BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income -28 Kelompok negara high income merupakan kelompok negara yang telah melewati tahapan pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya mencapai kondisi mapan. Secara keseluruhan negara high income memiliki laju pertumbuhan GDP per kapita bernilai positif meskipun terdapat fluktuas dalam data tahunan. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap tahunnya terjadi fluktuasi pendapatan namun secara keseluruhan untuk jangka waktu tahun -28 pendapatan negara high income mengalami peningkatan. GDP per kapita (US$) Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata keseluruhan negara high income memiliki pertumbuhan ekonomi konstan dengan pertumbuhan GDP per kapita rata-rata per tahun sebesar 1,8 persen. Negara-negara high income memiliki 42

2 43 pertumbuhan perekonomian yang cenderung stabil apabila dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Jepang merupakan negara dengan GDP per kapita tertinggi untuk kelompok negara high income kemudian disusul oleh Amerika. Jepang merupakan negara produsen otomotif maupun elektronik dunia. Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi yang berhasil mendongkrak perekonomiannya setelah terpuruk pasca Perang Dunia ke II. Sedangkan Amerika merupakan raksasa ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian global. Negara high income lainnya seperti Inggris, Perancis, dan Italia secara berurutan menempati posisi ke tiga, empat, dan kelima Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Upper Middle Income -28 Kelompok negara upper-mid income merupakkan negara berpendapatan menegah yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi signifikan. Negaranegara tersebut sedang mengakselerasi pertumbuhan ekonominya untuk menjadi negara berpendapatan tinggi atau high income sedangkan lower-mid income merupakan negara dengan pendapatan menengah yang setingkat lebih tinggi dari negara berpendapatan rendah atau low income. Negara upper middle income yang terpilih menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Cina, Brazil, Afrika Selatan, Malaysia, dan Argentina. Sedangkan untuk negara lower middle income yaitu India, Indonesia, Pilipina, Nigeria, dan Tonga. Gambar 4.2 menunjukan laju GDP per kapita untuk kelompok negara upper middle income dan lower middle income pada tahun sampai dengan 28.

3 44 GDP per kapita (US$) Argentina Brazil Cina Malaysia Afrika Selatan India Indonesia Philippina Nigeria Tonga Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.2, dapat terlihat negara-negara upper-mid income seperti Brazil, Afrika Selatan, Malaysia, dan Argentina memiliki tingkat GDP per kapita yang lebih tinggi dari GDP per kapita negara lower-mid income, hanya Cina yang merupakan negara upper-mid income namun GDP per kapita negaranya berada diantara GDP per kapita negara lower-mid income. Hal tersebut dikarenakan dalam menggolongkan Negara-negara di dunia ke dalam kelompok pendapatan menggunakan GDP bukan GDP per kapita. Penduduk Cina yang banyak menjadikan GDP per kapita Cina lebih kecil dari GDP-nya. Meskipun untuk kelompok middle income laju GDP per kapita memiliki nilai yang bervariasi namun secara keseluruhan perekonomian negara middle income mengalami pertumbuhan yang bernilai positif.

4 Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income -28 Kelompok negara low income memiliki tingkat GDP per kapita terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara high income dan low income. Trend pertumbuhan GDP per kapita untuk masing-masing negara low income bervariasi dengan tingkat fluktuas yang relatif tinggi. 8 7 GDP per Kapita (US$) Malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.3, ada beberapa negara low income yang memiliki total pertumbuhan GDP per kapita yang bernilai negatif yaitu Zimbabwe, Liberia, dan Comoros. Penurunan GDP per kapita terbesar sepanjang tahun -28 dialami oleh Liberia dengan total penurunan GDP per kapita sebesar minus tujuh puluh persen. Negara Malawi, Uganda, dan Comoros mengalami pertumbuhan GDP total yang bernilai positif sepanjang tahun -28. Uganda merupakan negara kelompok low income yang mengalami total pertumbuhan GDP per kapita tertinggi.

5 Laju Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca CO Laju Pertumbuhan CO 2 Negara High Income -28 Negara high income merupakan negara maju yang telah melewati beberapa fase pertumbuhan ekonomi termasuk industrialisasi. Kontribusi negara high income terhadap emisi gas CO 2 tidak diragukan lagi. Karena CO 2 merupakan limbah kegiatan produksi untuk mendongkrak perekonomian mereka di masa lampau. Gambar 4.4 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO 2 sepanjanga tahun -28: 6 5 CO2 (kilotonne) Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.4, penyumbang emisi gas CO 2 tertinggi untuk golongan Negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi CO 2 berkisar antara empat juta kilo ton sampai lima juta kilo ton CO 2. Negara high income kedua tertinggi setelah Amerika Serikat adalah Jepang yang berkisar antara 9 ribu sampai satu juta kilo ton per tahun. Tingkat pertumbuhan emisi CO 2 per tahun untuk negara maju terbilang cukup rendah, yakni,5 persen per tahun.

6 Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Middle Income -28 Dalam beberapa forum lingkungan tingkat dunia dan pendapat terkait pemanasan dunia, negara berkembang dengan pendapatan menengah sering kali menjadi terdakwa atas mengingkatknya emisi gas CO 2 ke atmosfer bumi. CO 2 aktif membentuk skema rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO 2 sepanjang tahun -28 untuk negara middle income Afrika Selatan Argentina Malaysia Cina Brazil Nigeria Tonga India Indonesia Philipina Gambar 4.5. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.5, untuk semua negara middle income selain India dan Cina, petumbuhan CO 2 tidak lebih dari satu juta kilo ton sepanjang tahun -28. Perbedaan yang sangat signifikan terlihat dari negara Cina dan India yang memiliki tingkat pencemaran CO 2 jauh di atas negara lainnya. Cina dan India adalah negara yang sedang gencar melakukan industrialisasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi mereka. India hampir menembus angka dua juta kilo ton emisi CO 2 sedangkan Cina tujuh juta kilo ton pada tahun 28.

7 Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Low Income -28 Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Perekonomian yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam secara sederhana tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah emisi gas CO 2 yang dihasilkan CO2 (kilotonne) malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.6. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.6, terdapat perbedaan yang signifikan antara Zimbabwe dengan negara low income lainnya. Antara Zimbabwe mengalami peningkatan emisi CO 2 rata-rata lima persen per tahun hingga pada akhirnya mengalami penurunan sampai dengan tahun 28. Meskipun secara keseluruhan Zimbabwe mengalami penurunan hingga titik 975,825 kilo ton emisi CO 2 namun emisi CO 2 yang dihasilkan masi jauh melampaui negara low income lainnya yang tidak melebihi titik 4. kilo ton CO 2.

8 Laju Pertumbuhan CH 4 Negara High Income -28 Sebagai sebuah negara yang berhasil mengakselerasi perekonomian melalui proses industrialisasi yang dilakukan di masa sebelumnya, negara high income merupakan kelompok konsumen bahan bakar fosil dengan jumlah yang sangat besar. Namun, negara high income bukan merupakan negara emitor gas CO 2 terbesar. 3.5E+4 3.E+4 CH4 (kilotonne) 2.5E+4 2.E+4 1.5E+4 1.E+4 5.E+3.E+ Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.7. Laju Pertumbuhan CH 4 Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.7, sama seperti pada kasus emis CH 4, pada kelompok negara high income hanya Amerika yang menunjukan perbedaan signifikan dalam jumlah emisi yang dihasilkan. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan Amerika jauh melebihi negara high income lainnya meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan. Untuk negara high income lainnya memiliki kisaran CH 4 yang tidak begitu berbeda sepanjang tahun -28, yakni berkisar antara 2.9 kilo ton CH 4 sampai dengan 5.11 kilo ton. Keseluruhan pertumbuhan emisi CH 4 Negara high income tahun -28 bernilai negatif, yakni minus,7 persen

9 5 rata-rata per tahun. Dengan kata lain secara keseluruhan emisi CH 4 pada negara high income sepanjang tahun -28 mengalami penurunan Laju Pertumbuhan CH 4 Negara Middle Income -28 Negara middle income merupakan negara berkembang yang sedang mengalami industrialisi. Pergeseran dari sektor pertanian ke industri merupakan tahapan proses pembangunan yang harus dilewati kelompok Negara ini dalam menjalankan pembangunan ekonomi. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan akibat oksidasi tidak sempurna dari barang organik banyak ditemukan pada lahan gambut dan area persawahan. Negara middle income merupakan kelompok negara yang aktif menyumbangkan emisi gas CH 4 ke udara. Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH 4 sepanjang tahun -28. CH4 (kilotonne) 8.E+4 7.E+4 6.E+4 5.E+4 4.E+4 3.E+4 2.E+4 1.E+4.E+ Cina Brazil India Indonesia Philipina Argentina Afrika Selatan Malaysia Tonga Nigeria Gambar 4.8. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income, -28

10 51 Berdasarkan Gambar 4.8, untuk kelompok negara middle income emitor CH 4 tertinggi diraih oleh Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Emisi CH 4 yang dihasilkan negara Brazil, India, dan Indonesia banyak berasal dari kotoran hewan, rawa, lahan gambut maupun area pesawahan terbuka yang membutuhkan banyak konsumsi air. Sedangkan untuk negara Cina banyak berasal dari pembusukan limbah. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan kurva emisi CH 4 yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok negara middle income. pada tahun 1998 jumlah emisi CH 4 yang dihasilkan Indonesia melebihi empat juta kilo ton dan kemudian kembali turun secara drastis. Rata-rata pertumbuhan emisi CH 4 Brazil adalah 1,8 persen per tahun, sedangkan untuk Negara India dan Brazil sekitar satu persen rata-rata per tahun Laju Pertumbuhan CH 4 Negara Low Income -28 Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Meskipun pertanian dan peternakan merupakan motor penggerak perekonomian negara low income, namun emisi CH 4 yang dihasilkan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan Negara middle income. Dan Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH 4 sepanjanga tahun -28.

11 52 CH4 (kilotonne) 1.4E+3 1.2E+3 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.9. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.9, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi CH 4. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan Uganda jauh melebihi negara low income lainnya. Urutan nomor dua sebagai emitor CH 4 terbesar dalam golongan negara low income ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan Negara emitor terkecil dalam golongan Negara low income. Pertumbuhan CH 4 Uganda pada tahun -28 hampir mengalami peningkatan dua kali lipat, yakni sebesar 95 persen. Namun, untuk negara low income lainnya pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada kisaran 5 persen Laju Pertumbuhan N 2 O Negara High Income -28 Nitrogen oksida banyak dihasilkan dari sisa pembakaran dan penggunaan pupuk N secara berlebiha. Mekipun Negara high income bukan merupakan negara

12 53 yang berbasiskan sektor pertanian, namun Negara high income memiliki kontribusi yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan emisi gas N 2 O di udara. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas N 2 O sepanjang tahun -28: 1.4E+3 1.2E+3 N2O (kilotonne) 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.1, penyumbang emisi gas N 2 O tertinggi untuk golongan negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi N 2 O berkisar antara satu juta kilo ton sampai satu koma dua juta kilo ton N 2 O. Angka tersebut jauh diatas tingkat emisi N 2 O negara high income lainnya sepanjang tahun - 28 yang tidak melebihi 23 kilo ton N 2 O. Tingkat pertumbuhan emisi N 2 O tahun -28 bernilai negatif. Terjadi penurunan N 2 O untuk semua negara high income disepanjang tahun -28.

13 Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Middle Income -28 Nitrogen Oksida yang sebagian besar berasal pembakaran dan pemberian pupuk N berlebihan pada sektor pertanian. Sebagai negara dengan kontribusi pertanian yang besar seharusnya negara middle income memiliki kontribusi yang besar terhadap emisi gas N 2 O di udara. Berikut ini adalah grafiknya sepanjang tahun -28: N2O (kilotonne) 2.E+3 1.8E+3 1.6E+3 1.4E+3 1.2E+3 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Cina Brazil India Indonesia Pilipina Argentina Afrika Selatan Malaysia Tonga Nigeria Gambar Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.11, untuk kelompok negara middle income emitor N 2 O tertinggi adalah Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan kurva emisi N 2 O yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok Negara middle income. Pertumbuhan emisi N 2 O sepanjang tahun -28 untuk negara middle income terlihat serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH 4 negara middle income.

14 Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Low Income -28 Secara keseluruhan negara low income memiliki laju pertumbuhan N 2 O yang berbeda untuk setiap negara. Gambar 4.12 menunjukan laju pertumbuhan emisi gas N 2 O sepanjang tahun -28. N2O (kilotonne) 9.E+1 8.E+1 7.E+1 6.E+1 5.E+1 4.E+1 3.E+1 2.E+1 1.E+1.E+ Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Malawi Gambar Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.12, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi N 2 O. Emisi gas N 2 O yang dihasilkan Uganda melebihi negara low income lainnya. Terdapat lonjakan emisi N 2 O pada tahun sebesar 155 persen namun kembali turun sebesar 3 persen pada tahun 28. Urutan nomor dua sebagai emitor N 2 O terbesar dalam golongan Negara low income ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan negara emitor terkecil dalam golongan negara low income, serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH4. Pertumbuhan N 2 O Uganda pada tahun -28 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat, yakni sebesar 149 persen. Namun, untuk negara low income

15 56 lainnya pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada kisaran empat persen Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income -28 Secara keseluruhan persentase perdagangan terhadap GDP untuk negara high income relatif lebih kecil dari kelompok negara lain. Hal tersebut mengindikaskan bahwa kontribusi perdagangan terhadap GDP untuk negara high income lebih kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Gambar 4.13 adalah laju tingkat keterbukaan ekonomi negara high income yang dilihat melalui penjumlahan kontribusi ekspor maupun impor terhadap GDP. 7 6 Trade/GDP (persen) Amerika Serikat Inggris Jepang Italia Perancis Gambar Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income, - 28 Berdasarkan Gambar 4.13, tingkat keterbukaan ekonomi yang ditentukan oleh share perdagangan terhadap GDP menunjukan angka yang fluktuatif. Namun dapat dilihat melalui Gambar 4.13, secara keseluruhan negara yang memiliki

16 57 tingkat keterbukaan ekonomi tertinggi untuk kelompok negara high income adalah Inggris. Share rata-rata perdangan terhadap GDP negara Inggris adalah 53,7 persen. Negara dengan tingkat keterbukaan ekonomi kedua dan ketiga adalah Perancis dengan Share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 48,1 persen dan Italia dengan share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 45 persen. Jepang dan Amerika menempati posisi keempat dan kelima dengan selisih persentase rata-rata hanya,1 persen. Share perdagangan terhadap GDP rata-rata yang dimiliki Jepang adalah 22,35 persen, sedangkan share perdagangan terhadap GDP rata-rata Amerika adala 22,35 persen Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income -28 Kelompok negara middle income merupakan kelompok negara yang sedang berkembang dan terus mengejar pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kondisi mapan. Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Gambar 4.14 menunjukan, negara Malaysia merupakan negara upper middle income yang memiliki tingkat keterbukaan tertinggi berdasarkan share perdagangan terhadap GDP. Pada kelompok negara middle income ditemukan beberapa kasus menunjukan share perdagangan terhadap GDP yang melebih 1 persen. Hal ini dikarenakan keterbukaan ekonomi diukur melalui penjumlahan kontibusi ekspor dan impor terhadap GDP dan bukan diukur dari selisih antara keduanya.

17 58 25 Trade/GDP (persen) Cina Malaysia Brazil Argentina Afrika Selatan Gambar Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, -28 Untuk Negara middle income negara yang memiliki share perdagangan terhadap GDP tertinggi adalah Malaysia kemudian disusul oleh Afrika Selatan dan Cina. Lonjakan tingkat keterbukaan ekonomi terlihat pada negara Cina di tahun sampai dengan tahun. Cina merupakan negara yang sedang gencar melakukan perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Lower Middle Income -28 Pada kelompok negara lower middle income laju tingkat keterbukaan ekonomi relatif lebih fluktuatif jika dibandingkan dengan high income dan upper middle income. Berdasarkan Gambar 4.15, besaran tingkat keterbukaan ekonomi untuk negara Indonesia, Tonga, dan Nigeria berkisar diantara 6 hingga 95 persen

18 59 pada tahun sampai dengan 28. Data laju tingkat keterbukaan ekonomi kelompok negara lower middle income menunjukan bahwa terjadi peningkatkan volume perdagangan secara konsisten untuk kasus negara India. Berbeda dengan negara lain yang memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, peningkatan kontribusi perdagangan terhadap pembentukan GDP terus terjadi sepanjang tahun 1986 sampai dengan Trade/GDP (persen) Indonesia India Pilipina Nigeria Tonga Gambar Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income -28 Kelompok negara low income merupakan kelompok negara dengan tingkat GDP per kapita terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lain. Trend pertumbuhan GDP per kapita untuk masing-masing negara low income bervariasi dengan tingkat fluktuas yang relatif tinggi. Ratio perdagangan terhadap GDP yang tinggi menunjukan bahwa lalu lintas perdagangan memiliki kontribusi yang cukup tinggi bagi perekonomian negara kelompok low income. Gambar 4.16 akan

19 6 menunjukan laju tingkat keterbukaan ekonomi untuk kelompok negara low income. Berdasarkan Gambar 4.16, pola laju tingkat keterbukaan ekonomi yang ditunjukan pada kelompok negara low income memiliki slope yang berbeda. Untuk negara low income Negara yang memiliki share perdagangan terhadap GDP tertinggi adalah Liberia. Beberapa data yang melebihi angka 1 persen untuk laju share perdagangan terhadap GDP menentukan lalu lintas perdagangan yang mendominasi perekonomian negara-negara low income karena tingkat keterbukaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah perbandingan antara ekspor dengan GDP dan impor dengan GDP Zimbabwe Liberia malawi Comoros Uganda Gambar Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income, - 28

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008 38 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 198-28 Berdasarkan Gambar 4.1, periode 198 hingga 28 perkembangan GDP pertanian negara-negara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca Dalam penelitian ini berusaha untuk menganalisis 6 buah model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1981-2008. Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui dan mengevaluasi pembangunan suatu negara khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015 No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat No. 56/10/32/Th. XIX, 2 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat Agustus 2017 Ekspor Agustus 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka kebijaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun 2016 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro tahun 2016 sebagaimana yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kaltim, sebelumnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016 No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016 No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Market Brief. Beras di Jerman

Market Brief. Beras di Jerman Market Brief Beras di Jerman ITPC Hamburg 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi Beras di Pasar Jerman... 2 2.1 Analisa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 050/09/32/Th.XIX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2017 MENCAPAI USD 2,59

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI MENCAPAI US$ 2,11 MILYAR No. 14/02/32/Th.XVII, 16 Februari Nilai ekspor Jawa Barat mencapai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004 No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005 No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 No. 13/03/15/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 195,65 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 5,81 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009 No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004 No. 37 / VII / 1 JULI PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Mei kembali bertahan di atas US$ 5 milyar, yaitu mencapai US$ 5,50 milyar atau lebih tinggi 5,60

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015 No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 054/10/15/Th.X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 AGUSTUS Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 160,46 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,57 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 No. 37/07/36/Th. X, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 NAIK 3,05 PERSEN MENJADI US$792,73 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 3,05 persen dibanding

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015 No.08/02/36/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER NAIK 0,11 PERSEN MENJADI US$733,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 0,11 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016 No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 19/04/16/Th.X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 FEBRUARI Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 136,24 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 8,21 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)

Lebih terperinci