PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA
|
|
- Ida Shinta Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 n-di-asia-tenggara/ PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA Penciptaan keamanan regional merupakan salah satu tujuan utama dari ASEAN dalam menunjang interaksi kerjasama antar Negara di ASEAN dimana Asean memiliki banyak permasalahan territorial yang secara luas mencakup keamanan bersama, dari ancaman tradisional menuju non-tradisional. Dengan semakin meluasnya arus global, yang membawa berbagai dampak dari konsekuensi terbukanya batas Negara, menjadikan regional Asia tenggara merapatkan diri untuk mengantisipasi ancaman yang datang. Dari arus globalisasi tersebut. Seperti yang diketahui bahwa Asia tenggara memiliki geografis yang strategis termasuk jalur perdagangan international. jalur inilah yang menjadikan pemahaman bahwa harus ada kontrol dari masing-masing Negara untuk menjaga kestabilitasan dan keamanan regional. berubahanya pola ancaman keamanan Traditional ke non-traditional pasca perang dingin, memberi warna baru terhadap perkembangan di kawasan Asia tenggara, dimana lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Untuk itu Asean merumuskan untuk membentuk sebuah komunitas yang menangani permasalahan keamanan terutama keamanan maritime [1], yaitu terwujud dengan hadirnya ASEAN MARITIME FORUM [2]. Komunitas Keamanan Asean ini di maksudkan untuk menciptakan perdamaian, Stabilitas kawasan demokrastis dan sejahtera untuk mendukung keharmonisan hubungan satu sama lain. Pada dasarnya AMF dibentuk karena ada dorongan untuk merekatkan hubungan negara di ASEAN yang sebelumnya hanya sebatas kerjasama ekonomi dan lebih pada kepentingan nasional, dan tidak mengindahkan bahwa peran ASEAN sendiri tidak cukup untuk meng-cover segala aspek itu. maka dibentuk AMF (asean maritime forum) yang bertujuan sebagai komunikasi konflik di wilayah maritime dan penanggulangan keamanan non-traditional. Sebab keamanan non-traditional meliputi banyak aspek, seperti terorisme, trafiking, drug, perdagangan senjata dan perompakan. ANCAMAN KEMANAN NON-TARDITIONAL Keamanan non-traditional melingkupi segala aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik yang dapat memberi efek negative bagi keamanan bangsa dan Negara. karena kemanan non-traditional bersifat multidimensional tidak hanya ancaman militer saja. dan tidak hanya pada satu persoalan namun berbagai macam page 1 / 8
2 persoalan. seperti diketahui bahwa kawasan Asia tenggara lebih dibatasi oleh wilayah perairan dan batas negaranya pun masih saling tumpang tindih dengan Negara lain. Ini menyebabkan tidak adanya komunikasi yang intens terhadap permasalahan yang sebenarnya sudah tidak lagi harus diseleseikan sendiri tetapi harus bersifat kebersamaan mengingat konteks ancaman transnasional meluas tidak hanya akan merugikan sendiri tetapi juga merembet ke-negara lain. Dalam kasus kejahatan internasional, teroris, perdagangan senjata, dan human trafiking, akan membawa dampak yang serius bagi keamanan kawasan regional. dari beberapa definisi ancaman transnasional tersebut memerlukan kerjasama untuk menanggulangi ancaman itu, melalui kerjasama keamanan dibidang pertahanan kawasan laut (maritime), mengapa, karena kawasan laut adalah sebagai jalur utama untuk tindak kejahatan paling besar di didunia. Konsep kemanan non-traditional yang mengalami peluasan makna ini menjadikan isu terpenting untuk keamanan maritime, dikarenakan kejahatan (transnasional crime) ini memiliki jaringan yang terorganisir secara luas berada di lintas Negara. Maka membutuhkan kerjasama bidang keamanan di wilayah maritime kususnya. Wilayah maritime atau jalur laut ini merupakan jalur yang mempunyai prospek tinggi untuk meluaskan kejahatan, yang bersifat lintas batas negara. Untuk mengatasi itu Asia tenggara (ASEAN) dengan program ASEAN maritime forum lebih meningkatkan kerjasama pertahanan diwilayah laut [3]. Dari pengertian non-traditional ancaman ini datang dengan seiring perkembangan ekonomi, semakin meluasnya cakupan tingkat perekonomian sebuah Negara maka keamanan akan bertambah pula, karena tidak hanya pada militer tetapi meliputi ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan serta masalah HAM dan demokratisasi [4]. Kerjasama kelauatan yang dimasukkan dalam visi AMF (asean maritime forum) [5] memberi tanggapan positif bagi anggota ASEAN terutama Negara yang menggunakan jalur laut untuk kelangsungan kerjasama perekonomian khusunya perdagangan international, seperti Singapore, Indonesia yang membutuhkan keamanan di selat malaka untuk menghindari serangan pembajak ataupun teroris. Dalam hal ini semua Negara wajib memberi dukungan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di wilayah regional ASEAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap Negara mempunyai kepentingan tersendiri dalam hal-ekonomi, politik dan kepentingan nasional mereka, tetapi untuk menjaga stabilnya kawasan, peningkatan pertahanan wajib dibentuk bersama. karena menyangkut kelancaran masing-masing kepentingan yang hendak dicapai, serta keuntungan (benefit) yang didapat. tidak itu saja tetapi lancarnya komunisasi antar Negara, kelancaran ekonomi, dan dapat mendekatkan hubungan secara bilateral maupun multilateral. digambarkan sebagai sifat alami manusia [6]. Keamanan diasia tenggara memiliki perbedaan dengan wilayah regional lainya, karena ada unsur budaya yang telah terbentuk, seperti halnya yang ditunjukkan ASEAN VALUE, dan ASEAN WAY dimana budaya yang ada selalu berada pada depan ketika konflik terjadi. Melihat pada Konsepsi Cooperative security [7], Asean value digunakan disini karena pada pemahaman cooperative security adalah adanya komunikasi, konsultasi, dan rasa page 2 / 8
3 saling percaya satu sama lain, dimana, ancaman yang ada di maritime tidak lepas pada permasalahan kedaulatan yaitu teritorial [8], pembentukan kesadaran saling percaya sangat dibutuhkan disini agar tidak ada kecurigaan dalam kerjasama. pada permasalahan kerjasama pertahanan kelautan (maritime), bahwa ancaman kejahatan lintas batas negara yang menggunakan perairan tidak hanya pada persoalan individu tetapi ada dua pandangan yang harus diperhatikan yaitu, karena ada Benefit yang didapat, seperti perdagangan senjata, Drugs, perompakan, trafiking dan kejahatan teorisme yang mempunyai latar belakang financial dan politik. pandangan diatas menunjukkan, dimana keamanan maritim di Asia tenggara sangat rawan dan tinggi untuk terjadi. ASEAN sebagai komunitas regional yang menjadi wadah bagi setiap anggotanya menjadi penting untuk meluaskan cakupan yang dapat mengkontrol keamanan wilayah maritim, seperti contoh kerjasama keamanan di perbatasan, kerjasama, di wilayah perairan international, kerjasama di jalur strategis perdagangan international. PERAN ASEAN MARITIME FORUM Keamanan di wilayah regional merupakan aspek yang komplektual secara kolektif Negara ASEAN perlu membangun kesadaran akan isu ancaman kemanan non-traditional. yang tidak dapat dihadapi secara individu (negara). dengan budaya komunikasi yang dibangun ASEAN akan memberikan nilai lebih terhadap keutuhan komunitas melalui konsep harmoni yang dibangunya [9]. Asean Security Community lahir pada pertemua Asean Summit di Bali tahun 2003 [10], dimana salah satu tujuanya adalah untuk membentuk ASEAN COMMUNITY yang didalamnya meliputi tiga pilar penting untuk menunjang fungsi dari ASEAN sebelumnya yang dirasa tidak cukup untuk mengontrol. Ketiga pilar tersebut yaitu pertama adalah Asean ecomonic community (AEC), kedua Asean security community (ASC) dan Asean socio culture community (ASCC). Ketiga pilar ini diharapkan membentuk kesepahaman Negara angota ASEAN untuk meciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial budaya yang komprehensif [11], dimana, kawasan regional Asia tenggara memiliki keterikatan secara sosial yang tidak dapat dilepaskan, maka diharapkan dengan pembentukan ASC ini dapat mencover seluruh aspek kemanan. Meski dalam kelanjutanya ASC masih perlu membentuk keamanan wilayah meritim dengan AMF agar lebih fokus terhadap keamanan wilayah maritime. Peran dari AMF dalam kawasan maritime adalah untuk menciptakan kawasan yang aman dan terkendali mengingat frekuensi ancaman non-traditional yang tidak lagi bersifat internal tetapi lebih kepada eksternal memberikan tanda bahwa AMF dapat memberikan konklusi yang tepat dan damai dengan konsep cooperative security yang dibangun. Kerjasama pertahanan bersama dalam pengawasan perbatasan ini page 3 / 8
4 dapat menjadikan hubungan yang harmonis bagi setiap Negara ataupun bilateral, sehingga dengan terciptanya stabilitas yang terkontrol kejahatan transnasional dapat ditekan. Dengan letak geografis yang strategis untuk perdagangan international menjadi tantangan tersendiri bagai AMF untuk lebih waspada terhadap ancaman transnasional. Misalnya kerjasama perairan patroli bersama di daerah perairan selat yang sering terjadi, penyelundupan senjata, penangkapan ikan ilegal, perusakan laut secara illegal dan pengamanan sumberdaya kelautan. faktor tersebut dapat dikatakan keamanan maritim sangat penting dan vital, untuk dijaga, dengan arti bahwa keamanan regional perlu ditingkatkan secara bersama-sama. Seperti contoh pada selat Malaka sebagai jalur utama pelayaran perdagangan international yang berpotensi tindak kejahatan transnasional, pembajakan, dan penyelundupan. Diselat malaka tidak mempunyai pengamanan khusus dari Negara yang bersangkutan yang juga berkepentingan untuk kelancaran perekonomian seperti Indonesia dan Singapura yang merupakan titik pelabuhan terbesar untuk barang cargo (ekspor impor). Dari contoh persolan yang dihadapi tersebut menjadi tantangan nyata bagi ASEAN dalam pembentukan AMF tersebut karena Asia tenggara dengan wilayah perairan yang besar dan strategis akan memberi pengaruh serius bagi kelangsungan ekonomi masing-masing Negara. Dari terbentuknya AMF ini diharapkan dapat menangani permasalahan regional yang kian marak di era global ini, gerakan separatism dan terrorist yang setiap saat mengancam Negara dan stabilitas regional ASEAN. Ada beberapa aspek terpentig di ASEAN maritime forum yaitu salah satunya merapatkan pintu di sektor perairan (maritime) karena ancaman transnasional banyak menggunakan fasilitas laut untuk bergerak. Inti dari peran AMF disini adalah membentuk opini kesadaran negara di Asia tenggara untuk bekerjasama dalam pengamanan wilayah perairan laut, yang menjadi titik startegis pelayaran international. serta AMF mampu menciptakan keamanan regional, dimanan wilayah negara berbatas dengan laut tanpa mengurangi kedaulatan masing-masing. Pembentukan opini ini membentuk sebuah forum untuk maritime yaitu AMF (Asean maritime forum) yang merupakan konsep dari APSC (Asean Security Political Community) [12], dari blueprint tersebut menjadi landasan pembentukan AMF tersebut. Dimana salah satu isinya adalah adanya kerjasama dalam penanganan wilayah maritime di ASEAN. KONSEP COOPERATIVE ECURITY Untuk mewujudkan keamanan dalam sebuah regionalitas yang kuat hubunganya dengan satu Negara dengan Negara lainya, seperti ASEAN dibutuhkan kesamaan untuk meciptakan keamanan bersama yang nantinya akan berimbas pada stabilitas kawasan. Melihat dari posturnya Asia tenggara ini adalah multidimensional, dimana page 4 / 8
5 mempunyai kompleksitas konflik di antara Negara-negara, yang tidak mungkin untuk diselesikan secara invidu (satate). Landasan ekonomi menjadi salah satu titik temu dimana ancaman non-traditional kian meningkat, sehingga menuntut Negara anggota ASEAN harus kolektif dalam bersama mengatasi kejahatan yang mengancam, yaitu dengan Konsep Cooperative Security. dari konsep tersebut dapat dipahami bahwa kebersamaan yang disusun dalam membina hubungan regional sangat dibutuhkan komitmen atas dasar tanggung jawab sebagai masyarakat international [13]. dari konsep yang dibentuk AMF, dalam Blueprint APSC point A.2.5 [14], konsep cooperative security dipakai untuk, menangani permasalahan maritime yang kesemua Negara memiliki permasalahan yang sama. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa keamanan maritim di ASEAN membutuhkan kesadaran keamanan bersama untuk menjaga instability kawasan karena konflik yang ditimbulkan bukan pada sengketa territorial saja tetapi cakupan ancaman non-traditonal, termasuk teroris yang akan sangat mengancam regional. pendekatan cooperative security yang dipakai dalam regional intinya adalah pada komunikasi. Dari komunikasi tersebut dapat terbentuk satu pandangan bahwa ini merupakan tanggung jawab bersama untuk menciptakan keamanan wilayah maritime sehingga tercipta kawasan Asia tenggara yang damai. KESIMPULAN Dari ulasan diatas dapat diketahui bahwa, Asia tenggara dipandang sebagai kawasan strategis dimana, Asia tenggara memiliki jalur pelayaran perdagangan international yang memiliki nilai ekonomi lebih. Karena banyaknya lalulintas pelayaran yang melewati jalur itu, menjadikan jalur ini rawan akan kejahatan, seperti perompakan, penyelundupan senjata, drug, dan human trafiking. Asean security community yang merupakan salah satu pilar utama pembentukan ASEAN community. menjadi penting untuk mengatasi isu kejahatan non-traditional, selain perkembangan ekonomi, dengan penciptaan keamanan yang stabil akan memperlancar kegiatan perekonomian, di regional Asia tenggara. Kesadaran dan kebersamaan ASEAN wajib ditumbuhkan untuk menjaga dan menciptakan kawasan yang bebas, damai dan aman. Isu kejahatan non-traditional yang meluas kebeberapa aspek, memberi dampak bagi kelangsungan hubungan bilateral negara ASEAN karena ancaman tersebut tidak hanya mempunyai arti financial yang besar namun, ada unsur politik yang dilakukan oleh non state actor juga berperan disitu, kiranya kerjasama keamanan yang dibentuk, dapat memberikan solusi untuk penciptaan keamanan regional Asia tenggara yang damai, terbuka terhadap kawasan maupun dunia international. selain menciptakan keamanan regional dan menangani isu ancaman page 5 / 8
6 non-traditional. komunitas ASEAN AMF juga bertujuan mempererat hubungan bilateral maupun multilateral khususnya ASEAN. Untuk mencakup wilayah maritime di Asia tenggara, ASEAN perlu mempetakan wilayah yang strategis serta rawan untuk ancaman, dan dengan solidaritas kebersamaan yang dibangun dalam Konsep Cooperative security dapat mendorong kerjasama yang efisien tanpa ada kepentingan national yang merugikan negara lainya, yang akan mengakibatkan disintegrasi regional. DAFTAR PUSTAKA Wanandi Jusuf. REGIONAL SECURITY ARRANGSEMENT. CSCAP (Centre For Strategic And International Studies ). JAKARTA 1996 Banyu perwita. DR, Mochamad yani. Yanyan DR. Pengantar Ilmu hubungan International. PT. Remaja rosdakarya. Bandung 2006 Asean political security community Mar :05:27 GMT ASEAN MARITIM FORUM NewsLike.aspx?l=id&ItemId=7d9b0c8e-38e a81-f8cf5af2d Mar :05:27 GMT ASEAN SECURITY POLITICAL COMMUNITY BLUEPRINT Mar :05:27 GMT. Konsep pembentukan ASEAN MARITIM FORUM. ep-pembentukan-asean maritime-forum.html. 14 Mar :05:27 GMT. page 6 / 8
7 n-di-asia-tenggara/ [1] Pembentukan AMF memprioritaskan pada, pengamanan wilayah maritime, forum dialog bagi instansi terkait untuk membahas isu-isu maritim dalam kerangka ASEAN [2] ASEAN Maritme forum convened. 30 july [3] ASEAN maritime forum 2010, [4] DR. Anak agung banyu perwita & DR. Yanyan mochamad yani.pengantar Ilmu Hubungan International Dimensi keamanan traditional non-traditional. PT. Rosda. Bandung 2006 [5] 1. Cooperation on Security Matters, 2. Cooperation on Safety of Navigation and Sea Lanes of Communication, 3.Cooperation on Maritime Environmental Protection, 4. cooperation on marine resources management. (APSC) blueprint. KTT ASEAN ke-14 di Cha-am Hua Hin, Thailand. [6] Sifat manusia: tidak bisa hidup sendiri selalu membutuhkan orang lain, dan manusia sebagai makhluk sosial, [7] Ibid, 4. Cooperative security. H-129 [8] Teritorial dalam setiap kerjasama international dipandang sebagai aspek penting mengingat batas territorial dilihat sebagai kedaulatan utuh sebuah Negara, jika itu dilanggar akan menimbulkan konflik. Maka butuh kepercayaan dalam regionalism yang dibangun ASEAN. [9] Konsep harmony: budaya yang dibentuk oleh ASEAN karena ada unsur kekeluargaan page 7 / 8
8 n-di-asia-tenggara/ [10] Severino C. Rodolvo. Toward an ASEAN security community. Institute of southeast asian studies. Singapore [11] Asean security community plan of action. [12] Bluepritn APSC. Promote ASEAN Maritim forum. Point A.2.5 [13] Ibid,. 7 [14] Ibid,.5 page 8 / 8
BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek
BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1
ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciChalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism
Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan
BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB III DAMPAK HUMAN TRAFFICKING TERHADAP ASEAN
BAB III DAMPAK HUMAN TRAFFICKING TERHADAP ASEAN 3.1 Dampak Human Trafficking Terhadap Ekonomi ASEAN Lemahnya sektor ekonomi sangat merugikan bagi perekonomian suatu negara, dimana perlu menciptakan lebih
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya berbagai bidang pada era globalisasi ini telah mempermudah manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dan mengakses bermacam-macam hal dengan sangat mudah,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciOEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA
OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciKERJASAMA INTERNASIONAL.
KERJASAMA INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mendeskripsikan kerjasama internasional Mengidentifikasi tujuan kerjasama internasional Menganalisis kerjasama ekonomi internasional Mengidentifikasi dampak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diakibatkan dari Illegal Fishing yang dari tahun ketahun terus mengalami
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Sejak meningkatnya ancaman kejahatan maritim di kawasan Selat Malaka pada tahun 2000, dan juga mempertimbangkan dampak dan kerugian yang diakibatkan dari Illegal Fishing yang
Lebih terperinciPERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 715-730 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA Katinawati
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE MATERI: ASEAN COMMUNITY DAN REALITAS BANGSA
Hari, tanggal : TERM OF REFERENCE MATERI: ASEAN COMMUNITY DAN REALITAS BANGSA Tujuan : Mencapai profil poin 1 1. A. Mahasiswa memahami secara umum salah satu aspek; sosial, ekonomi, budaya, teknologi,
Lebih terperinciMI STRATEGI
------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan
Lebih terperinciNo Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013
Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciKEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke
KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011
Lebih terperinciPara Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),
Sambutan Y. M. Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Umum Interpol Ke-85 Dengan Tema Setting The Goals Strengthening The Foundations: A Global Roadmap for International Policing
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan
Lebih terperinciPENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017
PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 Dalam perkembangan pergaulan internasional saat ini, tidak mungkin
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan penyelewengan BBM di Indonesia sudah tergolong sebagai kejahatan transnasional dan terorganisir. Hal unik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan
Lebih terperinciPENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA
SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S-1) Jurusan Hubungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA
PELUANG DAN TANTANGAN LSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA KAMARUDDIN HASAN Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Unimal, Pengiat LSM, Staf Ahli Pemberdayaan Masyarakat Program Desa wisata Wilayah VII-VIII (Sulawesi, Papua,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN
PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN (The Protection and the Conservation of Fishery Resources in the Economic Exclusive Zone Among the Asean States)
Lebih terperinciTOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL
TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciPidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011
Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU
Lebih terperinciPIAGAM ASEAN, ASEAN SOCIO-CULTURAL COMMUNITY (ASCC) BLUEPRINT DAN INDONESIA 1. Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2
PIAGAM ASEAN, ASEAN SOCIO-CULTURAL COMMUNITY (ASCC) BLUEPRINT DAN INDONESIA 1 Oleh: Yanyan Mochamad Yani 2 I. Indonesia dan Perkembangan di Kawasan Regional (ASEAN) Dinamika kawasan Asia Tenggara tidak
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciKERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG
KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi
Lebih terperinciAncaman Terhadap Ketahanan Nasional
Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional
Lebih terperinciBidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi
Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang tertuang di dalam Bab I sampai dengan Bab IV tesis ini, maka sebagai penegasan jawaban atas permasalahan penelitian yang
Lebih terperinciPENGANTAR TEKNOLOGI ILMU KEMARITIMAN DOKTRIN MARITIM INDONESIA DAN MASALAH KEAMANAN
PENGANTAR TEKNOLOGI ILMU KEMARITIMAN DOKTRIN MARITIM INDONESIA DAN MASALAH KEAMANAN Disusun Oleh: NURUL FADILLAH (140462201063) PUTRI SAPRILIA (140462201076) JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
Lebih terperinciAlur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),
Lebih terperinciInternalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak
Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat
Lebih terperinciPENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari
PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA Oleh: Ida Ayu Karina Diantari Putu Tuni Cakabawa Landra Made Maharta Yasa Program Kekhususan Hukum Internasional
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ASEAN MARITIME FORUM DALAM SISTEM INDONESIA MARITIME SECURITY
IMPLEMENTASI ASEAN MARITIME FORUM DALAM SISTEM INDONESIA MARITIME SECURITY Dina Sunyowati 1, Masitha Tismananda K 2 1 Dosen Program Pascasarjana Universitas Airlangga di bidang Hukum Laut 2 Mahasiswa Magister
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mendorong munculnya perubahan dari berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Tidak
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya
Lebih terperinciBAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the
BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation
Lebih terperinciTabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak
PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,
Lebih terperinciIndonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis
Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Imigran asal Meksiko mulai masuk ke Amerika Serikat berawal dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meksiko Negara yang paling dekat dengan Amerika merupakan penyumbang imigran terbesar di AS. Banyaknya imigran yang datang dari Meksiko terutama imigran gelap dimana
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciPERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi
PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciKONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]
KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si
ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si ISU STRATEGIS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN DALAM RPJMN 2015-2019 PENINGKATAN KAPASITAS DAN STABILITAS
Lebih terperincidalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap
BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 atau berdasarkan tahun pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004, pertumbuhan anggaran pertahanan
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinci