STRUKTUR INTERNAL PADA KUKU KUDA ABNORMAL DI LABORATORIUM ANATOMI FKH IPB KRIDO BRAHMO PUTRO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR INTERNAL PADA KUKU KUDA ABNORMAL DI LABORATORIUM ANATOMI FKH IPB KRIDO BRAHMO PUTRO"

Transkripsi

1 STRUKTUR INTERNAL PADA KUKU KUDA ABNORMAL DI LABORATORIUM ANATOMI FKH IPB KRIDO BRAHMO PUTRO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Struktur Internal pada Kuku Kuda Abnormal di Laboratorium Anatomi FKH IPB adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing, serta belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2008 Krido Brahmo Putro NIM B

3 ABSTRACT KRIDO BRAHMO PUTRO. The Internal Structure of the Abnormal Horse Hooves Collected from Laboratory of Anatomy FKH IPB. Under the supervision from NURHIDAYAT. Some abnormal in anatomical structure of the horse hooves from Laboratory of Anatomy FKH IPB were studied. The abnormal horse hooves shape found are flat foot, flared foot, knol hoef, fever rings, sand crack, club foot, contracted foot, dan bull nosed foot. The objective of this study is to observed the internal structure of the abnormal horse hooves collected from Anatomy Laboratory of FKH IPB. Twenty four hooves consisting of ten forehoof specimens and fourty hindhoof specimens were used as research material. The hooves were cut in median line sagitally to be two parts. Most of specimens showed variety of abnormality of internal structure. Some abnormalities were found are the rotation of pedal bone (os phalanx III), change in tense of tendons (deep digital flexor tendon and digital common extensor tendon), deformity of pedal bone, change of connection between corium and wall (paries ungulae), and change in shape and size of digital chusion (pulvinus digitalis). Based on the result, we concluded that the abnormalities in external structure of the hooves also changed in internal structure. Keywords: horse hoof, hoof shape, internal structure.

4 ABSTRAK KRIDO BRAHMO PUTRO. Struktur Internal pada Kuku Kuda Abnormal di Laboratorium Anatomi FKH IPB. Dibimbing oleh NURHIDAYAT. Berbagai bentuk kuku kuda abnormal di Laboratorium Anatomi FKH IPB telah diteliti sebelumnya. Bentuk kuku kuda abnormal yang telah ditemukan yaitu flat foot, flared foot, kuku umbi (knol hoef), fever rings, sand crack, club foot, contracted foot, dan bull nosed foot. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan struktur internal kuku kuda abnormal dari Laboratorium Anatomi FKH IPB. Kuku kuda yang diteliti berjumlah 24 preparat, terdiri dari 10 preparat kaki depan dan 14 preparat kaki belakang. Kuku kuda tersebut dibelah menjadi dua bagian secara sagital. Beberapa perubahan struktur internal yang ditemukan adalah rotasi os phalanx III, perubahan ketegangan tendo m. flexor digitalis profundus dan tendo m. extensor digitalis communis, deformitas os phalanx III, perubahan pertautan corium dengan paries ungulae, dan perubahan bentuk pulvinus digitalis. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara kelainan bentuk kuku dapat menyebabkan perubahan struktur internal. Kata kunci: kuku kuda, bentuk kuku, struktur internal.

5 STRUKTUR INTERNAL PADA KUKU KUDA ABNORMAL DI LABORATORIUM ANATOMI FKH IPB KRIDO BRAHMO PUTRO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

6 Judul Skripsi Nama NRP : Struktur Internal pada Kuku Kuda Abnormal di Laboratorium Anatomi FKH IPB : Krido Brahmo Putro : B Disetujui Dr. drh. Nurhidayat, MS. Pembimbing Diketahui Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Tanggal lulus:

7 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. drh. Nurhidayat,MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan rasa semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drh. Muchidin Noordin selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh pendidikan di fakultas. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf dan pegawai Laboratorium Anatomi FKH IPB yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kepada Dessy Prihatiningsih Eka Putri beserta keluarga atas semangat tiada henti, teman-teman seperjuangan di Wisma P jokz (Nanda, Jaya, Rizqi, Supriyanto, dan M. Dahlan), Bapak dan Ibu Joko, Drh. Budhy Jasa Widyananta dan Drh. Fitri Dewi Fathiyah, Drh. R. Harry Soehartono, M.appSc, Ph.D, Drh. Kemaz Aditya Dewangga, sahabat Kamisatenen Ardilasunu Wicaksono, my Band G2 (Oza, Kevin, Chandra, Rangga, Chika, Edo, Mbak Sari), teman-teman RC ers, Asteroidea 41, Gymnolaemata 40, Arthropoda 39, Aesculapius 43, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan, doa, serta semangat yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan tiada terhingga kepada Bapak dan Ibu, adik Sadarina Putri Chrisanda, serta seluruh keluarga besar alm.m. Harjono Dwidjokoesoemo dan alm.sapardji,ba yang telah tulus memberikan doa, curahan kasih sayang, serta dukungan moril dan materiil selama penulis menempuh hidup ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, sehingga perlu kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, terutama di bidang medis veteriner. Bogor, Agustus 2008 Krido Brahmo Putro

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tulungagung pada tanggal 21 September Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ir. Cahyo Brahmanto dan Ir. Hartri Kridanti. Pada tahun 1992 penulis masuk ke SDN Bago V Tulungagung dan lulus tahun Penulis melanjutkan studinya di SLTPN 1 Tulungagung hingga tahun Pada tahun yang sama, penulis masuk ke SMUN 1 Kedungwaru Tulungagung dan lulus tahun Penulis melanjutkan studi dengan mengikuti jalur USMI IPB tahun 2004 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, penulis aktif dalam kepanitiaan berbagai kegiatan kampus dan luar kampus. Penulis aktif dalam berbagai organisasi kampus seperti Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) divisi Zoonosis dan Keamanan Pangan periode 2005/2006, pengurus BEM FKH IPB departemen Olahraga, Seni dan Budaya periode 2006/2007, wakil ketua Komunitas Seni Steril periode 2006/2007, pengurus Equine Education Research and Sport Unit (EERSU) FKH IPB, serta sebagai Ketua Divisi Kuda pada Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) selama dua periode berturut-turut (2005/ /2007). Penulis juga terdaftar sebagai penerima beasiswa Yayasan Goodwill International selama periode 2008/2009.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... iii iv v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA Evolusi dan Domestikasi Kuda... 3 Klasifikasi... 6 Tulang dan Persendian pada Ekstrimitas... 8 Ligamentum Otot dan Tendo Suplai Darah dan Inervasi Saraf Daerah Digit Kuku Kuda Konformasi Kaki dan Kuku Kuda Penyakit-penyakit pada Kuku Kuda BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Rotasi Os Phalanx III Perubahan Ketegangan Tendo Deformitas Os Phalanx III Perubahan Pertautan Corium dengan Paries Ungulae Perubahan Bentuk dan Ukuran Pulvinus Digitalis Pembahasan KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 40

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Beberapa perubahan struktur internal pada kuku kuda yang dibelah secara longitudinal Perubahan bentuk dan ukuran pulvinus digitalis... 32

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Evolusi Kuda Stay apparatus kaki depan dan kaki belakang kuda Tulang kaki depan kuda Bagian-bagian os phalanx I, II, dan III Susunan ligamenta pada kaki kuda Lapisan-lapisan paries ungulae Struktur eksternal kuku kuda Konformasi kaki kuda Penampang longitudinal kuku normal kaki depan kuda Bentuk luar dan penampang longitudinal kuku kuda yang berbentuk kuku umbi Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor XIV Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor I dan III Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor XV dan VI Penampang longitudinal kuku umbi (preparat nomor VI) Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor V Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor XI Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor IX Bentuk luar kuku dan penampang longitudinal preparat nomor I dan XVIII Bentuk luar dan penampang longitudinal preparat nomor X Hoof-pastern axis... 35

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Kuda merupakan hewan piara yang telah lama didomestikasi. Pada awalnya, kuda dijadikan sebagai hewan buruan untuk dikonsumsi. Hal ini mulai dilakukan sejak ribuan tahun sebelum Masehi di daerah Eropa Utara. Di Asia, kuda mulai dipelihara sejak 4500 tahun yang lalu, dan sejak saat itulah, kuda mulai mengalami perubahan fungsi yaitu mulai digunakan untuk mengangkat beban, dan juga sebagai alat transportasi (Soehardjono 1991). Disamping itu, kuda juga dikenal dalam hal budaya, mitos, dan seni, sama halnya dengan kemampuannya di bidang transportasi, pertanian, dan militer (Anonim 2005a). Menurut Mason (1984), sebagai hewan domestik, kuda sangat dekat dengan manusia. Kuda merupakan hewan kosmopolitan dan menyebar hampir di seluruh penjuru dunia, mulai dari bagian dunia beriklim tropis sampai dingin. Berdasarkan sejarah kehidupannya, kuda mempunyai tahapan evolusi yang unik. Selain ukuran tubuh yang bertambah, satu hal yang mendapat perhatian adalah jari dan kukunya. Seiring berjalannya waktu dan kehidupan kuda yang terus mengalami perubahan, maka pada saat ini hanya terdapat satu jari dan kuku fungsional pada setiap kakinya sebagai akibat dari adaptasi ekstrim untuk dapat berlari cepat dalam waktu yang lama. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa kuku kuda mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting. Kuku kuda antara lain berfungsi sebagai pelindung os phalanx III dan sebagian os phalanx II, menumpu, menahan tubuh kuda selama berdiri dan berlari, serta membantu meredam getaran saat kaki kuda menumpu sewaktu berdiri (Hammer 1993). Di alam liar, tingkat pertumbuhan kuku kuda seimbang dengan tingkat keausannya dalam aktivitas sehari-hari. Namun demikian, akibat domestikasi dan penggunaan kuda di lingkungan yang berbeda serta pemanfaatan kuda secara berlebihan dapat menyebabkan kuku mengalami keausan. Oleh karena itu diperlukan ladam untuk kuku kuda dengan bahan yang lebih keras dan kuat daripada kuku itu sendiri, agar keausan kuku dapat ditekan (Kacker dan Panwar 1996). Kebanyakan pemilik dan perawat kuda kurang memberikan perhatian terhadap kondisi kuku kuda (Hammer 1993), sehingga kuku kuda sangat rentan terhadap kerusakan dan penyakit. Beberapa preparat kuku kuda di Laboratorium Anatomi FKH IPB telah diteliti (Dewangga et al. 2008) dan mengalami perubahan bentuk menjadi abnormal. Bentuk kuku kuda abnormal yang telah ditemukan

13 yaitu flat foot, flared foot, kuku umbi (knol hoef), fever rings, sand crack, club foot, contracted foot, dan bull nosed foot. Keadaan ini diduga juga menyebabkan perubahan struktur internal seperti perubahan letak tendo dan ligamentum, perubahan posisi tulang, kerusakan jaringan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penelitian mengenai perubahan struktur internal kuku kuda tersebut perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan internal kuku kuda yang telah mengalami perubahan bentuk menjadi abnormal. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perubahan struktur internal pada kuku kuda abnormal, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perawatan dan penanganan penyakit pada kuku kuda.

14 TINJAUAN PUSTAKA Evolusi dan Domestikasi Kuda Equidae merupakan satu-satunya famili hewan berkuku tunggal di dunia. Kuda merupakan hewan yang dapat berlari cepat, skelet kakinya yang panjang dan tidak mempunyai otot di bagian distal persendian carpus/tarsus (McBane 1995). Struktur tubuh kuda modern merupakan hasil evolusi dalam waktu puluhan juta tahun (Gambar 1). Perubahan evolusioner yang mencolok adalah bertambahnya ukuran tubuh, berkurangnya jumlah jari, dan perubahan perilaku dari pemakan tunas-tunas menjadi pemakan rumput (Mason 1984). Nenek moyang dari semua Equidae adalah Eohippus (Dawn Horse), dengan tinggi sekitar 25 cm dan diperkirakan hidup 50 juta tahun yang lalu (Kacker dan Panwar 1996). Hidup pada jaman Eocene, Eohippus mempunyai empat jari pada kaki depan dan tiga jari pada kaki belakang (Mason 1984, McBane 1995). Pada kaki depan, jari pertama yang rudimenter masih dapat ditemukan dengan bentuk yang langsing dan tidak lebih panjang dari permukaan kaki, sedangkan pada kaki belakang, sisa jari kelima dapat ditemukan dengan bentuk yang sangat kecil (Mason 1984). Setelah 10 juta tahun, Eohippus berkembang menjadi Mesohippus dengan ukuran tubuh yang lebih besar, dan tinggi tubuh mencapai 60 cm serta keempat kakinya mempunyai tiga jari (Kacker dan Panwar 1996; Edward 1994). Mason (1984) menyatakan bahwa sisa jari kelima masih terlihat pada kaki depan dengan ukuran jari tengah yang lebih besar dibandingkan dengan jari-jari lainnya dan mampu menahan sebagian kecil berat tubuhnya. Mesohippus terus mengalami perkembangan, dan beberapa spesies mempunyai adaptasi yang lebih baik untuk hidup di padang rumput daripada di hutan (Kacker dan Panwar 1996). Seiring dengan berjalannya waktu dan adaptasi yang terjadi terusmenerus, pada zaman Miocene, Mesohippus berubah menjadi Merychippus. Ukuran tubuh hewan ini semakin besar dengan tinggi tubuh mencapai 100 cm. Jari tengahnya berukuran lebih besar dari Mesohippus dan mempunyai fungsi yang paling dominan diantara kedua jari lainnya (Kacker dan Panwar 1996), sedangkan jari kedua dan keempat menjadi sangat ramping dan lebih pendek, sehingga tidak mencapai tanah (Mason 1984; Edward 1994). Pada akhir zaman Miocene dan awal zaman Pliocene, Merychippus berubah menjadi Pliohippus. Pliohippus merupakan kuda dengan kuku tunggal pertama dengan ukuran tubuh yang cukup besar dengan tinggi mencapai 125 cm

15 (Kacker dan Panwar 1996). Sebagian besar spesies Pliohippus mempunyai struktur jari kedua dan keempat yang semakin kecil dan ramping, berbentuk seperti tonjolan di dalam kulit. Perubahan ini memungkinkan Pliohippus untuk dapat berlari cepat. Perkembangan dari waktu ke waktu dengan adaptasi yang kontinyu membuat ukuran tubuhnya bertambah, sehingga Pliohippus mempunyai bentuk yang mirip dengan zebra pada zaman sekarang (Mason 1984; Kacker dan Panwar 1996). Gambar 1 Evolusi kuda (Sumber: Anonim 2005b). Pada perkembangan selanjutnya, Pliohippus berubah menjadi Equus yang lebih dikenal sebagai kuda modern. Equus merupakan kuda tipikal zaman Pleistocene. Kuda modern ini mempunyai ukuran tubuh dan kuku yang lebih besar dari seluruh nenek moyang kuda sebelumnya. Jari kedua dan keempatnya

16 menghilang, sedangkan sisa jari kelima masih dapat dilihat sebagai chesnut (Mason 1984). Berkembangnya jumlah jari pada evolusi kuda ini berkaitan dengan kebutuhan kuda untuk berlari cepat. Kombinasi ukuran tulang yang pendek pada kaki bagian atas dan tulang panjang pada kaki bagian bawah serta efek suspensi dari kuku dan ligamentum yang kuat, memungkinkan kuda untuk dapat berlari cepat (Mason 1984; May 1987). Dengan ditemukannya fosil Pliohippus, maka dapat dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara Eohippus sebagai nenek moyang kuda pertama dengan Equus sebagai kuda modern yang ada pada saat ini (Draper 2000). Satu-satunya kuda liar primitif yang masih eksis hingga sekarang adalah kuda Przewalski (Equus przewalskii) (Bennet 2005). Kuda ini memiliki hubungan yang dekat dengan keledai dan zebra, tinggi tubuh antara 1,22 m sampai 1,42 m dengan warna dun kekuningan dan mulut berwarna putih, serta tengkuk dan ekor berwarna hitam. Kuda ini mempunyai ciri khas yang lain berupa garis hitam sepanjang punggung sampai ekor dan tanda bergaris seperti zebra pada bagian kaki. Przewalski merupakan kuda liar sejati atau true wild horse (Kacker dan Panwar 1996). Menurut Mason (1984), populasi kuda Przewalski berada di Asia bagian barat dan hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9-15 ekor dengan satu kuda jantan (stallion) sebagai pemimpin. Keberadaan Przewalski terbatas hanya di padang pasir dan pegunungan bagian barat Mongolia dan barat laut China (Xinjiang) akibat adanya perburuan. Pada tahun 1980, FAO melaporkan jumlah kuda Przewalski yang masih eksis yaitu 388 ekor, terbagi atas 154 kuda jantan dan 234 kuda betina (Volf 1980 dalam Mason 1984). Kuda mulai dipelihara di Asia sejak tahun yang lalu. Dalam kehidupan sehari-hari, kuda memegang peranan penting karena dapat membantu pekerjaan manusia. Oleh karena itu, kuda mulai didomestikasi sejak ribuan tahun yang lalu (Soehardjono 1991). Menurut Bibikova (1967) dalam Mason (1984), domestikasi kuda paling awal terjadi di Eropa Timur, tepatnya di wilayah Ukraina bagian selatan. Proses domestikasi kuda berbeda dengan domestikasi hewan lain seperti anjing, kambing, domba, babi, dan sapi. Domestikasi pada kuda dilakukan setelah manusia sadar akan kegunaan hewan untuk memenuhi kebutuhannya seperti susu, wool, dan tenaga untuk menarik beban. Hal ini sangat beralasan karena selain untuk dikonsumsi dagingnya, motif lainnya adalah bahwa kuda merupakan hewan pekerja (Mason 1984).

17 Klasifikasi Menurut Getty (1975), kuda diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Subklas : Theria Infraklas : Eutheria Ordo : Perissodactylia Subordo : Hippomorpha Famili : Equidae Subfamili : Equinae Genus : Equus Spesies : Equus caballus Meskipun kuda-kuda modern mempunyai banyak perbedaan dari segi morfologi, namun semua tipe kuda domestik merupakan satu spesies, yaitu Equus caballus. Sebelumnya, terdapat kesepakatan yang telah dibuat tentang taksonomi pada hewan domestik yaitu menggunakan trinomial nomenklatur. Seperti halnya pada kuda domestik, penyusunan nama Latinnya menjadi Equus przewalskii forma caballus. Nama pertama menunjukkan nenek moyang kuda yang masih eksis sebagai true wild horse, sedangkan nama belakangnya menunjukkan bentuk domestiknya. Namun penggunaaan trinomial nomenklatur ini menjadi tidak logis karena kuda domestik dan kuda liar merupakan spesies yang sama (Mason 1984). Kaki Kuda Kaki kuda menunjukkan suatu bentuk adaptasi yang ekstrim untuk dapat berlari cepat. Kaki depan dan kaki belakang kuda mempunyai pembagian fungsi spesifik yang cenderung berbeda diantara keduanya, baik pada saat kuda istirahat maupun bergerak. Pada saat istirahat, kaki depan menopang 55%-60% dari total berat tubuh. Kaki depan juga merupakan peredam getaran yang baik saat kuda berlari cepat, terutama saat kuda mendarat dari lompatan (jumping), sedangkan kaki belakang berfungsi sebagai pendorong saat kuda berjalan dan berlari. Pada dasarnya, keempat kaki kuda ini mempunyai fungsi utama yang sama yaitu sebagai penahan tubuh dan saling bekerja sama untuk menjaga keseimbangan gravitasi dalam berbagai variasi gerakan (Dyce et al. 1996).

18 A B Gambar 2 Stay apparatus kaki depan (A) dan kaki belakang (B) kuda (Sumber: Sisson dan Grossman 1958). Kaki kuda mempunyai struktur yang kompleks, terdiri dari tulang dan persendian, ligamenta, otot-otot dan tendonya. Semua komponen ini bekerja dalam satu sistem sehingga kuda dapat melakukan aktifitas gerakannya (Emery et al. 1977). Kuda adalah hewan yang mampu berdiri dalam waktu yang lama tanpa merasa lelah. Hal ini disebabkan karena adanya suatu sistem yang dibentuk oleh otot, tendo, dan ligamenta pada kaki depan dan kaki belakang, dan sistem ini dinamakan stay apparatus (Gambar 2). Stay apparatus pada kaki depan terdiri dari serabut fibrosa m. serratus ventralis, tendo m. biceps brachii, lacertus fibrosus, tendo m. extensor carpi radialis, tendo m. extensor digitalis communis, ligamenta pada daerah ossa sesmoidea, ligamentum suspensorium (m.interosseus medius), tendo m. flexor digitalis superficialis dan profundus, dan check ligament (caput tendineum) (Sisson dan Grossman 1958). Check ligament atau yang sering disebut dengan caput tendineum merupakan ligamentum kecil yang mengikat tendo m. flexor digitalis profundus, terdiri dari radial check ligament, carpal check ligament, dan tarsal check ligament (Sigit et al. 2006). Stay apparatus pada kaki belakang kurang berkembang dibandingkan dengan kaki depan. Kaki belakang berfungsi sebagai pendorong tubuh, sehingga menyebabkan perototannya berkembang dengan baik. Stay apparatus kaki

19 belakang kuda terdiri dari m. tensor fascia latae, m. peroneus tertius, tendo m. extensor digitalis pedis longus, tendo m. flexor digitalis pedis superficialis et profundus, seta tarsal check ligament (Sisson dan Grossman 1958). Kaki depan kuda mempunyai tenunan padat khas yang disebut lacertus fibrosus. Tenunan ini terdapat dalam m. biceps brachii dan memanjang ke arah distal menyeberang ke permukaan m. extensor carpi radialis dan berjalan bersama otot tersebut melalui persendian siku, dan berakhir di tuberculum metacarpale. Lacertus fibrosus bekerja secara pasif karena tidak mempunyai fungsi kerja kontraksi dan relaksasi. Saat kuda berdiri, lacertus fibrosus menegang secara pasif untuk menahan persendian bahu, sedangkan pada saat fleksio lacertus fibrosus mengendur (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996; Sigit et al. 2006). Fungsi inilah yang membuat kuda mampu berdiri lama tanpa merasa lelah. Tulang dan Persendian pada Extrimitas Tulang-tulang extremitas berfungsi menahan berat tubuh, bekerja sebagai pengungkit dalam pergerakan, dan melindungi jaringan lunak penting dalam tubuh (Dyce et al. 1996). Tulang juga berperan dalam mineral homeostasis, suplai kalsium, fosfat, dan ion lainnya (Dyce et al. 1996). Tulang-tulang kaki kuda bagian distal terdiri dari os metacarpale pada kaki depan dan os metatarsale pada kaki belakang, os phalanx I, os phalanx II, os phalanx III, os sesamoidea proximalis, dan os sesamoidea distalis (Gambar 3). Tiap tulang mempunyai struktur, fungsi, dan ciri khas tersendiri (Hammer 1993). Gambar 3 Tulang kaki depan kuda (Sumber: Merritt 2003).

20 Ossa metacarpalia kuda terdiri dari os metacarpale II, III, dan IV. Tulang yang paling berkembang, fungsional, dan kuat adalah os metacarpale III. Tulang ini termasuk ke dalam tipe tulang panjang yang menghubungkan persendian carpus dengan os phalanx I. Dengan bentuknya yang semi silindris, tulang ini menahan sebagian besar berat tubuh kuda. Ossa metacarpalia yang lain, yaitu os metacarpale II dan IV mempunyai bentuk yang sangat kecil, terletak di sebelah medial dan lateral dari os metacarpale III bagian proksimal. Kedua ossa metacarpalia ini merupakan sisa-sisa dari proses evolusi pada kuda. Namun demikian, tulang yang biasa disebut dengan splint bone ini mempunyai fungsi yang cukup penting. Fungsi tersebut antara lain membantu kerja persendiam carpus dan membantu os metacarpale III menahan berat tubuh (Sisson dan Grosman 1958; Hammer 1993; Dyce et al. 1996). Os metacarpale mempunyai bentuk dan struktur yang tidak jauh berbeda dengan os metatarsale. Perbedaannya terletak pada bentuk corpusnya. Os metatarsale mempunyai bentuk corpus yang lebih bulat dibandingkan dengan os metacarpale (Dyce et al. 1996). Os phalanx I atau long pastern bone adalah tulang jari yang menghubungkan os metacarpale dengan os phalanx II (Gambar 3). Tulang ini membentuk sudut sekitar 55 o dengan bidang horizontal (Sisson dan Grossman 1958). Tulang ini mempunyai bentuk yang lebih besar dan tebal pada bagian proksimal dibandingkan dengan bagian distal. Permukaan dorsal dari tulang ini berbentuk konveks dan licin, sedangkan permukaan volar lebih datar. Pada bagian volar terdapat area segitiga kasar yang merupakan daerah insersio dari ligamentum sesamoideum. Pada ekstrimitas proksimalis terdapat dua cavitas glenoidalis yaitu permukaan persendian yang dipisahkan oleh suatu lekuk di tengahnya. Bagian ini berhubungan langsung dengan bagian distal dari os metacarpale membentuk suatu persendian yang dinamakan persendian gelang puyuh atau fetlock joint. Pada permukaan bagian dorsal terdapat suatu peninggian kecil atau eminentia yang berfungsi sebagai area insersio dari tendo m. extensor digitalis lateralis (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). Ekstrimitas distalis pada os phalanx I mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada ekstrimitas proksimalis. Permukaan persendiannya berhubungan dengan bagian proksimal os phalanx II membentuk suatu persendian yang dinamakan pastern joint (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996).

21 Posisi os phalanx II terletak diantara os phalanx I dan os phalanx III (Gambar 3). Bentuk tulang ini mirip dengan os phalanx I, namun ukurannya lebih kecil dan lebih kuat (Dyce et al. 1996). Permukaan persendian pada bagian proksimal berhubungan dengan bagian distal os phalanx I membentuk persendian pastern joint. Pada ekstrimitas proksimalis bagian dorsal, terdapat peninggian dengan permukaan kasar. Peninggian ini merupakan area insersio dari sebagian tendo m. extensor digitalis communis. Pada bagian volar dari ekstrimitas proksimalis juga terdapat peninggian yang merupakan area pertautan ligamentum collaterale dan insersio tendo dari m. flexor digitalis superficialis. Permukaaan bagian distal tulang ini disebut sebagai trochlear yang merupakan permukaaan persendian dan berhubungan dengan os phalanx III membentuk coffin joint (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). Os phalanx III merupakan tulang dengan bentuk berbeda dan khas dibandingkan dengan ossa phalanges yang lainnya (Gambar 4). Seluruh bagian tulang ini dilindungi oleh kuku dan terfiksir dengan baik di dalamnya. Permukaan dorsal atau facies articularis dari tulang ini berhubungan dengan os phalanx II dan sebagian dengan os sesamoidea distalis. Tepi bagian luar dari permukaan ini membentuk suatu batas yang disebut sebagai coronary border atau processus coronarius. Pada bagian tengah batas ini terdapat suatu peninggian yaitu processus extensorius. Tendo dari m. extensor digitalis communis berinsersio pada bagian ini. Tendo otot lain yang berinsersio pada tulang ini yaitu tendo dari m. flexor digitalis profundus. Tendo ini bertaut pada crista semilunaris yang terletak di bagian volar os phalanx III (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). Pada bagian volar fetlock joint, terdapat sepasang tulang irregular kecil, yaitu ossa sesamoidea proximalis (ossa sesamoideum phalangis primae) (Sisson dan Grossman 1958; Emery et al. 1977). Tulang ini terikat pada os phalanx I oleh ligamenta yang kuat. Keberadaan tulang ini berfungsi sebagai titik tumpu tendo dari otot-otot fleksor jari serta membantu fetlock joint dalam melakukan pergerakan (Sisson dan Grossman 1958; Emery et al. 1977). Tulang lain yang terdapat di daerah digit yaitu os sesamoidea distalis (os sesamoideum tertiae) atau navicular bone (Sisson dan Grossman 1958; Emery et al. 1977; Dyce et al. 1996). Os sesamoidea distalis juga berfungsi membantu coffin joint dalam pergerakannya selain bekerja sebagai titik tumpu dan tempat berjalannya tendo dari m. flexor digitalis profundus (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996).

22 Gambar 4 Bagian-bagian os phalanx I, II, dan III (Sumber: Sisson dan Grossman 1958). Pada bagian lateral dan medial os phalanx III terdapat tulang rawan yang disebut cartilago ungulae/cartilagines phalangis primae (Sisson dan Grossman 1958). Cartilago ungulae merupakan suatu plat tipis tulang rawan berbentuk melengkung dan tingginya melebihi coronary band, terletak di bagian tepi lateral dan medial os phalanx III bagian caudal (daerah heel) (Sisson dan Grossman 1958; Adams 1987). Posisi ini memungkinkan cartilago ungulae untuk diraba (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996; Kacker dan Panwar 1996). Tulang rawan ini terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu jaringan ikat (fibrous tissue) dan sebagian lagi adalah jaringan tulang rawan. Komposisi ini membuat cartilago ungulae mempunyai sifat elastis (Adams 1987). Cartilago ungulae berfungsi sebagai fiksator os phalanx III sekaligus membantu memompakan darah dari daerah kaki ke arteri jantung (Kacker dan Panwar 1996). Tulang-tulang kaki kuda ini saling bertemu membentuk suatu persendian. Persendian pada kaki termasuk ke dalam tipe persendian synovial (synovial joint) (Frandson 1992; Dyce et al. 1996). Pada tipe ini, pertemuan antara kedua tulang dipisahkan oleh ruang persendian yang berisi cairan synovial yang berfungsi

23 sebagai pelumas dan pemberi nutrisi bagi cartilago articularis (tulang rawan persendian), lapisan permukaan membran synovial, dan beberapa jaringan lain yang terdapat di dalam struktur persendian (Frandson 1992; Dyce et al. 1996). Fetlock joint atau articulatio metacarpo-phalangea merupakan persendian yang terbentuk dari hubungan antara bagian distal os metacarpus, bagian proksimal os phalanx I, dan os sesamoidea proximalis (Sisson dan Grossman 1958). Fetlock joint bekerja secara ekstensio dan fleksio, seperti sistem pengungkit (Sisson dan Grossman 1958; Emery et al. 1977). Posisi fleksio terjadi ketika kuda mengangkat kaki ke depan ataupun ke belakang (Emery et al. 1977). Gerakan ini akan memperkecil sudut antara dua segmen tulang (Dyce et al. 1996), sedangkan posisi ekstensio terjadi ketika kuda melatakkan kakinya pada tanah dan menahan berat tubuhnya pada kuku sehingga sudut diantara dua segmen tulang tersebut diperbesar (Emery et al. 1977; Dyce et al. 1996). Dalam pergerakannya, fetlock joint difiksasi oleh tiga unsur yaitu ligamentum suspensorium, os sesamoidea proximalis, dan ligamentum sesamoideum. Tiga unsur ini akan menahan gerakan ekstensio berlebihan atau over-extension (Skerrit dan McLelland 1984). Pastern joint atau articulatio interphalangea proximalis merupakan persendian yang terbentuk antara bagian distal os phalanx I dan bagian proksimal os phalanx II (Sisson dan Grossman 1958). Gerakan pada pastern joint lebih terbatas daripada fetlock joint dan terdiri dari gerakan fleksio dan ekstensio (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). Persendian ini difiksasi oleh ligamentum palmaris yang sangat pendek dan ligamentum sesamoideum yang bertaut pada os phalanx II. Persendian ini merupakan tempat injeksi obat-obat tertentu seperti dalam melakukan anaesthesi block atau pemberian lubricant persendian, tepatnya pada bagian profundal dari tendo m. extensor digitalis communis (Skerrit dan McLelland 1984). Coffin joint atau articulatio interphalangea distalis dibentuk oleh hubungan antara bagian distal dari os phalanx II, bagian proksimal dari os phalanx III, dan os sesamoidea distalis (Sisson dan Grossman 1958). Coffin joint mempunyai dua tipe pergerakan yaitu fleksio dan ekstensio dengan derajat yang sama dengan pastern joint (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). Ligamenta yang terdapat pada persendian ini yaitu ligamentum collaterale laterale et mediale, ligamentum collaterale sesamoideum laterale et mediale, dan ligamentum phalangeo-sesamoideum (Sisson dan Grossman 1958).

24 Ligamentum Ligamentum adalah struktur yang sangat kuat dan elastis. Organ ini berfungsi sebagai penghubung dan penahan tulang agar tidak bergeser (Kacker dan Panwar 1996). Ligamentum pada kaki dibagi dalam dua tipe, yaitu ligamentum berwarna putih dan ligamentum berwarna kuning. Ligamentum putih bersifat tidak elastis dan pada umumnya merupakan ligamentum penghubung antar tulang, sedangkan ligamentum kuning bersifat elastis, berfungsi sebagai penahan tekanan secara pasif dan membantu fungsi otot (Emery et al. 1977). Sisson dan Grossman (1958) menjelaskan bahwa pada daerah digit terdapat 13 ligamenta (Gambar 5). M.extensor digitalis communis tendon M.flexor digitalis superficialis tendon M.flexor digitalis profundus tendon Ligamentum suspensorium Bursa Ligamentum intersesamoideum Ligamentum annulare Fascia Branch of Ligamentum suspensorium Ligamentum collaterale sesamoideum Ligamentum collaterale sesamoideum mediale Ligamentum volaria Ligamentum annulare Cartilago ungulae Ligamentum suspensorium of os navicularis distalis Ligamentum collaterale of coffin joint Gambar 5 Susunan ligamenta pada kaki kuda (Sumber: Sisson dan Grossman 1958).

25 Otot dan Tendo Pergerakan tubuh hewan dan bagian-bagiannya merupakan akibat dari kontraksi otot, sebagai alat gerak aktif (Sisson dan Grossman 1958; Soesetiadi 1977; Dyce et al. 1996). Secara fungsional, pergerakan otot ini disebabkab oleh pergeseran filamen aktin dan myosin pada sel-sel otot (De Robertis et al. 1975). Selain untuk melakukan pergerakan, otot juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, sebagai fiksator dan stabilisator persendian kaki saat kuda berdiri, dan menahan beban tubuh yang berat agar hewan dapat berdiri (Soesetiadi 1977; Dyce et al. 1996). Dalam pertautannya dengan tulang, otototot ini dihubungkan oleh tendo (Dyce et al. 1996). Pada kuda, kaki bagian bawah tidak terdapat otot melainkan tendo-tendo yang panjang dan kuat (Hammer 1993; McBane 1995). Tendo merupakan jaringan elastis, berbentuk bulat seperti tali, terdiri dari jaringan kolagen yang teratur, dan mempunyai daya regang yang sangat besar (Soesetiadi 1977; Dyce et al. 1996). Tendo yang mencapai daerah digit yaitu tendo m. nextensor digitalis communis dan tendo m. flexor digitalis profundus et superficialis (Sisson dan Grossman 1958). Suplai Darah dan Inervasi Saraf Daerah Digit Sirkulasi darah pada daerah digit sangat tergantung pada pemuaian dan kontraksi kuku selama bergerak (Emery et al. 1977). Suplai darah utama pada daerah digit dilakukan oleh a. digitalis volaris/plantaris medialis et lateralis (Sisson dan Grossman 1958; Adams 1987). Kedua arteri ini merupakan cabang dari a. digitalis communis di daerah distal dari os metacarpale IV (splint bone) (Sisson dan Grossman 1958). Pada daerah digit, kedua arteri ini akan memasuki lubang pada bagian volar os phalanx III yaitu foramen volare. Kedua arteri ini akan bertemu dan dihubungkan oleh suatu saluran berbentuk huruf U yang disebut sebagai canalis semilunaris. Pada canalis semilunaris, kedua arteri ini membentuk banyak percabangan dan saling bertemu membentuk arcus terminalis. Percabangan arteri ini berjalan menembus os phalanx III sampai ke facies dorsalis melalui banyak lubang kecil yang disebut foramina dorsalis (Sisson dan Grossman 1958; Hammer 1993; Dyce et al. 1996). A. digitalis communis mempunyai beberapa percabangan untuk mendukung persendian, tendo, kantung synovial, ergot, dan kulit. Percabangan tersebut membentuk a. phalangis primae, a. pulvinus digitalis, ramus dorsalis phalangis secundae, ramus volaris phalangis secundae, dan a. dorsalis phalangis tertiae (Sisson dan Grossman 1958). Keberadaan buluh darah balik (vena) lebih banyak dan lebih

26 kompleks daripada arteri, sebagian besar tidak mempunyai katup, dan satu sama lain dihubungkan oleh pleksus-pleksus (Hickman dan Humphrey 1987). Selain memberi nutrisi untuk daerah digit, sistem sirkulasi daerah digit dengan struktur yang sangat kompleks ini membuat os phalanx III dan daerah sekitarnya seperti terapung, sehingga tekanan yang sangat besar dapat disamakan dan getaran atau goncangan dapat teredam dengan baik (Emery et al. 1977). Inervasi saraf utama pada daerah digit oleh n. volaris medialis et lateralis (Sisson dan Grossman 1958; Adams 1987). Saraf-saraf ini berjalan seiring dengan arteri dan vena (Emery et al. 1977; Hickman dan Humphrey 1987). Kedua saraf ini merupakan lanjutan dari n. medianus (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996). N. volaris medialis dan n. volaris lateralis dihubungkan oleh ramus communicans (Sigit et al. 2006). Kedua saraf ini masing-masing membentuk tiga cabang di daerah fetlock yaitu ramus dorsalis, ramus intermedialis, dan ramus volaris. Ramus dorsalis berjalan ke arah distal diantara arteri dan vena digitalis, kemudian menyilang di atas vena tersebut dan membentuk cabang-cabang untuk daerah kulit, corium, dan bagian dorsal kuku (Sisson dan Grossman 1958). Ramus intermedialis merupakan cabang kecil yang berjalan ke arah distal dan masuk ke dalam kuku, sedangkan ramus volaris berjalan bersama-sama ke arah distal dengan a. volaris lateralis et medialis (Sigit et al. 2006). Kuku Kuda Bagian paling distal dari ekstrimitas kuda dilindungi oleh kuku, yang terbentuk dari keratinisasi epitel kulit. Strukur ini tidak dilalui buluh darah dan bersifat insensitif. Kuku kuda merupakan pertumbuhan lanjutan dari kulit pada corona kuku. Corona kuku mengandung banyak pembuluh darah, berbentuk garis melingkar diantara ujung atas kuku dan batas rambut. Kuku kuda bersifat keras, kuat, dan elastis. Kuku kuda terdiri dari paries ungulae (wall), solea ungulae (sole), dan cuneus ungulae (frog) (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996; Kacker dan Panwar 1996). 1. Paries ungulae Paries ungulae merupakan bagian kuku yang paling luar dan dapat dilihat saat kuda berdiri. Berdasarkan topografinya, paries ungulae terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian dorsal (toe), bagian medial dan lateral (quarter), dan bagian palmar/plantar yang biasa disebut heel (Gambar 7) (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996, Kacker dan Panwar 1996). Paries ungulae tumbuh ke

27 arah distal dari epitel kulit pada coronary band melingkari os phalanx III (Emery et al. 1977). Bagian tertinggi dari paries ungulae adalah bagian dorsal (toe), kemudian semakin menurun berturut-turut ke arah palmar melalui bagian samping medial dan lateral (quarters), dan membentuk sudut di bagial heel yang disebut bar (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996; Kacker dan Panwar 1996). Paries ungulae terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis terluar atau stratum externum, lapis tengah atau stratum medium, dan lapis dalam atau stratum internum (Gambar 6) (Dyce et al. 1996). Struktur dinding terluar dari kuku kuda terdiri dari tubulus-tubulus yang sangat kecil. Ruangan antar tubulus ini diisi oleh lapisan sel tanduk yang sangat rapat, sehingga terdapat hubungan yang kompak diantara tubulus (Emery et al. 1977). Bagian ini mempunyai konsistensi yang sangat keras dan semakin lunak pada lapisan dalam terutama pada bagian yang berhubungan dengan lamina (Kacker dan Panwar 1996). Permukaan bagian tengah (stratum medium) merupakan bagian yang paling besar dan berpigmen, sedangkan lapis dalam (stratum internum) tidak berpigmen. Stratum internum terdiri dari lapisan tanduk yang berhubungan dengan lapis sensitif (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996). Paries ungulae pada kuda dari coronet dapat tumbuh + 2,5 cm ( + 1 inchi ) dalam waktu tiga bulan (Hickman dan Humphrey 1987). Kuku kuda membutuhkan waktu rata-rata 9-12 bulan untuk tumbuh total mulai dari toe, quarter, sampai heel. Namun demikian, pertumbuhan kuku kuda tidak selalu sama, tergantung pada nutrisi, kelembaban, temperatur, dan aktivitas kuda (Hickman dan Humphrey 1987). A B C Gambar 6 Lapisan-lapisan paries ungulae A. Stratum internum; B. Stratum medium; C. Stratum externum (Sumber: Dyce et al. 1996).

28 2. Solea ungulae Solea ungulae merupakan bagian terbesar dari permukaan kuku bagian bawah (Gambar 7). Struktur ini membatasi paries ungulae dan cuneus ungulae. Solea ungulae dan paries ungulae dibatasi oleh white line (Emery et al. 1977; Dyce et al. 1996; Kacker dan Panwar 1996). Solea ungulae berbentuk konkaf, sehingga hanya tepi paries ungulae dan cuneus ungulae yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah (Dyce et al. 1996). Solea ungulae terdiri dari bagian sensitif dan insensitif. Bagian sensitif berhubungan langsung dengan periosteum dari os phalanx III, sedangkan bagian insensitif terbuat dari tubulus tanduk yang pendek yang tumbuh dari papilla sensitif solea ungulae (Hammer 1993). Pada kuku kuda yang normal, tubulus pada solea ungulae tumbuh dengan sudut yang hampir sama dengan tanah (Hickman dan Humphrey 1987). Sudut ini dibentuk antara quarter dengan bar yang biasa disebut angle of the sole (Dyce et al. 1996). Fungsi utama solea ungulae adalah sebagai pelindung area sensitif di bagian dorsalnya, dan menahan berat di sekitar batas sensitif area (Hickman dan Humphrey 1987). Paries ungulae Cuneus ungulae Solea ungulae Gambar 7 Struktur eksternal kuku kuda (Sumber: Anonim 2004c). 3. Cuneus ungulae Cuneus ungulae merupakan suatu bantalan lunak, elastis, dan berbentuk segitiga (Hickman dan Humphrey 1987; Dyce et al. 1996; Kacker dan Panwar 1996). Cuneus ungulae terletak diantara solea ungulae dan bar, mengisi bagian

29 palmar kuku. Salah satu bagian kuku ini terdiri atas jaringan lunak dan elastis, didukung oleh sekresi lemak dari suatu kelenjar yang terdapat di bawah lapisan bantalan kuku (pulvinus digitalis). Sekresi lemak ini berfungsi untuk menjaga konsistensi cuneus ungulae (Dyce et al. 1996). Dengan konsistensinya yang lunak dan elastis, cuneus ungulae dapat berfungsi membantu memompa darah kembali ke arah kaki (Emery et al. 1977; Hammer 1993). Konformasi Kaki dan Kuku Kuda Konformasi kaki dan kuku kuda yang baik merupakan penunjang tubuh yang penting dan membantu pergerakan kuda secara keseluruhan (Hickman dan Humphrey 1987). Kaki kuda mempunyai banyak variasi dalam bentuk, tergantung pada tipe dan breed (Drummond 1988). Kedua faktor ini harus dipertimbangkan untuk mengevaluasi konformasi seekor kuda (Kacker dan Panwar 1996). Konformasi pada kaki kuda berpengaruh terhadap bentuk kuku, distribusi berat tubuh, dan gerakan kaki. Konformasi kaki yang buruk merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan kuku dan kepincangan (Adams 1987; Kacker dan Panwar 1996). Dalam menilai konformasi kaki, kuda harus diamati dalam keadaan istirahat dan bergerak (Adams 1987; Kacker dan Panwar 1996). Untuk kaki depan, kaki haruslah lurus jika dilihat dari anterior (Gambar 8 A). Jika ditarik garis bayangan dari point of shoulder (pertengahan dari persendian os scapula dan os humerus) turun ke arah distal melalui persendian carpus sampai daerah os phalanx I, haruslah membagi kaki depan sama besar, sedangkan dari sisi lateral (Gambar 8 B), garis bayangan turun dari tuber spinae os scapulae sampai ke tanah dan membagi kaki sama besar sampai di fetlock joint. Untuk kaki belakang, kaki dilihat dari arah posterior (Gambar 8 C), garis bayangan turun dari tuber ischii melewati tuber calcis dari os tarsi fibulare sampai os phalanx I dan membagi kaki belakang sama besar. Sisi lateral (Gambar 8 D), garis bayangan turun dari tuber ischii dari os coxae melewati persendian tarsus dan os metatarsus III, sampai pada tanah sekitar 7,5-10 cm di sebelah posterior heel (May 1987; Kacker dan Panwar 1996; Dyce et al. 1996). Kuku pada kaki depan mempunyai sudut terhadap tanah yang lebih landai dibandingkan dengan kuku pada kaki belakang. Pada kuku depan, sudut yang dibentuk antara paries ungulae bagian toe dengan tanah berkisar antara 45 o sampai 50 o, sedangkan sudut kuku pada kaki belakang yaitu 50 o sampai 55 o (Adams 1987; May 1987; Dyce et al. 1996). Paries ungulae pada bagian lateral

30 dan medial sebaiknya sama panjang dengan kemiringan yang cukup (Adams 1987; Hickman dan Humphrey 1987; May 1987). Konstruksi paries ungulae lebih tebal pada bagian toe daripada bagian yang lain (Hickman dan Humphrey 1987). Dilihat dari posterior, heel memiliki ketinggian yang sama, dan bagian-bagian dari paries ungulae (toe, quarter, heel) haruslah mempunyai ketinggian dengan perbandingan yang proporsional (May 1987). Solea ungulae haruslah berbentuk konkaf dan cuneus ungulae sebaiknya berukuran cukup besar dan elastis (Hickman dan Humphrey 1987; Adams 1987; May 1987). A B C D Gambar 8 Konformasi kaki kuda. A. Tampak anterior kaki depan, B. Tampak lateral kaki depan, C. Tampak posterior kaki belakang. D. Tampak lateral kaki belakang. (Sumber: Adams 1987). Penyakit-penyakit pada Kuku Kuda Kuku merupakan organ tubuh yang penting bagi kehidupan kuda. Kuku kuda mempunyai fungsi dan peran yang cukup berat, sehingga rentan akan terjadinya kelainan dan penyakit. Kelainan atau penyakit-penyakit pada kuku kuda dapat disebabkan oleh kelainan konformasi, faktor kongenital, kesalahan penapalan, perawatan yang tidak baik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kuku kuda harus selalu dirawat secara baik dan teratur. Beberapa penyakit kuku yang sering terjadi pada kuda antara lain laminitis, corns, trush, bruished sole, buttress foot, quittor, bursitis podotrochlearis, navicular disease, dan lain sebagainya. Selain itu, kuku juga dapat mengalami kelainan bentuk atau perubahan konformasi seperti contracted foot, flat foot, club foot, flared foot, serta hoof crack.

31 Laminitis adalah penyakit kuku kuda berupa peradangan pada lamina kuku (Belschner 1969; Jones 1988; Fathauer 2006). Penyakit ini disebabkan oleh asupan karbohidrat berlebihan, retensio placenta, meminum air dingin yang berlebihan, lantai pijakan yang keras, pemusatan berat tubuh pada satu kaki saja, dan lain sebagainya (Belschner 1969; Kelly 1984; Jones 1988). Laminitis dapat terjadi secara akut, subakut, sampai dengan kronis dan dapat menyerang satu sampai empat kuku (Rossdale dan Ricketts 1980). Pada kasus akut, kuda mengalami kesulitan berdiri dengan menumpukan kaki pada heel yang ditandai dengan kaki depan dijulurkan lebih ke cranial, sedangkan pada kasus subakut, gejala klinis yang ditimbulkan mirip dengan kasus akut (Rossdale dan Rickets 1980; Kelly 1984). Keduanya dapat berlanjut menjadi kasus kronis. Pada kasus kronis, laminitis dicirikan dengan perubahan bentuk kuku (Rossdale dan Ricketts 1980). Solea ungulae menjadi konveks dan paries ungulae bagian toe menjadi lebih konkaf, cenderung horizontal dengan heel lebih tegak (Rossdale dan Ricketts 1980; Kelly 1984). Pada tahap ini, terjadi kelemahan pertautan antara os phalanx III dengan paries ungulae, sehingga terjadi rotasi pada os phalanx III (Kelly 1984). Pada kuku normal, facies dorsalis dari os phalanx III membentuk sudut yang sejajar dengan paries ungulae (Gambar 9). Corns adalah keadaan memar yang terjadi pada daerah solea ungulae yang sensitif yaitu diantara bar dan paries ungulae. Penyakit ini biasa menyerang kaki depan, dan lebih sering terjadi pada heel bagian dalam dibandingkan bagian luar. Corns biasanya ditandai dengan adanya hemorhagi, warna kemerahan hingga coklat, bengkak, adanya rasa sakit, sehingga menimbulkan kepincangan. Penyebab corns sering dihubungkan dengan adanya kelainan konformasi kuku seperti flat foot dan contracted foot. Kesalahan penapalan juga menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya corns (Belschner 1969; Jones 1988). Selain itu, kuku kuda juga rentan terhadap infeksi. Trush adalah infeksi yang terjadi pada kuku dan jaringan tanduk lainnya. Kondisi ini dapat menyebabkan terpisahnya cuneus ungulae dan solea ungulae dengan lapisan corium di bagian dorsalnya. Kondisi alas kandang yang selalu basah dan perawatan kuku yang buruk menyebabkan terjadinya infeksi yang kemudian berjalan menjadi trush. Jamur dan mikroorganisme anaerob menjadi penyebab utama terjadinya infeksi (Kelly 1984; Adams 1987; May 1987; Jones 1988).

32 Ligamentum sesamoideum obliquus Corium millitans Periople Ligamentum sesamoideum M. flexor digitalis profundus tendon Corium coronaries Paries ungulae Corium lamellatum Cuneus ungulae M. flexor digitalis profundus tendon Corium soleare soleare Gambar 9 Penampang longitudinal kuku normal kaki depan pada kuda. (Keterangan: garis kuning= facies dorsalis dari os phalanx III sejajar dengan paries ungulae) (Sumber: Sisson dan Grossman 1958). Aktivitas kuda dapat meningkatkan resiko trauma. Bruished sole adalah luka atau trauma yang terjadi pada solea ungulae akibat benda-benda tajam seperti paku, batu, jalanan yang tidak rata, dan lain sebagainya. Faktor predisposisi penyakit ini antara lain adalah kondisi permukaan tanah yang tidak rata serta adanya kelainan lain yaitu dropped sole (kuku penuh/solea ungulae yang turun), sehingga sole ungulae lebih mudah mengalami trauma (Kelly 1984). Buttress foot merupakan kebengkakan yang terjadi pada daerah coronary band bagian depan. Kebengkakan ini terjadi karena adanya abses, low ringbone, atau fraktura os phalanx III (Adams 1987). Penyakit lain yang dapat terdeteksi dari coronary band bagian lateral tersebut yaitu quittor. Quittor merupakan infeksi dan nekrosa pada cartilago ungulae (Jones 1988). Penyakit ini dapat sebagai lanjutan dari pododermatitis suppuratif yang merupakan peradangan pada pododermis bagian solea ungulae disertai pernanahan (Nurhidayat et al. 2002). Cartilago ungulae merupakan jaringan elastis yang tidak dilalui pembuluh darah, sehingga jika terjadi trauma atau infeksi, maka cartilago ungulae tidak dilindungi oleh pertahanan tubuh. Gejala klinis quittor antara lain kebengkakan pada coronary band bagian lateral dan adanya kantung discharge pada coronary band dekat heel (Jones 1988).

33 Bursitis podotrochlearis merupakan peradangan pada bursa podotrochlearis yaitu bantalan yang terdapat antara tendo m. flexor digitalis profundus dan os sesamoide distalis (Nurhidayat et al. 2004). Peradangan ini diakibatkan oleh tekanan yang berlebihan akibat kontraksi tendo m. flexor digitalis profundus. Pada keadaan ini, cairan bursa diproduksi secara berlebihan untuk mengurangi rasa sakit. Kondisi ini merupakan salah satu predisposisi terjadinya navicular disease. Navicular disease merupakan salah satu bentuk kronis kepincangan kuda akibat rusaknya os sesamoidea distalis (navicular bone) (May 1987). Pada kasus yang parah, perubahan terjadi pada bagian os sesamoidea distalis yang berhubungan dengan tendo m. flexor digitalis profundus. Selain itu, terjadi erosi pada cartilago ungulae, penebalan tendo, dan kerusakan bursa podotrochlearis (May 1987). Pada beberapa kasus, terjadi pertumbuhan tulang baru pada bagian lateral dan medial os sesmoidea distalis. Gejala klinis yang nampak adalah kuda lebih sering menumpu pada ujung toe karena rasa sakit yang timbal pada bagian heel (May 1987, Jones 1988). Kelainan pada kuku yang lain adalah contracted foot. Contracted foot adalah kelainan kuku yang ditandai dengan heel yang sempit. Kasus ini lebih sering ditemukan di bagian quarter dan heel pada kaki depan. Kondisi ini ditandai dengan kuku yang lebih sempit dibanding kuku normal. Faktor predisposisinya adalah kesalahan dalam penapalan, sehingga cuneus ungulae tidak menerima tekanan normal dari tanah yang mengakibatkan kontraksi pada heel (Belschner 1969). Flat foot merupakan salah satu bentuk kuku kuda abnormal ditandai dengan sudut kuku yang landai dan heel yang rendah dan tipis. Beberapa ahli menyatakan bahwa flat foot mungkin disebabkan oleh faktor kongenital (Adams 1987, Hammer 1993). Flat foot lebih sering terjadi pada kaki depan dibandingkan dengan kaki belakang. Pada kondisi ini, kuda lebih banyak menumpu pada bagian heel untuk mengurangi tekanan pada solea ungulae. Flat foot merupakan salah satu predisposisi terjadinya bruished sole (Adams 1987). Kondisi lain adalah bentuk kuku club foot. Club foot dicirikan dengan sudut kuku yang curam dan heel yang tinggi. Club foot yang terjadi pada satu kaki (unilateral), diperkirakan penyebabnya adalah luka atau taruma sehingga kaki tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dan sehingga heel menjadi tinggi, sedangkan pada kasus bilateral, club foot diakibatkan oleh faktor keturunan dan defisiensi nutrisi (Adams 1987). Flared foot merupakan salah satu

Hoof Hoof Tracak, kuku yg menyelubungi phalanx distal, structure keseluruhan musculoskeletal palanx distal, Pars distalis phalanx media (os coronale), articulatio interphalanx distal (coffine joint),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali dan Kukunya Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi lokalyang merupakan plasma nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO.

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO. Static and Dinamyc Konig, HE., Liebich, HG., 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO., Rock, S., Horowitz, A., Berg. R., 2009, Anatomy

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ADAPTASI LOKOMOSI BERLARI Melibatkan gerakan cyclic dan berulang anggota gerak (stride=satu siklus anggota gerak pada gait tertentu) Gait = satu kali

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. manusia, entah itu diambil tenaganya, kecepatannya, bahkan dagingnya sebagai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. manusia, entah itu diambil tenaganya, kecepatannya, bahkan dagingnya sebagai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Umum Kuda Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk kepentingan manusia, entah itu diambil tenaganya, kecepatannya, bahkan dagingnya sebagai makanan. Kuda (Equus

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

GAMBARAN KALSIUM DARAH PADA PERIODE KEBUNTINGAN DAN KANDUNGAN KALSIUM DALAM SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH CANDRA ELISSAR YAFIZHAM

GAMBARAN KALSIUM DARAH PADA PERIODE KEBUNTINGAN DAN KANDUNGAN KALSIUM DALAM SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH CANDRA ELISSAR YAFIZHAM GAMBARAN KALSIUM DARAH PADA PERIODE KEBUNTINGAN DAN KANDUNGAN KALSIUM DALAM SUSU PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH CANDRA ELISSAR YAFIZHAM DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali dan Kukunya Perkembangan sapi bali di Indonesia sangat signifikan dibandingkan ras sapi potong pada umumnya. Hal tersebut disebabkan sapi bali lebih diminati oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Umum Kuda Kuda termasuk golongan hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya (Blakely dan Bade, 1994).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Diagnosis Kasus Laminitis berdasarkan Klinis dan Penyebab Laminitis Kuda yang didiagnosis menderita laminitis terdiri atas tiga ekor kuda betina dan tiga ekor kuda

Lebih terperinci

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B04103159 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Monyet Ekor Panjang MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae. Seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. Ordo Perissodactyla ini terdiri dari dari dua subordo, tiga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DANI WANGSIT NARENDRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK DANI

Lebih terperinci

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN JARINGAN UJI KHASIAT BUAH MERAH (Pandanus conoideus) SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT KERUSAKAN HATI AGUSTIN ZAHARIA PADERI

KAJIAN PERUBAHAN JARINGAN UJI KHASIAT BUAH MERAH (Pandanus conoideus) SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT KERUSAKAN HATI AGUSTIN ZAHARIA PADERI KAJIAN PERUBAHAN JARINGAN UJI KHASIAT BUAH MERAH (Pandanus conoideus) SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT KERUSAKAN HATI AGUSTIN ZAHARIA PADERI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK AGUSTIN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

Kejadian Kuku Aladin pada Sapi Bali The Occurence Turkish Sliperry Hoof on Bali Cattle

Kejadian Kuku Aladin pada Sapi Bali The Occurence Turkish Sliperry Hoof on Bali Cattle Kejadian Kuku Aladin pada Sapi Bali The Occurence Turkish Sliperry Hoof on Bali Cattle INNA RAKHMAWATI 1), I WAYAN BATAN 2), I KETUT SUATHA 3) Laboratorium Diagnosis Klinik Veteriner 2), Laboratorium Anatomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK LABORATORIUM BASIC ANIMAL JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR 2016 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh AHMAD SUHAELY F14103065 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus. Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.) WENI KURNIATI DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKERAN

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) 1 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 Populasi badak Sumatera kini semakin berkurang...

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SEL MAST PADA KULIT DAN PERITONEUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL DIABETES MELITUS DENGAN STREPTOZOTOSIN AHMAD NURHAKIM

DISTRIBUSI SEL MAST PADA KULIT DAN PERITONEUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL DIABETES MELITUS DENGAN STREPTOZOTOSIN AHMAD NURHAKIM DISTRIBUSI SEL MAST PADA KULIT DAN PERITONEUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL DIABETES MELITUS DENGAN STREPTOZOTOSIN AHMAD NURHAKIM FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 Sesungguhnya

Lebih terperinci

SUDUT KUKU SAPI BALI SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Untutk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

SUDUT KUKU SAPI BALI SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Untutk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan. SUDUT KUKU SAPI BALI SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Untutk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Oleh Anggi Windo Marta 0909005065 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama kuda dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia, zaman dahulu kuda digunakan untuk alat transportasi karena kuda mempunyai tenaga yang cukup besar dan memiliki

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK SITI RUKAYAH. Gambaran Sel

Lebih terperinci

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE (IBD) PADA AYAM PEDAGING YANG DIVAKSIN IBD KILLED SETENGAH DOSIS DAN DITANTANG DENGAN VIRUS IBD CHARLES JONSON SIREGAR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi BAHAN AJAR Mata Kuliah : Kinesiologi Kode Mata Kuliah : IOF 219 Materi : Sendi A. Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

Bentuk dan Kelainan Kuku Sapi Bali yang Dipelihara Dalam Kandang Berlantai Keras

Bentuk dan Kelainan Kuku Sapi Bali yang Dipelihara Dalam Kandang Berlantai Keras Bentuk dan Kelainan Kuku Sapi Bali yang Dipelihara Dalam Kandang Berlantai Keras (HOOF STRUCTURE AND ABNORMALITIES IN BALINESE CATTLE MAINTAINED IN HARD-FLOORED CAGE) Zaidany Alfanandyah 1, Sri Kayati

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA 1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MULTIVITAMIN DAN KAJIAN GAMBARAN DARAH MERAH PADA DOMBA PRIANGAN (Ovis aries) YANG DIBERI STRES TRANSPORTASI

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MULTIVITAMIN DAN KAJIAN GAMBARAN DARAH MERAH PADA DOMBA PRIANGAN (Ovis aries) YANG DIBERI STRES TRANSPORTASI EFEKTIFITAS PEMBERIAN MULTIVITAMIN DAN KAJIAN GAMBARAN DARAH MERAH PADA DOMBA PRIANGAN (Ovis aries) YANG DIBERI STRES TRANSPORTASI YULIA SUCI RAHMADANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG. Achmad Farajallah, Sirkulasi kedua1

STRUKTUR JANTUNG. Achmad Farajallah, Sirkulasi kedua1 STRUKTUR JANTUNG Jantung amfioksus pembuluh darah yang berkontraksi di posisi jantung vertebrata homolog dengan jantung embrional vertebrata Skema Umum Jantung Vertebrata tabung memanjang beruang empat,

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA Carica papaya L. UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN IKAN LELE DUMBO Clarias sp YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila AGUNG SETIAJI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 713 Try Out Ke-3 Kelas XI SMA IPA PEMBAHASAN TO-3 KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 halaman 10 dari 8 halaman Website: www.quin.web.id, e-mail: belajar yuk@hotmail.com 713 Try Out Ke-3

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESAR SUDUT KUKU SAPI BALI (Measurement of the Angle Nail Bali Cattle) ABSTRAK

PENGUKURAN BESAR SUDUT KUKU SAPI BALI (Measurement of the Angle Nail Bali Cattle) ABSTRAK Indonesia Medicus Veterinus Januari 1 5(1) : 3- PENGUKURAN BESAR SUDUT KUKU SAPI BALI (Measurement of the Angle Nail Bali Cattle) Anggi Windo Marta 1, Sri Kayati Widyastuti, Iwan Harjono Utama 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B

GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B GAMBARAN MORFOLOGI DAN FREKUENSI TAHAPAN SPERMATOGENESIS PADA DOMBA GARUT BASRIZAL B04103026 DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci