FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Nomor Registrasi Pokok Program Studi Judul Skripsi : Ika Virnaristanti : H : Ilmu Ekonomi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Jepang Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui Dosen Pembimbing, Tanti Novianti, SP, M.Si. NIP Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP Tanggal Kelulusan:

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, September 2008 Ika Virnaristanti H

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ika Virnaristanti lahir pada tanggal 3 September 1972 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Penulis Anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Idris dan Rohana. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Taman Puspa kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 6 Banjarmasin pada tahun 1985 dan lulus pada tahun Setelah lulus dari SMP penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Banjarmasin. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan di Akademi Ilmu Statistik Jakarta dan lulus tahun Setelah lulus penulis bekerja di BPS Propinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 1997, penulis berkesempatan melanjutkan sekolah ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik dan lulus tahun Setelah lulus penulis bekerja di BPS Jakarta. Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Management di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi bea siswa tugas belajar kerja sama BPS-IPB.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia_nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, semangat dan dorongan sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada : 1. Tanti Novianti SP,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Syamsul Hidayat Pasaribu,M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik serta saran-saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Suami tercinta, Ahmad Riswan Nasution, atas bantuan dan dorongannya dalam menyelesaikan skripsi. Skripsi ini tak akan mungkin ada tanpa dukungan suami saya. 4. Ibunda Rohana dan anak-anakku Risa, Mira dan Azman atas pengertian serta doa yang tiada henti-hentinya. 5. Seluruh dosen dan anggota tata usaha Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do a dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan karunia-nya kepada Bapak/Ibu dan teman-teman sekalian.

7 Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf atas segala kekurangan. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bogor, September 2008 Ika Virnaristanti H

8 RINGKASAN IKA VIRNARISTANTI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Jepang. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI. Indonesia mempunyai posisi yang dominan dalam perdagangan rotan dunia dengan menghasilkan 80 persen bahan baku rotan dunia. Selain di Indonesia tanaman produk rotan dapat juga dijumpai di Philipina, Thailand, Malaysia, India, Vietnam, Madagaskar dan Mexico. Dipasaran internasional harga ekspor rotan mentah dan setengah jadi Indonesia jauh lebih rendah dibanding dengan harga ekspor hasil industri mebel & kerajinan rotan. Indonesia mempunyai potensi dalam mengembangkan industri mebel dan kerajinan rotan karena mempunyai pasokan bahan baku rotan yang besar dan memiliki banyak tenaga kerja. Potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena tingkat keterampilan dari tenaga penghasil masih rendah dan kurangnya penguasaan atas selera konsumen, sehingga kalah bersaing dengan negara lain yang juga pengekspor mebel dan kerajinan rotan. Dewasa ini, peningkatan pengusahaan rotan lebih dititikberatkan kepada peningkatan nilai tambah secara maksimal di samping peningkatan volume produksi. Pemerintah pun telah membuktikan tekad dan kesungguhannya untuk merangsang perkembangan industri pengolahan rotan. Pemerintah Indonesia mengeluarkan, melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan SK No.274/KP/X/1986 tentang larangan ekspor bahan baku rotan. Namun kebijakan ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip perdagangan bebas sehingga disesuaikan melalui Keputusan Menteri Perdagangan No. 179/Kp/VI/92 tentang Ketentuan Ekspor Rotan. Keputusan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan ketentuanketentuan ekspor rotan sesuai dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas. Implikasi kebijakan yang pertama menyebabkan volume penawaran bahan baku meningkat dan cenderung melimpah, sehingga produksi meningkat dan produsen bisa memenuhi permintaan pasar baik domestik maupun luar negeri. Jepang tercatat sebagai negara teratas yang menyerap mebel dan kerajinan rotan Indonesia, setelah itu diduduki oleh Amerika Serikat dan Jerman. Tahun 1987, Jepang menyerap 75,15 persen ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia dan tahun 1996 Jepang menyerap 37,01 persen. Namun pada tahun 1997 dan 1998 nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan ke Jepang sangat rendah, yang disebabkan terjadinya krisis ekonomi baik di Asia maupun di Indonesia dan kemungkinan disebabkan adanya kebijakan pemerintah membuka ekspor rotan mentah dan setengah jadi. Pada periode 1999 sampai dengan tahun 2006, impor Jepang terhadap mebel dan kerajinan rotan terus berfluktuasi dan menurun. Tahun 1999 nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan sebesar 17,04 persen dan tahun 2006 hanya sebesar 9,40 persen dari total ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menjelaskan perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan ke Jepang, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang, (3) Menganalisis besarnya faktor-faktor tersebut terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data

9 sekunder deret waktu mulai dari tahun 1986 sampai tahun Dalam upaya menjawab tujuan di atas, pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Metode analisis deskriptif dimaksudkan untuk menjawab tujuan (1) dan analisis regresi linear berganda digunakan menjawab tujuan penelitian (2) dan (3). Berdasarkan hasil analisis deskriptif, perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang pada periode terus meningkat. Tahun 1998 anjlok menjadi 12,6 juta US$ disebabkan krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah membuka ekspor rotan mentah dan setengah jadi. Kemudian tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 ekspor ke Jepang berfluktuasi dan menurun disebabkan produsen kekurangan bahan baku dan belum bisa mengikuti perkembangan selera masyarakat Jepang. Selanjutnya dengan memperhatikan hasil analisis regresi linear berganda, dapat disimpulkan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi secara nyata oleh produksi domestik mebel dan kerajinan rotan, harga ekspor mebel dan kerajinan rotan di pasar internasional, pendapatan perkapita Indonesia, pendapatan per kapita Jepang, jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk Jepang dan dummy (kebijakan melarang dan membuka ekspor rotan mentah). Dengan menggunakan alat analisis yang sama, ditemukan faktor yang paling besar berpengaruh terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang adalah pendapatan perkapita Jepang sebesar 10,73 persen, harga sebesar 2,47 persen, dan produksi 0,76 persen, serta dummy kebijakan melarang ekspor rotan mentah dan setengah jadi 0,49. Secara keseluruhan, dari semua variabel independen yang diteliti, memiliki pengaruh sebesar 93,33 persen terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. Untuk mempertahankan ketersediaan bahan baku untuk industri mebel dan kerajinan rotan, perlu melakukan pembudidayaan tanaman rotan. Disamping itu, kebijakan pembatasan ekspor rotan mentah dan setengah jadi perlu diteruskan untuk mengamankan persediaan bahan baku industri mebel dan kerajinan rotan dalam negeri. Adapun upaya untuk meningkatkan ekspor mebel dan kerajinan rotan, pemerintah bersama dengan pengusaha mebel dan kerajinan rotan bekerjasama untuk terus meningkatkan daya saing produk tersebut. Daya saing hasil mebel dan kerajinan rotan di pasaran internasional dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan inovasi desain produk hasil industri mebel dan kerajinan rotan. Inovasi desain dilakukan melalui riset terhadap produk yang disukai konsumen berbagai negara, dan mengikuti berbagai pameran internasional.

10 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Ekspor Produksi Domestik Harga Pendapatan Jumlah Penduduk Kebijakan Ekspor Rotan Indonesia Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Ruang Lingkup Penelitian Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode Analisis... 21

11 3.4.1 Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Jepang Estimasi Model Regresi Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Jepang Pengujian Ekonometrik Ujian Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan ke Jepang V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 52

12 DAFTAR TABEL Nomor halaman Tabel 1. Perbandingan Harga dan Nilai Ekspor Rotan Mentah dan Setengah Jadi dengan Hasil Industri Mebel dan Kerajinan Rotan, 2000 s.d Tabel 2. Nilai Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun (US$)... 5 Tabel 3. Format tabel Anova Tabel 4. Nilai dan Volume Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia Ke Jepang, Tahun Tabel 5. Volume Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Jepang Menurut Jenis Tahun (Kg) Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 9. Hasil Estimasi Model Regresi... 43

13 DAFTAR GAMBAR Nomor halaman Gambar 1 Kurva Perdagangan Internasional Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 3. Daerah Keputusan Ho Ditolak Gambar 3. Hasil Uji Normalitas... 41

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor halaman 1. Pangsa Pasar Indonesia di 5 Negara Tujuan Utama Ekspor Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia Tahun Ekspor Kerajinan Rotan Indonesia Ke Jepang Dibandingkan Negara-Negara di ASEAN Tahun , US$ Perkembangan Volume Ekspor ke Jepang, Produksi Domestik, Harga Jual Ekspor Hasil Industri Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia Th GDP Perkapita Indonesia, GDP Perkapita Jepang, Penduduk Indonesia dan Penduduk Jepang, Th Hasil Uji Klein... 56

15 I. PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini mengacu pada perekonomian terbuka, dimana dalam kondisi ini setiap negara akan melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Tujuan dari suatu negara melakukan perdagangan adalah meningkatkan kesejahteraan dari negara-negara yang melakukan perdagangan atau meningkatkan welfare dari negara tersebut. Indonesia dikenal mempunyai sumber alam yang melimpah, karena itu struktur ekspor Indonesia pada awalnya sebagian besar dari sumber alam yang dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu migas (minyak dan gas) dan non migas. Salah satu ekspor non migas Indonesia adalah rotan. Rotan merupakan salah satu komoditas hasil hutan nonkayu yang cukup penting dan potensial. Secara ekonomi, produk rotan cukup memberikan kontribusi yang berarti bagi Indonesia dan mempunyai posisi yang dominan dalam perdagangan rotan dunia dengan menghasilkan 80 persen bahan baku rotan dunia. Rotan banyak dimanfaatkan secara komersial karena mempunyai sifat yang lentur, kuat serta relatif seragam bentuknya. Di Indonesia, rotan tumbuh secara alami dan tersebar di Daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. dengan potensi rotan Indonesia sekitar ton/tahun. (Biro Humas Deperindag, 2008). Rotan merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis. Selain di Indonesia tanaman produk rotan dapat juga dijumpai di Philipina, Thailand, Malaysia, India, Vietnam, Madagaskar dan Mexico. Namun potensi terbesar saat ini untuk produk rotan terdapat di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna rotan, maka dalam pemanfaatannya harus diolah terlebih dahulu, baik secara sederhana maupun dengan peralatan modern. Oleh karena

16 2 itu kokohnya industri hasil hutan menjadi salah satu tujuan dari kegiatan pengusahaan hutan. Dewasa ini, peningkatan pengusahaan rotan lebih dititikberatkan kepada peningkatan nilai tambah secara maksimal di samping peningkatan volume produksi. Pemerintah pun telah membuktikan tekad dan kesungguhannya untuk merangsang perkembangan industri pengolahan rotan, misalnya melalui berbagai regulasi yang berkesinambungan. Di pasaran internasional harga ekspor rotan mentah dan setengah jadi Indonesia jauh lebih rendah dibanding dengan harga ekspor hasil industri mebel & kerajinan rotan. Apabila memperhatikan perbandingan harga ekspor kedua komoditas tersebut, ekspor hasil industri mebel & kerajinan rotan lebih menguntungkan. Disamping itu, industri kerajinan rotan tidak memerlukan investasi yang besar dan teknologi yang canggih, tetapi mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tabel 1. Perbandingan Harga dan Nilai Ekspor Rotan Mentah dan Setengah Jadi dengan Hasil Industri Mebel dan Kerajinan Rotan, 2000 s.d Tahun Harga Ekspor Rotan Mentah & Setengah Jadi (US$/ kg) Nilai Ekspor Rotan Mentah & Setengah Jadi (US$) Harga Ekspor Industri Mebel & Kerajinan Rotan (US$/ kg) Nilai Ekspor Industri Mebel & Kerajinan Rotan (US$) , , ,888, , , ,213, , , ,421, , , ,153, , , ,724, , , ,508, , , ,673,851 Sumber : Badan Pusat Statistik, (diolah kembali) Indonesia mempunyai potensi dalam mengembangkan industri mebel dan kerajinan rotan karena mempunyai pasokan bahan baku rotan yang besar dan memiliki banyak tenaga kerja. Potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, karena

17 3 tingkat keterampilan dari tenaga penghasil masih rendah dan kurangnya penguasaan atas selera konsumen, sehingga kalah bersaing dengan negara lain yang juga pengekspor mebel dan kerajinan rotan. Terlihat pada Lampiran 1 tentang pangsa pasar ekspor Indonesia di lima negara tujuan utama, Indonesia kalah bersaing dengan Cina, Malaysia dan Vietnam. Begitu juga bila kita bandingkan dengan negara-negara di ASEAN, pangsa pasar ekspor kerajinan rotan Indonesia ke Jepang kalah bersaing dengan Philipina dan Vietnam pada Lampiran Perumusan Masalah Sebelum tahun 1986, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bahan baku rotan terbesar di dunia, sementara industri pengolahan rotan belum berkembang. Akibatnya, nilai ekspor hasil industri pengolahan rotan masih jauh dibanding ekspor rotan mentah. Untuk meningkatkan nilai ekspor hasil industri pengolahan rotan, pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan dalam bentuk regulasi diantaranya larangan ekspor rotan mentah. Pada tahun 1986 Menteri Perdagangan mengeluarkan SK No.274/KP/X/1986 tentang larangan ekspor bahan baku rotan. Sejak saat itu, industri pengolahan rotan nasional mengalami perkembangan yang sangat pesat yaitu meningkat dari hanya 20 perusahaan menjadi 300 perusahaan. Sementara itu, industri pengolahan rotan di luar negeri (Taiwan dan Eropa) yang bahan bakunya mengandalkan pasokan dari Indonesia banyak yang mengalami kebangkrutan dan mengalihkan usahanya ke Indonesia, khususnya di daerah Cirebon (Budiani, 2005). Kebijakan tata niaga ekspor yang semula untuk menumbuhkembangkan industri rotan di dalam negeri dalam kenyataannya di satu pihak telah memperoleh hasilnya, sementara di pihak lain ketentuan pelarangan tersebut dianggap tidak sesuai dengan prinsip perdagangan bebas sehingga kebijaksanaan pelarangan ekspor sampai dengan

18 4 tahun 1992, harus disesuaikan melalui kebijakan penghapusan larangan ekspor rotan mentah dan setengah jadi yaitu Keputusan Menteri Perdagangan No. 179/Kp/VI/92 tentang Ketentuan Ekspor Rotan. Keputusan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan-ketentuan ekspor rotan sesuai dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas, sesuai dengan kesepakatan GATT (General Aggreement on Tariff and Trade), bahwa hambatan non tarif hendaknya dikonversikan kedalam tarif. Untuk itu, pelarangan ekspor kelompok rotan bahan mentah dan barang setengah jadi dihapuskan atau dibebaskan dari larangan ekspor dengan ketentuan dikenakan pajak ekspor. Pada Tabel 2 terlihat nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan tahun 1986 sampai dengan 1991 mengalami perkembangan yang cukup pesat sesuai dengan tujuan pemerintah melarang ekspor rotan mentah dan setengah jadi, sehingga meningkatkan produksi industrinya. Adanya kebijakan tersebut menyebabkan volume penawaran bahan baku meningkat dan cenderung melimpah, sehingga produksi meningkat dan produsen bisa memenuhi permintaan pasar baik domestik maupun luar negeri. Daya saing ekspor mebel dan kerajinan rotan semakin kuat karena ketersediaan bahan baku yang melimpah dan murah.

19 5 Tabel 2 Nilai Ekspor (US $) Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun Tahun Jepang Amerika Jerman Lainnya Total % Jepang Serikat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,40 Sumber : Badan Pusat Statistik, (data diolah) Ekspor mebel dan kerajinan rotan berada di posisi terendah pada tahun 1998, yaitu sebesar 60,8 juta US$, hal ini disebabkan terjadinya krisis ekonomi dan adanya kebijakan pemerintah yang membuka ekspor rotan bulat tanpa pajak. Ketika keran ekspor rotan mentah dibuka, Cina, Vietnam, Kamboja dan Filipina langsung membeli rotan dari Indonesia. Akibatnya para petani rotan memilih untuk mengekspor bahan baku rotan daripada memenuhi industri dalam negeri. Hal ini berdampak pada pasokan rotan mentah dalam negeri berkurang dan sehingga pengrajin kesulitan mendapatkan bahan baku yang pada gilirannya mendorong peningkatan harga.

20 6 Kemudian ekspor mebel dan kerajinan rotan berkembang kembali, walaupun tidak sebesar periode Ekspor mebel dan kerajinan rotan terus berfluktuasi, pada tahun 2006, nilai ekspor rotan hanya sebesar 300,7 juta US$, yaitu naik 1,06 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selama 1986 sampai dengan 1996, Jepang tercatat sebagai negara teratas yang menyerap mebel dan kerajinan rotan Indonesia, setelah itu diduduki oleh Amerika Serikat dan Jerman. Masyarakat Jepang sangat menyukai beragam mebel dan kerajinan rotan, karena bentuknya yang indah. Di Amerika Serikat mebel dan kerajinan rotan disukai karena memberi kesan dekat dengan alam. Di negara-negara Eropa mebel dan kerajinan rotan diminati karena masyarakat Eropa menyukai gaya eksotis dari wilayah Timur yang dicerminkan dalam bentuk furniture untuk mengisi dan melengkapi kafekafe dan perhotelan. Tahun 1987, Jepang menyerap 75,15 persen ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia dan tahun 1996 Jepang menyerap 37,01 persen. Namun pada tahun 1997 dan 1998 nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan ke Jepang sangat rendah, disebabkan terjadinya krisis ekonomi baik di Asia maupun di Indonesia dan kemungkinan adanya kebijakan pemerintah membuka ekspor rotan mentah dan setengah jadi. Pada periode 1999 sampai dengan tahun 2006, impor Jepang terhadap mebel dan kerajinan rotan terus berfluktuasi dan menurun. Tahun 1999 nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan sebesar 17,04 persen dan tahun 2006 hanya sebesar 9,40 persen dari total ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia. Penelitian pada komoditi mebel dan kerajinan rotan ke Jepang penting dilakukan, karena nilai ekspor komoditi ini mula-mula besar kemudian menurun, padahal pemintaan mebel dan kerajinan rotan di Jepang cukup besar. Agar ekspor

21 7 mebel dan kerajinan rotan tetap eksis, maka menganalisis aliran perdagangan rotan ke negara tujuan utama seperti Jepang penting dilakukan, sehingga dapat diketahui faktorfaktor penyebab nilai ekspor berfluktuasi. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang? 2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh secara siginifikan terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang? 3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut mempengaruhi ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang? 1.7 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menjelaskan perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan ke Jepang 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang 3. Menganalisis besarnya faktor-faktor tersebut terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia 1.8 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia, khususnya ke Jepang.

22 8 2. Bagi produsen dan eksportir produk rotan, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan informasi dalam perdagangan nasional maupun internasional. 3. Bagi pengambil kebijakan dan pihak terkait lainnya, hasil penelitian ini memberi masukan untuk menyusun strategi meningkatkan ekspor mebel dan kerajinan rotan.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Pengertian terpenting dalam ekonomi internasional secara keseluruhan adalah gagasan tentang adanya keuntungan perdagangan (gains from trade) yaitu jika suatu negara menjual barang dan jasa kepada negara lain maka manfaatnya hampir pasti diperoleh kedua belah pihak. Perdagangan menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang kepada setiap negara untuk mengekspor berbagai macam barang yang produksinya menggunakan sebagian besar sumber daya yang melimpah di negara yang bersangkutan serta mengimpor berbagai barang yang produksinya menggunakan sumber-sumber daya yang tergolong cukup langka di negara tersebut (Krugman & Obstfeld, 2000). Terdapat berbagai alasan dilakukannya perdagangan internasional. Perdagangan terjadi pada dua negara yang mempunyai perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan perbedaan penawaran disebabkan oleh perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi dan tingkat teknologi. Tanpa adanya perdagangan internasional, harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan refleksi atau pencerminan dari keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang selanjutnya merupakan landasan bagi berlangsungnya hubungan dagang yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium ketika perdagangan internasional telah berlangsung akan tercipta melalui proses yang cukup lama.

24 10 Artinya, harga itu tidak tercipta begitu saja melainkan baru tercipta setelah hubungan dagang antar kedua negara berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, sehingga tersedia cukup waktu bagi kekuatan penawaran dan permintaan untuk bertemu dan menentukan harga tersebut. Guna mengungkap proses penentuan harga komoditi relatif dalam kondisi ekuilibrium (yakni setelah hubungan dagang berlangsung), maka dilakukan upaya pemahaman melalui analisis keseimbangan parsial (yakni dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran). P X /P Y Panel A Pasar di Negara 1 untuk Komoditi X P X /P Y Panel B P X /P Y Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X Panel C Pasar di Negara 2 untuk Komoditi X S x P 2 Ekspor S x B E B E S D P 3 A B E Impor P 1 A A D x D x 0 X 0 X 0 X Sumber : Salvatore (2000) Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Gambar 1 memperlihatkan, karena Px/Py lebih besar daripada P 1, maka Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (panel A) sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh panel B mengalami peningkatan. Di lain pihak, karena P x /P y lebih rendah dari P 3, maka Negara 2

25 11 mengalami kelebihan kelebihan permintaan untuk komoditi x (di panel C) dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2 terhadap komoditi X atau D mengalami kenaikan (lihat panel B). Panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P 2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P 2 merupakan P x /P y atau harga relatif equilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut. Tapi jika P x /P y lebih besar dari P 2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau P x /P y, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P 2. Sebaliknya jika P x /P y lebih kecil dari P2, maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X, selanjutnya akan menaikkan P x /P y sehingga lambat laun akan sama dengan P Ekspor Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari wilayah Republik Indonesia baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil. Ekspor dinilai pada harga FOB (Free On Board) yaitu harga sampai barang dimuat di kapal Produksi Domestik Menurut Sukirno (2002), suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara lain apabila barang tersebut diperlukan dan tidak dapat diproduksi sendiri. Faktor lain adalah kemampuan dari negara pengekspor barang-barang yang bersaing di pasaran luar negeri. Dengan demikian, jika produksi domestik meningkat dan telah dapat memenuhi permintaan dalam negeri, maka akan mendorong peningkatan ekspor barang tersebut.

26 Harga Menurut Lipsey (1995) harga dan kuantitas permintaan suatu komoditi berhubungan secara negatif. Artinya, jika harga semakin rendah maka jumlah yang diminta akan semakin tinggi, dengan faktor lain tetap. Sebaliknya harga yang ditawarkan berhubungan secara positif dengan jumlah yang ditawarkan, semakin besar harga komoditi maka akan semakin banyak kuantitas komoditi tersebut yang ditawarkan Pendapatan Nopirin (2000) menyatakan permintaan akan suatu barang ditentukan oleh pendapatan. Kita dapat menduga bahwa ada hubungan antara pendapatan suatu negara dengan pembelian barang luar negeri (impor). Jika pendapatan naik, maka pembelian barang dan jasa dapat mengalami kenaikan. Peningkatan pendapatan biasanya ikut meningkatkan konsumsi komoditi yang bersangkutan. Bila komoditi tersebut tidak bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, maka upaya pemenuhannya dapat dicapai dengan mengimpor komoditi tersebut dari negara lain. Ekspor bagi Indonesia dapat diartikan sebagai impor bagi negara-negara lain di dunia. Impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan oleh kesanggupan barang-barang yang diproduksi di negara lain untuk bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan di negara itu. Jika pendapatan negara tersebut berubah maka dengan sendirinya impor akan berubah, yaitu makin tinggi pendapatan suatu negara maka makin tinggi pula impor yang akan dilakukan (Krugman & Obstfeld, 2000).

27 Jumlah Penduduk Pertumbuhan populasi dari sisi permintaan akan menyebabkan bertambah besarnya permintaan domestik. Pertambahan permintaan domestik pada negara eksportir akan menurunkan jumlah ekspor yang dilakukan oleh negara tersebut (Salvatore, 2000) Kebijakan Ekspor Rotan Indonesia Industri rotan termasuk industri yang mendapat perhatian besar dari pemerintah selaku penentu kebijakan karena merupakan penghasil devisa negara. Pemerintah mengeluarkan kibijakan-kebijakan berhubungan dengan industri rotan baik terhadap ketersediaan bahan baku maupun terhadap pemasaran rotan. Kebijakan pemerintah dalam mengatur tata niaga rotan adalah: (a) Keputusan Menteri Perdagangan No. 492/Kp/VII/79 tentang Larangan Ekspor Rotan Asalan Dari Seluruh Indonesia, bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan industri ekspor barang jadi rotan di dalam negeri, semakin meluasnya kesempatan kerja serta meningkatnya penerimaan devisa negara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka bahan baku rotan olahan harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh industri di dalam negeri sehingga nilai tambah produk ekspor rotan dapat dinikmati oleh industri di dalam negeri. Dengan kebijakan tersebut maka rotan asalan dari seluruh Indonesia diharapkan tidak dapat dimanfaatkan oleh industri pesaing di luar negeri yang mempunyai ketergantungan bahan baku rotan dari Indonesia. Rotan asalan dalam keputusan tersebut adalah rotan tidak dikerjakan yang telah dirunti tapi belum dicuci, belum diasap dan belum dibelerang (unwashed). (b) Keputusan Menteri Perdagangan No. 274/Kp/X/86 tentang Tata Niaga Rotan,

28 14 merupakan penyempurnaan kebijakan tata niaga sebelumnya dengan tujuan memperluas kesempatan kerja dan pencapaian hasil devisa yang sebesarbesarnya. (c) Kebijakan tata niaga ekspor yang semula untuk menumbuhkembangkan industri rotan di dalam negeri dalam kenyataannya di satu pihak telah memperoleh hasilnya, sementara di pihak lain ketentuan pelarangan tersebut dianggap tidak sesuai dengan prinsip perdagangan bebas sehingga kebijaksanaan pelarangan ekspor sampai dengan tahun 1992, harus disesuaikan melalui kebijakan penghapusan larangan ekspor rotan yaitu Keputusan Menteri Perdagangan No. 179/Kp/VI/92 tentang Ketentuan Ekspor Rotan. Keputusan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan-ketentuan ekspor rotan sesuai dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas. Untuk itu, pelarangan ekspor kelompok rotan bahan mentah dan barang setengah jadi dihapuskan atau dibebaskan dari larangan ekspor dengan ketentuan dikenakan pajak ekspor. (d) Pada tahun 1998 pemerintah memperbolehkan ekspor rotan bulat tanpa pajak ekspor dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.440/MPP/Kep/9/1998 (e) Pemerintah kembali mengatur ekspor rotan mentah untuk mengatasi kekurangan bahan baku industri mebel dan kerajinan rotan dalam negeri dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.355/MPP/KEP/5/2004. Kebijakan ini mengatur ekspor rotan. Rotan yang berasal dari hutan alam dilarang untuk diekspor. Rotan yang berasal dari tanaman budidaya meliputi jenis rotan sega dan rotan irit yang sudah dirunti,

29 15 digosok, dicuci, diasap dan rotan bulat yang sudah dipoles halus, termasuk rotan setengah jadi dapat untuk diekspor. (f) Kebijakan pengaturan ekspor rotan mentah hanya bertahan setahun, pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No 12/M-DAG/PER/6/2005 yang mengijinkan rotan asalan dan rotan setengah jadi untuk diekspor. 2.2 Kerangka Pemikiran Operasional Hasil mebel dan kerajinan rotan Indonesia sudah sangat terkenal di dunia internasional. Permintaan dunia terhadap produk tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tujuan ekspor utama mebel dan kerajinan rotan Indonesia yaitu negara Jepang, Amerika Serikat Jerman, dan negara Eropa lainnya. Ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang tahun 1986 sampai dengan 1996 sangat besar, namun sejak tahun 1998 berfluktuasi dan menurun disebabkan terjadinya krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah memperbolehkan ekspor rotan mentah dan setengah jadi tanpa pajak dan melemahnya daya saing komoditi tersebut di negara Jepang. Penetapan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak konsisten pada ekspor rotan dapat mempengaruhi perkembangan industri mebel dan kerajinan rotan. Dalam periode 1986 sampai dengan 2005, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berbeda, menyebabkan ketidakstabilan pasokan bahan rotan untuk industri.

30 16 Industri mebel dan kerajinan Rotan Indonesia Ekspor hasil mebel dan kerajinan rotan Indonesia fluktuatif Ke Jepang 1. Produksi domestik 2. Harga jual ekspor 3. GDP perkapita Indonesia 4. GDP perkapita Jepang 5. Penduduk Indonesia 6. Penduduk Jepang 7. Kebijakan ekspor rotan Potensi Jepang sebagai negara importir mebel dan kerajinan rotan dari Indonesia Analisis Regresi Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang Strategi meningkatkan ekspor mebel dan kerajinan rotan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, variabel ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dalam penelitian ini meliputi variabel produksi domestik, harga jual ekspor mebel dan kerajinan rotan, GDP perkapita Indonesia, GDP perkapita Jepang, jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk Jepang, dan dummy yang menjelaskan kebijakan ekspor rotan mentah. Analisis ekspor mebel dan kerajinan rotan menggunakan analisis regresi berganda. Model diestimasi dengan metode kuadrat terkecil untuk melihat faktor mana yang berpengaruh nyata pada variabel dependen. Dengan menggunakan estimasi koefisien model juga untuk mengetahui apakah pengaruh yang diberikan dari tiap variabel independen

31 17 signifikan dan sesuai dengan hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan ditawarkan strategi untuk meningkatkan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. 2.3 Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh produksi rotan domestik dan pengaruhnya positif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh harga ekspor dan pengaruhnya positif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh GDP Perkapita Konstan Indonesia dan pengaruhnya negatif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh GDP Perkapita Konstan Jepang dan pengaruhnya positif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh jumlah penduduk Indonesia dan pengaruhnya negatif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh jumlah penduduk Jepang dan pengaruhnya positif. o Volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor rotan mentah dan pengaruhnya positif.

32 Penelitian Terdahulu Penelitian Sunenti (2005) tentang analisis aliran perdagangan dan faktor faktor yang mempengaruhi ekspor mebel rotan Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder. Model analisis yang digunakan gravity model, yang menjelaskan terjadinya aliran perdagangan rotan dari titik produksi dan konsumsi. Berdasarkan hasil analisis maka yang berpengaruh pada ekspor mebel rotan adalah pendapatan per kapita negara tujuan, biaya transportasi ke negara tujuan dan nilai tukar terhadap dollar Amerika. Budiani (2005) meneliti tentang perkembangan ekspor produk rotan Indonesia ke negara tujuan utama ditinjau dari kebijakan larangan ekspor rotan mentah. Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil analisis regresi berganda menghasilkan variabel produksi, nilai tukar rupiah terhadap yen, Gross Domestic Product dan kebijakan berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor produk rotan Indonesia ke Jepang. Untuk ekspor produk rotan Indonesia ke Amerika Serikat secara signifikan dipengaruhi oleh variabel produksi, nilai tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor dan kebijakan pemerintah. Untuk ekspor produk rotan Indonesia ke Jerman secara signifikan dipengaruhi oleh variabel produksi, Gross Domestic Product dan harga ekspor, sedangkan kebijakan pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Junaidi (2007) tentang analisis dampak kebijakan ekspor rotan mentah terhadap keragaan industri kecil dan menegah produk jadi rotan di Kabupaten Cirebon. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keragaan usaha yang meliputi volume produksi, omzet, pendapatan, produktifitas, rasio

33 19 penggunaan input dan analisis nilai tambah Metode Hayami. Berdasarkan analisis diperoleh bahwa secara umum kebijakan tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap bagi keragaan industri kecil dan industri menengah mebel dan kerajinan rotan di Cirebon. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penelitian terdahulu adalah pada subsektor industri yang dianalisis, yaitu industri mebel dan kerajinan rotan. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel yang diteliti. Penelitian ini menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang dengan metode regresi linear berganda dimana volume ekspor mebel dan kerajinan rotan sebagai variabel terikat, dan variabel bebasnya adalah volume produksi domestik, harga ekspor, GDP perkapita penduduk Jepang, GDP perkapita penduduk Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk Jepang serta kebijakan pemerintah tentang larangan ekspor rotan mentah.

34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder deret waktu mulai dari tahun 1986 sampai tahun 2006 untuk analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Data tersebut diperoleh dari beberapa publikasi yaitu : 1. Data nilai ekspor produk rotan Indonesia dan volume ekspor produk rotan Indonesia yang diperoleh dari publikasi Statistik Ekspor Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1986 sampai tahun Data produksi (output) produk rotan Indonesia dari publikasi Industri Besar dan Sedang, Badan Pusat Statistik (BPS). 3. Data besarnya Gross Domestic Product Perkapita Indonesia dan Jepang atas dasar harga konstan yang diperoleh dari International Financial Statistic tahun 1986 sampai Data jumlah penduduk Indonesia dan Jepang diperoleh dari International financial Statistic Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membatasi pada rotan dalam bentuk barang jadi, yaitu berupa mebel, kursi, lampit, keranjang rotan dan hasil kerajinan rotan lainnya. Industri mebel dan kerajinan rotan yang dianalisis berdasarkan harmonized system (HS) dengan kode: HS : lampit of rattan; HS : basketwork and the like of rattan; HS : seats of rattan; HS : parts seats of rattan; HS : furniture of rattan.

35 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam penelitian ini akan dilihat perkembangan ekspor produk rotan Indonesia selama periode 1986 sampai Data ekspor produk rotan Indonesia dikumpulkan berdasarkan publikasi Statistik Ekspor Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1986 sampai tahun Variabel yang digunakan untuk kebutuhan analisis regresi linear berganda meliputi volume ekspor industri mebel dan kerajinan rotan Indonesia, produksi domestik mebel dan kerajinan rotan Indonesia, harga ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia dan Gross Domestic Product (GDP) perkapita konstan Indonesia dan Jepang, jumlah penduduk Indonesia dan Jepang. Seluruh data tersebut dikumpulkan dan diurutkan menurut periodenya. Pengolahan data dilakukan di komputer dengan bantuan Microsoft Ofice 2003: excel, penghitungan analisisnya dengan bantuan paket program SPSS versi 11.5 dan Eviews Metode Analisis Dalam upaya menjawab tujuan penelitian yang disampaikan sebelumnya, pada studi ini menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu cara analisis langsung melalui penyajian tabel dan grafik. Disamping itu analisis deskriptif juga memanfaatkan data-data yang tersedia seperti persentase, rata-rata, dan ukuran statistik lainnya. Analisis deskriptif pada penelitian ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. Melalui

36 22 deskripsi ini dapat diketahui gambaran umum perkembangan ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke negara Jepang dari tahun 1986 sampai Analisis Regresi Linear Berganda Metode analisis kedua yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan melakukan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini bertujuan untuk mengestimasi dan atau meramalkan nilai variabel dependen didasarkan pada nilai variabel independen (Gujarati, 1993). Dalam regresi berganda, variabel tidak bebas Y, tergantung kepada dua atau lebih variabel independen X. Garis regresi merupakan garis yang menghubungkan rata-rata distribusi Y dengan seluruh kemungkinan nilai-nilai X. Variabel independen (X) adalah peubah yang nilainya dapat ditentukan. Variabel tidak bebas (Y) adalah suatu variabel sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada variabel independen. Untuk mengetahui besarnya sumbangan (pengaruh) dari variabel X terhadap perubahan variabel Y dapat dilihat dari koefisien determinasi (Coeficient of Determination) atau R 2. Variabel Boneka (Dummy Variable) adalah variabel yang menjelaskan ada atau tidak adanya kualitas dengan membentuk variabel buatan yang mengambil nilai 1 atau 0. Dalam penafsiran fungsi, sejauh yang menyangkut analisis regresi, metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat terkecil biasa (Method of Ordinary Least Square, OLS,) sehingga dengan metode ini akan dihasilkan estimator yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

37 23 Analisis berganda digunakan untuk melihat pengaruh produksi, harga ekspor, Gross Domestic Product Perkapita atas dasar harga konstan Indonesia dan Jepang, jumlah penduduk Indonesia dan Jepang, serta kebijakan pemerintah mengenai larangan ekspor rotan mentah terhadap nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. Lebih lanjut, model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap nilai ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang yaitu: LN _ EXP = β + β LN _ PROD + β LN _ HRG + β LN _ GDPI + β LN _ GDPJ t O 1 t 2 t 3 t 4 + β LN _ PDDI + β LN _ PDDI + β D + ε... (1) 5 t 6 t 7 t t t dimana: β 0 LN_EXP t LN_PROD t LN_HRG t LN_GDPI t LN_GPPJ t LN_PDDI t LN_PDDJ t = Konstanta = Logaritma natural volume ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang (ton) = Logaritma natural produksi atas dasar harga konstan (juta Rp) = Logaritma natural harga (US$/Kg) = Logaritma natural GDP perkapita Indonesia (ribu Rp) = Logaritma natural GDP perkapita Jepang (ribu JPY) = Logaritma natural jumlah penduduk Indonesia (juta jiwa) = Logaritma natural jumlah penduduk Jepang (juta jiwa) D t = 1: Kebijakan larangan ekspor rotan mentah berlaku ( ) 0: Kebijakan larangan ekspor rotan mentah dicabut ( ) ε t = random error Asumsi-asumsi Regresi Dalam metode kuadrat terkecil (OLS) harus didasarkan pada asumsi regresi linear normal klasik. Dimana asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

38 24 a. Asumsi kenormalan Asumsi kenormalan data merupakan asumsi yang paling mendasar dalam analisis regresi berganda. Regresi linear normal klasik mengasumsikan bahwa kesalahan pengganggu (εi) mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians σ 2. Untuk memenuhi kriteria kenormalan data sebagai langkah awal dalam analisis regresi perlu dilakukan uji kenormalan data. Uji kenormalan data dapat dilakukan dengan uji plot peluang kenormalan data (normal probability plot). Kriteria uji ini adalah melakukan perbandingan nilai distribusi kumulatif data awal dengan nilai kumulatif dari distribusi normal (cummulative normal distribution). Data yang memenuhi kriteria kenormalan akan mengikuti pola garis lurus. b. Asumsi Non Autokorelasi Autokorelasi menjelaskan adanya korelasi atau hubungan yang erat antar sisaannya. Asumsi non autokorelasi artinya kesalahan pengganggu yang satu (εi) tidak berkorelasi dengan kesalahan pengganggu yang lainnya (εj). Autokorelasi umumnya lebih mungkin terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat digunakan uji Breusch- Godfrey Serial Correlation LM. Apabila nilai probabilitas obs*r-squared-nya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka hasil estimasi tersebut tidak mempunyai masalah dalam autokorelasi. Hipotesis pada uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM sebagai berikut: H0 : tidak ada autokorelasi antara pengganggu (εi) H1 : ada autokorelasi antara pengganggu (εi)

39 25 Apabila terjadi autokorelasi, maka salah salah satu cara agar asumsi non autokorelasi dapat terpenuhi adalah dengan mentransformasi data. c. Asumsi Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi ketika kesalahan pengganggu mempunyai varian yang berbeda dari pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain. Pelanggaran asumsi ini disebut heteroskedastisitas (Heteroscedasticity) yang merupakan kasus ketika kesalahan pengganggu (εi) mempunyai varian yang berbeda. Konsekuensi terjadinya kasus heteroskedastisitas adalah pendugaan dari model yang diperoleh tidak lagi efisien baik untuk sampel kecil maupun untuk sampel besar. d. Asumsi Non Multikolinearitas Multikoliniearitas (multicolliniearity) merupakan hubungan erat atau sangat erat yang terjadi antara beberapa variabel independen atau terjadi korelasi yang tinggi antara variabel independen. Adanya multikolinearitas sempurna akan menyebabkan varian dari parameter tidak terdefinisikan. Hal ini akan mengakibatkan pengujian terhadap parameter tidak dapat dilakukan. Dalam hal multikolinearitas tidak sempurna, varians menjadi besar sekali dan membuat interval kepercayaan semakin lebar sehingga kemungkinan pengambilan keputusan semakin besar. Salah satu cara untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas adalah dengan melihat besarnya nilai korelasi antara variabel independen. Tidak terjadi multikolinearitas biasanya nilai korelasi antar variabel independen dibawah 95 persen (Gujarati, 1993). Multikonieritas dapat terjadi bila R2 yang diperoleh tinggi, tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali koefisien dugaan yang nyata pada

40 26 taraf uji tertentu dan tanda koefisien regresi dugaan tidak sesuai dengan teori. Dengan cara lain yaitu Uji Klein menyatakan bahwa apabila nilai koefisien korelasi Ri 2 tidak lebih besar dari R 2, maka multikolinieritas dapat diabaikan Kriteria Pengujian Analisis Regresi Berganda Dengan terpenuhinya asumsi regresi linear klasik tersebut maka dengan menggunakan teknik analisis metode kuadrat terkecil biasa (OLS) akan diperoleh penaksir tak bias linear terbaik (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator). Selanjutnya model tersebut diuji dengan memakai beberapa kriteria penilaian yang meliputi: a. Koefisien Determinasi (R 2 ) Besaran R 2 dikenal sebagai koefisien determinasi dan merupakan besaran yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan suai (goodness of fit) garis regresi. Koefisien Determinasi mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Biasanya akan ada beberapa ei positif dan beberapa ei negatif, apa yang kita harapkan adalah bahwa residual ini di sekitar garis regresi sekecil mungkin, koefisien determinasi R 2 merupakan ukuran ikhtisar yang mengatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data. Dua sifat R 2 adalah : 1. R 2 merupakan besaran non negatif. 2. Batasnya adalah 0 R 2 1. Dari nilai R 2 dapat diketahui berapa persen peranan variabel tidak bebas dapat menjelaskan variebel bebas secara bersama-sama. Semakin dekat nilai R 2 dengan angka 1 maka semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variabel

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series, yang merupakan data bulanan dari tahun 005 sampai 008, terdiri dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber data penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series tahunan dari tahun 1993-2013. Jenis data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar 87 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor kayu lapis Indonesia di pasar internasional berupa data time series periode 1988-007. Dalam penelitian ini variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 51 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara deskriptif dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (1997:8) metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pertanyaan beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Indah Wulansari F BAB I

Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Indah Wulansari F BAB I Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta Indah Wulansari F 0299059 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota 41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah ekspor industri tekstil dan produk tekstil. Fokus yang akan diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

Proposal Usaha Kerajinan Rotan Proposal Usaha Kerajinan Rotan DISUSUN OLEH ASEP SOPYAN, SP.,M.Si Penata Tk.I Nip. 19650720 199303 1 007 No. Hp 081321782532 1 A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan 53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana konsumsi agregat masyarakat adalah sebagai variabel

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H14051439 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADRIAN RAMADHAN. Analisis

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sekunder melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dan yang menjadi objek penelitian adalah pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah minimum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran terhadap tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-korelasional (kausal) yang menjelaskan adakah hubungan dan seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Penelitian Untuk menganalisa apakah Indonesia melakukan praktek fear of floating, penulis menggunakan model yang diadopsi dari jurnal ekonomi penbangunan, yang ditulis

Lebih terperinci