Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri"

Transkripsi

1

2 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG MELALUI BANTUAN SOSIAL TERNAK DI KABUPATEN GORONTALO ABSTRAK Melinda Al Masyhur, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial ternak di Kabupaten Gorontalo ditinjau dari aspek peningkatan populasi dan pendapatan peternak dan untuk mengetahui analisis kelayakan finansial usaha sapi potong melalui program bantuan sosial ternak di Kabupaten Gorontalo. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara langsung dan kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui peningkatan populasi tenak dan peningkatan pendapatan. Selain itu digunakan metode discount cash flow yang meliputi BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa program pengembangan sapi potong melalui Bantuan Sosial telah berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan populasi ternak sebesar 17,31% dan pendapatan Rp untuk Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan. Kelompok Angin Segar, Karya Bersama, dan Karya Baru sejumlah 15,38% dan pendapatan Rp , Kelompok Mawar (13,7% dan pendapatan Rp ), Mohuyula (3,83% dan pendapatan Rp ) dan terendah populasinya pada Kelompok Agro Jaya (1,92% dengan pendapatan Rp ). Analisa kelayakan finansial selama 5 tahun diperoleh nilai BCR > 1, Nilai NPV>0 pada DF % dan Nilai IRR > DF, maka program bantuan sosial di Kabupaten Gorontalo layak untuk dilanjutkan. Kata kunci : Evaluasi Program, Sapi potong, Bantuan Sosial, Kelayakan usaha

3 EVALUATION OF BEEF CATTLE DEVELOPMENT PROGRAM THROUGH SOCIAL ASSISTANCE LIVESTOCK IN GORONTALO REGENCY ABSTRACT This study aims to assess the success of development programs through social assistance beef cattle in Gorontalo regency review of aspects of the increasing livestock population and increasing income of farmers and to know the financial feasibility analysis of beef cattle business through social assistance programs cattle in Gorontalo regency. Collecting data in this study using interviews and questionnaires. The data were then analyzed with descriptive analysis to determine the increase in livestock population and increase revenue. Also used the discounted cash flow method which includes the BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return). The results showed that beef cattle development program through the Social Assistance has been going well. It is characterized by an increase in livestock population of 17.31% and a revenue of Rp 262,500 for harapan Group and tiga berlian Group. Angin segar Group, karya bersama group, and karya baru group to 15.38% and revenue of Rp , mawar group (13.7% and revenue of Rp ), Mohuyula group (3.83% and revenue of Rp ) and the lowest population Agrojaya Group (1.92% and revenue of Rp ). Financial feasibility analysis for five years of the obtained value BCR> 1, NPV> 0 at DF % and IRR> DF, and then the social assistance program in Gorontalo regency to continued. Keywords: Evaluation Program, Beef cattle, Social assistance, Feasibility study

4 Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri.protein asal ternak ini memliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari manusia. Sub sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu terus diupayakan pengembangannya guna memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan nasional. Pembangunan peternakan dihadapkan pada sejumlah tantangan baik dari dalam negeri maupun secara global.dinamika lingkungan dalam negeri berkaitan dengan dinamika permintaan produk peternakan, penyediaan bibit ternak, kualitas bibit, terjadinya berbagai wabah penyakit ternak yang sangat merugikan, serta tuntutan perubahan manajemen pembangunan sejalan dengan pelaksanaan otonami daerah dan partisipasi masyarakat. Sub sektor peternakan diharapkan sebagai sektor pertumbuhan baru, baik dalam bidang pertanian maupun pertumbuhan ekonomi nasional. Cukup signifikannya sumbangan sub sektor peternakan anatara lain disebabkan oleh jumlah populasi ternak yang besar, pemilikannya yang sangat luas dan peranannya yang multiguna. Komoditi peternakan yang dikenal sebagai komoditi yang memiliki banyak manfaat. Produk utama ternak (daging, telur, dan susu) merupakan sumber bahan pangan yang bergizi tinggi dan dikonsumsi anggota rumah tangga. Ternak berperan penting dalam program ketahanan pangan rumah tangga petani, terutama bagi petani ternak di pedesaan.sebagian ternak juga menghasilkan tenaga yang dapat digunakan dalam mengolah lahan pertanian.ternak juga berperan sebagai sumber uang tunai, sebagai sumber pendapatan dan sebagai salah satu bentuk investasi (tabungan hidup) yang dapat diuangkan sewaktu dibutuhkan. Kemajuan dalam sub sektor peternakan tidak hanya ditunjang oleh peternak itu sendiri, tetapi juga komponen-komponen pendukung penyebaran informasi mengenai peternakan itu sendiri seperti media informasi yang diperoleh untuk menunjang kemajuan sub sektor peternakan. Salah satu sub sektor peternakan unggulan dalam bidang peternakan adalah peternakan sapi potong. Sapi potong merupakan komoditas ternak yang potensial dikembangkan di Indonesia. Alasan utama pengembangan ternak sapi potong adalah kondisi lahan yang cukup luas serta ketersediaan hijauan ternak dan limbah pertanian yang cukup melimpah sepanjang tahun bagi kebutuhan ternak.jenis sapi potong yang umumnya dipelihara adalah sapi Bali yang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, konversi pakan dan daya tahan terhadap penyakit baik, dan fertilitas yang baik sekali, serta dapat digunakan sebagai ternak kerja. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia sapi lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang baik dan dibudidayakan lama sekali di Indonesia sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Memelihara sapi potong sangat menguntungkan karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Semua organ tubuh sapi juga dapat dimanfaatkan antara lain kulit, tulang dan tanduk.

5 Produktivitas ternak sapi potong sebagai salah satu sumber daging belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dikarenakan jumlahnya masih rendah.faktor yang menyebabkan produksi daging masih rendah adalah rendahnya populasi ternak sapi dan tingkat produksi sapi.rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah.pada umumnya, selama ini sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas.tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat banyak kelemahan. Di Kabupaten Gorontalo, usaha peternakan masih dikelola secara tradisional dan bertumpu pada usaha peternakan rakyat. Salah satu kelemahannya adalah kurangnya modal dalam usaha pengembangan sapi potong.untuk mengatasi masalah itu, pemerintah Kabupaten Gorontalo melaksanakan program pengembangan sapi potong di daerahnya dengan melalui bantuan sosial sapi potong. Bantuan sosial ternak sapi ini adalah salah satu upaya mendukung program percepatan swasembada daging sapi 201, salah satunya adalah dengan mengembangkan populasi ternak sapi yang ada di Kab.Gorontalo. Bantuan sosial ternak sapi yang diperuntukan kepada petani peternak adalah program pencanangan dari kementrian pertanian dalam rangka memacu peningkatan populasi, produktivitas dan produksi ternak. Keberhasilan dari program ini merupakan upaya untuk perbaikan program di masa mendatang dan untuk mencapai tujuan dari diadakannya program ini yakni meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, serta pendapatan usaha peternakan.akan tetapi, program tersebut sejauh ini belum dilaksanakan evaluasi secara menyuluruh oleh pemerintah daerah, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan program bantuan ternak di Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial ternak di Kabupaten Gorontalo ditinjau dari aspek peningkatan populasi dan pendapatan peternak, dan untuk mengetahui analisis kelayakan finansial usaha sapi potong melalui program bantuan sosial ternak di Kabupaten Gorontalo. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2013 berlokasi di Kabupaten Gorontalo.Penilitian ini dilakukan dengan metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk memberikan gambaran dan perkembangan dari suatu obyek yang diteliti. Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak penerima bantuan sosial sapi potong jenis sapi Bali yang ada di Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 80 orang terbagi dalam 8 kelompok kemudian diambil sampel secara Proporsional sampling yaitu sebesar % dari kelompok dan selanjutnya pengambilan responden dilakukan secara acak. Disajikan dalam Tabel 1 berikut.

6 Tabel 1. Jumlah Responden yang dijadikan sampel No Nama Kelompok Jumlah Anggota (Orang) Proporsional (%) 1. Kelompok Tiga Berlian 2. Kelompok Mawar 3. Kelompok harapan. Kelompok Angin segar 5. Kelompok Mohuyula 6. Kelompok karya baru 7. Karya Bersama 8. Agro Jaya Total Responden Sumber: Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo Responden (Orang) Data yang diambil meliputi data primer dan sekunder. Data primer atau studi lapangan diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden penerima bantuan ternak. Wawancara dilakukan dengan cara Tanya jawab secara langsung tentang informasi kepada responden yang terpercaya. Selain wawancara data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner.kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana responden dapat memilih sejumlah jawaban yang telah disediakan dan memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan. Teknik Analisis Data Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu suatu metode penganalisaan data dimana data dikumpulkan dan disusun.analisa deskriptif hanya menggambarkan dan menegaskan suatu konsep atau gejala.analisis ini dilakukan untuk menggambaran tujuan dari penelitian yaitu peningkatan populasi ternak dan pendapatan peternak. Untuk menganalisa kelayakan finansial menggunakan metode discount cash flow yang meliputi : a) BCR ( Benefit Cost Ratio ), dapat dihitung dengan cara : n n BCR = NBC ( 1 i) ( positif ) i 1 n n NBC (1 i) ( negatif ) i 1 Dimana : NBC = Net Benefit Cost i = discount factor n = lama (tahun) Apabila nilai BCR>1 berarti rencana usaha tersebut layak untuk dilanjutkan(go), sebaliknya apabila nilai BCR<1 maka usaha tersebut berarti tidak layak(no go), dan apabila nilai BCR=1 berarti arus kas proyek dalam keadaan impas (break even) dimana total cost sama nilainya dengan total benefit. b) NPV (Net Present Value), dihitung dengan cara : n NPV = NBi( 1 i) i 1 n

7 Dimana : NB = Net Benefit = benefit-cost i = discount factor n = lama (tahun) Apabila nilai NPV > 0 berarti rencana usaha tersebut layak untuk dilanjutkan (go), sebaliknya apabila nilai NPV<0 maka usaha tersebut berarti tidak layak (no go), dan apabila nilai NPV = 0 berarti arus kas proyek dalam keadaan impas (break even) dimana jumlah penerimaan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran. c) IRR (Internal Rate of Return), dihitung dengan cara : NPV ( NPV NPV 1 IRR = i1 ( i2 i1 ) 1 Dimana : i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1 i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2 NPV1 = NPV bernilai positif mendekati nilai 0 (nol) NPV2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai 0 (nol) 2 Apabila nilai IRR<SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial. Sebaliknya apabila nilai IRR>SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial. Dan apabila nilai IRR=SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut dalam keadaan break even point. Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel penelitian ini adalah : a. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi yang termasuk dalam penelitian ini adalah sapi potong jenis sapi Bali. b. Sapi Bali adalah sapi domestikasi dari banteng yang berwarna merah bata, terdapat warna putih pada keempat kakinya, mulai dari lutut sampai ke bawah, belakang pelvis dengan batas yang tampak jelas dan berbentuk setengah bulan, ujung ekor berwarna hitam. c. Bantuan sosial merupakan program yang didanai oleh pemerintah dalam APBD dan APBN yang disalurkan kepada peternak dalam kelompokkelompok peternak yang bertujuan untuk menjalankan suatu usaha peternakan dinyatakan dalam satuan ekor. d. Evaluasi Program adalah tingkat keberhasilan usaha peternakan sapi potong diukur dari aspek peningkatan populasi dan pendapatan peternak. e. Kelompok adalah kelompok tani ternak yang tergabung dalam kelompok penerima bantuan sosial yang memerlukan penguatan modal dan bimbingan untuk penguatan usahanya dinyatakan dalam satuan orang.

8 f. Pendapatan peternak sapi potong adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan usaha peternakan dinyatakan dalam rupiah g. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang paling akhir yang diperoleh secara formal oleh peternak yang dinilai berdasarkan strata SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. h. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal dan mempunyai pengeluaran bersama, hidup dalam satu atap dinyatakan dalam satuan orang i. Peternak adalah orang yang memelihara ternak sapi potong bantuan pemerintah yang dinilai berdasarkan umur, lama beternak, pengalaman beternak. j. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. PEMBAHASAN Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini sebanyak 32 orang, sebagaimana dalam Tabel berikut : Tabel 2. Jumlah Responden Penerima Bantuan Sosial Ternak Sapi di Kabupaten Gorontalo No Nama Kelompok Jumlah Anggota (orang) Proporsional (%) Responden (Orang) Kelompok Tiga Berlian Kelompok Mawar Kelompok harapan Kelompok Angin segar Kelompok Mohuyula Kelompok karya baru Karya Bersama Agro Jaya Total Responden Sumber : Data Olahan, 2013 Karakteristik Peternak 1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan peternak penerima bantuan sosial sapi potong tersaji pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Peternak (orang) Presentase (%)

9 SD SMP SMA ,00 18,75 6,25 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar peternak memiliki pendidikan setingkat SD sebanyak 75% dan tingkat pendidikan terendah ada pada kategori SMA sebanyak 6,25%. Data ini menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan peternak hanya berada pada tingkat terendah akan sangat menyulitkan peternak dalam hal mengadopsi teknologi di lapangan. Tingkat pendidikan peternak akan mempengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya. 2. Umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerja dan pola pikir peternak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka semakin tinggi pula pengalaman orang tersebut. Klasifikasi umur peternak tersaji pada Tabel berikut : Tabel. Umur Peternak Umur (tahun) Peternak (orang) Presentase (%) ,13 3,37 9,37 3,13 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar umur peternak berada pada kategori 29 tahun sebanyak 53,13%. Hal ini sesuai dengan batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15-6 tahun yang merupakan usia produktif (Mantra,1985). 3. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak pada kelompok penerima bantuan sosial dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Pengalaman beternak Pengalaman Beternak 3 tahun tahun Peternak (orang) 3 2 Presentase (%) 9,37 6,25

10 5 tahun 27 8,38 Total 32 0 Sumber : Data Olahan, 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengalaman beternak anggota penerima bantuan sosial terbanyak berada pada kategori lima tahun atau lebih dari lima tahun sebanyak 8,38% sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kategori tahun sekitar 6,25%. Pengalaman beternak tiga tahun atau kurang dari tiga tahun sekitar 9,37%. Pengalaman beternak dalam memelihara ternak dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan peternak dalam mengembangkan usahanya. Semakin lama pengalaman beternak sapi potong maka tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam menerapkan teknologi akan semakin mudah dan cepat. Peternak pada kelompok penerima bantuan sosial diberi pembekalan dengan pengetahuan praktis beternak sapi melalui penyuluhan dan bimbingan langsung yang dilaksanakan oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Gorontalo. Sistem Pemeliharaan Ternak Usaha peternakan yang dijalankan oleh kelompok ini adalah usaha pembibitan sehingga sistem pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh anggota kelompok adalah sistem pemeliaharaan secara semi intensif dimana ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Selain itu juga dilakukan dengan cara ekstensif yaitu ternak di lepas bebas atau tidak dikandangkan. Dengan pemeliharaan ternak yang baik maka perkembangbiakan dan kesehatan juga baik. Menurut Susilorini (2008), Sistem pemeliharaan ternak dikategorikan dalam tiga cara yaitu sistem pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dikandangkan secara terus menerus, sistem pemeliharaan semi intensif yaitu ternak dilepas pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari, dan sistem pemeliharaan secara ekstensif yaitu sistem pemeliharaan ternak dengan cara ternak dilepaskan begitu saja di padang penggembalaan atau tidak dikandangkan. Pakan yang diberikan pada ternak yaitu berupa pakan hijauan. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput lapangan, rumput gajah dan hasil limbah pertanian. Dengan menggunakan sistem pemeliharaan secara semi intensif maka untuk pemberian pakan pada pagi hari cukup diberikan pakan hijauan yang ada di padang penggembalaan yang disesuaikan dengan daya tampung padang penggembalaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan penggembalaan setiap unit ternak.

11 Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Sosial Sapi Potong Tingkat keberhasilan suatu program pengembangan sapi potong dapat diketahui melalui peningkatan populasi dan pendapatan peternak. Peningkatan Populasi Ternak Peningkatan populasi ternak kelompok penerima bantuan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Peningkatan Populasi Ternak Nama Kelompok Jumlah Induk (Ekor) Jumlah kelahiran (Ekor) Presentase Kelahiran (%) Tiga Berlian ,31 Angin Segar ,38 Karya Bersama ,38 Mawar ,7 Harapan ,31 Karya baru ,38 Mohuyula ,85 Agro jaya ,92 Total Sumber: Data Olahan, 2013 Berdasarkan Tabel di atas, masing-masing kelompok penerima bantuan sosial mendapatkan induk sapi ekor dan pejantan 1 ekor dengan presentase sejumlah 12,5% dari total populasi ternak kelompok penerima bantuan sosial. Selama berjalannya program, angka kelahiran sapi bertambah sejumlah 52 ekor dari masing-masing kelompok dengan presentase tertinggi 17,31% pada Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan. Kelompok Angin Segar, Karya Bersama, dan Karya Baru sejumlah 15,38%, Kelompok Mawar 13,7%, Kelompok Mohuyula 3,83% dan terendah populasinya 1,92% pada Kelompok Agro Jaya. Kelompok Mohuyula dan Agro jaya termasuk dalam kategori peningkatan populasi terendah. Hal ini disebabkan oleh manajemen pemeliharaan yang kurang sehingga sapi induk yang diberikan oleh pemerintah tersebut tidak berproduksi dengan baik. Permasalahan ini tidak lepas perannya peternak dan lembaga terkait dalam menyediakan informasi-informasi mengenai usaha ternak sapi potong, baik itu teknologi pakan, reproduksi, pemeliharaan, penyakit yang dapat meningkatkan produksi sapi. Tersedianya berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh oleh seseorang, tergantung pada karakteristik peternak meliputi umur, pendidikan, lamanya beternak. Manajemen pemeliharaan yang dilaksanakan peternak tidak lepas bagaimana kondisi perbedaan karakteristik sosial ekonomi peternak tersebut. Pemeliharaan yang baik dapat memperhatikan pengelolaan reproduksi, pemberian pakan/minum, sanitasi lingkungan, sanitasi ternak sapi, dan pengendalian penyakit.

12 Peningkatan Pendapatan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penyebaran kuisioner di lapangan, diperoleh pendapatan rata-rata anggota kelompok sebelum diadakan program pengembangan sapi potong sebesar Rp ,-/bulan. Pada tahun 20 masingmasing kelompok mendapatkan bantuan induk sebanyak ekor. Seiring berjalannya program, pada tahun 2012 masing-masing kelompok menghasilkan sebanyak 52 ekor sapi. Dengan asumsi bahwa pada waktu 2 bulan mendapatkan 1 ekor induk dengan perhitungan harga per ekor adalah Rp Untuk mengetahui peningkatan pendapatan masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 7 berikut : Tabel 7. Peningkatan Pendapatan Nama Kelompok Angka Kelahiran (ekor) Tiga Berlian 9 Angin Segar 8 Karya Bersama 8 Mawar 7 Harapan 9 Karya Baru 8 Mohuyula 2 Agro Jaya 1 Pendapatan Kelompok (Rp) Pendapatan Anggota (Rp) , , , , , , , ,- Sumber : Data Olahan,2013 Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa pendapatan tertinggi pada Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan sejumlah Rp ,- /orang/bulan. Sedangkan terendah pendapatannya pada Kelompok Mohuyula dan Agro jaya sejumlah Rp /orang/bulan dan Rp ,-/orang/bulan. Hal ini disebabkan oleh angka kelahiran sapi pada kelompok Mohuyula dan Agrojaya lebih sedikit dibanding dengan kelompok-kelompok lainnya sehingga pendapatan yang dihasilkan juga sangat sedikit untuk masing-masing anggota kelompok. Analisis Finansial Usaha Pengembangan Sapi Potong Kelompok penerima bantuan sosial di Kabupaten Gorontalo menjalankan usaha pembibitan, sehingga untuk menghasilkan keuntungan atau profit dalam usaha pengembangan sapi potong ini akan membutuhkan waktu yang relatif lama. Dalam menganalisa kelayakan usaha secara finansial digunakan asumsi pengeluaran dan pendapatan selama jangka waktu 5 tahun untuk menguji kelayakan usaha pengembangan sapi potong. Untuk mengetahui kelayakan usaha pengembangan sapi potong Kelompok penerima Bantuan Sosial tersaji pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Analisis Finansial Pengembangan Sapi Potong Program Bantuan Sosial Di Kabupaten Gorontalo

13 Nama Kelompok Analisis Finansial BCR NPV IRR Tiga Berlian 3, ,7 78,89 Angin Segar 3, ,7 7,09 Karya Bersama 3, ,7 7,09 Mawar 3, ,7 68,83 Harapan 3, ,7 78,89 Karya Baru 3, ,7 7,09 Mohuyula 2, ,7 2,55 Agro Jaya 1, ,7 37,25 Sumber : Data Olahan,2013 Berdasarkan Tabel di atas, nilai BCR tertinggi 3,386 (Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan), Kelompok Angin Segar, Karya Bersama dan Karya Baru sebesar (3,203), Kelompok Mawar (3,020), sedangkan terendah pada kelompok Mohuyula (2,5) dan Kelompok Agro Jaya (1,922). Karena nilai BCR pada masing-masing kelompok lebih besar dari satu maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). Artinya bahwa setiap Rp. 1,- yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha pengembangan sapi potong melalui program bantuan sosial akan menghasilkan keuntungan sebesar nilai BCR pada masing-masing kelompok tersebut. BCR merupakan perbandingan antara total net benefit positif yang telah didiscount dengan total net benefit negatif yang telah didiscount. Dari Analisis finansial di atas diperoleh nilai NPV terbesar pada kelompok Tiga Berlian dan Harapan ( ,7) dan terendah pada Kelompok Mohuyula dan Agro Jaya masing-masing ,7 dan ,7. Karena nilai NPV masingmasing kelompok lebih besar dari nol (> 0) maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). Perhitungan NPV adalah menghitung net benefit yang telah didiscount dengan menggunakan sosial opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount faktor. Nilai IRR pada tabel di atas diperoleh nilai tertinggi (78,89), (7,09), (68,83) dan terendah (2,55 dan 37,25). Nilai SOCC = %. Karena nilai IRR masing-masing kelompok lebih besar dari SOCC maka program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial layak untuk dilanjutkan (go). IRR menunjukkan besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan nol. Cara mencari tingkat discount faktor yang menghasilkan NPV = 0 adalah dengan cara mencoba-coba yaitu mencari tingkat discount faktor (i1) yang menghasilkan nilai NPV positif mendekati nol serta tingkat discount faktor (i2) yang menghasilkan nilai NPV negatif mendekati nol. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Program pengembangan sapi potong melalui bantuan sosial telah berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan populasi ternak sebesar

14 17,31% dengan pendaatan Rp pada Kelompok Tiga Berlian dan Kelompok Harapan. Kelompok Angin Segar, Karya Bersama, dan Karya Baru sejumlah 15,38% dengan pendapatan Rp , Kelompok Mawar 13,7% dengan pendapatan Rp , Mohuyula 3,83% dengan pendapatan Rp dan terendah populasinya pada Kelompok Agro Jaya 1,92% dengan pendapatan Rp Analisa kelayakan finansial selama 5 tahun diperoleh nilai BCR untuk semua kelompok lebih dari satu (BCR > 1), Nilai NPV dengan discount factor % lebih besar dari 0 (NPV > 0) dan Nilai IRR semua kelompok lebih besar dari discount factor % (IRR>df) maka program bantuan sosial di Kabupaten Gorontalo layak untuk dilanjutkan. Saran Diharapkan kepada kelompok-kelompok penerima bantuan untuk dapat mencoba melakukan usaha pengembangan ternak sapi lainnya yaitu usaha penggemukan,agar dapat lebih meningkatkan pendapatan anggota kelompoknya dan dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat terbentuk lapangan kerja yang baru bagi masyarakat sekitar yang tidak termasuk dalam anggota kelompok. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Pertanian RI Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Budidaya Sapi Potong. Jakarta Susilorini, T.E, 20. Budidaya 22 ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya Suryana Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan. Jurnal litbang pertanian. Badan pengkajian dan teknologi pangan Kalimantan Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki empat, tanduk berongga, dan memamah biak. sapi juga termasuk dalam kelompok Taurine, termasuk didalamnya Bos taurus dan Bos

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai Januari 2014 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka pada bula Juli 2013 sampai Jauari 201 berlokasi di Kabupate Gorotalo. B. Jeis Peelitia Peilitia tetag evaluasi program pegembaga

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 6 (2), September 2008: 22-30 ISSN 1693-8828 Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Rini Widiati 2) dan I Gede Suparta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG Sitanggang, Yanshen Manatap Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email : Yanshen_simanjuntak@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Sains Peternakan Vol. 14 (1), Maret 2016: 13-20 ISSN 1693-8828 ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin,

Lebih terperinci

Peternakan ernakan Tropika

Peternakan ernakan Tropika e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan ernakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Pada Peternak Ayam Broiler Rosna Ente di Desa Bulonthala Timur Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango) JURNAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

ANALISIS COST-BENEFIT

ANALISIS COST-BENEFIT ANALISIS COST-BENEFIT USAHA RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PADA PROGRAM SAPI BERGULIR DI DESA ARJANGKA, KECAMATAN PRINGGARATA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH) Juwita

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Studi Kasus di II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan) Ista Yuliati 1, Zaenal Fanani 2 dan Budi Hartono 2 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG ANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG Yulia Pujiharti dan Bariot Hafif Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1a Rajabasa Bandar Lampung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG Financial analysis from participants cattle ranchers of credit security food and energy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING POTONG DI KOTA SANGATTA. (Financial Feasibility of Fattening Goat In The City of Sangatta)

KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING POTONG DI KOTA SANGATTA. (Financial Feasibility of Fattening Goat In The City of Sangatta) 200 KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING POTONG DI KOTA SANGATTA (Financial Feasibility of Fattening Goat In The City of Sangatta) Nursida dan Hadi Susanto Program Studi Agroteknologi STIPER Kutai Timur

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) RINGKASAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) RINGKASAN ANALISIS FINANSIAL USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI DAGING (SUATU STUDI KASUS) I. G. P. BAGUS SUASTINA 1 DAN I. G. NGURAH KAYANA 2 1. Jurusan Ekonomi Umum, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi 45 Mataram, Lombok,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY

FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY Dymastri Rangga P, Budi Hartono, and Hari Dwi Utami Faculty of Animal Husbandry,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN Boya Eviana 1), Budi Hartono 2), Zaenal Fanani 2) 1. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 5 (1), Maret 2007: 16-22 Analisis Sensitivitas Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman S. Emawati Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 5 (2), September 2007: 6-11 ISSN 1693-8828 Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman S. Emawati Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING BEEF CATTLE BUSINESS DEVELOPMENT JAVA BREBES (JABRES) IN THE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO I G.M. BUDIARSANA Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Analisis feasibilitas merupakan metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan terbukti paling tahan menghadapi krisis yang telah terjadi di Indonesia. Demikian juga subsektor

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY Kevin Novarsy*, Linda Herlina**, Adjat Sudradjat**. Universitas

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Ujong Blang village Banda Sakti district of Lhokseumawe

Ujong Blang village Banda Sakti district of Lhokseumawe Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Udang Vannamei Di Desa Ujong Blang Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (The Growing Business Development Prospects Vannamei In the village of Ujong Blang Banda Sakti

Lebih terperinci

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TAHU (Agroindustri Tahu Bapak Iwan di Desa Pangkalan Pisang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak Sri Indrapura) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF TAHU AGROINDUSTRY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya domestik adalah Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu permasalahan yang diteliti oleh penulis. Objek yang di teliti yaitu choux pastry dari tepung talas dan subjek

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN (Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi) Sambas Mulyana 1 Intisari Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul) Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: 1-8 ISSN 1693-8828 Dampak Gempa Bumi Terhadap Kelayakan Usaha Sapi Potong Model Integrasi Padi-Ternak di DIY (Studi Kasus di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A Pagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketetapan MPR Nomor: XV/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP.

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. DAFTAR ISI ISI SAMPUL DALAM. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.. ABSTRACT... ABSTRAK RINGKASAN... HALAMAN PERSETUJUAN.. TIM PENGUJI.. RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) 1 KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) SUCIANI, I G.N. KAYANA, I W. SUKANATA, DAN I W. BUDIARTHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI PAKAN IKAN DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR (Studi Kasus Usaha Pakan Ikan Bapak Marin)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI PAKAN IKAN DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR (Studi Kasus Usaha Pakan Ikan Bapak Marin) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI PAKAN IKAN DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR (Studi Kasus Usaha Pakan Ikan Bapak Marin) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF FISH FEED AGROINDUSTRY BUSINESS

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Lebih dari 90% usaha peternakan yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci