BAHAN DAN METODE PENELITIAN
|
|
- Ade Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di 7 lokasi lahan kering di daerah Kabupaten dan Kota Bogor yang terbagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan perbedaan bahan induk dan jenis tanah, yaitu: (1) di Cimanggu (B1) dan Gunung Sindur (B2), mewakili Latosol dari bahan volkanik intermedier, (2) di Cikopomayak (B3) dan Tegalwangi (B4), Jasinga mewakili Podsolik Merah Kuning dari batuan sedimen masam, dan (3) 3 lokasi di desa Singasari, Jonggol mewakili Brown Forest Soil (B5) dan Mediteran (B6 dan B7) dari batuan sedimen basa (batu gamping). Penetapan lokasi penelitian merujuk pada Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor (Lembaga Penelitian Tanah, 1966) dan Peta Geologi Lembar Bogor skala 1: (Effendi, 1986). Waktu penelitian selama 14 bulan, dilaksanakan mulai bulan Mei 2003 sampai dengan Juni Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam 4 tahapan kegiatan, yaitu: (1) karakterisasi lahan dan identifikasi tipe penggunaan lahan, (2) percobaan lapangan, (3) evaluasi kesesuaian lahan, dan (4) penyusunan kriteria kesesuaian lahan. Bagan alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 4. Karakterisasi Lahan dan Identifikasi Tipe Penggunaan Lahan (TPL) Karakterisasi lahan bertujuan untuk mengumpulkan data karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan kualitas lahan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan di lahan kering, yaitu kualitas lahan suhu, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, ketersediaan hara, retensi hara, bahaya keracunan, dan penyiapan lahan (FAO, 1983; Djaenudin et al., 2003). Dalam kegiatan ini dipelajari juga pengaruh keragaman bahan induk dan perkembangan tanah terhadap kualitas/karakteristik lahan yang terbentuk serta faktor-faktor
2 27
3 pembatas penggunaan lahan. Karakterisasi lahan meliputi pengamatan tubuh tanah (profil) dan faktor fisik lingkungannya (keadaan batuan atau singkapan batuan di permukaan tanah, bentuk wilayah/lereng, vegetasi/penggunaan lahan, ketinggian tempat dan batuan induk tanah), pengambilan contoh tanah serta pengumpulan data iklim. Pengamatan tubuh tanah dilakukan di 7 lokasi penelitian untuk memperoleh data sifat-sifat morfologi tanah yang berhubungan dengan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan dan klasifikasi tanah, yaitu: kedalaman efektif tanah, drainase, keadaan batuan di dalam penampang, sifat-sifat horison tanah meliputi tebal dan batas horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, pori, keadaan perakaran dan ph tanah. Deskripsi profil tanah mengacu kepada Guideline for Soil Profile Description (FAO, 1978), Soil Survey Manual (Soil Survey Staff, 1993) dan Penuntun Pengamatan Tanah di Lapang (Lembaga Penelitian Tanah, 1969). Profil tanah dibuat sedalam 1,2 m - 1,6 m atau sampai kedalaman batuan induk. Contoh tanah dari profil dan komposit (lapisan atas 0-20 cm) diambil sebanyak 1 kg untuk keperluan analisis sifat kimia dan mineralogi tanah. Contoh tanah ring dari kedalaman tanah 0-20 cm dan cm diambil untuk menganalisis sifat-sifat fisik tanah. Tingkat perkembangan tanah di lapang dibedakan berdasarkan susunan dan sifat horison bawah penciri (B-kambik, B-argilik, B-oksik). Analisis sifat-sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah dari contoh tanah profil dan komposit serta contoh ring untuk mempelajari asal bahan induk tanah, perkembangan dan klasifikasi tanah, penilaian status hara, pendugaan erodibilitas tanah (K) dan bahaya erosi, hubungan antar sifat-sifat tanah, serta melihat pengaruh bahan induk dan perkembangan tanah terhadap karakteristik/kualitas lahan. Jenis dan metode analisis tanah meliputi penetapan tekstur 4 fraksi cara pipet (termasuk fraksi liat halus), ph tanah (H 2 O dan KCl 1N), C-organik (Walkley-Black), N-total (Kjeldahl), P dan K total (HCl 25%) dan P-tersedia (Bray I atau Olsen), basa-basa dapat tukar (NH 4 OAc-pH 7), KTK tanah (NH 4 OAc ph 7), Al dan H dapat tukar (KCl 1N), dan besi bebas (dithionite). Analisis mineral pasir dengan metoda perhitungan garis, diperlukan untuk penetapan bahan induk, komposisi dan cadangan mineral. Analisis mineral liat menggunakan alat 28
4 difraksi sinar-x untuk penetapan jenis dan jumlah mineral liat di dalam tanah yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya (Grim, 1968). Analisis sifat fisik tanah meliputi penetapan bobot isi, permeabilitas, kapasitas air tersedia, ruang pori total dan distribusi ukuran pori. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Metode dan prosedur analisis tanah mengikuti Soil Survey Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil Samples (SCS-USDA, 1982). Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1999). Pendugaan bahaya erosi atau besarnya erosi yang terjadi di setiap lokasi penelitian dihitung dengan persamaan USLE (Wischmeier dan Smith, 1978). Data iklim dikumpulkan dari stasiun iklim di Cimanggu, Gunung Sindur, Jasinga dan Jonggol selama tahun pengamatan, terdiri dari: curah hujan bulanan, jumlah hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, lama bulan basah dan bulan kering untuk keperluan klasifikasi iklim, perhitungan neraca air dan lamanya masa pertumbuhan (length of growing period). Besarnya evapotranspirasi acuan (ET 0 ) dan neraca air diperhitungkan dengan program CropWat (Clarke, 1998). Kebutuhan air untuk tanaman jagung dan kacang tanah ditetapkan menurut Doorenbos dan Pruitt (1984) sebesar ET 0 x Kc (Kc-jagung = 0,80 dan Kc-kacang tanah = 0,75). Data iklim dari stasion Cimanggu-Bogor diperoleh dari Balai Penelitian Agroklimat, sedangkan data iklim dari stasion lainnya diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Identifikasi tipe penggunaan lahan dimaksudkan untuk mengetahui persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan untuk tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah pada tingkat pengelolaan tertentu dengan mempelajari kondisi dan luas lahan usaha, tindakan konservasi tanah yang dilakukan petani, sejarah penggunaan lahan, besarnya input produksi yang diberikan, jenis dan jumlah produksi yang dihasilkan, besarnya modal dan tenaga kerja yang digunakan, tujuan produksi, varietas dan pola tanam, cara pengolahan tanah, waktu dan cara tanam, pemeliharaan tanaman, waktu panen dan keuntungan usahatani. Identifikasi tipe penggunaan lahan dilakukan dengan mengamati jenis penggunaan lahan, wawancara dengan petani setempat dan 29
5 pengumpulan data input dan output produksi dari Dinas Pertanian di Kecamatan dan Kabupaten Bogor serta data statistik Kabupaten Bogor dan data dari kebunkebun percobaan lingkup Puslitbang Tanaman Pangan. Tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah dibedakan berdasarkan input produksi terutama pupuk (FAO, 1983). Percobaan Lapangan Percobaan lapangan bertujuan untuk mempelajari pengaruh keragaman bahan induk dan perkembangan tanah serta tingkat pengelolaan lahan yang diterapkan terhadap tingkat produksi tanaman dari tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah. Dari percobaan ini dipelajari juga hubungan antara karakteristik dan atau kualitas lahan dengan produksi tanaman jagung dan kacang tanah sebagai dasar dalam penetapan karakteristik/kualitas lahan yang akan digunakan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut. Percobaan lapangan dilakukan dalam satu musim tanam, selama empat bulan mulai Oktober 2003 sampai dengan Pebruari 2004 di 7 lokasi penelitian, yaitu di Cimanggu-Bogor (B1), Gunung Sindur (B2), Cikopomayak (B3) dan Tegalwangi (B4), Jasinga dan 3 lokasi di Singasari, Jonggol (B5, B6 dan B7). Semua lokasi penelitian terletak di lahan petani yang datar dan telah diteras. Tanaman indikator yang digunakan adalah jagung varietas Bisma dan kacang tanah varietas lokal dari Koleang, Jasinga. Perlakuan pengelolaan tanah dibedakan dalam dua tingkat, yaitu dengan input rendah (P0, tanpa pemberian pupuk) dan input sedang (P1, dengan pemberian pupuk). Pada tingkat pengelolaan sedang (P1), pemberian pupuk untuk jagung sebanyak 200 kg urea kg SP kg KCl kg bahan organik (Bokasi) per hektar dan untuk kacang tanah sebanyak 100 kg urea kg SP kg KCl kg bahan organik (Bokasi) per hektar. Untuk input rendah tidak diberikan pupuk. Pupuk SP-36, KCl dan Bokasi diberikan semua pada saat tanam, sedangkan urea diberikan 2 kali yaitu setengahnya pada saat tanam dan setengahnya lagi pada saat tanaman berumur satu bulan. Ukuran petak percobaan 4 x 5 m. Ulangan dilakukan 3 kali. 30
6 Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman berumur 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam dan komponen produksi tanaman yang terdiri dari bobot brangkasan, bobot tongkol dan bobot biji kering jagung pipilan (kadar air 14%), bobot polong kering dan biji kacang tanah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu faktor tanah dan faktor pengelolaan lahan. Faktor tanah terdiri dari tujuh jenis tanah dari tujuh lokasi penelitian (B1, B2, B3, B4, B5, B6 dan B7) dan faktor pengelolaan lahan terdiri dari dua tingkat, yaitu input rendah (tidak dipupuk, P0) dan input sedang (dipupuk, P1). Pengujian terhadap pengaruh jenis tanah dan tingkat pengelolaan lahan terhadap produksi tanaman jagung dan kacang tanah dilakukan dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5% menggunakan program SAS (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Untuk melihat hubungan antara karakteristik tanah dan produksi tanaman, contoh tanah komposit dari petak percobaan diambil pada saat panen untuk dianalisis sifat-sifat kimianya. Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan merupakan keragaan lahan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu dan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan secara fisik kualitatif untuk tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah dengan menggunakan kualitas/karakteris tik lahan dari setiap lokasi penelitian yang dibandingkan dengan kriteria kesesuaian lahan yang disusun oleh Djaenudin et al. (2003). Kelas kesesuaian lahan terdiri dari 4 kelas, yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Penetapan kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas maksimum mengikuti kaedah hukum minimum. Hasil penilaian kesesuaian lahan selanjutnya dibandingkan dengan produksi tanaman dari hasil percobaan lapangan untuk mengetahui kecocokan kriteria dan metode evaluasi kesesuaian lahan tersebut sebagai kajian awal dalam upaya perbaikan atau pengembangan kriteria kesesuaian lahan berdasarkan 31
7 kualitas lahan yang relevan di lahan kering dan hubungannya dengan produktivitas tanaman jagung dan kacang tanah. Faktor-faktor pembatas penggunaan lahan di lokasi penelitian diidentifikasi sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan karakteristik/kualitas lahan yang digunakan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan yang bersifat fisik-kuantitatif, meliputi jenis dan jumlah karakteristik lahan penentu setiap kualitas lahan serta pengharkatannya. Dalam perbaikan kriteria kesesuaian lahan untuk tujuan evaluasi kesesuaian lahan secara fisik-kuantitatif dalam pengertian setiap kelas kesesuaian lahan dihubungkan dengan produksi tanaman, perlu dibangun suatu klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan tingkat produktivitas lahan. Kisaran produksi tanaman dari masing-masing tipe penggunaan lahan untuk setiap kelas kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan indeks produksi mengacu kepada FAO (1983) dan Wood dan Dent (1983). Dalam penelitian ini, kelas kesesuaian lahan terbagi dalam 5 kelas yang dihubungkan dengan indeks produksi yang digunakan untuk setiap tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut: sangat sesuai (S1, >80% dari produksi optimal), cukup sesuai (S2, 60-80%), agak sesuai (S3, 40-59%), tidak sesuai saat ini (N1, 20-39%) dan tidak sesuai permanen (N2, <20%). Penyusunan Kriteria Kesesuaian Lahan Kriteria kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah dengan input rendah dan sedang disusun berdasarkan dua pendekatan, yaitu: (1) kualitas lahan yang relevan di lahan kering dan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, dan (2) tingkat produktivitas lahan. Pada pendekatan pertama, kriteria kesesuaian lahan dibangun berdasarkan kualitas lahan yang ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan yang berkorelasi baik dan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan yang diberi kisaran nilai sesuai dengan kebutuhan tanaman atau persyaratan penggunaan lahan (FAO, 1983). Karakteristik lahan dipilih berdasarkan besarnya pengaruh terhadap produksi yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) dan atau koefisien regresi kuadratik yang cukup besar (R 2 ) > 0,5. Kisaran nilai dari setiap karakteristik lahan untuk 32
8 masing-masing kelas kesesuaian lahan ditetapkan dengan metode trial and error berdasarkan persamaan regresi kuadratik dari hubungan karakteristik lahan dengan produksi tanaman serta kisaran produksi optimal yang ditetapkan dari setiap kelas kesesuaian lahan pada setiap tipe penggunaan lahannya. Metode trial and error dapat dilakukan dengan program Excel. Pengharkatan karakteristik lahan disesuaikan dengan kelas kesesuaian lahannya berdasarkan kisaran produksi yang ditetapkan untuk masing-masing kelas dari setiap tipe penggunaan lahan. Kelas kesesuaian lahan ditetapkan dalam 5 kelas yang disesuaikan dengan indeks produksi, dinyatakan dalam persen terhadap produksi optimal, yaitu: sangat sesuai (S1) = >80%, cukup sesuai (S2) = 60-80%, sesuai marginal (S3) =40-59%, tidak sesuai saat ini (N1) = 20-39%, dan tidak sesuai permanen (N2) =<20%. Besarnya produksi optimal untuk setiap tipe penggunaan lahan berbasis jagung dan kacang tanah dengan input rendah dan sedang ditetapkan sebesar 0,6 dan 0,8 dari produksi optimal dengan input tinggi (FAO, 1983; Wood dan Dent, 1983) yang diasumsikan sama besarnya dengan produksi optimum yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kisaran produksi dari setiap kelas kesesuaian lahan untuk setiap tipe penggunaan lahan dapat ditetapkan berdasarkan indeks produksinya. Penilaian kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh kualitas lahan yang menjadi faktor pembatas maksimum terhadap penggunaan lahan dan secara agregat mengikuti hukum minimum (FAO, 1976; 1983). Dengan pendekatan ini dihasilkan kriteria kesesuaian lahan yang lebih bersifat fisikkuantitatif, dimana setiap kelas kesesuaian lahan telah dihubungkan dengan tingkat produksi tanaman pada tingkat pengelolaan tertentu. Pada pendekatan kedua, kriteria kesesuaian lahan ditetapkan berdasarkan tingkat produktivitas lahan. Setiap kelas kesesuaian lahan dari masing-masing tipe penggunaan lahan ditentukan oleh kisaran produksi tanaman. Pendugaan produksi ditetapkan dari persamaan regresi bertatar (stepwise) dari hubungan karakteristik lahan dengan produksi tan aman. Karakteristik lahan yang dipilih sebagai parameter yang digunakan dalam analisis regresi bertatar adalah karakteristik lahan yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung dan kacang tanah berdasarkan koefisien korelasi yang cukup baik dan analisis regresi kuadratik. Analisis regresi bertatar dioperasikan dalam program Statistica 33
9 (StatSoft Inc., 1999). Secara bertahap, parameter-parameter yang kurang berpengaruh atau sangat kecil peranannya terhadap produksi dapat dihilangkan sesuai dengan kebutuhan sehingga tersisa beberapa parameter saja yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman. Persamaan regresi bertatar yang terpilih ditetapkan berdasarkan besarnya nilai koefisien determinan dari persamaan tersebut (R 2 > 0,8) dengan jumlah parameter sesedikit mungkin. Besarnya produksi tanaman jagung dan kacang tanah dari setiap tipe penggunaan lahan dengan input tertentu dapat diduga langsung dari persamaan regresi bertatar. Kelas kesesuaian lahan ditetapkan dengan membandingkan besarnya produksi yang diduga dari persamaan regresi bertatar tersebut dengan kriteria kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan tingkat produktivitas lahan. Kisaran produksi untuk setiap kelas kesesuaian lahan dari masing-masing tipe penggunaan lahan ditetapkan seperti pada pendekatan pertama. Pen erapan kriteria kesesuaian lahan yang telah disusun dilakukan di setiap lokasi penelitian untuk melihat hubungan kelas kesesuaian lahan dan produksi tanaman serta kecocokan kriteria tersebut dengan persyaratan penggunaan lahan yang dicerminkan oleh kesesuaiannya dengan potensi lahan atau tingkat produktivitas lahan yang sesungguhnya di lapangan. 34
Pengaruh Kualitas Lahan terhadap Produktivitas Jagung pada Tanah Volkanik dan Batuan Sedimen di Daerah Bogor
Pengaruh Kualitas Lahan terhadap Produktivitas Jagung pada Tanah Volkanik dan Batuan Sedimen di Daerah Bogor The influence of Land Quality to Productivity of Maize on Volcanic and Sedimentary Rock Derived
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya, lahan kering
Lebih terperinciPengaruh Kualitas Lahan terhadap Produktivitas Jagung pada Tanah Volkanik dan Batuan Sedimen di Daerah Bogor
Pengaruh Kualitas Lahan terhadap Produktivitas Jagung pada Tanah Volkanik dan Batuan Sedimen di Daerah Bogor The influence of Land Quality on Productivity of Maize in Soils Derived from Volcanic and Sedimentary
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Lahan Kering
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Lahan Kering Iklim merupakan salah satu faktor pembentuk tanah yang penting dan secara langsung mempengaruhi proses pelapukan bahan induk dan
Lebih terperinciTATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan
22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami selama 35 tahun dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
35 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian survei dan penelitian pot. Penelitian survei pupuk dilaksanakan bulan Mei - Juli 2011 di Jawa Barat, Jawa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan
TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman
Lebih terperinciMetode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:
15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dilakukan mulai Desember 2006 sampai dengan Desember 2007. Percobaan dilaksanakan di dua tempat. Percobaan lapang dilakukan di kebun percobaan Sustainable Agriculture
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.
17 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017. Penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga
Lebih terperinciLampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,
12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan
Lebih terperinciUbi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan daunnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan pertanian di lahan kering mempunyai harapan besar untuk mewujudkan pertanian yang tangguh di Indonesia, mengingat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian terdiri atas penelitian lapang dan laboratorium. Penelitian lapang dilakukan di Sentra Produksi Beras Solok, secara administrasi termasuk ke dalam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat
Lebih terperinciBerdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah
KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap
Lebih terperinciTri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225
Lebih terperinciKesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu
Lebih terperinciIV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara
IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu
Lebih terperinciII. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI
II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL
Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Kering di desa Cibadung Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Tanah di lokasi penelitian masuk dalam sub grup Typic Hapludult.
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil analisis tanah awal
LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal Variabel Satuan Nilai Kriteria Tekstur Pasir Debu Liat % % % 25 46 29 Lempung berliat ph (H 2 O) 5.2 Masam Bahan Organik C Walklel&Black N Kjeidahl
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian lapangan. Penelitian rumah kaca dilaksanakan di rumah kaca Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar
26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
Lebih terperinciREHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.
Lebih terperinciDESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 22 10 LS dan 105 14 38 dan Laboratorium Kimia
Lebih terperinciKLASIFIKASI TANAH INDONESIA
Klasifikasi Tanah Indonesia KLASIFIKASI TANAH INDONESIA (Dudal dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor 1982) Sistem klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal
KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang
Lebih terperinciKRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TIPE PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS JAGUNG DAN KACANG TANAH DI DAERAH BOGOR DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA
KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK TIPE PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS JAGUNG DAN KACANG TANAH DI DAERAH BOGOR DJADJA SUBARDJA SUTAATMADJA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet
57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim
Lebih terperinciPENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,
Lebih terperinciLampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)
Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7
Lebih terperinci