Tinjauan Ketimpangan Ekonomi di Negeri-Negeri Islam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Ketimpangan Ekonomi di Negeri-Negeri Islam"

Transkripsi

1 Tinjauan Ketimpangan Ekonomi di Negeri-Negeri Islam Hidayatullah Muttaqin Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Jl. Sultan Adam RT 22 No. 23, Banjarmasin 7122 ABSTRAK Secara umum negeri-negeri Islam telah menjalani pembangunan lebih dari setengah abad sejak kemerdekaannya. Dari 57 negeri-negeri Islam yang menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), 7 diantaranya berhasil mencapai tingkat kesejahteraan rata-rata sangat tinggi (high income), 32 terkatagori negara dengan pendapatan menengah (middle income), dan 18 berpendapatan rendah (low income). Negeri-negeri Islam juga berhasil mengurangi tingkat kemiskinan ekstrim dari 41,15% pada tahun 199 menjadi 23,22% pada tahun 21. Meskipun demikian, negeri-negeri Islam tersebut menghadapi masalah ketimpangan ekonomi (economic inequality). Paper ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana ketimpangan ekonomi di negeri-negeri Islam. Hasil kajian menunjukkan tingkat ketimpangan ekonomi di antara negeri-negeri Islam semakin meningkat baik ditinjau dari sisi kelompok pendapatan maupun dari sisi kelompok geografis. Jika ditinjau dari aspek distribusi pendapatan, indeks gini ratio di negeri-negeri Islam berada di antara 3-5 di mana proporsi pendapatan 2% penduduk paling kaya mencapai 4 sampai26 kali lipat proporsi pendapatan 2% penduduk paling miskin. Katakunci: negeri-negeri Islam, ketimpangan ekonomi Pendahuluan Paska Perang Dunia II 1945, satu persatu negeri-negeri Islam menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan bangsa Barat. Namun kemerdekaan yang diraih tidak diimplimentasikan dengan pembentukan kembali institusi pemersatu umat yakni khilafah, melainkan terpecahbelah menjadi negara-negara yang berdiri sendiri atas dasar nasionalisme, baik dalam bentuk kerajaan maupun republik. Dalam hal ini Barat berhasil menjatuhkan bekas jajahannya ke dalam model penjajahan baru (neo imperialisme). Menteri Luar Negeri AS era 195-an, John Foster Dulles dalam bukunya War and Peace (195) menyebutkan negara-negara Barat harus memberikan kemerdekaan kepada 7 juta penduduk yang hidup dalam kolonialismenya jika ingin mempertahankan dominasi. Apalagi pada saat itu Barat menghadapi tantangan dari Uni Sovyet yang ingin mengambil alih pengaruh. Walhasil, perubahan strategi penjajahan tersebut membuat Barat tetap bercokol di bekas jajahannya walaupun tidak dalam bentuk pendudukan. Dari sisi ekonomi, negeri-negeri Islam yang baru merdeka masuk ke dalam perangkap pembangunan yang disupervisi Barat sehingga terjadi ketergantungan dalam pembangunan. Hal itu disebabkan pembangunan yang dijalankan bertumpu pada politik pertumbuhan, hutang luar negeri, dan penanaman modal asing. Al-Maliki (29) menggarisbwahi, hutang dan bantuan pembangunan merupakan bagian dari taktik penjajahan gaya baru yang diterapkan setelah berakhirnya Perang Dunia II. Tidak sedikit kritik terhadap pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth). Salah satunya adalah kritik yang disampaikan Taqiyuddin an-nabhani. Menurut an-nabhani (21) politik pertumbuhan hanya menitikberatkan pemenuhan kebutuhan manusia secara kolektif yang dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi. Akibatya pemecahan masalah ekonomi terfokus pada produksi barang dan jasa 1

2 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan pada individu manusia yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya. Politik pertumbuhan mungkin saja mengubah keadaan suatu negara menjadi negara yang kaya tetapi tidak memecahkan masalah kemiskinan yang menimpa individu. Capaian kesejahteraan pun dilihat dari sisi pendapatan rata-rata (income percapita) dalam suatu negara yang tidak mencerminkan apakah kebutuhan setiap individu warga negara terpenuhi atau tidak. Karena itu an-nabhani menekankan masalah ekonomi yang harus dipecahkan adalah masalah distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Paper ini mengkaji ketimpangan ekonomi di negeri-negeri Islam dengan batasan negara-negara yang menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam atau OKI. Negeri-negeri Islam yang tergabung dalam OKI ada 57 negara (lihat lampiran 1). Tujuan kajian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai: Ketimpangan ekonomi di antara negeri-negeri Islam, dan ketimpangan distribusi pendapatan di setiap negeri-negeri Islam. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data-data ekonomi dan ketimpangan di negeri-negeri Islam diagregasi menurut kelompok pendapatan dan kelompok geografis. Kemudian hasil agregasi tersebut dan juga data ketimpangan distribusi pendapatan tiap negara diolah dalam bentuk tabel dan grafik untuk dianalisis. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan sumber utama World Development Indicators dari Bank Dunia yang dapat diakses secara terbuka di Juga digunakan data hasil estimasi software online PovcalNet di Meskipun demikian, penelitian ini menghadapi kendala ketersediaan data, khususnya data distribusi pendapatan dan data kemiskinan. Hanya 47 negara anggota OKI yang memiliki data distribusi pendapatan di World Development Indictors. Itupun tersedia dengan periode waktu yang berbeda. Dari 47 negara, hanya ada 31 negara yang memiliki data distribusi pendapatan minimal dalam dua periode dari rentang waktu Karena itu, pada analisis ketimpangan distribusi pendapatan tidak dapat memberikan gambaran ketimpangan di setiap negeri-negeri Islam. Hasil dan Pembahasan Ketimpangan di antara negeri-negeri Islam Ketimpangan ekonomi di antara negeri-negeri Islam dianalisis dengan membandingkan proporsi output ekonomi (PDB) dan jumlah penduduk di negeri-negeri Islam dari segi kelompok pendapatan dan kelompok geografis. Kelompok Pendapatan Tabel I: Proporsi ekonomi menurut kelompok pendapatan, 211. Jumlah Negara Penduduk (juta jiwa) PDB Harga Berlaku ($ milyar) Pendapatan Perkapita ($) Proporsi (%) Penduduk High Income , , Low Income Lower Middle Income , , Upper Middle Income , , Seluruh Negeri Islam 57 1, , , PDB Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. Pada tabel I terlihat ketimpangan ekonomi antar negeri-negeri Islam sangat besar khususnya antara negerinegeri Islam yang terkatagori kelompok berpendapatan tinggi (high income) dengan kelompok yang berpendapatan rendah (low income). Dari US$5.994,34 milyar nilai seluruh output ekonomi (PDB) negeri-negeri Islam, proporsi output ekonomi kelompok berpendapatan tinggi berbanding 24,45% dengan 3,86% dari kelompok berpendapatan rendah atau mencapai 6,3 kali lipat. Padahal proporsi penduduk kelompok berpendapatan rendah lebih besar 7,8 kali proporsi kelompok berpendapatan tinggi. Perbedaan tersebut menggambarkan ukuran yang sangat tidak proporsional atau terjadi ketimpangan yang sangat tinggi. Sementara itu, meskipun proporsi output ekonomi Grafik I: Proporsi Ekonomi dan Penduduk, High Income Upper Middle Income %Population Low Income %GDP Lower Middle Income Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah 2

3 kelompok berpendapatan tinggi lebih rendah dibandingkan kelompok berpendapatan menengah bawah (lower middle income) dan menengah atas (upper middle income), jumlah penduduk pada kedua kelompok mencapai 18,7 dan 6,7 kali lipat jumlah penduduk kelompok berpendapatan tinggi. Ini artinya konfigurasi distribusi output ekonomi di negeri-negeri Islam sangat timpang (lihat grafik I). Jika mundur ke belakang dengan kelompok yang sama, maka negeri-negeri Islam yang masuk dalam kelompok berpendapatan tinggi proporsi output ekonominya meningkat dari 19,94% pada tahun 199 menjadi 22,64% pada tahun 2. Sebaliknya kelompok yang berpendapatan rendah proporsi output ekonominya terus mengalami penurunan dari 5,68% pada tahun 199 menjadi 4,2% pada tahun 2. Kelompok berpendapatan menengah ke bawah proporsi ekonominya naik dari 3,47% pada tahun 199 menjadi 32,96% pada tahun 2. Tetapi kemudian turun ke 31,82% pada tahun 211. Sedangkan proporsi output ekonomi kelompok berpendapatan menengah ke atas mengalami penurunan dari 43,91% pada tahun 199 menjadi 4,38% pada tahun 2, dan turun lagi pada tahun 211 menjadi 39,87%. Dari sisi pendapatan rata-rata, juga terjadi ketimpangan yang sangat lebar antar kelompok pendapatan tersebut. Misalnya, kelompok pendapatan tinggi memiliki pendapatan rata-rata US$31.56,34 atau 47,97 kali lipat dari pendapatan rata-rata kelompok berpendapatan rendah, 14,3 kali pendapatan rata-rata kelompok menengah ke bawah, dan 4 kali pendapatan rata-rata kelompok menengah ke atas. Tingginya ketimpangan pendapatan rata-rata antara kelompok berpendapatan rendah, menengah ke bawah, dan menengah ke atas sangat lebar dibandingkan dengan tujuh negara berpendapatan tinggi terlihat pada grafik II. Negaranegara yang berpendapatan tinggi ini merupakan negeri-negeri Islam yang kaya minyak tetapi jumlah penduduknya tidak banyak. Pada tabel II, dari sisi kelompok geografis sebaran 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik II: Pendapatan Perkapita, 211 Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah output ekonomi terbesar negeri-negeri Islam berada di kawasan Timur Tengah yakni 38,44% dengan proporsi penduduk mencapai 13,41%. Sedangkan kawasan yang memiliki proporsi penduduk tinggi tetapi proporsi output ekonominya rendah adalah negeri-negeri Islam yang berada di kawasan Asia Selatan dan Afrika Sub- Sahara. Kawasan Asia Selatan memiliki proporsi penduduk sebanyak 22,57% dengan proporsi ekonomi hanya 5,72%, sedangkan kawasan Afrika Sub-Sahara proporsi penduduk mencapai 26,81% dengan proporsi output ekonomi 8,7%. Indikator ini menunjukkan, negeri-negeri Islam di kedua kawasan ini jauh tertinggal dibandingkan negeri-negeri Islam yang berada di kawasan lainnya. Tabel II: Proporsi ekonomi menurut kelompok geografis, 211. PDB Pendapatan Proporsi (%) Jumlah Penduduk Harga Kelompok Geografis Perkapita Negara (juta jiwa) Berlaku ($ milyar) ($) Penduduk PDB Central Asia , Europe , Latin America , Middle East , , Nort Africa , Sout East Asia , , South Asia Sub-Saharan Africa , TOTAL 57 1, , , Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. Untuk melihat bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan tahun 199 dan 21 di negeri-negeri Islam digunakan data estimasi software PovcalNet. Hasil estimasi hanya meliputi 45 negeri-negeri Islam. Adapun 7 negeri-negeri Islam yang paling kaya dan beberapa negeri Islam lainnya tidak tersedia datanya. Ketiadaan data kemiskinan bukan berarti tidak ada kemiskinan di negara-negara tersebut. 3

4 Nigeria Bangladesh Indonesia Pakistan Uganda Mozambique Sudan Mali BurkinaFaso Niger Yemen CotedIvoire Chad Egypt Senegal Guinea Benin Iraq Cameroon SierraLeone Algeria Turkey Togo Morocco Iran Tajikistan Syrian Mauritania Kyrgyz GuineaBissau Gambia Kazakhstan Comoros Tunisia Malaysia Djibouti Azerbaijan Guyana Suriname Jordan Gabon Albania Turkmenistan Maldives WestBankandGaza Tabel III: Jumlah penduduk miskin menurut kelompok geografis (juta jiwa). Jumlah Jumlah Penduduk $1.25/Hari $2/Hari Regional Negara Central Asia Europe Latin America Middle East Nort Africa Sout East Asia South Asia Sub-Saharan Africa TOTAL Sumber: diolah. Berdasarkan standar kemiskinan $1,25 per hari atau disebut juga kemiskinan ekstrim, tingkat kemiskinan di 45 negeri-negeri Islam secara persentase turun dari 41,15% pada tahun 199 menjadi 23,22% pada tahun 21. Sedangkan tingkat kemiskinan dengan standar penduduk yang hidup di bawah $2 per hari turun dari 61,45% pada tahun 199 menjadi 43,98% pada tahun 21. Meskipun secara persentase tingkat kemiskinan berkurang, tetapi jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah $2 per hari bertambah dari 599,72 juta jiwa pada tahun 199 menjadi 633,47 juta jiwa pada tahun 21. Sedangkan jumlah penduduk miskin yang hidup di bawah $1,25 per hari turun dari 41,65 juta jiwa pada tahun 199 menjadi 334,45 juta jiwa pada tahun 21 (lihat tabel III). Adapun sebaran kemiskinan dari total kemiskinan di 45 negeri-negeri Islam terkonsentrasi tiga kawasan, yaitu Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Proporsi kemiskinan di Afrika Sub-Sahara yang hidup di bawah $1,25 terhadap seluruh kemiskinan di negeri-negeri Islam naik dari 35,46% menjadi 57,92% pada tahun 21. Proporsi kemiskinan di Asia Selatan turun dari 35,18% menjadi 26,22% dan di Asia Tenggara turun dari 24,99% menjadi 12,95% (lihat grafik III). Sedangkan proporsi kemiskinan yang hidup di bawah $2 per hari di kawasan Afrika Sub-Sahara naik dari 31,41% pada tahun 199 menjadi 44,32% pada tahun 21. Sementara proporsi kemiskinan di kawasan Asia Selatan yang sebelumnya sedikit di atas Afrika Sub- Sahara, turun dari 32,2% menjadi 31,5%. Proporsi kemiskinan di Asia Tenggara juga turun dari 26,14% menjadi 17,18%. Jika dilihat dari negara mana saja penduduk miskin yang jumlahnya tinggi, maka 74,77% dari seluruh penduduk miskin yang hidup di bawah $,125 perhari pada tahun 21 berasal dari lima negara, yaitu Nigeria (32,2%), Bangladesh (19,23%), Indonesia (12,95%), Pakistan (6,99%), dan Uganda (3,4%). Jika menggunakan standar $2 per hari, maka kelima negara ini berkontribusi sebanyak 72,85% dari seluruh kemiskinan di 45 negeri-negeri Islam. Pada grafik IV, terlihat perbedaan yang mencolok jumlah penduduk miskin di Nigeria, Bangladesh, Indonesia, Pakistan, Uganda, Mozambique, dan Sudan dibandingkan negeri-negeri Islam lainnya Grafik III: Proporsi Kemiskinan ($1,25), Sumber: diolah. Grafik IV: Jumlah penduduk miskin ($2) 21 (juta jiwa) Sumber: diolah. 4

5 Comoros, 24 Suriname, 1999 Nigeria, 21 Gambia, 23 Mozambique, 28 Malaysia, 29 Uganda, 29 Guyana, 1998 Gabon, 25 Morocco, 27 CotedIvoire, 28 Turkmenistan, 1998 BurkinaFaso, 29 Mauritania, 28 Senegal, 211 Chad, 23 Djibouti, 22 Guinea, 27 Cameroon, 27 Benin, 23 Turkey, 21 Indonesia, 211 Togo, 211 Yemen, 25 Iran, 25 Maldives, 24 Uzbekistan, 23 Syrian, 24 SierraLeone, 211 Jordan, 21 WestBankandGaza, 29 GuineaBissau, 22 Niger, 28 Albania, 28 Tunisia, 21 Algeria, 1995 Sudan, 29 Azerbaijan, 28 Bangladesh, 21 Kyrgyz, 211 Mali, 21 Egypt, 28 Pakistan, 28 Iraq, 27 Tajikistan, 29 Kazakhstan, 29 Afghanistan, 28 Ketimpangan distribusi pendapatan Ketimpangan distribusi pendapatan di setiap negeri-negeri Islam digambarkan oleh data indeks gini ratio dan proporsi pendapatan ke dalam 5 kelompok terhadap total pendapatan. Dari 57 negeri-negeri Islam, hanya ada 31 negara data indeks gini yang tersedia minimal dalam dua periode berbeda di World Development Indicators. Penjelasan indeks gini adalah semakin mendekati maka semakin sempurna pemerataan pendapatan. Sebaliknya semakin mendekati 1 atau dalam persen semakin mendekati 1, maka ketimpangan pendapatan semakin sempurna. Grafik V: Indeks Gini Maldives, Kyrgyzstan, Mali, Senegal, Guinea-Bissau, Burkina Faso, Mauritania, Uzbekistan, Jordan, Guinea, Tunisia, Iran, Kazakhstan, Pakistan, Gambia, Cameroon, Niger, Turkey, Malaysia, Azerbaijan, Egypt, Mozambique, Morocco, Uganda, Tajikistan, Nigeria, Yemen, Bangladesh, Côte d'ivoire, Albania, Indonesia, Gini Ratio Naik/Turun Pada grafik V, Indonesia merupakan negara yang mengalami kenaikan indeks gini paling tinggi yaitu 8,83 dari 29,31 pada tahun 1993 menjadi 38,14 pada tahun 211. Ada 9 negara lainnya dalam periode yang berbeda di mana indeks gininya mengalami kenaikan antara 1%-5%, yaitu Albania, Côte d'ivoire/pantai Gading, Bangladesh, Yaman, Nigeria, Tadjikistan, Uganda, dan Maroko, sedangkan 21 negara lainnya mengalami penurunan. Sedangkan negeri-negeri Islam yang indeks gininya di atas 4 ada 1 negara, yaitu Nigeria (48,88), Gambia (47,28), Malaysia (46,21), Mozambique (45,66), Uganda (44,3), Côte d'ivoire (41,5), Maroko (4,46), Senegal (4,3), dan Turki (4,3). Negeri-negeri Islam lainnya memiliki indeks gini antara Hanya Kazakstan yang memiliki indeks gini 29. 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Sumber:Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. Grafik VI: Distribusi Pendapatan Highest Fourth Third Second Lowest Sumber:Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. 5

6 Pada grafik VI, terlihat distribusi pendapatan di 47 negeri-negeri Islam dalam periode waktu yang berbeda. Distribusi pendapatan penduduk meliputi 5 kelompok, yaitu 2% penduduk yang menikmati pendapatan paling rendah (lowest), 2% penduduk dengan tingkat pendapatan di atas yang paling rendah (second), 2% penduduk kelompok pendapatan yang ketiga (third), 2% penduduk kelompok pendapatan yang keempat (fourth), dan 2% penduduk dengan pendapatan yang paling tinggi (highest). Dengan menggabungkan data distribusi pendapatan 47 negeri-negeri Islam dalam satu grafik, terlihat grafik ketimpangan yang sangat mencolok. Di mana 2% penduduk berpendapatan paling tinggi proporsi pendapatannya antara 37%-68% sedangkan 2% kelompok berpendapatan paling rendah hanya memiliki proporsi pendapatan antara 2%-9%. Ada 7 negara yang proporsi 2% penduduk dengan pendapatan paling tinggi di atas 5%, yaitu Comoros (68,2%), Suriname (56,93%), Nigeria (54,1%), Gambia (52,84%), Mozambique (51,46%), Malaysia (51,45%), dan Uganda (5,73%). Sementarara hanya 5 negara yang proporsi pendapatan 2% penduduk paling kaya di bawah 4%, yaitu Pakistan (39,98%), Iraq (98,88%), Tajikistan (39,37%), Kazakhstan (38,41%), dan Afghanistan (37,48%). Dari 47 negeri-negeri Islam tersebut, rasio proporsi pendapatan antara 2% penduduk paling kaya Grafik VII: Indeks Gini dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. dengan 2% penduduk paling miskin di atas 4 sampai dengan 26. Ada 6 negara yang rasionya di atas 1, yaitu Comoros (26,67), Suriname (17,9), Nigeria (12,25), 5 4 Malaysia (11,33), Guyana (11,7), dan Gambia (11,3). 3 Sedangkan negari-negeri Islam yang rasionya di bawah 5 2 adalah Tajikistan (4,75), Bangladesh (4,66), Iraq (4,58), Mesir (4,37), Kazakhstan (4,21), Pakistan (4,16), dan Afghanistan (3,99). 1 Dalam kasus Indonesia sebagaimana pada grafik VII, terlihat pola searah antara pertumbuhan ekonomi dengan indeks gini. Ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia naik, indeks gini juga mengalami kenaikan. Dan Gini Ratio Growth ketika pertumbuhan ekonomi turun seperti pada saat krisis Grafik VIII: Indeks Gini dan Nilai Kekayaan 4 orang terkaya Indoneisa moneter 1998, indeks gini pun juga turun. Pada grafik VIII, terlihat pola yang mirip antara perkembangan indeks gini dengan jumlah kekayaan 4 orang terkaya Indonesia. Ketika kekayaan nilainya turun, indeks gini juga mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika nilai kekayaan naik indeks gini juga mengalami kenaikan. Dalam hal ini, untuk kasus Indonesia ada kecenderungan kuat pertumbuhan ekonomi berdampak pada meningkatnya ketimpangan pendapatan yang dicerminkan oleh naiknya indeks gini. Hal ini disebabkan pertumbuhan tersebut sebagian besar hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang, salah satunya adalah kelompok 4 orang terkaya Indonesia. Inilah yang dihadapi oleh banyak orang di Indonesia, 27 Gini mengapa pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi mereka tidak merasakan adanya perbaikan kesejahteraan kecuali semakin bertambahnya biaya hidup sehari-hari. 2 Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. Kekayaan 4 orang terkaya Indonesia ($ milyar) Kesimpulan Hasil penelitian ini menggambarkan ketimpangan ekonomi di antara negeri-negeri Islam semakin tinggi baik ditinjau dari sisi kelompok pendapatan maupun dari aspek kelompok geografis, khususnya antara negeri-negeri Islam yang terkatagori kelompok berpendapatan tinggi dengan yang berpendapatan rendah, dan di antara kawasan Timur Tengah dengan Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Sedangkan ketimpangan distribusi pendapatan di 47 negeri-negeri Islam sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan di semua wilayah geografis di mana pendapatan 2% penduduk dengan pendapatan paling tinggi mencapai 4 sampai 26 kali lipat pendapatan 2% penduduk dengan pendapatan paling rendah. Kondisi tersebut menunjukkan sistem ekonomi dan pembangunan yang diterapkan justru menyebabkan ketimpangan. Saran Negeri-negeri Islam harus melepaskan ketergantungan pembangunan dan sistem ekonomi yang merujuk kepada Barat dan mengadopsi sistem ekonomi Islam yang menitikberatkan pemecahan masalah ekonomi pada distribusi kekayaan. Negeri-negeri Islam juga wajib menyatukan potensi ekonominya dalam sistem khilafah agar sumber Sumber: Forbes dan BPS, diolah. 6

7 daya yang melimpah di satu negeri Islam dapat didistribusikan ke negeri Islam lainnya yang miskin sumber daya. Dalam konteks penelitian, disarankan kajian lebih lanjut mengenai ketimpangan dengan menambahkan obyek negeri-negeri Islam yang bukan anggota OKI dan menggunakan model yang dapat menggambarkan ketimpangan secara lebih dalam. Juga kajian yang menggambarkan bagaimana secara normatif model distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat dan distribusi sumber daya ekonomi di antara negeri-negeri Islam dalam sistem khilafah. Daftar Pustaka Al-Maliki, Abdurrahman. 29, Politik Ekonomi Islam, Bogor: al-azhar Press. An-Nabhani, Taqiyuddin. 21, Sistem Ekonomi Islam (Edisi Mu tamadah), Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia Bank Dunia, PovcalNet: an online poverty analysis tool, Bank Dunia, World Development Indicators, BPS, Indikator Konsumsi Terpilih, Indonesia 1999, , Dulles, John Foster Dulles. 195, War and Peace, New York: The Macmillan Company. Forbes, Indonesia s 4 Richest, 7

8 LAMPIRAN Daftar Negeri-Negeri Islam Anggota OKI Negara Kelompok Pendapatan Kelompok Geografis Jumlah Penduduk 211 No. (juta jiwa) 1 Indonesia Lower middle income Sout East Asia Pakistan Lower middle income South Asia Nigeria Lower middle income Sub-Saharan Africa Bangladesh Low income South Asia Egypt Lower middle income Nort Africa Iran Upper middle income Middle East Turkey Upper middle income Europe Algeria Upper middle income Nort Africa Sudan Lower middle income Sub-Saharan Africa Uganda Low income Sub-Saharan Africa Morocco Lower middle income Nort Africa Iraq Upper middle income Middle East Uzbekistan Lower middle income Central Asia Afghanistan Low income South Asia Malaysia Upper middle income Sout East Asia Saudi Arabia High income: nonoecd Middle East Mozambique Low income Sub-Saharan Africa Yemen Lower middle income Middle East Syrian Lower middle income Middle East Cameroon Lower middle income Sub-Saharan Africa CotedIvoire Lower middle income Sub-Saharan Africa Kazakhstan Upper middle income Central Asia Niger Low income Sub-Saharan Africa Burkina Faso Low income Sub-Saharan Africa Mali Low income Sub-Saharan Africa Senegal Lower middle income Sub-Saharan Africa Chad Low income Sub-Saharan Africa Guinea Low income Sub-Saharan Africa Tunisia Upper middle income Nort Africa Somalia Low income Sub-Saharan Africa Benin Low income Sub-Saharan Africa Azerbaijan Upper middle income Central Asia United Arab Emirates High income: nonoecd Middle East Tajikistan Low income Central Asia Togo Low income Sub-Saharan Africa Jordan Upper middle income Middle East Libya Upper middle income Nort Africa Sierra Leone Low income Sub-Saharan Africa Kyrgyz Low income Central Asia Turkmenistan Upper middle income Central Asia Lebanon Upper middle income Middle East West Bank and Gaza Lower middle income Middle East Mauritania Lower middle income Sub-Saharan Africa Albania Upper middle income Europe Kuwait High income: nonoecd Middle East Oman High income: nonoecd Middle East Qatar High income: nonoecd Middle East Gambia Low income Sub-Saharan Africa Guinea Bissau Low income Sub-Saharan Africa Gabon Upper middle income Sub-Saharan Africa Bahrain High income: nonoecd Middle East Djibouti Lower middle income Nort Africa Guyana Lower middle income Latin America Comoros Low income Sub-Saharan Africa.7 55 Suriname Upper middle income Latin America Brunei Darussalam High income: nonoecd Sout East Asia Maldives Upper middle income South Asia.33 Total 1,

9 Perkembangan Proporsi Output Ekonomi (PDB) dan Jumlah Penduduk di Negeri-Negeri Islam Menurut Kelompok Pendapatan Kelompok PDB Harga Berlaku (US$) Jumlah Penduduk Proporsi PDB (%) Proporsi Penduduk (%) Negara Pendapatan High Income , , Low Income Lower Middle Income , , Upper Middle Income , , TOTAL 57 1, , , , , , , , Perkembangan Proporsi Output Ekonomi (PDB) dan Jumlah Penduduk di Negeri-Negeri Islam Menurut Kelompok Geografis Kelompok Geografis Negara PDB Harga Berlaku (US$) Jumlah Penduduk Proporsi PDB (%) Proporsi Penduduk (%) Central Asia Europe Latin America Middle East , , Nort Africa Sout East Asia , South Asia Sub-Saharan Africa TOTAL 57 1, , , , , , , , Perkembangan Pendapatan Perkapita di Negeri-Negeri Islam Menurut Kelompok Pendapatan Pendapatan Perkapita (US$) Kelompok Pendapatan Negara High Income 7 9, , , ,56.34 Low Income Lower Middle Income , ,24.97 Upper Middle Income 16 2, ,55.2 6, ,85. TOTAL 57 1, , , , Perkembangan Pendapatan Perkapita di Negeri-Negeri Islam Menurut Kelompok Geografis Kelompok Geografif Negara Pendapatan Perkapita (US$) Central Asia 6 1, , ,64.69 Europe 2 2, , , ,336.3 Latin America , , ,21.49 Middle East 13 3, , , ,2.98 Nort Africa 6 1, , , , Sout East Asia , , , South Asia Sub-Saharan Africa , , TOTAL 57 1, , , , Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. 9

10 Jumlah Penduduk Miskin (juta Jiwa) menurut standar $1,25 dan $2 per hari NO Negara Jumlah Jumlah $1,25/hari $2/hari Penduduk Penduduk $1,25/hari $2/hari 1 Nigeria Bangladesh Indonesia Pakistan Uganda Mozambique Sudan Mali BurkinaFaso Niger Yemen CotedIvoire Chad Egypt Senegal Guinea Benin Iraq Cameroon SierraLeone Algeria Turkey Togo Morocco Iran Tajikistan Syrian Mauritania Kyrgyz GuineaBissau Gambia Kazakhstan Comoros Tunisia Malaysia Djibouti Azerbaijan Guyana Suriname Jordan Gabon Albania Turkmenistan Maldives WestBankandGaza Total , Sumber: diolah. 1

11 No. Rasio Proporsi Pendapatan 2% Penduduk termiskin terhadap 2% penduduk teraya Negara Proporsi pendapatan 2% penduduk terkaya (%) Proporsi pendapatan 2% penduduk termiskin (%) 1 Comors, Suriname, Nigeria, Malaysia, Guyana, Gambia, Mozambique, Uganda, CotedIvoire, Turkey, Gabon, Mauritania, Senegal, Turkmenistan, Djibouti, Togo, Chad, Morocco, Guinea, Iran, BurkinaFaso, Cameroon, Maldives, Benin, Tunisia, Indonesia, Yemen, Sudan, Uzbekistan, Algeria, GuineaBissau, WestBankandGaza, Syrian, Jordan, SierraLeone, Kyrgyz, Niger, Albania, Azerbaijan, Mali, Tajikistan, Bangladesh, Iraq, Egypt, Kazakhstan, Pakistan, Afghanistan, Sumber: Bank Dunia, World Development Indicators, diolah. Rasio 11

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. OKI dan Kawasan Afrika sub-sahara Sumber : www.sesric.org (Economic Cooperation and Development Review, 2014) Gambar 4.1 Peta Negara Anggota OKI Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN Jakarta, 9 April 2015 BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN A PENGELOLAAN DATA NASIONAL Peran penting data dalam Sustainable Development Goals

Lebih terperinci

Tika Widiastuti NPM: Ekonomi dan Keuangan Syariah. Abstrak

Tika Widiastuti NPM: Ekonomi dan Keuangan Syariah. Abstrak Dampak Korupsi Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Di Beberapa Negara Muslim Tika Widiastuti NPM: 0606154912 Ekonomi dan Keuangan Syariah Abstrak Penulisan tesis ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 LAMPIRAN Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 No Kota IPK 1 Denpasar 6.71 2 Tegal 6.26 3 Surakarta 6.00 4 Yogyakarta 5.81 5 Manokwari 5.81 6 Gorontalo 5.69 7 Tasikmalaya 5.68 8 Balikpapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Enam ratus tahun telah berlalu sejak Ibnu Khaldun Menulis Muqadimah. Masyarakat muslim terus mengalami kemunduran dibandingkan dengan Negaranegara industri

Lebih terperinci

1 of 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea masuk. Impor. Benang kapas. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 87/PMK.011/2011 TENTANG : PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD)

Lebih terperinci

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe No.1292, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan. Impor Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja Bukan Paduan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG Menimbang Mengingat PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERI KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 155/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK STEEL WIRE ROD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER!

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 61 122 3

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 63 124 3 ALJAZAIR

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI

Lebih terperinci

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengamanan Impor Barang. Kawat Besi/Baja. Bea masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.1. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak korupsi di negara-negara muslim terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya dan untuk membandingkan tingkat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF EX 7312.10.10.00 DENGAN

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 6 /PMK.OII/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT MENTERI I

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAKK

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG MENTER! KEUANGA.N SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 165/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK COATED PAPER DAN PAPER BOARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-3/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) DENGAN

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA 1 ISU STRATEGIS 1. KEMAKMURAN 2. Pembangunan Berkelanjutan 3. Keadilan Sosial di Era Desentralisasi 4. Faktor Kunci Daya Saing Bangsa 2 KONDISI EKONOMI Potret Indonesia

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) Kadar Elaun Makan, Bayaran Sewa Hotel Dan Elaun Lojing Semasa Berkursus Termasuk Menghadiri

Lebih terperinci

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Gred Elaun Makan Hotel Lodging Utama/Khas A keatas 370.00 Actual (Standard Suite) Appendix 1 Utama/Khas B dan C 340.00 Actual (Standard Room) Appendix 1 53 to 54 320.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Objek Penelitian Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA 268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133/PMK.011/2009 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMIC 011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BERUPA TERPAL DARI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTER! KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 12/PMK.Ol0/2015 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI BAJA PADUAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011 MENTER I KEUANGAN REPUBLIK INDONESiA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011 TENTANG PENGENAAN SEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK SERUPA KAIN TENUNAN DARI KAPAS YANG DIKELANTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULULAN. Dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kerjasama Ekonomi. Di Dunia Islam Berdasarkan Perspektif Kebijakan Ekonomi Umar Bin

BAB I PENDAHULULAN. Dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kerjasama Ekonomi. Di Dunia Islam Berdasarkan Perspektif Kebijakan Ekonomi Umar Bin BAB I PENDAHULULAN A. Alasan Pemilihan Judul Dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan Kerjasama Ekonomi Di Dunia Islam Berdasarkan Perspektif Kebijakan Ekonomi Umar Bin Khattab ini, ada beberapa faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Aplikasi Aplikasi dapat didefinisikan sebagai suatu program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda dengan sistem

Lebih terperinci

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010 KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010 Semua Ketua Setiausaha Kementerian Semua Ketua Jabatan Persekutuan PINDAAN PEKELILING

Lebih terperinci

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu) Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu) Nama Inbound * Host Club * Nama Club Konselor * Lama tinggal sampai saat ini* Negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2016 HUKUM. Keimigrasian. Kunjungan. Bebas Visa. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah salah satu lembaga keuangan negara yang keberadaannya. sangat penting dalam perekonomian sebuah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah salah satu lembaga keuangan negara yang keberadaannya. sangat penting dalam perekonomian sebuah negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan negara yang keberadaannya sangat penting dalam perekonomian sebuah negara. Semakin majunya perbankan di sebuah negara maka akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

STRATEGI WORLD ISLAMIC ECONOMIC FORUM FOUNDATION DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DUNIA ISLAM DI LINGKUNGAN EKONOMI GLOBAL

STRATEGI WORLD ISLAMIC ECONOMIC FORUM FOUNDATION DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DUNIA ISLAM DI LINGKUNGAN EKONOMI GLOBAL STRATEGI WORLD ISLAMIC ECONOMIC FORUM FOUNDATION DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DUNIA ISLAM DI LINGKUNGAN EKONOMI GLOBAL (The Strategy of World Islamic Economic Forum Foundation to Islamic World Economic Development

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012 MENTERIKEUANGAN SALINAN '''. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187jPMK.Ollj2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAK ATAU MATRAS ATAU SILINDER YANG

Lebih terperinci

BAB II DINAMIKA POLITIK KEANGGOTAAN DALAM OKI. banyak organisasi internasional untuk menanggulangi masalah tersebut. Akan tetapi

BAB II DINAMIKA POLITIK KEANGGOTAAN DALAM OKI. banyak organisasi internasional untuk menanggulangi masalah tersebut. Akan tetapi BAB II DINAMIKA POLITIK KEANGGOTAAN DALAM OKI Pada saat ini banyak sekali terjadi aksi kekerasan antar Negara ataupun konflik di dalam negeri itu sendiri sehingga para pemimpin Negara di dunia membentuk

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin

Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin PEMILIK MESIN DI MANA KODE MESIN DIPASANG MENERIMA HAK-HAK TERTENTU DAN BERHAK UNTUK MENGGUNAKAN KODE MESIN DAN MENERIMA TUGAS DAN KEWAJIBAN YANG TERKAIT DENGAN KODE

Lebih terperinci

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Latar belakang Special Safeguard Mechanism (SSM) adalah SSM adalah mekanisme yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk memberikan perlindungan sementara

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA 1 KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Pangan dan Hak Assasi Manusia Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Afrika Selatan Albania Algeria American Samoa Amerika Serikat Andorra Angola Anguilla Antartika Antigua & Barbuda Arab Saudi Argentina Armenia Aruba Ascension Australia

Lebih terperinci

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Afrika Selatan 27 sambungan telap $1.00 seluler $2.00 Albania 355 $14.44 Algeria 213 $15.00 American Samoa 684 $11.69 Amerika Serikat 1 $0.20 Andorra 376 $11.88 Angola

Lebih terperinci

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008) GURU PENDIDIK PROFESIONAL Posisi Human Development Indeks High Human Development 1. Iceland 2. Norway 3. Australia 4. Canada 5. Ireland 8. Japan 9. Netherlands 25. Singapore 26. Korea, Rep. of 30. Brunei

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM MENTERIKEUANGAN REPUBlIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 193/PMKOll/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh :

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh : M A K A L A H Tentang : Negara Maju Dan Berkembang Disusun Oleh : KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr..Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK)

KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK) KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (GERAKAN 1000 HPK) oleh: Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN-SELATAN

LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN-SELATAN LAPORAN ANALISIS HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN SELATAN-SELATAN Cover source : unep.org, aiddata.org, and chronicle.co.zw PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui dan mengevaluasi pembangunan suatu negara khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB BAB V KESIMPULAN Meskipun Indonesia belum bisa lepas dari jerat utang, namun Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan Indonesia merupakan negara penerima bantuan IDB terbesar bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB II DINAMIKA ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) dalam percaturan politik global. Dengan banyaknya badan-badan struktural yang

BAB II DINAMIKA ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) dalam percaturan politik global. Dengan banyaknya badan-badan struktural yang BAB II DINAMIKA ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) OKI merupakan organisasi internasional terbesar ke dua setelah Persatuan Bangsa-Bangsa. Organisasi ini menjadi kekuatan besar yang mewakili Dunia Islam

Lebih terperinci

KERJA SAMA FINANSIAL OKI: ISU DAN PROSPEK KAWASAN MATA UANG BERSAMA FINANCIAL COOPERATIO OF OIC COUNTRIES: PROSPECT FOR COMMON CURRENCY AREA

KERJA SAMA FINANSIAL OKI: ISU DAN PROSPEK KAWASAN MATA UANG BERSAMA FINANCIAL COOPERATIO OF OIC COUNTRIES: PROSPECT FOR COMMON CURRENCY AREA KERJA SAMA FINANSIAL OKI: ISU DAN PROSPEK KAWASAN MATA UANG BERSAMA FINANCIAL COOPERATIO OF OIC COUNTRIES: PROSPECT FOR COMMON CURRENCY AREA Umi Karomah Yaumidin Pusat Penelitian Ekonomi (P2E-LIPI) E-mail:

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137.1/PMK.Oll/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG PENGELOMPOKAN NEGARA Negara maju (Developed Countries) : Eropa Barat dan Amerika Utara, Negara-negara Australia dan New Zealand. Negara

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

w /w tp :/ ht go.i d ps..b w Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade Statistical Bulletin EKSPOR /EXPORTS ISSN : 0216-5775 No. Publikasi / Publication Number : 06110.1518 Katalog BPS /

Lebih terperinci

PENGUATAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT MENUJU INDONESIA BERKEADILAN DAN BERPERADAPAN

PENGUATAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT MENUJU INDONESIA BERKEADILAN DAN BERPERADAPAN PENGUATAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT MENUJU INDONESIA BERKEADILAN DAN BERPERADAPAN Nano Prawoto (Ringkasan disampaikan dalam kuliah subuh Ramadhan, 17 Juni 2016) Jumlah penduduk dunia (2013) adalah 7.021.836.029.

Lebih terperinci

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KK/BP(8.00)443/1-4 SJ.1(sk.1/2003) KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KADAR DAN SYARAT TUNTUTAN ELAUN, KEMUDAHAN DAN BAYARAN KEPADA PEGAWAI PERKHIDMATAN AWAM SEMASA BERKURSUS

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 4 kasus yaitu 2 (satu) kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan manusia merupakan paradigma baru yang menempatkan manusia sebagai kunci pembangunan. Pergeseran paradigma tersebut terjadi pada tahun 1960-an,

Lebih terperinci

PENGENTASAN KEMISKINAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGENTASAN KEMISKINAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA PENGENTASAN KEMISKINAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MATA KULIAH : PEREKONOMIAN INDONESIA Kemiskinan di Indonesia Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

POLITIK PERTUMBUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

POLITIK PERTUMBUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM POLITIK PERTUMBUHAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Oleh: Hidayatullah Muttaqin* ** Abstrak Politik pertumbuhan adalah suatu kebijakan ekonomi yang berdiri di atas paradigma pertumbuhan. Negara yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat Total inflow (Miliar Dolar AS) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat sejak memasuki era 1990-an. Pertumbuhan remitansi

Lebih terperinci

Country Names - Bahasa Malay

Country Names - Bahasa Malay Country Names - Bahasa Malay English Afghanistan Åland Islands Albania Algeria American Samoa Andorra Angola Anguilla Antigua and Barbuda Argentina Armenia Aruba Ascension Island Australia Austria Azerbaijan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income

BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income -28 Kelompok negara high income merupakan kelompok negara yang telah melewati tahapan pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos Mengkatalisasi Masyarakat Sipil Indonesia dalam Menyampaikan Energi Berkelanjutan untuk Semua Eco Matser Hivos Hivos 2011 1 Isi 1. Tujuan workshop SE4ALL 2. Latar belakang SE4ALL, apa, kapan, dan siapa?

Lebih terperinci

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERII(EUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151jPMICOllj2009 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAPIMPORPRODUKPAKU DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MAf-IA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA ORGANISASI KERJA SAMA ISLAM (OKI) politik global. Dengan banyaknya badan-badan structural yang menopang laju kerja OKI,

BAB III DINAMIKA ORGANISASI KERJA SAMA ISLAM (OKI) politik global. Dengan banyaknya badan-badan structural yang menopang laju kerja OKI, BAB III DINAMIKA ORGANISASI KERJA SAMA ISLAM (OKI) OKI merupakan organisasi internasional terbesar ke dua setelah Persatuan Bangsa- Bangsa. Organisasi ini menjadi kekuatan besar yang mewakili Dunia Islam

Lebih terperinci

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI 54 IV. KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Selanjutnya pada bab ini akan memberikan uraian secara rinci terkait dengan aspek-aspek korupsi, pembangunan manusia dan investasi di delapan negara kawasan ASEAN

Lebih terperinci

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Menambah jumlah kursi DPR menjadi wacana baru dalam formulasi Rancangan Undang- Undang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu)

Lebih terperinci

Prevalensi Pernikahan Anak dan Faktor-faktor Penentunya diantara Wanita Muda Indonesia. Joseph Natanael Marshan, M. Fajar Rakhmadi, Mayang Rizky

Prevalensi Pernikahan Anak dan Faktor-faktor Penentunya diantara Wanita Muda Indonesia. Joseph Natanael Marshan, M. Fajar Rakhmadi, Mayang Rizky Prevalensi Pernikahan Anak dan Faktor-faktor Penentunya diantara Wanita Muda Indonesia Joseph Natanael Marshan, M. Fajar Rakhmadi, Mayang Rizky Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 5 kasus yaitu 2 (dua) kasus

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade Statistical Bulletin EKSPOR /EXPORTS ISSN : 0216-5775 No. Publikasi / Publication Number : 06110. 1331 Katalog BPS /

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Chapter 2 Comparative Economic Development

Chapter 2 Comparative Economic Development Chapter 2 Comparative Economic Development Karakter Umum dari Negara sedang Berkembang Tingkat yang rendah dari kehidupan dan produktivitas Tingkat rendah dari modal manusia Tingkat yang tinggi dari ketidak

Lebih terperinci

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA? NUHFIL HANANI AR INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR NO. 2 DI DUNIA SETELAH BRAZIL 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN + 1000 SPESIES TUMBUHAN

Lebih terperinci

4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan

4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan 115 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai literatur),

Lebih terperinci

perdagangan, industri, pertania

perdagangan, industri, pertania 6. Organisasi Perdagangan Internasional Untuk mempelajari materi mengenai organisasi perdagangan internasional bisa dilihat pada link video berikut: https://bit.ly/2i9gt35. a. ASEAN (Association of South

Lebih terperinci

Pekeliling ini dikeluarkan bertujuan untuk memaklumkan kepada semua pusat tanggungjawab mengenai kadar yuran prasiswazah mulai sesi 2014/2015.

Pekeliling ini dikeluarkan bertujuan untuk memaklumkan kepada semua pusat tanggungjawab mengenai kadar yuran prasiswazah mulai sesi 2014/2015. Jabatan Bendahari PEKELILING BENDAHARI BIL.12 /2014 Bursar s Department Rujukan : UKM3.1/224/8 Tarikh : 25 Jun 2014 Semua Dekan/Pengarah/Ketua Fakulti/Institut/Pusat/Jabatan Universiti Kebangsaan Malaysia

Lebih terperinci