BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran (

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-mediapembelajaran/)."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Media Pembelajaran CD Interaktif Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya ( National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. ( pembelajaran/). Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran ( Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan: 5

2 6 (a) Obyek terlalu besar; (b) Obyek terlalu kecil; (c) Obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) Obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) Obyek yang terlalu kompleks; (f) Obyek yang bunyinya terlalu halus; (g) Obyek mengandung bahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. CD Interaktif adalah salah satu media interaktif yang bisa terbilang baru. Media ini sebenarnya merupakan pengembangan dari teknologi internet yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Sebagaimana dimaklumi bahwa teknologi internet saat ini menjadi salah satu tolak ukur majunya suatu perusahaan. Dari data disebutkan bahwa lebih dari 200 juta orang menggunakan media ini, termasuk di antaranya penduduk Indonesia. CD Interaktif merupakan sebuah media yang menegaskan sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan satusatunya dari beberapa kemungkinan yang dapat menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD (Tim Medikomp, 1994).

3 7 Dari sini jelas bahwa sistem interaktif yang dipakai CD Interaktif sama persis dengan sistem navigasi pada internet, hanya yang berbeda di sini adalah media yang dipakai keduanya. CD Interaktif memakai media off line berupa CD sementara Internet memakai media on line. ( Menurut Agung dalam interaktif adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling berurutan. Sedangkan pengertian lain cd interaktif adalah CD pembelajaran yang mempunyai fungsi memberi informasi, di dalamnya terdapat tombol-tombol yang bisa menuju ke fasilitas lainnya. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran CD interaktif adalah rekaman gambar hidup yang dapat menyampaikan bahan pelajaran dan dapat membantu mempertajam pesan yang disampaikan dengan menarik minat melalui indera, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Dengan menggunakan CD interaktif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pelajaran IPA khususnya pada materi gaya. Menurut Maroebeni (Savara, 2003) kelebihan dan kekurangan CD interaktif antara lain: 1. Penggunanya bisa berinteraksi dengan program komputer. 2. Menambah pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud adalah materi pelajaran yang disajikan CD interaktif. 3. Tampilan audio visual yang menarik. Sedangkan kekurangan CD interaktif antara lain: 1. Medium yang digunakan hanya komputer. 2. Membatasi target audience karena hanya pemakai komputer saja yang dapat mengaksesnya. 3. Pemeliharaan harus lebih hati-hati daripada buku (tidak boleh kena panas, tergores berat atau pecah).

4 8 Selain kelebihan dan kelemahan pembelajaran menggunakan media pembelajaran CD interaktif, terdapat juga langkah-langkah penggunaannya. Menurut Nahwu ( Langkah awal penggunaan media CD Interktif adalah dengan cara memasukkan CD interaktif ke dalam CD-ROOM. Lalu klik tombol untuk memulai belajar dengan menggunakan media CD Interktif ini. Pada tampilan awal akan muncul halaman utama yaitu proses loading, pengguna harus menunggu terlebih dahulu hingga proses loading selesai dan masuk pada halaman pembuka yang menghubungkan pada materi yang akan dipelajari. Setelah muncul pada halaman pembuka maka secara otomatis akan masuk kepada halaman berikutnya yaitu halaman menu. Senada dengan Nahwu, Upi (2011) penggunaan media pembelajaran interaktif memiliki lima langkah. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Interaktif diawali dengan (1) persiapan, sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa alat peraga sederhana dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang fungsi masing-masing. (2) kegiatan penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa lain boleh mengamati alat peraga dan mereka boleh mengajukan pertanyaan. (3) pertanyaan siswa diarahkan guru mengenai materi yang akan dibahas. (4) penyelidikan, guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. (5) refleksi, pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka untuk memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal yang masih perlu diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar siswa untuk mengamati bendabenda di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya. Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Senada dengan Nahwu dan Upi, langkah langkah metode Interaktif menurut Sudjana (2001: 87) yaitu: 1. Pengajar menyampaikan kompetensi sesuai indikator yang ingin dicapai.

5 9 2. Pengajar mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban. 3. Pengajar menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh para peserta didik, seperti: setiap orang menyampaikan satu pendapat, mengemukakan pendapat atau gagasan dengan cepat, menyampaikan jawaban secara langsung. 4. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang dan memberikan soalsoal/permasalahan. 5. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat dan menyelesaikan tugas dengan alternatif jawaban hasil diskusi. 6. Setiap kelompok(diacak kelompok tertentu) membaca/melaporkan hasil diskusinya dan pengajar mencatat di papan tulis dan mengelompokkan sesuai kebutuhan pengajar untuk rangkuman. 7. Dari data-data di papan tulis, peserta didik diminta membuat kesimpulan/pengajar memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan pengajar. 8. Untuk evaluasi, peserta didik membuat tugas mandiri sesuai dengan tema yang telah didiskusikan. Senada dengan pendapat Nahwu, Upi dan Sudjana menurut Arief Fadli (2011) tahapan-tahapan dalam menggunakan media CD interaktif dibagi menjadi 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. 1. Tahap persiapan meliputi: a. Meneliti kelengkapan media audio interaktif dan petunjuk pemanfaatan. b. Memeriksa peralatan penyaji, bahan belajar, dan sarana penunjangnya c. Mempelajari isi program. d. Mengatur ruangan, tempat duduk siswa, dan peralatan penyaji. e. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai, topik yang akan dipelajari, dan kegiatan yang akan dilakukan di kelas. 2. Tahap Pelaksanaan a. Guru berdiri di dekat peralatan pemanfaatan media dan tidak berjalan ke sana kemari yang dapat mengganggu perhatian siswa. b. Memutar CD interaktif dan mengatur volumenya. c. Memperhatikan aktifitas siswa dan mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang telah ditentukan. d. Bila perlu hentikan CD interaktif dan beri kesempatan siswa untuk bertanya.

6 10 e. Hentikan CD interaktif dan memberi kesempatan siswa mengerjakan tugas bila pada media tersebut terdapat tugas yang harus dikerjakan. f. Bila perlu memutar ulang CD interaktif pada bagian yang kurang jelas bagi siswa. 3. Tahap Tindak Lanjut a. Mengajukan pertanyaan tentang materi CD interaktif. b. Memberikan penguatan, penjelasan tambahan, dan pengayaan terhadap materi yang telah didengarkan. c. Jika perlu memutar kembali media audio pada bagian-bagian tertentu. d. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan isi program. e. Memberikan tugas/latihan dan tes sesuai dengan topik. f. Memeriksa jawaban siswa. Dari beberapa pendapat di atas, langkah-langkah pembelajaran CD interaktif yang akan digunakan peneliti yaitu melalui 3 tahap yaitu : 1. Tahap persiapan a. Guru meneliti kelengkapan media audio interaktif dan petunjuk pemanfaatan. b. Guru memeriksa peralatan penyaji, bahan belajar, dan sarana penunjangnya. c. Guru mempelajari isi program. 2. Tahap pelaksanaan a. Guru berdiri di dekat peralatan pemanfaatan media. b. Mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok dengan jumlah anak tiap kelompok yaitu 4 orang. c. Guru menyajikan serta mendemonstrasikan tentang materi yang ada pada CD interaktif. d. Guru memperhatikan aktifitas siswa dan mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang telah ditentukan. e. Guru menghentikan CD interaktif dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

7 11 f. Siswa mendemonstrasikan berbagai contoh yang telah dilihat pada CD interaktif. 3. Tahap tindak lanjut a. Guru mengajukan pertanyaan tentang materi CD interaktif. b. Memberikan penguatan, penjelasan tambahan, dan pengayaan terhadap materi yang telah didengarkan Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang ( Hamalik 1995: 48). Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2007: 3) hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), Characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, keterampilan sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar digunakan guru untuk digunakan sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan

8 12 satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang dihasilkan adalah data kuantitatif. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. 1. Tes Menurut Ebster s Collegiate dalam Arikunto, 1995 (Endang Poerwanti, dkk. 2008:4-4), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes menurut Nana Sudjana (2008:35) sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran, namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) dalam Ana Ratna Wulan (2010) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

9 13 sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dari beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa serta menggunakan langkah langkah dan kriteria - kriteria yang telah ditentukan. Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008:4-5) jenis-jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraannya yaitu: a. Tes masuk (entrance test) Diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai. b. Tes formatif (formative test) Dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. c. Tes Sumatif (summative tes) Diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran atau akhir semester. d. Pra-tes dan post-tes Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal program pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil pra-tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program pengajaran. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test). 2. Non Tes Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan

10 14 pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008; ), yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. Presentasi dilakukan secara lisan guna mempertanggungjawabkan hasil kerja siswa. 3. Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok. Berupa pemberian tugas baik secara individu mapun kelompok. Dari keterangan di atas, hasil belajar siswa diukur dengan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dan hasil diskusi serta presentasi yang dilakukan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari jenis tes yang akan dilakukan maka pengukurannya menggunakan teknik tes dan non tes sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian produk dan penilaian proses. Nilai akhir diperoleh dari 40% penilaian proses (diskusi dan presentasi kelompok) + 60% penilaian hasil (tes objektif).sebelum membuat instrumen, hal yang harus terlebih dahulu dilakukan adalah membuat kisi-kisinya. Kisi-kisi instrumen penelitian terdiri dari: 1. Kisi-Kisi Tes Menurut Naniek Sulistya Wardani (2009), format kisi-kisi soal terdiri dari identitas dan 5 kolom utama. Identitas meliputi nama sekolah, mata pelajaran, kelas, waktu tes, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta jumlah soal harus diisi dengan jelas. Kolom 1 berisi indikator. Pada kolom ini berisi indikatorindikator sesuai dengan tujuan pembelajaran, kolom 2 berisi pokok bahasan/sub pokok bahasan. Kolom ini berkaitan dengan materi pembelajaran yang digunakan sebagai acuan mengajar dan membuat instrumen, kolom 3 berisi proses berfikir

11 15 yang dibagi lagi menjadi 6 kolom terdiri dari C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Sesuai dengan taksonomi Bloom dalam domain kognitif terdiri dari c1 sampai c6. Meliputi: C1 Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya, C2 Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan penge tahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik, C3 Mengaplikasikan (Aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau menger jakan tugas. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan dan mengimplementasikan, C4 Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagai mana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam mengana lisis: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat, C5 Mengevaluasi (Evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa dan mengritik, C6 Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kolom selanjutnya yaitu tingkat kesukaran soal yang terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan kesukaran soal, kita bisa menggunakan acuan proses berfikir. Soal yang termasuk kategori rendah yaitu soal yang masuk ke dalam kategori C1, soal sedang yang terdapat dalam kategori C2 dan C3, sedangkan soal tinggi adalah soal yang masuk dalam kategori C4, C5 dan C6. Kolom terakhir yaitu kolom nomor soal, kolom ini diisi sesuai dengan nomor soal yang akan digunakan dalam instrumen. Setelah selesai membuat kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat instrumen sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. 2. Kisi-Kisi Non Tes Selain kisi-kisi tes, ada juga kisi-kisi non tes. Kisi-kisi non tes perlu dibuat ketika kita akan menggunakan teknik non tes. Kisi-kisi non tes dibuat dengan cara

12 16 disesuaikan dengan apa yang akan kita ukur serta dengan apa kita akan mengukurnya. Format kisi-kisi non tes secara garis besar terdiri dari 3 kolom. Kolom pertama berisi nomor urut. Kolom ke dua berisi indikator/pernyataan yang akan diukur atau diamati. Kolom ketiga berisi skor, bisa juga jawaban. Skor bisa dituliskan dengan angka 1, 2, 3, 4, bisa juga kolom ke tiga diisi dengan pernyataan tinggi, sedang, rendah, setuju, tidak setuju, ya, tidak, lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan kita. Pengukuran menggunakan teknik tes dan non tes, sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian proses dan penilaian produk/hasil Mata Pelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

13 17 karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

14 18 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan untuk siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Kelas IV 7. Energi dan 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya Perubahannya Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda. ( dorongan dan tarikan ) dapat mengubah gerak suatu benda. 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya ( dorongan dan tarikan ) dapat mengubah bentuk suatu benda Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Menurut hasil penelitian dari Nurmawan Bekti Wibowo yang berjudul Pemanfaatan CD Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pengukuran Panjang dan Berat Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Sugihan Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini adalah penggunaan CD Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan

15 19 tersebut terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 50,00 meningkat menjadi 60,00 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 70,56 pada siklus II. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan dari pra siklus 44% meningkat menjadi 61% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 89% pada siklus II. Keberhasilan tersebut juga dikarenakan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran yang menunjukkan perubahan yang positif yaitu siswa lebih interaktif, aktif dan bersemangat selama proses pembelajaran berlangsung. Kelebihan penelitian ini yaitu hasil penelitian yang ditunjukan cukup baik, perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal 50,00 dan pada siklus II menjadi 70,56. Setelah dikaji diketahui kelebihan dari penelitian ini yaitu pencapaian ketuntasan belajar siswa terlihat cukup signifikan mulai dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Kelemahan dari penelitian ini yakni belum 100% siswa tuntas belajar. Berdasarkan kelemahan dan kelebihan penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait penggunaan media pembelajaran CD Interaktif. Menurut hasil penelitian dari Udin Reski Wahyudi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 2 Maros (Studi Pokok Materi Sifat Koligatif Larutan). Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan media CD interaktif terhadap hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 2 Maros (F hitung = 18,570 dengan nilai Signifikansi = 0,000), terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar kimia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode CD interaktif baik digunakan dalam proses belajar kimia. Kelebihan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar kimia dengan F hitung = 18,570 dengan nilai Signifikansi = 0,000). Menurut hasil penelitian Rahajeng Imani (2009) degan judul Pengembangan Media CD Interaktif untuk Pembelajaran Membaca Teks Bahasa

16 20 Arab untuk Siswa Kelas X Madrasah Aliyah. Skripsi, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran bahasa asing. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembuatan media, (2) mendeskripsikan tampilan media, (3) mendeskripsikan langkahlangkah penggunaan media, dan (4) mendeskripsikan prestasi siswa telah menggunakan media. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil skor angket ahli materi, ahli media, dan subjek penelitian. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari tanggapan ahli media, ahli materi, subjek penelitian, hasil observasi dan hasil wawancara. Instrumen pengumpul data terdiri atas peneliti (human instrument ) selaku instrumen utama dan didukung oleh instrumen pendukung yaitu angket untuk ahli media, ahli materi dan siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Subjek uji coba produk adalah siswa kelas X.2 MA Al Maarif Singosari. Hasil pengembangan berupa media interaktif dalam bentuk kepingan CD untuk keterampilan membaca teks bahasa Arab bagi siswa MA kelas X semester gasal. Langkah-langkah pembuatan media CD interaktif adalah: (1) menentukan materi, latihan soal, gambar dan animasi yang sesuai dengan tema, dan merekam suara sebagai contoh pelafalan teks dan mufrodat, (2) mendesain semua materi, latihan soal, gambar, animasi, dan suara ke dalam tampilan slideslide dan kemudian di-link-kan sesuai dengan tombol-tombol yang ada, (3) menambahkan lagu diawal dan akhir tampilan, petunjuk penggunaan media, dan profil pembuat media. Hasil data kuantitatif untuk tampilan dan langkah penggunaan adalah sebagai berikut: (1) hasil validasi media sebesar 86,54% dan dikategorikan valid/tanpa revisi, (2) hasil validasi materi sebesar 77,5% dan dikategorikan valid/tanpa revisi, (3) hasil uji coba produk sebesar 84,58% dan dikategorikan valid/tanpa revisi. Hasil analisis data kualitatif untuk tampilan dan langkah penggunaan media adalah sebagai berikut: (1) keakuratan pemberian harakat masih perlu diperhatikan, (2) ketidak tepatan pemaknaan kata dalam teks dengan menggunakan gambar, (3) ketidak jelasan tulisan dan suara pelafal teks, (4) ketidakakuratan hyperlink antar slide. Sementara hasil belajar siswa setelah

17 21 menggunakan media ini adalah 85% atau 34 dari 40 siswa memperoleh nilai melebihi standar kelulusan sebesar 7,5, dengan rata-rata kelas 84,7. Kelebihan dari penelitian ini adalah bahwa siswa cukup antusias mempelajari teks bahasa Arab dengan menggunakan media CD interaktif. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan 85% siswa kelas X.2 yang memperoleh nilai melebihi standar kelulusan mata pelajaran. Proses revisi dilakukan pada: (1) kejelasan tulisan dan suara, (2) ketepatanpemilihan gambar untuk pemaknaan kata, (3) keakurasian harakat dan hyperlink, dan (4) petunjuk penggunaan media. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa media ini dikategorikan valid/tanpa revisi dengan penilaian 82,87%. Media ini layak digunakan sebagai alternatif media pembelajaran untuk keterampilan membaca teks bahasa Arab. Kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng Imani (2009) diatas yaitu pembelajaran menggunkan CD interaktif lebih menarik bagi siswa karena ditampilkan gambar animasi yang membuat siswa tertarik dan merasa tidak bosan dengan pembelajran yang sedang berlangsung, kelemahan dari penelitian diatas yaitu siswa hanya mendengarkan pelafalan dari CD seharusnya agar lebih jelas dan siswa lebih mudah mempelajari pelafalan bahasa guru perlu memperjelas lafal yang ada di CD. Menurut penelitian Purtiana Septi (2011) Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Compact Disc (CD) Interaktif Dan Power Point Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Ungaran Tahun 2010/2011). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) pengaruh media pembelajaran Compact Disc (CD) Interaktif dan Power Point terhadap prestasi belajar matematika, (2) pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, dan (3) interaksi antara media pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester 1 SMA N 2 Ungaran tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 9 kelas. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-8 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random

18 22 sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, metode angket, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yang menggunakan metode Lilliefors untuk uji normalitas dan metode Bartlet untuk uji homogenitas. Dari hasil analisis data dengan taraf signifikasi 5% dipenuhi bahwa: (1) pengaruh media pembelajaran Compact Disc (CD) Interaktif dan Power Point terhadap prestasi belajar matematika, dengan Fa = 4,387, (2) ada pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, dengan Fb = 7,752, dan (3) tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa, dengan Fab = 0,532. ( Kelebihan dari penelitian di atas penggunaan CD Interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Menurut penelitian Muzairin (2011) Efektivitas CD Interaktif sebagai Media Pembelajaran pada Pokok Bahasan Materi Genetika di SMA Negeri 1 Mijen Demak. (Skripsi), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah CD Interaktif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah CD Interaktif sebagai media pembelajaran efektif diterapkan pada pokok bahasan materi genetika di SMAN 1 Mijen Demak. Materi pada CD Interaktif ini adalah mempelajari tentang gen, DNA-RNA, dan sintesis protein di semester gasal kelas XII SMA. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Mijen pada kelas XII semester gasal tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini diambil dua kelas dengan teknik purposive sampling. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Data penelitian ini meliputi hasil belajar siswa, tanggapan siswa, aktivitas siswa, dan tanggapan guru. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari, (1) ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 100% dengan kategori sangat baik dan rata-rata nilai akhir siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 adalah 81,53 dan 84,89. (2) Aktifitas siswa lebih dari 65% yaitu siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 adalah 85,15% dan 88,47%. (3) Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran lebih dari 65% yaitu siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 adalah 98% dan 95%. (4) guru berpendapat bahwa pembelajaran menggunakan CD Interaktif dirasa lebih aktif, inovatif,

19 23 kreatif, dan lebih menarik selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan CD Interaktif pada pokok bahasan materi genetika sub bahasan struktur DNA dan sintesis protein efektif diterapkan di SMAN 1 Mijen Demak. Kelebihan penelitian ini yaitu Hasil penelitian ini dapat dilihat dari, ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 100%, aktivitas belajar siswa meningkat karena lebih aktif, inovatif, dan kreatif. ( Kerangka Pikir Dalam pembelajaran materi IPA tentang gaya hasil belajar siswa rendah yaitu di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan usaha untuk menciptakan suasana yang berbeda untuk menarik dan meningkatkan keterlibatan siswa. Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan prestasi belajar adalah dengan mengunakan media pembelajaran CD Interaktif. Melalui media ini siswa akan lebih mendalami materi dan diharapkan dapat mencapai nilai atau hasil yang maksimal sesusui dengan indikator yang diharapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan CD Interaktif yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan a. Guru meneliti kelengkapan media audio interaktif dan petunjuk pemanfaatan. b. Guru memeriksa peralatan penyaji, bahan belajar, dan sarana penunjangnya. c. Guru mempelajari isi program. 2. Tahap pelaksanaan a. Guru berdiri di dekat peralatan pemanfaatan media. b. Mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok dengan jumlah anak tiap kelompok yaitu 4 orang. c. Guru menyajikan serta mendemonstrasikan tentang materi yang ada pada CD interaktif.

20 24 d. Guru memperhatikan aktifitas siswa dan mengelola kelas sesuai rancangan pembelajaran yang telah ditentukan. e. Guru menghentikan CD interaktif dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya. f. Siswa mendemonstrasikan berbagai contoh yang telah dilihat pada CD interaktif. 3. Tahap tindak lanjut a. Guru mengajukan pertanyaan tentang materi CD interaktif. b. Memberikan penguatan, penjelasan tambahan, dan pengayaan terhadap materi yang telah didengarkan. Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Mereka dibantu memahami materi dengan menggunakan CD interaktif. Siswa akan merasa lebih senang dan tertarik untuk belajar sehingga secara tidak langsung siswa memahami materi. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan juga menggunakan penilaian proses, Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, guru dapat mengukur penilaian proses dari laporan pengamatan, laporan pengukuran, diskusi, presentasi dan menulis cerita. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes formatif yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Maka diharapkan dengan pembelajaran menggunakan cd Interaktif akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar akan meningkat lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan secara konvensional. Penjelasan lebih rinci dijelaskan dalam gambar berikut ini:

21 25 Pembelajaran IPA materi tentang gaya Tes 1 Tes 1 Pembelajaran dengan menggunakan CD interaktif Pembelajaran konvensional Persiapan Guru menyampaikan materi dengan ceramah - Meneliti kelengkapan media audio interaktif - Memeriksa peralatan penyaji - Mempelajari isi program Tes 2 Siswa kurang aktif hanya bercanda ketika pelajaran berlangsung Pelaksanaan - Mengatur siswa secara berkelompok - Mendemonstrasikan tentang materi yang ada pada CD interaktif. - Siswa memperhatikan CD interaktif - Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya - Siswa mempresentasikan berbagai contoh yang telah dilihat pada CD interaktif Penilaian hasil belajar Tindak Lanjut Hasil belajar <KKM 70 - Guru mengajukan pertanyaan tentang materi CD interaktif. - Memberikan penguatan, penjelasan tambahan, dan pengayaan terhadap materi yang telah didengarkan. Tes 2 Penilaian proses Penilaian hasil belajar Hasil belajar KKM 70 Gambar 2.1 Hubungan antara penggunaan media pembelajaran konvensional dengan media pembelajaran CD interaktif

22 Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berfikir, maka peneliti membuat hipotesis didalam penelitian ini adalah Ada pengaruh positif signifikan antara penggunaan media pembelajaran CD interaktif dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 1 Somogede Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: media, CD interaktif, pembelajaran membaca, bahasa Arab

ABSTRAK. Kata kunci: media, CD interaktif, pembelajaran membaca, bahasa Arab ABSTRAK Rahajeng, Imani. 2009. Pengembangan Media CD Interaktif untuk Pembelajaran Membaca Teks Bahasa Arab untuk Siswa Kelas X Madrasah Aliyah. Skripsi, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 57. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin (1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Peneliti memilih model pembelajaran CTL, dengan alasan model pembelajaran CTL mampu memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil belajar Hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan telah dicapai oleh siswa pada akhir setiap catur wulan,

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang dan mengartikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Erlinda Guru SDN 018 Rantau Sialang erlinda916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang lebih maju, maka kiranya sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga dapat menghadapi perkembangan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata

BAB. I PENDAHULUAN. pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini ada beberapa mata BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang bervariasi dan inovatif mempunyai tujuan untuk menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhir rangkaian proses tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat yang merupakan tempat penelitian, sebagian besar siswa belum mampu menguasai atau

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP PENDAHULUAN Dengan mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar nasional pendidikan, setiap satuan pendidikan (sekolah) diberi kebebasan (harus) mengembangkan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimyati dan Mudjiono (2009:5) menyatakan bahwa belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga hal tersebut terkait dengan pembelajaran.

Lebih terperinci

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2010) Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Ada empat unsur utama dalam proses belajar-mengajar, yakni tujuanbahan-metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Jeane Santi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PENGEMBANGAN CD INTERAKTIF LISTRIK STATIS DAN LISTRIK DINAMIS SEBAGAI MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh: Ni Ketut Kertiasih Jurusan Manajemen Informatika, FTK Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh : RIRIK NIANGKASAWATI NIM K. 4303053 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIIF SMP N 2 SRANDAKAN Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ADI SUNGKAWA A54B090021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1 Komponen-komponen

Lebih terperinci