BUDIDAYA KODOK LEMBU MEMBERI HARAPAN BARU BAGI MASYARAKAT. Oleh NI PUTU MARIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDIDAYA KODOK LEMBU MEMBERI HARAPAN BARU BAGI MASYARAKAT. Oleh NI PUTU MARIANI"

Transkripsi

1 BUDIDAYA KODOK LEMBU MEMBERI HARAPAN BARU BAGI MASYARAKAT Oleh NI PUTU MARIANI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 KATA PENGANTAR Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969, Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negara. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi komoditas ekspor yang dapat memberikan keuntungan. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan. Indonesia mempunyai sekitar 351 jenis kodok, sepertiganya tidak ada di dunia. Pertamakali uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat budidaya kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan, masyarakat pesisir Utara juga menangkap kodok dari alam. Selanjutnya meluas ke Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok. Dewasa ini ini terjadi penurunan populasi kodok di alam, mungkin sebgai akibat penangkapan yang berlebihan ataupun akibat dari pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi berbagai kebutuhan akan komoditas tersebut terutama di restauranrestauran, ada peluang ntuk introduksi spesies kodok baru seperti kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) karena merupakan spesies yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman didalam hal membudidayakan kodok lembu. Denpasar, Desember 2015 Penulis i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii PENDAHULUAN... 1 KARAKTERISTIK KODOK LEMBU... 3 CARA MEMBUDIDAYAKAN KODOK LEMBU... 5 Penyiapan Sarana dan Peralatan... 5 Persyaratan Lokasi... 5 Kolam Mempersiapkan Kolam Produksi... 7 Pembibitan... 7 Pemeliharaan Kodok Lembu Hama dan Penyakit Panen Pasca Panen ANALISIS EKONOMI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KODOK LEMBU Pengolahan Paha Kodok Beku Preparasi bahan mentah Penanganan paha kodok KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ii

4 PENDAHULUAN Kodok adalah salah satu hewan yang sudah lama dikenal manusia, diperkirakan ada sekitar spisies kodok dan telah banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa Negara, baik Negara yang beriklim panas maupun beriklim empat musim. Negara-negara Eropa yang telah banyak membudidayakan kodok antara lain Prancis, Belanda, Belgia. Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia adalah di Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok. Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan. Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969, Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negara. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi budidaya ekspor yang dapat memberikan keuntungan. Indonesia mempunyai sekitar 351 jenis kodok, sepertiganya tidak ada di dunia. Pertamakali uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat budidaya kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan, masyarakat pesisir Utara juga menangkap kodok dari alam. Selanjutnya meluas ke Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok. Jenis kodok asli Indonesia yang dapat dikonsumsi, umumnya dari family Ranidae : 1. Kodok hijau (Rana Macrodon), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm. 1

5 2. Kodok sawah (Rana Cancrivora), hidup di sawah-sawah dan badannya dapat mencapai 10 cm, badannya berisi bercak coklat. 3. Kodok rawa (Rana Limnocharis), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm. 4. Kodok batu/raksasa (Rana Musholini). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. Berat badanya mencapai 1.5 kg dan panjangnya 22 cm. 5. Kodok makanan (Rana tirina) Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Sudah sejak lama kodok dikenal sebagai salah satu makanan lezat. Di rumahrumah makan Tionghoa, masakan kodok terkenal dengan nama swie kee. Disebut 'ayam air' (swie: air, kee: ayam) demikian karena paha kodok yang gurih dan berdaging putih mengingatkan pada paha ayam. Selain itu, di beberapa tempat di Jawa Timur, telur-telur kodok tertentu juga dimasak dan dihidangkan dalam rupa pepes telur kodok. Kodok-kodok yang tersebut diatas sudah mengalami penurunan populasinya di alam, mungkin akibat penangkapan yang berlebihan ataupun akibat dari pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi kebutuhan kodok untuk konsumsi di restauran-restauran introduksi spesies kodok baru sangat memungkinkan seperti kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) merupakan spesies yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. 2

6 KARAKTERISTIK KODOK LEMBU Kodok lembu berasal dari Amerika Utara. Jika dibandingkan dengan kodok lokal, kodok lembu sifatnya lebih jinak, lebih mudah dibudidayakan dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar ( gram/ekor). Kodok lembu termasuk komoditas perikanan yang bernilai ekonomis, sehingga dapat mencukupi kebutuhan baik dalam negeri maupun ekspor tanpa merusak keseimbangan lingkungan. Klasifikasi Kodok Lembu Kerajaan : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Kelas : Amphibi Subkelas : Anuromorpha Super ordo : Salientia Ordo : Anuras Subordo : Displasiooela Family : Ranidae Genus : Rana (True Frog) Spesies : Rana Catesbeiana Shaw Perbedaan jantan dan betina kodok lembu yaitu warna kulit sekitar kerongkongan hitam kekuningan pada kodok jantan dan kodok betina berwarna putih dengan bintik hitam. Ibu jari kaki bagian depan lebih besar pada kodok jantan (berjari 5 buah) sedangkan kodok betina lebih kecil (berjari 4 buah). Kantung suara pada kodok jantan terletak diantara selaput gendang dan pangkal kaki depan sedangkan kodok betina tidak punya. Ciri khususnya yaitu bunyi yang dikeluarkan oleh kodok jantan seperti suara lembu, sedangkan kodok betina perutnya membesar pada saat matang kelamin. Siklus hidup kodok lembu terdiri atas fase telur, berudu (kecebong), percil dan dewasa. Stadia berudu bersifat omnivora termasuk plankton feeder dan pemakan detritus (scavenger). Stadia percil sampai dewasa banyak memakan makanan yang 3

7 bergerak (seperti serangga, cacing tanah, belatung, ulat dan ikan kecil) atau pakan buatan (pellet). Mortalitas (kematian) pada usaha budidaya bullfrog masih sangat besar, berkisar antara 20-30%. Hal ini disebabkan belum ada penanganan terhadap penyakit bullfrog yang tepat. Pada skala pembesaran ekor percil dapat diharapkan untuk memperoleh ekor kodok dewasa dengan berat hidup sekitar 250 gram atau total kg kodok hidup. 4

8 CARA MEMBUDIDAYAKAN KODOK LEMBU Budidaya kodok lembu (Rana catesbiana Shaw) sudah berkembang sejak tahun Hewan ini berasal dari Amerika Utara. Meski berasal dari negara lain, kodok lembu bisa memijah secara alami dan cara membudidayakannya juga termasuk mudah atau tidak memerlukan perlakuan khusus. Penyiapan Sarana dan Peralatan Persyaratan Lokasi 1. Lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah pada ketinggian 1600 dpl. 2. Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1-5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5 m. 3. Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih akan memperlancar proses penetasan telur. 4. Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2 35 C. Suhu saat penetasan telur ialah antara derajat C, dengan kelembaban 60 65%. 5. Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm. 6. Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran. Kolam. Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja, melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk dan kontruksi kolam yang ideal (suryanto, 2010) Untuk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yang kontruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk saluran ini biasanya trapezium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk ke dalam kolamkolam. Kolam yang diperlukan antara lain : kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam 5

9 perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja. Disamping itu masih dibutuhkan kolam untuk memelihara induk. 1. Kolam Perawatan Kodok Ukuran kolam perawatan kodok yaitu 3 x 5 m yang terdiri dari dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m. Lantai kandang dibuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam berisi air setinggi cm dan 1/3 bagian kering. 2. Kolam Pemijahan Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air kolam ini sekitar 0,30 0,40 m dan ditengahnya dibuat daratan. Setiap meter perseginya dipelihara 15 ekor kodok, dengan perbandingan 3 betina dan 1 jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. Juga diberikan makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot. Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur yang keluar akan kelihatan mengambang di air kolam dan segera dipindahkan ke kolam penetasan. 3. Kolam Penetasan Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi. Luas kolam seluruhnya 10 m 2 4. Kolam Kecebong Kolam ini terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar antara 5 m 2 sampai dengan 6 m 2, dengan dasar lantai terbuat dari semen. 5. Kolam Kodok Muda Di kolam ini, kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Kolam ini dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m 2, dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan kedalaman cm. 6. Kolam Kodok Dewasa Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2 6 bulan. Kolam yang diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira kira 20 m 2, dengan konstruksi dasar dan dinding tembok dan kawat. Kedalaman air yang diperlukan antara Cm. 6

10 Mempersiapkan Kolam Produksi Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan dan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa penghujan. Sebaiknya kolam ditanami teratai, enceng gondok, genjer dan ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi kandungan oksigen. Pembibitan Adapun syarat ternak (kodok) yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang dan kodok tersebut tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ). 1. Pemilihan Bibit Calon Induk Menurut Muhadyanto (1997) untuk bibit calon induk sebaiknya dipilih kodok yang sehat, tidak cacat dan beratnya antara gram per ekor, umur 18 bulan untuk betina dan 12 bulan. Kemudian bibit calon induk dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1 2 hari, pemisahan ini dilakukan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Terjadinya perkawinan biasanya pagi hari yang ditandai dengan katak jantan berada diatas katak betina. Pada waktu perkawinan berlangsung jangan sampai terganggu, bila terganggu katak jantan akan melepaskan katak betina dan untuk terjadi perkawinan berikutnya biasanya memerlukan waktu yang agak lama. Setiap memijah, 1 ekor induk dapat menghasilakn telur antara butir tergantung dari kualitas induk, dan berlangsung sebanyak 3 kali pemijahan per tahun. Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya. 7

11 2. Perawatan Bibit dan Calon Induk Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis IU/ekor/bulan. 3. Sistem Pemijahan Menurut Muhadyanto (1997) pemijahan kodok lembu ada 2 cara yaitu pemijahan secara tradisonal dan secara intensif. Pemijahan secara tradisional Cara ini dianjurkan bagi peternak pemula yang belum berpengalaman. Pemijahan dilakukan di kolam plesteran berbentuk empat persegi panjang dengan luas antara m 2 dan tingginya kurang lebih 1 m. Bagian tengah kolam berupa tanah atau daratan, bentuknya seperti pematang yang sisinya ditanami rumput dan tales. Agar lebih teduh dan alami, diatas pematang sebaiknya diberi atap atau peneduh dari karton bekas atau genteng dan dipasang alat penyemprot air taman untuk membuat hujan buatan. Manfaat pematang ini sebagai tempat istirahat dan arena percumbuan antara induk jantan dan betina. Sedangkan bagian kolam yang lain diisi air sedalam kurang lebih 30 cm dan diberi tanaman enceng gondok. Pemijahan tradisional merupakan cara memproduksi benih bersifat masal, karena dalam satu unit kolam pemijahan diisi banyak pasangan induk jantan dan betina. Sebagai patokan, tiap meter persegi kolam pemijahan tradisional dapat diisi 1-2 pasang induk jantan dan betina. Pemijahan secara intensif Cara ini sebaiknya dilakukan oleh peternak yang sudah berpengalaman dan trampil. Pemijahan dilakukan di kolam plesteran berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,5 x 2 m dan tinggi sekitar 80 cm. Air kolam yang digunakan berasal dari sumur atau sumber lain, yang dialirkan ke unit-unit kolam melalui pipa paralon ukuran 1 dim yang dilubangi, sehingga keluarnya air dari pipa seperti pancuran. Dasar kolam dibuat agak miring sedikit agar air yang masuk ke kolam melalui pipa paralon bias langsung keluar (terbuang). Kolam pemijahan intensif biasanya disebut kolam pasangan karena setiap unit kolam diisi induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 jantan : 1 8

12 betina atau 2 jantan : 1 betina. Berdasarkan pengalaman perbandingan jantan dan betina 2 : 1, proses perkawinan lebih cepat karena adanya persaingan induk jantan untuk mendapatkan sang betina. Disamping cara diatas ada cara mutakhir untuk memijahkan kodok yaitu dengan kawin suntik dengan menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. (Suryanto, 2010). Dengan sistem ini akan mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala, namun cara penyuntikan pada rongga perut lebih banyak yang dipilih. 4. Reproduksi dan Perkawinan Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. Kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta. Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka disiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat dilihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi. Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran O C dan ph air juga diamati. 9

13 Pemeliharaan Kodok Lembu Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok. Pertumbuhan dan kesehatan kodok tergantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali. 1. Sanitasi dan Tindakan Preventif Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah jam pada suhu air O C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari. 2. Perawatan Ternak Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke perairan umum. Padat penebaran dalam kolam adalah ekor/m 2. Bila memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphofisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphofisa) dan padat tanam sebanyak ekor/m 2. 10

14 3. Pemberian pakan Berbagai macam makanan dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan dengan menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan bila diberikan makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi. Hama dan Penyakit 1. Penyakit, hama dan penyebabnya Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerang kodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam. 2. Pencegahan, serangan penyakit dan hama Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10 15% karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali. 3. Pemberian vaksinasi dan obat Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene gram/m 2 air, atau dengan suntikan teramysin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara dipisahkan dan istirahatkan 2 3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk mengatasinya, 11

15 populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersih dan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg makanan. Panen 1. Hasil utama Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya 2. Hasil tambahan Hasil tambahan yang berupa limbah hasil pemotongan diolah untuk dijadikan silase yaitu dengan menambahkan asam propionat dan asam formiat. Selanjutnya digiling dan makanan ini dapat diberikan pada ternak, dimana makanan ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yang tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya. 3. Penangkapan Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan pada penampungan. Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau bak semen yang drainasenya lancar. Pasca Panen Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup dan segar, maka bisa digunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnya disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut. 12

16 ANALISIS EKONOMI Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (Rana Catesbeiana) untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindari pos-pos yang tidak penting. Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 M 2 dengan anggapan sebagai berikut: a. Luas Tanah : 200 m 2 b. Luas Kolam : 125 m 2 Kolam penyimpanan induk: 9 m 2 Kolam induk jantan: 3m 2 Kolam induk betina: 3 m 2 Kolam pemijahan/perkawinan: 9 m 2 Kolam penetasan: 8 m 2 Kolam kecebong: 21 m 2 Kolam percil: 20 m2 Kolam kodok dewasa: 30 m 2 Saluran air dan lainnya: 22 m 2 c. Jumlah Induk. Induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor Induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantan Telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan. d. Lama pemeliharaan: 5 bulan e. Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahun f. Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincanganbekicot, tepung dengan kadar protein + 35 %. 13

17 Perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok lembu sebagai berikut: 1. Modal investasi a. Pembangunan kolam/kandang 125 m 2 Rp ,- b. Alat-alat dan induk Rp ,- 2. Modal kerja ( operasional ) a. Biaya tetap - Penyusutan bangunan ( 8 % ) Rp ,- - Penyusutan peralatan ( 20 %) Rp ,- - Bunga modal ( 18 %) Rp ,- - Upah ( 1 orang setahun ) Rp ,- b. Biaya variabel - Pakan kodok Rp. 250,- Rp ,- - Pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,- Rp ,- - Perbaikan kandang ( 5% ) Rp ,- - Sewa tanah Rp ,- - Administrasi dan pemasaran Rp ,- - Lain-lain Rp ,- Jumlah modal yang dibutuhkan Rp ,- 3. Penjualan a. Produksi percil ekor Rp. 100 Rp ,- b. Produksi kodok niaga** 2 x Rp. 300 Rp ,- Jumlah pemasukan Rp ,- 4. Biaya Operasional a. Biaya tetap Rp ,- b. Biaya variable Rp ,- Jumlah biaya operasional Rp ,- 5. Pendapatan bersih sebelum pajak Rp ,- 6. Pajak 15 % Rp ,- 7. Pendapatan bersih Rp ,- 8. Break event point ( B.E.P ) Rp ,90 14

18 9. P V = 0, BC = 1, Waktu pengembalian kredit ( PPC ) =1.5 tahun Sumber: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar ( Balitkanwar ) Bogor, ( Jl.Sempur No 1. Bogor ) Keterangan: - Produksi percil dihitung hanya yang hidup, sekitar 55% dari 3 kali pemijahan. Mortalitas sekitar 45%. - Diantara percil yang hidup, kurang lebih ekor dibesarkan menjadi kodok niaga. Selama setahun produksi kodok niaga bisa dipanen dua kali. 15

19 TEKNOLOGI PENGOLAHAN KODOK LEMBU Pengolahan Paha Kodok Beku Paha kodok adalah salah satu komoditas yang menempati posisi penting dalam perolehan devisa dari hasil ekspor komoditi perikanan. Kodok diperoleh dari alam seperti dari sawah, pegunungan atau dekat pantai dan terdapat hampir di seluruh daerah Nusantara. Dalam perkembangan ekspor paha kodok selama ini terjadi fluktuasi dalam volume dan nilai disebabkan sering terjadi penolakan dari negara pengimpor maupun pemanfaatan cumber days yang tidak terkontrol. Penolakan produk ini oleh importir disebabkan paha kodok dari Indonesia mengandung bakteri patogen (khususnya Salmonella). Di samping itu tekanan terhadap sumberdaya makin terasa akibat penangkapan yang berlebihan tanpa memperhatikan upaya konservasi. Bahkan tahuntahun terakhir ini ekspor paha kodok cenderung mengalami penurunan baik volume maupun nilainya. Dalam usaha penyediaan bahan baku, budidaya kodok perlu digalakkan. Jenis kodok yang dimaksud adalah jenis kodok impor dari jenis Rana catesbiana, sering disebut kodok benggala, lembu atau bullfrog. Pembudidayaan kodok ini ternyata cukup berhasil dengan ukuran paha yang besar, dagingnya padat dan berwarna kuning. Bahan Baku, adalah kodok yang masih hidup dan bahan-bahan lain seperti air bersih, es hancuran dan garam larutan khlor. Peralatan yang dibutuhkan yaitu piasu, gunting, wadah/tempat-tempat dari plastik, ruangan pengolahan, mesin pembekuan dan pembungkus plastik. Preparasi bahan mentah: Setelah tiba pada pabrik pengolahan, kodok hidup dicuci dengan disemprot air bersih, sedangkan kodok yang mati dipisahkan dan dibuang. Kodok tersebut kemudian dikarantina selama 1 hari agar isi perutnya keluar. Selajutnya dibius agar tidak merasakan sewaktu dipotong dengan cara merendam di dalam larutan garam 10% selama 10 menit. Larutan garam ini juga membantu 16

20 mengurangi jumlah mikroorganisma pencemar, meningkatkan daya awet sewaktu di es dan memperbaiki kenampakan daging. Kodok hidup yang sudah dibius kemudian direndam dalam larutan khlor 250 ppm selama 1-2 menit. Selajutnya dilakukan pemotongan di atas pinggang, kulit paha dilepas dengan cara menarik kulit ke arah kaki. Lubang dubur sebagai ujung dari intestin harus dibuang dan bagian cakar dipotong. Paha kodok yang sudah bersih dari kulit direndam dalam larutan khlor 20 ppm, garam NaCl 3% dan didinginkan dengan hancuran es selama 20 menit untuk menarik darah dari daging. Juga dilakukan desinfektan dengan merendam paha kodok pada larutan khlor 200 ppm selama 15 menit, dengan Cara ini bakteri termasuk Salmonella sudah terbunuh. Penanganan paha kodok: Paha kodok yang sudah didesinfeksi kemudian dicuci bersih dan menunggu proses lebih lanjut, dan paha kodok hams selalu diberi hancuran es yang cukup, agar suhu selalu berada sekitar 0 C. Untuk menghindari kekeringan paling atas dalam wadah diberi es cukup banyak. Jika tempat pengolahan letaknya jauh dari tempat pembekuan, maka perlu diperhatikan agar paha kodok selalu berada dalam kondisi yang tidak merugikan antara lain pengangkutan dilakukan pada malam hari (menghindari terik matahari), tinggi paha kodok di dalam wadah tidak melebihi 50 cm agar bagian bawah tidak terkena tekanan, selalu diberi hancuran es, dan yang paling baik kalau diangkut dengan menggunakan peralatan refrigerasi mekanis. Sebelum dibekukan paha disortir untuk mendapatkan keseragaman menurut jenis, ukuran dan mutu. Penyortiran umumnya dilakukan dengan tangan dan harus dilakukan dengan cepat, suhu tetap diusahakan rendah dengan selalu memberi hancuran es. Bila paha kodok akan dibekukan dalam bentuk blok, maka paha kodok harus disusun rapi dalam pan pembekuan dengan berat tiap pan seragam menurut ukuran. Paha kodok berukuran besar umumnya dibekukan secara individu (IQF) dan sebelumnya harus dimasukkan ke dalam kantong plastik kecil. 17

21 Pembekuan dilakukan dengan cara cepat (2-2,5 jam) pada suhu rendah (-35 C sampai dengan - 45 C) sehingga suhu pusat produk akhir mencapai minimum -18 C. Jika pembekuan dilakukan dalam bentuk blok dengan menggunakan pan pembeku, produk hams di-glazing secara merata. Supaya paha kodok tidak berubah warnanya selama penyimpanan suhu rendah, maka sebelum paha kodok dibekukan direndam dulu pada larutan garam 2% dan 0,3% natrium sulfat dengan jumlah 1,5 liter larutan untuk 1 kg paha, direndam selama 30 menit. Kemudian setelah paha kodok diangkat, direndam lagi pada larutan asam sitrat 0,3% selama 30 menit, suhu tetap dijaga tetap dingin. Keuntungannya adalah selain warnanya putih kekuningan baunya juga menjadi lebih baik. KESIMPULAN Budidaya kodok lembu merupakan peluang agribisnis yang cukup menjanjikan dan merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. DAFTAR PUSTAKA Anon Budidaya Kodok Lembu. Dinas Perikanan Propinsi DT I Jawa Barat. Anon Budidaya Kodok. Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. go.id Muhadyanto, A Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Wonocolo. Suryanto, E Sehari Mahir Beternak. Genius Publisher, Yogyakarta. 18

BUDIDAYA KODOK 1. SEJARAH SINGKAT 2. SENTRA PERIKANAN

BUDIDAYA KODOK 1. SEJARAH SINGKAT 2. SENTRA PERIKANAN BUDIDAYA KODOK 1. SEJARAH SINGKAT Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Lebih terperinci

VI. BUDIDAYA KODOK (AMPHIBIA)

VI. BUDIDAYA KODOK (AMPHIBIA) VI. BUDIDAYA KODOK (AMPHIBIA) A. Pendahuluan Permintaan pasar akan daging kodok terus meningkat baik lokal maupun internasional. Untuk memenuhi permintaan tersebut sebagian besar masih mengandalkan pada

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) 1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUDIDAYAAN BELUT MATA KULIAH : LINGKUNGAN BISNIS (Dosen Pengampu : M. Suyanto, Prof. Dr, M.M.) NAMA : TRI SANTOSO NIM : 10.02.7661 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha Ternak

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA BEKICOT NAMA : LATIP SETIAWAN NIM : 11.02.7937 KELAS : D3-MI-01 JURUSAN : MANAJEMEN INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFOERMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA :MARIUS KORBIANO NERUM KELAS : SI.S1.2J NIM : 10.12.5055 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA II.PELUANG BISNIS TAMBAK IKAN LELE

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele Oleh : Rangga Ongky Wibowo (10.11.4041) S1Ti 2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Kata Pengantar... Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun oleh: Felik Ferdiawan (10.11.3827) TEKHNIK INFORMATIKA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 ABSTRAK Ikan lele memang memiliki banyak penggemar, karena

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA A. Pendahuluan Keluarga cichlidae terdiri dari 600 jenis, salah satunya adalah ikan nila (Oreochromis sp). Ikan ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat popouler

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 1. PENDAHULUAN Gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namun harganya relatif meningkat setiap saat. Untuk DKI Jakarta, jenis ikan ini cocok

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan Pendahuluan Pembenihan merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan bertujuan untuk menghasilkan benih. Benih yang dihasilkan dari proses pembenihan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK WADAH BENIH AIR PERLAKUAN BIOFLOK PAKAN BOBOT WADAH / KOLAM WADAH / KOLAM Syarat wadah: Tidak

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

By : ilmuikan.com. Cara Gampang Budidaya Belut

By : ilmuikan.com. Cara Gampang Budidaya Belut By : ilmuikan.com Cara Gampang Budidaya Belut Belut adalah salah satu hewan air yang termasuk kedalam golongan avertebrata (tidak bertulang belakang). Belut juga merupakan salah satu jenis ikan walau dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan dilakukan dengan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan pemberian file

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar SNI : 01-6483.4-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA BBPBAT Sukabumi 2007 Daftar Isi 1. Penduluan... 1 2. Persyaratan Teknis... 2 2.1. Sumber Air... 2 2.2. Lokasi...

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katak merupakan komoditas yang sangat penting, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara Eropa, Amerika dan beberapa

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA : BUNGA DWI CAHYANI NIM : 10.11.3820 KELAS : S1 TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 PEMBENIHAN : SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM PEMATANGAN GONAD, PEMIJAHAN BUATAN DAN PEMBESARAN LARVA HASIL PENETASAN SEHINGGA MENGHASILAKAN BENIH YANG SIAP DITEBAR DI KOLAM, KERAMBA ATAU DI RESTOCKING

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BUDIDAYA IKAN LELE Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh: Mada Mahatma 11.12.5828 Kelas 11.S1SI.07 Sistem Informasi Budidaya Ikan Lele Jenis Ikan Lele memang memiliki

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT UNDERSTANDING POND AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT Soil Profile Soil Triangle Clear plastic liner tube & sediment removal tool Sediment Sampler Soil acidity tester Food web in Aquaculture

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Cara Sukses Bisnis Budidaya Lele Disusun oleh: Nama : Siti Mustikaningsih Nim : 10.11.3913 Kelas : S1T1-2E Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika Komputer AMIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi 1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar SNI : 01-6485.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar DAFTAR ISI Pendahuluan 1. Ruang Lingkup... 1 2. Acuan... 1 3. Definisi... 1 4. Istilah...

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar produksi induk ikan lele dumbo kelas induk

Lebih terperinci

Bisnis Ternak Ikan Lele

Bisnis Ternak Ikan Lele Bisnis Ternak Ikan Lele Tugas Karya Ilmiah Peluang Bisnis Disusun Oleh : Bukhari Muslim. ( 10.01.2668 ) D3-2A Teknik Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS Disusun Oleh : Yuni kumala dewi 10.02.7834 Manajemen Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jln.Ring Road Utara, Condong Catur,Sleman Yogyakarta

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Usaha Pembenihan Ikan Bawal Di susun oleh: Nama : Lisman Prihadi NIM : 10.11.4493 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan bawal merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra) PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra) 1. PENDAHULUAN Teripang atau juga disebut suaal, merupakan salah satu jenis komoditi laut yang bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik dipasaran

Lebih terperinci

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Bisnis Budidaya Ikan Bawal Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01 6131 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Oleh : R. muhammad Taufiq Sujatmikanto 11.01.2893 11/D3TI/02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Jl. Ring Road

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis) Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Lingkungan Bisnis) Nama : Yogi Renditya NIM : 11.02.7920 Kelas : 11-D3MI-01 Abstrak Budi daya ikan lele bisa dibilang gampang-gampang susah, dikatakan

Lebih terperinci