BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan uraian tentang beberapa penelitian sebelumnya mengenai permasalahan serupa dengan yang sedang dikaji dalam penelitian ini. Penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka digunakan sebagai petunjuk, pembanding, serta penunjang dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai acuan data sekunder. Berdasarkan beberapa kajian pustaka tersebut, dapat diperoleh data, konsepsi, dan teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun beberapa pustaka yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut. Clifford Geertz (1999) yang dimuat dalam bukunya yang berjudul Negara The Theatre State in Nineteenth Century Bali. Geertz mengkaji dan menginterpetasikan kebudayaan masyarakat Bali berdasarkan konsep fenomena budayanya. Pada penelitian ini juga disinggung mengenai tradisi sabung ayam pada masyrakat Bali. Geertz mengungkapkan bahwa melalui tajen diharapkan dapat mengupas karakter masyarakat Bali. Ketertarikannya dalam meneliti tajen juga didasari anggapannya bahwa tajen sebagai kegiatan yang popular di masyarakat belum diteliti secara mendalam. 11

2 12 Di awal abad ke-19, sabung ayam diselenggarakan oleh raja ketika hari pasah. Para penguasa ini memungut pajak dari perselenggaraan sabung ayam. Hasil penelitian Geertz ini mengungkapkan bahwa tradisi tabuh rah seringkali disalahgunakan untuk menutupi perjudian. Tajen yang sebenarnya dilaksanakan dengan tujuan judi ditutupi dengan mengatakan bahwa tajen yang diadakan tersebut merupakan tabuh rah. Pada buku ini Geertz membagi tajen menjadi dua, yakni pertarungan yang sifatnya biasa (flaches spiel) serta pertarungan yang melibatkan harga diri, dan kehormatan (tiefes spiell deep play). Dalam flaches spiel yang dipentingkan adalah uang, sedangkan apa yang membuat pertarungan ayam menjadi sebuah deep play adalah adanya pengaliran status hierarkis si pemilik ayam ke dalam pertarungan. Geertz menambahkan, orang-orang Bali dapat mengaktifkan dan mewujudkan rivalitas dan permusuhan antar pedesaan atau kerabat melalui sebuah bentuk permainan yang menarik yaitu adu ayam. Berdasarkan beberapa pendapat dan pandangan Geertz dapatlah diketahui bahwa sabung ayam dalam masyarakat Bali memiliki makna, simbol, dan fungsi tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat pada masa tersebut. Hasil penelitian Geertz juga mengungkapkan bahwa penyelenggaraan sabung ayam awal abad ke- 19 digelar pada suatu tempat yang bernama wantilan. Berdasarkan buku tersebut dapat diketahui bahwa pungutan pajak atau biaya penyelenggaran sabung ayam ini sejatinya sudah ada pada masa terdahulu, sehingga proses tersebut berkembang hingga kini menjadi suatu bentuk perjudian. Hasil penelitian Geertz penulis jadikan sebagai sumber data dan data pembanding tradisi sabung ayam masa Bali Kuno. Meskipun terdapat perbedaan waktu

3 13 penelitian, dimana penelitian Geertz mengacu kepada tradisi masyarakat Bali pada abad ke-19, sedangkan penelitian ini mengkaji sabung ayam pada masa Bali Kuno. Pada buku ini disebutkan terkait permasalahan fungsi dan perkembangan tradisi sabung ayam abad ke-19, sehingga dapat membantu dalam mengungkap beberapa fungsi dan perkembangan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Sudina M.S (tanpa tahun) dalam buku yang berjudul Tajen Ilmu dan Doanya memaparkan tentang tajen secara umum di Bali. Beberapa istilah serta doa doa yang biasanya digunakan untuk memantrai ayam sebelum bertarung di arena sabung ayam dibahas dalam buku ini. Juga menjelaskan perkembangan sabung ayam yang pada mulanya bernama tabuh rah menjadi tajen. Buku ini memaparkan fungsi sabung ayam pada abad ke-20 dan perkembangannya masa sekarang ini. Pada buku juga dijelaskan fungsi sabung ayam diawal abad ke-20 yang berfungsi sebagai tabuh rah, kemudian mengalami pergeseran makna dan nilai menjadi tajen. Istilah - istilah terkait sabung ayam juga dijelaskan dalam buku ini, seperti wulang, taji, sapih dan kemong. Terkait pemaparan diatas, dapat disimpulkan tentang istilah istilah yang ada dalam tradisi sabung ayam. Istilah tersebut tentunya berhubungan erat dengan fungsi yang berbeda pada sabung ayam. Buku ini penulis gunakan untuk menjawab permasalahan terkait fungsi tradisi sabung ayam pada masa Bali Kuno. Ki Sari Manteb (Pesta) (2013) dalam buku yang berjudul Mitologi Tanaman Binatang dan Mahluk Halus. Pada buku ini menyinggung masalah

4 14 sabung ayam dalam bentuk tabuh rah dan tajen. Dijelaskan juga mengenai asal istilah kata ayam dan beberapa istilah yang digunakan dalam sabung ayam. Seperti misalnya istilah sapih yang disebutkan pada salah satu prasasti, dan istilah tersebut diartikan sebagai istilah untuk menyebutkan hasil seri (draw) dalam sabung ayam. Pada buku sebelumnya juga menjelaskan mengenai istilah-istilah dalam tradisi sabung ayam, tetapi buku ini membahas lebih banyak mengenai istilah daripada buku sebelumnya. Terkait hal tersebut penulis menjadikan buku ini sebagai data pembanding dan pelengkap dalam penelitian ini, yang membahas permasalahan mengenai aspek fungsi dan perkembangan tradisi sabung ayam masa Bali Kuno. Gusti Ayu Surasmi (2007) dalam buku yang berjudul Jejak Jejak Tantrayana di Bali. Pada buku ini dijelaskan mengenai pemahaman terkait tantrayana. Pemahaman tersebut disini dipaparkan mulai dari kemunculan tantrayana, perkembangannya di berbagai belahan dunia, kemunculannya di Indonesia, serta jenis-jenis pemujaan dan karya sastra yang bersumber pada aliran ini. Pada buku ini menjelaskan bagaiamana seorang spiritual melaksanakan kebaktiannya berdasarkan pada aliran tantrisme. Kebaktiaan atau cara pemujaan tantra dalam buku ini dikatakan dapat melalui banyak cara diantaranya mabuk, bercinta sepuasnya, dan makan sepuasnya. Aliran ini juga menekankan penggunaan darah sebagai salah satu bentuk sarana pelengkap pemujaan bagi spiritual yang beraliran tantrisme untuk mencapai jalan kebaktiaannya. Buku ini penulis gunakan untuk membandingkan makna dari fungsi tabuh rah itu sendiri. Berdasarkan pengertian mendasar dari tabuh rah itu sendiri yang berarti darah,

5 15 jadi mungkin erat kaitannya dengan kepercayaan atau aliran tantra pada masa Bali Kuno. Nantinya penulis akan membandingkan terkait makna dari tabuh rah pada masa Bali Kuno berdasarkan pemahaman mengenai aliran tantra yang dijelaskan pada buku ini. Penulis akan mengungkap apakah pada masa Bali Kuno, tabuh rah itu bisa dikatakan dahulunya merupakan suatu kepercayaan terhadap tantra atau tidak. Wayan Dunia (2009) dalam buku yang berjudul Kumpulan Ringkasan Lontar. Buku ini menerangkan tentang transiltrasi dari suatu lontar. Pada buku ini dipaparkan pembabakan lontar berdasarkan fungsinya masing masing. Pengelompokkan lontar lontar dalam buku ini didasarkan pada tatwa atau ajaran kedewaan yang isinya terkait pemujaan dan persembahan kepada Tuhan. Buku ini mengelompokkan kedalam 5 kelompok lontar masing masing adalah, kelompok tatwa terdiri dari 13 lontar, kelompok susila terdiri dari 1 lontar, kelompok upacara terdiri dari 5 lontar, kelompok wariga terdiri dari 1 lontar, serta kelompok babad terdiri dari 1 lontar. Masing masing kelompok ini menjelaskan ringkasan lontar lontar sesuai kelompoknya, misalnya dalam kelompok lontar upacara menjelaskan ringkasan atau kutipan lontar yang menyebutkan ketentuan ketentuan terkait dengan pelaksanaan suatu upacara agama. Salah satu lontar yang dijelaskan dalam buku ini adalah lontar Siwa Tatwa Purana. Pada lontar ini menjelaskan runtutan upacara yang harus dilaksanakan pada hari hari tertentu untuk menghormati alam juga menjaga keharmonisan dunia. Salah satu penjelasan yang ada sangkut pautnya pada penelitian ini adalah, penjelasan mengenai harus dilaksanakannya prang satha setiap tilem kesanga dalam kepercayaan umat Hindu

6 16 di Bali. Apabila dicermati maka istilah prang satha yang disebutkan dalam lontar siwa tatwa purana ini, dapat diindikasikan sebagai suatu ungkapan atau istilah lain untuk menyebutkan tradisi tabuh rah. Pada buku ini juga dijabarkan salinan dari lontar siwa tatwa purana, meskipun ada beberapa bagian lontar yang tidak disebutkan. Buku ini penulis akan dijadikan sebagai data pembanding untuk merumuskan perkembangan tradisi sabung ayam dan juga terkait permasalahan fungsi tradisi sabung ayam pada masa Bali Kuno. Rahmatul Hidayat (2011) dalam penelitian Skripsi Sabung ayam Tabuh rah dan Tajen di Bali. Penelitian Hidayat meneliti tentang sabung ayam dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif. Pada penelitian ini Hidayat menjelaskan pemaparan bagaimana tradisi sabung ayam masa sekarang yang melanggar hukum. Dijelaskan juga kajian dan pandangan para ahli terkait tradisi sabung ayam, baik ahli dari cendekiawan hukum maupun kalangan budayawan. Selain mengkaji sabung ayam dalam persepektif hukum, Hidayat juga mengkaji tentang sejarah tradisi sabung ayam berdasarkan beberapa prasasti. Namun sudut pandang penelitian ini berbeda meskipun objek yang diteliti sama. Penelitian Hidayat mengkaji tentang bagaimana persepektif hukum Islam dan hukum positif dalam menyikapi sabung ayam di Bali, sedangkan penelitian ini mengkaji proses kebudayaan sabung ayam pada masa Bali Kuno. Selain itu perbedaan terlihat pula pada masa penelitian, yang mana penelitian Hidayat lebih menempatkan sabung ayam masa Bali modern, sedangkan pada penelitian ini lebih mengkaji sabung ayam masa Bali Kuno. Dijelaskan juga mengenai perkembangan sabung ayam dan fungsinya masa sekarang. Pada skripsi ini juga memaparkan mengenai sejarah

7 17 singkat tradisi sabung ayam yang di mulai berdasarkan beberapa prasasti. Skripsi ini dijadikan sebagai pembanding untuk menganalisis data prasasti pada penelitian ini, mengingat perbedaan objek dan persepektif penelitian sehingga dapat dijadikan pedoman terkait fungsi dan proses perkembangan sabung ayam dalam penelitian ini. Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi (2014) dalam skripsinya yang berjudul Aspek religi Pada Masa pemerintahan Raja Jayapangus (Kajian Epigrafi). Skripsi ini membahas mengenai aspek-aspek keagaaman yang berkembang pada masa pemerintahan raja Raja Jayapangus. Pada skripsi ini dipaparkan sekte-sekte kegamaan yang berkembang kala itu, dan juga dijelaskan upacara keagaaman yang berlangsung pada masa raja Jayapangus. Bagian pembahasan skripsi ini menjelaskan beberapa upacara keagaaman yang disebutkan dalam prasasti pada masa Jayapangus. Salah satu diantara pembahasan terkait upacara kegamaan tersebut adalah disinggungnya upacara caru dan sedikit bahasan mengenai istilah sawungan yang notabene merupakan penyebutan untuk kegiatan sabung ayam. Penelitian tersebut berdasar pada sumber prasasti yang mempunyai kesamaan jenis penelitian ini yang bersumber pada data prasasti. Penelitian ini penulis gunakan sebagai data pelengkap, terutama untuk membahas permasalahan terkait fungsi sabung ayam pada masa Bali Kuno. 2.2 Konsep Konsep adalah suatu istilah yang mengacu pada suatu fenomena tertentu yang bisa bersifat individual dan juga dapat bersifat kompleks. Maksud suatu

8 18 konsep adalah untuk menyederhanakan pemikiran dengan jalan memasukan sejumlah kejadian dalam suatu nama yang umum. Agar mempermudah pemahaman dan pembahasan dalam penelitian ini, maka diperlukan beberapa konsep atau pengertian dasar yang terkait judul penelitian ini. Adapun konsep konsep yang akan dikemukakan sebagai berikut Tradisi sabung ayam Tradisi sabung ayam terdiri dari tiga kata yaitu tradisi, sabung dan ayam. Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang terjadi dari generasi ke generasi (turun temurun) dan periodenya melintasi lintas zaman sedangkan, sabung berarti adu atau mengadu dan ayam berarti ayam (yang dimaksud ayam dalam hal ini adalah ayam jantan). Jadi tradisi sabung ayam berarti kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun berupa kegiatan mengadu dua ekor ayam jantan pada suatu tempat atau areal tertentu. Hidayat (2011: 4 5) berpendapat bahwa tradisi sabung ayam terdiri dari dua jenis kegiatan yang mengadu dua ekor ayam jantan. Menurut pendapatnya ada dua jenis kegiatan sabung ayam yaitu tabuh rah dan tajen. Tabuh rah adalah sebuah upacara ritual dalam agama Hindu di Bali yang ditunjukan kepada Tuhan sebagai sembah bhakti perwujudan kepadanya. Sedangkan tajen adalah sabung ayam yang diadakan diluar upacara keagamaan dan disertai dengan taruhan. Jadi tradisi sabung ayam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk tradisi masyarakat yang berupa kegiatan mengadu dua ayam jantan pada suatu pertandingan yang diadakan pada areal tertentu, sebagai fungsinya berupa tabuh rah maupun tajen.

9 Fungsi tradisi sabung ayam Kata fungsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kegunaan suatu hal (Tim Balai Pustaka, 1997: 281). Fungsi yang dimaksud pada penelitian ini adalah fungsi tradisi sabung ayam pada kehidupan masyarakat Bali Kuno. Pada kajian ini fungsi yang akan direkontruksi adalah hasil kajian analisis data prasasti prasasti Bali abad IX XII. Kajian fungsi ini akan mengukapkan kegunaan atau fungsi dari tradisi sabung ayam pada masa Bali Kuno Masyarakat Bali Kuno Masyarakat Bali Kuno, terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan Bali Kuno. Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan - hubungan antar manusia (Budiardjo, 2013:46). Maclver (1961:22) mengatakan masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang ditata. Pengertian Bali Kuno termuat dalam (Astra 2008) yang mana di jelaskan bahwa yang dimaksud dengan zaman Bali Kuno khususnya dalam terminologi sejarah, ialah rentangan waktu yang berlangsung kurang lebih sejak abad VIII sampai dengan pertengahan abad XIV. Masyarakat Bali Kuno yang dimaksud pada penelitian ini adalah merupakan suatu kumpulan antar individu dengan aktivitas tertentu yang terjadi pada masa lampau serta memiliki tujuan yang sama. Pada penjelasan konsep penelitian ini lebih menekankan pada masyarakat Bali berdasarkan prasasti masa Bali Kuno. Jadi yang dimaksud dengan masyarakat Bali Kuno dalam penelitian ini adalah suatu tatanan atau hubungan-hubungan manusia yang tertata dan menghuni suatu tempat

10 20 atau daerah di Bali yang berlangsung pada periode abad VIII sampai dengan pertengahan abad XIV Data Prasasti Apabila dijabarkan data prasasti terdiri dari dua kata yaitu data dan prasasti. Data adalah keterangan yang benar dan nyata serta dapat dijadikan dasar kajian analisis ataupun kesimpulan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Prasasti merupakan sumber sejarah tertulis di atas batu atau logam. Sebagian besar prasasti tersebut diterbitkan atas perintah raja atau penguasa, dan pada umumnya berisi tentang angka tahun, daftar pejabat tinggi kerajaan, pemeliharaan bangunan suci, penetapan sima, agama, kutukan keputusan pengadilan, organisasi sosial dan keagamaan (Rangkuti, 1994: 164). Menurut Bakker (1972:10) prasasti adalah suatu putusan resmi, tertulis diatas batu atau logam, dirumuskan menurut kaidahkaidah tertentu, berisikan anugrah dan hak, yang dikaruniakan dengan beberapa upacara. Ada kalanya prasasti hanya berupa penanggalan kata atau angka tahun saja dan jenis prasasti ini disebut dengan inskripsi. Williams dalam bukunya Kamus Sansekerta (1963: 695) disebutkan prasati adalah pujian, popularitas atau kemashyuran, pemujaan. Isi dan struktur prasasti yang lengkap meliputi: (1) nama dewa dengan suatu pujian yang dianut oleh raja, (2) pertanggalan pada prasasti, (3) nama raja yang mengeluarkan prasasti, (4) nama orang yang menerima prasasti, (5) titah raja, (6) sambandha atau sebab dan alasan dikeluarkanya prasasti, (7) daftar saksi yang ada pada saat penganugrahan prasasti, (8) upacara berkah dan pujian prasasti, (9) sapatha atau kutukan, (10) astu atau yang artinya

11 21 sekianlah (Bakker, 1972:15-24). Sedangkan menurut Boechari (1997:1-2) berdasarkan bahannya, prasasti dapat dibedakan menjadi : (1) lingga prasasti, yaitu prasasti yang ditulis di atas batu, (2) tambra prasasti, yaitu prasasti yang ditatah di atas logam tembaga, (3) ripta prasasti, yaitu prasasti yang ditulis di atas daun tal. Berdasarkan pemaparan diatas, jadi yang dimaksud dengan data prasasti adalah keterangan empiris tentang suatu putusan resmi dari raja berisi anugrah maupun perintah yang dituliskan pada batu maupun logam. Data prasasti yang dijadikan fokus dalam peneltian ini adalah data terkait tradisi sabung ayam yang disebutkan pada prasasti Bali abad IX XII Tajen. Tajen merupakan suatu bentuk dari kegiatan sabung ayam. Tajen berasal dari kata taji yang kemudian mendapat prefik an, menjadi tajian. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi istilah tajen pada masyarakat Bali. Aktivitas ini merupakan sebuah aktivitas yang berupa mengadu dua ekor ayam jantan pada suatu arena yang telah ditentukan oleh pelakunya. Kegiatan menyabung ayam ini dilengkapi dengan taji pada kedua kaki ayam yang bertarung. Pelaksanaan kegiatan tajen ini pun memang berlandaskan atas judi. Berdasarkan pemahaman itu, maka kegiatan tajen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan sabung ayam atau mengadu ayam yang mempergunakan taji dan mempergunakan taruhan, dimana kegiatan tersebut diadakan pada suatu arena atau wilayah dan diikat pada peraturan tertentu.

12 Tabuh Rah Secara epistimologi kata tabuh rah terdiri dari dua kata yaitu tabuh dan rah. Istilah kata tabuh atau tawur berarti menabur atau menghamburkan, sedangkan kata rah dapat diartikan sebagai darah. Dengan demikian yang dimaksud dengan tabuh rah ialah menabur atau menghamburkan darah. Definisi secara umum, tabuh rah diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan mengadu atau menyabung ayam pada suatu tempat yang terkait dengan upacara agama. Ayam yang diadu dilengkapi dengan taji pada kakinya. Mengadu atau menyabung ayam tersebut lah akan menghasilkan darah yang berhamburan dan bertaburan yang sesuai dengan definisi umum dari tabuh rah itu secara epistimologi. Jadi kegiatan tabuh rah sebagaimana dimaksud pada penelitian ini adalah kegiatan mengadu atau menyabung ayam yang ada kaitannya dengan upacara agama. 2.3 Landasan Teori Landasan teori sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, yaitu sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah. Teori Berdasarkan pengertiannya, merupakan suatu rumusan yang berisikan prinsip umum terorganisir secara sistematis digunakan dalam menganalisis, membuat asumsi, dan menjelaskan suatu gejala suatu masalah sebagian atau keseluruhanya telah terbukti kebenaranya. Pada penelitian ini ada dua teori yang akan digunakan sebagai berikut.

13 Teori Fungsionalisme-Struktural Teori fungsionalisme struktural dikembangkan oleh salah satu ahli bernama Robert K. Merton. Robert K. Merton (dalam Poloma, 2003:29-41) memaparkan dalam sosiologi kontemporer terdapat analisis fungsional yang mencakup tiga hal. Pertama, kesatuan fungsional masyarakat merupakan suatu keadaan saat semua bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan yang memadai tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan. Kedua, fungsionalisme universal menganggap bawa semua bentuk sosial dan kebudayaan sudah baku memiliki fungsi fungsi positf. Ketiga, dalam setiap peradaban, kebiasaan, ide, objek material, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai kesatuan. Pandangan tersebut beranggapan, bahwa dalam kehidupan masyarakat akan selalu terjadi prinsip dan tujuan bersama yang baik dan disepakati sebagai suatu hal yang baik. Sehingga dengan kata lain, suatu sistem nilai sosial, pada dasarnya adalah suatu sistem yang berasal dari tindakan-tindakan yang dapat terbentuk melalui proses interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, kemudian akan tumbuh dan berkembang sebagai standar dalam penilaian secara sosial dan akhirnya dapat diterima dan disepakati oleh masyarakat tertentu. Terkait inilah konsep fungsi dikatakan melibatkan struktur. Dengan kata lain proses kehidupan bukan untuk memenuhi kebutuhan individu, tetapi untuk mempertahankan struktur sosial.

14 24 Teori fungsionalisme-struktural ini digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Jadi teori ini dapat mengkaji fungsi dari unsur unsur suatu kebudayaan dalam masyarakat, dalam penelitian ini adalah terkait mengenai fungsi sabung ayam pada masyarakat Bali Kuno. Selain itu juga dapat diteliti bagaimana perubahan fungsi sabung ayam dari waktu ke waktu tanpa mengurangi unsur-unsur dari kebudayaan sabung ayam itu sendiri. Teori ini juga dapat merekonstruksi bahwa semua bentuk sosial dan kebudayaan, dalam hal ini sabung ayam bisa dikatakan memiliki fungsi positif bagi masyarakat pada masa Bali Kuno Teori Evolusi Budaya Evolusi yang dimaksud dalam teori ini adalah evolusi budaya. Evolusi budaya merupakan proses perkembangan kebudayan secara dinamis. Evolusi kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah proses perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk-bentuk yang sederhana sampai makin lama makin kompleks, dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa-bangsa di muka Bumi ini. Proses evolusi menurut Koentjaraningrat (1996; ) kebudayaan dapat dianalisis secara mikro maupun makro. Proses yang diteliti secara mikro (mendetail) dapat memberi gambaran mengenai beberapa proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Proses evolusi sosial-budaya secara makro adalah proses yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Gordon Childe (dalam Koentjaraningrat 1990: ) mengemukakan pendapatnya tentang

15 25 evolusi budaya sebagai suatu peristiwa yang hanya terjadi di beberapa tempat di muka bumi ini, kemudian menyebar mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan lain di sekitarnya. Konsepnya mengenai peristiwa besar dalam suatu kebudayaan sebenarnya merupakan suatu kerangka untuk memandang sejarah umat manusia secara universal, konsep ini kemudian disebut sebagai evolusi budaya universal (universall culture evolution). Gordon Childe mengemukakan pendapatnya tentang cultural revolution, bahwa istilah revolution tidak dimaksudkan sebagai suatu perubahan cepat dan mendadak (lawan dari evolusi) tetapi sebagai suatu peristiwa besar yang telah memberi suatu arah perkembangan lain dan suatu perubahan total yang sangat mendasar kepada proses pengembangan kebudayaan manusia. Teorinya membagi kedalam tiga konsep peristiwa revolusi besar dalam cultural revolution yang dialami oleh manusia. 1.Neolithic Revolution. Pada penelitiannya mengenai proses perubahan manusia prasejarah dari berburu-meramu ke masa bercocok tanam. Ia mengasumsikan di suatu tempat di muka bumi pada masa itu sudah mengenal kebudayaan bercocok tanam. Kemudian kebudayaan itu mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, kemudian dalam masyarakat yang didasarkan pada sistem mata pencarian food gathering ke food producing. Menurut Childe, peristiwa revolusi kebudayaan yang terjadi kemudian adalah suatu perubahan kebudayaan sangat besar, mula-mula disebabkan karena semakin mantapnya sistem pembagian kerja dalam masyarakat.

16 26 2. Urban Revolution. Penelitiannya ini mengenai sistem pembagian kerja pada masyarakat. Childe menemukan terjadi perubahan paradigma dalam pembagian sistem kerja di masyarakat yang menyebabkan berkembangnya konsepsi pekerjaan terpandang dan pekerjaan tidak terpandang, dengan itu juga terjadi sistem pelapisan sosial. Childe menyebutkan perubahan pada masyarakat yang menyebabkan terjadinya koloni masyarakat modern atau masyarakat kota dengan urban revolution. 3. Revolution in human knowledge. Pendapatnya mengenai peristiwa ini dengan adanya tulisan, maka pengetahuan manusia maju semakin pesat karena hasil pemikiran para ahli pikir generasi generasi berikutnya fokus untuk melanjutkan pemikiran itu. Dengan demikian pengetahuan manusia makin lama makin bertimbun semakin banyak dan dapat dipergunakan untuk perbaikan kesejahteraan hidupnya, sehingga kebudyaannya juga makin lama makin maju dan makin pesat. Konsep Childe mengenai universall evolution adalah bahwa semua kebudayaan berkembang dari bentuk-bentuk yang sederhana menjadi bentukbentuk yang lebih kompleks. Pada penelitian ini penulis menggunakan teori evolusi budaya universal untuk mengkaji proses evolusi budaya yang terjadi pada tradisi sabung ayam pada masa Bali Kuno.

17 Model Penelitian Kebudayaan Modern Budaya Bali Kebudayaan tradisional Judi Tradisi sabung ayam pada masyarakat Bali Kuno abad IX-XII Tradisi adat istiadat Analisis Teori Kualitatif Komparatif Etnoarkeologi Fungsionalisme-Struktural Evolusi Budaya Kemunculan sabung ayam Fungsi sabung ayam Perkembangan sabung ayam Keterangan : : Kaitan Satu Arah : Hubungan Timbal Balik Gambar 2.1 Diagram Alir Model Penelitian

18 28 Budaya Bali dalam kehidupan masyarakatnya umumnya digolongkan ke dalam kebudayaan modern dan kebudayaan tradisonal. Salah satu yang mungkin dapat digolongkan ke dalam bentuk budaya Bali adalah sabung ayam. Sabung ayam merupakan tradisi pertarungan ayam yang sudah ada sejak lama di Bali. Tradisi sabung ayam di Bali mempunyai ciri tersendiri dari sabung ayam di daerah lain. Kekhasan tersebut dibuktikan dengan penggunan beberapa instrument pelengkap seperti kemong atau kajar yang lazimnya merupakan salah satu instrument dari gambelan di Bali. Pelaksanaan tradisi sabung ayam di Bali pun biasanya diadakan erat kaitannya apabila ada suatu upacara adat di pura, dan diadakan pada suatu kalangan atau wantilan. Keberadaan sabung ayam di Bali telah di sebutkan pada prasasti-prasasti masa Bali Kuno. Prasasti yang digunakan dalam penelitian ini adalah prasasti abad IX XII. Selanjutnya dilakukan tahap analisis dengan menggunakan analisis kualitatif, analisis komparatif dan analisis etnoarkeologi, untuk menjawab terkait permasalahan fungsi dan perkembangan tradisi sabung ayam pada masa Bali Kuno. Kemudian diuji melalui teori evolusi budaya dan fungsionalisme-strukutral untuk mencari variabel penyebab perubahan serta fungsi terstruktur dari tradisi sabung ayam tersebut. Setelah dianalisis dan diuji oleh teori maka akan diperoleh kesimpulan terkait kemunculan, fungsi, dan perkembangan tradisi sabung ayam pada masyarakat Bali Kuno abad IX XII.

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sabung ayam merupakan tradisi pertarungan antara dua ayam jantan pada suatu arena atau wilayah tertentu. Aktivitas sabung ayam sejatinya tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN. Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang beberapa penelitian sebelumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN. Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang beberapa penelitian sebelumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang beberapa penelitian sebelumnya mengenai permasalahan serupa dengan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII

Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII Sabung Ayam Pada Masyarakat Bali Kuno Abad IX-XII I Wayan Gede Saputra K.W email: widiarsagede688@yahoo.com Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Unud Abstract Cockfighting is a unique tradition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika penulisan yang mendasari penelitian.

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Sosial Budaya

Dampak Perubahan Sosial Budaya Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai ritual keagamaan dan perjudian yang dilakukan oleh masyarakat etnis Bali ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena perjudian bukanlah hal yang baru dalam kehidupan masyarakat, sejak dulu sampai

I. PENDAHULUAN. Fenomena perjudian bukanlah hal yang baru dalam kehidupan masyarakat, sejak dulu sampai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perjudian bukanlah hal yang baru dalam kehidupan masyarakat, sejak dulu sampai sekarang praktik perjudian sudah ada. Kejahatan ini banyak hal yang mempengaruhi

Lebih terperinci

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak

BAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang selalu menarik untuk dicermati. Hal ini disebabkan karena bagi hidup manusia, keduanya selalu menjadi hal yang tak terelakkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa pustaka yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman di dalam melakukan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya BAB II KAJIAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks, di dalamnya berisi struktur-struktur yang

Lebih terperinci

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi.

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi. 1 PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi Abstrak Most of the inscriptions issued by the kings of ancient Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah di negara ini memiliki adat istiadat dan tradisi masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis dikelilingi oleh lautan dan kaya akan sumber daya alam. Kondisi yang demikian membuat Indonesia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA 11.1 Pengantar Pada dasarnya setiap ilmu pngetahuan tediri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Teoritik menunjuk pada skema konseptual, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang tidak akan sama dengan kelompok sosial lainnya yang dimana Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang tidak akan sama dengan kelompok sosial lainnya yang dimana Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya kelompok sosial itu ada karena ingin mempertahankan hidup mereka. Kelompok sosial selalu mengalami perubahan dan perkembangan dalam masyarakat multikultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan

Lebih terperinci

CONTOH BAHAN AJAR. A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA

CONTOH BAHAN AJAR. A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA CONTOH BAHAN AJAR A. TOPIK : PENGERTIAN dan RUANG LINGKUP SOSIOLOGI AGAMA 1. Pengantar Pemahaman Sosiologi tentang masyarakat bagaimanapun juga dalamnya dan detailnya tidak akan lengkat tanpa mengikut

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perubahan Perubahan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam hal ini perubahan didefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi: Saat ini, berbagai macam dan bentuk perjudian sudah meluas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sebagian masyarakat memandang bahwa perjudian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TABUH RAH 2.1 Pengertian dan Unsur-Unsur Tabuh Rah dan Sabungan Ayam (Tajen) Hubungan tabuh rah dengan sabungan ayam terdapat pandangan semu dari sebagian masyarakat awam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT

PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT PENYELENGGARAAN TAJEN: JUDI VERSUS SARANA PEMASUKAN BAGI DESA ADAT DAN MASYARAKAT K.Vimala Kairavani 1021005004 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Email: vimalakairavani@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI

ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI Penelitian prasasti di Kintamani telah dilakukan oleh berbagai pihak, namun penelitian tersebut hanya sebatas alih aksara dan penjelasan singkat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05)

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05) 1. Jawaban: C Fungsi sosiologi diantaranya: Penelitian/menyediakan data Pembangunan/pengembangan Solusi pemecahan masalah 2. Jawaban: C Objek kajian sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok

Lebih terperinci