BAB I P E N D A H U L U A N
|
|
- Ida Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I P E N D A H U L U A N I. Latar Belakang Masalah Kita mengenal Indonesia sebagai negara pluralis, di mana kemajemukan hadir dan berkembang di dalamnya. Sebut saja, suku, ras, budaya, bahkan agama. Kemajemukan yang terjadi di Indonesia pun tidak terlepas dari kemajuan di berbagai bidang ilmu yang menyentuh berbagai sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Kemajemukan itu telah membawa akibat yaitu adanya perjumpaan yang semakin intensif antar kelompokkelompok manusia. Salah satunya adalah pergesekan yang seringkali terjadi di antara agama-agama yang berbeda. Ketika keyakinan terhadap suatu agama itu cenderung dimutlakkan maka akan sangat berpotensi pada timbulnya pergesekan atau ketegangan. Apabila hal itu tidak segera diatasi maka semakin lama akan terjadi benturan yang mengakibatkan terpecah belahnya serta perusakan-perusakan kehidupan manusia serta mengancam kemajemukan yang telah ada. Ketika memfokuskan pada agama, maka sesungguhnya ada fenomena yang menarik dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia. Fenomena menarik karena sebagian besar masyarakat Indonesia senantiasa mengkondisikan dirinya dalam hubungan mayoritas-minoritas, apalagi ketika hal itu dikaitkan dengan urusan agama. Hal itu sudah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa yang panjang serta pengalaman-pengalaman konkrit yang hadir dalam realitas masyarakat Indonesia 1. Realitas itu nampak kembali melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di Indonesia menjadi 1 Mengenai mayoritas-minoritas ini, M. W. Wyanto berpendapat bahwa kita dapat melihat gejala sikap superior, agresif, dan mau menang sendiri dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Gejala-gejala tersebut nampak juga dalam hubungan antar umat beragama di mana salah satunya menjadi yang mayoritas dalam kehidupan bersama, sementara yang lainnya menjadi yang minoritas. Sikap yang seringkali ditunjukkan oleh kelompok mayoritas inilah yang jelas merusak kehidupan bersama. Jika kelompok mayoritas itu bersifat eksklusif (dikatakan eksklusif, sebab dalam kelompok-kelompok agama sering ada klaim mengenai kebenaran (truth claim) yang hanya ada pada kelompoknya sendiri), punya fanatisme tinggi, dan militan, maka kekacauanlah yang akan terjadi. Truth claim ini hanyalah alat bantu untuk membenarkan naluri mayoritasnya sehingga tanpa disadari truth claim seringkali dimunculkan dan dimanfaatkan oleh kelompok mayoritas yang memiliki sikap agresif. Lih. M. W. Wyanto, M. Th, Bahan Kuliah Teologi Agama-Agama Semester VI, TA.2004/
2 fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak, termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai pada penawaran solusi 2, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu titik terang. Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik 3. Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu. Lalu bagaimana dengan kemunculan gerakan keagamaan yang radikal di Indonesia? Kemunculan gerakan keagamaan yang berhaluan radikal di Indonesia sesungguhnya sudah termuat dalam sejarah awal negara Indonesia. Tetapi kini kembali menjadi sesuatu hal yang fenomenal pasca jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998, yakni sejak reformasi dikumandangkan. Dikatakan fenomenal karena nampak dari beberapa organisasi yang terbentuk dan berkembang yang memulai aksinya dengan alasan penertiban hingga pada organisasi yang berjuang karena tergerak akan rasa solidaritas terhadap nasib saudara-saudaranya, yang seagama di berbagai negara. Aksi tersebut tentu saja tidak hanya memperlihatkan kekuatan massa sebagaimana terlihat dalam aksi penggalangan solidaritas melainkan juga terekspresikan dalam bentuk atau cara kekerasan. Contoh: seperti yang telah diberitakan di berbagai media yaitu aksi penggerebekan dan perusakan tempat-tempat hiburan malam, pelacuran, dan berbagai tempat yang lain, yang dianggap menyebarkan kemaksiatan. Keseluruhan aksi-aksi tersebut semakin mengalami 2 Zulheldi Hamzah, Meredam Radikalisme Umat Islam, http: // = 4802_0_3_40_M14, diakses pada tanggal 24 November Zainuddin Fananie, dkk, Radikalisme Keagamaan & Perubahan Sosial, Surakarta: Muhammadiah University Press kerjasama dengan The Ford Foundation, 2002, hlm. 1. 2
3 peningkatan ketika negara Indonesia memasuki era reformasi 4. Sebut saja, peristiwa radikalisme yang diperlihatkan melalui kerusuhan di berbagai daerah 5, seperti yang terjadi di Jakarta, Poso, Ambon, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah pada tahun ; lalu diikuti oleh berbagai teror bom, seperti di malam natal pada tahun 2000; hingga aksi yang berskala internasional yaitu Peristiwa 11 September dan Ledakan Bom di Bali pada tanggal 12 Oktober Pada dasarnya, keseluruhan aksi itu adalah perwujudan dari suatu ekspresi yang berpijak pada keimanan seseorang atau sekelompok agama tertentu terhadap agama yang diyakininya. Tentu saja hal itu tidak sekedar dipahami sebagai sebuah fenomena keagamaan saja melainkan suatu fenomena yang juga terkait dengan problematika kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Seiring dengan hal itu, sistem politik yang dipakai dan berkembang di Indonesia juga memberikan berbagai kemungkinan untuk kelompok agama tertentu itu (dalam hal ini dikaitkan dengan ormas-ormas yang radikal) untuk bertindak lebih jauh 8. Apalagi, sejak era reformasi bergulir kita melihat bahkan memahami bahwa kini peran negara, khususnya pemerintah yang berkuasa semakin melemah saja. Negara tidak lagi memiliki kekuatan untuk menangkap dan menertibkan aksi ormas-ormas agama yang bertindak tidak sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Kemudian, kekerasan dan perusakan yang masih mewarnai aksi unjuk rasa sepanjang era reformasi ini juga menggambarkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya menghayati akan artinya demokrasi. 4 Zainuddin Fananie, dkk, Radikalisme Keagamaan & Perubahan Sosial,..., hlm Lih. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2004 hlm Peristiwa ini telah melahirkan sebuah stigma negatif terhadap Islam. Umat Islam dicap sebagai teroris dan organisasi Al-Qaedah sebagai pihak tertuduh dan yang paling bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. Lih. Akh. Muzakki, Islamic Radicalism in Southeast Asia: with Special Reference to The Alleged Terrorist Organisation, Jama ah Islamiyah dalam Al- Jami ah (Journal of Islamic Studies), Vol. 42, No. 1, Jogjakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004, hlm. 61. Di Indonesia sendiri, peristiwa tersebut sangat menarik perhatian banyak kalangan, khususnya kalangan Islam tertentu, yaitu beredarnya sejumlah tulisan, poster-poster maupun T-Shirt yang bergambar wajah Osama Bin Laden, banyaknya aksi unjuk rasa yang diprakarsai oleh kelompok Islam radikal, seperti Front Pembela Islam (FPI) sebagai wujud solidaritas dan dukungan serta ungkapan syukur akan peristiwa tersebut, aksi sweaping terhadap warga AS di Jakarta, Solo dan Makasar, serta aksi-aksi yang lainnya. Lih. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia,..., hlm Pada peristiwa ini diidentifikasikan bahwa jaringan Al-Qaedah (yang kemudian hari dikenal dengan nama Jama ah Islamiyah) terlibat di dalamnya sehingga para ilmuwan di berbagai belahan dunia mengemukakan berbagai teori tentang fenomena radikalisme dalam Islam. Salah satunya adalah teori bahwa radikalisme agama yang terjadi di berbagai belahan dunia merupakan resistensi agama terhadap laju modernisasi. Lih. Akh. Muzakki, Islamic Radicalism in Southeast Asia:, hlm CMM, Radikalisme Agama dan Transisi Demokrasi, cmm-ind_more.php?id = A4528_0 3 0_M, diakses pada tanggal 24 November
4 II. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, ternyata bukan hal yang mudah untuk memahami tentang istilah radikalisme. Sebab sebagai istilah yang cukup tua, radikalisme telah mengalami berbagai koreksi makna. Pemaknaannya sangat tergantung pada zaman yang senantiasa berubah-ubah. Terlepas dari semua perdebatan tentang makna istilah radikalisme, sebagaimana makna umum yang dipakai sekarang, penggunaan istilah radikalisme di sini berintikan pemikiran garis keras dalam suatu kelompok tertentu yang seringkali membuahkan aksi-aksi kekerasan dan terorisme. Parahnya lagi, sebagian kalangan atau sebagian masyarakat Indonesia menempatkan salah satu agama tertentu sebagai pihak yang tertuduh bahkan tidak segan-segan memberi sebuah gelar pada agama tertentu itu sebagai agama teroris ataupun agama kekerasan. Adanya stigma negatif semacam inilah yang di kemudian hari semakin berbuntut panjang dan menyebabkan umat agama tertentu di berbagai belahan dunia mendapatkan perlakuan yang tidak wajar sebagai akibat dari aksi kontra-radikalisme tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang ingin dimengerti dan dipahami oleh penyusun lebih lanjut. Hal-hal tersebut meliputi: 1. Hal-hal yang berkaitan dengan istilah radikalisme. Pembahasannya mencakup pada makna dari istilah radikalisme itu sendiri, lalu faktor-faktor yang menyebabkan radikalisme keagamaan mengalami peningkatan pada era reformasi. Kemudian, apakah penyusun serta masyarakat Indonesia telah memahami secara tepat dan relevan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme serta faktor-faktor yang melatarbelakangi radikalisme yang semakin fenomenal di negara Indonesia. 2. Ketika fenomena radikalisme dalam agama ini meningkat di era reformasi, maka ada dampak yang ditimbulkan olehnya. Dampak apa saja yang timbul terutama dampak yang mempengaruhi pola kehidupan keagaamaan masyarakat Indonesia saat ini? 3. Terkait dengan dua point yang telah disebutkan di atas, lalu bagaimana peran ilmu teologi dalam meninjau serta menghadapi fenomena radikalisme dalam agama yang meningkat di Indonesia, khususnya pada era reformasi yang masih terus bergulir hingga detik ini? 4
5 III. Judul Berdasarkan dari apa yang telah penyusun paparkan di atas, maka penyusun menetapkan judul skripsi sebagai berikut: FENOMENA RADIKALISME DALAM AGAMA KRISTEN-ISLAM DI INDONESIA PADA ERA REFORMASI (SEBUAH TINJAUAN TEOLOGIS) IV. Batasan Masalah Berdasarkan pada judul yang telah ditetapkan, maka penyusunan skripsi ini akan dibatasi pada: 1. Hal-hal yang berkaitan dengan fenomena radikalisme agama dari dua kelompok keagamaan di Indonesia. Kelompok keagamaan itu adalah umat beragama Kristen dan umat beragama Islam. Pembatasan ini dilakukan dengan alasan bahwa kedua kelompok keagamaan ini yaitu agama Kristen dan agama Islam seringkali terlibat dalam suatu konflik. Meski harus diakui bahwa tindakan radikalisme secara garis besar memang lebih banyak ditunjukan oleh kalangan Islam tertentu, yang mana tindakan radikalisme yang mereka lakukan berkaitan erat dengan masalah sosial, politik dan kepentingan kekuasaan yang saat ini tengah melanda negara Indonesia. Sementara radikalisme dalam Kristen berkaitan erat dengan suatu aliran tertentu dalam teologi. Namun, penyusun berpendapat bahwa tindakan radikalisme dalam Kekristenan memang tidak diperlihatkan sama seperti apa yang dilakukan oleh kalangan Islam tertentu. Hal itu didasari dengan keberadaan para penganut Kristen yang tergolong dalam kelompok minoritas membuat tindakan radikalisme agama yang dilakukan oleh kalangan Kristen tertentu tidak terekspos secara luas oleh masyarakat Indonesia. Contohnya: GBI Keluarga Allah, Solo yang memiliki semboyan Save the lost soul, at any cost! (selamatkan jiwa berapapun harganya) 9. 9 Lih. Rony Chandra Kristanto, Gereja Karismatik dan Bisnis Etnis Tionghoa: Studi Historis-Teologis Mengenai Relasi Gereja dan Bisnis di GBI Keluarga Allah Solo, Tahun , sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Theologiae pada Program Pasca Sarjana Teologi di UKDW, Jogjakarta,
6 2. Fokus pembahasan adalah pada Era Reformasi. Dengan memperhatikan situasi yang sedang berkembang di Indonesia, sangat jelas bahwa radikalisme dalam agama menampakkan peningkatan sejak era Reformasi bergulir di negara Indonesia. V. Tujuan Penyusunan Tujuan penyusunan sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami radikalisme secara utuh dan tepat. 2. Mengetahui dan mengidentifikasi berbagai faktor dan berbagai dampak yang timbul dan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia sebagai akibat dari radikalisme dalam agama yang meningkat dan yang semakin menjadi fenomena sejak masyarakat Indonesia memasuki era reformasi. 3. Memampukan penyusun beserta warga gereja untuk berperan secara aktif dalam melihat realitas yang sedang terjadi di negara Indonesia, akibat dari fenomena radikalisme dalam agama. Dalam hal ini, penyusun beserta warga gereja mampu untuk menemukan cara atau strategi untuk membendung fenomena radikalisme dalam agama yang muncul dan meningkat sejak era reformasi di negara Indonesia. VI. Metode Penyusunan 1. Proses penyusunan dilakukan melalui metode deskriptif-analitik. Berdasarkan dari berbagai data yang didapatkan, penyusun akan mendeskripsikan data-data tentang radikalisme untuk kemudian digunakan sebagai acuan untuk menganalisis sebabakibat dari radikalisme itu. 2. Proses penyusunan juga dilakukan melalui studi kepustakaan. Maksudnya, pemaparan dalam skripsi ini didapat melalui penelusuran pada sejumlah literatur buku. Jadi, penelusuran dilakukan melalui sejumlah buku atau literatur, melalui sejumlah artikel, majalah, serta bahan-bahan yang diperoleh dari perkuliahan maupun dari makalahmakalah hasil seminar atau diskusi serta hasil penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai pihak. 6
7 VII. Sistematika Penyusunan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi pemaparan dan pembahasan mengenai hal-hal yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, judul, batasan masalah, tujuan penyusunan, metode penyusunan, serta sistematika penyusunan. BAB II : ISTILAH RADIKALISME Bab ini berisi pemaparan dan pembahasan mengenai makna dari istilah radikalisme. Pemaparan itu diawali dengan penelusuran mengenai bagaimana umat beragama Kristen (Kekristenan) maupun umat beragama Islam memahami makna radikalisme berdasarkan sudut pandang masingmasing. Kemudian, diikuti dengan pemaparan beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab kemunculan radikalisme atau faktor yang menjadi pemicu kenapa di negara Indonesia saat ini, khususnya pada era reformasi, tindakan radikalisme dalam agama menjadi begitu fenomenalnya. BAB III :DAMPAK RADIKALISME TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DI INDONESIA Beragam makna radikalisme dan beragam pula faktor yang menyebabkan mengapa kelompok keagamaan tersebut memilih untuk menggunakan atau memakai tindakan radikal dalam memuluskan apa yang dicita-citakan telah membawa dampak yang tidak baik di berbagai segi kehidupan masyarakat Indonesia. Jadi, bab ini berisi pemaparan tentang berbagai dampak yang ditimbulkan oleh radikalisme dalam agama yang mengalami peningkatan di era reformasi. BAB IV : TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP FENOMENA RADIKALISME DALAM AGAMA Bab ini berisi pemaparan mengenai bagaimana ilmu teologi berperan aktif dalam menjawab realitas yang sedang atau tengah dihadapi oleh masyarakat Indonesia di era reformasi saat ini. Terlebih khusus, bagaimana peran gereja 7
8 untuk terlibat aktif dalam mengontrol dan mengawasi para anggota gereja dalam menghadapi fenomena radikalisme dalam agama. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penyusun. 8
BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemeluk agama Islam di Amerika Serikat merupakan percampuran dari beberapa kelompok etnis, bahasa, serta ideologi, baik penduduk asli Amerika Serikat, ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan
Lebih terperinciPENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar
Lebih terperinciCEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI
CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinci8.15 Pengamat Sosial -Prof Tajjudin Nur Effendi-
Sahabat MQ/ Tepat hari Jum at yang lalu bangsa Insdonesia dikehutkan oleh ledakan di dua hotel bertarap internasional JW. Marriot dan Ritz Carlton/ yang notabene kedua hotel itu pusatnya di AS// Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota Magelang dengan anggota jemaat awal sebesar 26 jiwa. Saat ini jumlah jemaat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam etnis, agama, dan kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak ternilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang
1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)
ISLAM DAN KEBANGSAAN Temuan Survey Nasional Jajat Burhanudin Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta 2007 METODOLOGI SURVEI Wilayah: Nasional Metode: multi-stage random sampling Jumlah
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat santri merupakan salah satu kelompok yang sangat penting dalam umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat pesantren,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciPERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1
PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Lebih terperinciUKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan
Lebih terperinciAssalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;
OPENING REMARKS by: H.E. Dr. Marzuki Alie Speaker of the Indonesian House of Representatives Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; Yang kami hormati, Para Delegasi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciDEMOKRASI DAN RADIKALISME
l i m e m o k r a t i s EMOKRASI AN RAIKALISME i g i t a AGAMA m o k r a t i s. c o m l Rumadi Edisi 009, Agustus 2011 1 emokrasi dan Radikalisme Agama Prof. John O Voll, guru besar sejarah di Georgetown
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA
TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA Nama : AGUNG NOLIANDHI PUTRA NIM : 11.11.5170 Kelompok : E Jurusan : 11 S1 TI 08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat Indonesia. Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan heterogenitas.
Lebih terperinciOleh Juwono Sudarsono
Oleh Juwono Sudarsono MALAPETAKA di Bali, yang merenggut lebih dari 180 jiwa pada 12 Oktober 2002, akhirnya menegaskan keberadaan kelompok teror di Indonesia yang terkait dengan terorisme internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.
Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperincimenjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Belakangan ini Indonesia sedang digemparkan dengan berita ledakan bom yang terjadi di Solo pada 18 Agustus lalu. Bom meledak di depan Pos Polisi Tugu Gladak, Solo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Modul ke: Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Reflekasi Islam Terhadap Globalisasi Era globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mengenai Hukum Waris. Adanya pemisahan penduduk dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara dengan beraneka ragam budaya dan suku tentunya memiliki beraneka ragam adat istiadat dan warisan yang sifatnya turun temurun. Banyaknya adat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa, ras, agama, yang berbeda-beda namun tetap dalam satu wadah yang sama, dalam suatu perbedaan yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Permasalahan Peristiwa penting dalam kehidupan politik 1 di Indonesia terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 2. Pergantian kepemimpinan nasional dalam era reformasi mengagendakan
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
1 TUGAS AKHIR PANCASILA PANCASILA [tidak lagi] SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Disusun oleh : NAMA : Mukti Anggoro NIM : 11.01.2993 KELOMPOK DOSEN : B (D3-TI) : Irton S.E, M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA SEMESTER
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Etika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah
Lebih terperinciRUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA
Modul ke: RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH PENGEMBANGAN KARAKTER Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pluralitas agama merupakan fenomena realitas sosial yang tidak dapat dielakan dalam kehidupan ini. Sehingga adanya pluralitas atau kemajemukan sebenarnya merupakan suatu
Lebih terperinciISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis
ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciSurvei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia
Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni
Lebih terperinciADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri
ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com NEO KHAWARIJ, MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME,
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciLEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian
Lebih terperinciI.1. PERMASALAHAN I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga
BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada dasarnya membuat rencana suatu kegiatan sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu
Lebih terperinci