PENGARUH VARIASI MACAM GULA DAN PENGENCERAN SARI KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS NATA DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH VARIASI MACAM GULA DAN PENGENCERAN SARI KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS NATA DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)"

Transkripsi

1 PENGARUH VARIASI MACAM GULA DAN PENGENCERAN SARI KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS NATA DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) Thobib Hasan A. 1, Utami Sri Hastuti 2, Sitoresmi Prabaningtyas 2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5, Malang, Indonesia obexcute@yahoo.com ABSTRACT: Ussually th pittaya fruit is used the fresh fruit, whereas the peel in the amount 30-35% from the fruit total weight is not used. One manner to utilised the pittaya fruit peel is by use the peel extract as the basic material to make nata, as the food diversification. This reaserch aimed to determine sugar sorts and pittaya fruit peel extract concentration effect toward the nata quality from pittaya fruit peel. This reserch is an experimental research with qualitative approach. There are two independent variables i.e: 1) the red dragon fruit peel extract concentration 30%, 40%, 50%, 60% and 70%, 2) the sugar sorts i.e: palm sugar, cane sugar and siwalan sugar. The dependent variable is the nata quality based on the thick, weight and the fiber content. The research result shows that: (1) there is an effect of pittaya fruit peel extract concentration toward the nata quality based on the thick, weight and fiber content. The nata from pittaya fruit peel extract in 70% concentration show the best quality based on the thick, weight, and fiber content, (2) there are the effect of the sugar sorts, i.e: palm sugar, cane suar and siwalan sugar towards the nata quality based on the thick, weight and fiber content. The cane sugar show the best effect to the nata quality based on thick, weight, and fiber content, (3) There are significanly effect of the interaction between sugar sorts and fruit peel extract concentration toward the fiber content. There is no significanly effect of the interaction between sugar sorts and pittaya fruit peel extract concentration toward the thick and weight of the nata layer. The 70% concentration of the pittaya fruit peel extract with cane sugar show the best quality of the nata from the pittaya fruit peel based on fiber content. Key word: Variation of delution, sugar variation, red dragon fruit peel nata. Tingkat konsumsi buah naga merah yang semakin meningkat, berdampak terhadap sisa kulit yang hanya dibuang begitu saja. Buah naga merah hanya dikonsumsi buahnya dalam keadaan segar, sedangkan limbah kulitnya yang berjumlah 30-35% dari berat buah kurang termanfaatkan (Pribadi et al., 2014). Berdasarkan hasil penelitian oleh Jamilah et al., (2011), kulit buah naga merah mengandung komponen gula sekitar 8.4%. Gula yang terdeteksi di antaranya ialah glukosa, fruktosa dan maltosa. Glukosa merupakan komponen gula utama pada kulit buah naga merah dengan persentase 4,15% dan dilanjutkan dengan maltosa sebesar 3,37%, fruktosa 0,86%. Berdasarkan komposisi kandungan gula pada kulit buah naga merah tersebut maka perlu adanya pemanfaatan kulit buah naga merah sebagai bahan makanan olahan untuk meningkatkan nilai ekonomi, di antaranya adalah dengan dibuat nata dari kulit buah naga merah. 1

2 2 Nata merupakan produk makanan fermentasi yang tersusun atas selulosa ekstraselular yang diproduksi oleh bakteri Acetobacter xylinum dengan memanfaatkan gula dalam media fermentasi (Arsatmojo, 1996). Nata memiliki fungsi kesehatan, karena mengandung serat alami dalam bentuk selulosa yang dapat merangsang gerak peristaltik kolon, sehingga dapat mencegah sembelit. Sari kulit buah naga merah yang merupakan bahan dasar pembuatan nata dari kulit buah naga merah bersifat relatif kental, sehingga harus diencerkan dengan aquades agar tidak mengganggu aktivitas sel-sel bakteri Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi. Berdasarkan hasil uji pendahuluan didapatkan tingkat pengenceran 30%-70% yang dapat menghasilkan nata dengan kualitas yang baik berdasarkan tebal, berat, dan kadar serat. Maka perlu diuji lanjut untuk menentukan tingkat pengenceran yang paling baik dalam menghasilkan nata dengan kualitas terbaik. Beberapa bahan suplemen perlu ditambahkan ke dalam sari kulit buah naga merah saat pembuatan nata salah satu di antaranya ialah gula. Gula digunakan sebagai sumber karbon bagi bakteri Acetobacter xylinum dalam proses pertumbuhannya (Handarini dan Tjiptaningdyah, 2008). Ada beberapa macam gula yang dijual di pasar atau toko, tiga diantaranya ialah: gula putih, gula palem dan gula siwalan. Ketiga macam gula tersebut digunakan dalam penelitian ini agar dapat ditentukan macam gula yang dapat menghasilkan nata dari kulit buah naga merah dengan hasil terbaik. Alasan pemilihan ketiga macam gula tersebut dikarenakan kandungan sukrosanya yang cukup tinggi yaitu pada gula putih sebesar 99.9%, pada gula aren sebesar 96.21% dan pada gula siwalan sebesar 93,75%. Ketiga macam gula tersebut memiliki kandungan gula pereduksi, yaitu pada gula putih sebesar 3.70%, pada gula aren sebesar 0,53% dan pada gula siwalan sebesar 1.66%, sehingga diharapkan akan menghasilkan nata dengan kualitas yang baik (BPTP Banten, 2005) METODE Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri Malang dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Oktober 2014 sampai Februari Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan, panci, botol selai, pisau, kompor, kain saring, pengaduk, pipet tetes, kertas sampul, gelang karet, blander, peralatan inkubasi, gelas ukur, jangka sorong, sendok, laminar air flow, indikator universal. Bahan yang digunakan yaitu kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizys), air kelapa, biakan starter nata Acetobacter xylinum, asam asetat glasial, gula putih, gula aren, gula siwalan, yeast, alkohol 70%, aquades dan kecambah kacang hijau. A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Adapun desain faktorial dalam penelitian ini ialah dua faktor, yaitu faktor yang pertama ialah A meliputi tingkat konsentrasi pengenceran sari kulit buah naga merah yang dibedakan menjadi A1: tingkat pengenceran 30%, A2: tingkat pengenceran 40%, A3: tingkat pengenceran 50%, A4: tingkat pengenceran 60%, A5: tingkat pengenceran 70%, sedangkan faktor kedua meliputi jenis gula yang dibedakan menjadi B1: gula putih, B2: gula aren, B3: gula siwalan.

3 3 Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan limabelas perlakuan dan tiga ulangan seperti pada Tabel 1. Faktor yang diukur dalam penelitian ini ialah kualitas nata yang meliputi berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata dari buah naga merah setelah pemeraman selama 14 hari. Tabel 1. Rancangan Penelitian bebas Variabel moderator 30% (A1) 40% (A2) 50% (A3) 60% (A4) 70% (A5) Gula putih (B1) A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A5B1 Gula aren Jenis gula (B2) A1B2 A2B2 A3B2 A4B2 A5B2 Gula siwalan (B3) A1B3 A2B3 A3B3 A4B3 A5B3 Keterangan: A1B1: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 30% ditambah 100 gram gula putih A2B1: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 40% ditambah 100 gram gula putih A3B1: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 50% ditambah 100 gram gula putih A4B1: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 60% ditambah 100 gram gula putih A5B1: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 70% ditambah 100 gram gula putih A1B2: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 30% ditambah 100 gram gula aren A2B2: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 40% ditambah 100 gram gula aren A3B2: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 50% ditambah 100 gram gula aren A4B2: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 60% ditambah 100 gram gula aren A5B2: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 70% ditambah 100 gram gula aren A1B3: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 30% ditambah 100 gram gula siwalan A2B3: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 40% ditambah 100 gram gula siwalan A3B3: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 50% ditambah 100 gram gula siwalan A4B3: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 60% ditambah 100 gram gula siwalan A5B3: 1000 ml sari kulit buah naga merah dengan pengenceran 70% ditambah 100 gram gula siwalan B. Analisis Data Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji ANAVA ganda dengan bantuan software statistik SPSS16. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang signifikan, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan 5% terhadap rerata berat lapisan, tebal lapisan, dan kadar serat lapisan nata. HASIL Hasil dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut. 1. Pengaruh Variasi Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata dari Sari Kulit Buah Naga Merah berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata Ringkasan hasil uji ANAVA ganda tentang pengaruh variasi tingkat pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

4 4 Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Statistik ANAVA Ganda Tentang Pengaruh Variasi Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah Terhadap Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig. Squares Tingkat pengenceran ,000 -Berat Tingkat pengenceran ,000 Tebal Tingkat pengenceran -Kadar serat 16, , ,971 0,000 Hasil uji statistik ANAVA ganda tentang pengaruh variasi varietas kulit buah naga merah terhadap kualitas Nata dari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal dan kadar serat lapisan nata masing-masing menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ke-1 diterima, yaitu ada pengaruh yang sangat signifikan pengaruh variasi tingkat pengencerasn sari buah naga merah terhadap kualitas nata dari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal dan kadar serat lapisan nata. Berdasarkan data di atas, selanjutnya dilakukan uji Duncan 5%. Ringkasan hasil uji statistik Duncan 5% terhadap pengaruh variasi tingkat pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap kualitas nata dari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Statistik Duncan 5% Tentang Pengaruh Variasi Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata. Variabel Tingkat Rerata Duncan Notation Pengenceran Berat (g) A2= 40% A A1=30% A A3=50% B A4=60% C A5=70% C Tebal (mm) A2= 40% A A3= 50% B A1=30% B A4=60% B A5=70% C Kadar Serat (%) A1= 30% A A2= 40% B A3=50% C A4=60% D A5=70% E Hasil uji lanjut Duncan tersebut menunjukkan bahwa, perlakuan dengan tingkat pengenceran 70% memberikan pengaruh paling tinggi terhadap rerata berat, tebal dan kadar serat lapisan nata dari kulit buah naga merah. Adapun perlakuan

5 5 dengan tingkat pengenceran 70% memberikan pengaruh tertinggi terhadap berat lapisan nata, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 60%. 2. Pengaruh Variasi Macam Gula terhadap Kualitas Nata dari Sari Kulit Buah Naga Merah berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata Ringkasan hasil uji statistik ANAVA ganda tentang pengaruh macam gula terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan Nata dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji Statistik ANAVA Ganda Tentang Pengaruh Macam Gula Terhadap Kualitas Nata dari Sari Kulit Buah Naga Merah Berdasarkan Berat, Tebal, Dan Kadar Serat Lapisan Nata Source Type III Sum Df Mean Square F Sig. of Squares Macam gula-berat ,000 Macam gula-tebal ,000 Macam gula-kadar Serat ,000 Hasil uji statistik tentang pengaruh variasi macam gula terhadap kualitas nata dari kulit buah naga merah berdasarkant berat, tebal dan kadar serat lapisan nata menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variasi macam gula, yaitu: gula aren, gula tebu dan gula palm terhadap kualitas nata dari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal dan kadar serat lapisan nata. Berdasarkan data di atas, selanjutnya dilakukan uji Duncan 5%. Ringkasan hasil uji statistik Duncan 5% tentang pengaruh macam gula terhadap kualitas nata dari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan Nata dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Statistik Duncan 5% Pengaruh Macam Gula Terhadap Kualitas Nata dari Kulit buah naga merah Berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata. Variabel Macam Gula Rerata Duncan Natation Berat (g) B3= gula siwalan A B2= gula aren A B1= gula putih B Tebal (mm) B3= gula siwalan A B2= gula aren A B1= gula putih B Kadar serat (%) B2= gula aren A B3= gula siwalan A B1= gula putih B Perlakuan dengan menambahkan gula putih memberikan pengaruh paling tinggi terhadap berat, tebal dan kadar serat nata dari sari kulit buah naga merah. Tetapi, pada

6 6 perlakuan gula siwalan dan gula aren tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan. 3. Pengaruh Interaksi Antara Variasi Macam Gula dan Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata. Ringkasan hasil uji statistik ANAVA ganda tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata tertulis pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Statistik ANAVA Ganda Tentang Pengaruh Interaksi Antara Variasi Macam Gula dan Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata Berdasarkan Berat, Tebal dan Kadar Serat Lapisan Nata Variabel Source Type III Sum Df Mean F Sig. of Squares Square Berat V.Pengenceran*macam ,270 gula Tebal V.Pengenceran*macam ,992 gula Kadar serat V.Pengenceran*macam gula ,002 Hasil uji ANAVA ganda tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap berat lapisan nata menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,270 > 0,05). Hasil uji ANAVA ganda tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap tebal lapisan nata menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,992 > 0,05). Adapun hasil uji ANAVA ganda tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap kadar serat nata menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,002 < 0,05). Data diatas menujukkan bahwa pengaruh interaksi variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula terhadap tebal dan berat lapisan nata tidak menunjukkan nilai yang signifikan, yang artinya tidak ada pengaruh interakasi variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula terhadap tebal dan berat lapisan nata. Akan tetapi, pada pengaruh iteraksi variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula terhadap kadar serat lapisan nata terdapat nilai yang signifikan, yang artinya terdapat pengaruh interaksi antara variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula terhadap kadar serat lapisan nata. Berdasarkan data di atas, selanjutnya dilakukan uji Duncan 5% tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit. Ringkasan hasil uji statistik Duncan 5% tentang pengaruh interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah terhadap kadar serat lapisan nata dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

7 7 Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Statistik Duncan 5% Tentang Pengaruh Interaksi Variasi Macam Gula dan Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata Berdasarkan Kadar Serat Lapisan Nata. Variabel Interaksi Mean Duncan Notation Kadar Serat (%) A1B a A1B b A1B c A2B c A2B d A3B e A3B e A2B e A4B e A4B e A3B e A5B e A5B f A4B g A5B h Perlakuan dengan tingkat pengenceran 70% dengan penambahan gula putih memberikan pengaruh paling tinggi (notasi h) terhadap kadar serat nata dari sari kulit buah naga merah. Hal tersebut membuktikan bahwa pembuatan nata dari sari kulit buah naga merah dengan tingkat pengenran 70% dan penambahan gula putih (notasi h) menghasilkan nata dengan kualitas yang paling baik berdasarkan kadar serat lapisan nata. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Variasi Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata dari Kulit Buah Naga Merah Berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara variasi tingkat pengenceran terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal dan kadar serat lapisan nata. Pembuatan nata dengan menggunakan bahan dasar sari kulit buah naga merah dengan tingkat pengenceran 70% menghasilkan nata dengan berat, tebal serta kadar serat yang lebih baik dan tinggi apabila dibandingkan dengan pembuatan nata menggunakan konsentrasi sari kulit buah naga merah lainnya. Sari kulit buah naga merah dengan tingkat pengenceran 70% memiliki kandungan nutrisi yang paling tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pengenceran lainnya. Nutrisi

8 8 terutama gula digunakan oleh bakteri Acetobacter xylinum untuk membentuk serat selulosa yang membentuk lapisan nata, sehingga mempengaruhi kadar serat yang terbentuk. Kandungan gula dalam sari kulit buah naga merah pada tingkat pengenceran yang lain mungkin kurang mencukupi sehingga kualitas nata yang dihasilkan ditinjau dari tebal, berat, dan kadar serat lapisan nata lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat pengenceran 70%. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nisa dkk., (2001), yang menyatakan bahwa konsentrasi sari buah yang terlalu rendah menyebabkan ketersediaan nutrisi tidak mencukupi bagi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum dalam proses pembentukan selulosa, sehingga selulosa yang terbentuk mempunyai kadar rendah. Apabila kadar serat dalam nata tinggi, maka akan meningkatkan tebal dan berat lapisan nata. Media pembuatan nata yang merupakan sari kulit buah naga mengandung gula. Gula yang terdapat pada media fermentasi digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri (Rizal dkk., 2013). Perlakuan variasi pengenceran sari kulit buah naga merah pada pembuatan nata mempunyai kandungan gula yang bervariasi. Semakin tinggi tingkat pengenceran sari kulit buah naga merah sebagai media pembuatan nata, maka semakin tinggi pula kandungan gula pada media tersebut. Hal ini mengakibatkan metabolisme bakteri Acetobacter xylinum yang terdapat dalam media dengan bahan dasar sari kulit buah naga merah bervariasi. Sari kulit buah naga merah pada tingkat pengenceran 70% menghasilkan nata dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengenceran lainnya 2. Pengaruh Variasi Macam Gula yaitu Gula Aren, Gula Putih dan Gula Siwalan terhadap Kualitas Nata dari Kulit Buah Naga Merah Berdasarkan Berat, Tebal, dan Kadar Serat Lapisan Nata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa macam gula berpengaruh sangat signifikan terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata dari kulit buah naga merah. Pembuatan nata dengan menggunakan bahan dasar sari kulit buah naga merah yang ditambah dengan gula putih menghasilkan nata dengan berat, tebal dan kadar serat yang paling baik daripada penambahan gula aren maupun gula siwalan. Perbedaan kualitas nata berdasarkan berat, tebal dan kadar serat pada perlakuan jenis gula disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi kimia nutrisi yang terkandung dalam gula sebagai tambahan nutrisi pada sari kulit buah naga merah. Gula putih memiliki kandungan sukrosa yang tertinggi dari pada gula aren dan gula siwalan. Sukrosa dimanfaatkan oleh bakteri Acetobacter xylinum sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhannya (Nurhayati, 2006). Gula putih memiliki kandungan sukrosa tertinggi jika dibandingkan dengan gula aren maupun gula siwalan yaitu sebesar 99.9% dengan gula pereduksi sebesar 3.70%, sedangkan untuk gula aren jumlah sukrosanya sebesar 96,21% dengan gula pereduksi sebesar 0.53% dan pada gula siwalan jumlah sukrosanya sebesar 93.75% dengan gula pereduksi sebesar 1.66%. Berdasarkan ulasan diatas terbukti bahwa gula putih menghasilkan nata dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan kualitas nata dari gula aren dan gula siwalan, dikarenakan kandungan sukrosa dan gula pereduksinya

9 9 tertinggi dibandingkan dengan macam gula yang lain. Gula pereduksi yang merupakan fruktosa dan glukosa berfungsi untuk menyediakan monosakarida yang siap digunakan oleh bakteri Acetobacter xylinum dalam proses metabolismenya, sehingga metabolismenya lebih cepat dalam proses fermentasi untuk membentuk serat selulosa (Husna dkk., 2009) 3. Pengaruh Interaksi antara Variasi Macam Gula dan Pengenceran Sari Kulit Buah Naga Merah terhadap Kualitas Nata berdasarkan Kadar Serat Lapisan Nata Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara variasi macam gula dan pengenceran sari kulit buah naga merah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas nata berdasarkan tebal dan berat lapisan nata. Hal tersebut dikarenakan perbedaan tebal dan berat lapisan nata antar hasil perlakuan tidak begitu besar. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pembuatan nata dari sari kulit buah naga merah dapat menggunakan pilihan baik gula putih, gula siwalan maupun gula aren dengan macam-macam tingkat pengenceran sari kulit buah naga merah, apabila tujuannya untuk menghasilkan tebal dan berat lapisan nata yang optimal. Akan tetapi interaksi antara variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas nata berdasarkan kadar serat lapisan nata, kadar serat lapisan nata antar hasil perlakuan berbeda secara signifikan. Pembuatan nata dengan menggunakan bahan dasar sari kulit buah naga merah yang ditambah dengan gula putih menghasilkan nata dengan kadar serat yang paling baik. Kadar serat nata semakin besar seiring dengan meningkatnya nutrisi yang terkandung pada medium dari sari kulit buah naga merah dengan penambahan gula putih. Adanya interaksi antara nutrisi yang terkandung dalam sari kulit buah naga merah dengan penambahan gula putih menyebabkan kondisi media semakin baik untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Sari kulit buah naga merah dengan tingkat pengenceran 70% memiliki kandungan gula tertinggi dibandingkan dengan tingkat pengenceran lainnya, sehingga dengan penambahan gula putih akan memperkaya nutrisi dalam media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, sehingga akan meningkatkan aktivitas dalam pembentukan lapisan nata dari sari kulit buah naga merah. Semakin banyak nutrisi yang diperoleh bakteri Acetobacter xylinum maka bakteri akan semakin aktif dalam membentuk lapisan selulosa (Laras dkk., 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: 1. Variasi pengenceran sari kulit buah naga merah berpengaruh signifikan terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata. Konsentrasi sari kulit buah naga merah 70% memberikan hasil terbaik terhadap kualitas nata kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata. 2. Macam gula yaitu gula aren, gula putih dan gula siwalan berpengaruh signifikan terhadap kualitas nata berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata. Gula

10 10 putih memberikan hasil terbaik terhadap kualitas nata dari sari kulit buah naga merah berdasarkan berat, tebal, dan kadar serat lapisan nata. 3. Interaksi antara variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula berpengaruh signifikan terhadap kadar serat lapisan nata. Tetapi, tidak ada pengaruh yang signifikan iteraksi antara variasi pengenceran sari kulit buah naga merah dan macam gula terhadap berat dan tebal lapisan nata. Konsentrasi sari kulit buah naga merah 70% dengan penambahan gula putih memberikan hasil terbaik terhadap kualitas nata kulit buah naga merah berdasarkan kadar serat lapisan nata. Saran Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan menggunakan kulit buah naga maupun dari buah utuh yang kurang termanfaatkan dari jenis yang lain sebagai bahan dasar pembuatan nata dan perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan limbah kulit buah-buahan yang lain sebagai bahan dasar pembuatan nata. DAFTAR RUJUKAN Arsatmojo, E Formulasi Pembuatan Nata de Pina. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian institut pertanian bogor. Bogor. BPTP Banten Kajian Sosial Ekonomi Gula Aren di Banten. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. Serang Handarini, K., Tjiptaningdyah, R Kajian Konsentrasi Sukrosa dan Pengenceran pada Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok untuk Nata. Jurnal Agriektensia. 7(1): Husna, NE., Mulida, M., Nurmalia Pemanfaatan Sari Buah sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Nata. Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 1 (2). Jamilah, B., Shu, C. E., Kharidah, M., Dzulkifly, M. A. And Noranizan, A Physico-chemical characteristics of red pitaya (Hylocereus polyrhizus) peel. Malaysia. International Food Research Journal 18: Laras, F.A., Zakiatulyaqin, dan Suko Pengaruh Lama Penyimpanan Air Kelapa dan Konsentrasi Gula Pasir terhadap Karakteristik dan Organoleptik Nata de Coco. (Online), untan.ac.id), diakses tanggal 23 Desember Nisa. F.C., Hani R.H., T. Wastono, B. Baskoro, dan Moestijanto Produksi Nata dari Limbah Cair Tahu (Whey): Kajian Penambahan Sukrosa dan Ekstrak Kecambah. Jurnal Teknologi Pertanian. 2 (2). Nurhayati, S Kajian Pengaruh Kadar Gula dan Lama Fermentasi terhadap Kualitas Nata de Soya. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, 7 (1). Pribadi, YS., Sukatiningsih., Sari,P Formulasi Tablet Evervecent Berbahan Baku Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizuz) dan Buah Salam (Syzygium polyanthum Wight. Walp). Berkala Ilmiah Pertnian. 1 (4).

11 .Rizal, M, H., Pandiangan, M., Saleh, A Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat dan Waktu Fermentasi Terhadp Kualitas Nata De Corn. Jurnal Teknik Kimia.19 (1). 11

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR (Borassus flabellifer) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANISA INDRIANA TRI HASTUTI A 420 100 062 FAKULTAS

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO Pengaruh Yanti, N.A, Penambahan et. al., Biowallacea, Gula dan Vol. Nitrogen 4 (1), pada Hal : Produksi 541-546, Nata April, De 2017 Coco 541 PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA Doddy A. Darmajana Balai Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen.penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L)

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L) Jurnal Gradien Vol.3 No.2 Juli 2007 : 257-261 Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L) Devi Ratnawati Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS GULA TERHADAP SIFAT MORFOLOGIS PRODUK MAKANAN BERSERAT TINGGI NATA DE PINA

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS GULA TERHADAP SIFAT MORFOLOGIS PRODUK MAKANAN BERSERAT TINGGI NATA DE PINA PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS GULA TERHADAP SIFAT MORFOLOGIS PRODUK MAKANAN BERSERAT TINGGI NATA DE PINA INFLUENCE OF THE USE OF DIFFERENT TYPES OF SUGAR ON MORPHOLOGICAL PROPERTIES OF HIGH FIBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. Menurut Pambayun (2002) bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah naga merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi di negara kita. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS NATA de SOYA

KAJIAN PENGARUH KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS NATA de SOYA KAJIAN PENGARUH KADAR GULA DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KUALITAS NATA de SOYA Siti Nurhayati Universitas Terbuka ABSTRACT The aim of the research was to determine the effect of sugar content, time length

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN ASAM ASETAT GLACIAL TERHADAP KUALITAS NATA DARI WHEY TAHU DAN SUBSTRAT AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN ASAM ASETAT GLACIAL TERHADAP KUALITAS NATA DARI WHEY TAHU DAN SUBSTRAT AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN ASAM ASETAT GLACIAL TERHADAP KUALITAS NATA DARI WHEY TAHU DAN SUBSTRAT AIR KELAPA INFLUENCE OF ADDITION OF SUCROSE AND ACETIC ACID TO QUALITY OF NATA WHEY TOFU AND SUBSTRAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona 51 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran tingkat ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona nata de banana yang terbentuk

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

Pengaruh Media Starter Dari Daging Nanas, Bonggol Nanas Dan Kulit Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco

Pengaruh Media Starter Dari Daging Nanas, Bonggol Nanas Dan Kulit Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco Pengaruh Media Starter Dari Daging Nanas, Bonggol Nanas Dan Kulit Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco Duma, Tri Harsono Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Medan romaduma360@gmail.com

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN UREA TERHADAP KARAKTERISTIK NATA DE SOYA ASAM JERUK NIPIS IN PRESS

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN UREA TERHADAP KARAKTERISTIK NATA DE SOYA ASAM JERUK NIPIS IN PRESS Jurnal Bioproses Komoditas Tropis PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN UREA TERHADAP KARAKTERISTIK NATA DE SOYA ASAM JERUK NIPIS IN PRESS Influence of Sucrose and Urea Addition to Nata de Soya Lime Acid Characteristics

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

PEMBUATAN NATA DE COCO DAR I BEBERAPA KONSENTRASI "SKIM" SANTAN DAN SUKROSA

PEMBUATAN NATA DE COCO DAR I BEBERAPA KONSENTRASI SKIM SANTAN DAN SUKROSA PEMBUATAN NATA DE COCO DAR I BEBERAPA KONSENTRASI "SKIM" SANTAN DAN SUKROSA Oleh DINI ANDRIANI F 29.1657 1996 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PEMBUATAN NATA DE COCO DARI BEBERAPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MUTU NATA KULIT BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUKROSA

IDENTIFIKASI MUTU NATA KULIT BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUKROSA IDENTIFIKASI MUTU NATA KULIT BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DENGAN VARIASI KONSENTRASI SUKROSA QUALITY IDENTIFICATION OF DRAGON FRUIT PEEL (Hylocereus undatus) NATA WITH SUCROSE CONCENTRATION VARIATION

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY Margi Hastuti 1*, Maya Andriyani 1, Atang Wiedyastanto 1, Danuta Savitskaya Gisyamadia 2, Margono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Kata kunci: nata de cassava, sukrosa, ekstrak kecambah

Kata kunci: nata de cassava, sukrosa, ekstrak kecambah 49 PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN EKSTRAK KECAMBAH PADA KUALITAS NATA DE CASSAVA THE EFFECT OF SUCROSE AND MUNGBEAN SPROUT ADDITION ON NATA DE CASSAVA QUALITY Oleh : Rifda Naufalin dan Condro Wibowo Jurusan

Lebih terperinci

BIOEMIDIASI LIMBAH CAIR TAHU MENJADI NATA DE SOYA SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERAPAN KELAS XI DI SMK NEGERI 1 JOMBANG

BIOEMIDIASI LIMBAH CAIR TAHU MENJADI NATA DE SOYA SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERAPAN KELAS XI DI SMK NEGERI 1 JOMBANG 19-167 BIOEMIDIASI LIMBAH CAIR TAHU MENJADI NATA DE SOYA SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERAPAN KELAS XI DI SMK NEGERI 1 JOMBANG Bioremediation of waste Liquid Know be Nata De Soya as the material

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Nata De Soya

Pengaruh Penambahan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Nata De Soya Pengaruh Penambahan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Nata De Soya Effect of Lime Juice (Citrus aurantifolia) Addition and Fermented Duration toward the Characteristics

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZA TERHADAP KUALITAS NATA DE BANANA BERBAHAN DASAR KULIT PISANG KEPO

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZA TERHADAP KUALITAS NATA DE BANANA BERBAHAN DASAR KULIT PISANG KEPO ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZA TERHADAP KUALITAS NATA DE BANANA BERBAHAN DASAR KULIT PISANG KEPO Farida Bahalwan, Dosen Prodi Pendidikan Biologi UNIDAR, Ambon 081344872000, email: idha_banda07@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Nata yang merupakan bahan makanan berserat tinggi, menjadi salah satu produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang padat, berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tentu sudah tidak asing lagi dengan produk olahan nata. Nata berasal dari Filiphina untuk menyebut suatu pertumbuhan menyerupai gel (agar-agar) yang

Lebih terperinci

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016: SP-004-002 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 178-186 Kajian Kualitas Nata de Nira Siwalan (Borassus flabelliver L.) dengan Variasi Macam Gula dalam Beberapa Konsentrasi

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN NATAA DE IPOMOEA DARI CAMPURAN KULIT UBI JALAR PUTIH DAN MERAH ( Ipomoea batatas ) MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN NATAA DE IPOMOEA DARI CAMPURAN KULIT UBI JALAR PUTIH DAN MERAH ( Ipomoea batatas ) MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMBUATAN NATAA DE IPOMOEA DARI CAMPURAN KULIT UBI JALAR PUTIH DAN MERAH ( Ipomoea batatas ) MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum Skripsi Sarjana Kimia Oleh : ZEDRI FERMANDA NO. BP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 58 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian yang sudah dilaksanakan, berupa hasil pengukuran tingkat ketebalan lapisan nata dari bahan sari buah nipah dan air kelapa dengan satuan

Lebih terperinci

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN III BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai : (3.1) Bahan Penelitian, (3.2) Alat Penelitian, dan (3.3) Metode Penelitian. 3.1. Bahan Penelitian Bahan baku penelitian pada proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZWAVELZURE AMONIAK ( ZA ) TERHADAP KUALITAS NATA DE COCO

ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZWAVELZURE AMONIAK ( ZA ) TERHADAP KUALITAS NATA DE COCO ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI ZWAVELZURE AMONIAK ( ZA ) TERHADAP KUALITAS NATA DE COCO Muhammad Rijal, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon, 0812452891683,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

Oleh : CITRA RATNA SARI

Oleh : CITRA RATNA SARI PENGARUH VARIETAS PISANG (AMBON, KEPOK, RAJA), VARIASI SUMBER NITROGEN DAN AIR KELAPA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI NATA DE BANANA THE EFFECT OF BANANA VARIETIES (AMBON, KEPOK, RAJA),

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: Lusia Viska Putriningsih

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: Lusia Viska Putriningsih PENGARUH SUKROSA, AMMONIUM SULFAT, DAN ASAM ALAMI (BELIMBING WULUH DAN JERUK) TERHADAP TEKSTUR DAN WAKTU FERMENTASI NATA SIWALAN (Borassus flabellifer L.) THE EFFECT OF SUCROSE, AMMONIUM SULPHATE, AND

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga Buah naga adalah salah satu buah tropikal yang masih termasuk jenis kaktus. Ada empat jenis buah naga yang dibudidayakan di Indonesia yaitu Hylocereus undatus kulit

Lebih terperinci

Fani Aulia Rahmah Penguji : Ir. Neneng Suliasih, MP

Fani Aulia Rahmah Penguji : Ir. Neneng Suliasih, MP Fani Aulia Rahmah 123020050 Pembimbing Utama : Ir. Hj. Ina Siti Nurminabari, MP Pembimbing Pendamping : Ir. H. Thomas Gozali, MP Penguji : Ir. Neneng Suliasih, MP Latar Belakang Pangan Fungsional Kefir

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava AgroinovasI 11 Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava Nata de Cassava merupakan makanan pencuci mulut (desert) banyak mengandung serat, mengandung selulosa

Lebih terperinci

WAHYUDI A

WAHYUDI A PEMANFAATAN KULIT PISANG (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR NATA DE BANANA PEEL DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN GULA PASIR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung di dalam nata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BOOKLET PEMBUATAN YOGHURT KULIT BUAH NAGA UNTUK PARA PETANI BUAH BERBASIS PADA HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN BOOKLET PEMBUATAN YOGHURT KULIT BUAH NAGA UNTUK PARA PETANI BUAH BERBASIS PADA HASIL PENELITIAN Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 11 Bulan November Tahun 2016 Halaman: 2140 2144 PENGEMBANGAN BOOKLET PEMBUATAN YOGHURT KULIT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dianalisis menggunakan metode

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

MODEL REGRESI ANTARA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KETEBALAN NATA DE SOYA

MODEL REGRESI ANTARA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KETEBALAN NATA DE SOYA MODEL REGRESI ANTARA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KETEBALAN NATA DE SOYA Uswatun Khasanah Program studi pendidikan matematika, FKIP UAD, Yogyakarta Uswatun.khasanah@pmat.uad.ac.id Abstrak Regresi ada yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR FERMENTASI NATA DE COCO DENGAN VARIASI NUTRISI GULA DAN AMMONIUM SULFAT

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR FERMENTASI NATA DE COCO DENGAN VARIASI NUTRISI GULA DAN AMMONIUM SULFAT PEMANFAATAN LIMBAH CAIR FERMENTASI NATA DE COCO DENGAN VARIASI NUTRISI GULA DAN AMMONIUM SULFAT Linda Kurniawati dan Merkuria Karyantina Fakultas Teknologi dan Industri Pangan Universitas Slamet Riyadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Abdimas Unwahas, Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 ISSN 2541-1608 PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih 1*, Farikha Maharani 1,

Lebih terperinci

WAHYUDI A

WAHYUDI A PEMANFAATAN KULIT PISANG (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR NATA DE BANANA PEEL DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : WAHYUDI A 420 090 075 PROG STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siti Nur Lathifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu tanaman yang banyak diusahakan petani di Indonesia, terutama di daerah Sumatera dan Jawa. Tiap tahun produksinya terus

Lebih terperinci

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI OLEH: SENDY VIOLITA NRP 6103012121 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium 1 PENGARUH PENAMBAHAN KADAR GULA DAN KADAR NITROGEN TERHADAP KETEBALAN, TEKSTUR DAN WARNA NATA DE COCO Della Edria, Mario Wibowo, Elvita K Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis penghasil kelapa dengan produksi air kelapa mencapai 15,5 miliar butir per tahun. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar sebagai

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) Farid R. Abadi 1 dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna, baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa (cocos nucifera L) bisa

Lebih terperinci

FERMENTASI NATA DARI SARI BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) TERHADAP BEBERAPA VARIASI KONSENTRASI STARTER Acetobacter xylinum.

FERMENTASI NATA DARI SARI BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) TERHADAP BEBERAPA VARIASI KONSENTRASI STARTER Acetobacter xylinum. As-Syifaa Vol 08 (01) : Hal. 09-17, Juli 2016 ISSN : 2085-4714 FERMENTASI NATA DARI SARI BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) TERHADAP BEBERAPA VARIASI KONSENTRASI STARTER Acetobacter xylinum Amelia Rumi Akademi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental, tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laboratorium Teknologi Pangan dan laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A ORGANOLEPTIK DAN KADAR VITAMIN C CINCAU DENGAN PENAMBAHAN SARI JERUK DAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RISA DHALIA A 420 100 192 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp.

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp. I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Membuat nata dari kulit pisang. 2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata. II. DASAR TEORI 1.

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco

Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco Biocelebes, Desember 2011, hlm. 126-132 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 2 Formulasi Media Tumbuh Acetobacter xylinum Dari Bahan Limbah Cair Tempe dan Air Kelapa Untuk Produksi Nata De Soyacoco Muhammad Alwi

Lebih terperinci

(PSLK) 2016, PENGARUH MACAM GULA TERHADAP TEBAL DAN BERAT NATA DARI JERUK PAMELO

(PSLK) 2016, PENGARUH MACAM GULA TERHADAP TEBAL DAN BERAT NATA DARI JERUK PAMELO PENGARUH MACAM GULA TERHADAP TEBAL DAN BERAT NATA DARI JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burn. f.) VARIETAS NAMBANGAN The Effect Of Sugar Sorts On Thick And Weight Of Nata From Pommelo Citrus (Citrus maxima

Lebih terperinci

Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi

Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi Physical quality, Dietary Fiber and Organoleptic Characteristic from Nata de Cassava Based time of Fermentation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Banyak sekali produk olahan yang berasal dari singkong, salah satunya adalah tepung

Lebih terperinci

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellules, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acotobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh : LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA Disusun Oleh : JUNITA ISNA SUSANTI RIRIN MEINDAH SARI (I8313029) (I8313053) PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN 2540 9484 Halaman : 112 124 Karakteristik Nata de Sea Weed dengan Konsentrasi Bakteri Acetobacter xylinum (Characteristic

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS Siti Iqlima Layudha *, Ahadta Anandya Rahma, Achmat Riyanto, Rita Dwi Ratnani Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE 167 EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE Peningkatan Nilai Tambah Krim Santan Kelapa Limbah Pembuatan Minyak Kelapa sebagai Substrat Nata de Coco Bambang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

Penelitian telah dilakukan pada bulan September oktober 2014 di. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Penelitian telah dilakukan pada bulan September oktober 2014 di. Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan 21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan September oktober 2014 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4) Jadwal Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4) Jadwal Penelitian III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan dan Alat Percobaan, (2) Metode Penelitian, (3) Prosedur Penelitian, dan (4) Jadwal Penelitian 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan - Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan alam berupa potensi buah-buahan yang sangat besar. Hal itu menjadi faktor yang menguntungkan bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci