Aplikasi i-sky Innovation Untuk Pemantauan Tanaman Padi. Sidik Mulyono

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aplikasi i-sky Innovation Untuk Pemantauan Tanaman Padi. Sidik Mulyono"

Transkripsi

1 Aplikasi i-sky Innovation Untuk Pemantauan Tanaman Padi Sidik Mulyono Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstrak: Perkembangan emisi gas rumah kaca telah menimbulkan peningkatan suhu di permukaan bumi, yang berdampak pada mencairnya es di kutub, meningkatnya curah hujan, kejadian cuaca ekstrim, serta pergeseran musim. Selain faktor alam, perubahan iklim (climate change) ini juga dipicu oleh pertumbuhan populasi global dan pertumbuhan industri, yang dapat mengancam ketahanan pangan dunia. Pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim ini. Berbagaimacam upaya telah dilakukan agar aktifitas pertanian dapat berkesinambungan ( climate-smart agriculture), sehingga mampu meningkatkan produktifitas pertanian, beradaptasi, mengurangi pengaruh gas rumah kaca, dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Di Indonesia, perubahan iklim ini telah mengubah musim tanam menjadi lebih pendek, serta menimbulkan ancaman kegagalan panen akibat musim kemarau yang berkepanjangan serta serangan hama dan penyakit. Dalam makalah ini akan dibahas upaya adaptasi perubahan iklim melalui pembangunan model prediksi kebutuhan air dan pupuk sawah padi dengan aplikasi teknologi inderaja. Model ini menggunakan prinsip siklus fenologi tanaman padi yang diperoleh dari nilai normalized difference vegetation index (NDVI) citra satelit Moderate Resolution Imaging Spectradiometer (MODIS) dipadukan dengan metode heuristik yang disebut dengan i-sky (eye in the sky) innovation atau inovasi mata di langit. Dengan inovasi ini memungkinkan kita dapat mengetahui sedini mungkin dampak perubahan iklim, seperti kegagalan panen. Informasi yang diperoleh dari model prediksi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan di daerah dalam mengantisipasi kondisi terburuk dampak dari perubahan iklim. Kata kunci: perubahan iklim, teknologi inderaja, MODIS, NDVI 1. Latar Belakang Perubahan iklim (climate change) telah menyebabkan terjadinya kekacauan pola musim, khususnya di Indonesia. Cuaca yang tidak menentu membuat para petani sulit dalam memperkirakan waktu untuk mengelola lahan dan memanen. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata dengan siklus hidrologi yang terganggu, menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang dan musim hujan menjadi lebih pendek tetapi dengan intensitas tinggi, serta mengakibatkan berkurangnya kelembaban tanah. Akibatnya akan timbul berbagai ancaman bencana bagi sektor pertanian. Ancaman bencana yang paling sering merugikan sektor pertanian adalah hidrometeorologi (banjir, kekeringan dan angin puting beliung), yang berdampak serius terhadap lingkungan, produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Karena pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim ini, maka sektor ini perlu melakukan berbagaimacam upaya agar aktifitas pertanian 1

2 dapat berkesinambungan ( climate-smart agriculture), sehingga mampu meningkatkan produktifitas pertanian, beradaptasi, mengurangi pengaruh gas rumah kaca, dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Di sisi lain, penentuan jadwal penanaman padi pada umumnya dipengaruhi oleh faktor alam, seperti kondisi cuaca, suhu udara, dan ketersediaan air. Akan tetapi, khusus di Indonesia, faktor alam tersebut tidak menjadi acuan utama untuk menentukan jadwal penanaman padi, melainkan tergantung dari jadwal aliran irigasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk setiap wilayah, yaitu dengan menerapkan sistem golongan air. Selain itu, jadwal penanaman padi juga dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat kearifan lokal para petani setempat. Kondisi seperti ini mengakibatkan pola tanam padi di Indonesia menjadi bersifat kompleks, karena jadwal kalender tanam untuk setiap daerah berbeda, bahkan di satu daerah yang samapun sering terjadi perbedaan jadwal tanam yang sangat signifikan. Hal ini dapat terdeteksi dengan mudah melalui pengenalan fenologi tanaman padi di setiap lokasi (Ga mbar 1 (a) dan (b)). Oleh karena itu, kompleksitas ini menjadi kendala dalam memperoleh informasi yang benar yang dapat digunakan untuk melakukan analisis secara kuantitatif, termasuk dalam menentukan luas baku sawah di Indonesia. Gambar ini juga sekaligus membuktikan bahwa salah satu dampak dari perubahan iklim adalah terjadinya pergeseran jadual tanam untuk setiap musim yang sama di area yang sama. (a) (b) Gambar 1. Kompleksitas pola tanam yang terlihat dari ketidakteraturan fenologi tanaman padi di Kabupaten (a) Karawang dan (b) Indramayu (Sidik Mulyono, 2015) 2

3 i-sky (eye in the sky) Innovation merupakan salah satu dari 107 inovasi Indonesia yang memperoleh penghargaan dari Business Innovation Center (BIC) tahun 2015, yaitu inovasi baru dalam melakukan prediksi maupun pemantauan pertumbuhan tanaman padi berbasis data besar penginderaan jauh (remote sensing big data technology) atau disingkat menjadi inderaja, baik dengan resolusi temporal tinggi maupun resolusi spasial tinggi, yang dipadukan dengan metode heuristik secara cepat dan akurat, dalam rangka menghadapi tantangan kompleksitas pertanian di Indonesia akibat perubahan iklim,. Dengan memanfaatkan variabel spektral dari data besar inderaja tersebut, dapat dilakukan prediksi produksi panen padi di seluruh lahan persawahan Indonesia yang lebih cepat, tepat, handal, serta mudah digunakan pada tingkat operasional, dibanding dengan metode konvensional di atas. Selain itu, informasi yang dihasilkan berupa prediksi fase tumbuh tanaman padi ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kapan panen akan berlangsung, sehingga dari informasi tersebut pemerintah dapat mengatur suatu sistem strategi antisipasi penyiapan air irigasi, bibit tanaman, pupuk, persediaan beras serta sistem penyaluranya secara nasional. Teknologi ini sudah divalidasi dengan data lapangan, dan menghasillkan akurasi sebesar 89,58%. 2. i-sky innovation untuk pemantauan tanaman padi Satelit remote sensing di angkasa, sebagai mata di langit ( eye in the sky) memberikan informasi tentang intensitas pantulan cahaya matahari di muka bumi yang ditunjukkan dalam nilai reflektansi cahaya dengan rentang panjang gelombang mulai dari cahaya tampak hingga (visible light) hingga cahaya dekat infra merah ( near infra red light). Nilai reflektansi ini akan berbeda untuk setiap objek di bumi, dengan demikian informasi ini dapat digunakan untuk mengenali objek padi sekaligus memantau pertumbuhan padi. Yaitu dengan menggunakan indeks kehijauan atau NDVI ( normalized difference vegetation index) dalam kurun waktu tertentu, maka akan diperoleh kurva kosinus terbalik yang menunjukkan pola fenologi tanaman padi. Gambar 2. Pendekatan kurva fenologi dalam mendeteksi fase tumbuh tanaman padi Gambar 2 menjelaskan kedudukan dari masing-masing fase tumbuh tanaman padi pada kurva fenologi menggunakan data citra satelit secara runtun waktu. Garis hijau, merah, dan ungu pada gambar ini masing-masing menunjukkan profil NDVI, turunan pertama dari profil NDVI, dan turunan kedua dari profil NDVI. Metode yang digunakan adalah algoritma 3

4 heuristik berbasis indeks spektral (SHM-5) untuk mendeteksi 5 fase tumbuh utama tanaman padi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Untuk dapat membangun metode heuristik ini, diperlukan data citra MODIS 250 m dalam runtun waktu tertentu. Mengingat siklus tanaman padi di Indonesia adalah sekitar 120 hari, dan dengan mempertimbangkan perbedaan jadwal tanam sekitar ±20%, maka runtun waktu yang ideal untuk digunakan dalam deteksi fase tumbuh padi adalah sebanyak 1,4 kali dari masa siklus tanam, yaitu 168 hari. Dengan demikian jumlah runtun waktu data MODIS untuk komposit 8 harian yang diperlukan adalah sebanyak 21 set. Pertama-tama dihitung nilai NDVI dari citra MODIS sebanyak 21 set ini dengan menggunakan persamaan (1). dimana masing-masing adalah nilai reflektansi permukaan dari pita red dan near infrared, yang terdapat di dalam citra MODIS 250m. Setelah terbentuk kurva runtun waktu NDVI, kemudian kedua kurva tersebut dihaluskan menggunakan metode penghalusan Savizki-Golay dengan polinomial pangkat 4. Kurva NDVI yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam algoritma SHM-5 untuk mendeteksi fase tumbuh tanaman padi. Hasil pendeteksian fase tumbuh ini disimpan ke dalam bentuk data kubik. Dalam hal ini seluruh data diolah menggunakan program IDL, dan seluruh hasil disimpan ke dalam format band sequential (BSQ), dengan demikian seluruh hasil dapat ditampilkan berdasarkan runtun waktu yang diharapkan. (1) Gambar 3. Algoritma SHM-5 untuk mendeteksi 5 fase tumbuh tanaman padi 4

5 Adapun penjelasan untuk lima fase tumbuh tanaman padi adalah sebagai berikut. a. Fase Persiapan Lahan (plowing stage) Biasanya pada fase ini, para petani melakukan persiapan lahan dengan cara mengairi sawah, membersihkan gulma, dan meratakan permukaan tanah dengan cara membajak. Oleh karena itu, pada fase ini objek didominasi oleh air dan lumpur, dan diindikasikan dengan nilai turunan pertama dari profil EVI bernilai negatif. b. Fase Vegetatif (vegetative stage) Fase ini diawali dengan proses pemindahan bibit padi dari persemaian ke lahan sawah, lalu diikuti dengan pertumbuhan anakan dan pertumbuhan tunas hingga daun merimbun menutupi seluruh permukaan sawah, sehingga objek air dan tanah sudah tidak terlihat lagi, yang diindikasinya dengan nilai turunan pertama dari profil EVI bernilai positif. c. Fase Reproduktif (reproductive stage) Fase ini ditandai dengan aktifitas reproduksi tanaman padi, yaitu batang yang mulai mengandung malai, diikuti dengan keluarnya malai dari dalam batang hingga berbunga, yang diindikasikan dengan nilai turunan pertama dari profil EVI bernilai positif. d. Fase Pematangan (ripening stage) Bunga padi yang telah keluar berkembang menjadi bulir padi yang mengandung saripati beras, diikuti oleh proses pelayuan daun dan menguning, dan turunan pertama profil EVI berubah menjadi negatif. Fase ini akan berakhir ketika bulir padi sudah mulai mengeras. e. Fase Panen dan Pasca Panen (harvesting & post harvested stage) Fase panen akan terjadi saat bulir padi mulai matang dan mengeras, serta daun hampir menguning seluruhnya, yaitu posisi titik ini dekat dengan titik minimum turunan pertama dari profil NDVI, atau nilai NDVI yang berada antara 0.4 dan 0.5. Karena masa panen ini cukup singkat, maka kejadian ini akan jarang terekam oleh citra MODIS 500 m dengan komposit 8 harian. Oleh karena itu, fase panen digabung dengan fase pasca panen. Hasil pendeteksian lima fase tumbuh tanaman padi menggunakan algoritma SHM-5 ini telah divalidasi terhadap data hasil pengamatan lapangan. Hasil validasi pendeteksian fase tumbuh tanaman padi terhadap data pengamatan lapangan ini dibuat ke dalam bentuk confusion matrix 5x5 (Tabel 1) dan nilai akurasi kappa mencapai 89.58%. Tabel 1. Confusion matrix untuk validasi algoritma SHM-5 Field Campaign A B C D E hm of SHM

6

7 Gambar 4. Deteksi fase tumbuh tanaman padi menggunakan algoritma SHM-5 untuk segmen Indramayu 7

8 Gambar 5. Deteksi fase tumbuh tanaman padi menggunakan algoritma SHM-5 untuk segmen Karawang 4. Algoritma untuk Mendeteksi Lahan Sawah Dari penelitian sebelumnya tentang pendeteksian lahan sawah, Son et al. (2014), Khobkhun et al. (2013), dan Gumma et al. (201 1) melakukan pendeteksian lahan sawah (1 kali panen, 2 kali panen, dan 3 kali panen) dan objek non sawah dengan menggunakan fenologi NDVI secara runtun waktu selama 46 rangkaian citra MODIS (setara dengan setahun), yaitu dengan mengidentifikasi jumlah puncak kurva NDVI yang muncul dalam kurun waktu setahun tersebut dengan pola tanam yang hampir seragam. Pada sub-bab sebelumnya, telah dibahas algoritma untuk menentukan fase tumbuh tanaman padi menggunakan SHM-5. Dengan menggunakan fenologi runtun waktu tertentu, maka algoritma heuristik ini juga dapat digunakan untuk menentukan sawah. Prinsip dasar penentuan objek sawah adalah dengan memeriksa keberadaan seluruh fase berturut-turut dalam suatu fenologi runtun waktu 168 hari (8 hari x 21 set citra). Apabila dalam satu piksel dalam kurun waktu tersebut terdapat seluruh fase tumbuh (vegetatif, reproduktif, pematangan, panen, dan pengolahan lahan), maka piksel tersebut diindikasikan sebagai sawah. Sementara itu, yang membedakan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah fase penggenangan air pada saat persiapan lahan yang tidak terdapat pada sawah tadah hujan. Algoritma pendeteksian sawah dapat dilihat pada Gambar 6. Secara visual dapat dijelaskan dalam Gambar 7 untuk contoh objek sawah dan Gambar 8 untuk contoh objek bukan sawah. Untuk keperluan eksperimen, digunakan 21 set citra MODIS 500 m dari tanggal 15 April 2010 sampai dengan 22 September 2010 untuk beberapa kabupaten yang mewakili sentra produksi beras di provinsi Jawa Barat. Hasil pendeteksian sawah di 10 kabupaten ini lalu divalidasi menggunakan tabel luas baku sawah tahun 2010 dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian yang telah dipaduserasikan dengan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) (Tabel 2), hasil validasi ditunjukkan pada Gambar 9, 10, dan 11. 8

9 Gambar 6. Algoritma pendeteksian lahan sawah irigasi (teknis dan non-teknis) dan sawah tadah hujan Gambar 7. Contoh objek sawah yang dideteksi menggunakan algoritma SHM-5 9

10 Gambar 8. Contoh objek bukan sawah yang dideteksi menggunakan algoritm No Tabel 2. Luas baku sawah berdasarkan data Pusdatin Kementerian Pertanian dan BPN tahun 2010 Luas Sawah (Ha) Total luas sawah Kabupaten Irigasi Non Irigasi (ha) 1 Karawang 99,625 4, ,217 2 Subang 84,350 7,642 91,991 3 Indramayu 113,176 5, ,767 4 Sumedang 16,953 13,405 30,358 5 Majalengka 36,513 14,449 50,962 6 Sukabumi 14,364 40,974 55,338 7 Tasikmalaya 13,422 30,519 43,941 8 Cirebon 53, ,272 9 Cianjur 29,535 36,698 66, Garut 23,316 22,527 45,843 Tabel 3. Luas baku sawah hasil algoritma SHM-5 Luas Sawah (Ha) Total luas sawah No Kabupaten Irigasi Tadah (ha) hujan 1 Karawang 100,600 20, ,875 2 Subang 74,825 28, ,350 3 Indramayu 10, , ,525 4 Sumedang 2,250 5,950 8,200 5 Majalengka 4,850 21,675 26,525 10

11 6 Sukabumi 11,050 7,850 18,900 7 Tasikmalaya 4,725 11,325 16,050 8 Cirebon 31,875 12,775 44,650 9 Cianjur 18,525 19,650 38, Garut 12,500 10,225 22,725 R 2 = RMSE = Gambar 9. Hasil validasi baku sawah irigasi R 2 = RMSE = Gambar 10. Hasil validasi baku sawah non irigasi 11

12 R 2 = RMSE = Gambar 11. Hasil validasi baku sawah total Dari gambar tersebut diketahui bahwa akurasi pendeteksian sawah irigasi, sawah non irigasi, dan total sawah menggunakan algoritma SHM-5 masing-masing adalah 95.26%, 20.11%, 95.70%, dengan nilai galat masing-masing adalah ha, ha, dan ha. Pendeteksian sawah irigasi menggunakan algoritma ini terlihat sangat baik, akan tetapi pendeteksian sawah non-irigasi ini terlihat masih rendah akurasinya. Hal ini dapat disebabkan citra MODIS yang digunakan adalah resolusi spasial 250x250 m 2 atau setara dengan 6.25 ha sawah, sedangkan kebanyakan sawah non-irigasi di pulau Jawa tidak memiliki luas seperti itu untuk setiap lokasi, sehingga citra MODIS tidak mampu mendeteksi sawah non-irigasi dengan tepat. Di sisi lain, pendeteksian untuk sawah pada umumnya dapat dilakukan dengan baik menggunakan algoritma SHM-5 ini, walaupun untuk memperoleh nilai sesungguhnya di lapangan, perlu dikalibrasi secara linier dengan persamaan berikut ini. dimana dan menunjukkan prediksi luas sawah di lapangan dan deteksi luas sawah menggunakan algoritma SHM-5. (2) 5. Kesimpulan i-sky Innovation merupakan inovasi baru dalam melakukan prediksi maupun pemantauan pertumbuhan tanaman padi berbasis data besar penginderaan jauh, yang dipadukan dengan metode heuristik secara cepat dan akurat, dalam rangka menghadapi tantangan kompleksitas pertanian di Indonesia akibat perubahan iklim. Dengan memanfaatkan variabel spektral dari data besar inderaja tersebut, dapat dilakukan prediksi produksi panen padi di seluruh lahan persawahan Indonesia, serta sekaligus dapat mendeteksi sawah terkini. Dibanding dengan metode konvensional, metode ini sangat efektif karena tidak membutuhkan operator di lapangan, lebih cepat, tepat, handal, serta mudah digunakan pada tingkat operasional. Selain itu, informasi yang dihasilkan berupa prediksi fase tumbuh tanaman padi ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kapan panen akan berlangsung, 12

13 sehingga dari informasi tersebut pemerintah dapat mengatur suatu sistem strategi antisipasi penyiapan air irigasi, bibit tanaman, pupuk, persediaan beras serta sistem penyaluranya secara nasional. Adapun keunggulan dari teknologi ini adalah sebagai berikut: a. Cepat dan akurat Pengamatan dapat dilakukan sekaligus dalam cakupan area yang sangat luas, dan hasil prediksi telah divalidasi menggunakan data lapangan. Selain itu jumlah fase tumbuh padi ini terbagi ke dalam 5 kelas, sehingga prediksi waktu panen lebih dapat dipertanggung-jawabkan. b. Handal Selama ini, kendala yang paling utama dalam pemanfaatan citra satelit adalah tutupan awan, yang dapat mengakibatkan kesalahan fatal dalam analisis. Karena inovasi ini menggunakan teknik penghalusan di dalam pembentukan kurva fenologi, maka pengaruh awan dapat diabaikan dan tetap dapat menghasilkan prediksi panen yang akurat. c. Sekaligus mendeteksi sawah terkini Dengan teknik khusus, dari informasi fase tumbuh ini dapat diperoleh informasi lahan sawah terkini. d. Konsisten Karena metode prediksi yang digunakan adalah menggunakan pendekatan profil fenologi, maka hasil prediksi untuk setiap waktu akan terjamin konsisten secara urutan fase tumbuh. Gambar 12. i-sky innovation i-sky innovation ini selain dimanfaatkan untuk pertanian padi, juga dapat digunakan untuk memantau komoditas pertanian lainnya, seperti pertanian jagung, kedelai; perkebunan kayu, sawit, teh, kakao, dll. Turunan dari informasi fase tumbuh ini adalah berupa informasi 13

14 mengenai kebutuhan air irigasi, pupuk, dan bibit dalam waktu dekat, sehingga mampu menghadapi tantangan perubahan iklim secara cepat. Informasi lainnya adalah berupa waktu panen serta potensi produksi mendatang, serta prediksi gagal panen melalui pendeteksian fenologi tanaman padi. Daftar Pustaka Sidik Mulyono, Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Deteksi Fase Tumbuh Padi dengan Metode Heuristik dan Prediksi Panen Padi dengan Pembelajaran Mesin, Disertasi Doktor Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015 Sidik Mulyono, M. Sadly, M. Ivan Fanany, T. Basaruddin, A New Heuristic Decision Tree and Time-invariant Detection of Paddy Growth Stages from MODIS Data, Journal of Theoritical and Applied Information Technology 2015 Sidik Mulyono, Harisno, Mahfudz Amri, M. Ivan Fanany, T. Basaruddin, Kernel-based Regularized Learning for Time-Invariant Detection of Paddy Growth Stages from MODIS Data, Asian Conference on Intelligent Information and Database Systems 2015 Business Innovation Center, Indonesia 107 Innovations, ISBN: , Edisi N.T. Son, Chi-Farn Chen, Cheng-Ru Chen, Huynh-Ngoc Duc, Ly-Yu Chang, A Phenology- Based Classification of Time-Series MODIS Data for Rice Crop Monitoring in Mekong Delta, Vietnam, Remote Sensing Open Access 2014, 6, ; doi: /rs Murali Krishna Gumma, Andrew Nelson, Prasad S. Thenkabail, and Amrendra N. Singh, Mapping rice areas of South Asia using MODIS multitemporal data, Journal of applied remote sensing , Vol. 5, 2011 Boonyasith Khobkhun, Akara Prayote, Preesan Rakwatin, and Natasha Dejdumrong, Rice phenology monitoring using PIA time series MODIS imagery, 10 th International conference computer graphics, Imaging and visualization, 2013 Arief Anshory Yusuf & Herminia Francisco, Climate Change Vulnerability Mapping for Southeast Asia, Economy and Environment Program for Southeast Asia Gerald C. Nelson, Mark W. Rosegrant, Jawoo Koo, Richard Robertson, Timothy Sulser, Tingju Zhu, Claudia Ringler, Siwa Msangi, Amanda Palazzo, Miroslav Batka, Marilia Magalhaes, Rowena Valmonte-Santos, Mandy Ewing, and David Lee, CLIMATE CHANGE Impact on Agriculture and Costs of Adaptation, International Food Policy Research Institute Washington, D.C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi tanaman pangan perlu dilakukan untuk mencapai

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 F3.33 Prediksi Luas dan Produksi Panen untukketahananpangan Nasionaldengan Teknologi Pengindraan Jauh (Remote Sensing) Dr. Arief Darmawan, M.Sc. Ir. Sidik Mulyono, M.Eng. Dr. Moeljono Widjaja Evie Avianti,

Lebih terperinci

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC) 1234567 89111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112123456789111121234567891111212345678911112

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan makanan untuk dapat tumbuh dan melakukan aktivitas sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. membutuhkan makanan untuk dapat tumbuh dan melakukan aktivitas sehari-hari. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian menjadi hal yang sangat penting mengingat setiap manusia membutuhkan makanan untuk dapat tumbuh dan melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satunya beras yang

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Januari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Februari 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan di

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah Jawa

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, serta tidak lepas dari pengaruh angin muson barat maupun angin muson timur. Dalam kondisi normal, angin muson barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan Pola hujan di Jawa Barat adalah Monsunal dimana memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan posisi geografis diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera

Lebih terperinci

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM? KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM? * Parwati Sofan, Nur Febrianti, M. Rokhis Khomarudin Kejadian kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah pada pertengahan bulan September

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM 141 VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map (2010) diantaranya adalah meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 disusun berdasarkan hasil pengamatan dari 60 stasiun dan pos hujan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Alih fungsi lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan suatu kawasan. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING)

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING) REVIEW JURNAL INTERNASIONAL TENTANG PENGINDRAAN JAUH (REMOTE SENSING) Poin Review Judul Jurnal Remote Sensing of the Seasonal Variability of Penulis/Peneliti Abstract Pendahuluan Vegetation in A Semi-Arid

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi lapangan pertanian (Hernanto, 1995). Organisasi

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 serta Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun dan pos hujan

Lebih terperinci

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi

Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim. Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi Kebijakan Ristek Dalam Adaptasi Perubahan Iklim Gusti Mohammad Hatta Menteri Negara Riset dan Teknologi Outline Perubahan Iklim dan resikonya Dampak terhadap lingkungan dan manusia Kebijakan Iptek Penutup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Tanaman kelapa sawit awalnya

Lebih terperinci

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM MINAPADI SEBAGAI UPAYA PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI PROVINSI JAMBI Yusma Damayanti Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRACT... xiii

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

Buku Pedoman Pemanfaatan Aplikasi Simotandi. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n

Buku Pedoman Pemanfaatan Aplikasi Simotandi. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, sehingga publikasi buku pedoman Pemanfaatan Aplikasi SIMOTANDI telah dapat diselesaikan tepat waktu. Buku pedoman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ESTIMASI PRODUKTIVITAS PADI MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK DETEKSI KEKERINGAN PERTANIAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN WILONA OCTORA

ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN WILONA OCTORA ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2002-2012 WILONA OCTORA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. produksi padi akan berdampak langsung pada sekuritas makanan nasional pada

BAB I. PENDAHULUAN. produksi padi akan berdampak langsung pada sekuritas makanan nasional pada BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada negara-negara di Asia terutama Indonesia, padi adalah salah satu tanaman pertanian yang penting dan merupakan makanan pokok. Berkurangnya produksi padi akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION 3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION Reddy, K.R. and H.F. Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity. Chapter 2. p. 2 10. Awan 1. Climate 2. Altitude Rta Rd RI Rpd 3. Land suitability 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi (Oryza Sativa) Tanamanpadimerupakantanamansemusim,termasukgolonganrumputrumputandenganklasifikasisebagaiberikut:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Ketahanan Pangan Nasional BAB II TEORI DASAR 2.1 Ketahanan Pangan Nasional Program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras penduduk Indonesia. Indikasi ini bahkan

Lebih terperinci

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur) Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur) Diah Witarsih dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS. 5214.32 PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA JAWA BARAT TAHUN 2010-2014 ISSN: - Nomor Publikasi: 32.530.15.01 Katalog BPS: 5214.32 Ukuran Buku: 19 cm x 28 cm Jumlah Halaman: vii + 71 halaman

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandungan air kanopi (Canopy Water Content) sangat erat kaitannya dalam kajian untuk mengetahui kondisi vegetasi maupun kondisi ekosistem terestrial pada umumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC,2001), konsentrasi gas-gas rumah kaca, khususnya CO2, CH4, dan N2O dalam dua abad terakhir

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu rangkaian penelitian yang mencakup analisis pewilayahan hujan, penyusunan model prediksi curah hujan, serta pemanfaatan

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun

Lebih terperinci

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b) BAB I PENGANTAR Guna melakukan budidaya tanaman, agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal, maka harus memerhatikan syarat tumbuh tanaman, sebab setiap jenis tanaman memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS). TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi

Lebih terperinci

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air

UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN. Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air UPAYA DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air SUBSTANSI I. PENDAHULUAN II. DAMPAK KENAIKAN PARAS MUKA AIR

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemetaan Fase Pertumbuhan Padi Berdasarkan Analisa Pola Reflektan dengan Data Hiperspektral Studi Kasus : Kabupaten Karawang

Optimalisasi Pemetaan Fase Pertumbuhan Padi Berdasarkan Analisa Pola Reflektan dengan Data Hiperspektral Studi Kasus : Kabupaten Karawang Optimalisasi Pemetaan Fase Pertumbuhan Padi Berdasarkan Analisa Pola Reflektan dengan Data Hiperspektral Studi Kasus : Kabupaten Karawang M. A. Rauf Syafriyyin 1) dan Bangun Mulyo Sukojo 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh hampir setengah penduduk dunia. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci