Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Sleman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Sleman"

Transkripsi

1 Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: ISSN Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Sleman Shanti Emawati Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta, shanti_uns@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah rakyat di Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari dinas terkait serta wawancara dengan menggunakan kuesioner. Responden diambil secara purposive sampling. Analisis finansial untuk menilai profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah menggunakan kriteria investasi benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period (PPC). Hasil analisis finansial berdasarkan umur investasi 5 tahun dengan discount factor 12%/tahun pada saat ini menunjukkan nilai NPV = Rp ,00; BCR = 2,10; IRR = 41,79% dan PPC = 2,6 tahun. Usahatani sapi perah rakyat di Kabupaten Sleman secara finansial layak untuk dijalankan peternak. Kata kunci: sapi perah, usahatani, investasi, profitabilitas Profitability of Dairy Cattle Farm in Sleman District ABSTRACT The research was conducted to determine the profitability of investment on dairy cattle farm in Sleman District. Research was done from Juni to July 2009, located in Sleman District. Survey method was done to collect primary data at the farm level and secondary data from related institution and interview with questioner. Purposive sampling was applied to select farmers respondent. Criteria used to analyze profitability of investment were consisted of Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Payback Period (PPC). The result of analysis based on 5 years investment and 12% annual discount factor showed that the value of NPV = Rp. 15,710,080.00; BCR = 2.10; IRR = 41.79% and PPC = 2.6 years. Dairy cattle farm in Sleman District was financially feasible. Key words: dairy cattle, farm, investment, profitability 100

2 PENDAHULUAN Di Indonesia pada kurun waktu 5 tahun terakhir pertumbuhan populasi dan produksi susu masing-masing sebesar 7,45% dan 14,6%. Jawa Timur merupakan propinsi yang memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan dan produksi susu di Indonesia yaitu masing-masing sebesar 14,6% dan 24,3% (Soetanto, 2011). Permasalahan yang dihadapi dalam usaha sapi perah terbagi dalam tiga sektor hulu, tengah dan hilir. Di sector hulu permasalahannya anatra lain produktivitas rendah, bibit sapi perah kurang, biaya pakan tinggi, skala pemilikan rendah dan mutu SDM rendah. Problem di sektor tengah meliputi teknis budidaya dan system recording rendah, ketersediaan lahan untuk produksi pakan menurun, konversi lahan pertanian ke non pertanian, modal usaha dari perbankan masih rendah serta kerjasama lintas sektoral belum terpadu. Di sector hilir antara lain harga susu segar dan konsumen masih rendah serta harga jual pedet/sapi perah tidak stabil (Soetanto, 2011). Selama ini pemeliharaan sapi perah pada peternak rakyat masih bersifat sederhana, artinya peternak masih menggunakan teknologi yang sederhana dalam pemeliharaan sapi perah, dimana pengetahuan pemeliharaan sapi perah peternak masih didapat secara turuntemurun, dan merupakan usaha sambilan. Setiap usaha mengharapkan keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki peternak. Pemerintah telah mengupayakan pengembangan sapi perah dalam rangka untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Upaya tersebut antara lain pemberian kredit sapi perah melalui koperasi dan pemasaran susu diatur melalui industri pengolahan susu (IPS) sejak tahun (Gayatri et al., 2005), namun kebijakan sistem perkoperasian sapi perah oleh pemerintah belum menyejahterakan peternak karena kurang memperhatikan strategi manajemen produksi. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan utama yang perlu dipecahkan adalah bagaimana koperasi sapi perah dalam jangka pendek dapat meningkatkan pendapatan peternak sapi perah. Peningkatan pendapatan peternak erat kaitannya dengan biaya produksi dan manajemen usaha. Hasil produksi perusahaan sapi perah merupakan hasil gabungan dari berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi susu. Produksi susu akan optimal apabila penggunaan faktorfaktor produksi dapat dialokasikan secara efisien dengan mengunakan input-input produksi secara optimum. Efisiensi dimaksudkan agar daya guna input produksi rata-rata maksimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum pula. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis finansial untuk menilai profitabilitas usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah rakyat di Kabupaten Sleman. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2009 dengan lokasi di Kabupaten Sleman. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja, dengan lokasi contoh penelitian di Koperasi UPP Kaliurang dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut terdapat beberapa kelompok tani ternak yang tergabung dalam Koperasi UPP Kaliurang, Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari dinas terkait dengan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pemilihan secara purposive berarti sampel dipilih dan ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2006). Profitabilitas Usahatani Sapi Perah...(Emawati) 101

3 Analisis Data Analisis kriteria kelayakan (Becker et al., 2007) 1. Benefit cost ratio (BCR). Rumus yang digunakan : Discounted gross benefit BCR = Discounted total cost (Gittinger, 1986) Suatu usaha apabila nilai net B/C ratio > 1, maka usaha layak dijalankan, sedangkan untuk nilai net B/C ratio < 1, maka proyek tidak layak dijalankan (Prawirokusumo, 1990). 2. Net present value (NPV). Rumus yang digunakan : NPV= n Bt Ct ( 1 i) t= 1 + Keterangan : B t = Benefit / keuntungan kotor yang diperoleh pada tahun t C t = Cost / biaya yang dikeluarkan pada tahun t i = tingkat diskonto n = umur ekonomi proyek (tahun) Suatu proyek apabila nilai NPV > 0, maka proyek tersebut layak dijalankan. Jika NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Jika NPV < 0, proyek supaya ditolak artinya adanya penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek (Kadariah et al., 1999). 3. Internal rate of return (IRR). Rumus yang digunakan : NPV IRR = i + X (i - i ) NPV + NPV t (Soekartawi, 2006) Keterangan : NPV = NPV yang positif NPV = NPV yang negatif i = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif Suatu usaha apabila nilai IRR > social discount rate, maka usaha tersebut akan layak dan apabila nilai IRR < social discount rate, maka proyek tersebut tidak akan layak (Pudjosumartono, 1995). 4. Payback period. Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah : Investasi Rerata net benefit tiap tahun Batasan Operasional (Choliq et al., 1999) 1. Peternak yang diambil sebagai responden adalah petani peternak sapi perah yang berlokasi di Kabupaten Sleman yang memiliki ternak sapi perah minimal 1 ekor sapi laktasi dan telah dipelihara minimal selama 1 tahun 2. Perhitungan analisis finansial ditetapkan dalam jangka waktu selama 5 tahun dengan menggunakan dasar perhitungan proyeksi dari datadata penelitian 3. Perhitungan analisis kelayakan usaha dilakukan dengan penggunaan tingkat bunga (discount rate) 12% sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku pada usahatani ternak tersebut. 4. Nilai yang dimasukkan dalam cash flow hanya merupakan nilai tunai yang ada 5. Tenaga kerja keluarga adalah anggota keluarga yang turut mengelola usaha sapi perah dan tidak dimasukkan dalam perhitungan 102 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

4 analisis, sehingga pendapatan termasuk opportunity cost dari tenaga kerja keluarga 6. Upah tenaga kerja luar keluarga/sewa dihitung berdasarkan tingkat upah yang berlaku di lokasi penelitian 7. Produksi susu dihitung dari produksi harian kemudian dikonversikan dalam produksi selama satu masa laktasi menurut dasar perhitungan Yapp dan Nevens (1955) cit Pudiarifinanto (2006) 8. Penghitungan satuan ternak dari satuan ekor ke unit ternak menurut Brown (1979) cit Pudiarifinanto (2006) adalah sebagai berikut : a). satu ekor sapi perah betina laktasi yang telah dikawinkan (laktasi/tidak laktasi) dihitung I UT, b). satu ekor sapi perah jantan dewasa berumur 2 tahun dan sudah pernah kawin dihitung 1 UT, c). sapi perah muda atau umur 2 tahun atau lebih dihitung 1 UT, d). sapi perah muda umur 1 tahun hingga 2 tahun dihitung 2/3 UT dan e). sapi perah umur kurang dari 1 tahun dihitung 1/3 UT. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Peternak Umur Peternak Umur peternak sapi perah di lokasi penelitian berkisar antara tahun dengan rata-rata 51 tahun. Umur peternak digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu petani taruna yang berusia antara tahun, petani muda yang berusia antara tahun dan petani dewasa yang berusia diatas 45 tahun (Soegiharto, 2004). Berdasarkan penelitian bahwa 86,67 % peternak berusia di atas 45 tahun. Menurut Soegiharto (2004), sektor pertanian menunjukkan tren aging agriculture, yaitu suatu kondisi dimana tenaga kerja yang berada di pertanian adalah tenaga kerja berusia lanjut. Peternak menjadikan ternak sapi sebagai salah satu dari sumber penghidupan dan merupakan komponen dari sistem usahataninya. Sebagian menjadikan ternak sapi sebagai tabungan yang bisa diuangkan sewaktu-waktu, namun ada yang menjadikan ternaknya sebagai salah satu sumber pendapatan yang mendukung perekonomian rumah tangganya. Sifat-sifat usaha yang demikian menyebabkan produktivitas ternak potong tidak dapat berproduksi optimal. Tingkat pendidikan peternak Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa peternak sebagian besar berpendidikan cukup rendah karena 63,33% mengenyam pendidikan sekolah dasar. Tingkat pendidikan peternak tersebut berpengaruh terhadap manajemen peternakan yang dilakukan. Pendidikan peternak menggambarkan kemampuan mengelola ternak sapi. Menurut Mosher (1987), tingkat pendidikan memiliki peran penting dalam memahami penggunaan teknologi untuk dapat meningkatkan produktivitas usaha pertanian karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah memahami dan menerapkan teknologi baru. Pendidikan dipandang tidak hanya meningkatkan keahlian dan ketrampilan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan menambah pengetahuan sumber daya manusia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas (Sutawi, 2007). Pekerjaan peternak Penduduk di Kabupaten Sleman memiliki jenis pekerjaan beranekaragam. Menurut Sukamdi dan Muntiyah (1997) mengemukakan bahwa di pedesaan masih banyak anggota rumah tangga yang bekerja lebih dari satu jenis pekerjaan artinya mereka mempunyai pekerjaan pokok dan sampingan. Pekerjaan pokok atau pekerjaan utama merupakan mata pencaharian yang membutuhkan waktu curahan kerja yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan pekerjaan sampingan (Yoga, 2007). Pekerjaan pokok masyarakat sebagian besar adalah peternak sebesar 70%. Peternak mengusahakan sapi perah untuk membantu Profitabilitas Usahatani Sapi Perah...(Emawati) 103

5 menambah penghasilan keluarga sehingga dapat meningkatkan taraf hidup peternak. Aspek Teknis Sapi Perah Kandang, pakan dan manajemen pemeliharaan Pada umumnya sapi-sapi dipelihara secara intensif yaitu dikandangkan sepanjang hari dengan disediakan pakan yang cukup. Kandang merupakan bagian penting dalam usaha sapi perah. Kandang yang dibangun oleh peternak sapi sangat variatif, mulai dengan yang sangat sederhana, bahan kandang terbuat dari bambu dan kayu sebagai kerangkanya, hingga kandang yang terbuat dari bahan bangunan permanen berdinding batako, namun pada prinsipnya bentuk bangunan kandang hampir sama, didalamnya terdapat tempat pakan pada bagian depan, tempat menyimpan pakan pada bagian sampingnya atau pada bagian atas kandang. Kandang induk dan dara dibangun menjadi satu, tetapi kandang pedet dipisah dari kandang induknya. Biaya pembuatan kandang bervariasi mulai dari Rp ,00 - Rp ,00, tergantung pada kemampuan peternak dan rencana usahanya yang terkait dengan modal. Kapasitas tampung untuk masing-masing kandang umumnya hampir sama yaitu antara 2 6 ekor ternak dewasa. Sebagian besar ruang pada setiap kandang digunakan sebagai tempat menyimpan pakan, tempat menampung kotoran dan sisa pakan untuk pupuk kandang, sedangkan untuk ternaknya sendiri umumnya hanya menempati ruang sekitar sepertiga bagian kandang. Setiap peternak mencari pakan 1 2 kali perhari. Pada pagi dan sore hari peternak umumnya datang ke kandang masing-masing untuk memberikan pakan dan melakukan perawatan lainnya, termasuk mendeteksi birahi. Peternak dalam memberikan pakan, harus mengambil hijauan dari tempat mereka menanamnya. Hijauan berupa rumput Gajah, Kolonjono, Setaria dan rumput Lapangan. Pada musim kemarau, peternak mengganti pakan hijauan dengan limbah pertanian yang dibeli berupa jerami padi atau tebon. Selain itu ternakternak sapi juga diberikan konsentrat berupa dedak, bekatul, dan konsentrat buatan pabrik yang dibeli di kios-kios sapronak seharga Rp ,00-Rp ,00/sak (50 kg). Pakan yang diberikan pada ternak sapi cukup bervariasi. Pengetahuan tentang pakan diperoleh peternak dari berbagai sumber seperti petugas dari instansi pemerintahan yang pernah memberikan layanan penyuluhan dan adanya proyekproyek bantuan modal ternak yang memberikan informasi tentang pemberian pakan ternak, sehingga hampir sebagian ternak diberi konsentrat, namun demikian pemberian pakan tambahan yang dibeli tergantung pada modal yang mereka miliki. Dilihat dari syarat pemberian pakan, pemberian pakan ternak tidak mempertimbangkan kebutuhan ternak baik secara kualitas maupun kuantitas meskipun mereka juga memberi pakan tambahan berupa konsentrat. Pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan. Kegiatan pemerahan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari sekitar jam dan siang hari sekitar jam Produksi susu yang dihasilkan peternak disetorkan ke koperasi melalui kelompok peternak dan selanjutnya dipasarkan ke Industri Pengolahan Susus (IPS) yaitu PT. Sari Husada. Pengawasan kesehatan ternak sangat diperlukan agar tidak merugikan peternak. Petenak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali atau setahun sekali. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 3.000,00 Rp 5.000,00 per peternak. Demikian pula untuk pemeriksaan kebuntingan induk, dilakukan secara berkala. Calving interval dan service per conception (S/C) Calving interval merupakan ukuran kemampuan ternak untuk memberikan hasil berupa pedet. Sapi perah milik peternak rata-rata memiliki jarak beranak (calving 104 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

6 interval) 15 bulan, dengan rentang antara 14 bulan sampai 20 bulan. Tingginya calving interval tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang baiknya peternak dalam mendeteksi birahi karena jarak rumah peternak dengan lokasi kandang tidak berdekatan. Selain itu, kemungkinan waktu dikawinkan setelah beranak cukup lama. S/C adalah jumlah perkawinan per kebuntingan. S/C merupakan salah satu komponen biaya dalam usaha sapi perah. Semakin kecil S/C maka biaya semakin besar. S/C pada sapi perah milik anggota koperasi susu Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Kaliurang di Kabupaten Sleman adalah 3. Umumnya peternak mengawinkan sapinya dengan cara IB. Keterlambatan penanganan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dalam IB, sehingga untuk menghasilkan kebuntingan 1 ekor induk harus melakukan IB lebih dari 3 kali. Hal tersebut mengakibatkan S/C menjadi tinggi. Oleh karena itu diperlukan peran serta instansi terkait untuk memberikan penyuluhan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak dengan cara memperpendek calving interval dan S/C. Betina induk umumnya dapat menghasilkan pedet hingga tujuh kali, kemudian peternak akan melakukan replacement. Berdasarkan kondisi biologis tentunya seekor induk memiliki kemampuan berproduksi yang ada batasnya (optimalnya), setelah itu produktivitas akan menurun sejalan dengan umur ternak, bagi peternak yang memiliki induk sapi yang baik, terkadang enggan untuk menjual ternaknya cepat-cepat, karena masih ingin memperoleh produksi susu dan hasil pedet yang baik. Koefisien Teknis Sapi Perah Koefisien teknis Koefisien teknis calving interval dan umur penjualan pedet akan berpengaruh pada penerimaan dan biaya produksi (Suzuki et al., 2006). Koefisien teknis usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 1. Profitabilitas Usahatani Sapi Perah Profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah Analisis investasi usahatani pada penelitian ini menggunakan umur investasi 5 tahun. Pada penelitian ini, peternak memelihara induk berkisar antara 2,5 sampai 9 tahun. Lama waktu memelihara induk tergantung kepada kondisi ternak dan kepentingan sosial peternak. Hal ini berarti apabila peternak membutuhkan uang tunai, peternak yang tidak memiliki pedet atau ternak jantan lainnya akan menjual induk miliknya, namun ada juga peternak yang tetap mempertahankan induk miliknya karena memiliki produktivitas yang dirasa cukup baik. Biasanya ternak dijual untuk keperluan biaya sekolah, biaya pengobatan dan biaya untuk acara keluarga. Diasumsikan umur produktif induk 5 tahun adalah berdasarkan pengalaman peternak untuk induk-induk berkualitas baik dapat mereka pelihara hingga lebih kurang 9 tahun. Berdasarkan kemampuan biologis ternak sapi bahwa seekor sapi betina ratarata memiliki umur afkir kurang lebih 10 tahun (Soekardono, 2006). Analisis cash flow Analisis cash flow memperhitungkan nilai aliran penerimaan uang tunai dan nontunai yang dinilai uangkan dengan opportunity cost (input cash flow) serta aliran biaya yang semua dinilai uangkan (outflow cash flow). Berdasarkan hasil penelitian, nilai cumulatif net cash flow untuk sapi perah cukup tinggi. Hal ini disebabkan tingginya nilai penjualan susu dan sapi perah sehingga menghasilkan keuntungan. Semakin besar nilai cumulatif net cash flow yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani sapi perah yang dijalankan peternak mendapatkan keuntungan. Tetapi perhitungan tersebut belum dapat digunakan Profitabilitas Usahatani Sapi Perah...(Emawati) 105

7 Tabel 1. Koefisien teknis usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman di Kabupaten Sleman Koefisien teknis Calving interval Umur penjualan pedet Sumber : Data primer terolah, Sapi perah 15 bulan 3 bulan sebagai indikator kelayakan usaha karena belum di discount factor. Hasil tersebut hanya menunjukkan bahwa pada periode pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil yang positif. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis investasi yang memperhitungkan nilai uang di masa mendatang dengan menggunakan discount factor. Analisis finansial untuk menilai profitabilitas Analisis finansial untuk menilai profitabilitas usahatani sapi perah sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat mendatangkan keuntungan atau tidak bagi peternak (Pierre et al., 2000). Untuk mengetahui kelayakan usaha digunakan tiga kriteria uji kelayakan yaitu NPV, IRR dan BCR dengan menggunakan discount rate 12% dan jangka waktu investasi 5 tahun. Besarnya nilai kriteria finansial usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Tabel 2. Usahatani sapi perah layak dijalankan karena NPV bernilai positif, BCR>1 dan IRR>discount factor. Kriteria NPV. Analisis NPV penting dilakukan karena sejumlah uang tertentu pada saat sekarang mempunyai nilai berbeda dimasa mendatang. NPV merupakan seluruh angka net cash flow yang digandakan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan (Soekartawi, 2006). Suatu usahatani layak untuk dijalankan apabila NPV bernilai positif. Penelitian ini menggunakan discount factor 12% berdasarkan tingkat bunga bank yang berlaku saat penelitian. Nilai NPV usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp ,00/5 tahun. Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh peternak cukup besar yaitu sebesar Rp ,00/tahun untuk pemeliharaan sapi perah. Kriteria BCR. BCR merupakan perbandingan antara hasil antara hasil yang dipresent-valuekan dengan biaya modal sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya suatu investasi yang dijalankan. Suatu usahatani pembibitan sapi potong layak dijalankan apabila nilai BCR > 1 (Kadariah et al., 1999). Berdasarkan hasil penelitian, nilai BCR pada usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman bernilai lebih dari satu yang nilainya 2,10. Hal ini berarti usahatani sapi perah layak dijalankan karena penerimaan yang diperoleh peternak lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Kriteria IRR. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi karena benefit bersih yang positif ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat bunga yang sama selama sisa umur proyek (Soekartawi, 2006). Suatu usahatani sapi perah layak dijalankan apabila nilai IRR lebih besar dari 12% yaitu tingkat bunga (discount rate) yang berlaku saat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman memiliki nilai IRR lebih besar dari 12% yaitu sebesar 41,79%. Hal ini berarti peternak mampu mengembalikan investasi yang ditanamkan. Payback period. Payback period menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. Apabila payback period tersebut lebih pendek dari 106 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

8 Tabel 2. Kriteria finansial atas investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak di Kabupaten Sleman Kriteria finansial NPV BCR IRR Payback period Sumber : Data primer terolah, 2009 Nilai kriteria finansial Rp ,00 2,10 41,79% 2,6 tahun umur investasi, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005). Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa nilai payback period pada usahatani sapi perah pada kondisi peternak anggota koperasi UPP Kaliurang di Kabupaten Sleman yaitu sebesar 2,6 tahun. Hal ini berarti dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun dapat mengembalikan investasi sehingga usahatani sapi perah layak dijalankan karena cepat mengembalikan investasi. Menurut Cholig (1999), semakin cepat waktu pengembalian maka semakin baik untuk diusahakan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil profitabilitas atas investasi usahatani sapi perah pada kondisi peternak di Kabupaten Sleman dengan menggunakan umur investasi 5 tahun, discount factor 12% memiliki nilai NPV = Rp ,00, IRR = 41,79%, BCR = 2,10 dan payback period = 2,6 tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman layak diusahakan oleh peternak. DAFTAR PUSTAKA Becker, K.M., R.L. Parsons, J. Kolodinsky, G.N. Matirut A cost and returns evaluation of alternative dairy products to determine capital investment and operational feasibility of a small-scale dairy processing facility. J.Dairy Sci. 90: Choliq, A., H.R.A.Wirasasmita dan S. Hasan Evaluasi Proyek, Suatu Pengantar. Pioner Jaya. Bandung. Firman, A Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung. Gayatri, S., A. Setiadi, Isbandi dan K. Budiraharjo Analisis Ekonomi Pemberian Kredit Sapi terhadap Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Semarang. Gittinger, J.P Economic Analysis of Agricultural Projects. UI-Press. Jakarta. Husnan, S. dan Suwarsono Studi Kelayakan Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Pudiarifinanto, M.R Analisis Finansial Usahatani Ternak Sapi Perah berdasarkan Pola Usaha di Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. St-Pierre, N.R., D. Shoemaker, L.R. Jones. A case study to illustrate analysis of alternative farm investment in fixed assets J. Dairy Sci. 83 (5), pp Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Cetakan 9. CV Alfabeta. Bandung. Susieni, A Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan 2. Penerbit Andi. Yogyakarta. Soekartawi Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Profitabilitas Usahatani Sapi Perah...(Emawati) 107

9 Soetanto, H Analisis SWOT : Agribisnis Sapi Perah. Makalah Seminar Indo- Livestock Expo. Surabaya. Suzuki, K., M. Kanameda, T. Ogawa, T.T.D. Nguyen, T.T.S. Dang, Q.H. Luu, D.U. Pfeiffer Productivity and socioeconomic profile of dairy cattle farmers amongst rural smallholder communities in northern Vietnam. Livestock Science 101 : Yusdja, Y Kebijakan Ekonomi Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3 no 3. Pusat Analisis dan Kebijakan Pertanian, Bogor Velasco, J.T., J.A. Ordonez, L.C. Bustillo. Economic sensitivity of a dual-purpose cattle systems due to the variation in average herd reproductive performance. Revista Cientifica de la Facultad de Ciencias Veterinarias de la Universidad del Zulia 10 (1), pp Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman INTISARI

Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman INTISARI Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Ayu Intan Sari 2) 1) 2) Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 6 (2), September 2008: 22-30 ISSN 1693-8828 Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Rini Widiati 2) dan I Gede Suparta

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 5 (1), Maret 2007: 16-22 Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman S. Emawati Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 5 (2), September 2007: 6-11 ISSN 1693-8828 Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman S. Emawati Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA KERAJINAN KALIGRAFI KULIT KAMBING DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS FINANSIAL USAHA KERAJINAN KALIGRAFI KULIT KAMBING DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 77 89 ISSN : 1829-9946 ANALISIS FINANSIAL USAHA KERAJINAN KALIGRAFI KULIT KAMBING DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO Shanti Emawati 1), Endang Siti Rahayu 2),

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Sains Peternakan Vol. 14 (1), Maret 2016: 13-20 ISSN 1693-8828 ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

ANALISIS COST-BENEFIT

ANALISIS COST-BENEFIT ANALISIS COST-BENEFIT USAHA RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PADA PROGRAM SAPI BERGULIR DI DESA ARJANGKA, KECAMATAN PRINGGARATA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH) Juwita

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Potency Analysis of Feeders Beef Cattle at Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) SUMADI, WARTOMO HARDJOSUBROTO dan NONO NGADIYONO Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)

ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung) ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS THE DAIRY FARMING RECEPIENTS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta Sains Peternakan Vol. 7 No 2 (2009): 73-79 ISSN 1693-8828 Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta Sundari, A. S. Rejeki dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Peternakan ernakan Tropika

Peternakan ernakan Tropika e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan ernakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN

Lebih terperinci

Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri

Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG MELALUI BANTUAN SOSIAL TERNAK DI KABUPATEN GORONTALO ABSTRAK Melinda Al Masyhur, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA ANALISIS EKONOMI PEMBERIAN KREDIT SAPI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Economic Analysis on Dairy Cattle Scheme of Farmers in Pakem Sub-

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul) Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: 1-8 ISSN 1693-8828 Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) Roni Johannes Sinaga *), Dr. Ir. Salmiah, MS **), Ir. M. Jufri,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) RINGKASAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) RINGKASAN ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) I. G. P. BAGUS SUASTINA 1 DAN I. G. NGURAH KAYANA 2 1. Jurusan Ekonomi Umum, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram, Lombok,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP (Income analysis of beef and racing cattle farmers in Sapudi Island Regency of Sumenep) Riszqina 1),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA PROJECT OF CATTLE SHARING SYSTEM AS A MEANS FOR COMMUNITY DEVELOPMENT IN

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. perah oleh Drh. Daud Suroto dengan nama Koperasi Sarono Makmur.Koperasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. perah oleh Drh. Daud Suroto dengan nama Koperasi Sarono Makmur.Koperasi 33 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Koperasi Sarono Makmur 1. Sejarah berdirinya Koperasi Sarono Makmur Dengan banyaknya peternak yang ingin bergabung dan membentuk kelompok, maka untuk meningkatkan sinergi

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 201, p -0 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMANFAATAN LIMBAH DARI KOTORAN SAPI UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMANFAATAN LIMBAH DARI KOTORAN SAPI UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMANFAATAN LIMBAH DARI KOTORAN SAPI UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS (Studi Kasus: Peternakan Sapi Pondok Pesantren Khairul Ummah, Air Molek, Indragiri Hulu) ANALYZE FEASIBILITY

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU J. Agroland 22 (2) : 70-75, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Analysis of Financial

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) 1 KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) SUCIANI, I G.N. KAYANA, I W. SUKANATA, DAN I W. BUDIARTHA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Studi Kasus di II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan) Ista Yuliati 1, Zaenal Fanani 2 dan Budi Hartono 2 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga 58 Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga No Asumsi Volume Satuan 1 Dara bunting 4 bulan 4 Ekor 2 Bangunan Kandang Sapi 115,4 m2 3 Gudang Pakan 72 m2 4 Lahan 210 m2 5 Lahan kebun rumput

Lebih terperinci

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII Faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Dia harus tahu bagaimana dan bila menanam modal untuk usaha peternakannya serta dia harus dapat

Lebih terperinci

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa Kelayakan Usaha BAB V KELAYAKAN USAHA Proses pengambilan keputusan dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha sapi potong dapat dilakukan melalui analisis input-output. Usaha pemeliharaan sapi potong

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR EFISIENSI EKONOMI USAHA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR (ECONOMIC EFFICIENCY OF DAIRY CATTLE FARMING IN LIVESTOCK BUSINESS AREA PAMIJAHAN DISTRIC, BOGOR

Lebih terperinci

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province. JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 ANALISIS USAHA KERAMBA JARING APUNG, PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGANNYA DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Business analysis floating

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci