PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA Katinawati Nim ejournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 1, Nomor 3, 2013

2 Judul ringkas (Nama pengarang bisa diringkas, pastikan ada last name) max. 1 baris HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL Artikel ejournal dengan identitas sebagai berikut: Judul Pengarang : Peran ASEAN Maritime Forum (Amf) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara : Kartinawati NIM : Program Fakultas : S1 Ilmu Hubungan Internasional : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman telah diperiksa dan disetujui untuk dionlinekan di ejournal Program S1 Ilmu Hubungan Internasional Fisip Unmul. Pembimbing I, Samarinda, Agustus 2013 Pembimbing II, Enny Fathurachmi, S.IP, M.SI Chairul Aftah, S.IP, MIA NIP NIP DIISI OLEH BAGIAN PERPUSTAKAAN S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Bagian di bawah ini Identitas terbitan untuk artikel di atas Nama Terbitan : ejournal Hubungan Internasional Volume : Bagian Perpustakaan S1 HI Nomor : Tahun : Halaman : 2

3 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA KARTINAWATI 1 NIM Abstract: The results showed that the role of the ASEAN Maritime Forum (AMF) is a conference venue/seminar for all members of ASEAN Member States (AMSS) to conduct dialogue on maritime issues which give the concept of cooperation in the area of maritime waters to reduce crime and provide solutions to the problems faced. The role of the AMF (1) As a container or a forum for promoting dialogue to prevent or reduce the intensity of the conflict for its members. And (2) As a means of negotiation and generate mutual decision together. And the role of the ASEAN Maritime Forum will provide useful results and ideas for tackling issues of maritime crime and security in the waters of Southeast Asia. Also in the mechanisms of ASEAN Maritime Forum to date, only a forum to facilitate dialogue on maritime issues. Keywords: The ASEAN Maritime Forum, Water Security, Marine Crime. Pendahuluan Seperti diketahui bahwa wilayah Asia Tenggara dipandang sebagai wilayah yang memiliki geografis yang strategis. Secara geografis, wilayah Asia Tenggara terletak di antara dua benua (Benua Asia dan Benua Australia) dan dua samudra (Samudra Hindia dan Samudra Pasifik). Luas wilayah Asia Tenggara mencapai ± km² atau sekitar 5% dari luas wilayah Benua Asia ( diakses 26 Juli 2013). Asia Tenggara terbagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu Asia Tenggara Daratan (ATD) adalah Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, sedangkan yang termasuk Asia Tenggara Maritim (ATM) adalah Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Jalur laut Asia Tenggara merupakan jalur laut tersibuk, karena sekitar 1 / 3 (sepertiga) perdagangan dunia dan pengangkutan setengah BBM dunia transit di Selat Malaka yang memainkan peran sangat sentral dalam menghubungkan satu wilayah dengan bagian-bagian dunia lainnya. Selain kondisi lingkungan yang strategis, di kawasan saat ini juga penuh dengan ancaman dan tantangan keamanan yang bersumber dari aktor negara maupun non negara. Ancaman yang secara umum berasal dari aktor negara seperti sengketa perbatasan antar negara yang belum terselesaikan, perlombaan senjata Angkatan Laut (naval arms race) dan masalah kebebasan penggunaan laut. Sedangkan ancaman yang muncul dari aktor non negara tidak dapat dibatasi pada kesenjataan 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman (kartinawati06@yahoo.com, 2013 ).

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: dan moral, seperti perompakan, pembajakan, terorisme maritim, proliferasi senjata pemusnah massal dan pencurian sumber daya laut. Serta kejahatan di maritim kini telah menjadi perhatian semua negara di kawasan, karena dipandang dapat mengancam stabilitas kawasan. ( diakses 26 Juli 2013) Pembentukan AMF tersebut sangat penting karena dapat memberikan kontribusi bagi pembinaan pembentukan Komunitas ASEAN pada Dimana dalam pembentukan AMF melibatkan seluruh negara-negara anggotanya ASEAN (Kamboja, Singapura, Myanmar, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Laos) karena sebagian besar memiliki perbatasan maritime. Sumber daya kelautan yang penting untuk ketahanan pangan dan jalur laut, juga sangat penting untuk meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan. Dengan kerjasama pertahanan diwilayah laut melalui AMF yang memberi tanggapan positif bagi anggota ASEAN terutama negara yang menggunakan jalur laut. Dengan terbentuknya AMF ini diharapkan dapat menangani permasalahan regional dan AMF mampu menciptakan keamanan regional.( diakses 23 Maret 2013) Serta hadirnya AMF sebagai komunitas keamanan ASEAN ini di maksudkan untuk menciptakan perdamaian, Stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain. Landasan Teori dan Konseptual 1. Konsep Kerjasama Internasional Hubungan internasional membagi adanya beberapa hubungan atau pola dengan perkembangan dalam lingkungan global hubungan/pola kerjasama, politik, pola kompetisi dan pola akomodasi. Menurut Charles H. Cooley, kerjasama timbul apabila ada orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang paling penting dalam kerjasama yang berguna.(soerjono Soekanto, 1990) Kerjasama internasional menurut Dr. Budiono membaginya menjadi empat bentuk yaitu: (Budiono Sueprapto, 1997) 1. Kerjasama Globa yaitu suatu wadah yang mampu mempersatukan cita cita bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global. 2. Kerjasama Fungsional berangkat dari pragmatis pemikiran yang mensyaratkan adanya kemampuan tertentu pada masing masing mitra (patner) kerjasama. 3. Kerjasama Ideologi berusaha mencapai tujuan tujuan dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global. 4. Kerjasama Regional merupakan kerjasama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Dalam konteks ini maka kerjasama yang dilakukan AMF adalah kerjasama Regional. Bentuk kerjasama seperti kerjasama regional yang mendorong negara 716

5 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) anggota dalam bekerjasama melalui peran ASEAN Maritime Forum (AMF) sebagai komunitas keamanan ASEAN dengan maksudkan untuk menciptakan perdamaian, Stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain dalam keamanan perairan di Asia Tenggara. 2. Konsep Organisasi Internasional Organisasi internasional merupakan pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasarkan struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta di harapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintahan maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.(t. May Rudy, 2005) Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peranperan dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya. Menurut Perwita & Yani menyatakan bahwa peran organisasi internasional adalah sebagai berikut: (Perwita dan Yani, 2005) a. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (bagi anggotanya). b. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan, dan c. Lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkugan hidup, pemugaran monument bersejarah, peace keeping operation dan lain-lain). Aspek peran dalam organisasi internasional merupakan salah satu konsep yang dapat membantu permasalahan pertahanan perairan Asia Tenggara yang melalui peran AMF (ASEAN Maritime Forum) yang memberikan tanggapan positif bagi anggota ASEAN terutama negara yang menggunakan jalur laut. Pembentukan AMF tersebut sangat penting karena dapat memberikan kontribusi bagi pembinaan pembentukan Komunitas ASEAN pada 2015 serta untuk merekatkan hubungan antara negara-negara di ASEAN. Dimana dalam pembentukan AMF melibatkan seluruh negara-negara anggotanya ASEAN karena sebagian besar memiliki perbatasan maritim, dan hampir 80% dari wilayah ini terdiri dari dominan laut. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dimana dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam keamanan perairan di Asia Tenggara. 2. Jenis Data 717

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, artikel dan media elektronik. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui library research yaitu berdasarkan dari buku dan media internet. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan metode analisis dan kajian sejarah yaitu menjelaskan dan menggambarkan data berdasarkan sumber-sumber tertulis yang ada. Hasil Penelitian 1. Situasi Keamanan Perairan Di Asia Tenggara Sejalan dengan perkembangan di bidang ekonomi dan teknologi informasi dan komunikasi ancaman keamanan terhadap zona maritim Asia Tenggara akan terus ada. Zona maritim Asia Tenggara adalah sebuah zona dimana kegiatan ekonomi serta kegiatan ilegal seperti human trafficking dan pembajakan maritim saat ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dimana perairan di Asia Tenggara, merupakan sekitar sepertiga perdagangan dunia dan setengah BBM dunia transit di Selat Malaka yang memainkan peran sangat sentral dalam menghubungkan satu wilayah dengan bagian-bagian dunia lainnya. Dan tidak dapat dipungkiri fakta bahwa globalisasi perekonomian saat ini saling terkait, rumit dan sangat tergantung pada maritim perdagangan didalam mempertahankan pergerakan energi, bahan baku dan barang jadi. Seperti diketahui bahwa kawasan Asia Tenggara lebih dibatasi oleh wilayah perairan dan batas negaranya pun masih saling tumpang tindih dengan negara lain. Ini menyebabkan tidak adanya komunikasi yang intens terhadap permasalahan yang sebenarnya sudah tidak lagi harus diselesaikan sendiri tetapi harus bersifat kebersamaan mengingat konteks ancaman transnasional meluas tidak hanya akan merugikan sendiri tetapi juga dapat merugikan ke-negara lain. ASEAN harus mengantisipasi kemungkinan bahwa pembajakan bisa menjadi lebih ganas, sarana maritim semakin dimanfaatkan oleh penjahat dan teroris sehingga ancaman terhadap pengiriman meningkat. Dalam konteks tertentu, prosedur dan tindakan pencegahan, penangkalan, penolakan, deteksi, penampungan, atau respons akan berfungsi untuk mengurangi ancaman keamanan pada tingkat yang memadai. Daftar permasalahan yang umum terjadi terkait dengan masalah keamanan maritim dan harus ditangani melalui kerjasama keamanan maritim ASEAN yang efektif seperti isu-isu maritim yang berkaitan dengan kejahatan transnasional, seperti perdagangan manusia, penyelundupan, illegal fishing, illegal logging, perampokan bersenjata dan pembajakan dan lain-lainnya. Berdasarkan data Internasional maritime Bureau (IMB) Kuala Lumpur tahun 2001, dari 213 laporan pembajakan dan perompakan yang terjadi di perairan Asia 718

7 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) dan Kawasan Samudra Hindia, 91 kasus di antaranya terjadi di perairan Indonesia. Dan Internasional Maritime Organization (IMO) menyatakan bahwa aksi perompakan yang terjadi diperairan Asia Pasifik, khususnya kawasan Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia ( diakses 12 Mei 2013). Kekhawatiran terbesar berasal dari trend perompakan (piracy) dan perampokan bersenjata (armed robbery) yang cenderung naik antara Selat Malaka telah menjadi tempat perburunan para perompak sejak lama, namun seiring serangan teroris 9/11/ isu keamanan Selat menjadi lebih sensitive. Laporan IMO (International Maritime Organisazation) menunjukkan bahwa kejahatan maritim mencapai keadaan yang membahayakan. Berdasarkan laporan tahunan IMB (International Maritime Bureau) 2004, terdapat 330 kasus perompakan di dunia, dimana 169 diantaranya dilaporkan terjadi di Selata Malaka dan 68 lainnya terjadi di perairan Indonesia. Terlihat pada tahun 2004 terjadi 10, jumlah ini meningkat pada tahun 2007 menjadi 25 kasus dan tahun 2008 melonjak menjadi 95 kasus. Pada tahun 2008 sudah 88 kapal diserang di kawasan tersebut dan sejauh ini 33 kapal dikuasai perompak ( diakses 26 Juli 2013). Disamping masalah perompakan, penyelundupan manusia melalui perairan kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang berada di bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan Indonesia, menjadi jalur laut menuju benua tersebut. Penyelundupan manusia tidak dapat dipandang sebagai masalah yang sederhana. Upaya penanggulangannya melibatkan beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan, kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap kali dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antar Negara. Disamping migrasi ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan bayi, atau wanita ke negara lain melalui wilayah perairan. Selain itu penangkapan ikan secara ilegal di wilayah laut Indonesia terus meningkat, dengan total kerugian yang dialami Indonesia sekitar US$ 2 milyar, atau sekitar Rp. 18 Trilyun per tahun. Dari kegiatan penyelundupan, Indonesia mengalami kerugian sekitar US$ 1 milyar per tahun. Eksploitasi pasir secara ilegal merugikan Indonesia lebih dari Rp. 2 Trilyun setiap tahun. Sementara kegiatan pencurian kayu (illegal logging) merugikan negara sekitar Rp 30 trilyun. Kondisi yang memprihatinkan tersebut menuntut upaya sistematis bangsa dan pemerintah untuk menyelamatkan perairan Indonesia, maupun meningkatkan kemampuan sumber daya untuk memanfaatkan laut Indonesi. 719

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Pembentukan kesadaran saling percaya sangat dibutuhkan agar tidak ada kecurigaan dalam kerjasama karena keamanan maritim di Asia Tenggara sangat rawan dan tinggi. ASEAN sebagai komunitas regional yang menjadi wadah bagi setiap anggotanya menjadi penting untuk meluaskan cakupan yang dapat mengkontrol keamanan wilayah maritim, seperti contoh kerjasama keamanan di perbatasan, kerjasama, di wilayah perairan international, kerjasama di jalur strategis perdagangan international. Maritim merupakan jalur yang mempunyai prospek tinggi untuk meluaskan kejahatan, yang bersifat lintas batas negara. Untuk mengatasi itu Asia Tenggara dengan program ASEAN maritime forum lebih meningkatkan kerjasama pertahanan diwilayah laut ( diakses 23 Mei 2013). Dari pengertian non-traditional ancaman ini datang dengan seiring perkembangan ekonomi, semakin meluasnya cakupan tingkat perekonomian sebuah Negara maka keamanan akan bertambah pula, karena tidak hanya pada militer tetapi meliputi ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan serta masalah HAM dan demokratisasi (Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani, 2006). Kerjasama kelautan yang dimasukkan dalam visi AMF memberi tanggapan positif bagi anggota ASEAN terutama Negara yang menggunakan jalur laut untuk kelangsungan kerjasama perekonomian khusunya perdagangan international, seperti Singapore, Indonesia yang membutuhkan keamanan di selat malaka untuk menghindari serangan pembajak ataupun teroris. Dalam hal ini semua Negara wajib memberi dukungan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di wilayah regional ASEAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap Negara mempunyai kepentingan tersendiri dalam hal-ekonomi, politik dan kepentingan nasional mereka, tetapi untuk menjaga stabilnya kawasan, peningkatan pertahanan wajib dibentuk bersama. karena menyangkut kelancaran masing-masing kepentingan yang hendak dicapai, serta keuntungan (benefit) yang didapat. 2. Pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) Pada dasarnya pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) karena ada dorongan untuk merekatkan hubungan antara negara-negara di ASEAN yang sebelumnya hanya sebatas kerjasama ekonomi dan lebih pada kepentingan nasional. ASEAN sebagai organisasi kawasan membentuk sebuah komunitas yang menangani permasalahan keamanan kawasan terutama keamana maritime pada KTT ASEAN Ke-9 di Bali pada 7-8 Oktober 2003 yang menyepakati Bali Concord II, para pemimpin ASEAN memandang penting mengenai kerjasama keamanan maritim antar negara anggota ASEAN untuk menangani berbagai isu kelautan dan lintas-batas, secara regional dan komprehensif. Pada KTT ASEAN Ke-10 di Vientiane (2004), forum mengadopsi Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN (ASC PoA) dan Vientiane Action Program (VAP) yang meliputi kegiatan jangka menengah ( ). Salah satu poin pada VAP adalah mengenai promosi kerjasama keamanan maritim ASEAN, yang menetapkan bahwa ASEAN akan menjajaki pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) ( diakses 23 Maret 2013). 720

9 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) Pada Konferensi Koordinasi Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community Plan of Action Coordinating Conference) di Sekretariat ASEAN (2006), Indonesia mengusulkan untuk menyelenggarakan Workshop tentang pembentukan AMF. Pada KTT ke-14 di Cha-am Hua Hin, Vietnam pada 1 Maret 2009, Indonesia mengajukan konsep mengenai pembentukan AMF, kemudian menjadi salah satu poin dalam cetak-biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN yang disepakati pada dokumen Road Map for an Asean Community Kemudian pada tanggal Juli 2010 di Surabaya, forum tersebut secara resmi dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Pertemuan ini membahas beberapa poin, yaitu 1) masalah keamanan maritim perlu ditangani, 2) menjajaki kerjasama operasional yang dapat dikembangkan secara konkrit dan 3) mengidentifikasi kerjasama di masa depan. Pembentukan AMF tersebut sangat penting karena dapat memberikan kontribusi bagi pembinaan pembentukan Komunitas ASEAN pada Dimana dalam pembentukan AMF melibatkan seluruh negara-negara anggotanya ASEAN (Kamboja, Singapura, Myanmar, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Laos) karena sebagian besar memiliki perbatasan maritim, dan hampir 80% dari wilayah ini terdiri dari dominan laut ( diakses 23 Maret 2013). Pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) adalah salah satu tindakan penting yang harus dilakukan sesuai blueprint Komunitas Politik-Keamanan. Untuk itu ASEAN merumuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang menangani permasalahan keamanan terutama keamanan maritime, yaitu terwujud dengan hadirnya ASEAN Maritime Forum (AMF) ( diakses 30 Maret 2013). Komunitas Keamanan ASEAN ini di maksudkan untuk menciptakan perdamaian, Stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain. Maka dibentuk ASEAN Maritime Forum (AMF) yang bertujuan sebagai komunikasi konflik di wilayah maritime dan penanggulangan permasalahn keamanan wilayah maritime seperti terorisme, trafiking, drug, perdagangan senjata dan perompakan. Adapun tujuan spesifik AMF sebagai berikut: ( org, diakses 14 Maret 2013) a. Kerjasama maritim melalui dialog dan konsultasi konstruktif mengenai isu-isu maritim yang menjadi kepentingan dan perhatian bersama, sejalan dengan ketentuan Konvensi PBB tahun 1982 tentang Hukum Laut UN Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) dan perjanjian serta konvensi internasional yang relevan; b. Mempromosikan dan mengembangkan pemahaman dan pandangan umum antara negara-negara Anggota ASEAN Member States (AMSs) mengenai isu-isu maritim regional dan global; c. Berkontribusi pada upaya-upaya menuju Confidence Building Measures (CBM) dan Preventive Diplomacy (PD); d. Meningkatkan kemampuan negara Anggota untuk mengelola masalah maritim melalui konsultasi tanpa mengganggu hak-hak, kedaulatan dan integritas teritorial; 721

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: e. Melakukan penelitian kebijakan yang berorientasi pada masalah-masalah maritim regional yang spesifik serta mempromosikan pembangunan kapasitas, meningkatkan pelatihan dan kerjasama teknis keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan maritim; f. Berkontribusi pada pembentukan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN sebagaimana dimaksud dalam Bali Concord II. Adapun agenda AMF mencakup sebagai berikut : a. Pertukaran pandangan dan informasi tentang isu-isu lintas sektoral yang menjadi perhatian bersama seperti degradasi lingkungan, keselamatan navigasi, dan keamanan maritim; b. Mengembangkan perangkat dan prinsip-prinsip nilai sosial-politik dan mempromosikan penyelesaian sengketa melalui cara damai; c. Memfasilitasi dialog mengenai isu-isu maritim yang berkaitan dengan kejahatan transnasional, seperti perdagangan manusia, penyelundupan, illegal fishing, illegal logging, perampokan bersenjata dan pembajakan; d. Menjajaki kemungkinan pengembangan model hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah maritim dan mengidentifikasi isu-isu regional untuk tunduk pada referensi UNCLOS 1982 pada masa mendatang; e. Pembangunan Kapasitas seperti pendidikan dan program pelatihan melalui kerjasama dengan Mitra Dialog ASEAN dan organisasi teknis maritim yang relevan, seperti Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization/IMO) yang memiliki sumber daya teknis dan keahlian untuk melakukan program peningkatan kapasitas; f. Mempromosikan kerjasama antar lembaga penegak hukum maritim; g. Mempromosikan kerjasama pengawasan dan pengendalian maritim; h. Pertukaran pandangan mengenai langkah-langkah teknis dan operasional; i. Mempromosikan pemahaman umum tentang isu-isu internasional yang muncul terkait dengan kerjasama maritim, seperti keanekaragaman hayati dan bioprospecting sumber daya hayati; j. Mengidentifikasi platform pelatihan/pendidikan maritim antara anggota ASEAN Member States (AMSs). Prinsip AMF adalah berkontribusi pada diskusi tentang isu-isu yang berhubungan dengan maritim yang dijalankan oleh badan-badan ASEAN yang ada tanpa duplikasi terhadap mekanisme tersebut. Dalam hal ini, formulasi kebijakan dan keputusan pada semua permasalahan yang berada dalam lingkup badan sektoral ASEAN yang sudah ada, akan tetap berada di bawah badan sektoral masingmasing. ASEAN Menghormati prinsip-prinsip kesetaraan kedaulatan, integritas teritorial, dan kemerdekaan. Mengakui bahwa komunitas dan organisasi internasional seperti International Maritime Organization (IMO) dan negaranegara yang tergabung didalamnya, memiliki peran dalam menangani ancaman dan tantangan maritim. Dalam hal ini ASEAN melakukan pendekatan yang terpadu dan komprehensif mencakup semua tantangan dan ancaman maritim terkait. 722

11 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) Memberikan rekomendasi mekanisme kerjasama maritim yang relevan dalam kerangka ASEAN untuk dipertimbangkan oleh masing-masing anggota. AMF akan melakukan konferensi/seminar tentang kelautan terkait dengan isu-isu yang berkembang dan berpotensi mempengaruhi ASEAN. Dalam hal organisasi dan kesekretariatan AMF, setiap Anggota ASEAN harus menunjuk perwakilan nasionalnya untuk ditempatkan di AMF. Dalam hal ini AMF juga harus melibatkan Track 1, 5 dan 2 yang relevan serta perwakilan sektor bisnis yang sesuai. Disini CMA akan memberikan rekomendasi dan laporan yang relevan kepada Senior Officials Meeting untuk memperoleh pertimbangan. Mengikuti praktek ASEAN yang ada, semua anggota ASEAN Member States (AMSs) harus bergiliran memimpin pertemuan tahunan AMF sesuai hosting secara sukarela atau pada interval yang disetujui oleh anggota ASEAN Member States (AMSs). Forum juga dapat diadakan dan diselenggarakan di Sekretariat ASEAN, jika tidak ada satu pun anggota ASEAN Member States (AMSs) yang menawarkan diri menjadi tuan rumah pertemuan. AMF juga bisa diadakan sebelum Pertemuan Inter-sesi Keamanan Laut Forum Regional ASEAN (ARF). Sekretariat ASEAN akan membantu Ketua AMF dengan memberikan dukungan teknis dan kesekretariatan, serta bertindak sebagai repositori dokumen AMF. CPR dapat ditunjuk untuk membantu dalam persiapan pembentukan Forum dan membantu mengamankan dukungan dana dan melaksanakan pekerjaan Forum sehari-hari. Setiap Anggota ASEAN akan menunjuk perwakilannya untuk melayani dan fokus di AMF serta mengidentifikasi narasumber mengenai isu-isu yang terkait dengan agenda AMF. Agenda pertemuan disusun oleh Negara Anggota ASEAN yang menjabat sebagai Ketua dengan bantuan dari Sekretariat ASEAN dan kemudian disebarluaskan kepada AMSs untuk mendapatkan komentar dan masukan yang harus sudah diterima satu bulan sebelum jadwal pertemuan. Tuan rumah AMF ASEAN akan menanggung biaya organisasi penyelenggaraan pertemuan, sementara delegasi akan menanggung biaya perjalanan dan akomodasi. Sekretariat ASEAN dapat memperoleh dana dari berbagai sumber untuk membiayai pertemuan ini, tetapi semua AMSs harus memastikan bahwa Forum ini tidak di drive oleh donor. Perkembangan konsep AMF ini dicatat dalam Pertemuan Menteri Transportasi ASEAN (ASEAN Transports Ministers Meeting/ATM), Pertemuan Menteri ASEAN Mengenai Kejahatan Transnasional (ASEAN Ministers Meeting on Transnational Crime/AMMTC), Pertemuan Menteri Lingkungan Hidup ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Environment/AMME), Pertemuan Menteri Hukum ASEAN (ASEAN Law Ministers Meeting/ALAWMM) dan Pertemuan Menteri ASEAN (ASEAN Ministers Meeting/AMM) dan dapat ditinjau lebih lanjut. 3. Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) dalam Keamanan Perairan di Asia Tenggara Kompleksitas isu-isu maritim di Asia Tenggara sudah sejak lama menjadi perhatian utama bagi ASEAN. Deklarasi ASEAN Concord II (Bali Concord II) 723

12 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: yang ditandatangani di Bali, 7 Oktober 2003, menegaskan bahwa isu maritim dan semua yang terkait dengannya adalah isu yang bersifat lintas batas, karenanya harus dibahas dalam forum regional melalui suatu pendekatan yang menyeluruh dan integral. Lebih jauh disebutkan bahwa kerjasama maritim antar dan di antara negara anggota ASEAN akan memberikan kontribusi bagi pembentukan Komunitas Politik Keamanan ASEAN (ASEAN Political Security Community/ APSC). Kerjasama maritim memang menjadi sesuatu yang sangat penting bagi ASEAN karena sebagian besar negara-negara anggotanya memiliki perbatasan maritim. Di antara kesepuluh negara ASEAN, dua negara kepulauan, yaitu Indonesia dan Filipina, mempunyai wilayah laut terbesar di wilayah ini. Dalam Rencana Aksi Komunitas Keamanan ASEAN (ASC PoA) dan Vientiane Action Program (VAP), yang merupakan tindak lanjut dari Bali Concord II berupa kegiatan konkret jangka menengah periode , pada bagian elemen ASC dari VAP terdapat pasal mengenai promosi kerjasama keamanan maritim ASEAN. Selanjutnya, bagian dari Program dan Langkah-langkah Kawasan menetapkan bahwa ASEAN akan menjajaki pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF). ASEAN Summit ke-14 di Cha-am Hua Hin, Vietnam, 1 Maret 2009, kemudian mengadopsi cetak biru Komunitas Politik-Keamanan ASEAN di mana paragraf A ayat 2.5 cetak biru tersebut mengacu pada pembentukan AMF. Piagam ASEAN yang mulai berlaku pada 15 Desember 2008 juga antara lain menggarisbawahi kebutuhan untuk memastikan sentralitas ASEAN, khususnya dalam mengembangkan pemahaman dan pendekatan yang sama secara komprehensif terhadap isu-isu kelautan. Dengan penciptaan keamanan regional yang merupakan salah satu tujuan utama dari ASEAN dalam menunjang interaksi kerjasama antar Negara di Asia Tenggara. tantangan keamanan ASEAN memasuki abad 21 juga semakin kompleks. Definisi keamanan sendiri mengalami perluasan yang bukan hanya menyangkut dimensi keamanan militer (tradisional), tetapi juga menyangkut aspek-aspek non-militer (non-tradisional). Disamping itu, perubahan kepemimpinan negara-negara ASEAN menjadi tantangan sendiri bagi ASEAN dimasa datang. Selain itu ASEAN memiliki banyak permasalahan territorial yang secara luas mencakup keamanan bersama, dari ancaman tradisional menuju nontradisional. Dengan berubahanya pola ancaman keamanan Traditional ke nontraditional pasca perang dingin, memberi warna baru terhadap perkembangan di kawasan Asia Tenggara, dimana lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Untuk itu ASEAN membentuk sebuah komunitas yang menangani permasalahan keamanan terutama keamanan maritim, yaitu terwujud dengan hadirnya ASEAN Maritime Forum (AMF) ( diakses 13 Mei 2013) Pembentukan ASEAN Maritime Forum (AMF) yang merupakan komitmen politik bersama seluruh negara anggota ASEAN, dimaksudkan sebagai wahana untuk 724

13 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) membicarakan segala sesuatu yang menyangkut masalah maritim untuk kepentingan bersama. Dengan adanya Pembentukan AMF yang merupakan komitmen politik bersama seluruh negara anggota ASEAN dan AMF berada dalam payung ASEAN Community (Komunitas ASEAN) yaitu suatu cita-cita untuk membentuk satu masyarakat ASEAN yang bersatu yang bertujuan untuk memperkuat integrasi ASEAN menjadi satu komunitas tunggal. Indonesia yang tahun ini menjadi Ketua ASEAN, menganggap ASEAN sebagai corner stone politik luar negeri untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman dan tantangan guna menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain. Pada dasarnya AMF dibentuk karena ada dorongan untuk merekatkan hubungan negara di ASEAN yang sebelumnya hanya sebatas kerjasama ekonomi dan lebih pada kepentingan nasional, dan tidak mengindahkan bahwa peran ASEAN sendiri tidak cukup untuk mengcover segala aspek. Dengan dibentuk AMF yang bertujuan sebagai komunikasi konflik di wilayah maritim dan penanggulangan keamanan non-traditional. Dari terbentuknya AMF ini diharapkan dapat menangani permasalahan regional yang kian marak di era global ini, gerakan saparatism dan terrorist yang setiap saat mengancam Negara dan stabilitas regional ASEAN. Ada beberapa aspek terpenting di ASEAN maritime forum yaitu salah satunya merapatkan pintu di sektor perairan (maritime) karena ancaman transnasional banyak menggunakan fasilitas laut untuk bergerak. Adapun tujuan dari AMF dalam kawasan maritim adalah untuk menciptakan kawasan yang aman dan terkendali mengingat frekuensi ancaman non-traditional yang tidak lagi bersifat internal tetapi lebih kepada eksternal memberikan tanda bahwa AMF dapat memberikan konklusi yang tepat dan damai dengan konsep kerjasama regional yang dibangun. Kerjasama pertahanan bersama dalam pengawasan perbatasan ini dapat menjadikan hubungan yang harmonis bagi setiap Negara ataupun bilateral, sehingga dengan terciptanya stabilitas yang terkontrol kejahatan transnasional dapat ditekan. Karena keamanan di wilayah regional merupakan aspek yang komplektual secara kolektif sehingga Negara ASEAN perlu membangun kesadaran akan isu ancaman kemanan non-traditional, yang tidak dapat dihadapi secara individu (negara). Dalam menjalankan perannya, ASEAN Maritime Forum membahas serangkaian masalah terkait bidang maritim seperti konektivitas maritim, dimana dalam hal ini diharapkan adanya pendiskusian dan pengidentifikasian kerjasama maritim yang dapat memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan integrasi kawasan dalam Komunitas ASEAN serta memupuk rasa kebersamaan dalam hubungan budaya dan sejarah ( diplomasi.org, diakses 28 Juni 2013). Kerjasama pertahanan bersama dalam pengawasan perbatasan ini dapat menjadikan hubungan yang harmonis bagi setiap negara ataupun bilateral. Misalnya kerjasama perairan patroli bersama di daerah perairan selat yang sering terjadi, 725

14 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: penyelundupan senjata, penangkapan ikan ilegal, perusakan laut secara ilegal dan pengamanan sumber daya kelautan. Dengan adanya Pembentukan AMF yang merupakan komitmen politik bersama bagi seluruh negara anggota ASEAN. Maka aspek peran dalam teori organisasi internasional dapat menjelaskan peran AMF dalam keamanan perairan di Asia Tenggara. Adapun peran AMF (ASEAN maritime forum) yaitu, sebagai berikut: 1. Sebagai wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik bagi anggotanya. Di mana AMF adalah wadah yang disediakan dalam ASEAN Security Community (ASC) untuk membahas kerjasama maritim, termasuk menyangkut isu keamanan maritim. Serta hadirnya AMF yang merupakan wadah baru tengah berupaya melembagakan pula kerjasama ASEAN lewat sejumlah agenda yang telah disusun. ASEAN Forum Maritim dirancang sebagai forum untuk membahas langkah untuk memberikan respons terhadap ancaman-ancaman keamanan maritim, seperti pembajakan, perampokan bersenjata dan penyeludupan barang / manusia dan lain-lain (Makmur Keliat, 2009).. Dalam hal ini peran ASEAN Maritime Forum (AMF) yang memberikan konsep hubungan kerjasama di wilayah perairan untuk mengurangi dan memberikan solusi terhadap masalah yang tengah dihadapi. Kekuatan maritim yang dimiliki oleh masing-masing negara dituntut untuk melaksanakan tugas keamanan dan keselamatan di laut sampai diluar wilayah yurisdiksi (perairan kawasan Asia Tenggara) yang mengikat semua negara maritim di Asia Tenggara hendaknya menjadi pegangan utama. 2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan. Di mana AMF merupakan forum dialog instansi-instansi yang terkait dengan isuisu maritime. Adapun pertemuan/forum yang diselenggarakan AMF dalam melakukan konferensi/seminar tentang kelautan yaitu, sebagai berikut: a. Dalam kerangka ASEAN yang menggelar pertemuan pertamanya di Surabaya pada Juli Dan Indonesia yang tahun ini menjadi Ketua ASEAN, menganggap ASEAN sebagai corner stone politik luar negeri untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman dan tantangan guna menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain. Pertemuan perdana AMF dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kemlu RI. AMF dihadiri oleh para pejabat senior (ASEAN SOM), perwakilan dari CPR, pejabat senior Badan-badan Sektoral ASEAN (Senior Officials of ASEAN Sectoral Bodies) terkait dengan isu maritim serta Sekretariat ASEAN. Pakar-pakar isu keamanan dan maritim juga hadir pada forum tersebut, di antaranya Dr. So Umezaki dari Economic Research Institute for ASEAN and 726

15 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) East Asia (ERIA), Bantarto Bandoro dari Universitas Indonesia, dan Robert C. Beckman dari Center for International Law, National University of Singapore. Selain menampilkan perspektif para ahli pada masing-masing tema, beberapa negara ASEAN juga diminta memberikan paparan/tanggapan terkait dengan isu yang disampaikan, disamping tanggapan umum dari para peserta pertemuan. Pada pertemuan tersebut juga dibahas mengenai Identifying Future Work of the ASEAN Maritime Forum. ( diakses 26 Juli 2013) Adapun Pertemuan AMF ke depan membahas isu-isu terkait dengan tiga bidang kerjasama yang akan dilaksanakan yaitu konektivitas ASEAN (ASEAN Connectivity), memahami tentang keamanan maritim (understanding maritime security problems in the region), serta penanganan SAR (search and rescue to assist persons and vessels in distress at sea). Bidang kerjasama yang digarap AMF merupakan isu sengketa maritim. b. Pada pertemuan kedua yang diselenggarakan pada Agustus 2011 di Pattaya, Thailand. Para Pemimpin ASEAN menegaskan kembali komitmen untuk bekerjasama dalam menangani isu-isu maritim secara komprehensif dalam kerangka ASEAN Maritim Forum (AMF) dan mekanisme ASEAN lainnya untuk kepentingan kawasan ASEAN. c. Dan pertemuan ketiga ini menjadi lebih penting karena sekaligus akan digelar bersamaan dengan Expanded AMF yang digagas oleh Jepang dan disetujui oleh Indonesia sebagai negara terkemuka di organisasi kawasan ini. Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) diadakan di Manila, Filipina pada 5 Oktober Pertemuan ini dipimpin oleh Erlinda Basilio F., Wakil Kebijakan Departemen Luar Negeri dan Pertemuan ASEAN Senior Officials 'Meeting (SOM) Pemimpin Filipina. Acara ini dihadiri oleh pemerintah dan non-pemerintah delegasi dari East Asia Summit (EAS) negara-negara peserta, yaitu: sepuluh negara anggota ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Republik Korea, Federasi Rusia dan Amerika Serikat Amerika, dan Sekretariat ASEAN. EAMF diadakan sebagai tanggapan terhadap pernyataan para pemimpin ASEAN, serta pemimpin KTT Asia Timur (EAS) di Bali, Indonesia pada November 2011, yang mendorong "dialog yang melibatkan EAS negara-negara peserta untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan umum tentang isu-isu maritim bangunan atas yang ada ASEAN Maritime Forum (AMF), "dimana mereka juga" positif mencatat usulan mengadakan sebuah AMF diperluas, back-to-back dengan pertemuan masa depan AMF, untuk memasukkan negara-negara di kawasan Asia Timur yang lebih luas. " Adapun Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) yaitu: ( diakses 15 Juni 2013) 1. Dengan diawali diperluas Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) rencananya akan meningkatkan kerjasama EAS tidak hanya dalam arti geografis, tetapi juga dalam partisipasi pemangku kepentingan yang relevan, seperti organisasi internasional, lembaga pelatihan maritim, pemilik kapal, para akademisi, dan masyarakat sipil. Dan menekankan bahwa penguatan keamanan maritim dan kerjasama melalui Maritime Forum dan Forum Maritim Expanded ASEAN dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya 727

16 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: pembangunan masyarakat ASEAN dengan mempromosikan ASEAN yang damai, lebih terintegrasi dan sejahtera dalam stabil, beragam dan dinamis Asia Timur. 2. Duta Besar Kan Pharidh, Wakil Tetap ASEAN ke Kamboja dan Ketua Komite Wakil Tetap untuk ASEAN, menekankan pentingnya Phnom Penh Deklarasi ASEAN: Satu Komunitas, Satu Takdir, di mana para pemimpin ASEAN menegaskan kembali komitmen mereka di KTT ASEAN ke-20 di Phnom Penh pada bulan April 2012 untuk meningkatkan dan memperluas kerjasama maritim ASEAN dan upaya kolaboratif bersama di bidang terkait kelautan. 3. Mulia Koji Tsuruoka, Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, menjabat sebagai keynote speaker. Menekankan pentingnya kerjasama internasional dan ketertiban di laut di bawah 1982 Konvensi PBB tentang Hukum Laut kerangka (UNCLOS), kebutuhan untuk menciptakan ketertiban maritim tergantung pada karakteristik masing-masing daerah sesuai dengan hukum internasional yang relevan, termasuk UNCLOS, pentingnya mengidentifikasi daerah nyata dari kerjasama tentang isu-isu maritim antara negara-negara anggota EAS, dan pentingnya sentralitas dan integritas ASEAN dalam menangani isu-isu maritim di kawasan Asia-Pasifik. 4. Para delegasi menyambut positif pertemuan perdana dari Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) sebagai jalan untuk Jalur 1,5 diplomasi mengenai isuisu maritim lintas sektoral yang menjadi perhatian bersama negara-negara peserta EAS. Mereka menekankan pentingnya sentralitas ASEAN, dalam kemitraan dengan peserta proses diperluas EAS lainnya, dalam ASEAN Maritime Forum. 4. Dalam diskusi EAMF difokuskan pada hal berikut: relevansi dari 1982 Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dalam konteks saat ini, konektivitas maritim dan pengembangan kapasitas, infrastruktur dan peningkatan peralatan, pelaut pelatihan, perlindungan lingkungan laut, mempromosikan ekowisata dan perikanan rezim di Asia Timur, dan mengidentifikasi praktekpraktek terbaik kerjasama. 5. Di relevansi UNCLOS dalam konteks saat ini, delegasi mengakui pentingnya prinsip universal yang diakui hukum internasional, khususnya UNCLOS, dalam menyediakan kerangka kerja berbasis aturan untuk keamanan maritim dan kerja sama di kawasan, serta untuk mengatasi masalah klaim yang saling bertentangan. Dalam hal ini, delegasi juga menyoroti pentingnya perjanjian regional dan pengaturan seperti Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (TAC), Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan (DOC), dan akhirnya adopsi dari Kode Etik daerah (COC) di Laut Cina Selatan atas dasar konsensus. 6. Para delegasi bertukar pandangan mengenai prospek konektivitas maritim meningkatkan dengan melihat strategi untuk peningkatan kapasitas, termasuk infrastruktur dan peralatan. Ada juga diskusi yang luas pada pelatihan pelaut. 7. Delegasi menyambut usulan Amerika Serikat untuk bermitra dengan Negara Anggota ASEAN untuk membentuk suatu Program Pelatihan Pelaut ASEAN diperluas '(EAST) untuk melakukan serangkaian seminar pelatihan, lokakarya, dan acara untuk meningkatkan kerjasama di bidang pelatihan dan pendidikan personil maritim sipil. Proposal rinci akan diedarkan pada waktunya. Mereka juga mencatat pengumuman maksud dari Amerika Serikat untuk bergabung dengan 728

17 Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara (Kartinawati) Perjanjian Kerjasama Regional Memerangi Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal di Asia (ReCAAP). 8. Pada melindungi lingkungan laut, delegasi membahas berbagai perspektif dan praktik terbaik tentang kerjasama untuk perlindungan sumber daya laut di wilayah ini, cara untuk mempromosikan ekowisata dan manajemen dan perikanan pembangunan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab serta keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk lokal masyarakat. Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, Indonesia, dan Mr Oleg Rykov, Konselor (Perikanan), Kedutaan Besar Federasi Rusia. 9. Penyelenggaraan 2nd Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) yang akan diadakan back-to-back dengan 4th ASEAN Maritime Forum tahun Oleh karena itu inti dari peran AMF disini adalah membentuk opini kesadaran negara di Asia tenggara untuk bekerjasama dalam pengamanan wilayah perairan laut, yang menjadi titik strategis pelayaran international. Pembentukan opini ini merupakan konsep dari APSC (ASEAN Security Political Community) untuk maritim, dari blueprint tersebut menjadi landasan pembentukan AMF tersebut.( diakses 15 Juni 2013) Dimana salah satu isinya adalah adanya kerjasama dalam penanganan wilayah maritime di ASEAN. Serta AMF mampu menciptakan keamanan regional, dimana wilayah negara berbatas dengan laut tanpa mengurangi kedaulatan masing-masing. Kesimpulan 1. Asia tenggara dipandang sebagai kawasan strategis dimana, Asia tenggara memiliki jalur pelayaran perdagangan international yang memiliki nilai ekonomi lebih. Karena banyaknya lalulintas pelayaran yang melewati jalur itu, menjadikan jalur ini rawan akan kejahatan, seperti perompakan, penyelundupan senjata, drug, dan human trafiking. 2. Dimana ASEAN Maritime Forum (AMF) dibentuk oleh ASEAN dalam rangka mewujudkan satu Komunitas ASEAN melalui pilar Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Pembentukan AMF diharapkan sebagai batu loncatan untuk menuju ASEAN serta kawasan Asia Tenggara yang lebih memperhatikan wilayah keamanan lautnya dan dengan adanya AMF tersebut akan menciptakan keamanan yang stabil yang akan memperlancar kegiatan perekonomian 3. Melalui peran AMF dapat mengatasi semua masalah yang berhubungan dengan maritim melalui usaha bersama, semangat kesetaraan dan kemitraan dalam rangka memperkuat landasan bagi terciptanya masyarakat yang makmur dan damai di kawasan Asia Tenggara. Sehingga dapat terjalin pula kerjasama yang saling menguntungkan, termasuk di sektor maritim, yang sangat penting bagi negaranegara anggota ASEAN untuk lebih mempromosikan pembangunan kawasan yang stabil dan dinamis. 4. Serta peran ASEAN Maritime Forum meyakinkan akan memberikan hasil dan pemikiran yang bermanfaat bagi upaya mengatasi berbagai isu terkait wilayah maritim di kawasan Asia Tenggara. 729

18 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Dalam menghadapi hambatan mekanismen ASEAN Maritime Forum dimana sampai saat ini AMF hanya menjadi wadah untuk menfasilitasi dialog mengenai isu maritime. Saran 1. Perlu ditingkatkannya kerjasama di ASEAN Maritime Forum yang tidak hanya sekedar menjadi wadah untuk menfasilitasi dialog mengenai isu maritime, Pertukaran pandangan melainkan adanya langkah-langkah dan tindakan nyata dalam menjalankan kerjasama antara negara-negara ASEAN dalam upaya penanggulangi berbagai isu-isu pemasalahan yang di hadapi kedepannya. 2. Adanya kesadaran dan kebersamaan bagi Negara-negara ASEAN dalam menumbuhkan untuk menjaga dan menciptakan kawasan yang bebas, damai dan aman. Referensi Buku Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani. 2006, Pengantar Ilmu Hubungan International, Dimensi keamanan traditional non-traditional. PT. Rosda. Bandung. Makmur Keliat, Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia, (Jakarta: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2009) Vol 13 No Perwita dan Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi: Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soeparapto. R, 1997, Hubungan Internasional Sistem, Interaksi Dan Prilaku, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. T. May Rudy, 2005, Administrasi dan Organisasi Internasional, Refika Aditama, Bandung. Internet Alman Helvas Ali Tantangan Terhadap Kepentingan Nasional Indonesia Dalam Kerjasama Keamanan Maritim Asean, terdapat di diakses pada tanggal 02 Juli Aspek geostrategis terdapat di T full_text.pdf, diakses pada tanggal 26 Juli Documents/ASP terdapat di pdf, diakses pada tanggal 26 Juli ASEAN terdapat di diakses pada tanggal 15 Juni Asean security community dan isu keamanan maritim di kawasan terdapat di diakses pada tanggal 13 Mei

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA

PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA http://labhi.staff.umm.ac.id/2011/05/12/peran-asean-maritime-forum-amf-dalam-keamanan-peraira n-di-asia-tenggara/ PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA Penciptaan keamanan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1 ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA PERTEMUAN TATAP MUKA PEMIMPIN ASEAN DENGAN PERWAKILAN ASEAN INTER-PARLIAMENTARY

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional Kantor Regional ILO untuk Asia & Pasifik (ROAP) Bangkok, Thailand Garis Besar Presentasi 1. Forum ASEAN tentang Pekerja

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ASEAN MARITIME FORUM DALAM SISTEM INDONESIA MARITIME SECURITY

IMPLEMENTASI ASEAN MARITIME FORUM DALAM SISTEM INDONESIA MARITIME SECURITY IMPLEMENTASI ASEAN MARITIME FORUM DALAM SISTEM INDONESIA MARITIME SECURITY Dina Sunyowati 1, Masitha Tismananda K 2 1 Dosen Program Pascasarjana Universitas Airlangga di bidang Hukum Laut 2 Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. 243 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. Untuk itu setiap negara mempunyai kewenangan menentukan batas wilayah

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia Indonesia merupakan negara maritim yang besar, kuat, dan makmur. Suatu anugerah yang sangat berharga yang dimiliki oleh bangsa kita. Potensi maritim Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation

Lebih terperinci

MEMBANGUN BUDAYA MARITIM DAN KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA: PERSPEKTIF TNI ANGKATAN LAUT 1

MEMBANGUN BUDAYA MARITIM DAN KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA: PERSPEKTIF TNI ANGKATAN LAUT 1 MEMBANGUN BUDAYA MARITIM DAN KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA: PERSPEKTIF TNI ANGKATAN LAUT 1 Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. 1. Pendahuluan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN

Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN Pidato Presiden Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN PIDATO PEMBUKAAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA KOFERENSI TINGKAT TINGGI KE-19 ASEAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB), Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Pidato Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Untuk Pembentukan ASEAN Supreme Audit Institutions (SAI), Jakarta, 13 Oktober 2011 Kamis, 13 Oktober 2011 Mohon diperiksa disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan penyelewengan BBM di Indonesia sudah tergolong sebagai kejahatan transnasional dan terorganisir. Hal unik

Lebih terperinci