Erwiyono dan Prawoto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Erwiyono dan Prawoto"

Transkripsi

1 Erwiyono dan Prawoto chemistry (1982). Marcel Dekker, Inc. New York. Toruan-Mathius, N. & D. Suhendi (1991). Potensi kultivar Leucaena diversifolia terseleksi sebagai pakan ternak. Menara Perkebunan, 59, van Noordwijk, M. & K. Hairiah (2006). Intensifikasi pertanian, biodiversitas tanah dan fungsi agro-ekosistim. Agrivita, 28, Williams, C.N. (1975). Coffee (Coffea spp.). p The Agronomy of the Major Tropical Crops. Oxford University Press. Selangor, Malaysia. Wrigley, G. (1988). Coffee. Longman Scientific & Technical, Longman Singapore Publishers (Pte) Ltd. Singapore. *********** 34

2 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri meningkatkan bahan organik dan nitrogen tanah, sedangkan penaung kayukayuan industri lebih baik dalam meningkatkan kadar hara mineral, tanah, seperti Ca, Mg, fosfat, dan Zn. 2. Ada tendensi bahwa peningkatan hara mineral tanah tertentu terkait dengan jenis/tipe penaung. Tanaman jati dan waru gunung meningkatkan Ca dan Mg tanah, sedangkan sengon juga cenderung meningkatkan Zn tanah. 3. Seperti yang diharapkan bahwa akumulasi bahan organik tanah berkorelasi positif dengan nilai KTK tanahnya. PUSTAKA Baon, J.B. & A. Wibawa (2005). Kandungan bahan organik dan lengas tanah serta produksi kopi pada budidaya ganda dengan tanaman sumber bahan organik. Pelita Perkebunan, 2, Erwiyono, R. (2005). Lengas tanah dan turgiditas beberapa klon kopi Robusta di dataran Aluvial berpola hujan musiman. Pelita Perkebunan, 21, Hairiah, K.; S. Rahayu & Berlian (2006). Layanan lingkungan agroforestri berbasis kopi: Cadangan karbon dalam biomasa pohon dan bahan organik tanah (Studi kasus dari Sumberjaya, Lampung Barat). Agrivita, 28, Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Jenny, H. (1961). Factors of Soil Formation. Mc. Graw Hill Book, Co., Inc. New York. Kumar, D. & L.L. Tieszen (1980). Photosynthesis in Coffea arabica. I. Effects of light and temperature. Experimental Agriculture, 16, Maestri, M. & R.S. Barros (1977). Coffee, p In : P. De T. Alvim & T.T. Kozlowski (Eds.). Ecophysiology of Tropical Crops. Academy Press, New York. Prawoto, A.A.; Rumiyati & G. Subroto (2002). Uji alelopati jati (Tectona grandis), Ramayana (Cassia spectabilis), Gmelina (Gmelina moluccana), dan sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap bibit kakao (Theobroma cacao), Pelita Perkebunan, 18, Prawoto, A. Adi (2007). Optimasi lahan kopi dan kakao melalui pola tanam konservasi dengan tanaman industri. Laporan tahunan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Purwanto; E. Handayanto; D. Suprayogo; J.B. Baon & K. Hairiah (2007). Nitrifikasi potensial dan nitrogen-mineral tanah pada sistim agroforestri kopi dengan berbagai pohon penaung. Pelita Perkebunan, 23, Schmidt, F.H. & J.H.A. Ferguson (1951). Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with Western New Guinee, Verhandelingen No. 42. Kementerian Perhubungan Djawatan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta. Suhendi, D. & L. Buana (1991). Keragaan dan keragaman genetik tanaman lamtoro asal Hawai. Menara Perkebunan, 59, Supraptohardjo; D.Z. Sahertian & R. Dudal. (1960). Peta tanah eksplorasi Djawa dan Madura, Skala 1: Balai Besar Penyelidikan Pertanian, Balai Penyelidikan Tanah, Bogor. Tan, K.H. (1991). Dasar-dasar kimia tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Diterjemahkan oleh D.H. Goenadi dari Principles of soil 33

3 Erwiyono dan Prawoto Tabel 4a. Total kation, KTK, KB, dan ph tanah pada tahun ke empat pada perlakuan tanpa tanaman (kontrol) dan perlakuan tanaman kayu-kayuan di kebun Sungai Lembu dan Kebun Glantangan Table 4a. Total cations, CEC, base saturation, and ph of the soil of the fourth year at bare treatment (control) and woodytrees planting treatments at Sungai Lembu plantation and Glantangan plantation Nilai KTK kation CEC Total (me/100g) cations (me/100g) Nilai (Value) KB Base saturation, % ph Nilai kation Total cations % thd kontrol (% over control) KTK CEC KB Base Saturation ph Kebun Glantangan Tanpa tanaman (Kontrol) Jati (Tectona grandis) Kebun Sungai Lembu Tanpa tanaman (Kontrol) Sengon (Paraserianthes falcataria) Mindi (Melia. azedarach) Balsa (Ogloma logipus) Catatan (Notes): 1) Lihat Tabel 1 (see Table 1) dari mineral liat tanahnya. Hal ini bersesuaian dengan hasil penetapan ph tanah yang menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian tergolong masih baik dengan muatan neto negatif (Rata-rata ph-h 2 O = 5,68 dan ph- KCl = 4,76 untuk tanah Aluvial serta ratarata ph-h 2 O = 5,95 dan ph-kcl = 5,0 untuk tanah Mediteran), seperti diuraikan oleh Tan (1991), di samping nilai KTK tanahnya masih relatif tinggi. Kejenuhan basa dalam tanah di plot perlakuan penaung kayu-kayuan pada umumnya lebih rendah daripada plot perlakuan kontrol, kecuali plot perlakuan penaung waru gunung (Tabel 4). Keadaan ini menunjukkan bahwa porsi kompleks jerapan tanah yang ditempati kation-kation tanah pada plot perlakuan penaung kayu industri lebih rendah daripada plot pada perlakuan kontrol. Sebagai pembanding, kejenuhan basa di pertanaman jati pada tanah Mediteran lebih rendah daripada kondisi bera, sebaliknya di pertanaman sengon, mindi, dan balsa di okasi lain pada jenis tanah yang sama dan tipe hujan lebih basah, kejenuhan basa tanahnya lebih tinggi daripada kondisi bera (Tabel 4a). KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penaung lamtoro paling baik dalam 32

4 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri Tabel 3a. Kadar fosfat dan hara mikro tanah pada tahun ke empat pada perlakuan tanpa tanaman (kontrol) dan perlakuan tanaman kayu-kayuan di kebun Sungai Lembu dan Kebun Glantangan Table 3a. Soil phosphate and micro-element contents of the fourth year at bare treatment (control) and woody-trees planting treatments at Sungai Lembu plantation and Glantangan plantation Nilai, ppm (Value, ppm) % thd kontrol (% over control) P 2 O 5 Fe Zn P 2 O 5 Fe Zn Kebun Glantangan Tanpa tanaman (Kontrol) Jati (Tectona grandis) Kebun Sungailembu Tanpa tanaman (Control) Sengon (Paraserianthes falcataria) Mindi (Melia azedarach) Balsa (Ogloma logipus) Tabel 4. Table 4. Total kation, KTK, KB, dan ph tanah pada tahun ke empat pada perlakuan kontrol dan perlakuan penaung tanaman kayu-kayuan di Kebun Percobaan Kaliwining Total cations, CEC, base saturation, and ph of the soil of the fourth year at control treatment and shading woody-trees at Kaliwining experimental station Nilai KTK kation CEC Total (me/100g) cations (me/100g) Nilai (Value) KB Base saturation (%) ph Nilai kation Total cations % thd kontrol (% over control) KTK CEC KB Base Saturation ph Kopi + lamtoro (Kontrol) Coffee + Leucaena as control Kopi + Jati pagar ganda Coffee + T. grandis double rows Kopi + sengon pagar ganda Coffee + P. falcataria in 2-rows Kopi + sengon pagar tunggal Coffee + P. falcataria in 1-row Kopi + 2 baris sengon var. Solomon (Coffee + 2 rows P. falcataria var. Solomon) Kopi + 4 baris sengon var. Solomon (Coffee + 4 rows P. falcataria var. Solomon) Kopi + 4 baris mindi Coffee + 4 rows M. azedarach Kopi + 2 baris mindi Coffee + 2 rows M. azedarach Kopi + waru gunung Coffee + H. macrophyllus 31

5 Erwiyono dan Prawoto Tabel 3. Table 3. Kadar fosfat dan hara mikro tanah pada tahun ke empat pada perlakuan kontrol dan perlakuan penaung tanaman kayu-kayuan di kebun percobaan Kaliwining Soil phosphate and micro-element contents of the fourth year at control treatment and shading woody-trees at Kaliwining experimental station Catatan (Notes): 1) Lihat Tabel 1 (see Table 1) Nilai, ppm (Value, ppm) % thd kontrol (% over control) P 2 O 5 Fe Zn P 2 O 5 Fe Zn Kopi + lamtoro (Kontrol) Coffee + Leucaena as control Kopi + Jati pagar ganda Coffee + T. Grandis in double rows Kopi + sengon pagar ganda Coffee + P. falcataria in double rows Kopi + sengon pagar tunggal Coffee + P. falcataria in single row Kopi + 2 baris sengon var. Solomon Coffee + 2 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris sengon var. Solomon Coffee + 4 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris mindi Coffee + 4 rows M. azedarach Kopi + 2 baris mindi Coffee + 2 rows M. azedarach Kopi + waru gunung Coffee + H. macrophyllus antara asam-asam organik dengan batuan/ bahan induk berkapur. Pemasaman kalsium dan magnesium karbonat disertai hidrolisis akan menghasilkan ion-ion OH -, di samping kemungkinan pelepasan gugus-gugus hidroksil dari hasil perombakan senyawasenyawa organik seresah tanaman. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah secara umum relatif sama di antara perlakuan, kecuali perlakuan yang memiliki nilai (total) kation relatif tinggi juga cenderung memiliki nilai KTK relatif tinggi (Tabel 4). Ada dugaan sementara bahwa perbedaan konsentrasi kation-kation ini dalam tanah menjadi salah satu alasan terkait perbedaan KTK, apabila sumber muatan negatif kompleks jerapannya berasal dari gugusgugus aktif senyawa organik tanah. Dengan menghubungkan data KTK dengan data C-organik tanah untuk kebun percobaan Kaliwining (tanah Aluvial) diperoleh hubungan kuadratik sebagai berikut: Y (KTK) = -22,034 X ,355 X 39,13 (R 2 = 0,31), di mana X = C- organik. Sedangkan untuk pengamatan di tanah Mediteran diperoleh hubungan sebagai berikut: Y (KTK) = -28,034 X ,180 X 20,374 (R 2 = 0,41). Dari persamaanpersamaan ini ditunjukkan bahwa adanya senyawa organik dalam tanah memang meningkatkan KTK tanah meskipun porsinya relatif kecil. Dengan perkataan lain, KTK tanah masih didominasi oleh sumber-sumber 30

6 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri (Tabel 3a). Terhadap kadar Fe tanah, hanya tanaman balsa yang dapat meningkatkan kadarnya sedangkan jati, sengon dan mindi tidak. Pada semua tanaman kayu industri yang diamati, kadar Zn tanah meningkat, terutama sengon (Tabel 3a). Setelah penelitian berjalan empat tahun, total kation (basa-basa) dalam tanah dari perlakuan penaung kayu industri pada umumnya lebih rendah daripada kontrol kecuali pada perlakuan penaung jati (pagar tunggal), penaung sengon pagar ganda dan penaung waru gunung. C. Kemasaman dan Sifat Kimia-fisik Tanah Kemasaman (ph) tanah secara umum sedikit lebih rendah pada perlakuan penaung kayu-kayuan daripada perlakuan penaung lamtoro (kontrol) (Tabel 4). Keadaan ini relatif sulit dijelaskan alasannya mengingat tanah pada perlakuan-perlakuan tersebut mempunyai kandungan bahan organik lebih rendah daripada perlakuan kontrol, kecuali perbedaannya dapat diabaikan atau senyawasenyawa organik yang dihasilkan dari peruraian seresahnya dominan asam-asam organik pada perlakuan penaung kayukayuan. Pengamatan Prawoto et al. (2002) mendukung dugaan ini bahwa hasil peruraian daun jati dan sengon memiliki ph sedikit lebih rendah daripada hasil peruraian daun lamtoro. Sebagai pembanding, pengamatan pada tanah Mediteran menunjukkan bahwa tanaman kayu industri yang dikelola secara monokultur (jati, sengon, mindi, dan balsa) cenderung meningkatkan ph tanah (Tabel 4a). Hal ini dapat terjadi oleh terjadinya reaksi Tabel 2a. Kadar basa tanah pada tahun ke empat pada perlakuan tanpa tanaman (kontrol) dan perlakuan tanaman kayu-kayuan di kebun Sungai Lembu dan Kebun Glantangan Table 2a. Soil base contents of the fourth year at bare treatment (control) and woody-trees planting treatments at Sungai Lembu plantation and Glantangan plantation Nilai (me/100 g) (Value, me/100 g) % thd kontrol (% over control) Na K Ca Mg Na K Ca Mg Kebun Glantangan Tanpa tanaman (Kontrol) Jati (Tectona grandis) Kebun Sungai Lembu Tanpa tanaman (Kontrol) Sengon (Paraserianthes falcataria) Mindi (Melia azedarach) Balsa (Ogloma logipus)

7 Erwiyono dan Prawoto derung meningkatkan Ca dan Mg tanah; sementara pada areal jati justru terjadi penurunan kadar unsur-unsur hara tersebut. Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa secara umum tanaman penaung kayu industri meningkatkan kadar fosfat tanah dibandingkan penaung lamtoro, teristimewa penaung sengon. Hal ini mirip dengan hasil pengamatan Prawoto et al. (2002) terhadap pelepasan hara hasil perombakan daun jati, sengon, dan lamtoro. Sebagai pembanding, hasil pengamatan yang diusahakan monokultur pada tanah Mediteran menunjukkan bahwa hanya sengon dan balsa dapat meningkatkan fosfat tanah, sedangkan jati dan mindi tidak Tabel 2. Table 2. Kadar basa tanah pada tahun ke empat pada perlakuan kontrol dan perlakuan penaung tanaman kayu-kayuan di kebun percobaan Kaliwining Soil base contents of the fourth year at control treatment and shading woody-trees at Kaliwining experimental station Nilai (me/100 g) (Value, me/100 g) Na % thd kontrol (% over control) Ca K Mg Na K Ca Mg Kopi + lamtoro (Kontrol) Coffee + Leucaena as control Kopi + Jati pagar ganda Coffee + T. grandis in double rows Kopi + sengon pagar ganda Coffee + P. falcataria in double rows Kopi + sengon pagar tunggal Coffee + P. falcataria in single row Kopi + 2 baris sengon varietas Solomon Coffee + 2 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris sengon varietas Solomon Coffee + 4 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris mindi Coffee + 4 rows M. azedarach Kopi + 2 baris mindi Coffee + 2 rows M. azedarach Kopi + waru gunung Coffee + H. macrophyllus 28

8 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri Suhendi, 1991). Sebagai pembanding terhadap hasil pengamatan demoplot di kebun percobaan Kaliwining di atas, juga telah diamati pertumbuhan beberapa tanaman industri kayu-kayuan yang dikelola secara monokultur pada tanah Mediteran terhadap kesuburan tanah. Beberapa tanaman industri kayu-kayuan yang dikelola secara monokultur dapat meningkatkan kadar karbon dan nitrogen tanah hingga lebih dari 50% dibandingkan kadarnya pada perlakuan bera (kontrol) seperti ditunjukkan pada Tabel 1a. B. Basa-basa, Fosfat, dan Hara Mikro Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa secara umum, tanaman industri kayu industri yang digunakan sebagai penaung tidak banyak menyebabkan perbedaan kandungan basa tanah dibandingkan tanaman penaung lamtoro; kecuali untuk unsur Ca dan Mg tanah. Dibandingkan lamtoro, tanaman jati, sengon, dan waru gunung menunjukkan kecenderungan meningkatkan kandungan unsurunsur tersebut dalam tanah. Diduga salah satu penyebabnya adalah bahwa tanaman jati, sengon, dan waru gunung relatif tumbuh lebih cepat dibandingkan tanaman lamtoro dan memiliki sistem perakaran lebih luas dan dalam daripada lamtoro. Heyne (1987) mengungkapkan bahwa sengon merupakan suku Leguminosae yang tumbuh cepat dan toleran tanah marjinal. Tendensi di atas ternyata didukung hasil pengamatan di areal kayu industri yang diusahakan monokultur (Tabel 2a) bahwa tanaman industri sengon dan mindi cen- Tabel 1a. Kadar karbon dan nitrogen tanah pada tahun ke empat pada perlakuan tanpa tanaman (kontrol) dan perlakuan tanaman kayu-kayuan di kebun Sungailembu dan Glantangan Table 1a. Soil carbon and nitrogen contents of the fourth year at bare treatment (control) and woody-trees planting treatments at Sungailembu and Glantangan plantation C-organik (Organic-C) Nilai (%) Value, % % thd kontrol % over control Nilai (%) Value, % N % thd kontrol % over control Kebun Glantangan Tanpa tanaman (Kontrol) Jati (Tectona grandis) Kebun Sungailembu Tanpa tanaman (Kontrol) Sengon (Paraserianthes falcataria) Mindi (Melia azedarach) Balsa (Ogloma logipus)

9 Erwiyono dan Prawoto Tabel 1. Table 1. Kadar karbon dan nitrogen pada tahun ke empat pada perlakuan kontrol dan perlakuan penaung tanaman kayukayuan di kebun percobaan Kaliwining Soil carbon and nitrogen contents of the fourth year at control treatment and shading woody-trees at Kaliwining experimental station) Kopi + lamtoro (Kontrol) Coffee + Leucaena as control Kopi + Jati pagar ganda Coffee + T. grandis in double rows Kopi + sengon pagar ganda Coffee + P. falcataria in double rows Kopi + sengon pagar tunggal Coffee + P. falcataria in single row Kopi + 2 baris sengon var. Solomon Coffee + 2 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris sengon var. Solomon Coffee + 4 rows P. falcataria var. Solomon Kopi + 4 baris mindi Coffee + 4 rows M. azedarach Kopi + 2 baris mindi Coffee + 2 rows M. azedarach Kopi + waru gunung Coffee + H. macrophyllus C-organik (Organic-C) Nilai (%) Value, % % thd kontrol % over control Nilai (%) Value, % N % thd kontrol % over control banyak daripada penaung kayu industri yang lain tetapi mensuplai nitrogen paling sedikit. Namun, fakta ini perlu dicek silang dengan kadar hara daun dari masing-masing tanaman penaung tersebut apakah memiliki tendensi yang sama dengan data hasil analisis tanah tersebut. Prawoto et al. (2002) mengungkapkan bahwa hasil perombakan daun jati menghasilkan nitrogen lebih sedikit daripada hasil peruraian daun sengon, mindi, waru dan lamtoro. Jika demikian halnya, maka hal ini dapat menguatkan fakta bahwa penaung lamtoro menghasilkan bahan organik tanah paling banyak mengingat pertanaman kopi dengan penaung lamtoro ternyata juga memiliki kadar nitrogen tanah paling tinggi. Dengan perkataan lain, kadar hara N tanah yang tinggi pada perlakuan penaung lamtoro diperoleh dari hasil peruraian akumulasi bahan organik yang lebih banyak. Di samping itu, penelitian lain mengungkapkan bahwa ada keragaman potensi di antara kultivar lamtoro dalam memproduksi biomasa (Suhendi & Buana, 1991), maupun kandungan nutrisinya, sehingga kultivar-kultivar ini juga berpotensi sebagai pakan ternak (Toruan-Mathius & 26

10 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri Sungailembu di Banyuwangi dengan tipe hujan C; serta kadar hara tanah di pertanaman monokultur jati pada tanah Mediteran (Supraptohardjo et al., 1960) di kebun Glantangan di Jember dengan tipe hujan D. Kadar hara tanah diamati dari contoh tanah komposit, yang meliputi unsur C-organik dan hara makro dan mikro tanah, dengan metode penetapan sebagai berikut: C-organik menurut Walkley & Black; Nitrogen dengan Kjeldahl; Na, K, Ca, Mg, KTK dan KB dengan AAS (Ekstrak NH 4 - OAc 1 M ph 7); P 2 O 5 dengan Spektrofotometer (Ekstrak Bray 1); Fe dengan AAS (Ekstrak NH 4 -OAc ph 4.8); Zn dengan AAS (Ekstrak HCl 0.1 N); serta ph-h 2 O dan ph-kcl 1N dengan Elektroda (Ekstrak 1:2,5). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karbon dan Nitrogen Hasil analisis tanah terhadap kandungan karbon dan nitrogen pada perlakuan kontrol (penaung lamtoro dengan populasi baku) dan perlakuan penaung kayu industri dengan variasi populasi dan komposisi disajikan pada Tabel 1. Tampak bahwa penaung kayu industri dengan variasi populasi tidak mampu meningkatkan kadar karbon organik tanah lebih tinggi daripada perlakuan penaung baku lamtoro kecuali mindi. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan mindi yang relatif cepat seperti diungkapkan oleh Heyne (1987) dan pada musim kemarau, tingkat guguran daunnya dari cabang dan ranting yang lebih tua lebih intensif daripada spesies yang lain. Pada musim kemarau, tingkat kerontokan daun tanaman mindi mencapai sekitar 90%, sengon 20%, jati 70%, waru 35%, dan lamtoro 10% (Prawoto, 2007). Sementara penaung jati, sengon dengan variasi populasi, dan waru gunung tidak mampu mengungguli pertanaman kopi dengan penaung baku lamtoro dalam mensuplai bahan organik tanah. Pengamatan Hairiah et al. (2006) pada aneka komposisi pertanaman kayu-kayuan berbasis kopi pada sistim agroforestri menunjukkan bahwa kurangnya komposisi pertanaman berdampak pada turunnya kadar bahan organik tanah. Oleh karena itu, pengamatan terhadap perubahan sifat dan ciri tanah pada penelitian ini perlu dilakukan dalam jangka panjang, sampai satu siklus produksi kayu, baik terkait perubahan kondisi tanah maupun produktivitas tanaman pokok kopi. penaung lamtoro ternyata juga memberikan kadar nitrogen tanah paling tinggi dibandingkan perlakuan penaung kayukayuan yang lainnya (Tabel 1). Dari data tersebut ditunjukkan bahwa penaung lamtoro dengan populasi baku merupakan tanaman penaung kopi yang paling baik dalam menyumbangkan guguran daunnya sebagai sumber bahan organik maupun nitrogen tanah. Sengon dan mindi tergolong tanaman yang tumbuh relatif cepat (Heyne, 1987), tetapi ternyata kedua jenis tanaman ini tidak mampu mensuplai nitrogen sebanyak lamtoro meskipun bentuk dan ukuran daunnya hampir sama, dan sengon juga tergolong suku Leguminoceae. Tanaman jati meskipun menyumbangkan karbon organik lebih 25

11 Erwiyono dan Prawoto van Noordwijk & Hairiah, 2006). Komposisi spesies tanaman penaung mempengaruhi proses perombakan dan mineralisasi bahan organik serta aktivitas mikroba perombaknya (Purwanto et al., 2007). Namun, dari aspek produktivitas tanaman pokok, pengaruh pertanaman industri kayukayuan ini sebagai tanaman penaung, belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan mengamati salah satu aspek manfaat tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman penaung di pertanaman kopi Robusta terhadap kesuburan tanah, dalam rangka optimalisasi produktivitas lahan pertanaman kopi. BAHAN DAN METODE Penelitian dimulai tahun 2002 di Kebun Percobaan Kaliwining, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, pada lahan dataran Aluvial (Supraptohardjo et al., 1960) dengan tinggi tempat 45 m dpl. dan tipe hujan D (Erwiyono, 2005), menurut sistim klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson (1951). Percobaan menggunakan tanaman kopi Robusta dan disusun dengan rancangan demoplot pada areal seluas 0,25 0,3 hektar untuk setiap perlakuan atau pola tanam, yang terletak berdekatan satu dengan lainnya. Kopi dengan jarak tanam 3 m x 2,5 m dan perlakuan aneka tanaman kayu-kayuan sebagai penaung; seperti lamtoro (Leucaena glauca), jati (Tectona grandis), sengon (Paraserianthes falcataria), mindi (Melia azedarach), dan waru gunung (Hibiscus macrophyllus); disusun dengan variasi populasi dan komposisi, sebagai berikut: 1. Kopi-Lamtoro (kontrol). 2. Kopi-Jati Penaung jati jarak tanam 3 m x 2,5 m x 18 m, dalam bentuk pagar ganda selang 6 baris kopi. 3. Kopi-Sengon Penaung sengon jarak tanam 3 m x 2,5 m x 12 m, dalam bentuk pagar ganda. 4. Kopi-Sengon Penaung sengon jarak tanam 6 m x 2,5 m, dalam bentuk pagar tunggal. 5. Kopi-Sengon varietas Solomon Penaung sengon jarak tanam 5 m x 3 m x 25 m dalam bentuk pagar ganda. 6. Kopi-Sengon varietas Solomon Penaung sengon jarak tanam 5 m x 3 m x 25 m empat baris. 7. Kopi-Mindi Penaung mindi dua baris (pagar ganda) jarak tanam 5 m x 3 m x 25 m. 8. Kopi-Mindi Penaung mindi empat baris jarak tanam 3 m x 5 m x 25 m. 9. Kopi-Waru gunung Penaung waru gunung empat baris jarak tanam 3 m x 5 m x 25 m. Sebagai pembanding, juga diamati kadar hara tanah di pertanaman monokultur sengon, mindi, dan balsa pada tanah Mediteran (Supraptohardjo et al., 1960) di kebun 24

12 Kondisi hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman kayu industri of the soil whereas P. falcataria also tends to increase Zn beside the two. As expected that soil organic matter accumulation tended to increase CEC of the soil. Key words: Coffea canephora, shading trees, industrial crops, planting system, soil fertility. PENDAHULUAN Di lahan pertanian pada umumnya, kadar hara tanah merupakan fungsi dari bahan induk, iklim, topografi, organisme termasuk vegetasi yang ada dan waktu (Jenny, 1961). Dalam kondisi keempat faktor yang lain sama, maka perbedaan vegetasi, baik komposisi jenis maupun populasinya, dapat mempengaruhi kadar hara tanah oleh penimbunan bahan organik, oleh organisme tanah dan aktivitasnya yang bersimbiose dengan vegetasi yang ada. Dengan demikian, pengelolaan pertanaman, baik dari aspek komposisi jenis dan populasinya yang berfungsi saling menguntungkan, dapat meningkatkan produktivitas lahan. Nilai hara eksudat akar dan hasil perombakan serasah beberapa tanaman kayu-kayuan yang memiliki peluang untuk digunakan sebagai tanaman penaung, terbukti berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman pokok (Prawoto et al., 2002). Di habitat aslinya, tanaman kopi tumbuh di bawah naungan tanaman hutan tropika (Wrigley, 1988). Adanya tanaman lain dengan tajuk yang lebih tinggi, dapat berdampak menguntungkan karena kondisi iklim mikro yang lebih baik untuk berlangsungnya fotosintesis yang efisien (Kumar & Tieszen, 1980). Sebaliknya, suhu daun yang berlebihan karena daun kopi terbuka penuh, dapat menurunkan laju asimilasi (Williams, 1975). Produktivitas pertanaman kopi yang maksimal dapat tercapai dengan mempertimbangkan populasi pertanaman kopi dan tingkat penaung. Tanaman penaung diharapkan dapat menciptakan iklim mikro yang sesuai untuk tanaman kopi dengan mengurangi penyinaran matahari yang berlebihan. Spesies tanaman penaung yang lazim digunakan pada perkebunan kopi di Indonesia antara lain tanaman lamtoro (Leucaena spp.) dan glirisidia (Gliricidia sepium). Spesies yang akhir-akhir ini berkembang antara lain tanaman kayu industri seperti sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), mindi (Melia azedarach) dan waru gunung (Hibiscus macrophyllus). Keberadaan penaung yang meneruskan cahaya 70 80% sangat penting untuk menjamin umur produktif yang panjang dan tingkat produktivitas kopi yang tinggi (Maestri & Barros, 1977). Selain aspek penaungan, manfaat lain dari adanya tanaman penaung adalah sumbangan hara tanaman yang berasal dari perombakan guguran daun dan seresahnya di permukaan tanah serta peningkatan kadar bahan organik tanah. Adanya tanaman lain di pertanaman kopi dapat memberikan sumbangan bahan organik dan perbaikan kondisi tanah serta produksi tanaman pokok, tetapi intensitasnya tergantung pada jenis tanaman dan populasinya (Baon & Wibawa, 2005; Prawoto et al., 2002; Hairiah et al., 2006; 23

13 Pelita Perkebunan 2008, 24(1), Erwiyono dan Prawoto Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri Soil Nutrient Condition of Coffee Cultivation with Industrial Woody-crops Rudy Erwiyono 1), dan A. Adi Prawoto 1) Ringkasan Pengamatan kadar hara tanah pada budidaya kopi dengan tanaman industri kayu-kayuan pada tahun ke empat setelah tanam, telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Kaliwining. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran manfaat dari beberapa pola tanam kopi dengan beberapa jenis penaung, seperti lamtoro (Leucaena sp.), jati (Tectona grandis), sengon (Paraserianthes falcataria), mindi (Melia azedarach), dan waru gunung (Hibiscus macrophyllus) dengan variasi populasi dan komposisi penaung, terhadap kesuburan tanah. Penelitian dirancang dalam bentuk demoplot. Hasilnya menunjukkan hal-hal berikut: Penaung lamtoro paling baik dalam meningkatkan kadar bahan organik dan nitrogen tanah, sedangkan penaung kayu-kayuan industri lebih baik dalam meningkatkan kadar hara mineral tanah, seperti Ca, Mg, fosfat, dan Zn. Ada tendensi bahwa peningkatan hara mineral tanah tertentu terkait dengan jenis penaung. Jati dan waru gunung meningkatkan Ca dan Mg tanah, sedangkan sengon juga cenderung meningkatkan Zn tanah. Seperti yang diharapkan bahwa akumulasi bahan organik tanah berkorelasi positif dengan nilai KTK tanahnya. Summary Observation of soil nutrient contents at coffee cultivation with woody industrial crops 4 years after planting has been carried out in Kaliwining experimental station. The objective was in order to assess the beneficial effect of selected coffee planting system with selected industrial trees as shading trees, such as Leucaena glauca,tectona grandis, Paraserianthes falcataria, Melia azedarach, and Hibiscus macrophyllus with variation of their population and composition, on soil fertility. The experiment was arranged in a demo plot design. The results showed these following figures: Leucaena supplied the highest soil organic carbon and nitrogen among the treatments of shading trees and planting systems in coffee plantation, whereas industrial woody-crops tended to supply higher mineral nutrients, such as Ca, Mg, phosphate, and Zn than Leucaena. There is a tendency that the increase of a particular nutrient is related to shading tree types. T. grandis and H. macrophyllus increased Ca and Mg contents 1) Peneliti (Researcher); Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman No. 90, Jember. 22

Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri

Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri Pelita Perkebunan 2008, 24(1), 22 34 Erwiyono dan Prawoto Kondisi Hara Tanah Pada Budidaya Kopi Dengan Tanaman Kayu Industri Soil Nutrient Condition of Coffee Cultivation with Industrial Woody-crops Rudy

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal

Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal Evaluation of Soil Chemistry Characteristic on Coffee Land in Mandailing Natal Regency Wilson, Supriadi *, Hardy Guchi Program studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI KOPI: STUDI DI SATU PERKEBUNAN DI BANYUWANGI

PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI KOPI: STUDI DI SATU PERKEBUNAN DI BANYUWANGI PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI KOPI: STUDI DI SATU PERKEBUNAN DI BANYUWANGI Rudy Erwiyono 1, Rully Yuniarta Yacob 2 dan Usmadi 3 1 Peneliti Tanah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

KIAT MEMBUAT TERAS PADA LAHAN MIRING BERSOLUM TIDAK DALAM: MENYIASATI PENETAPAN POSISI LUBANG TANAM

KIAT MEMBUAT TERAS PADA LAHAN MIRING BERSOLUM TIDAK DALAM: MENYIASATI PENETAPAN POSISI LUBANG TANAM Warta Pusat Kiat Penelitian membuat Kopi teras dan pada Kakao lahan Indonesia miring 2007, bersolum 23(1), tidak 25 31 dalam: menyiasati penetapan posisi lubang tanam KIAT MEMBUAT TERAS PADA LAHAN MIRING

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG. Mira Herawati Soekamto

KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG. Mira Herawati Soekamto KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG Mira Herawati Soekamto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sorong Abstrak ISSN : 1907-7556 Tujuan penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia,

Penaung. TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Managemen Tanaman Penaung TRAINING OF MASTER FACILITATORS ICCRI, Jember, East Java, Indonesia, 15-26 September 2014 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Jl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Indonesia,

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN JENIS TANAMAN PENAUNG BAGI KELENGASAN TANAH DAN KARAKTERISTIK AGRONOMIS TANAMAN KOPI ROBUSTA

SKRIPSI PERANAN JENIS TANAMAN PENAUNG BAGI KELENGASAN TANAH DAN KARAKTERISTIK AGRONOMIS TANAMAN KOPI ROBUSTA SKRIPSI PERANAN JENIS TANAMAN PENAUNG BAGI KELENGASAN TANAH DAN KARAKTERISTIK AGRONOMIS TANAMAN KOPI ROBUSTA Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Program Studi

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 4. Lahan Kebun Campuran di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 5. Lahan Kelapa Sawit umur 4 tahun di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 6. Lahan Kelapa Sawit

Lebih terperinci

Studi kasus (lanjutan)

Studi kasus (lanjutan) Studi kasus (lanjutan) 25 A. Air drainasi keluar dari kedalaman tanah.8 m Air drainasi (mm) 2 15 1 5 pemupukan urea-n 6 kg ha -1 dan pemangkasan gliricidia tanam kacang tanah dan pemangkasan peltophorum

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Faktor yang Mempengaruhinya. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di permukaan bumi yang telah dan akan mengalami perubahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. Pengambilan sampel tanah dilakukan di tiga lokasi yakni: hutan gambut skunder,

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU

KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU J. Tek. Ling. Vol. 9 No. 2 Hal. 205-210 Jakarta, Mei 2008 ISSN 1441-318X KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU Kasiran

Lebih terperinci

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT Iurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 6 No. 1, April 2004: 7-13 ISSN 1410-7333 HUBUNGAN NISBAH K/Ca DALAM LARUTAN TANAH DENGAN DINAMIKA HARA K PADA ULTISOL DAN VERTISOL LAHAN KERING I/ Relationship between

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Idaryani dan Sahardi BPTP Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5 E-mail : idaryanidj@gmail.com

Lebih terperinci

Kajian Sifat Kompetisi Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao

Kajian Sifat Kompetisi Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao Pelita Perkebunan Kajian 2006, sifat 22(3), kompetisi 191 212 tanaman penutup tanah Arachis pintoi terhadap pertumbuhan tanaman kakao Kajian Sifat Kompetisi Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

PUPUK UREA-ZEOLIT PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL CIOMAS DAN VERTISOL CIRANJANG. Oleh AJENG WISMA DWI ASIURTNI A

PUPUK UREA-ZEOLIT PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL CIOMAS DAN VERTISOL CIRANJANG. Oleh AJENG WISMA DWI ASIURTNI A KELARUTAN N-NH~ DAN N-NO< DARI KOMBINASI PUPUK UREA-ZEOLIT PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL CIOMAS DAN VERTISOL CIRANJANG Oleh AJENG WISMA DWI ASIURTNI A24102066 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara. Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan Tanaman Kopi dan Kakao Perlu Memperhatikan Interaksi Antarhara Erwin Prastowo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dam Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Pemupukan untuk meningkatkan produksi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Organik Asal Hasil analisis ph, KTK, kadar air, padatan terlarut (TSS), C-organik, N- total dan C/N pada bahan serasah pinus (SP), gambut kering (GK),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 26-37 Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di 7 lokasi lahan kering di daerah Kabupaten dan Kota Bogor yang terbagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan perbedaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil

The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil 1 The Lands Use Change from Natural Forest to Plantation Forest Acacia crassicarpa on Some Chemical Properties in Peat Soil Khusnul Khotimah 1, Wawan 2, and Wardati 2 Khusnulkhotimah_1089@ymail.com Jurusan

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A

PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A PENGARUH APLIKASI SENYAWA HUMAT TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH VERTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Oleh: RONNI TOBING A24104092 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Bahan Organik Padat Karakteristik dari ketiga jenis bahan organik padat yaitu kadar air, C- organik, N-total, C/N ratio, ph dan KTK disajikan pada Tabel 4. Tabel

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

Kasus Desa Sebadak Raya: Dapatkah Budidaya Kopi Mendukung Keberhasilan Hutan Desa?

Kasus Desa Sebadak Raya: Dapatkah Budidaya Kopi Mendukung Keberhasilan Hutan Desa? Kasus Desa Sebadak Raya: Dapatkah Budidaya Kopi Mendukung Keberhasilan Hutan Desa? John Bako Baon 1), Yusianto 1), dan Pudji Rahardjo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL Oleh: Nining Wahyunigrum dan Tyas Mutiara Basuki BADAN LITBANG KEHUTANAN BPTKPDAS SOLO Degradasi lahan di Indonesia umumnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

PELEPASAN KATION BASA PADA BAHAN PIROKLASTIK GUNUNG MERAPI

PELEPASAN KATION BASA PADA BAHAN PIROKLASTIK GUNUNG MERAPI 1 PELEPASAN KATION BASA PADA BAHAN PIROKLASTIK GUNUNG MERAPI Novalia Kusumarini *, Sri Rahayu Utami, Zaenal Kusuma Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya * penulis korespondensi: novakusuma8@gmail.com

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanaman Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan

Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanaman Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan AGROTROP, 3(2): 13-20 (2013) ISSN: 2088-155X C Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanaman Jeruk Desa Cenggiling,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk atau berpotensi digunakan untuk menanam padi sawah. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan

Lebih terperinci

Sebaran Tingkat Kesuburan Tanah pada Perkebunan Rakyat Kopi Arabika di Dataran Tinggi Ijen-Raung Menurut Ketinggian Tempat dan Tanaman Penaung

Sebaran Tingkat Kesuburan Tanah pada Perkebunan Rakyat Kopi Arabika di Dataran Tinggi Ijen-Raung Menurut Ketinggian Tempat dan Tanaman Penaung Pelita Perkebunan 29(2) 2013, 93-107 Kesuburan tanah perkebunan kopi Arabika di Ijen-Raung menurut ketinggian tempat dan penaung Sebaran Tingkat Kesuburan Tanah pada Perkebunan Rakyat Kopi Arabika di Dataran

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota

Lebih terperinci