PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI REPRODUKSI. Penyusun: Dr. Hj. Bayyinatul Muchtarromah, drh. M.Si

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI REPRODUKSI. Penyusun: Dr. Hj. Bayyinatul Muchtarromah, drh. M.Si"

Transkripsi

1 PETUNJUK PRAKTIKUM FISIOLOGI REPRODUKSI Penyusun: Dr. Hj. Bayyinatul Muchtarromah, drh. M.Si JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG MALANG 2014

2 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun buku petunjuk praktikum Fisiologi Reproduksi Praktikum Fisiologi Reproduksi merupakan mata kuliah pilihan bagi mahasiwa juruisan Biologi sebagai upaya memberikan ketrampilan bekerja di laboratorium bagi mahasiswa dan memberikan pengalaman empiris dari teori-teori yang diberikan. Diharapkan dengan segala bentuk persiapan dan pelaksanaan praktikum yang melibatkan dosen pembimbing dan mahasiswa secara aktif memberikan kontribusi live skill bagi mahsiswa dan memacu kreatifitas dalam pelaksanaan praktikum dan penggalian ilmu pada umumnya. Meskipun telah dikerahkan usaha sebaik-baiknya untuk pembuatan buku petunjuk praktikum ini tentunya masih banyak kekurangan disana-sini, seiring dengan semakin bervariasinya peralatan yang akan disediakan, buku petunjuk ini akan semakin disempurnakan. Akhirnya kami mengucapkan selamat bekerja semoga buku ini bermanfaat, Amin. Malang, Agustus 2014 Penyusun 1

3 DAFTAR ISI Kata pengantar Daftar isi Tata tertib praktikum Praktikum 1: 1. Uji kehamilan Praktikum 2 : 2. Penampungan semen domba Praktikum 3 : 3. Menghitung motilitas spermatozoa Praktikum 4 : 4. Menghitung prosentase hidup dan mati spermatozoa Praktikum 5 : 5. Penghitungan konsentrasi spermatozoa Praktikum 6 : 6. Koleksi spermatozoa epididimis kambing Praktikum 7 : 7. Peran pengencer pada motilitas dan daya hidup sperma Praktikum 8 : 8. Hypoosmotic swelling test (hos) Praktikum 9 : 9. Kajian aglutinasi spermatozoa dari epididimis Praktikum 10 : 10. Pengamatan sel kelamin betina 2

4 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Praktikan harus datang 10 menit sebelum praktikum dimulai dan jika terlambat tanpa alasan yang dapt dipertanggungjawabkan, tidak diperkenankan mengikuti praktikum. 2. Praktikan wajib menggunakan jas praktikum selama melaksanakan kegiatan di laboratorium. 3. Peralatan praktikum yang digunakan harap diteliti terlebih dahulu jenis, jumlah, dan keadaannya, kerusakan atau kehilangan peralatan selama praktikum menjadi tanggung jawab peserta praktikum dan harus mengganti alat tersebut sesuai spesifikasi 4. Baca dan pelajari buku ini dengan teliti sebelum mengikuti praktikum. Jika menemukan kesulitan dalam menjalankan praktikum, bertanyalah kepada asisten praktikum. 5. Dalam menjalankan kegiatan praktikum, hendaklah bersikap profesional dan hati-hati dalam menggunakan semua peralatan. 6. Praktikan harus membersihkan semua peralatan yang telah dipakai dalam praktikum dan mengembalikan kepada petugas sesuai dengan jenis dan jumlahnya serta dalam keadaan baik. 7. Praktikan wajib menjaga ketertiban dan kebersihan laboratorium selama praktikum. 8. Pelanggaran atas tata tertib ini diberikan sangsi dikeluarkan dari pelaksanaan praktikum dan atau tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum selanjutnya. 9. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian. 3

5 PRAKTIKUM I UJI KEHAMILAN I. TUJUAN Mendeteksi kehamilan secara biologik yaitu menggunakan makhluk hidup lain Mendeteksi kehamilan menggunakan test pack II. DASAR TEORI Fertilisasi atau pembuahan merupakan pusat kejadian dari seluruh proses reproduksi seksual. Fertilisasi merupakan penyatuan atau fusi dua sel, gamet-gamet jantan dan betina, untuk membentuk satu sel, zygot. Fertilisasi adalah satu proses ganda meliputi pengaktifan ovum oleh spermatozoa dan pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke dalam ovum sesudah proses ovulasi, dimulailah masa kebuntingan yang diakhiri pada waktu kelahiran. Diagnosa kebuntingan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda, cara yang paling praktis dan dapat diandalkan adalah diagnosa melalui palpasi rektal. Pada manusia, cara yang mudah, praktis dan dapat dilakukan sendiri adalah dengan menggunakan test pack. Test pack di dalamnya memiliki zat yang bereaksi dengan hormon kehamilan, Human Chorionic Gonadotropin (HCG). HCG dihasilkan oleh chorion pada plasenta wanita hamil kira-kira 30 sampai 60 hari sesudah menstruasi terakhir dan diekskresikan melalui urine. Selain test pack, penentuan kehamilan dengan menggunakan urine dapat dilakukan dengan cara biologik yaitu cara Ascheim zondek, Friedman dan Galli Mainini; masingmasing cara biologik menggunakan binatang percobaan yaitu tikus putih, kelinci dan katak jantan. III. ALAT DAN BAHAN Mikroskop Obyek glass 4

6 Cover glass Alat suntik Beker glass Cawan petri Pipet tetes Pinset Sarung tangan Test pack Urine pertama setelah bangun pagi dari wanita hamil sekitar 1-3 bulan Urine pertama setelah bangun pagi dari wanita tidak hamil Aquades 2 ekor katak jantan (Bufo vulgaris ) IV. CARA KERJA Pipet cairan di lubang pengeluaran katak Amati di bawah mikroskop, jika ada sperma. Maka katak tidak boleh dipakai Suntikkan 4-5ml air seni wanita hamil di perut kira-kira 11/2 cm didepan kloaka dengan cara mencubit / menarik kulit katak dengan pinset. Pegang katak selama beberapa saat dengan posisi sama seperti waktu penyuntikan. Kembalikan katak ke tempat yang telah diberi sedikit air Tunggu selama 1 jam Ambil katak dari tempatnya Pakai sarung tangan dan beri rangsangan pada daerah kloka Tempatkan cawan petri di bawah kloaka, untuk menampung cairan yang keluar dari kloaka Ambil cairan tersebut dengan pipet tetes. Teteskan diatas obyek glass Amati di bawah mikroskop Apabila pada pengamatan ditemukan sperma, berarti positif. 5

7 Selama waktu menunggu, lakukan uji kehamilan dengan test pack pada urin wanita hamil dan tidak. Catat hasilnya dan bandingkan dengan hasil uji pada katak. V. PERTANYAAN Mengapa dalam uji kehamilan digunakan katak jantan bukan katak betina? Apa sebabnya uji kehamilan menggunakan urin sebagai sampel? Mengapa lubang pengeluaran atau kloaka katak perlu diperiksa dulu sebelum digunakan untuk uji kehamilan? Apa fungsi pemberian rangsang pada kloaka setelah perlakuan? Apakah daerah penyuntikan dan lama reaksi (1jam) mempengaruhi hasil? jelaskan jawabanmu! Apa makna positif dan negatif hasil pemeriksaan baik dengan katak dan test pack! 6

8 PRAKTIKUM 2 PENAMPUNGAN SEMEN DOMBA I. TUJUAN Mengetahui cara dan mempraktekkan penampungan semen II. DASAR TEORI Semen adalah cairan yang diproduksi saat ejakulasi, terdiri atas bagian sel, yaitu spermatozoa dan cairan tempat hidup spermatozoa, yaitu plasma semen. Spermatozoa dihasilkan di dalam testis sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang dibuat oleh epididimis dan kelenjarkelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar-kelenjar veskularis dan prostate. Sperma atau sel-sel kelamin jantan merupakan suatu sel kecil, kompak dan sangat khas, yang tidak tumbuh atau membagi diri. Secara esensial ia terdiri dari kepala yang membawa materi herider paternal, dan ekor yang menggandung sarana penggerak. Ia tidak memegang peranan apapun dalam fisiologi hewan yang menghasilkannya dan hanya melibatkan diri dalam pembuahan untuk membentuk individu baru sejenis darimana ia berasal. III. ALAT DAN BAHAN Satu unit vagina buatan Tabung penampung semen berskala Termos (penampung air hangat) Thermometer Vaselin Air hangat IV. CARA KERJA Penampungan Semen 7

9 Sterilkan tabung penampung dan tutup sisi luar tabung penampungan dengan aluminium foil agar semen hasil penampungan tidak terkena langsung sinar matahari. Persiapkan seluruh bahan dan alat untuk keperluan penampungan, diantaranya dengan merebus air sampai mendidih agar pencapaian suhu ketika air tersebut dimasukkan ke dalam vagina buatan bisa maksimal. Bersihkan alat penampungan dengan air bersih, juga bersihkan sisa-sisa dari penampungan yang sebelumnya Ikatkan tabung penampungan pada sisi kanan dari vagina buatan dengan karet atau yang lain dengan tujuan, diharapkan agar tidak terlepas pada waktu penampungan. Masukkan air yang panas/hangat yang telah dipersiapkan tadi kedalam vagina buatan sampai ± 41ºC didalam vagina buatan. Tak kalah pentingnya juga oleskan vaselin pada sepertiga sebelah dalam dari vagina buatan tersebut, hal ini bertujuan agar diharapkan penis dari domba ketika memasuki vagina buatan tidak terluka dan terjadi infeksi. Persiapkan domba jantan dan sebagai pancingan taruh domba betina seakan-akan siap untuk dikawin. Pejantan dibiarkan menaiki pemancing dan berejakulasi sewaktu penis diarahkan dan memasuki vagina buatan. dan lakukan pengamatan lagi. V. PERTANYAAN 1. Apa fungsi vagina buatan dalam praktikum ini? 2. Apa tujuan dari dimasukkan air hangat kedalam vagina buatan? 3. Jelaskan peranan domba betina pada praktikum ini? PRAKTIKUM 3 8

10 MENGHITUNG MOTILITAS SPERMATOZOA I. TUJUAN 1. Mengetahui penampungan semen 2. Memeriksa dan menghitung motilitas spermatozoa. II. DASAR TEORI a) Morfologi Spermatozoa Domba Satu spermatozoa terdiri dari; kepala, leher dan ekor. Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar dan datar satu pandangan dan sempit pada pandangan lain dengan bagian tebal pada pangkal kepala yang melangsing ke apex yang tipis. Kepala sperma terisi sepenuhnya dengan materi inti, kromosom, terdiri dari DNA yang bersenyawa dengan protein. Panjang 4-5µm lebar 2,5-3,5µm, sebagian besar kepala berisis inti. Leher hanya 1-1,5µm panjangnya. Bagian ini adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan ini membentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pulalah terletak sentriol. Ekor dibedakan atas 3 bagian: bagian tengah (Mid Piece) bagian utama (Principle Piece), dan bagian ujung (End Piece). Panjang ekor seluruhnya sekitar 55µm, dengan diameter yang makin keujung makin kecil. b) Motilitas Spermatozoa Domba Spermatozoa mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama dalam kelompok (gerakan massa) sehingga akan membentuk gelombang tebal dan tipis. Gerakan massa yang cepat dan gelombang tebal merupakan indikasi tingginya presentase motilitas dan konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalam semen. III. ALAT DAN BAHAN Peralatan penampungan : satu unit vagina buatan, tabung penampung semen, thermometer 9

11 IV. Peralatan perlakuan : tabung reaksi, beaker glass, mikropipet volumerik, rak tabung Pemeriksaan kwalitas spermatozoa: mikroskop cahaya binokuler, objek glass, cover glass, kertas tissue. Bahan penampung semen : vaselin dan air hangat CARA KERJA a). Pemeriksaan Motilitas Spermatozoa 1. Setelah selesai penampungan, lepaslah aluminium foil yang menutupi tabung penampungan. 2. Semen yang berada di dalam tabung penampungan lihat dan perhatikan volume jumlah semen yang terkumpul. Penghitungan volume semen ini bisa dilakukan dengan melihat langsung pada tabung penampung berskala. 3. Hisaplah semen dari tabung penampungan dengan mikropipet. 4. Teteskan semen pada objek glass. 5. Amatilah motilitas individu sperma pada objek glass yang telah ditretesi semen tersebut langsung dibawah mikroskop dengan tanpa cover glass dengan pembesaran 400 kali. 6. Untuk pengamatan motilitas massa, dengan melihat obyek glass yang telah ditetesi semen dengan menutup bagian atas dengan cover glass, dibawah mikroskop dengan pembesaran 100kali. 7. Tentukan kriteria penilaian gerak massa spermatozoa sebagai berikut : a). Sangat baik (+++), sehingga terlihat gelombang besar, banyak gelap dan tebal, dan aktif seperti gumpalan awan hitam menjelang hujan bergerak cepat berpindah-pindah tempat. b). Baik (++), bila terdapat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban. c). Kurang (+), jika tidak terlihat gelombang melainkan gerakan-gerakan individual aktif progresif. 10

12 8. Klasifikasikan juga gerak individu spermatozoa dengan kriteria sebagai berikut : a). Gerakan progresif atau gerakan maju dari spermatozoa merupakan gerak terbaik. b). Gerak mundur dan gerak melingkar sering merupakan tanda-tanda cold shock sedangkan untuk spermatozoa yang gerakannya berayun atau berputar-putar adalah spermatozoa yang tua. c). Spermatozoa yang berhenti bergerak adalah spermatozoa yang mati. V. PERTANYAAN 1. Bagimana motilitas spermatozoa pada praktikum ini? 2. Ada berapa macam gerak spermatozoa yang kalian temukan dalam praktikum ini? 3. Bagimanakah gerak massa spermatozoa pada praktikum ini? 4. Apakah ada kaitan antara gerak individu spermatozoa dengan gerak massa spermatozoa? 11

13 PRAKTIKUM 4 MENGHITUNG PROSENTASE HIDUP DAN MATI SPERMATOZOA I. TUJUAN a. Mengetahui penampungan semen b. Mengetahui dan menghitung prosentase motilitas sperma c. Mengetahui dan menghitung prosentase hidup dan mati spermatozoa. II. DASAR TEORI Untuk mengetahui jumlah spermatozoa yang hidup dan yang mati adalah dengan pewarnaan deferensial. Dasar penggunan metode ini adalah perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel spermatozoa yang mati dan yang hidup. Zat warna yang sering dipakai adalah eosin-negrosin. Pada waktu semen segar dicampur dengan zat warna karena permiabilitas dinding sel meninggi sewaktu mati. Eosin akan mewarnai spermatozoa menjadi merah atau merah muda, sedangkan spermatozoa yang hidup tetap tidak terwarnai. Zat-zat warna ini akan tetap stabil memberikan latar belakang biru hitam. III. IV. ALAT DAN BAHAN Alat untuk pengambilan semen : vagina buatan, selongsong hitam, tabung penampungan Pemeriksaan semen : mikroskop, obyek glass, cover glass, 2 counter. Bahan untuk penampungan semen : vaselin dan air hangat Bahan pewarna semen : eosin-negrosin CARA KERJA a) Penampungan semen Lihat cara kerjanya pada praktikum penampungan semen domba b) Memeriksa motilitas spermatozoa 12

14 Lihat cara kerjanya pada praktikum penampungan semen domba c) Memeriksa dan menghitung presentase hidup dan mati spermatozoa Setelah penampungan segera lakukan pemeriksaan baik motilitas atau yang lain sebab dengan kerja seperti ini bisa diharapkan hasil dari semen penampungan baik Teteskan semen dengan mikropipet pada objek glass. Teteskan eosin-negrosin pada sperma yang telah diteteskan pada objek glass. Ambil objek glass yang lain dan apuslah objek glass yang sudah ditetesi dengan sperma dan eosin-negrosin tersebut. Mengapusan kedua objek glass tersebut yakni dengan menempelkan ujung objek glass yang lain pada campuran tadi tarik kearah sepanjang gelas objek sehingga membentuk 1 lapisan yang tipis. Fiksasikan preparat tersebut atau kering anginkan dan amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 400kali. Spermatozoa yang hidup tidak akan menyerap warna Spermatozoa yang mati akan menyerap warna sehingga berwarna gelap. Hitunglah sel sperma yang ada sebanyak 200 sel Hitunglah sel yang hidup dan mati dengan persamaan : Persentase hidup : h x 100% h+m Keterangan : h = sperma yang hidup m = sperma yang mati V. PERTANYAAN 1. Bagaimanakah cara mengetahui sperma hidup dan mati? 2. Mengapa sperma yang hidup tidak menyerap warna sedangkan sperma yang mati menyerap warna? 3. Apa fungsi eosin-negrosin disini? 13

15 4. Bagaimanakah cara menghitung prosentase hidup dan mati spermatozoa? 14

16 PRAKTIKUM 5 PENGHITUNGAN KONSENTRASI SPERMATOZOA I. TUJUAN 1. Mengetahui cara penampungan semen domba 2. Mengetahui dan menghitung prosentase motilitas sperma 3. Mengetahui dan menghitung konsentrasi spermatozoa II. DASAR TEORI Penilaian konsentrasi dan jumlah per-milimeter semen segar penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penetuan kualitas semen. Konsentrasi digabung dengan volume dan prosentase sperma motil memberikan jumlah sperma motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menentukan berapa betina yang dapat diinseminasi dengan ejakulat tersebut. Berbagai metode dapat dipergunakan untuk menentukan konsentrasi spermatozoa, metode mana yang dipakai tergantung situasi, kebutuhan kebiasaan dan tersedia tidaknya alat yang dipergunakan. Untuk pemeriksaan rutin dilapangan perlu digunakan metode yang praktis dan sederhana, sedangkan pemeriksaan incidental terhadap satu contoh semen, terutama untuk diagnosa atau tujuan sebaiknya cara-cara yang lebih akurat. III. ALAT DAN BAHAN Alat untuk pengambilan semen domba : vagina buatan, selongsong hitam, tabung penampungan Pemeriksaan semen segar : mikropipet, mikroskop, obyek glass, cover glass, haemocytometer, counter Sperma uji : sperma domba yang telah birahi diambil dengan vagina buatan. Bahan pemekrisaan sperma hasil sexing : pewarna eosinnegrosin dan NaCl 0,3%. IV. CARA KERJA 15

17 a) Penampungan semen Lihat cara kerjanya pada praktikum penampungan semen Domba b) Pemeriksaan motilitas spermatozoa Lihat cara kerjanya pada praktikum penampungan semen domba c) Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa 1) Mikrometer objektif diperlakukan sama seperti objek glass dan dicari bayangan skalanya. 2) Bila telah terlihat, mikrometer okuler diletakkan didalam perangkat wadah lensa okuler, kemudian dipasang lagi. 3) Skala-skala pada kedua mikrometer tersebut di sejajarkan, dimana salah satu anak skala diatur sedemikian rupa sehingga saling lurus. jadi posisi kedua baris skala tersebut saling berhimpit. 4) Dicari satu anak skalanya pada kedua baris skala tersebut yang saling lurus berhimpit. 5) Pada masing-masing mikrometer tersebut di hitung banyaknya anak skala mulai yang paling lurus pertama kali sampai yang kedua. 6) Dari sini dapat di hitung. 7) 1 skala mikroometer okuler = skala mikrometer obyektif. 8) Tutup cover glass d) Penghitungan konsentrasi spermatozoa 1) Hisaplah semen dengan pipet thoma sampai angka 0,5 atau 0,1 2) Hisaplah dengan pipet thoma larutan NaCl fisiologis 3% sehingga pada akhirnya terjadi pengenceran 1/200 (atau 1/100). 3) Tutuplah kedua ujung pipet menggunakan ibu jari dan jari tengah lakukan pengocokan dengan cara membolak balik. 4) Keluarkan 1-2 tetes cairan dalam pipet thoma dan buang, kemudian pada tetesan selanjutnya ujung pipet 16

18 mikro ditempelkan salah satu sisi bilik hitung yang telah diberi glass penutup/cover glass dan kertas tissue pada sisi lainnya. 5) Cairan dalam pipet thoma akan mengalir memenuhi bilik hitung dan selanjutnya bilik hitung ditaruh di bawah mikroskop. 6) Hitunglah spermatozoa yang ada di dalam 5 bilik hitung dengan langkah diagonal dan menyerupai huruf R. perhitungan dimulai dari sebelah kiri secara zigzag. Untuk menghindari perhitungan yang kurang tepat spermatozoa yang ada digaris batas sebelah kiri dan atas suatu bilik dihitung sebagai spermatozoa yang ada dalam bilik kecil tersebut. 7) Jumlah spermatozoa sesungguhnya dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Panjang sisi 1 bilik R = 0,2mm Dalamnya bilik hitung = 0,1mm Pengenceran semen (p) = 100 atau 200 Volume dari 5 bilik hitung = V mm 3 Jumlah spermatozoa dari 5 bilik hitung = N Jumlah spermatozoa per mm 3 = N p/v V. PERTANYAAN 1. Bagaimanakah cara menghitung konsentrasi spermatozoa? 2. Mengapa 1-2 tetes cairan pertama dalam tabung thoma dibuang terlebih dahulu sebelum diteteskan pada bilik hitung? 3. Apa manfaat penghitungan konsentrasi spermatozoa? 17

19 PRAKTIKUM 6 KOLEKSI SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING I. TUJUAN 1. Mengetahui sumber spermatozoa bisa berasal dari makhluk hidup yang telah mati. 2. Mengetahui motilitas spermatozoa epididimis. II. DASAR TEORI Epidimis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis. Epididimis mempunyai 4 fungsi utama: transport, konsentrasi, maturasi dan penyimpanan sperma. Pemanfaatan epididimis sebagai sumber spermatozoa memberikan harapan baru untuk mengumpulkan material genetik hewan jantan meskipun hewan yang bersangkutan telah mati. III. ALAT DAN BAHAN Mikroskop Obyek glass Botol steril Gunting steril Sentrifus Tabung Spuit 10 cc dan jarum 20G Alimunium foil Epididimis kambing dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) 0.9% NaCl Eosin antibiotik: penisilin dan sterptomycin sulfate air kelapa muda sari buah melon aquabides kertas saring IV. CARA KERJA 18

20 1) Epididimis dikoleksi dari rumah pemotongan hewan 2) Bersihkan epididimis dan masukkan ke dalam botol steril yang didalamnya berisi NaCl fisiologis dan telah ditambah dengan antibiotik; penisilin dan sterptomycin sulfate. Tutup rapat. 3) Bawa ke laboratorium dalam kondisi suhu lingkungan. 4) di laboratorium: Pisahkan epididimis dari testis. Buatlah sayatan-sayatan pada epididimis kemudian bilas tekan. Pembilasan epididimis dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan larutan NaCl fisiologis (0,9% NaCl) ke epididimis menggunakan spuit 10 cc dan jarum berukuran 20G sambil ditekan. Tampung dalam tabung sentrifus cairan yang telah mengandung spermatozoa Sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit pada suhu kamar. Buang supernatan Sedimen (endapan di dalam tabung setelah disentrifugasi, yakni spermatozoa) diencerkan. Masing-masing dengan pengencer air kelapa muda antibiotik-kuning telur, sari buah melon antibiotik-kuning telur, aquabides antibiotik-kuning telur. Sebelum tabung reaksi ditutup dengan aluminium foil. Ambil sedikit cairan dengan pipet tetes. Teteskan di atas obyek glass. Kemudian tutup dengan gelas penutup. Amati motilitas spermatozoa di bawah mikroskop cahaya pembesaran 400X pada delapan lapang pandang yang berbeda secara subyektif. Amati spermatozoa yang hidup, dengan cara teteskan satu tetes cairan yang diambil dari tabung reaksi, kemudian tambahkan satu tetes larutan 1% eosin dalam aquabides campur hingga homogen, buat preparat ulas tipis pada kaca obyek. 19

21 Amati di bawah mikroskop cahaya pembesaran 400X, dengan minimum 200 spermatozoa yang diamati. Spermatozoa yang hidup ditandai dengan kepala berwarna putih, sedangkan yang mati ditandai dengan kepala berwarna merah. Tabung reaksi kemudian disimpan dalam refrigerator dengan suhu 3-5ºC selama 3 hari. V. PERTANYAAN 1. Mengapa epididimis hewan yang telah mati dapat digunakan sebagai sumber spermatozoa? 2. Sebutkan bagian-bagian epididimis! 3. Apa fungsi penekanan jaringan epididimis pada waktu pengkoleksian spermatozoa dari epididimis? 4. Bagaimana morfologi spermatozoa epididimis? Macam-macam pengencer semen 1. bahan pengencer airkelapamuda antibiotik-kuning telur air kelapa antibiotik : 80%, kuning telur : 20% 2. bahan pengencer sari buah melon antibiotik-kuning telur, sari buahmelon-antibiotik : 80%, kuning telur : 20% 3. bahan pengencer aquabides antibiotik- kuningtelur, aquabidesantibiotik : 80 %, kuning telur : 20% 4. cara membuat air kelapamuda-antibiotik 991 ml air kelapa muda + 4 ml streptomycin + 5 ml pensisilin. Campur sampai homogen 5. cara membuat sari buah melon-antibiotik 991 ml sari buah melon + 4 ml streptomycin + 5 ml penisilin. Campur sampai homogen. 6. kuning telur pilih telur ayam yang segar ditandai dengan kulit telur yang bersih, halus dan tidak retak. Kuning telur dipisahkan dari putih telur. Setelah itu disaring de ngan kertas saring. 7. air kelapa muda air kelapa muda disaring dengan kertas saring 8. cara membuat antibiotik (untuk 100ml) 20

22 1. streptomycin 5 gr dilarutkan dengan aquabides hingga 20 ml 2. penisilin IU dilarutkan dengan aquabides sampai volumenya 15 ml 3. 1 dan 2 dicampur kemudian ditambahkan aquabides sampai volume mencapai 100ml 21

23 PRAKTIKUM 7 PERAN PENGENCER PADA MOTILITAS DAN DAYA HIDUP SPERMA I. TUJUAN 1. Mengetahui peran pengencer pada motilitas sperma 2. Mengetahui peran pengencer pada daya tahan hidup sperma II. DASAR TEORI Selama proses penyimpana spermatozoa memerlukan perlindungan dan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Maka diperlukan bahan pengencer yang dapat menjalankan fungsi tersebut. Syarat bahan pengencer adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan, harus memubgkinkan sperma dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun bagi sperma, menjadi penyanggah bagi sperma, dapat melindugi sperma dari kejutan dingin (cold shock) baik untuk semen beku maupun semen yang tidak dibekukan (semen cair). Daya tahan hidup sperma adalah kemampuan sperma untuk bertahan hidup selama penyimpanan yang diperlihatkan melalui sanggupnya bergerak sampai tidak adanya pergerakan lagi. III. ALAT DAN BAHAN Mikroskop Pipet tetes Obyek glass Spermatozoa epidimis yang telah disimpan selama 3 hari IV. CARA KERJA 1. Ambil spermatozoa dari refrigerator 2. Diamkan beberapa saat 3. Pipet dengan pipet tetes 4. Teteskan diatas obyek glass 5. Amati dibawah mikroskop; motilitas dan viabilitasnya (spermatozoa yang hidup dan mati). 22

24 V. PERTANYAAN 1. Apa peran pengencer selama proses penyimpanan? 2. Bagaimana motilitas dan daya hidup spermatozoa dalam pengencer air kelapa muda-kuning telur ayam setelah mengalami proses penyimpanan? 3. Bagaimana motilitas dan daya hidup spermatozoa dalam pengencer sari buah melon-kuning telur setelah mengalami proses penyimpanan? 4. Bagaimana motilitas dan daya hidup spermatozoa dalam pengencer aquabides-kuning telur selama mengalami proses penyimpanan? 5. Bagaimana motilitas dan daya hidup spermatozoa dalam pengencer aquabides setelah mengalami proses penyimpanan? 6. dari ke-3 jenis pengencer, manakah yang menghasilkan hasil yang paling baik? 23

25 PRAKTIKUM 8 OSMOTIC RESISTANCE TEST (ORT) ATAU HYPOOSMOTIC SWELLING (HOS) TEST I. TUJUAN 1. Mengetahui cara mengevaluasi keutuhan membran spermatozoa yaitu dengan metode hypoosmotic swelling (HOS) test 2. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan pada keutuhan membran plasma spermatozoa. II. DASAR TEORI Untuk melakukan fertilisasi, spermatozoa harus bergerak mencapai tempat pembuahan dengan menggunakan energi yang diperoleh dari pengencer, sehingga motilitas seringkali dijadikan indikator fertilitasspermatozoa. Namun demikian pergerakan spermatozoa dipengaruhi juga oleh integritas struktur morfologi spermatozoa. Evaluasi terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa (presentase MPU) dilakukan dengan metode hypoosmotic swelling test (HOS test). III. ALAT DAN BAHAN 1. Mikroskop 2. Obyek glass 3. Sperma epididimis yang telah diencerkan dengan pengencer 4. Sperma epididimis yang telah disimpan selama 3 hari 5. Fruktosa 6. Na Citrat 7. aquabides IV. CARA KERJA Buat larutan hipoosmotik dengan cara melarutkan 0,3 g fruktosa dan 0,7 g Na Citrat ke dalam 100 ml aquabides. 24

26 Sebanyak 0,1ml semen dicampur dengan 9,9 ml medium hipoosmotik Setelah dicampurkan sediaan diinkubasi dalam inkubator CO2 bersuhu 37C selam 45 menit. Semen kemudian dibuat preparat ulas tipis pada gelas obyek dan diamati dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X terhadap minimum 200 spermatozoa. Spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh ditandai oleh ekor yang melingkar atau menggelembung, sedangkan yang rusak ditandai oleh ekor yang lurus. Lakukan langkah diatas pada spermatozoa yang telah disimpan selama 3 hari. I. V.PERTANYAAN 1. Apa gunanya metode Hypoosmotic swelling test (HOS test) pada spermatozoa? 2. Bagaimana kalian mengetahui keutuhan dan kerusakan membran spermatozoa? 3. Apakah lama penyimpanan juga memperngaruhi keutuhan membran spermatozoa? Jelaskan! 25

27 PRAKTIKUM 9 KAJIAN AGLUTINASI SPERMATOZOA DARI EPIDIDIMIS I. TUJUAN 1. Mengetahui aglutinasi spermatozoa 2. Mengetahui manfaat antiaglutinin bagi spermatozoa. II. DASAR TEORI Pengambilan spermatozoa dari epididimis seringkali mengabaikan cairan plasmanya yang berperan amat penting yaitu sebagai media untuk menjaga kehidupan sperma. Secara alami spermatozoa yang dibiarkan dalam media tertentu akan mengalami proses aglutinasi atau pengumpalan. Proses aglutinasi terjadi antarkepala spermatozoa, sehingga secara tidak langsung akan menurunkan tingkat efisiensi spermatozoa dalam membuahi sel telur. Penghambatan aglutinasi tampaknya dapat dilakukan dengan antiaglutinin. Dan salah satu sumber aantiglutinin adalah plasma epididimis. Tingkat aglutinasi spermatozoa dapat digunakan untuk menentukan keberadaan antiaglutinin. III. IV. ALAT DAN BAHAN Sentrifus Tabung reaksi Inkubator Mikropipet Spuit Gelas obyek Mikroskop cahaya Epididimis kambing dari rumah pemotongan hewan Medium Krebs Ringer-HEPES (KR-HEPES) 1:50 Giemsa 10% (Merck, Darmstadt Germany) Glutaraldehid NaCl Fisiologis CARA KERJA 26

28 1. Ambil cairan dari bagian kaput, korpus dan kauda epididimis dengan cara membuat sayatan-sayatan pada bagian tersebut kemudian semprotkan larutan NaCl fisiologis menggunakan spuit 10 cc dan jarum berukuran 20G. 2. Larutan yang mengandung spermatozoa tersebut ditampung dalam tabung reaksi 3. kemudian disentrifus pada kecepatan 700 g selama 5 menit pada suhu ruang. 4. Selanjutnya untuk memperoleh plasma, supernatan yang diperoleh disentrifus kembali dengan kecepatan g selama 10 menit pada suhu 4ºC. 5. Plasma dicampur dengan medium Krebs Ringer-HEPES (KR-HEPES) 1: Tabung reaksi diinkubasi dalam inkubatoer CO2 5% pada suhu 38,5ºC selama 1, 2, 3 jam. 7. Setelah 1, 2, 3 jam campuran tersebut diambil 10 µl dengan mikropipet untuk dibuat preparat ulas pada gelas obyek. 8. Selanjutnya preparat difiksasi dengan glutaraldehid 0,25% dalam NaCl fisiologis (1:1) 9. Kemudian dikeringanginkan dan diwarnai dengan Giemsa 10%. 10. Dilakukan penghitungan semua aglutinasi (perlekatan) antarkepala spermatozoa pada 10 lapang pandang di bawah mikroskop cahaya pembesaran 400kali. V. PERTANYAAN 1. Dari bagian epididmis yang manakah diperoleh hasil aglutinasi tertinggi? 2. Dari bagian epididimis yang manakah diperoleh hasil aglutinasi terendah? 3. Dari waktu 1,2, 3 jam manakah yang menghasilkan aglutinasi tertinggi dan manakah yang menghasil;kan aglutinasi terendah? 4. Apa akibatnya jika spermatozoa mengalami aglutinasi? 27

29 5. Apa fungsi antiaglutinin bagi spermatozoa? 28

30 PRAKTIKUM 10 PENGAMATAN SEL KELAMIN BETINA I. TUJUAN 1. Mengenal struktur morfologi ovarium domba Mengenal struktur morfologi oosit II. DASAR TEORI Sel kelamin atau gamet merupakan komponen sistem reproduksi yang penting, karena dari persatuan antara sel kelamin jantan dan betina terbentuklah zigot yang akan berkembang menjadi individu baru. Pengenalan dan pemahaman mengenai ciri-ciri morfologi sel kelamin hewan vertebrata pada lokasi yang berbeda-beda dari sistem reproduksi merupakan dasar untuk penelitian reproduksi dan embriologi yang berkaitan dengan sel kelamin. Dalam praktikum ini akan diamati struktur morfologi sel telur dan ovarium. III. IV. ALAT DAN BAHAN 1.Alat untuk pengambilan oosit domba: spuit 5 atau 10 cc 2. Alat pemeriksaan oosit : mikropipet, bisecting mikroskop, cawan petri 3. Ovarium uji : ovarium domba yang diambil dari rumah pemotongan hewan 4. Bahan pemeriksaan ovarium : NaCl fisiologis CARA KERJA Ovarium yang ada folikelnya diaspirasi menggunakan spuit Kemudian dikumpulkan dalam tabung reaksi NaCl fisiologis disemprotkan agar oosit tercuci Diamati di cawan petri dengan bisecting mikroskop V. PERTANYAA 1. Bagaiman struktur morfologi ovarium? 29

31 2. Bagaimana struktur morfologi oosit? 3. Apa perbedaan antar ovarium dan oosit? 4. Bagaimanakah cara pengambilan oosit dari ovarium? 30

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah 1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan survey untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. TUGAS AKHIR - SB 091358 Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP. 1507 100 016 DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. Kebutuhan pangan (ikan air tawar) semakin meningkat Kualitas

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang 20 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 TernakPercobaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak domba lokal jantan umur 2 tahun sebagai sumber penghasil sperma yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,

Lebih terperinci

Materi 10. Reproduksi I

Materi 10. Reproduksi I Materi 10 Reproduksi I Uji Kehamilan Tujuan Uji-uji kehamilan yang dipraktikumkan akan menunjukan bahwa deteksi kehamilan dapat dilakukan secara dini tanpa membutuhkan pengamatan klinis anatomis atas pasien.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 013 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.. Materi Materi yang digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. ` Bahan dan Peralatan 3.1.1. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini yaitu semen yang berasal dari domba yang ada di breeding station Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah berumur 2-3 tahun sebanyak lima ekor. 3.1.2. Bahan Penelitian Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan/Objek Penelitian 2.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing peranakan etawah (PE), berumur 2-3 tahun yang berada di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18--25 April 2014 di Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Insemninasi Buatan Daerah Lampung, Kecamatan Terbanggi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada bulan Maret Juni

Lebih terperinci

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN Tim Penyusun: Dr. Agung Pramana W.M., MS. Dr. Sri Rahayu, M.Kes. Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MS. Drs. Aris Soewondo, MS. drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, Jawa Barat. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder produksi

Lebih terperinci

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH Gambar mas Disusun oleh Mas Mas Mas Faisal Ernanda h0510030 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 Mas tolong

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan 4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi, Bagian

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA LAPORAN PRAKTIKUM diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikroteknik disusun oleh: Kelompok 1 Kelas C Adam Andytra (1202577) Devi Roslina (1200351)

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding 15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah semen yang didapat dari kambing pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)

Lebih terperinci

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada Tatap mukake 8&9 PokokBahasan: PENGENCERAN SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti tujuan pengenceran sperma Mengerti syarat-syarat bahan pengencer dan beberapa bahan yang digunakan Mengerti keuntungan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015. 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015. Berlokasi di Laboratorium Reproduksi, Pemuliaan dan Kultur Sel Hewan Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama, konsentrasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada ternak sapi telah banyak diterapkan di Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015 LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015 KELOMPOK 2 KETUA : Deni Setiawan ( 0661 14 187 ) ANGGOTA : Endah Irianti ( 0661 11 115 ) Mira Amalia

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Setiap kali praktikum,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan komoditas ternak yang banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu jenis kambing yang banyak dikembangkan yaitu jenis kambing Peranakan Etawah (PE).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. & 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pengaklimatisasian hewan uji serta

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di 23 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di Balai Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Sidomulyo

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN NAMA PRAKTIKAN : Rahila HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 21 Maret 2017 Tujuan Praktikum : 1. Latihan menggunakan timbangan digital dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima 15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima ekor kambing Peranakan Etawah jantan berumur 1,5-3 tahun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dengan selang waktu pengambilan satu minggu. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan juga di

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato Payakumbuh Sumatra Barat. 3.2. Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Hewan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pemeliharaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN NAMA PRAKTIKAN : Rahila HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 21 Maret 2017 Tujuan Praktikum : 1. Latihan menggunakan timbangan digital dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br Maikel Tio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Nur Amalah NIM : B1J011135 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN NAMA PRAKTIKAN : Rahila HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 2 Maret 207 Tujuan Praktikum :. Latihan menggunakan timbangan digital dan pipet

Lebih terperinci

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA Tatap muka ke 4&5 PokokBahasan: PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti cara - cara menilai sperma Mengerti sperma yang baik dan buruk 2. Tujuan Intruksional Khusus Mampu melaksanakan

Lebih terperinci