Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Management Therapy of Anemia in Patients with Chronic Kidney Disease
|
|
- Doddy Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Ahmad Ismatullah Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Anemia sering dijumpai pada sebagian besar pasien gagal ginjal ronik (CKD). Hanya 3 % penderita yang menjalani hemodialisis mempunyai hemoglobin normal dan 25 % memerlukan transfusi berulang. Anemia pada CKD paling sering terjadi karena defisiensi eritropoietin (EPO) tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempermudah terjadinya anemia. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin 10 % atau hematokrit 30 %. Pasien Ny. Sytm usia 46 tahun datang ke unit Hemodialisa RSAM untuk melakukan hemodialisis rutin. Saat datang pasien tidak ada keluhan.pasien rutin HD setiap minggu 2 kali HD dan saat ini sudah melakukan HD rutin selama 2 tahun. Pasien pertama kali didiagnosis GGK pada September Sejak awal manjalani HD pasien mengaku mengkomsumsi obat secara teratur yang diberikan oleh dokter yaitu Bicnat 1x1 tablet, Asam Folat 1x5 mg/tab. Pasien juga mengkonsumsi obat Antihipertensi Amlodipin 1x10 mg/tab. Setiap kali HD pasien juga mendapat terapi rutin yaitu injeksi EPO/Hemapo 3000 IU/xHD, injeksi Vit C 100 mg/xhd, dan dalam sebulan terakhir ditambahkan oleh dokter injeksi Iron sucrose 100 mg/hd. Riwayat transfusi 2 kantong darah sebanyak 4 kali sejak awal HD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran: CM, TD: 140/90 mmhg, HR: 88 x/menit, RR : 20 x/menit, BB/TB: 53kg/155cm, IMT: 22. Conjunctiva anemis, sklera anikterik, pemeriksaan cor dan pulmo normal, Ekstremitas tidak ada oedem dan akral hangat.penatalaksanaan Anemia secara adekuat pada pasien GGK akan meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu terapi yang adekuat dapat mempertahankan target Hb pasien sehingga mengurangi kebutuhan pasien untuk dilakukan transfusi. Kata kunci: anemia, eritropoietin, gagal ginjal kronik, hemoglobin Management Therapy of Anemia in Patients with Chronic Kidney Disease Abstract Anemia is common in most patients with chronic renal failure (CKD). Only 3 % of hemodialysis patients had normal hemoglobin and 25 % require repeated transfusions. Anemia in CKD most often occurs due to deficiency of erythropoietin (EPO) but there are other factors that may facilitate the occurrence of anemia. Evaluation of anemia begins when hemoglobin levels 10 % or hematocrit 30 %. The pastien, Mrs. Sytm, 46 years old, came to Haemodialysis unit for routine hemodialysis. When it comes patients had no complaints. Patients routinely HD 2 times every week. The patients have been doing HD routine since 2 years ago. Patients have been diagnosed CRF in September Since the beginning of HD, patients regularly consume drugs that given by doctors such as Bicnat 1x1tablet, Folic Acid 1x5 mg/tab. Patients also taking antihypertensive medication amlodipine 1x10 mg/tab. Patients also received routine therapy is the injection of EPO/Hemapo 3000 IU/XHD, injection Vit C 100 mg/xhd, and since a month ago, given by doctor an injection Iron sucros 100 mg/hd. Patients had a history of transfusion two blood bags in four times since the start of HD. On physical examination found the awareness CM, BP 140/90 mmhg, HR 88 x/mnt, RR 20 x/mnt, W/H 53kg/155cm, IMT 22. Conjunctiva anemis, sklera anikterik, normal in chest examination, no edema in extremity.management of anemia adequately in patients with CRF will improve the quality of life. adequate treatment can also maintaining Hb target and reducing the patient's need for transfusion. Keywords: anemia, erythropoietin, chronic renal failure, hemoglobin Korespondesni: Ahmad Ismatullah, S.Ked, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Pendahuluan Ginjal adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Ginjal berfungsi mengatur sekresi sisa metabolisme dan mempertahankan zat-zat yang berguna bagi tubuh, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dan elektrolit tubuh. Selain itu ginjal juga berperan penting mengatur tekanan darah, pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) dan beberapa fungsi endokrin lainnya. 1 Pada penyakit gagal ginjal kronik (GGK), ginjal artinya telah mengalami kerusakan fungsional maupun struktural. Kerusakan bersifat irreversible sehingga semua fungsi ginjal akan terganggu. 2 Penderita gagal ginjal kronik (GGK) di dunia semakin lama semakin meningkat. Pada sebagian pasien GGK sering diikuti kejadian anemia. Dari seluruh penderita yang mengalami GGK, sekitar 25 % memerlukan transfusi darah berulang dan hanya 3 % yang memiliki hemoglobin (Hb) normal. Pada penderita GGK juga didapatkan penurunan hematokrit (Ht) yang mulai tampak J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
2 pada LFG (laju filtrasi glomerulus) ml/menit. 3 Anemia pada GGK terutama disebabkan karena defisiensi relatif dari eritropoietin (EPO), namun ada faktor-faktor lain yang dapat mempermudah terjadinya anemia, antara lain memendeknya umur sel darah merah, inhibisi sumsum tulang, dan paling sering defisiensi zat besi dan folat. 3 Anemia yang terjadi pada pasien GGK dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien. Selain itu anemia pada pasien GGK juga meningkatkan terjadinya morbiditas dan mortalitas. 3 Kasus Pasien Ny. Sytm usia 46 tahun datang ke unit Hemodialisa RSAM untuk melakukan hemodialisis rutin, tidak ada keluhan lain saat pasien datang. Pasien rutin HD setiap minggu 2 kali HD dan saat ini sudah melakukan HD rutin selama 2 tahun. Pasien pertama kali didiagnosis GGK pada September 2013, pada saat itu pasien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas, lemah badan, pucat, bengkakbengkak pada kedua tungkai, dan frekuensi BAK yang semakin jarang dengan urin yang sedikit. Kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan didapatkan Hb 8,6 mg/dl; ureum 80 mg/dl; dan creatinin 11,2 mg/dl. Pasien kemudian dianjurkan untuk melakukan HD rutin. Pasien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi sejak tahun 2010, riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus tidak ada. Menurut pasien sejauh ini penyakit yang pernah diderita adalah batuk, pilek, demam dan sembuh ketika berobat ke dokter praktik umum. Dalam keluarga, Ibu pasien juga memiliki penyakit Hipertensi sejak muda. Namun tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan sesak nafas, pucat, dan bengkak di kaki seperti yang dialami pasien. Aktivitas sehari hari pasien bekerja sebagai guru honorer di sekolah dasar.saat bekerja pasien mengaku jarang minum air putih.pasien tidak memiliki riwayat meminum obat-obatan atau jamu-jamu tradisional. Sejak awal manjalani HD pasien mengaku mengkomsumsi obat secara teratur yang diberikan oleh dokter yaitu Bicnat 1x1 tablet, Asam Folat 1x5 mg/tab. Untuk hipertensi yang dimilikinya pasien mengkonsumsi obat Antihipertensi Amlodipin 1x10 mg/tab. Pasien juga mendapat terapi rutin saat HD yaitu injeksi EPO/Hemapo 3000 IU/xhd, injeksi Vit C 100 mg/xhd, dan dalam sebulan terakhir ditambahkan oleh dokter injeksi Iron sucrose 100 mg/hd. Selama 2 tahun menjalani HD, pasien pernah 4 kali dirawat di rumah sakit karena keluhan lemah badan dan pucat.setelah dilakukan pemeriksaan darah rutin diketahui bahwa Hb pasien rendah, kemudian dilakukan transfusi sebanyak 2 kantong darah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 140/90 mmhg, nadi 88 x/menit, pernafasan 20 x/menit, TB 155 cm, BB 53 kg, IMT 22, kesan gizi cukup. Mata konjunctiva tampak anemis, sklera anikterik, leher tidak ada perbesaran KGB, pemeriksaan cor dan pulmo dalam batas normal, abdomen dalam batas normal, Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak ada oedem, dan akral hangat. Pembahasan Gagal ginjal kronik hampir selalu disertai dengan kejadian anemia. 1 Anemia pada GGK disebabkan oleh banyak faktor. Walaupun demikian kejadian anemia pada GGK tidak sepenuhnya berkaitan dengan penyakit ginjalnya, adanya defisiensi zat besi ataupun kelainan pada eritrosit harus lebih dahulu disingkirkan untuk menegakkan diagnosis anemia pada GGK. 2 pasien ini telah 2 tahun menjalani hemodialisis rutin di unit hemodialisa RSAM. Seperti yang dijelaskan pada kepustakaan bahwa GGK hampir selalu disertai dengan kejadian anemia. Pada pemeriksaan terakhir didapatkan Hb pasien 8,6 g/dl. Anemia yang terjadi pada pasien ini kemungkinan berkaitan dengan penyakit ginjalnya. Pasien tidak memiliki riwayat kelainan eritrosit, namun anemia karena defisiensi zat besi belum bisa disingkirkan karena pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan status besi. Anemia pada pasien dengan GGK utamanya disebabkan kurangnya produksi eritropoetin (EPO) oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang mempermudah terjadinya anemia antara laindefisiensi zat besi, inflamasi akut maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu, kondisi komorbid seperti hemoglobinopati J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
3 dapat memperburuk anemia pada pasien GGK. 3 Untuk lebih lengkapnya, perhatikan Tabel 1. Tabel 1. Etiologi Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik. 3 Etiologi Penjabaran etiologi Penyebab Defisiensi relatif dari utama eritropoietin Penyebab tambahan Kondisi komorbidit as Kekurangan zat besi Inflamasi akut dan kronik Pendeknya masa hidup eritrosit Bleeding diathesis Hiperparatiroidisme/ fibrosis sumsum tulang Hemoglobinopati, hipotiroid, hipertiroid, kehamilan, HIV, autoimun, obat imunosupresif Tujuan penatalaksanaan anemia pada GGK adalah mencapai target Hb > 10 g/dl dan Ht > 30 %. 3 Target Hb tersebut dapat dicapai dengan cara pengelolaan konservatif ataupun dengan terapi eritropoetin (EPO). Apabila pada terapi konservatif target Hb tidak tercapai maka dilanjutkan dengan terapi EPO. 4 Pada pasien ini terdapat riwayat dirawat di rumah sakit karena keluhan lemah badan dan pucat. Hal ini menandakan bahwa anemia pada pasien sudah terjadi berulang selama pasien menjalani hemodialisis. Karena target Hb tidak dapat dicapai dengan cara konservatif maka pada pasien ini dilakukan terapi eritropoetin. Menurut kepustakaan, terapi eritropoetin diindikasikan untuk pengobatan anemia pada GGK. Pemberian terapi EPO dilakukan apabila penyebab anemia adalah karena defisiensi eritropoetin. Eritropoetin secara konsisten menjaga dan memperbaiki kadar Hb dan Ht, penggunaan EPO juga dapat menurunkan kebutuhan transfusi pada pasien GGK. 4 Menurut rekomendasi KDIGO, terapi EPO diindikasikan apabila pada beberapa kali pemeriksaan didapatkan Hb <10 g/dl dan Ht <30%, selain itu juga harus sudah disingkirkan penyabab lain dari anemia. 4 Terapi EPO pada pasien GGK dengan anemia diberikan dengan syarat kadar feritin serum > 100 mcg/l dan saturasi transferin > 20 %, pasien juga disyaratkan tidak sedang mengalami infeksi berat. Terapi EPO dibagi menjadi 2 fase yaitu fase koreksi dan fase pemeliharaan. Tujuan fase koresi adalah untuk mengoreksi anemia renal hingga target Hb dan Ht tercapai. 4 Rekomendasi KDOQI menyebutkan bahwa target hemoglobin pada pasien GGK adalah 11 hingga 12 g/dl. Menurut beberapa penelitian klinik hemoglobin pada level tersebut terbukti meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan morbiditas. 5 Pada pasien ini mendapat terapi EPO 3000 IU subkutan, dan diulang 2 kali seminggu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada fase koreksi pemberian terapi EPO dimulai dengan IU subkutan, diulang 2-3 kali seminggu selama 4 minggu.respon yang diharapkan dari pasien adalah kenaikan Hb 1-2 g/dl dalam 4 minggu atau kenaikan Ht 2-4 % dalam 2-4 minggu. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan setiap 4 minggu. Apabila target respon tercapai maka dosis EPO dipertahankan hingga target Hb tercapai (> 10 g/dl). Namun bila masih belum mencapai target respon maka dosis EPO dinaikkan 50 %. Apabila setelah kenaikan dosis tersebut Hb naik > 2,5 g/dl atau Ht naik > 8 % dalam 4 minggu maka sosis EPO diturunkan 25 %. 5,6 Fase pemeliharaan dilakukan apabila Hb sudah mencapai target > 10 g/dl.fase pemeliharaan dimulai dengan dosis 1-2 kali 2000 IU/minggu.Pemantauan Hb dan Ht dilakukan setiap bulannya sedangkan status besi diperiksa setiap 3 bulan. Apabila pada fase pemelharaan Hb mencapai >12 g/dl (dan status besi cukup) maka dosis EPO fase pemeliharaan perlu diturunkan 25%.Apabila pasien gagal mencapai taget Hb dan Ht setelah pemberian EPO selama 4 sampai 8 minggu, artinya respon pasien terhadap terapi EPO tidak adekuat. 5,6 Gagalnya respon terhadap terapi EPO seringkali disebabkan karena bersamaan dengan defisiensi besi, hal ini dapat dikoreksi dengan pemberian zat besi per oral. Penambahan folat mungkin juga diperlukan pada beberapa pasien. 7 Pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan status besi secara rutin, keterbatasan ini dikarenakan biaya pemeriksaan yang cukup mahal sehingga tidak semua pasien dapat diperiksa status besi secara rutin. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab tersering gagalnya respon terhadap terapi EPO adalah karena defisiensi besi. 7 Namun diagnosis pasti anemia defisiensi besi pada pasien ini belum dapat ditegakkan karena pemeriksaan penunjang yang menilai kadar feritin serum belum dilakukan. J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
4 Terapi penunjang lain terkadang diperlukan agar terapi EPO optimal, seperti suplementasi asam folat, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, vitamin D dan vitamin E. 8 Pada pasien ini diberikan tablet asam folat 5 mg peroral setiap hari. Pasien juga mendapat terapi penunjang lain berupa injeksi vitamin C 100 mg setiap kali menjalani hemodialisis. Pada pasien anemia defisiensi besi fungsional yang mendapat terapi EPO dosis vitamin C yang dianjurkan pada pasien adalah 300 mg diberikan secara intravena. 9 Pada pasien ini diberikan terapi iron sucrose 100 mg parenteral. Manfaat suplementasi besi parenteral adalah untuk terapi pencegahan defisiensi besi pada pasien hemodialisis. Suplementasi besi juga efektif mengisi cadangan besi sumsum tulang. 9 Ada beberapa keadaan yang merupakan Indikasi pemberian preparat besi parenteral. Pertama, apabila penderita akan mendapat terapi EPO namun kadar feritin serum awal < 100 ng/ml. Kedua, pada keadaan defisiensi besi fungsional, ketika pemberian EPO tidak memberikan respon optimal atau tidak berespon sama sekali. Ketiga, pada keadaan defisiensi besi tapi preparat besi oral tidak ditoleransi. 9,10 Pada pasien ini dilakukan injeksi iron sucrose 100 mg intravena bersamaan dengan terapi EPO setiap kali hemodialisis, injeksi iron sucrose juga diharapkan memberikan respon terapi EPO yang optimal. 9,10 Menentukan bentuk suplementasi zat besi yang akan diberikan pada pasien yang menjalani hemodialisis diperlukan banyak pertimbangan. Pemberian peroral banyak dipilih karena murah dan mudah, namun beberapa penelitian menerangkan bahwa terapi besi peroral tidak dapat memperbaiki cadangan besi sumsum tulang. 10 Selain itu, efek samping dari pemberian peroral juga sering menimbulkan keluhan tidak nyaman pada gastrointestinal seperti gastritis, kejang perut, dan diare. Oleh karena itu, pada pasien ini dilakukan pemberian besi parenteral untuk mengurangi efek samping yang merugikan.10 J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
5 Gambar 1. Bagan terapi eritropoetin pada pasien yang menjalani hemodialisis. 1 Pasien juga memiliki riwayat 4 kali transfusi darah sejak awal menjalani hemodialisis. Setiap kali transfusi sebanyak 2 kantong. Pada pasien ini dapat dilakukan pemberian transfusi darah pada apabila terdapat indikasi terjadi perdarahan akut dengan gangguan hemodinamik, pasien dengan Hb < 7 g/dl dan tidak memungkinkan pemberian EPO, transfusi darah juga dapat diberikan pada pasien dengan defisiensi besi ketika preparat besi IV/IM belum tersedia. 11 Berbeda dengan target Hb pada terapi EPO, target Hb pada transfusi darah adalah 7 sampai 9 g/dl. Pemberian transfusi yang melebihi target hingga 10 sampai 12 g/dl tidak direkomendasikan karena tidak terbukti bermanfaat. 11 Selain itu, transfusi juga harus diberikan secara hati-hati karena memiliki risiko penularan penyakit seperti hepatitis virus B dan C, infeksi HIV dan juga dapat terjadi reaksi transfusi. 12 Simpulan Penatalaksanaan anemia pada pasien GGK harus bersifat terpadu. Penatalaksanaan secara tepat akan memberikan respon yang adekuat dan secara nyata akan meningkatkan kualitas hidup pasien. Saat ini terapi EPO masih menjadi pilihan utama terapi anemia pada pasien GGK. Agar pemberian terapi EPO dapat memberikan hasil yang optimal, seorang dokter hendaknya memperhatikan berbagai aspek dan mencari faktor utama penyebab anemia. Terapi tambahan lain seperti injeksi iron sucrose, injeksi vitamin C, dan suplementasi asam folat juga dapat diberikan sebagai penunjang. Selain itu, Terapi yang adekuat dapat mempertahankan target Hb J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
6 pasien sehingga mengurangi kebutuhan pasien untuk dilakukan transfusi darah. Daftar Pustaka 1. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Konsensus Manajemen Anemia pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: PERNEFRI; Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Penyakit Ginjal Kronik dan Glomerulopati; aspek Klinik dan Patologi Ginjal. Jakarta: PERNEFRI; Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; KDIGO. Diagnosis and evaluation of anemia in CKD. Kidney International Supplements hlm National Kidney Foundation. KDOQI Clinical Practice Guideline and Clinical Practice Recommendations for anemia in chronic kidney disease: 2007 update of hemoglobin target. Am J Kidney Dis Foley RN, Curtis BM, Parfrey PS. Erythropoietin therapy, hemoglobin targets, and quality of life in healthy hemodialysis patients: a randomized trial. Clin J Am Soc Nephrol National Kidney Foundation. NKF- K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Anemia of Chronic Kidney Disease:. Am J Kidney Dis Singh AK, Szczech L, Tang KL, Banhart H, Sapp S, Wolfson M, dkk. Correction of anemia with epoetin alfa in chronic kidney disease. N Engl J Med. 2006; KDIGO. Use of iron to treat anemia in CKD.Kidney International Supplements. 2012; 2: Mircescu G, Garneata L, Capusa C, Ursea N. Intravenous iron supplementation for the treatment of anaemia in pre-dialyzed chronic renal failure patients. Nephrol Dial Transplant. 2006; 21: KDIGO. Red cell transfusion to treat anemia in CKD. Kidney International Supplements; hlm Cable RG, Leiby DA. Risk and prevention of transfusion-transmitted babesiosis and other tick-borne diseases. Curr Opin Hematol. 2003; 10: J Medula Unila Volume 4 Nomor 2 Desember
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit ginjal kronik adalah salah satu penyakit dengan risiko mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Sekitar 26 juta orang dewasa di Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisa pada umumnya mengalami anemia. Anemia pada pasien GGK terjadi terutama karena kekurangan erytropoietin.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Lebih terperinciDETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi di dunia. Sekitar 26 juta orang dewasa di Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia pada Penyakit Kronis Anemia dijumpai pada sebagian besar pasien dengan PGK. Penyebab utama adalah berkurangnya produksi eritropoetin (Buttarello et al. 2010). Namun anemia
Lebih terperinciPENYAKIT GINJAL KRONIK YANG TERJADI PADA PASIEN DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG TERJADI PADA PASIEN DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI Purwanto D 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik adalah
Lebih terperinciHubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.
546 Artikel Penelitian Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010. Rahmat Hidayat 1, Syaiful Azmi 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk mengatasinya. Gagal ginjal
Lebih terperinciABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA)
ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA) Hana Setiawati Dhanisworo, 2006 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr. Pembimbing II : Surjadi Kurniawan, dr., M. Kes Gejala anemia merupakan komplikasi
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini terus melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, peningkatan taraf hidup setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:
Lebih terperinciCLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI
CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka kejadian masih cukup tinggi, etiologi luas dan komplek, sering diawali tanpa keluhan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinciBAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar
1 BAB I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar albumin dalam urin. Gagal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
Lebih terperinciPELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)
PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional
Lebih terperinciGDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :
Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. PGK
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat didefinisikan sebagai pengganti ginjal. Di seluruh dunia, jumlah yang menerima terapi pengganti ginjal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal kronik terjadi
Lebih terperinciDaftar Pustaka 29 ( )
ANALISIS EFEKTIFITAS TERAPI TRANSFUSI DARAH PADA PASIEN ANEMIA DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSU KABUPATEN TANGERANG 2013 Armi 1. STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel akibat suatu proses patofisiologis
Lebih terperincioleh K/DOQI sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/men/1,73 m 2, selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Ginjal mempunyai fungsi mengatur keseimbangan air dalam tubuh,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN A, DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN A, DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (Correlation between intake of iron, vitamin A, and vitamin C with hemoglobin level in cronic renal failure)
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS
GAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS 1 Kurniawan K. Patambo 2 Linda W. A. Rotty 2 Stella Palar 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas. Hasil
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ANEMI DEFISIENSI BESI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
PENATALAKSANAAN ANEMI DEFISIENSI BESI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS Ria Bandiara Subbagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD, RS Dr. Hasan Sadikin Diajukan pada Workshop: Registrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia secara praktis didefenisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciYoni Wibowo 1 dan Ririn Yuliati 2. Alumni Prodi Gizi FIK UMS. Instalasi Gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, VITAMIN A DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISIS DI RSUPDr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Yoni Wibowo 1 dan Ririn Yuliati 2 1 Alumni Prodi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Skripsi ini Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu merubah gaya hidup manusia yang semakin konsumtif dan menyukai sesuatu yang cepat, praktis serta ekonomis.
Lebih terperinciAnemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya
Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang
Lebih terperinciKELUARGA MAJEMUK DENGAN IBU MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II YANG TIDAK TERKONTROL DENGAN PENGETAHUAN YANG RENDAH
KELUARGA MAJEMUK DENGAN IBU MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II YANG TIDAK TERKONTROL DENGAN PENGETAHUAN YANG RENDAH Marlina Y 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE Alvionita, Welinda Dyah Ayu, Muhammad Amir Masruhim Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN KASUS
51 PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MONITORING OF THERAPY THERAPY ON HYPERTENSION PATIENTS IN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA HOSPITAL Ritha Widya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin
Lebih terperinciLAPORAN JAGA 24 Maret 2013
LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013
Lebih terperinciADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u
ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah salah satu organ utama sitem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas cairan ekstraseluler. Salah satu fungsi penting
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Lampung
GAGAL GINJAL KRONIK ET CAUSA GLOMERULONEFRITIS KRONIS YANG DISERTAI GASTROENTERITIS Pahlevi A 1) Bachtiar M 2) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Lebih terperinciPEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN
92 PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN MONITORING OF DRUG THERAPY IN PATIENTS GEA ON PATIENTS IN dr. SUYOTO Satya Candra Indra Yanih dan
Lebih terperinciPeningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan.
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya
Lebih terperinciMetode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem
Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem Komponen dalam pendekatan berorientasi problem Daftar problem Catatan SOAP Problem? A problem is defined as a patient concern, a
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Pada suatu derajat tertentu, penyakit ini membutuhkan
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka kecacatan diseluruh dunia, serta sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ ekskresi utama di samping hati. Fungsi yang paling penting adalah untuk membuang racun, membuang kelebihan garam dan air dalam bentuk urine (Stein,
Lebih terperinci1 Felix E. Suyatno 2 Linda W. A. Rotty 2 Emma S. Moeis.
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Gambaran anemia defisiensi besi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V yang menjalani hemodialisis di Instalasi tindakan hemodialisis RSUP
Lebih terperinciBAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANEMIA PADA GAGAL GINJAL KRONIK a. Definisi Anemia World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia dengan konsentrasi hemoglobin < 13,0 mg/dl pada laki-laki dan wanita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik adalah anemia (Suwitra, 2014). Anemia pada penyakit ginjal kronik dapat menimbulkan komplikasi
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN
KESESUAIAN GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KADAR KREATININ PLASMA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dalam insidensi, prevalensi, dan tingkat. morbiditas serta mortalitasnya (Gregg, Li, & Wang, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal terminal merupakan masalah kesehatan yang selalu mengalami peningkatan dalam insidensi, prevalensi, dan tingkat morbiditas serta mortalitasnya (Gregg,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciPROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB) ANTENATAL CARE (ANC) IBU HAMIL DI POLIKLINIK KIA PUSKESMAS KALITIDU
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS Dalam tinjauan kasus ini penulis menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung kepada pasien yang dirawat dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik di ruang C3 Lt.2 RSDK Semarang. Pengumpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan
Lebih terperinciTATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :
Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
Lebih terperinci