahaya komunis di Asia Tenggara. Dengan tekanan Amerika Serikat, Belanda akhirnya mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia lewat perantara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Diplomasi internasional yang dilakukan pihak Indonesia memberi dampak yang besar untuk mendapatkan bantuan politik maupun militer. Indonesia melakukan pendekatan kepada negara-negara lain seperti Uni Soviet dan Amerika Serikat. Pendekatan diplomasi kepada negara-negara Adikuasa tersebut berdampak positif bagi Indonesia, terbukti bantuan yang diberikan pemerintah Amerika kepada Indonesia telah mampu membantu penyelesaian konflik Irian Barat, sebab tanpa perjuangan Diplomasi mustahil jikalau perjuangan Militer saja dapat menarik simpati negara-negara lain di PBB. 7 Nasution A.H, Mengamankan Pandji-Pandji Revolusi, Jakarta, 1964, hlm. 38

20 7 Berdasarkan gambaran di atas penulis ingin membahas bagaimana sejarah pembebasan Irian Barat dari segi perjuangan diplomasi, karena secara realitas awal dan akhir perjuangan pembebasan Irian Barat ditentukan lewat jalur perundingan damai (peace-keeping operations), meskipun pada momen tertentu juga didukung oleh perjuangan militer. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian latar belakang, maka permasalahan dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perjuangan diplomasi Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat? 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap usaha-usaha diplomasi Bangsa Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat? 3. Bagaimana hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: a. Untuk mendeskripsikan perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat.

21 8 b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis Faktor-faktor penghambat apa saja yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam perjuangan diplomasi untuk merebut kembali Irian Barat. c. Untuk mendeskripsikan hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat. 2. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah ini adalah: a. Bagi civitas Akademika Universitas Sanata Dharma Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan khususnya karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain dalam melakukan penulisan historis dan sebagai bahan dasar bagi penelitian lanjutan mengenai Perjuangan Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat. b. Bagi Ilmu Sejarah Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai usaha-usaha dan perjuangan yang di lakukan Bangsa Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat terutama perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia serta perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Selain itu penulisan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi tambahan bagi penelitian historis.

22 9 c. Bagi Program Studi Pendidikan Sejarah Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah referensi lanjutan mengenai Perjuangan Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat. khususnya mata kuliah Sejarah Indonesia Baru dan di harapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang bagaimana perjuangan diplomasi Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat pada masa lampau, yang kini sekiranya dapat di contoh bagaimana semangat perjuangan untuk mengisi kemerdekaan seluruh Indonesia termasuk Papua. d. Bagi Penulis Hasil Penulisan ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman baru bagi penulis. Selain itu dapat menambah keterampilan penulis dalam menulis karya ilmiah. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, serta memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

23 BAB II USAHA-USAH DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT Konflik bersenjata antara pihak Indonesia dengan militer Belanda yang berusaha menjajah kembali Indonesia diakhiri dengan persetujuan perdamaian. Kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), diantaranya Belanda akan membahas masalah wilayah Irian Barat dengan pihak Indonesia satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Akan tetapi ini hanyalah siasat politik Belanda untuk mempertahankan Irian Barat. Sementara itu pihak Indonesia tetap berpegang teguh pada isi perjanjian KMB. Setelah satu tahun perjanjian KMB, pihak Indonesia berupaya untuk mendapatkan kejelasan tentang status masalah Irian Barat. Pemerintah Indonesia mengedepankan pendekatan politik dengan melakukan perundingan secara langsung dengan pemerintah Belanda. Namun upaya ini tidak berhasil karena pemerintah Belanda tetap berpegang teguh untuk menguasai Irian Barat. Berikut usaha-usaha diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia: A. Usaha Diplomasi melalui Kabinet-Kabinet ( ) 1. Usaha Diplomasi Kabinet Mohammad Natsir Pada tanggal 7 September 1950, Mohammad Natsir dilantik sebagai Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mohammad Natsir menjalankan pemerintahan dengan mengedepankan upaya diplomasi dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Ini merupakan program utama yang harus 10

24 11 segera direalisasikan. Mohammad Natsir memerintahkan kepada Menteri Luar Negeri Mr. Moh. Roem untuk memimpin delegasi Indonesia ke negeri Belanda. Pada tanggal 4 Desember 1950 berlangsung perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda di Den Haag. Perundingan politik ini ternyata diwarnai dengan perbedaan pendapat yang cukup mencolok antar kedua belah pihak. 8 Pihak pemerintah Belanda tetap bersikeras mempertahankan wilayah Irian Barat. Sedangkan pihak Indonesia berusaha secara diplomatis dalam penyelesaian untuk mendapatkan Irian Barat. Mr. Moh. Roem kemudian menawarkan sebuah konsesi politik kepada pihak pemerintah Belanda untuk menyerahan Irian Barat secara de jure. Konsesi politik yang ditawarkan pihak Indonesia antara lain: 9 a. Dalam lingkungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di lapangan ekonomi, pemerintah Indonesia mengakui hak dan konsesi yang sekarang ada dan diberi perhatian yang istimewa kepada Belanda mengenai pemberian konsensi baru dan menempatkan kapital. Selanjutnya dalam mengembangkan sumber-sumber di Irian Barat akan diberi perhatian khusus kepada kepentingan-kepentingan Belanda di sana, antara lain dalam mengusahakan dan mengelola kekayaan tanah. Pada umumnya pemerintahan Indonesia bersedia memajukan Irian Barat di lapangan ekonomi, memperhatikan dengan sepenuhnya kepentingan Belanda di lapangan perdagangan, perkapalan, dan industri. 8 Ridhani, op.cit, hlm Saleh A. Djamhari, dkk, op.cit, Hlm.10

25 12 b. Dalam aparat administrasi Irian Barat akan dipergunakan tenaga-tenaga Belanda. c. Pensiunan pegawai-pegawai Belanda Irian Barat akan dijamin seperti dalam persetujuan KMB. d. Imigrasi rakyat Belanda akan diperbolehkan oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya akan diperhatikan benar-benar supaya diadakan tenaga buruh yang diperlukan untuk Irian Barat. e. Pemerintah Indonesia akan memajukan supaya Irian Barat dimasukkan dalam sistem perhubungan Pemerintah Indonesia (perhubungan udara, laut, telepon, telegraf dan radio) dengan memperhatikan konsensi-konsensi yang sudah diperoleh Maskapai Belanda. f. Kemerdekaan beragama akan dijamin sepenuhnya dan usaha-usaha dari zeding dan missi dalam lapangan kemanusian, seperti pengajaran dan pemeliharan orang sakit dapat diteruskan. Dalam usaha kemanusiaan itu jika diperlukan missi dan zending akan dapat bantuan dari pemerintah Indonesia. g. Di Irian Barat akan diusahakan supaya pemerintahannya berjalan dengan cara demokrasi yang penuh. Kepada daerah akan diberikan otonomi dan hak ikut memerintah (medebewind) segera akan diraih dengan pembentukan badan perwakilan sendiri. Konsesi politik yang ditawarkan oleh pihak perwakilan pemerintah Indonesia ditolak dengan tegas oleh pemerintah Belanda. Sebaliknya, pihak

26 13 pemerintah Belanda kemudian menawarkan usulan kepada delegasi Indonesia yang berbunyi: a. Bahwa rakyat Nederland Nieuw Guinea mempunyai hak untuk menentukan hari depannya sendiri. b. Pembentukan Dewan Irian dan Belanda tetap memerintah Irian. Menanggapi usulan dari pihak Belanda tersebut, pimpinan delegasi Indonesia Mr. Moh Roem dengan tegas menolaknya. Delegasi Indonesia tetap berpegang teguh pada pendirian politiknya yaitu Irian Barat harus diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia. Perundingan ini ternyata tidak menghasilkan kesepakatan tentang penyelesaian masalah Irian Barat. Delegasi pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Mr. Moh.Roem gagal. 10 Kegagalan diplomasi yang dilakukan oleh Mr. Moh. Roem ternyata tidak menyurutkan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan perundingan secara damai. Pada bulan Desember 1951, Prof. Dr. Supomo memimpin delegasi Indonesia untuk melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Perundingan kali ini juga mengalami kegagalan. Pemerintah Kerajaan Belanda mengeluarkan kebijakan politik yang mengejutkan pemerintah Indonesia. Pada pertengahan Agustus 1952, parlemen Belanda menyetujui wilayah Irian Barat dimasukan ke dalam wilayah lingkungan Kerajaan Belanda. 11 Kebijakan pemerintah Belanda ini jelas sangat provokatif tanpa meminta persetujuan pihak pemerintah Indonesia. Menindaklanjuti aksi provokatif tersebut, pemerintah Indonesia menyampaikan nota protes kepada 10 Ibid, hlm Baharuddin Lopa. op.cit, Hlm. 58

27 14 pemerintah Belanda. Pemerintah Indonesia sangat keberatan atas tindakan parlemen Belanda karena masalah Irian Barat masih dalam status sengketa. Permasalahan ini kemudian dibawa ke Sidang Umum PBB, namun usaha ini juga mengalami kegagalan. Kebijakan parlemen Belanda yang menyetujui aneksasi wilayah Irian Barat telah mengakibatkan ketegangan antara Indonesia dengan Belanda. 12 Perkembangan hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memanas. Kolonialis Belanda di Irian Barat telah memobilisasi para pemuda pribumi untuk memasuki dinas militer. Rakyat Indonesia kemudian melakukan desakan kepada pemerintah supaya mengambil tindakan yang tegas terhadap pihak Belanda. Kemudian pemerintah Indonesia mengambil kebijakan politik dengan meningkatkan upaya diplomatik lewat forum internasional untuk menekan pemerintah Belanda. Upaya tersebut ternyata mendapat dukungan dari negara-negara lain yang simpatik terhadap perjuangan bangsa Indonesia. 13 Tahun 1951 Kabinet Natsir jatuh hal ini dikarenakan persoalan yang lebih berat, yang menyangkut persoalan Irian Barat dan peraturan pemerintahan daerah. 14 Kegagalan kabinet Natsir dalam menyelesaikan Irian Barat menyebabkan presiden Soekarno secara terang-terangan menyatakan bahwa ia ingin menggunakan kesempatan yang ditimbulkan oleh kegagalan perundingan tersebut. Untuk menentang kepentingan ekonomi Belanda di 12 Saleh A. Djamhari, op.cit, hlm Idem 14 Moedjanto.G, Indonesia Abad Ke 20 Jilid 2, Yogyakarta, Kanisius, 1988, Hal. 83

28 15 Indonesia dan juga menentang Uni Indonesia-Belanda yang dianggap sebagai simbol provokatif atas suatu kemerdekaan yang terbatas. Keinginan presiden Soekarno yang disampaikan dalam pidato umumnya ditolak oleh Perdana Menteri Mohamad Natsir dengan menyatakan bahwa hanya kabinetlah yang berhak menentukan apakah Presiden yang mengemukakan secara umum kebijakan luar negeri yang terpenting atau tidak. Pertentangan konsitusional ini dimenangkan oleh Mohamad Natsir, tetapi presiden Soekarno berhasil menggunakan pengaruhnya kepada kekuatan oposisi di parlemen untuk menjatuhkan kabinet Natsir. Oleh karena itu, pengganti kabinet Natsir mengambil posisi yang lebih keras terhadap pemerintahan Belanda Usaha Diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I Pada tanggal 30 Juli 1953, Ali Sastroamijoyo diangkat menjadi Perdana Menteri menggantikan Mohammad Natsir yang mengundurkan diri. Kabinet Ali I mempunyai 4 program pokok, yaitu: 16 a. Dalam negeri (meningkatkan keamanan dan kemakmuran dan segera melaksanakan pemilu) b. Pembebasan Irian Barat secara cepat c. Luar Negeri (melakukan politik bebas aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB). d. Penyelesaian pertikaian politik. 15 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm Moedjanto.G, op.cit, hal 90

29 16 Dalam masalah Irian Barat Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I menerapkan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang kuat. Perjuangan diplomasi untuk mendapatkan Irian Barat kepangkuan Indonesia menjadi prioritas kerja pemerintahannya. Perdana Menteri Ali berusaha keras mencari dukungan internasional untuk membantu Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Negara Belanda yang tetap bersikeras atas masalah Irian Barat yang tetap dianggapnya sebagai internal question. Sikap keras pemerintah Belanda yang tetap bersikukuh bahwa Irian Barat merupakan wilayahnya telah mendorong pemerintah Indonesia untuk bertindak lebih tegas. 17 Perundingan Bilateral yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda di Den Haag tidak pernah mendapatkan suatu kemajuan yang berarti. Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I kemudian membawa masalah Irian Barat dalam Sidang Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Pada tahun 1954, PBB mengadakan Sidang Umum yang ke IX dan membahas permasalahan Irian Barat yang disengketakan antara Indonesia dan Belanda. Akan tetapi usaha diplomasi ditingkat internasional ini tidak berjalan lancar karena Sidang Umum PBB tidak mencapai suara mayoritas 2/3 dari anggota yang ada. Walaupun mengalami kegagalan, namun usaha Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I mampu mendapatkan simpatik dari negara-negara lain dan mempengaruhi Belanda Baharuddin Lopa, op.cit, hlm Leifer, Michael, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1989 hlm. 60

30 17 3. Usaha Diplomasi Kabinet Burhanuddin Harahap Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menjalankan pemerintahan dengan kebijakan luar negeri yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Pada tahun 1955 masalah Irian Barat tetap diperjuangkan dalam forum internasional. Sidang Umum PBB X juga membahas masalah Irian Barat. Dalam sidang PBB tersebut diputuskan bahwa perundingan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda tentang masalah Irian Barat akan dilangsungkan di Jenewa. Akan tetapi pemerintah Belanda mengajukan berbagai persyaratan dalam perundingan tersebut. Pihak Belanda mengajukan syarat agar pemerintahan Indonesia membebaskan warga Negara Belanda yang bernama Van Krieken. Pihak Indonesia juga dituduh melakukan tindakan infiltrasi ke Irian Barat secara tidak sah. Pernyataan pemerintah Belanda ini jelas sangat mengada-ada. Tiada seorangpun secara obyektif dapat menuduh seorang sebagai infiltrastor yang memasuki wilayah tumpah darahnya sendiri. Perdana Menteri Burhanuddin Harahap tidak mengakui klaim sepihak yang dilakukan Belanda menciptakan perbatasan wilayah Indonesia dengan wilayah Irian Barat. Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menilai pernyataan pemerintah Belanda tersebut hanya lelucon belaka. Selain itu Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menilai perundingan yang akan digelar di Jenewa tidak akan menyinggung soal pengakuan kedaulatan wilayah Irian Barat ke pangkuan Indonesia. Pemerintah Belanda tetap mau melanjutkan perundingan

31 18 tetapi hanya mau membahas sebatas soal keuangan dan bukan hakekat masalah utama. 19 Pemerintah Indonesia masih mengedepankan upaya diplomasi untuk mendapatkan Irian Barat, maka Van Krieken dibebaskan. Akan tetapi pembebasan ini dijadikan kesempatan goodwill untuk membuka perundingan dengan Belanda di Jenewa. 20 Perundingan Indonesia-Belanda berlangsung di Jenewa pada tanggal 10 Desember 1955 s/d 11 Februari Perundingan ini membahas permasalahan tentang keinginan pemerintah Indonesia untuk membubarkan Uni Indonesia-Belanda. Keberadaannya ini sangat memberatkan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keuangan sesuai kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Kesepakatan sementara tentang pembubaran Uni berhasil disepakati, namun pada perkembangannya dimentahkan lagi oleh delegasi Belanda. Masalah Irian Barat mengalami jalan buntu. Akhirnya perundingan mengalami deadlock dan delegasi pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ida Anak Agung Gede mengalami kekecewaan. 21 Pada tanggal 13 Februari 1956, pemerintah Indonesia secara sepihak mengumumkan pengunduran diri dari Uni Indonesia-Belanda. Langkah ini merupakan pelanggaran legalitas yang pertama kali dari pihak pemerintah Republik Indonesia terhadap Belanda sejak revolusi. Ketegasan dan keberanian pemerintah Indonesia dalam kebijakan politik luar negeri ini merupakan pukulan pertama terhadap Belanda. Tindakan yang dilakukan oleh 19 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm Ibid, hlm Leifer, Michael, op.cit, hlm. 62.

32 19 Perdana Menteri Burhanuddin Harahap ini ternyata menimbulkan pro dan kontra di dalam negeri. Pihak yang kontra menganggap bahwa tindakan pemerintah tidak mempunyai legalitas konstitusional yang tetap. Akan tetapi langkah politik ini merupakan tindakan pendobrak terhadap sikap politik pemerintah Belanda yang keras Usaha diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo II Tak lama setelah kabinet Burhanuddin jatuh, Presiden Sukarno pada tanggal 8 Maret 1956 menunjuk formatur Ali Sastroamidjojo untuk membentuk Kabinet baru. 23 Pada masa pemerintahannya yang kedua ini tetap memprioritaskan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Langkah awal yang dilakukannya adalah memperjuangkan penerimaan oleh parlemen dan presiden agar menyetujui suatu undang-undang yang membatalkan keseluruhan persetujuan Konferensi Meja Bundar. Pada tanggal 3 Mei 1956, Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo II menyatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak terikat lagi dengan perjanjian Konferensi Meja Bundar. Dasar kekuatan hukum kebijakan politik ini adalah UU No. 13 Tahun Adapun program pokok kabinet Ali II ialah: 25 a. Pembatalan KMB b. Perjuangan Irian Barat 22 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm Sartono Kartodirjo, dkk, op.cit, hal Idem. 25 Moedjanto.G, op.cit, hal 96

33 20 c. Memulihkan keamanan dan ketertiban pembangunan ekonomi, keuangan industri, pertanian, perhubungan, pendidikan, pertahanan. d. Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika (KAA) Dengan demikian telah terjadi perubahan dasar perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kembali Irian Barat. Pemerintah Indonesia menggunakan dasar perjanjian Konferensi Meja Bundar untuk menyelesaikan masalah Irian Barat telah berganti dengan menggunakan dasar kekuatan yang lebih tegas dan revolusioner yaitu: Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Undang-Undang Dasar Keduanya menjadi dasar pokok perjuangan baik secara hukum dan politik bangsa Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat ke pangkuan wilayah Indonesia. 26 B. Usaha Diplomasi Melalui Forum Organisasi Internasional Usaha Indonesia untuk memperoleh dukungan internasional dalam rangka memperjuangkan Irian Barat, mulai ditempuh lewat forum Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun Indonesia mulai memasukkan permasalahan Irian Barat sebagai perjuangan dari sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme dunia, yang menjadi isu utama waktu itu. Hasilnya, Indonesia mendapat dukungan dan spirit dalam memperjuangan pembebasan Irian Barat dari kolonialisme Belanda. Dukungan dan spirit dari peserta KAA itu membuka jalan bagi Indonesia untuk memperjuangkan masalah Irian Barat di forum organisasi internasional PBB. 26 Ibid, hal. 69

34 21 Setelah dukungan Internasional semakin meluas, rakyat Indonesia mulai bangkit dengan menyelenggarakan rapat-rapat umum untuk membebaskan Iran Barat. Akibatnya sikap anti Belanda semakin meningkat, buruh-buruh yang bekerja pada perusahaan Belanda melakukan pemogokan, majalah dan film yang menggunakan bahasa Belanda dilarang, kapal-kapal terbang Belanda (KLM) juga dilarang mendarat dan terbang di atas wilayah Indonesia, bahkan semua kegiatan konsuler Belanda di Indonesia juga diminta untuk berhenti. 27 Perjuangan diplomasi juga dilakukan lewat Sidang Umum (SU) PBB. Usaha Indonesia untuk membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB mendapat reaksi keras dan penolakan dari pihak Belanda. Belanda menganggap bahwa PBB tidak berhak atau tidak competent ikut campur dalam persoalan Irian Barat, dan menilai Indonesia melakukan ekspansi untuk mendapatkan Irian Barat. Walaupun begitu, akhirnya Indonesia berhasil membawa masalah Irian Barat di forum internasional tersebut. Perdebatan soal Irian Barat di forum Sidang umum PBB mulai dari tahun 1954 sampai Tahun 1956 mengalami kegagalan, karena tidak memenuhi forum persetujuan 2/3 anggota yang hadir. Atas kegagalan di forum PBB itu strategi perjuangan Indonesia dalam membebaskan Irian Barat berubah dari diplomasi secara damai menjadi diplomasi tekanan dengan konfrontasi di segala bidang. 28 Kegagalan usaha-usaha penyelesaian secara damai konflik Irian Barat melalui perundingan-perundingan, baik dengan bilateral maupun lewat 27 Wiharyanti, A.K, Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma, 2011, hal Ridhani P, op.cit, hal. 26.

35 22 perantaran PBB, telah menyebabkan perubahan sikap perjuangan Indonesia yaitu dari defensif ke ofensif dari meminta Belanda untuk berunding, menjadi memaksa Belanda untuk berunding. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan, Indonesia akhirnya memutuskan untuk mencapai penyelesaian Irian Barat di luar PBB. 29 Indonesia kemudian menjalankan politik konfrontasi total terhadap Belanda, bukan saja secara politis tetapi juga secara ekonomis dan militer. Tindakan-tindakan tegas diambil terhadap kepentingan-kepentingan ekonomi Belanda di Indonesia, antara lain menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda. Menyangkut hubungan luar negeri, Indonesia melakukan tindakan sepihak dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan negeri Belanda Tahun Tindakan tersebut merupakan upaya tekanan terhadap Belanda agar mau segera menyelesaikan masalah Irian Barat dan dikembalikannya wilayah itu kepada Indonesia. C. Usaha Diplomasi Indonesia Merebut Kembali Irian Barat di Era Demokrasi Terpimpin ( ) Dengan pergantian sistem pemerintahan dari demokrasi parlementer ke demokrasi terpimpin tahun 1959, arah perjuangan pembebasan Irian Barat menjadi radikal. Jika sistem pemerintah sebelumnya banyak ditentukan di meja perundingan yang ditandai dengan jatuh bangunnya kabinet yang berkuasa, maka sejak tampilnya Soekarno sebagai pengendali utama 29 M. Sabir, Politik Bebas Aktif, Jakarta, Haji Masagung, 1987, Hal. 122.

36 23 pemerintahan, arah perjuangan pembebasan Irian Barat banyak ditentukan oleh manuver-manuver strategi diplomasi dengan kekuatan militer. Presiden Soekarno mempunyai keyakinan bahwa pemerintah Belanda tidak berhasrat untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui perundingan dan cara-cara damai. Soekarno menyimpulkan bahwa Indonesia hanya akan dapat memperoleh Irian Barat melalui cara-cara yang menegangkan dan eksplosif. Cara ini akan melibatkan negara-negara besar, dan akan memberikan hasil yang positif. Alat pertama yang dipakai untuk melaksanakan strategi itu ialah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). 30 Pada pidato pertemuan di Sidang Majelis Umum PBB yang kelima belas Tahun 1960, di hadapan para pemimpin dunia, Presiden Sukarno mengajukan tantangan kepada pemerintah Belanda, bahwa Indonesia bertekat bulat untuk membebaskan Irian Barat dengan cara apapun. Dalam pidatonya yang berjudul Membangun Dunia Kembali, strategi Soekarno telah berhasil mendapatkan simpati dunia, terutama menyangkut penghapusan kolonialisme dan imperialisme di dunia, termasuk masalah Irian Barat. Banyak yang bersimpati akan pidato Soekarno, ada yang sangat terkesan untuk bertemu, yaitu Perdana Menteri Harold Mac Millan dari Inggris dan Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja. Efek pidatonya menjadi sangat berarti yaitu undangan Kerajaan Inggris kepada Soekarno, oleh karena itu muncul kekecewaan Belanda pada sekutunya yang dianggap besimpati pada musuh. Meskipun dunia internasional mulai bersimpati pada perjuangan Indonesia, 30 Ganis Harsono, Cakrawala Politik Era Sukarno,Jakart,: Inti Idayu Press, 1985, Hlm. 118

37 24 Belanda justru membangun kekuatan militernya di Irian Barat. Pemerintah Belanda mengadakan move-move politik dengan mengundang utusan peninjau dari PBB untuk menyaksikan pelantikan Dewan Papua ciptaan Belanda di Irian Barat dengan maksud mendirikan sebuah negara Papua merdeka. Terhadap hal ini pemerintah Indonesia mengatakan bahwa tiap urusan atau misi yang dikirim ke Irian Barat tanpa persetujuan Indonesia dianggap sebagai tindakan ilegal dan tidak bersahabat. 31 Pada saat puncak konflik Irian Barat, karena terpojok oleh simpati dunia internasional terhadap claim Indonesia atas Irian Barat, Belanda mengadakan manuver membentuk negara Papua merdeka di Irian Barat dan membentuk seperangkat unsur untuk sebuah negara, seperti menentukan nama negara menjadi West Papua, bangsa Papua, bendera Bintang Kejora dan lagu kebangsaan Papua Hai Tanahku Papua. Lebih lanjut Menteri luar negeri Belanda Joseph Luns, mengajukan usul kepada PBB mengenai dekolonialisasi wilayah Niew Guinea. Tindakan itu membuat kemarahan dari pihak Indonesia terutama Presiden Sukarno dan mencap usaha Belanda itu sebagai memperkukuh kolonialisme dan imperialisme. Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi Militer melihat bahwa rakyat Irian bersama Belanda telah menaikkan bendera Papua dan menyanyikan lagu kebangsaan Papua serta persiapan lain menuju kemerdekaan de jure. Maka pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1961, dengan terang-terangan Soekarno menjawab ancaman Belanda itu dengan 31 Ibid., hlm. 138.

38 25 mengadakan konfrontasi total pembebasan Irian Barat yang lebih dikenal dengan Trikora. Selanjutnya atas tindakan itu dibentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang akan merencanakan dan melaksanakan operasi militer terhadap Belanda. 32 Gagalnya Indonesia memperoleh persenjataan militer dari Amerika Serikat (AS), telah berakibat condongnya haluan politik Soekarno (Indonesia) ke arah Blok Timur (komunis), dan mendapat dukungan yang luas dari seluruh lapisan masyarakat maupun pemimpin dan organisasi-organisasi massa. Dari sini arah kebijakan politik Indonesia menyangkut pembebasan Irian Barat juga berubah, dari diplomasi damai lewat organisasi internasional PBB berhaluan ke arah konfrontasi dengan kekuatan militer dan isu perang dingin. Pemerintah Indonesia kemudian memanfaatkan situasi perang dingin untuk mendapatkan dukungan dari salah satu blok. Indonesia menyadari bahwa di belakang Belanda ada kepentingan yang sangat besar yang berpengaruh, yaitu Amerika Serikat dengan Blok Baratnya yang selalu mendukungnya. Sedangkan di Blok Timur ada Uni Soviet (US) sebagai kekuatan rivalnya. Untuk itu awal strategi diplomasi Indonesia ialah mendekatkan diri pada negara-negara Komunis (US dan Eropa Timur) yang sedang mengekspansi ideologi komunisme di dunia untuk memperoleh dukungan agar memenangkan suara terbanyak dalam konflik Irian Barat di Sidang Umum PBB. Akan tetapi pada tingkat akhir perjuangan dalam resolusi 32 Baharudin Lopa, op.cit, Hal. 87

39 26 Sidang Umum PBB 1957 mengalami kegagal karena tidak mencapai forum dua per tiga suara anggota sidang. 33 Tindakan Indonesia tidak berhenti sampai di situ, dengan aksi Presiden Soekarno untuk mengadakan lawatan ke berbagai negara yang sangat berpengaruh, seperti ke Amerika Serikat (AS), Uni Soviet (US) dan Republik Rakyat Cina (RRC) telah memperoleh dampak yang positif bagi perjuangan pembebasan Irian Barat. Kunjungan Soekarno ke AS telah membuat kecewa Soekarno karena dalam kunjungan itu tidak diterima secara baik. Hal ini karena telah tertanam dalam hati Presiden AS Eisenhower, sikap anti Soekarno yang dianggap sangat komunis selain itu Eisenhower bersikap netral dan pasif dalam sengketa Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat. 34 Pada kunjungan selanjutnya ke Uni Soviet Presiden Soekarno mendapat sambutan yang luar biasa dari rakyat Uni Soviet layaknya pemimpin besar dunia. 35 Sebaliknya Amerika telah menolak kunjungan balasan dari Indonesia. Hal ini merupakan kesalahan besar AS karena saat itu Indonesia telah berpaling ke Timur (Uni Soviet) dan segala macam kekuatan baik bidang sosial-ekonomi, politik dan militer diarahkan ke Blok Timur. Puncak dari hubungan itu ditandai pembelian secara besar-besaran persenjataan militer dari negara-negara Blok Timur. Dengan demikian ada pembagian keuntungan kedua belah pihak, Indonesia memperoleh kekuatan persenjataan modern 33 Smith. C, op.cit, Hal Darnoto. Dkk, op.cit, Hal Hamka Sastra, Kundjungan P.J.M Sukarno Presiden Republik Indonesia Di Sowjet Uni, 1963, Hal. 13

40 27 untuk menghadapi Belanda di Irian Barat, pihak Uni Soviet memperoleh pengaruh ideologinya di Indonesia yang condong ke Timur.

41 BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERJUANGAN DIPLOMASI BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT Kebijakan pemerintah Belanda yang berusaha untuk memisahkan Irian Barat dari wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia terlihat nyata dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). Dalam KMB yang berlangsung tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949, pihak Indonesia menginginkan masalah Irian Barat juga masuk pembahasan untuk diselesaikan. Akan tetapi pihak pemerintah Belanda menolak usul dari pihak Indonesia. Sikap keras pihak Belanda ini tidak menyurutkan pihak Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat. Pemerintah Indonesia terus aktif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan damai lewat berbagai perundingan baik bilateral maupun melalui Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). 36 Berbagai upaya diplomasi yang dilakukan sejak tahun 1950 sampai tahun 1957 tidak memberikan hasil yang memuaskan bagi pemerintah Indonesia. Menghadapi sikap pemerintah Belanda yang tidak mau menyelesaikan masalah dengan cara damai telah mengubah kebijakan politik pemerintah Indonesia. Jalan konfrontasi harus ditempuh untuk menekan pihak Belanda. Perubahan kebijakan politik itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat ialah: 36 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm

42 29 A. Faktor Politik Pemerintah Indonesia 1. Menggalang kekuatan nasional Melihat kenyataan bahwa Belanda melakukan program Papuanisasi di Irian Barat dengan tujuan utama memisahkan Irian Barat dari Indonesia, pihak Indonesiapun melakukan usaha-usaha untuk menggagalkan tipu muslihat Belanda. Melalui Menteri Luar Negeri Subandrio di sidang XVI MU PBB 19 Oktober 1961, pihak Indonesia membuat pernyataan yang berhasil menarik simpatik para anggota PBB, terutama negara Barat dan Afrika. Pihak Indonesia pun membuka kedok Belanda yang tidak mau berunding menyelesaikan masalah Irian Barat. Pernyataan tersebut antara lain: 37 a. Dalam perundingan-perundingan bilateral yang diadakan sejak tahun1950 sampai 1954, Belanda selalu menolak penyelesaian sengketa Indonesia- Belanda mengenai Irian Barat. b. Ketika Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke MU PBB untuk mengupayakan penyelesaian masalah Irian Barat dari , Belanda juga selalu menolak melakukan pembicaraan dengan Indonesia untuk menyelesaikan sengketanya mengenai Irian Barat. c. Setiap kali masalah Irian Barat dibicarakan dalam MU PBB , Belanda selalu menolak campur tangan PBB dalam masalah Irian Barat. Belanda bahkan mengajukan masalah Irian Barat ke MU PBB dengan dalih dekolonisasi. 37 Enny Soeprapto, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilah Kekuasaan Republic Indonesia, Jakarta, Departemen Luar Negeri RI, 2008, Hal. 189

43 30 Walaupun pernyataan Menteri Subandrio dapat menarik simpatik anggota PBB tetapi hal tersebut masih tidak membuahkan hasil Belanda masih enggan melakukan perundingan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya cara diplomasi merupakan cara yang terbaik akan tetapi diplomasi belum menjamin kepastian terhadap penyelesaian masalah secara tuntas. Berbagai usaha diplomatik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda untuk mendapatkan Irian Barat mengalami kegagalan. Itikad baik dari pihak Indonesia ditanggapi dengan sikap keras oleh pihak Belanda yang tetap bersikukuh terhadap penguasaan atas Irian Barat. Gagalnya pengembalian Irian Barat ke dalam pangkuan wilayah Indonesia melalui jalan perundingan damai mengakibatkan pemerintah Indonesia mengakhiri politik damai dengan pihak Belanda. 38 Adapun cara lain adalah dengan konfrontasi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan jalan konfrontasi militer. Konfrontasi militer pastinya akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Cara ini akan lebih memberikan jaminan dan kepastian untuk memperoleh hasil yang memuaskan untuk mendapatkan Irian Barat. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil kebijakan politik dengan cara menggalang dan menghimpun seluruh potensi nasional dan juga dari pihak luar negeri. Hal ini dilakukan 38 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 75

44 31 untuk mensukseskan opsi operasi militer di Irian Barat melawan militer Belanda. 39 Penggalangan kekuatan nasional inilah yang kemudian berkembang menjadi politik konfrontasi total terhadap pemerintah Belanda. Konfrontasi total ini tidak hanya sebatas pada aspek politik melainkan juga pada bidang ekonomi dan militer. Pengalaman selama perang kemerdekaan melawan kekuatan militer Belanda telah menyadarkan bangsa Indonesia tentang politik kolonial. Belanda tidak akan mundur selama dia belum yakin bahwa dia kalah. Kebijakan pemerintah Belanda yang memperkuat posisi militernya di Irian Barat telah menunjukkan kekuatannya atas Indonesia. 40 Sementara itu tuntutan nasional untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan wilayah Indonesia semakin kuat. Untuk mewujudkan tuntutan nasional tersebut diperlukan kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan militer sebagai landasan perjuangan yang kuat. Kemudian pemerintah Indonesia membentuk organisasi FNPIB (Front Nasional Pembebasan Irian Barat) yang langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh sekretariat Pengurus Besar Front Nasional (PBFN) yang bertugas: a. Menyusun dan membina potensi nasional untuk pembebasan Irian Barat. b. Merencanakan aksi-aksi dan tindakan-tindakan untuk pembebasan Irian Barat. 39 Ridhani, op,cit, hlm Nasution, A.H, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama, Gunung Agung, Jakarta, 1985, hal. 79.

45 32 Semua kekuatan nasional harus disatukan sehingga mampu memberi tekanan kepada pihak Belanda. Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban untuk memperjuangkan pengembalian Irian Barat yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat bahwa wilayahnya meliputi semua bekas jajahan Belanda. 41 Presiden Soekarno kemudian mengintensifkan perjuangan untuk mendapatkan Irian Barat kembali ke pangkuan wilayah Indonesia secara fisik. Perjuangan secara fisik dilakukan dengan cara mengirimkan sukarelawan dan sukarelawati Indonesia ke daratan Irian Barat. Hal ini ditempuh untuk menentang setiap kekuasaan asing yang ingin menguasai Irian Barat. Disamping itu juga untuk mempersiapkan kantong-kantong gerilya sebagai inti kekuasaan de facto pemerintah Republik Indonesia. Presiden Soekarno dengan cepat membangun kekuatan militer Indonesia untuk mengimbangi kekuatan militer Belanda Dukungan Politik dan Militer dari Uni Soviet Pada bulan Februari 1960 Ketua Dewan Menteri Uni Soviet Nikita S. Khruschev melakukan kunjungan ke Denspasar. Selama kunjungan Khruschev diadakan pula pembahasan mengenai hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Uni Soviet, salah satunya mengenai sengketa Irian Barat. Dalam pidato kenegaraannya yang berbunyi satukan kembali Irian Barat dengan Indonesia Khruschev menyatakan dukungannya kepada Indonesia. 41 Idem. 42 Ridhani, op.cit, hlm. 40.

46 33 Selanjutnya pernyataan dukungan Uni Soviet pada perjuangan merebut kembali Irian Barat dicantumkan dalam Deklarasi bersama Indonesia-Uni Soviet. Deklarasi tersebut menyatakan kedua pemerintahan menegaskan kembali bahwa dalam segala manifestasinya harus dihapuskan dan bahwa penghapusan kolonialisme itu adalah sesuai dengan kepentingan-kepentingan perdamaian dunia. Dalam hubungan ini, Uni Soviet mendukung sepenuhnya hak dan tuntutan Republik Indonesia atas Irian Barat. 43 Pernyataan dukungan yang berasal dari salah satu negara adikuasa dalam suasana perang dingin itu mempunyai arti politis yang sangat penting yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam perjuangan diplomatik selanjutnya untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Indonesia, dengan tetap mempertahankan poitik luar negeri yang bebas aktif. 44 Pada bulan Oktoer 1960, Presiden Soekarno memerintahkan Jenderal A.H. Nasution untuk membeli persenjataan ke Amerika Serikat. Misinya ke Amerika Serikat ini ternyata tidak membuahkan hasil. Kemudian, pemerintah Indonesia menjalin hubungan dengan Uni Soviet untuk mendapatkan peralatan militer. Perdana Menteri Uni Soviet Khrushchev pernah menawarkan bantuan militer kepada Presiden Soekarno. 45 Dalam memberikan dukungan politis kepada Indonesia dalam masalah Irian Barat sudah tentu Uni Soviet mempunyai pertimbangan, kepentingan dan tujuannya sendiri. Sebaliknya dukungan politis Uni Soviet itu dimanfaatkan oleh Indonesia untuk kepentingan nasionalnya. Dukungan dari Uni Soviet dipergunakan oleh 43 Enny Soeprapto, op.cit, hal Idem 45 Michael Leifer, op.cit, hlm. 92.

47 34 Indonesia untuk meningkatkan perhatian internasional pada masalah Irian Barat sebagai masalah yang dapat memicu konflik antara kedua blok di dunia yang sedang berada dalam perang dingin dan perebutan pengaruh ideologi, jika masalah Irian Barat tidak terselesaikan dengan baik. Pada tanggal 28 Desember 1960, Presiden Soekarno mengutus Jenderal A.H. Nasution ke Moskow untuk membicarakan dan merundingkan pembelian persenjataan dari pemerintah Uni Soviet. Pembicaraan tersebut memberikan isyarat tentang kebutuhan Indonesia di bidang persenjataan, antara lain pesawat yang dapat terbang dari Jawa membawa bom ke Irian Barat dan kembali ke pangkalan Jawa. 46 Khruschev mengindikasi kesedian pemerintahannya untuk memberikan bantuan militer kapan saja Indonesia memerlukannya. Sebelumnya Indonesia memang tidak pernah secara ekspansip menyatakan kemungkinan digunakannya kekuatan militer untuk merebut kembali Irian Barat. Namun dalam pidato Presiden Soekarno 17 Agustus 1960 yang menyatakan Indonesia akan menggunakan seluruh kekuatan nasionalnya baik politik, ekonomi, sosial dan militer. 47 Negosiasi tentang pembelian persenjataan dari Uni Soviet berlangsung pada tanggal 2 sampai 6 Januari Misi militer yang diemban Jenderal A.H. Nasution ternyata berhasil dengan mendapatkan bantuan kredit sebesar 450 juta dolar untuk membeli segala macam persenjataan dari Uni Soviet. Seluruh pembelian itu dilakukan 46 Nasution, A.H, op.cit, Hal Tim Departemen Penerangan RI, Dari Proklamasi Sampai Resopim,, Jakarta, Departemen Penerangan, 1963, Hal. 468

48 35 secara kredit selama 12 tahun dengan bunga 2,5% pertahun. 48 Dari hasil kesepakatan tersebut, kemudian peralatan militer dalam jumlah yang besar mulai mengalir ke Indonesia. Adapun jenis peralatan yang didatangkan oleh pemerintah Indonesia antara lain: 49 a. Untuk angkatan udara antara lain: 1) 41 Helikopter MI-4 2) 9 Helikopter MI-6 3) 30 pesawat jet MiG-15 4) 49 pesawat buru sergap MiG-17 5) 10 pesawat buru sergap MiG-19 6) 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21 7) Sistem radar udara lengkap dengan persenjataannya b. Untuk angkatan laut antara lain: 1) 12 kapal selam kelas Whiskey 2) Puluhan korvet buah 3) Kapal penjelajah kelas Sverdlov c. Kapal penjelajah kelas Untuk angkatan darat antara lain: 1) Tank 2) Roket Launcher 3) Peluru kendali ke udara dan ke darat Pembelian persenjataan dari Uni Soviet itu merupakan pembelian terbesar yang dilakukan Indonesia saat itu. Tujuannya tidak lain adalah 48 Nasution, A.H, op.cit, hal Sabir, op.cit, Hlm. 124.

49 36 mempersiapkan potensi militer Indonesia dengan kekuatan yang dapat diperhitungkan, jika perlu untuk membebaskan Irian Barat dengan kekuatan bersenjata. Dengan demikian Belanda mulai menyadari apabila Irian Barat tidak diserahkan secara damai kepada Indonesia dalam waktu tertentu, maka Indonesia akan berusaha membebaskannya dengan kekuatan militer Tri Komando Rakyat Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengambil kebijakan politik tentang komando rakyat untuk membebaskan Irian Barat yang diberi nama Trikora (Tri Komando Rakyat). Kebijakan ini diambil dalam rangka untuk mengakomodasi semangat rakyat Indonesia yang sangat kuat untuk mengusir Belanda dari Irian Barat. Trikora ini merupakan jawaban pemerintah Republik Indonesia terhadap Belanda yang membentuk dan menyetujui Komite Nasional Papua untuk membentuk Negara Papua. Trikora yang dikomandokan oleh Presiden Soekarno secara revolusioner di Yogyakarta berisikan tiga perintah, yaitu: a. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua buatan Belanda kolonial b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa Komando Trikora ini merupakan bentuk ketegasan Presiden Soekarno untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan wilayah Indonesia sekalipun 50 Sartono Kartodirjo, dkk, op.cit, hal. 113

50 37 dengan jalan perang. 51 Implementasi dari Trikora banyak rakyat Indonesia yang dimobilisasi menjadi sukarelawan dan dilatih kemiliteran untuk kesiapan berperang. Home front juga diperkuat dengan gerakan dan peningkatan produksi bahan makanan untuk mendukung perang. Hal ini dilakukan untuk mensukseskan Trikora pembebasan Irian Barat. Kemudian Angkatan Perang Republik Indonesia mengambil gerak cepat untuk melakukan tindakan di Irian Barat. Pengamanan dan pengintaian secara intensif dilakukan oleh militer Indonesia di perbatasan wilayah Irian Barat yang dikuasai oleh Belanda. 52 Trikora telah meyakinkan Belanda dan Amerika Serikat bahwa rencana menggunakan kekuatan militer membebaskan Irian Barat bukanlah sebagai gertakan belaka. Mengingat berbagai kondisi tersebut maka tidaklah ada pilihan lain bagi Amerika Serikat, baik demi kepentingan strategisnya di Asia-Pasifik maupun demi kepentingan globalnya, untuk mengintensifkan upaya diplomatiknya guna membantu tercapainya penyelesaian secara damai dalam masalah Irian Barat. 4. Komando Mandala Pembebasan Irian Barat Untuk menjamin koordinasi dan kelancaran Trikora, kemudian dibentuk Staf Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat yang langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar. Presiden Soekarno memerintahkan kepada Jenderal A.H. Nasution selaku KSAD untuk menyusun operasi gabungan. Perintah ini mengandung arti bahwa tingkat 51 Baharuddin lopa, op.cit, hlm Ridhani, op.cit, hlm. 74.

51 38 perjuangan pembebasan Irian Barat telah memasuki perjuangan bersenjata. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan kemampuan militernya untuk menghadapi perang terbuka melawan militer Belanda di Irian Barat. Pada tanggal 15 Januari 1962 telah terjadi kontak senjata antara militer Indonesia dengan militer Belanda di laut Arafuru. 53 Dalam kontak senjata tersebut, kapal perang Republik Indonesia yang bernama MTB RI Macan Tutul yang dikomandani oleh Komodor Yosaphat Sudarso tenggelam. Presiden Soekarno yang mendapat berita tentang gugurnya Deputi Kepala Staf Angkatan Laut Komodor Yosaphat Sudarso menjadi marah. Presiden Soekarno kemudian memerintahkan Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Mandala untuk segera mengadakan operasi militer di Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto, kemudian menyusun strategi pembebasan Irian Barat dengan tahapan infiltrasi, exploitasi dan konsolidasi. Pelaksanaan operasi Komando Mandala dengan berbagai sandi operasi ternyata berhasil menekan posisi militer Belanda di Irian Barat. Mayor Jendral Soeharto terkejut adanya perintah dari Presiden Soekarno untuk menghentikan operasi militer karena adanya kesepakatan perdamaian dengan Belanda. Adanya kesepakatan penghentian permusuhan tidak mengurangi kewaspadaan militer Indonesia untuk tetap siaga penuh. Hal ini dilakukan untuk menjaga hasil diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 28 Agustus 1962, Panglima Mandala Mayjend Soeharto mengeluarkan sebuah gagasan strategi baru. Strategi baru ini dilakukan 53 Baharuddin Lopa, op. cit, hlm. 89.

52 39 berdasarkan perkembangaan politik yang sudah berubah. Kebijakan strategi baru ini berisikan: a. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi sampai 1 Oktober 1962: 1) Menghentikan semua infiltrasi ke daratan Irian Barat. 2) Merencanakan dan mempersiapkan perebutan sasaran terbatas. 3) Merencanakan dan mempersiapkan penyelenggaraan penambahan untuk pasukan yang telah didaratkan. 4) Mengkonsolidasikan dan mempersiapkan pasukan yang berada di Irian Barat untuk tugas penguasaan wilayah. b. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi setelah 1 Oktober 1962: 1) Mengkonsolidasikan keamanan dalam negeri untuk menghadapi offensive Belanda dengan dalih lalu lintas bebas 2) Merencanakan dan melaksanakan operasi penguasaan wilayah daratan Irian Barat. 3) Mempersiapkan unsur-unsur Kodam, Kodamar, Korud. Komisariat Kepolisian dan Pemerintahan Sipil serta alat-alat kekuasan Republik Indonesia untuk mengawasi penyerahan administrasi pemerintahan sementara PBB kepada Indonesia. c. Kebijaksanaan pelaksanaan strategi setelah tanggal 1 Mei 1963: 1) Menegakan kekuasaan Republik Indonesia. 2) Memajukan kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Irian Barat 3) Mengamankan pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri sebagai hasil persetujuan resmi yang menguntukan perjuangan rakyat Indonesia.

53 40 Pada tanggal 31 Oktober 1962, Panglima Komando Mandala memerintahkan pelaksanaan Operasi Sadar. Hal ini dilakukan untuk: 54 i. Mengamankan pelaksanaan persetujuan New York, bahwa pada tanggal 31 Desember 1962 akan dilakukan penurunan bendera Belanda dan bendera Indonesia dikibarkan. ii. Pengamanan unsur-unsur pemerintahan dan melakukan tugas pengawasan di wilayah Irian Barat. Sebagai petunjuk dari Operasi Sadar ini, kemudian diperintahkan untuk mempersiapkan menghadapi penyerahan administrasi pemerintahan Irian Barat dai UNTEA kepada Indonesia tanggal 1 Mei Operasi ini juga dilakukan untuk melaksanakan operasi bakti untuk menanamkan kesadaran mental terhadap penduduk Irian Barat. 55 B. Faktor Politik Pemerintah Belanda Pada bulan Oktober 1959, Pemerintah Belanda mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Australia membahas penggabungan Irian Barat dengan Irian Timur yang dikuasai Australia. Diplomasi politik yang dilakukan pemerintah Belanda ini jelas menunjukkan kepada pihak pemerintah Indonesia tentang pengukuhan pemisahan Irian Barat. Upayaupaya yuridis dan politis yang dilakukan oleh pihak Belanda sejak 1950 untuk memisahkan Irian Barat dari Indonesia diperkuat dengan dukungan militer. Disamping itu, pemerintah Belanda juga mengajak Jerman Barat dan Amerika 54 Ridhani, op,cit, hlm Idem.

54 41 Serikat untuk membangun perekonomian di Irian Barat. Sejak bulan Mei 1960, pihak Belanda telah melakukan ekspedisi militer dengan melakukan pengiriman kapal-kapal perang, pesawat militer dan pasukan untuk memperkuat posisinya di Irian Barat. 56 Perkembangan politik internasional ternyata telah mempengaruhi kebijakan politik pemerintah Belanda. Pada tahun 1960, Majelis Umum PBB menerima deklarasi tentang dekolonisasi. Melihat perkembangan politik ini, pemerintah Belanda kemudian mengubah siasatnya mengenai Irian Barat. Belanda mendukung dekolonisasi dan mempromosikan hak penentuan nasib sendiri di Irian Barat. Langkah pemerintah Belanda ini hanya untuk menciptakan kesan baik kepada masyarakat internasional. Akan tetapi ini hanyalah taktik politik belaka untuk memisahkan Irian Barat dari bagian Indonesia dan sebagai daya upaya dekolonisasi. 57 Di Irian Barat, pemerintah Belanda membentuk Dewan Papua yang dimaksudkan sebagai badan perwakilan sementara. Disamping itu, dibentuk pula partai politik dengan nama Partai Nasional. Kebijakan politik ini merupakan langkah persiapan bagi pelaksanaan penentuan nasib sendiri di Irian Barat. Pembentukan Dewan Papua, Partai Nasional dan Komite Nasional Papua bertujuan untuk memisahkan Irian Barat dari wilayah Indonesia. 58 Kemudian pemerintah Belanda melakukan program Papuanisasi dan internasionalisasi Irian Barat. Program ini menunjukkan bahwa pemerintah Belanda berusaha memantapkan kebijakan politiknya atas Irian Barat. Komite 56 Ibid, hlm Smit. C, op.cit, hlm Ridhani, op.cit, hlm. 36.

55 42 Nasional Papua yang diresmikan tanggal 19 Oktober 1961, menyampaikan manifest politiknya yang berisi tentang: a. Penentuan bendera Papua b. Penentuan lagu kebangsaan Papua c. Penggantian nama West Nieuw Guinea menjadi Papua Barat d. Penentuan nama bangsa di wilayah itu sebagai bangsa Papua e. Penentuan tanggal pengibaran bendera Papua 1 November Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan tanggal pengibaran bendera Papua jatuh pada 1 Desember 1961 dan sekaligus memberikan kemerdekaan. Tindakan ini merupakan manuver politik sebagai manifesto suara rakyat Irian Barat yang menghendaki kemerdekaan. 59 Tindakan Belanda untuk menginternasionalkan masalah Irian Barat dan langkah-langkah Papuanisasi dipandang oleh Indonesia sebagai provokasi. Tindakan-tindakan Belanda itu telah memaksa Indonesia memilih jalan lain yaitu jalan kekerasan. Indonesiapun mulai meningkatkan kekuatan militer dan persenjataan. Melihat keadaan gawat tersebut Amerika yang khawatir akan dampak konflik persenjataan antara Indonesia-Belanda, sangat aktif melakukan kegiatan-kegiatan diplomatik dengan Indonesia dan Belanda, yang mendorong kedua negara ini mau melakukan perundingan. Tiga belas tahun lamanya diperlukan Belanda untuk mengubah sikapnya sejak Baru Juni 1962 Belanda bersedia menerima 59 Idem.

56 43 kemungkinan penempatan Irian Barat di bawah pemerintahan Indonesia. Perubahan sikap itu disebabkan oleh faktor sebagai berikut: 60 a. Kegagalan usaha Belanda di PBB untuk menginternasioanlkan masalah Irian Barat dengan mengundang campur tangan PBB. b. Kegagalan memperoleh dukungan internasional atas program Negara Papua c. Tekanan Amerika Serikat terhadap Belanda untuk menerima kenyataan bahwa penyelesaian masalah Irian Barat hanya mungkin akan tercapai bilamana Indonesia menerima kondisi-kondisi penyelesaian itu. d. Meningkatnya tekanan-tekanan terhadap kedudukan Belanda di Irian Barat sebagai akibat meningkatnya operasi-operasi yang dilancarkan angkatan bersenjata Indonesia dalam melaksanakan Trikora. C. Faktor Perubahan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Pada tahun 1961 masa jabatan kedua President Eisenhower berakhir. Penggantinya adalah Presiden John F. Kennedy yang mengambil kebijakan berbeda dari pendahulunya Presiden Eisenhower. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden John F. Kennedy memegang kendali atas kebijakan politik luar negeri secara langsung. Ia lebih menghargai keinginan negaranegara yang baru merdeka untuk bersikap netral dalam antagonisme internasional. Dalam hal ini, akan terjalin hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara Amerika dengan negara-negara tersebut. Pemerintah 60 Darnto, dkk, op.cit, hal

57 44 Kennedy yakin kerjasama semacam itu dalam jangka panjang akan lebih efektif dalam mencegah negara-negara tersebut menjadi komunis. 61 Presiden Kennedy dalam merumuskan kebijakan politik luar negerinya ada dua kelompok pembantunya yang berseberangan. Kelompok yang pertama bersikap anti Presiden Soekarno, sedangkan kelompok yang kedua lebih menganut cara pendekatan yang positif terhadap Indonesia. Para penasehat yang berasal dari kelompok pertama cenderung berpandangan Eropa-sentris. Orang-orang dari kelompok ini mendasarkan pandangan mereka atas persahabatan yang sudah lama terjalin antara Amerika dan Belanda. Alasan lain adalah pentingnya posisi Belanda sebagai sekutu Amerika Serikat dalam pakta pertahanan NATO di Eropa Barat. Berdasarkan pertimbangan itu para penasehat dari kelompok ini cenderung mendukung posisi Belanda atas Irian Barat. Mereka juga curiga bahwa pemerintahan Indonesia itu cenderung condong ke blok komunis dan oleh karena itu tidak selayaknya mendapat dukungan dari Amerika. 62 Sedangkan kelompok penasehat yang kedua cenderung membela Indonesia. Menurut mereka, dukungan terhadap Indonesia itu penting untuk mencegah ketidakstabilan politik yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok komunis. Dengan maksud agar Indonesia tidak menjadi sumber krisis internasional baru yang akan menguntungkan Blok Komunis. Mereka mengusulkan supaya Presiden Kennedy menjalankan kebijakan politik yang mendukung kepentingan Indonesia. Pemerintahan Kennedy berusaha 61 Baskara T Wardaya, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin , Yogyakarta, Galang Press, 2008, hlm Ibid, hlm. 232.

58 45 membangun kembali hubungan Amerika dengan pemerintahan Presiden Soekarno yang sebelumnya renggang. Amerika juga mempunyai tujuan untuk mencegah supaya dalam konteks perseteruan perang dingin Indonesia tidak makin erat dengan blok komunis. Dengan kata lain kebijakan Kennedy terhadap Indonesia merupakan discontinuity tetapi sekaligus continuity atas kebijakan pemerintahan sebelumnya. Dua aspek ini tampak sangat jelas dalam kebijakan pemerintahan Kennedy atas permasalahan Indonesia dengan Belanda soal Irian Barat. 63 Betapapun banyaknya tekanan, pemerintahan Kennedy tetap menolak untuk memberikan dukungan kepada Belanda dalam sengketa Irian Barat. Kebijakan politik Amerika Serikat ini sangat berbeda dari sikap yang diambil pemerintahan sebelumnya. Kebijakan pemerintahan Kennedy terhadap Indonesia banyak didasarkan pada keinginan untuk mencari solusi terbaik atas masalah Irian Barat. Kebijakan ini menyiratkan adanya keinginan dari pemerintahan Kennedy untuk membangun kembali hubungan baik dengan pemerintahan Indonesia. Presiden Kennedy kemudian segera mengambil kebijakan politik untuk membawa persoalan Irian Barat ke forum PBB. Presiden Soekarno menanggapinya dengan pesimis karena kebijakan politik Amerika sebelumnya selalu mendukung Belanda. Kesabaran Presiden Soekarno sudah habis untuk melakukan diplomasi, salah satu jalan untuk mendapatkan Irian Barat hanya dengan kekuatan militer. 63 Ibid, hlm. 234.

59 46 Ternyata apa yang diucapkan Presiden Soekarno bukan hisapan jempol belaka. Pemerintah Indonesia mulai mengirim personil militernya untuk melakukan penyusupan ke Irian Barat. Kekuatan militer Angkatan Perang Republik Indonesia dikerahkan untuk merebut Irian Barat. Pertempuran antara militer Indonesia dengan militer Belanda tidak dapat terelakan lagi. Bahkan posisi militer Belanda keadaannya semakin terdesak di berbagai front pertempuran. Ekskalasi konflik bersenjata di Irian Barat telah menciptakan suasana krisis di antara para pembuat kebijakan luar negeri Amerika. Mereka berusaha keras untuk mencegah konflik Irian Barat menjadi konflik internsional dan mendesak kedua pihak untuk mencari solusi damai. 64 Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi bentrokan bersenjata antara militer Indonesia dengan militer Belanda di Laut Aru. Presiden Kennedy sangat cemas bahwa sengketa Irian Barat telah berkembang menjadi konflik militer. Keadaan ini telah mendorong pihak Amerika Serikat untuk meningkatkan aksi diplomasinya. Amerika Serikat tidak menginginkan terjadinya perang terbuka di Irian Barat untuk mencegahnya diupayakan kontak hubungan dengan pihak Indonesia dan Belanda untuk berunding. Akan tetapi pihak Belanda tetap menolak untuk berunding dengan pihak Indonesia. 65 Serangkaian insiden bersenjata antara angkatan bersenjata Republik Indonesia dan angkatan perang Belanda terus terjadi di Irian Barat. Pesawat B- 25 AURI berhasil mengalahkan kapal perang Belanda dalam pertempuran di 64 M. Sabir, op.cit, hlm Darnoto, dkk, op.cit, hlm. 224.

60 47 Barat Laut Sorong. Dalam pertempuran ini pihak militer Belanda menderita kerugian yang sangat besar. Peristiwa ini telah meningkatkan keprihatinan pihak Amerika Serikat. Kemudian Amerika Serikat berusaha menekan pihak Belanda agar mau berunding dengan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini terpaksa dilakukan bahwa krisis Irian Barat telah menunjukan fase ekskalasi yang meningkat. 66 Kemudian upaya diplomatik dilakukan untuk mencegah peran Uni Soviet yang terlalu besar terhadap Indonesia. Kemudian pemerintah Amerika Serikat mengirim Roberth Kennedy untuk menjalankan misi khusus ke Indonesia dan juga Belanda. Meskipun suasana krisis semakin terasa, baik Indonesia maupun Belanda enggan menerima usulan Washington untuk mengadakan pembicaraan bilateral. Belanda tidak mau berunding tanpa jaminan bahwa rakyat Papua akan diberi kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri, sementara Indonesia hanya mau berunding dengan syarat bahwa Belanda akan mengalihkan kekuasaan wilayah Irian Barat kepada Indonesia. Dalam pembicaraannya dengan Presiden Soekarno, Robert Kennedy mendesak agar persoalan pengalihan kekuasaan itu tidak lagi menjadi persyaratan negosiasi. Dia juga menekankan pentingnya menyelesaikan pertikaian itu secara permanen melalui perundingan, dan bukan melalui konflik militer. Namun demikian Soekarno tetap teguh pada pendiriannya menyangkut persyaratan bagi negosiasi, dan masih belum yakin dengan 66 Ibid, hlm. 254.

61 48 argument Robert Kennedy. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesan seolah-olah Soekarno menyerah pada tekanan Amerika Serikat. 67 Setelah melakukan perundingan yang panjang dan berkat kepiawaian dalam bernegosiasi akhirnya Robert Kannedy berhasil membujuk Soekarno hingga setuju untuk mengadakan pembicaraan diplomatik dengan Belanda di bawah pengawasan PBB. Sepeninggal dari Indonesia Robert Kennedy melakukan kunjungan ke Den Haag Februari 1962 Robert Kennedy bertemu dengan Ratu Juliana dan anggota-anggota kabinet Belanda. Pembicaraan dengan pihak Belanda tidak lancar. Robert Kennedy dianggap lebih memihak Indonesia. Ia dinilai sebagai orang yang kurang ajar dan kasar. Robert Kennedy mengecam prestasi negatif Belanda selama tiga abad menduduki Irian Barat sebagaimana terlihat dari sedikitnya rumah sakit dan sedikitnya orang yang menyelesaikan pendidikan tinggi. Namun Menteri Luar Negeri Luns menolak permintaan Robert Kennedy untuk menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Baginya penyerahan Irian Barat sama saja dengan penyerahan diri. Akan tetapi, tak lama setelah Robert Kennedy meninggalkan Belanda, Luns menemuinya lagi di Paris dan mengatakan ia berubah pikiran. Luns telah melunak akan sikapnya dan mengatakan bersedia benegosiasi dengan Indonesia, khususnya bila ditengahi oleh pihak ketiga. Kesediaan Belanda untuk bernegosiasi sebagian disebabkan oleh Presiden Kannedy menolak memberi ijin kepada Belanda untuk mengangkut kekuatan militernya yang akan diberangkatkan ke 67 Ibid, hal 235.

62 49 Irian Barat melalui Terusan Panama yang berada di bawah kendali Amerika. Penolakan tersebut memberi sinyal yang sangat jelas bahwa Washington tidak mendukung solusi militer Belanda bagi permasalahan Irian Barat. 68 Pihak pemerintah Indonesia dan Belanda akhirnya sepakat untuk menyelesaikan persoalan Irian Barat di bawah pengawasan PBB. Kemudian Amerika Serikat menjadi mediator perundingan dan menunjuk Ellsworth Bunker untuk menjajaki perundingan perdamaian antara Indonesia dengan Belanda. Ellsworth Bunker kemudian mengajukan usulan pada bulan Maret 1962, yang kemudian dikenal sebagai Rencana Bunker. Isi pokok rencana Bunker adalah sebagai berikut: Pemerintah Irian Barat harus diserahkan kepada Indonesia. 2. Rakyat Irian Barat diberi kesempatan menetukan pendapat tentang tetap bergabung dalam wilayah Indonesia atau memisahkan diri. 3. Pelaksanaan penyerahan Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu 2 tahun 4. Untuk menghindari terjadinya bentrokan fisik antara kekuatan-kekuatan Indonesia dan Belanda, diadakan masa peralihan di bawah Pemerintahan PBB yang lamanya 1 tahun. Waktu ini dipakai untuk memulangkan seluruh militer dan pegawai Belanda. 68 Baskara T Wardaya, op.cit, hal Moedjanto. G, op.cit, hal

63 BAB IV HASIL PERJUANGAN DIPLOMASI INDONESIA MEREBUT KEMBALI IRIAN BARAT Penggunaan kekuatan militer Indonesia dalam operasi pembebasan Irian Barat ternyata mampu memberikan tekanan terhadap Belanda. Satu persatu wilayah yang dikuasai oleh Belanda berhasil direbut oleh tentara dan sukarelawan Indonesia melalui pertempuran. Ekspansif militer Indonesia menyebabkan tentara dan orang-orang Belanda yang ada di Irian Barat menjadi ketakutan. Posisi militer Belanda yang semakin terdesak telah mendorong pemerintah Den Haag melakukan protes ke PBB. Luns selaku Menteri Luar Negeri Belanda melaporkan bahwa pihak Indonesia telah melakukan agresi militer dan mengancam perdamaian dunia. Tuduhan Belanda ini tidak sedikitpun menyurutkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan Irian Barat. Posisi militer Indonesia yang sudah berhasil menekan militer Belanda, tiba-tiba pemerintah Belanda memutuskan mau mengadakan perundingan. Perubahan sikap Belanda ini atas desakan pemerintah Amerika supaya kedua belah pihak menghentikan pertempuran dan kembali ke meja perundingan. 70 Atas peran serta Amerika Serikat akhirnya Indonesia dan Belanda sepakat untuk melakukan perundingan kembali. Dari perundingan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut: 70 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm

64 51 A. Persetujuan New York Setelah serangkaian manuver diplomasi di antara semua pihak yang berkepentingan, akhirnya Jakarta dan Den Haag sepakat untuk berunding. Perundingan ini langsung di bawah pengawasan PBB untuk mencari penyelesaian masalah Irian Barat. Perundingan ini dimediasi oleh Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia menuntut pengalihan pemerintahan atas wilayah Irian Barat kepada Indonesia sebagai syarat mendasar untuk pembicaraan lebih jauh. Sedangkan pihak Belanda menekankan bahwa syarat untuk berunding tentang pengalihan pemerintahan adalah tercapainya kesepakatan yang memuaskan dalam hal penentuan nasib sendiri rakyat Papua. Menanggapi penangguhan tersebut, para pejabat di Amerika Serikat merumuskan sebuah usulan penyelesaian masalah Irian Barat. Dalam hal ini, bahwa pihak Belanda dan Indonesia dapat menerimanya sebagai landasan perundingan damai. Pada tanggal 29 Maret, Departemen luar negeri Amerika Serikat mengajukan sebuah usulan kompromi yang dikenal dengan nama Formula Bunker. Adapun pokok-pokok formula Bunker antara lain: Pemerintah Indonesia dan Belanda akan menandatangani suatu persetujuan yang diajukan kepada pejabat sekretaris PBB 2. Pemerintah Belanda menyetujui penyerahan pemerintahan di Irian Barat kepada suatu badan eksekutif sementara di bawah PBB yang akan 71 Ridhani, op.cit, hlm. 222

65 52 mengangkat kepala pemerintahan sementara dan disetujui oleh kedua belah pihak. 3. Penyelenggaraan pemerintahan akan berlangsung tidak kurang satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun ke dua pemerintahan mulai diganti oleh pejabat-pejabat Indonesia, sehingga pada akhir tahun ke dua kekuasaan telah di tangan Indonesia kecuali tenaga teknik khusus dari PBB akan tetap pada kedudukannya sebagai penasihat. 4. Indonesia menyetujui memberikan kesempatan kepada rakyat di Irian Barat untuk menyatakan pilihannya secara bebas, selambat-lambatnya tujuh tahun setelah pemerintahan berada ditangan Indonesia. 5. Indonesia dan Belanda setuju untuk secara bersama-sama memikul biayabiaya yang dikeluarkan untuk pembentukan pemerintahan sementara PBB. 6. Setelah persetujuan ditandatangani, kedua pemerintahan Indonesia dan Belanda membuka kembali hubungan diplomatiknya. Secara terperinci pihak Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Subandrio kurang dapat menerima usul dari Elsworth Bunker. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menerima terutama mengenai prinsip penyerahan pemerintahan dari Belanda kepada Indonesia secara tidak langsung. Sedangkan mengenai pemerintahan sementara selama dua tahun tidak dapat menyetujuinya. Hal ini dinilai terlalu lama dan membuang waktu yang tidak berguna. Menlu Subandrio menginginkan pemerintahan transisi PBB dalam waktu yang singkat Baskara T Wardaya, op.cit, hlm. 263.

66 53 Pihak Indonesia juga mengusulkan supaya personil militer Indonesia yang sudah ada di Irian Barat tetap menjalankan tugas militernya. Tuntutan Indonesia ini ditolak pihak Belanda, kemudian Menlu Subandrio mengancam akan meninggalkan perundingan. Atas peran Robert Kennedy akhirnya ketegangan dapat diredakan. Sedangkan pihak Belanda pada dasarnya menerima pokok-pokok yang diusulkan oleh Elsworth Bunker. Di antara kedua belah pihak ada ketidaksamaan penafsiran mengenai syarat-syarat pertahanan dan penentuan nasib sendiri. 73 Menghadapi adanya perbedaan cara pandang antar kedua belah pihak yang saling bertikai ini, Elsworth Bunker segera bertindak cepat untuk menjembataninya. Sebagai seorang diplomat yang berpengalaman, ia menjawab dua hambatan utama perundingan dengan suatu solusi yang langgeng. Indonesia akan dipenuhi tuntutan dasarnya, yakni soal peralihan kekuasaan. Pada saat yang sama keinginan kuat Belanda supaya rakyat Papua diberi hak untuk menentukan nasibnya sendiri juga terakomodasi. Meskipun demikian sebenarnya esensial formula perdamaian ini lebih menguntungkan pada posisi Indonesia. Pihak pemerintah Indonesia dan Belanda sama-sama menerima pokok-pokok perdamaian yang diusulkan oleh Elsworth Bunker. Ini merupakan suatu langkah diplomatik yang cerdik dan piawai dari diplomat Elsworth Bunker untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat Idem. 74 M. Sabir, op.cit, hlm. 126.

67 54 Pada tanggal 31 Juli 1962, setelah adanya kesesuaian pendapat antar kedua belah pihak yang saling bertikai maka tercapai kesepakatan sementara yang berisi: 1. Pada tanggal 1 Oktober 1962 utusan dari PBB akan mengoper pemerintah Irian Barat dari Belanda dan bendera Belanda akan diturunkan dan diganti dengan bendera PBB. 2. Penguasa PBB akan menggunakan tenaga-tenaga Republik Indonesia bersama-sama dengan alat-alat yang sudah ada di Irian Barat yang terdiri atas penduduk Irian Barat. 3. Pasukan Indonesia yang sudah ada di sana akan tetap tinggal di Irian Barat di bawah kekuasaan PBB. 4. Angktan Perang Belanda berangsur-angsur akan dipulangkan ke negeri Belanda. 5. Antara Irian Barat dan daerah Republik Indonesia lainya akan dibuka lalu lintas bebas 6. Pada tanggal 31 Desember 1963 bendera Indonesia akan dikibarkan di Irian Barat di samping bendera PBB. 7. Pada tanggal 1 Mei 1963 pemerintah Indonesia secara resmi akan mengoper pemerintahan Irian Barat dari PBB. 8. Pada tahun 1969 akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah Irian Barat akan tetap di dalam atau keluar dari Republik Indonesia.

68 55 Nota Sekjen PBB ini diterima oleh kedua belah pihak yang saling bertikai. Pada tanggal 15 Agustus 1962, bertempat di Markas Besar PBB di New York ditandatangani persetujuan antara pihak Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda tentang Irian Barat. Pihak Indonesia di wakili oleh Menteri Luar Negeri Subandrio sedangkan pihak Belanda di wakili oleh Menteri Luar Negeri Luns. Persetujuan perdamaian ini kemudian disahkan dalam Sidang Majelis Umum PBB, dan dikenal dengan persetujuan New York. 75 Presiden Soekarno menerima persetujuan New York, karena didalam persetujuan tersebut jelas dan tegas bahwa administrasi Irian Barat diberikan kepada Indonesia melalui sebuah tim PBB. Kemudian, ia juga menekankan bahwa bangsa ndonesia yang cinta damai akan menghormati persetujuan New York. Ini merupakan kemenangan bangsa Indonesia karena mulai 1 Oktober kolonialis Belanda akan meninggalkan Irian Barat. Presiden Soekarno juga menegaskan untuk tetap waspada terhadap Belanda jangan sampai terjadi penghianatan perjanjian New York. Angkatan Perang Republik Indonesia harus tetap siaga penuh untuk menghadapi hal-hal yang sangat merugikan pemerintah Indonesia. 76 B. Masa Pemerintahan Transisi UNTEA Berdasarkan persetujuan New York yang ditandatangani tanggal 15 Agustus 1962, maka dibentuk badan pelaksana sementara PBB. Badan PBB ini bernama UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang 75 Ridhani, op.,cit, hlm Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 144.

69 56 langsung di bawah kendali Sekjend PBB. UNTEA dipimpin oleh seorang administrator PBB yang telah disetujui baik oleh pemerintah Indonesia maupun pemerintah Belanda. Sekretariat Jendral PBB U Thant menunjuk Rolsz Bennet dari Guatemala sebagai Gubernur UNTEA dan merangkap sebagai wakil Sekjend PBB di Irian Barat. Akan tetapi kemudian digantikan oleh Dr. Djalal Abdoh Khan dari Iran untuk menjadi kepala pemerintahan interim di Irian Barat. Dr. Djalal Abdoh Khan mempunyai kewenangan yang penuh untuk memerintah Irian Barat selama masa transisi. 77 Untuk menjalankan tugas administrasi pemerintahan peralihan, kemudian dibentuk staf administrasi lengkap dengan susunan personilnya dari Malayan Civil Service, sebagai berikut: 1. George S. Harley sebagai Residen Biak. 2. Da Somerville sebagai Residen Distrik Manokwari. 3. Gordon Carter sebagai Residen Distrik Fak-Fak. 4. David C.L. Wilson sebagai Kepala Bagian Dalam Negeri. Adapun tugas pokok UNTEA antara lain: 1. Menerima penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat dari pihak Belanda. 2. Menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian Barat selama suatu masa tertentu. 3. Menyerahkan pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak Republik Indonesia. 77 Ibid, hlm.147.

70 57 Sedangkan dalam menyelenggarakan pemerintahan di Irian Barat, UNTEA wajib melaksanakan tugasnya sebagai berikut: 1. Memelihara keamanan dan ketertiban umum. 2. Mengumumkan dan menerangkan secara luas ketentuan-ketentuan dalam persetujuan Indonesia dan Belanda serta memberitahukan kepada penduduk Irian Barat mengenai penyerahan pemerintahan kepada pihak Indonesia dan mengenai ketentuan penentuan nasib sendiri sebagaimana ditetapkan dalam persetujuan. Dalam menjalankan tugasnya, UNTEA juga mempunyai kewenangan untuk mempekerjakan pegawai-pegawai bangsa Indonesia dan Belanda. Biaya operasional UNTEA di Irian Barat akan ditanggung bersama antara pemerintah Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 15 Agustus 1962, UNTEA juga berwenang untuk mengeluarkan paspor bagi penduduk Irian Barat yang memerlukannya. Untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum, PBB menyiapkan suatu United Nations Security Forces (UNSF). UNSF ini beranggotan pasukan yang berasal dari Negara Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada. Pasukan keamanan PBB ini di bawah komandan Mayor Jenderal Said Uddin Khan dari Pakistan. Brigader Jenderal Hindrajit Rikhye dari India menjabat sebagai perwira penghubung PBB. 78 Sedangkan pasukan Indonesia yang telah ada di Irian Barat digabungkan dengan pasukan PBB sebagai kontingen Indonesia. Pada tanggal 21 September 1962, dalam Sidang Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi 78 Saleh A. Djamhari, dkk, op.cit, hlm. 288.

71 58 No tentang penyerahan Irian Barat kepada UNTEA. Sekjend PBB akan mengirimkan diplomatnya ke Irian Barat untuk menerima penyerahan dari pihak Belanda. 79 Pada tanggal 1 Oktober 962 mulai berlangsung pemerintahan peralihan PBB di Irian Barat. Bendera PBB mulai berkibar di samping bendera Belanda sampai tanggal 31 Desember Setelah itu bendera Belanda diturunkan dan sebagai gantinya dikibarkan bendera Indonesia Merah Putih. Dr. Djalal Abdoh selaku administrator PBB mulai menjalankan pemerintahan peralihan dengan mengganti pejabat-pejabat tinggi Belanda. 80 Hanya 11 orang berkebangsaan Belanda yang tetap dipekerjakan dan selebihnya para pekerja dari PBB. UNTEA juga mempekerjakan penduduk Irian Barat dibidang administrasi dan teknis. Sedangkan untuk jabatan pemerintah seperti pengadilan, kejaksaan, perhubungan dan lain-lain para pegawainya berasal dari pemerintah Republik Indonesia. Disamping itu, pejabat-pejabat dari Indonesia juga diangkat sebagai Deputy Directur dan Deputy Resident untuk memimpin tiap-tiap departemen dan divisi. Kemudian para pegawai yang berasal dari Belanda berangsur-angsur meninggalkan Irian Barat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan memperlancar pemerintahan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia dikemudian hari. 81 Pemerintahan UNTEA di Irian Barat dapat berjalan dengan lancar berkat kerjasama yang baik antara perwakilan Indonesia dan juga Belanda. Keberhasilan UNTEA ditandai dengan terpeliharanya stabilitas keamanan, ketertiban dan perekonomian dengan tercukupi kebutuhan penting. 79 Ridhani, op.cit, hlm. 231, 80 Idem. 81 Ibid, hlm. 233.

72 59 Pembangunan sarana dan prasarana umum seperti rumah sakit, sekolah, jalan, dermaga dan sebagai dapat terlaksana dengan baik. Pada bulan Desember 1962, tujuh orang delegasi Irian Barat yang dipimpin oleh Eliezer Jan Bonay mendesak UNTEA agar menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia secepatnya.akan tetapi usaha mereka ini tidak membuahkan hasil karena ditolak oleh PBB. Penolakan ini berdasarkan perjanjian New York yang menyatakan bahwa penyerahan kekuasaan kepada Indonesia akan dilakukan tanggal 1 Mei Selain itu, menurut peraturan tata tertib PBB suatu delegasi atau perutusan yang menghadap PBB harus mendapatkan dukungan dari satu negara anggota PBB. 82 Penolakan tersebut telah mengakibatkan terjadinya gelombang demonstrasi pro Indonesia di berbagai kota di Irian Barat. Menghadapi aksi demonstrasi, UNTEA mendesak pihak Indonesia tetap netral supaya tidak menimbulkan gejolak yang merugikan bagi semua pihak. Akan tetapi tuntutan rakyat Irian Barat untuk memperpendek masa pemerintahan UNTEA terus terjadi. Pada tanggal 14 Januari 1963, di Kotabaru rakyat Irian Barat menyampaikan pernyataan kepada Dr. Djalal Abdoh Khan selaku administrator UNTEA yang berisikan: Menuntut perpendekan pemerintahan UNTEA. 2. Menggabung segera kepada Republik Indonesia secara mutlak dan tanpa syarat. 3. Setia kepada Proklamasi 17 Agustus Ibid, hlm Saleh A. Djamhari, dkk, op.,cit, hlm. 302.

73 60 4. Menghendaki adanya negara kesatuan yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke. 5. Menghendaki otonomi yang seluas-luasnya dari Republik Indonesia bagi wilayah Irian Barat. Walaupun dalam perjalanan pemerintahan UNTEA di Irian Barat dihadapkan pada permasalahan namun dapat diatasi. Berbagai tugas yang diemban oleh UNTEA dapat dilaksanakan dengan baik. Proses penyerahan kekuasaan yang telah disiapkan UNTEA kepada pemerintah Indonesia sesuai persetujuan New York juga sudah matang. 84 Menjelang berakhirnya pemerintahan UNTEA di Irian Barat, seluruh personel militer yang tergabung dalam UNSF secara bertahap mulai ditarik. Pada tanggal 21 April 1963, pasukan UNSF yang berasal dari Pakistan yang berjumlah 800 personil meninggalkan Irian Barat dengan KRI Halmahera. Begitu juga perlengkapan perang milik Belanda juga diserahkan kepada pihak Indonesia. Perlengkapan perang tersebut meliputi: Komplek pangkalan militer beserta perumahan angkatan laut di Biak. 2. Landing Craft Tank. 3. Landing Craft Personil 4. Landing Craft dengan seluruh perlengkapannya. 84 Ibid, hlm Saleh A. Djamhari, dkk, op.,cit, hlm. 306.

74 61 C. Irian Barat Kembali ke Pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Pada tanggal 1 Mei 1963, dilaksanakan upacara penyerahan pemerintahan UNTEA kepada pemerintah Republik Indonesia. Proses penyerahan ini dilakukan oleh ketua UNTEA Dr. Djalal Abdoh Khan kepada pihak Indonesia yang diwakili oleh Sudjarwo Tjondronegoro. Penyerahaan kekuasaan ini ditandai dengan upacara penurunan bendera UNTEA dan pengibaran bendera Merah Putih. Disamping itu, juga dilakukan defile pasukan dari Pakistan, APRI, dan polisi Papua. Adanya penyerahan kekuasaan ini maka berakhirlah masa kolonial Belanda di Irian Barat. Irian Barat menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan Persetujuan New York, pemerintah Indonesia berkewajiban Untuk melaksanakan penentuan pendapat rakyat (PEPERA) di Irian Barat sebelum akhir tahun Untuk menjalankan roda pemerintahan Indonesia di Irian Barat, Presiden Soekarno mengangkat Eliezer Jan Bonay sebagai kepala pemerintahan atau gubernur.secara de jure dan de facto Irian Barat kembali ke pangkuan ibu pertiwi, maka wilayah kekuasaan Republik Indonesia meliputi seluruh bekas jajahan pemerintah Belanda. Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Penpres (Penetapan Presiden) Nomor 1 tahun 1963 tentang ketentuan pokok penyelenggaraan pemerintahan masa peralihan. Susunan pemerintahan masa peralihan di Irian Barat adalah sebagai berikut: Idem. 87 Ibid, hlm. 39

75 62 1. Pimpinan pemerintah dipegang oleh Gubernur. 2. Wakil Gubernur membantu Gubernur dalam semua tugas pemerintahan dan mewakilinya apabila Gubernur berhalangan. 3. Gubernur mempunyai sekretariat yang dikepalai oleh sekretaris propinsi. 4. Dalam menjalankan tugasnya, Gubernur dan Wakil Gubernur dibantu oleh kepala-kepala dinas, semua tenaga pemerintahan dalam arti luas, dibagi dalam dinas-dinas yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala dinas. Pada tanggal 19 September 1966, pemerintah Indonesia melakukan kerjasama aktif kembali dengan PBB yang sebelumnya sempat terhenti. Menteri Luar Negeri Adam Malik menegaskan bahwa Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi persetujuan New York. Sekjend PBB U Thant kemudian menugaskan Rolz Bennet ke Indonesia untuk membahas Pepera di Irian Barat. Kunjungannya ke Indonesia menghasilkan kesepakatan tentang: 1. Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Pepera sebelum Sidang XXIV Majelis Umum PBB TAHUN Pemerintah Indonesia akan melakukan konsultasi dengan dewan daerah di Irian Barat mngenai bentuk paling tepat bagi Pepera dan menyetujui partisipasi PBB dalam konsultasi itu. 3. Pemerintah Indonesia memberikan persetujuan atas penugasan wakilwakil PBB sebagaimana disebut dalam pasal XVI Persetujuan New York.

76 63 4. Pemerintah Indonesia setuju agar suatu pernyataan singkat dari Sekjend PBB mengenai pengertian ini dimasukan dalam laporan tahunan kepada Majelis Umum PBB. 5. Mengenai dana pembangunan PBB untuk pembangunan Irian Barat, pemerintah menyampaikan harapan agar proyek-proyek di Irian Barat dapat dilaksanakan secepatnya. Kesepakatan ini merupakan langkah diplomatik yang sangat penting untuk menunjukan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia berkomitmen melaksanakan persetujuan New York. Sekjend PBB merasa senang dengan sikap pemerintah Indonesia yang proaktif untuk melaksanakan persetujuan New York. 88 Pada tanggal 23 Agustus 1968, Fernando Ortiz Sanz utusan PBB mengadakan kunjungan ke Irian Barat untuk melihat kondisi masyarakatnya. Selama berada di Irian Barat, ia menyaksikan kehidupan sendiri tentang geografis dan keprimitifan penduduk asli yang merupakan satu kendala. Setelah melakukan peninjauan secara langsung untuk persiapan pelaksanaan Pepera di Irian Barat, kemudian melaporkan hasilnya kepada Sekjend PBB U Thant. Dalam laporannya ia mengatakan bahwa: Pemerintah harus diberikan kredit atas kemajuan dalam pendidikan dasar, proses pembauran melalui pemakaian bahasa umum (Indonesia), pembangunan sekolah dan menunjukan usaha-usaha pergaulan yang bersahabat. Kita juga mengetahui bahwa prinsip satu orang satu suara tidak dapat dilaksanakan di semua daerah Papua, karena kurangnya pengalaman luar dari penduduk. Kita Juga mengakui bahwa Pemerintah Indonesia dimana memperlihatkan ketidak pastian tentang hasil-hasil musyawarah, akan mencoba, dengan semua maksud- 88 Darnoto,dkk, op.cit hlm. 325.

77 64 maksud pembagian itu, mengurangi jumlah orang, perwakilanperwakilan, dan lembaga-lembaga musyawarah. Proses pelaksanaan Pepera akan dilaksanakan tanggal 24 Juli sampai Agustus 1969 secara musyawarah. Pepera dilaksanakan di 8 kabupaten yang meliputi: Merauke, Jayawijaya, Paniai, Fakfak, Sorong, Manokwari, Biak dan Jayapura. Pelaksanaan Pepera diikuti oleh 1026 anggota Dewan Musyawarah Pepera (DMP) yang mewakili jumlah penduduk Irian Barat kurang lebih jiwa. Ke 1026 anggota DMP itu terdiri atas 400 orang mewakili unsur adat, 360 orang mewakili unsur daerah dan 226 orang mewakili unsur organisasi baik politik ataupun kemasyarakatan. Dalam pelaksanaan Pepera ini berlangsung secara demokratis dan dalam situasi yang kondusif. Pepera ini diawasi oleh masyarakat internasional di bawah naungan PBB. 89 Presiden Soekarno, atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia menyatakan terimakasih kepada Ortiz Sanz yang telah membantu pelaksanaan Pepera. Dengan selesainya Pepera di Irian Barat maka tuntaslah tugas pemerintah Indonesia melaksanakan kewajibannya sesuai persetujuan New York. Perjuangan diplomasi bangsa Indonesia untuk memasukan Irian Barat menuai hasil yang memuaskan. 90 Pepera yang dilaksanakan di 8 kabupaten menghasilkan keputusan suara bulat bahwa Irian Barat merupakan bagian tidak terpisahkan dari wilayah Indonesia. Hasil ini kemudian disepakati dan disetujui dengan membubuhkan tanda tangan dari semua yang hadir dalam rapat Pepera. Keputusan ini menandai bahwa secara de facto masyarakat Irian 89 Ridhani, op.,cit, hlm Darnto, dkk, op.,cit, hlm. 348.

78 65 Barat memilih berintegrasi dengan wilayah Indonesia. Pada tanggal 19 November 1969, dilaksanakan Sidang Umum PBB membahas hasil pelaksanaan Pepera di Irian Barat. Sidang Umum PBB ini menghasilkan sebuah resolusi tentang pelaksanaan Pepera di Irian Barat yang dituangkan dalam Resolusi Resolusi ini diterima oleh Majelis Umum PBB dengan imbangan suara sebanyak 84 setuju, 30 abstain dan tidak ada satupun negara yang menentang. Resolusi PBB ini merupakan penegasan pengakuan bahwa Irian Barat adalah bagian integral dari wilayah kesatuan Indonesia.91 Dengan demikian, maka Pepera merupakan bentuk pelaksanaan penentuan nasib sendiri oleh rakyat Irian Barat tidak cacat hukum. Pelaksanaannya sendiri dilakukan secara demokratis dan transparan karena melibatkan semua komponen masyarakat Irian Barat. Prosesnya juga melibatkan partisipasi, pemberian nasihat, dan bantuan dari PBB. Hasilnya juga disahkan oleh masyarakat internasional melalui Sidang Umum PBB. Secara hukum internasional Irian Barat diakui merupakan bagian yang sah dari wilayah kesatuan Indonesia. 91 Ridhani, op.,cit, hlm. 244.

79 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan pada bab II sampai bab IV, maka kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan pada masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Perjuangan diplomasi Indonesia dalam membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Belanda adalah peristiwa sejarah yang multikmpleks. Diawali dengan strategi perundingan sampai pada tingkat konfrontasi politik, ekonomi, dan militer. Usaha diplomasi tersebut dilakukan melalui perundinganperundingan bilateral dengan pihak Belanda yang diadakan dari tahun , masalah Irian Barat juga dimasukkan dalam program kerja kabinet, dimulai dari kabinet Natsir sampai Kabinet Ali II namun usaha diplomasi bilateral tidak memberikan hasil yang berarti. Setelah upaya diplomatik bilateral tidak memberikan hasil, Indonesia mengambil jalan diplomasi multibilateral dengan mengajukan masalah Irian Barat ke forum Internasional PBB tujuannya agar PBB dapat memaksa Belanda untuk menyelesaikan masalah Irian Barat dengan Indonesia. Tetapi masalah Irian Barat masih belum terselesaikan dikarenakan Belanda tidak mau berunding dengan Indonesia, lebih lanjut Belanda justru melakukan program Papuanisasi. Melihat kenyataan bahwa perjuangan diplomasi bilateral dan multibilateral mengalami kegagalan, kemudian Indonesia mulai melakukan upaya-upaya pendekatan dengan negara Adikuasa seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan tujuan mencari dukungan internasional. Kedekatan Indonesia dengan 66

80 67 Uni Soviet telah memberikan dampak yang positif bagi perkembangan masalah Irian Barat. Dukungan politik dan militer dari Uni Soviet kepada Indonesia telah membuat khawatir Amerika. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat merupakan kombinasi antara perjuangan diplomasi yang dipadukan dengan kekuatan militer. Melihat kenyataan bahwa usaha-usaha diplomasi yang dilakukan Indonesia selalu mengalami kegagalan maka Indonesia mengambil jalan lain yaitu dengan memutuskan untuk membatalkan secara sepihak isi KMB. Hal tersebut membuat hubungan kedua belah pihak semakin memanas. Belanda kemudian melakukan peningkatan kekuatan angkatan bersenjata di Irian Barat. Sikap Belanda tersebut menyebabkan Indonesia terpaksa mengambil satu-satunya alternatif terakhir, yakni penggunaan kekuatan militer untuk membebaskan Irian Barat. Indonesia kemudian meningkatkan kekuatan militer hal ini diperkuat dengan pembelian persenjataan dari Uni Soviet. Walaupun demikian Indonesia masih memberikan kesempatan perundingan, jika Belanda bersedia melakukannya dengan itikad yang jujur. Kemampuan nyata angkatan bersenjata Indonesia untuk melakukan invasi ke Irian Barat jika waktunya tiba berkat persenjataan modern yang diperoleh Indonesia, telah sangat mengkhawatirkan Amerika Serikat karena seandainya peperangan di kawasan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda benar-benar pecah, maka Amerika Serikat akan berada dalam posisi yang benar-benar sulit. Oleh karena itu berkaitan dengan konteks sejarah modern, faktor-faktor yang mempengaruhi perjuangan diplomasi

81 68 pembebasan Irian Barat tidak lepas dari pengaruh konflik Perang Dingin antara ideologi Barat (kapitalis) dengan ideologi Timur (komunis). Hal ini antara lain tampak ketika pengerahan kekuatan militer dalam Tri Komando Rakyat (Trikora) pembebasan Irian Barat, Indonesia mengandalkan persenjataan perang dari Blok Timur (Uni Soviet) dan hal itu mencemaskan Blok Barat (Amerika Serikat) akan bahaya masuk dan bertumbuhnya paham komunis di Asia Tenggara. 3. Hasil perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat dipengaruhi keterlibatan Amerika Serikat yang mengintensifkan kegiatankegiatan diplomatiknya untuk dapat membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan serta membantu mencari formula penyelesaian yang dapat diterima kedua belah pihak. Sehingga konflik bersenjata di kawasan Irian Barat dapat dihindarkan, dan kepentingan Amerika Serikat sendiri teramankan. Berkat upaya keras Amerika Serikat dan kerjasama Indonesia maka akhirnya pembicaraan antara Indonesia dan Belanda dapat berlangsung. Pembicaraan yang akhirnya menghasilkan Persetujuan New York itu berjalan sulit, namun Indonesia berada pada posisi yang kuat, karena diplomasinya didukung oleh kekuatan riil di dalam negeri dalam bentuk kekuatan militer yang pada saatnya akan mampu membebaskan Irian Barat secara militer jika diplomasi gagal. Dengan tekanan Amerika Serikat, Belanda akhirnya menyerahkan Irian Barat (Papua) kepada Indonesia. Dengan menandatangani Perjanjian New York, berdasarkan pasal 14 perjanjian tersebut Belanda akan menyerahkan kekuasaan pemerintahan atas Papua melalui perantara

82 69 Perserikatan Bangsa Bangsa UNTEA dan kemudian akan diteruskan kepada Indonesia. Selanjutnya, sesuai dengan Persetujuan New Work, Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan penentuan pendapat rakyat (Pepera) di Irian Barat yang harus diselesaikan sebelum akhir 1969.

83 DAFTAR PUSTAKA Baskara T Wardaya, 2008, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin , Yogyakarta: Galang Press. Darnoto. Dkk, 2005, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa Kurun Waktu Jilid III, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI. Departemen Penerangan RI, 1963, Dari Proklamasi Sampai Resopim: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno, Jakarta: Departemen Penerangan. Enny Soeprapto, 2008, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilah Kekuasaan Republic Indonesia, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI. Ganis Harsono, 1985, Cakrawala Politik Era Sukarno,Jakart: Inti Idayu Press. Hamka Sastra, 1963, Kundjungan P.J.M Sukarno Presiden Republik Indonesia Di Sowjet Uni, Jakarta. Leifer. Michael, 1989, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta: Gramedia. Lopa, Baharudin, 1962, Djalannja Revolusi Indonesia Membebaskan Irian Barat, Jakarta: Daya Upaya. Moedjanto.G, 1988, Indonesia Abad Ke 20 Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius. Nasution A.H, 1964, Mengamankan Pandji-Pandji Revolusi, Jakarta: Gunung Agung. Nasution, A.H, 1985, Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama, Jakarta: Gunung Agung. 70

84 71 Ridhani.P, 2009, Mayor Jendrral Soeharto Panglima Komand Mandala Pembebasan Irian Barat, Jakarta: Sinar Harapan. Sabir.M, 1987, Politik Bebas Aktif, Jakarta: Haji Masagung. Saleh. A dkk, 2000, Tri Komando Rakyat Edisi Ke, Semarang: Yayasan Telapak. Sartono Kartodirjo, Dkk, 1975, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Smit. C, 1986, Dekolonisasi Indonesia, Jakarta: Daya Sarana. Wiharyanto, A.K, 2011, Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.

85 LAMPIRAN

86 73 SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas /Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Nusantara Sintang : IPS Terpadu : IX / 2 (Dua) : Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia : 2 JP Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrum en Contoh Instrumen Alokasi waktu Sumber Belajar/Bahan/ Alat 2.1 Mendeskripsikan perjuangan bangsa Perjuangan Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat: Wardiyatmoko, K,2009, Ips Tepadu Kelas IX Indonesia merebut kembali Iran Barat 1. Latar belakang perjuangan Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat. Menganalisis latar belakang perjuangan Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat Menjelaskan latar belakang terjadinya perjuangan Tes tertulis Esay 1. Sebutkan salah satu factor terjadinya konflik 2x45 SMP, Jakarta: PT. Gramedia. merebut perebutan kembali Irian wilayah Barat Iraian

87 74 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrum en Contoh Instrumen Alokasi waktu Sumber Belajar/Bahan/ Alat Barat! Yudhistira, 2010, Seri IPS Sejarah Kelas XI SMP, Jakarta: Ghalia 2. Perjuangan diplomasi Bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat Menjelaskan perjuangan bangsa Indonesia melalui usaha diplomasi. Diplomasi bilateral Usaha kabinetkabinet Diplomasi Forum PBB Menganalisis perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat 1. Sebutkan salah satu usaha perjuangan diplomasi untuk merebut kembali Indonesia. Irian Barat! 3. Faktor-faktor pendukung perjuangan diplomasi Indnesia Menjelaskan perjuangan operasi militer dan keterkaitannya dengan Menganalisis faktor-faktor yang mendukung Sebutkan dampak positif perang

88 75 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrum en Contoh Instrumen Alokasi waktu Sumber Belajar/Bahan/ Alat perjuangan diplomasi Indonesia Menjelaskan dampak perang dingin terhadap perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat dingin terhadap perjuangan diplomasi bagsa Indonesia 4. Hasil Perjuangan diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat Menjelaskan hasil kesepakatan Indonesia- Belanda dalam penyelesaian sengketa Irian Barat. Rencana Bunker Perjanjian New York Pembentukan UNTEA Perpera Mendeskirpsi kan hasil perjuang diplomasi Indonesia merebut kembali Irian Barat. Apa yang dimaksud dengan Pepera?

89 76 Yogyakarta Guru Mata Pelajaran Choryna Dewi Usna

90 77 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KD 2.1 TAHUN AJARAN Satuan Pendidikan : SMP Nama Sekolah : SMP Nusantara Sintang Mata Pelajaran : Sejarah Kelas / Program / Semester : IX / 2 (dua) Alokasi waktu : 2 x 45 menit A. Standar Kompetensi Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia B. Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan perjuangan bangsa Indonesia merebut kembali Iran Barat C. Indikator 1. Ranah Kongnitif Produk Menjelaskan latar belakang terjadinya konflik sengketa perebutan Irian Barat. Menjelaskan perjuangan diplomasi pemerintah Indonesia merebut Irian Barat. Mendeskripsikan fakor-faktor yang mendukung perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat. a. Proses Menganalisis usaha politik luar negeri pemerintah Indonesia dalam merebut Irian Barat. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung usaha diplomasi pemerintah Indonesia merebut Irian Barat. 1. Ranah Afektif a. Karakter Menanamkan jiwa nasionalisme kepada siswa

91 78 Menanamkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa b. Keterampilan sosial Menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan yang telah berjasa dalam merebut Irian Barat. 2. Ranah Psikomotorik Menunjukan lokasi pusat komando operasi militer pembebasan Irian Barat dengan menggunakan peta. D. Tujuan Pembelajaran 1. Ranah Kongnitif a. Produk Siswa dapat menjelaskan latar belakang terjadinya konflik sengketa perebutan Irian Barat. Siswa dapat menjelaskan perjuangan diplomasi pemerintah Indonesia merebut Irian Barat. Siswa dapat mendeskripsikan fakor-faktor yang mendukung perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat b. Proses Siswa dapat menganalisis usaha politik luar negeri pemerintah Indonesia dalam merebut Irian Barat. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung usaha diplomasi pemerintah Indonesia merebut Irian Barat. 2. Ranah Afektif a. Karakter Siswa dapat menanamkan jiwa nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari Siswa dapat menanamkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa

92 79 b. Keterampilan sosial Siswa dapat menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan yang telah berjasa dalam merebut Irian Barat. 3. Ranah Psikomotorik Siswa dapat menunjukan lokasi pusat komando operasi militer pembebasan Irian Barat dengan menggunakan peta. E. Materi Pembelajaran (terlampir) Pada pertemuan tatap muka guru memberikan materi tentang: a. Latar belakang terjadinya perjuangan mengembalikan Irian Barat b. Perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat F. Metode dan Model Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran Ceramah Diskusi Pemberian tugas (portofolio) 2. Model Pembelajaran: Metode CTL Tipe Jigsaw G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit): a. Apersepsi : Guru memberi salam selama pagi kepada siswa, memeriksa kehadiran siswa, kebersihan kelas. Guru kemudian meminta salah satu siswa untuk memimpin menyanyikan lagu Dari Sabang Sampai Merauke b. Motivasi : Guru meminta salah satu siawa untuk menunjukkan letak Irian Barat pada peta Indonesia. Guru kemudian memberi pertanyaan tentang isi Trikora yang diketahui oleh murid. c. Orientasi : Guru memberi gambaran mengenai tujuan pembelajaran dan beberapa materi yang akan dicapai. 2. Kegiatan Inti (35menit).

93 80 Guru membagi kelas dalam 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru membagi pokok permasalahan : a. Kelompok 1: Upaya perundingan kabinet pada masa demokrasi Liberal untuk pengembalian Irian Barat. b. Kelompok 2: Perjuangan diplomasi pengembalian Irian Barat Melalui forum PBB c. Kelompok 3: Perjuangan pengembalian Irian Barat Dengan pembentukan pemerintahan sementara Tahun d. Kelompok 4: Perjuangan pengembalian Irian Barat melalui politik luar negeri. Masing - masing kelompok berdiskusi, guru membimbing dan mengadakan penilaian. Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. Guru meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok lain Menanggapi. 3. Kegiatan Penutup (10menit) Dalam kegiatan penutup, guru: Membuat kesimpulan bersama-sama dari hasil diskusi. Memberikan refleksi tentang nilai-nilai yang didapatkan dalam kegiatan pembelajaran. Memberikan tugas individu pada siswa untuk mengerjakan latihan soal yang sudah yang disiapkan guru. H. Sumber/ alat/ bahan 1. Sumber: Alfian Magdalia, Soeyono Nurliana Nana, & Suhartono Sudarini. (2006). Sejarah untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

94 81 Badrika, I Wayan. (2006). Sejarah untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga. Baskara T Wardaya, 2008, Indonesia Melawan Amerika Konflik Perang Dingin , Yogyakarta: Galang Press. Darnoto. Dkk, 2005, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa Kurun Waktu Jilid III, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI. Enny Soeprapto, 2008, Pengembalian Irian Barat Ke Dalam Wilayah Kekuasaan Republic Indonesia, Jakarta: Departemen Luar Negeri RI. 2. Alat: - Papan tulis - Gambar/ photo - White board 3. Bahan: - Power point I. Penilaian 1. Aspek Kognitif (terlampir) 2. Aspek Afektif (terlampir) 3. Aspek Psikomotorik (terlampir) Penilaian Nilai Akhir Rapot Menggunakan Rumus: NA= 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik Skor Nilai Baik sekali Baik Cukup < 70 Kurang

95 82 4. Tindak Lanjut Penilaian Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya minimal 75%. Memeberikan program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaian kurang dari 75%. Memberikan program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapiannya lebih dari 75%. Yogyakarta,. Januari 2015 Mengetahui Guru Mata Pelajaran Choryna Dewi Usna

96 83 LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN A. Latar belakang perjuangan Irian Barat Menurut Konferensi Meja Bundar 27 desember 1949 yang diselenggarakan di deen haag, bahwa masalah Irian Barat akan di tunda setahun kemudian. Waktu perjanjian Belanda belum juga menyerahkan irian barat ketangan bangsa Indonesia. Belanda berniat akan membentuk Negara Papua yang lepas dari Indonesia. Sedangkan Indonesia tetap menuntut agar irian barat dikembalikan ke Indonesia. Akibatnya pemerintah Indonesia menempuh jalur lain seperti jalur diplomasi dan jalur konfrontasi untuk membebaskan irian barat dari cengkraman Belanda. B. Perjuangan Diplomasi Indonesia merebut Irian Barat 5. Perjuangan diplomasi bilateral. Setahun setelah Irian Barat dikuasai Belanda, pemerintah Belanda berusaha menyelesaikan masalah melalui perundingan bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia-Belanda ( ), perundingan ini gagal. Berikut ini beberapa langkah diplomasi dalam penyelesaian Irian Barat : a. Tanggal 4 desember 1950 di adakan konferensi Uni Indonesia Belanda. Indonesia mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara de jure. namun ditolak Belanda. b. Pada bulan desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda. Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat wilayah NKRI, namun gagal. c. Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal. Dalam usaha pembebasan irian barat, langkah-langkah diplomasi yang di tempuh melalui jalur yang panjang dari kabinet ke kabinet lain.

97 84 1) Usaha kabinet natsir kabinet natsir pada bulan desember 1950 mengadakan perundingan dengan Belanda, tetapi menempuh jalan buntu (deadlock). Belanda kemudian justru memperkuat pertahanannya di Irian Barat. 2) Usaha kabinet Ali 1 Program kabinet Ali melanjutkan usaha diplomasi yang telah dilakukan cabinet sebelumnya.maksud dari program tersebut adalah untuk menarik perhatian internasional terhadap masalah irian barat. Memang Belanda menganggap masalah Irian Barat sebagai masalah internasional. Pada tahun 1954 mulailah masalah ini diangkat untuk pertama kali dalam siding PBB, tetapi mengalami kegagalan karena tidak mencukupi 2/3 jumlah anggota. 3) Usaha kabinet Burhanuddin Harahap Kabinet Burhanuddin pada tahun 1955 memulai lagi perundingan dalam siding umum PBB. Pada saat itu Belanda menentukan syarat-syarat yang mengada-ada. Perundingan pun mengalami deadlock. Indonesia terpaksa membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada tanggal 15 februari ) Usaha Kabinet Ali II Kabinet Ali II Melanjutkan tindakan keras cabinet Burhanuddin Harahap dengan membubarkan seluruh isi perjanjian KMB. 5) Perjuangan diplomasi Indonesia menempuh tahap kedua, yakni membawa masalah irian barat kesidang PBB. Sambil melakukan cara ini, Indonesia menyiapkan operasi militer untuk menunjukan kesungguhan sekaligus memperkuat posisi Indonesia. C. Perjuangan dengan Konfrontasi Bersenjata Secara politik Irian Barat belum berhasil,untuk itu Indonesia mencari alternatif lain, yakni perjuangan dengan konfrontasi bersenjata. Apa saja yang dimaksud dengan perjuangan bersenjata itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menelaah uraian berikut ini. 1. Perjuangan Melalui Trikora Berbagai cara dan usaha Indonesia untuk membebaskan Irian Barat belum menunjukan hasil yang nyata. Belanda makin bersikap keras dan tidak mau mengalah. Bahkan, Belanda kemudian menyatakan bahwa Irian Barat

98 85 merupakan wilayah Belanda sebagai bagian dari Nederlands. Oleh belanda, Irian Barat disebut dengan Nederlans-Nieuw Gunea.Menghadapai kenyataan bahwa berbagai cara yang ditempuh belum berhasil maka Indonesia maningkatkan konfrontasi di segala bidang. Tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan belanda. Perjuangan pembebesan Irian Barat selanjutnya diarahkan dengan cara militer.untuk menghadapi komfrontasi, pemerintahan melakukan perjanjian pembelian senjata dari luar negeri, seperti dengan Uni soviet. Selain itu, Indonesia juga mencari dukungan dengan negara-negara lain. Melihat aksi Indonesia,Belanda tidak tinggal diam, Bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua. Dewan ini akan menyelenggarakan penentuan nasib sendiri bagi rakyat Irian Barat. Bahkan lebih lanjut, Belanda menunjukkan keberanian dan kekuatannya dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Membentuk Negara Boneka Papuadengan lagu dan bendera Papua. b. Mendatangkan bantuan dan mengirimkan pasukan dengan kapal perangnya ke perairan Irian, antara lain kapal Karel Doorman. c. memperkuat angkatan perang Belanda di Irian Barat. Dengan kenyataan itu, perjuangan pembebasan Irian Barat secara militer tampaknya tidak mungkin dihindarkan. Tanggal 19 Desember 1961 melalui rapat umum di Yogyakarta, Presiden Soekarno Mencanangkan TRIKORA (Tri Komanda Rakayat),dan berikut isi TRIKORA: a. Gagalkan pembentukan Negara papua b. Kibarkan Sang merah putih di Irian Barat. c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah air. 2. Operasi Militer dibawah Komando MandalaSebagai tindak lanjut program TRIKORA,Presiden Soekarno membentuk Mandala pembebasan Irian Barat. Yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 yang dipimpin oleh Mayor Jendral Suharto.Pusat dari komanda mandala berada di Ujungpandanguntuk melaksanan Trikora. Untuk melaksanakan tugas itu,komando Mandala melakuakan langkah-langkah berikut:

99 86 a. Merencanakan,mempersiapkan dan melaksanakn operasi militer. b. Mengembangkan situasi militer di wilayah Provinsi Irian Barat Dalam rangka mempersiapkan operasi militer. Komando Mandala telah tahapan perjuangan.pada bulan Maret sampai Agustus 1962 telah dimulai pendaratan pasukan ABRI dan sukarelawan dari laut & udara,dengan mendaratkan pasukan ditempatnya,misalnya: a. Operasi Banteng di Fak-Fak Dan Kaimana b. Operasi Srigala di Sorong dan Teminabiuan c. Operasi Naga di Merauke d. Operasi Jatayu di Sorong,Kaimana,dan Merauke Pada tahapan persiapan dan infiltrasi telah terjadi insiden pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962.Pada waktu itu kapal RI motor terpedo boat Macan Tutul yang sedang patroli diserang oleh Belanda.Terjadilah pertempuran akan tetapi kapal RI Macan Tutul terbakar dan tenggelam.dalam insiden ini meniggalah Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno Gerakan infiltrasi terus dilakukan.pasukan mulai mendarat dan menguasai beberapa daerah di Irian Barat. Berikut para sukarelawan dan sukarelawati. Bendera merah putih mulai dipancangkan di berbagai daerah. 3. Rencana Bunker Melihat pasukan Indonesia itu, Belanda mulai khawatir dan kewalahan. Dunia Internasional mangetahui dan mulai khawatir Amerika serikat mulai menekan Belanda agar mau beruding. Ellswoth Bunker, seorang diplomat AS ditunjuk sebagai penengah. Bunker selanjutnya mengusulka pokok-pokok penyalsaia masalah Irian Barat secara damai. Poko-poko usulan Bunker itu,antara lain berisi sebagai berikut: a. Belanda akan menyarahkan Irian Barat kepada Idonesia melalui badan PBB, yakni UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority) b. Pemberian hak bagi rakyat Irian Barat untuk menetukan pendapat tentang kedudukan Irian Barat. Pokok tersebtu dikenal dengan Rencana Bunker. Berdasarkan Rencana tersebut maka pada tanggal 15 Agustus 1962 tercapailah persetujuan antara indonesia dan belanda yang dikenal dengan Persetujuan New York. Adapun isi Perjanjian New York, antara lain:

100 87 1) Belanda harus sudah menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA selambat-selambatnya 1 Oktober 1962.Bendera Belanda diganti dengan bendera PBB 2) Pasukan Yang sudah ada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat dan dibawah kekuasaan UNTEA 3) Angkatan perang Belanda berangsur-angsur ditarik dan dikembalikan ke negeri Belanda. 4) Bendera Indonesia malai berkibar di Irian Barat disamping bendera PBB sejak tanggal 31 Desember ) Pemerintah RI akan menerima pemerintahan Irian Barat dari UNTEA selambat-lambatnya tanggal 1 Mei Akhir Konfrotasi Irian Barat Dan Papua Setelah perundingan di New York,datanglah pemerintah untuk tembak-menembak antara kedua pihak.dengan demikian Operasi Jayawijwya batal dilancarkan. Sebagai pelaksanaan isi perjanjian New York secara resmi belanda menyerahkan irian baratkepada UNTEA. Pada tanggal 1 mei 1963 PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Penyerahan Itu dengan syarat pemerintah Indonesia mengadakan pungutan pendapat rakyat. Dengan damikian, Berakhiralah kekuasaan Belanda di Indonesia. Dan kemudian Irian Barat diganti menjadi menjadi Irian Jaya dan bergabung dengan Republik Indonesia.

101 88 LAMPIRAN PENILAIAN 1. Aspek Kognitif Teknik: Tes tertulis Bentuk: Uraian Soal: 1) Jeaskan secara singkat salah satu usaha diplomasi bangsa Indonesia merebut kembali Irian Barat! 2) Jelaskan salah satu penyebab konflik sengketa Irian Barat! 3) Jelaskan salah satu fakor yang mendukung keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut Irian Barat! 2. Aspek Afektif Teknik: Non tes Bentuk: Instrumen observasi kerja Nama Menghargai Teman Mengambil Giliran Mengajukan Pertanyaan Mempresentas ikan hasil Menjawab pertanyaan Mendengar kan Hasil Kriteria Penilaian menggunakan skala sikap 1 sampai 5, kriterianya: Skor 1 : pasif, tidak kooperatif dan tidak menghargai teman Skor 2 : pasif, tidak kooperatif dan menghargai teman Skor 3 : pasif, kooperatif dan menghargai teman Skor 4 : aktif, kooperatif dan menghargai teman Skor 5 : sangat aktif, sangat kooperatif dan mengahargai teman N (Proses) = Jumlah Skor x 100% 30

102 89 NA= 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik Skor Nilai Baik sekali Baik Cukup < 70 Kurang Tindak Lanjut Penilaian Siswa dinyatakan berhasil apabila tingkat pencapaiannya minimal 75%. Memeberikan program remidi untuk siswa yang tingkat pencapaian kurang dari 75%. Memberikan program pengayaan untuk siswa yang tingkat pencapiannya lebih dari 75%.

103 90 LAMPIRAN GAMBAR Lampiran 1 Keterangan: Irian Barat merupakan wilayah sengketa Indonesia dengan Belanda

104 91 Lampiran 2 Keterang: Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia dan Belanda dalam membahas sengketa Irian Barat Lampiran 3 Keterangan: Pihak Indonesia untuk pertama kalinya dalam sidang umum PBB ke IX membahas sengketa Irian Barat

105 92 Lampiran 4 Keterangan: Suasana Rapat Anggota Parlement Niuew Gunea Raad tanggal 19 Oktober 1961 Lampiran 5 Keterangan: penandatanganan perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1962 oleh pihak Indonesia dan Belanda

106 93 Lampiran 6 Keterangan: Para Pejabat UNTEA, UNSF dan Indonesia bertemu sebagai persiapan pengalihan kekuasaan Irian Barat dari UNTEA kepada Indonesia, April 1963.

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. SIMPULAN Salah satu keputusan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag pada tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949 adalah kedudukan Irian Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irian Barat merupakan wilayah Indonesia yang terletak dibagian paling timur. Dengan kekayaan alamnya seperti bahan-bahan industri yang sangat dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM 080210302030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

BAB 11 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT. Kata Kunci

BAB 11 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT. Kata Kunci BAB 11 PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT Tujuan Pembelajaran Pada bab ini kalian akan mempelejari tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut Irian Barat dan setelah mempelajari materi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak dibentuk oleh kepentingan-kepentingan untuk menjawab tantangan dari realita Perang Dingin,

Lebih terperinci

2015 OPERASI MANDALA DALAM RANGKA PEMBEBASAN IRIAN BARAT : PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA - BELANDA

2015 OPERASI MANDALA DALAM RANGKA PEMBEBASAN IRIAN BARAT : PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA - BELANDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Papua Barat, yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan Irian Barat (IRBA) merupakan salah satu wilayah yang menjadi sengketa atau perebutan antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDONESIA BELANDA PASCA KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) TAHUN

HUBUNGAN INDONESIA BELANDA PASCA KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) TAHUN HUBUNGAN INDONESIA BELANDA PASCA KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) TAHUN 1949-1962 SKRIPSI Oleh Abdul Adim NIM 090210302063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini BAB V KESIMPULAN Periode 1946-1949 merupakan periode perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari kekuasaan penjajah Belanda. Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA. PERJANJIAN PERSAHABATAN.

Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA. PERJANJIAN PERSAHABATAN. Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1971 (1/1971) Tanggal: 10 MARET 1971 (JAKARTA) Sumber: LN 1971/15; TLN NO. 2956 Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN 1948-1961 SKRIPSI Oleh : Evi Ristiyanti NIM. 070210302077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MASA REVOLUSI ( ) SKRIPSI

PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MASA REVOLUSI ( ) SKRIPSI PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MASA REVOLUSI (1946-1949) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka persidangan Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York, dipandang perlu untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh

PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI. Oleh PERBEDAAN PEMIKIRAN SUTAN SJAHRIR DAN TAN MALAKA TENTANG PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA SKRIPSI Oleh QOMARIATUL BADRIYAH NIM 090210302017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal. SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9 1. Soekarno dan Mohammad Hatta disebut tokoh Dwi tunggal Tri Tunggal Catur Tunggal Panca Tunggal Jika menyebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan

BAB I PENDAHULUAN. Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan untuk kepentingan nasional. Pada masa pemerintahan Soekarno, kepentingan nasional utama

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1961 TENTANG PEMBUATAN PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN A. Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia telah diproklamirkan. Perseteruan antara pihak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL... xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi DAFTAR ISTILAH...

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA No (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN DIPLOMASI PEMBEBASAN IRIAN BARAT,

DINAMIKA POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN DIPLOMASI PEMBEBASAN IRIAN BARAT, Dinamika Politik Indonesia Dalam Perjuangan Diplomasi (Karseno) DINAMIKA POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN DIPLOMASI PEMBEBASAN IRIAN BARAT, 1949-1963 Oleh: Karseno Arsip Nasional Republik Indonesia yety.kartika@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015 SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE 70 17 AGUSTUS 2015 Assalamu'alaikum Waarahmatulahi Wabarakatuh, Salam-sejahtera dan damai bagi kita

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945 Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI SKRIPSI

PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI SKRIPSI PERJUANGAN INTEGRASI DARI NEGARA RIS KE NKRI 1949-1950 SKRIPSI Oleh LIKNAWATI NIM. 090210302045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto:

Pada tanggal 1 September 1945, Komite Sentral dari Komite-komite Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan sebuah manifesto: Yusuf Budianto 0906636075 BAB 7-BAB 12 Adanya rencana pembuangan para tahanan Indonesia ke Tanah Merah membuat reputasi Belanda memburuk. Hal ini juga menimbulkan protes keras dari orang Indonesia, apalagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci