Komitmen Pemerintah Dalam. Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia, 2012.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komitmen Pemerintah Dalam. Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia, 2012."

Transkripsi

1 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia 1 Oleh: Sri Bagus Guritno 2 dan Praptono Djunedi 3 A. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup mencengangkan dunia di tengah krisis ekonomi global, dimana negara ini tercatat sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya tertinggi setelah China. Pendapatan per kapita Indonesia juga tumbuh sebesar 17,7 persen pada tahun Bahkan, PDB Indonesia (US$845 miliar) menempati urutan ke-16 PDB terbesar di dunia, menggeser posisi Belanda (US$840 miliar). 5 1 Paper ini merupakan pengembangan dari Laporan Tim Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia, Kepala Bidang Peraturan Pengelolaan Risiko Fiskal. 3 Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. 4 BPS Klaim Pendapatan Per Kapita Naik 17,7 Persen, 6 Februari 2012, dalam pelitaonline.com/mobile/detail.php?id= Posisi ke-13, 14 dan 15 PDB Terbesar Dunia ditempati oleh Australia (USD1.488 miliar), Meksiko (USD1.154 miliar) dan Korea Selatan (USD1.116 miliar), lihat 20 Besar GDP Dunia, 26 Juni 2012, dalam

2 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Sementara itu, lingkungan makro ekonomi Indonesia berada pada posisi ke-23 dari 142 negara berdasarkan data pada Global Competitiveness Report (tahun 2007 Indonesia di peringkat 89). Defisit anggaran yang rendah dan utang negara yang semakin mengecil mengantarkan Indonesia naik peringkat menjadi investment grade. Secara keseluruhan, daya saing Indonesia berada pada peringkat 46 dari 142 negara. Peringkat ini lebih baik daripada India, Vietnam, dan Filipina tetapi masih di bawah Malaysia dan China. Namun, kondisi makro ekonomi yang bagus tersebut ternyata tidak diikuti dengan kondisi infrastruktur Indonesia. Berdasarkan data Global Competitiveness Report , kondisi infrastruktur Indonesia masih berada pada peringkat ke-76 dari 142 negara. Jika dibandingkan dengan negara Asean lainnya, posisi Indonesia relatif tertinggal. Sebagai contoh Malaysia, negara ini berada di peringkat ke-26, atau Thailand yang berada di peringkat ke Padahal, seperti diketahui, tersedianya infrastruktur yang memadai menjadi kunci untuk mempertinggi pertumbuhan ekonomi. 7 Jika dilihat secara rinci beberapa fasilitas infrastruktur dasar (misalnya fasilitas pelabuhan, ketenagalistrikan, air minum dan lainnya), Indonesia masih berada pada peringkat ke-103 (turun tujuh peringkat dibandingkan tahun sebelumnya). Sebagai ilustrasi adalah sektor ketenagalistrikan, misalnya. Dari sisi rasio elektrifikasi (RE), RE Indonesia masih berada pada kisaran 72,9 persen. 8 Bandingkan dengan RE Singapura yang sudah mencapai 100 persen, Brunei Darussalam 99,7 persen, Malaysia 99,4 persen, Thailand 99,3 persen, dan Vietnam 89,3 persen. Posisi Indonesia 6 Infrastruktur Indonesia Ranking 76 dari 142 Negara, 19 Juni 2012, dalam bisnis.pelitaonline.com/news/2012/06/19/infrastruktur-indonesia-ranking-76-dari-142- negara#.us9cufvy7iu 7 Bank Dunia: Infrastruktur Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Kompas, 7 Oktober 2013, dalam Infrastruktur.Kunci.Pertumbuhan.Ekonomi. Indonesia 8 Statistik Listrik 2012, Kementerian ESDM, dalam Statistik/Statistik%20Listrik_2012.pdf 130

3 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia hanya lebih baik daripada negara seperti Myanmar (13,0 persen) atau Kamboja (24 persen). 9 Dalam hal air bersih, kondisi Indonesia juga masih sangat jauh dari yang diharapkan. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 jumlah rumah tangga yang memperoleh air bersih masih berkisar di 44,19 persen. 10 Di tengah keterbatasan anggaran pemerintah untuk mengalokasikan belanja modal untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, pemerintah memilih suatu konsep yang mengundang para investor untuk bekerjasama dan berkontribusi secara aktif dalam penyediaan pembangunan infrastruktur. Konsep itu dikenal dengan skema Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Konsep ini secara intensif mulai diperkenalkan sejak tahun Bentuk kebijakan dan dukungan yang strategis yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur dengan skema KPS diantaranya adalah dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan telah direvisi dengan Perpres Nomor 13 Tahun 2010 (perubahan pertama), Perpres Nomor 56 Tahun 2011 (perubahan kedua), dan Perpres Nomor 66 Tahun 2013 (perubahan ketiga) Permasalahan dan Tujuan Penelitian Dalam perkembangannya, dari puluhan proyek infrastruktur berskema KPS yang ditawarkan pemerintah, baru satu proyek (Proyek Central Java 9 Suryadi, Beni, Towards A 100% Electrified Southeast Asia, dalam com/benisuryadi/60017/towards-asean-100-electrified 10 Sementara itu, menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, layanan air minum mencapai 53,25 persen (tahun 2010) dan 55 persen (tahun 2011), lihat Air Untuk Generasi, Bukan Untuk Kepentingan Lima Tahun, 5 Maret 2013, dalam kompas.com/read/2013/03/05/ / air.untuk.generasi..bukan.untuk.kepentingan. lima.tahun 131

4 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Power Plant, 2x1.000 MW) saja yang progress-nya signifikan dan masih dalam tahap penyelesaian financial closing. 11 Pada titik ini, komitmen pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dengan skema KPS menimbulkan pertanyaan, terutama terkait dengan apa saja hambatan yang dihadapi proyek-proyek infrastruktur yang berskema KPS sehingga membuat pembangunan infrastruktur skema KPS berjalan lamban. Niat baik pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur berskema KPS dengan menerbitkan beberapa aturan yang telah dipaparkan di atas pada kenyataannya tidak diikuti oleh lancarnya implementasi pembangunan infrastruktur berskema KPS ini. Terkait dengan hal tersebut, tujuan kajian ini adalah melakukan identifikasi atas hambatan-hambatan yang dihadapi proyek-proyek yang berskema KPS. Dengan teridentifikasinya hambatan-hambatan tersebut, diharapkan tersedianya solusi kongkrit untuk mempercepat pembangunan infrastruktur Metode Penelitian Sebagaimana diketahui, dalam rangka pelaksanaan proyek KPS ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Tahap pertama, Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), baik pemerintah pusat, pemerintah daerah 11 Dokumen pelaksanaan Proyek PLTU Jawa Tengah MW tersebut pada tanggal 6 Oktober 2011 telah ditandatangani sekaligus penjaminan proyek yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta. Pihak-pihak yang terlibat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI), Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Badan Usaha Milik Negara a.i, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Batang dan Duta Besar Jepang, Dirut PT PLN (Persero), Dirut PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), J-Power, Itochu, dan PT Adaro. Lihat proyek-pembangkit-listrik-tenaga-uap-jawa-tengah-2x1000-mw; Financial Closing PLTU Jateng Molor dalam Namun, sampai tulisan ini dibuat, ternyata proses penyelesaian atas financial closing proyek CJPP belum tuntas dan persetujuan prinsip pemberian penjaminan infrastruktur masih berlaku, mengacu pada Perpres Nomor 66 Tahun

5 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia atau BUMN yang mendapat penugasan, mengusulkan suatu proyek kepada Bappenas untuk dilakukan identifikasi, dipilih dan kemudian ditetapkan sebagai proyek KPS. Kumpulan proyek tersebut selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk PPP Book. Kedua, penyiapan proyek oleh PJPK yang diantaranya adalah penyiapan awal pra FS, pengecekan kesiapan kelayakan proyek KPS, pengadaan tanah serta pengajuan usulan Dukungan Pemerintah (jika ada). Gambar 1: Kerangka Penelitian Ketiga, tahap transaksi yang diantaranya adalah proses pengadaan badan usaha. Keempat, manajemen perjanjian KPS. Berangkat dari pemahaman atas berbagai tahap pelaksanaan proyek KPS tersebut, diduga muncul berbagai hambatan pada setiap tahapan tersebut (lihat Gambar 1). Untuk menemukan berbagai hambatan proyek, pendekatan yang digunakan adalah pengumpulan data primer melalui observasi lapang 133

6 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun (lihat Lampiran A) di lima koridor ekonomi 12 di Indonesia yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, serta Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Pengambilan sampel proyek berdasarkan wilayah diharapkan bisa menangkap variasi masalah berdasarkan variasi wilayah. Sedangkan data sekunder melalui wawancara dan diskusi mendalam pada Focus Group Discussion (FGD) dan konsinyering. B. Pengelolaan KPS Di Indonesia Sebagaimana dipaparkan di bagian sebelumnya, pemerintah menjadikan skema KPS sebagai pilihan strategis untuk mendukung tersedianya infrastruktur secara memadai di Indonesia. Konsep KPS bisa diartikan sebagai contractual agreement formed between a government agency and a private sector entity that allows for greater private sector participation in the delivery of public infrastructure projects. 13 Intisari dari definisi tersebut terkandung makna bahwa dibukanya peran swasta yang semakin membesar untuk mendorong penyediaan infrastruktur publik. Dengan kata lain, pemerintah menciptakan pasar untuk barang-barang publik dimana swasta memiliki posisi sebagai penyedia dan menyelenggarakan pelayanan tersebut. Bagi Indonesia, KPS menjadi pilihan strategis mengingat kebutuhan dana investasi yang terus meningkat selaras dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan target pertumbuhan ekonomi lebih dari enam persen per tahun maka alokasi anggaran infrastruktur idealnya sebesar lima persen dari total PDB Istilah koridor ekonomi ini mengutip dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) Indonesia 13 Deloitte Closing the Infrastructure Gap: The Role of Public Private Partnerships ; ( diakses 10 Januari 2012). 14 Pusat Kajian Strategis Analisis Isu-Isu Kebijakan Strategis Infrastruktur Guna Mendukung Perumusan Kebijakan Strategis Bidang Pekerjaan Umum. (http: // www. pu.go.id/ 2nd_index_ produk, diakses 10 Januari 2011). Kementerian Pekerjaan Umum mencatat bahwa dari total kebutuhan anggaran infrastruktur sebesar Rp1.343 triliun, APBN hanya mampu berkontribusi sebesar Rp223 triliun, dana domestik Rp270 triliun. Terdapat celah fiskal (fiscal gap) sebesar Rp810 triliun atau sebesar 61 persen. Dari Rp810 triliun tersebut, sebesar Rp90 triliun diantaranya diharapkan berasal dari luar negeri dan Rp 720 triliun berasal dari domestik. 134

7 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Pengenalan konsep KPS secara intens sudah dilakukan pemerintah sejak Bahkan sejak 2009, pemerintah telah menerbitkan daftar proyek berskema KPS (PPP Book) untuk ditawarkan kepada para investor (lihat Grafik 2). Dalam PPP Book tersebut, status proyek dikelompokkan dalam empat kategori yaitu potential, priority, ready for offer dan already tendered. 15 Sumber: PPP Book berbagai tahun, diolah Keterangan: Status priority diubah menjadi prospective sejak PPP Book 2013 Grafik 2: Perkembangan Usulan Proyek KPS, 2009 s.d Dari Grafik 2 dapat diketahui bahwa jumlah proyek yang ditawarkan dalam PPP Book relatif banyak dan mengalami perubahan setiap tahunnya. Dari sisi kuantitas, jumlah usulan proyek KPS periode 2009 s.d ratarata sebanyak 78 proyek per tahun. Jumlah usulan proyek KPS terbesar 15 Penjelasan lebih lanjut untuk setiap kategori proyek bisa dibaca pada PPP Book

8 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun terjadi pada tahun 2010 (sebanyak 104 proyek) dan jumlah terkecil pada tahun 2013 (48 proyek). Sedangkan dari sisi kualitas, ada perkembangan proyek yang seringkali mengarah ke downgrade (sudah berada pada tahap ready for offer tetapi tahun berikutnya malah kembali menjadi priority). Contohnya adalah proyek South Banten Airport di Pandeglang Provinsi Banten dan Surakarta Water Supply. Pada tahun 2013, keduanya bahkan sudah tidak tercantum lagi dalam PPP Book. Selain itu, terdapat empat proyek bandara yang tidak tercantum lagi dalam daftar proyek potensial PPP Book 2012 (semula tercantum dalam PPP Book 2011) yaitu bandara Karimun Jawa (Jawa Tengah), bandara Singkawang (Kalimantan Barat), bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya (Kalimantan Tengah) dan bandara New Samarinda (Kalimantan Timur) tanpa ada penjelasan yang memadai. Dari puluhan proyek KPS yang ditawarkan pemerintah kepada investor swasta tersebut, seperti dijelaskan di depan, hanya proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa Tengah berkapasitas 2x1.000 MW yang secara prinsip memperoleh penjaminan pemerintah dan masih dalam tahap financial closing. Banyak regulasi yang telah diterbitkan pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan peran serta swasta dalam skema KPS, misalnya Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, terakhir dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun Pasal 4 Perpres 67/2005 tersebut menjelaskan jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan mencakup : 1. Infrastruktur transportasi, seperti pelabuhan laut, sungai dan danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api; 2. Infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol; 3. Infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku; 136

9 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia 4. Infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum; 5. Infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolahan air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkutan dan tempat pembuangan; 6. Infrastruktur telekomunikasi yang meliputi jaringan telekomunikasi; 7. Infrastruktur ketenagalistrikan yang meliputi pembangkit, transmisi atau distribusi tenaga listrik; 8. Infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi atau distribusi minyak Selanjutnya terkait dengan penjaminan infrastruktur, telah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjamin Infrastruktur. Daftar regulasi lainnya dapat dilihat pada Lampiran B. Dari aspek institusional, menurut regulasi yang ada, terdapat berbagai lembaga/institusi penting yang terlibat di dalam proses kerjasama ini. Misalnya Kementerian Keuangan memiliki kewenangan dalam hal pemberian fasilitas Dukungan Pemerintah berupa dukungan pendanaan, 16 melakukan pengendalian dan pengelolaan risiko, 17 serta menetapkan tata cara pembayaran kewajiban pemerintah yang timbul dari pelaksanaan proyek KPS. 16 Dukungan pendanaan itu bisa berupa dana Land Capping, Land Revolving dan Land Acquisition. 17 Di tingkat daerah, tugas ini dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah atau dengan nama yang sejenis. 137

10 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Kemudian, Bappenas yang bertugas menjaga konsistensi perencanaan proyek KPS dengan RPJMN dengan cara mengumpulkan dan mengkaji proyek yang diusulkan dalam skema KPS. Fungsi ini berlaku sebelum daftar proyek KPS dipasarkan dan berjalan secara teknis di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Selanjutnya, BKPM melaksanakan tugas yang berkaitan dengan penciptaan pasar investasi KPS (market making). Dalam rangka market making, institusi tersebut memiliki dua fungsi yaitu sebagai front office agent dan clearing house agent. Namun, akibat belum adanya kesepahaman yang sama tentang konsep KPS dan lemahnya koordinasi antar institusi pemerintah, BKPM/BKPMD belum difungsikan secara optimal dalam mempromosikan proyek-proyek KPS yang sudah layak jual kepada para investor. Sedangkan badan usaha yang dibentuk pemerintah cq Kementerian Keuangan yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) adalah terkait dengan penyediaan infrastructure fund dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) adalah terkait dengan penyediaan dana penjaminan infrastruktur. C. Pembahasan dan Analisis Dalam PPP Book tahun 2011, total proyek yang ditawarkan sebanyak 84 proyek (lima proyek already tendered, 13 proyek ready for offer, 21 proyek priority dan 45 proyek potential). Pada tahun 2012, total proyek yang ditawarkan menurun menjadi 70 proyek (12 proyek already tendered, 3 proyek ready for offer, 26 proyek priority dan 29 proyek potential). Berdasarkan dinamika proyek KPS dalam PPP Book 2011, dipilih sebanyak 13 proyek, dari mulai proyek potential sampai already tendered dan proyek yang berlokasi mulai di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara sampai di Sulawesi. Ketiga belas proyek tersebut meliputi: 138

11 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Maros Regency Water Supply Sulawesi Selatan (Already tendered) 18 Water Treatment Plant and Distribution of Cimahi Municipal Water Supply Jawa Barat (Potential) 19 Solid Waste Management Improvement Project Bandung Municipal di Bandung (Ready for offer) 20 Development of Karya Jaya Integrated Terminal di Palembang Sumatera Selatan (Potential) 21 Development of Tjilik Riwut Airport di Palangka Raya Kalimantan Tengah (Potential) 22 Kertajati International Airport di Majalengka Jawa Barat (Potential) 23 Southern Bali Water Supply (Priority) 24 Solid Waste Treatment and Final Disposal Bogor Depok di Bogor Jawa Barat (Priority) 25 Solid Waste Treatment and Final Disposal Greater Bandung Area di Bandung Jawa Barat (Priority) 26 South Banten Airport di Pandeglang Banten (Priority) 27 Integrated Terminal of Gede Bage Bandung Jawa Barat (Potential) 28 Nusa Dua Ngurah Rai Benoa Toll Road di Bali (Already tendered) 29 Proyek enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta (Already tendered) Masih tercantum dalam PPP Book 2013 (proyek already tendered) 19 Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Masih tercantum dalam PPP Book 2013 (proyek already tendered) 21 Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Masih tercantum dalam PPP Book 2013 (proyek prospective) 25 Masih tercantum dalam PPP Book 2013 (proyek prospective) 26 Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Tidak tercantum lagi dalam PPP Book Masih tercantum dalam PPP Book 2013 (proyek prospective) 29 Proyek ini sudah selesai pada pertengahan tahun 2013 dan sudah operasional. 30 Masih tercantum dalam PPP Book Pembangunan proyek ini masih belum jelas kapan mulai pelaksanaannya. Lihat Kementerian PU Tetap Ngotot Bangun Enam Jalan Tol, 10 Desember 2013 dalam 139

12 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Namun, dalam tulisan ini, hanya tiga proyek saja yang dielaborasi dan diharapkan bisa merepresentasikan berbagai kendala yang menjadi hambatan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. 3.1 Proyek Maros Regency Water Supply Berdasarkan data PDAM Kabupaten Maros, dari 71 ribuan rumah tangga yang ada di Maros, baru sekitar sepuluh ribu rumah tangga yang memperoleh fasilitas air bersih, 31 Dengan semakin berkembangnya kemajuan Kabupaten Maros sebagai kota penyangga Makasar, maka permintaan akan air bersih juga semakin meningkat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros berupaya untuk menambah jumlah pasokan air bersih yang dapat disediakan oleh PDAM setempat. Mengingat keterbatasan dana APBD, maka Pemkab Maros berinisiatif untuk membangun proyek penyediaan air bersih melalui pola KPS. Pemkab Maros sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama telah mengajukan proyek ini kepada Bappenas dan oleh Bappenas telah dicantumkan dalam PPP Book 2011 dengan status Ready for Offer Project. Dukungan pemerintah diberikan dalam bentuk pengadaan tanah, konstruksi new intake (pompa pengambilan air dari sungai), pipa transmisi dari sungai ke WTP dan pipa distribusi ke masyarakat. 32 Sedangkan yang dibangun oleh swasta adalah pembangunan WTP dan jaringan distribusi utama dengan perkiraan dana yang dibutuhkan sekitar Rp75 miliar. Untuk biaya operasional dan pemeliharaan dibagi menjadi dua bagian, yang ditanggung oleh swasta dan pihak PDAM Hambatan Feasibility Study 31 Data BPS Sulawesi Selatan tahun 2010 yang diperoleh dari subyek/3/116/banyaknya-penduduk-rumah-tangga-dan-rata-rata-anggota-rumah-tanggamenurut-kabupaten-kota-di-sulawesi-selatan-2010 diakses tanggal 4 April Nilai fasilitas Dukungan Pemerintah tersebut diperkirakan sebesar Rp46 miliar 140

13 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Proyek ini telah dilakukan Feasibility Study dan hasilnya adalah proyek tersebut dinilai feasible dengan kapasitas air yang diambil dari sumber air baku yaitu sungai Bantimurung sebesar 250 l/s. Skema KPS yang digunakan adalah Build Operate Transfer (BOT) dengan modifikasi menjadi ROT (Rehabilitation, Operation and Transfer) sehingga Water Treatment Plant (WTP) existing dan yang baru dapat dikelola bersama dalam satu manajemen yaitu pihak swasta. Berdasarkan perkembangan yang ada, ternyata kapasitas air yang bisa diperoleh dari sungai Bantimurung (lokasi sumber air baku) tidak mencapai 250 l/s. 33 Hal ini disebabkan debit air sungai Bantimurung berkurang ketika musim kering dan peruntukan air dari sungai Bantimurung sebagian besar digunakan untuk pengairan irigasi pada sawah masyarakat. Dengan demikian, kajian FS di atas tidak bisa dijadikan dasar bagi kelanjutan proses pelaksanaan proyek kerjasama ini sehingga perlu dibuat FS yang baru. Di sisi lain, pada tahun 2011, ternyata Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum sudah membangun fasilitas new intake 34 dan pipa transmisi dari sungai Bantimurung ke WTP (berjarak sekitar delapan km) dan lokasinya sekitar PDAM Maros Hambatan Dukungan Publik Dari hasil konsultasi publik yang telah dilakukan Pemkab Maros diketahui bahwa masyarakat, dalam hal ini P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) Maros, menolak rencana proyek yang menjadikan sungai Bantimurung sebagai sumber air baku proyek air bersih. Masyarakat menilai jika sumber air baku proyek diambil dari sungai tersebut, maka jatah air untuk pengairan sawah masyarakat akan sangat berkurang, padahal pengairan sawah tersebut terkadang masih kekurangan air. 33 Pada saat kunjungan Tim Peneliti BKF ke Maros, sedang dilakukan FS ulang untuk mengkaji fisibilitas sumber air baku yang berbeda. 34 Nilai fasilitas intake building diprediksi sekitar Rp12 miliar. 141

14 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Di sisi lain, PDAM Maros juga sudah menggunakan sungai Bantimurung sebagai sumber air baku bagi sebagian produksinya (80 l/s dari total 130 l/s produksi). Sedangkan hasil konsultasi kepada calon investor cukup prospektif karena diketahui ada sekitar 12 investor yang tertarik dengan proyek tersebut Hambatan Regulasi Walaupun kurang memperoleh dukungan publik, PJPK tetap meneruskan tahapan pelaksanaan proyek KPS dengan memulai tahap pra kualifikasi (PQ). Pada tahap PQ ini, ternyata ada tiga investor yang memasukkan dokumen. Setelah dilakukan verifikasi, hanya ada dua investor yang memenuhi kualifikasi sehingga tim Unit Layanan Pengadaan Pemkab Maros melakukan pengumuman ulang (syarat lelang minimal harus ada tiga investor yang memenuhi kualifikasi). Dari pengumuman ulang ternyata masih juga tiga investor yang memasukkan dokumen dan setelah diverifikasi ternyata seluruhnya memenuhi persyaratan. Tetapi tahapan lelang kedua tersebut tidak bisa dilakukan karena ternyata Surat Ijin Penggunaan Air (SIPA) belum dikeluarkan oleh Ditjen SDA, Kementerian PU. Hal ini terkait dengan aturan dalam UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang antara lain menyebutkan bahwa peruntukan air diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari penduduk dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada. Selain tahapan lelang berikutnya yang tidak bisa dilanjutkan serta belum keluarnya SIPA, fasilitas intake dan pipa transmisi dari sungai ke WTP yang sudah dibangun oleh Ditjen SDA, Kementerian PU ternyata tidak diutilisasi. Itulah beberapa hambatan yang membuat proyek Pemkab Maros ini belum memperoleh progres yang signifikan. Berdasarkan perkembangan terakhir, Pemkab Maros masih belum bisa menentukan lokasi mana yang akan dijadikan sumber air baku untuk proyek air bersih tersebut. Di sisi lain, walaupun, pihak swasta masih 142

15 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia berminat untuk ikut tender dengan skema KPS, ternyata Pemkab Maros malah mengharapkan pembiayaan bersumber dari APBN. Kondisi ini bisa memperburuk citra proyek KPS di hadapan investor. 35 Selanjutnya, Pemkab Maros berencana memanfaatkan Sungai Lekopaccing untuk penyediaan air bersih masyarakat Maros. Hal ini kemungkinan bisa berdampak pada kinerja PDAM Makassar yang juga memanfaatkan sungai Lekopaccing. 36 Kesulitan menentukan lokasi yang akan menjadi sumber air baku menunjukkan bahwa kualitas Feasibility Study yang dibuat belum memadai. Studi Kelayakan yang berkualitas tentu sudah bisa mengidentifikasi lokasi mana yang layak sebagai sumber air baku serta dapat menjadi tools yang membantu PJPK mempersuasi masyarakat dalam forum konsultasi publik sehingga masyarakat bisa menerima pembangunan proyek ini. Di sisi lain, perlunya PJPK secara aktif untuk berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait dengan proyek skema KPS. Sebaliknya, Kementerian Keuangan cq Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) perlu lebih meningkatkan koordinasi dengan Bappenas agar kasus seperti ini tidak terulang lagi di masa depan dan ini bisa sebagai trigger untuk memperkuat peran PPRF agar dapat terlibat sejak penentuan proyek KPS ke dalam PPP Book. Untuk itu, Perpres Nomor 56 Tahun 2011 Pasal 9 ayat (3) perlu direvisi dengan menambahkan keterlibatan Kementerian Keuangan dalam mengidentifikasi risiko dalam rangka pemberian Dukungan dan/atau Penjaminan Pemerintah atas proyekproyek infrastruktur dengan skema KPS 3.2. Proyek Development of Karya Jaya Integrated Terminal Dampak dari meningkatnya jumlah kendaraan di kota Palembang adalah meningkatnya kemacetan, polusi udara, semakin terbatasnya area parkir 35 Lihat SPAM Maros Terancam Dicoret, Bisnis Indonesia, 10 Oktober Lihat PDAM Butuh Sumber Air Baku, 9 November 2013, dalam com/ node/314193, diakses 13 Januari

16 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun yang ada dan lainnya. Disamping itu, kota Palembang dilalui sungai Musi yang mempunyai posisi strategis dan menjadi salah satu sarana transportasi utama kota tersebut. Untuk mengatasi eksternalitas negatif di atas dan mempertimbangkan keunggulan kota ini maka pemerintah kota Palembang berupaya mengembangkan pusat transportasi multi moda dengan skema KPS 37 dan menjadikan Terminal Transportasi di Kelurahan Karya Jaya, Kecamatan Kertapati, sebagai terminal terpadu di kota Palembang. Di sekitar lokasi telah terdapat jalur kereta api dari stasiun Kertapati menuju Bandar Lampung, sungai Musi dan terminal antar kota antar propinsi. Adapun tujuan utama dari proyek ini adalah memadukan seluruh sarana transportasi yang telah ada (yaitu angkutan penumpang moda darat, moda sungai, moda kereta api serta angkutan barang dan pergudangan) untuk melancarkan perpindahan penumpang dan barang di seluruh kota yang berujung pada tujuan mengurangi kemacetan lalu lintas. Tujuan lain dari proyek ini adalah mengurangi degradasi lingkungan hidup, mengurangi kebutuhan akan area parkir, meningkatkan jasa transportasi publik, penyimpanan barang baru yang lebih efisien, pemuatan dan penghubung ke jaringan barang dan jasa dalam kota. Pemkot Palembang telah melakukan konsultasi publik pada tahap perencanaan dengan melibatkan masyarakat dan konsultasi publik pada tahap pra studi dengan melibatkan masyarakat, calon investor dalam dan luar negeri, lembaga keuangan, BUMD dan perguruan tinggi dalam suatu forum yang disebut dengan Forum Lalu Lintas yang telah diadakan lebih dari dua kali. Informasi yang disampaikan dalam konsultasi publik pada tahap perencanaan yaitu tentang jenis proyek, manfaat dan dampak sosial ekonomi, urgensi proyek dan permintaan dukungan publik, secara umum masyarakat mendukung proyek ini. Dalam mengelola proyek ini, 37 Usulan ini disampaikan dalam surat Pemkot Palembang tertanggal 28 Januari 2009 yang ditujukan ke Bappenas 144

17 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Pemkot Palembang menyatakan telah mempunyai tim yang integratif yang terdiri dari berbagai instansi terkait Secara umum pembebasan tanah belum mulai dilakukan, tetapi penggunaan lahan tersebut tidak boleh untuk kepentingan selain kepentingan pengembangan terminal terpadu Karya Jaya. Karena tanah yang akan dijadikan lahan proyek tersebut tidak digunakan oleh masyarakat (baik sebagai tempat tinggal maupun tempat mencari pekerjaan) maka permasalahan yang mungkin muncul hanyalah pada masalah kesepakatan harga tanah Proyek Dinilai Tidak Layak Beberapa poin penting hasil penilaian konsultan meliputi (1) pemkot Palembang tidak mempunyai sumber keuangan yang cukup untuk membeli lahan tersebut, (2) sistem tarif yang berlaku di sekitar terminal terlalu rendah seperti biaya parkir, sewa gudang penyimpanan, biaya kedatangan kendaraan truk, bus dan lainnya diatur dalam PERDA sehingga investor tidak akan tertarik karena tidak akan mendapatkan return yang menguntungkan jika berinvestasi di proyek ini, (3) terjadi penyempitan sungai sehingga memerlukan biaya yang banyak untuk membangun dermaga dan lalu lintas sungai yang mendukung proyek tersebut. Pihak konsultan merekomendasikan agar proyek Terminal Terpadu dipindahkan ke daerah Jakabaring karena di lokasi tersebut juga sudah tersedia terminal, dermaga di daerah ini terbuka peluang besar untuk mengembangkan Pusat Real Estate Dalam Kota sehingga diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan profit dari Proyek Terminal Terpadu di masa yang akan datang. Namun, pihak pemkot menolak usulan ini karena beranggapan bahwa proyek ini merupakan proyek yang layak dan sejalan dengan RTRW Pemkot. Lagi pula, jika Pemkot mencari lokasi alternatif untuk proyek tersebut maka hal ini akan memakan waktu yang cukup lama lagi. 145

18 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Hambatan Regulasi Di sisi lain, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal, 38 proyek terminal terpadu ini termasuk proyek yang tidak diperbolehkan masuknya investasi swasta. Pada Pasal 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal menyatakan bahwa bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Dalam Lampiran Perpres ini disebutkan bahwa penyediaan dan penyelenggaraan terminal darat tertutup untuk penanaman modal. Mengingat adanya hambatan regulasi, padahal proyek ini merupakan prioritas Pemda (sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah) maka pelaksanaannya diserahkan ke Pemda dan diusulkan untuk difasilitasi oleh Pemerintah Pusat melalui pendanaan APBN. 3.3 Proyek Solid Waste Treatment and Final Disposal Bogor Depok Masalah persampahan di wilayah Jawa barat terutama di Bandung dan sekitarnya termasuk masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Hal ini disebabkan oleh relatif sulitnya mencari lokasi untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Kasus longsornya TPA Leuwigajah pada tanggal 21 Februari 2005 telah menewaskan sedikitnya 140-an jiwa, yang tertimpa longsoran sampah sekitar 2,7 juta meter kubik. Peristiwa ini merupakan yang kedua setelah kejadian tahun 1992 dengan jumlah korban yang relatif sedikit. Proyek ini merupakan bagian dari penataan persampahan di wilayah provisnsi Jawa barat, yang didedikasikan untuk menuntaskan permasalahan 38 Dalam kegiatan konsinyering Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal di Jakarta tanggal 3-4 Mei

19 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia persampahan kabupaten Bogor, kota Bogor dan kota Depok. Ada tiga tujuan dalam pengolahan sampah di Jawa barat yakni: (1) meningkatkan kesehatan masyarakat, (2) meningkatkan kualitas lingkungan, dan (3) menjadikan sampah sebagai sumber daya. 39 Berdasarkan PPP Book 2011, nilai investasi proyek diperkirakan sekitar USD40 juta (ekuivalen Rp360 Miliar) dengan skema Build Operate Transfer (BOT) selama 20 tahun. Dukungan Pemerintah (pemerintah provinsi Jawa barat) terhadap proyek ini berupa pembebasan lahan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) dan jalan akses ke site gate (termasuk dua jembatan dan satu underpass). Jalan sepanjang 1,2 km dibiayai dari APBD Propinsi Jawa barat dan jalan beton sepanjang 5,5 km dibiayai oleh PT Indocement sudah selesai dibangun Hambatan Pembebasan Lahan Lokasi TPPAS direncanakan di daerah Nambo (Kelapa Nunggal, Kabupaten Bogor) seluas 100 Ha. Dari rencana tersebut, lahan yang sudah dibebaskan baru seluas 15 Ha yang pendanaannya berasal dari APBD Kabupaten Bogor. Sisanya, seluas 85 Ha sedang dalam proses pembebasan yang pendanaannya dari APBD Propinsi Jawa barat dengan cara negosiasi dengan Perum Perhutani karena lahan tersebut masuk wilayah Kawasan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor. Kapasitas pelayanan pengolahan dan pemrosesan sampah ditargetkan s.d ton per hari. Ini hambatan pertama yang membuat pelaksanaan proyek menjadi tertunda. Dalam perkembangannya, persoalan lahan sudah dinyatakan selesai dengan tersedianya 56 ha di desa Nambo. Permasalahan yang tersisa hanyalah akses ke lokasi yang masih terhalang oleh pabrik semen Keterangan / Slide BPSR Jawa barat, 29 Mei Pemerintah Tawarkan Proyek Pengolahan Sampah Ke Swasta Pada 2014, 5 Desember 2013, dalam 147

20 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Hambatan Feasibility Study Feasibility Study telah dilakukan dengan bantuan JICA tahun Terdapat perbedaan pendapat antara PJPK dan JICA terkait umur pakai dan teknologi yang digunakan serta tipping fee.. Dalam study tersebut dinyatakan bahwa umur pakai Nambo selama 19 tahun, teknologi untuk composting dan sanitary landfill, serta besarnya biaya pengelolaan sampah (tipping fee) USD18 per ton. Pihak PJPK cq BPSR provinsi Jawa barat berpandangan bahwa umur pakai Nambo seharusnya lebih panjang (misal 25 tahun) dengan menggunakan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF), tidak hanya composting dan sanitary landfill serta tipping fee yang lebih rendah. Pada tahun 2012, pihak PJPK dengan pendanaan APBD Provinsi Jawa barat melakukan Revisi atas FS JICA dengan dibantu oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM). 41 Dengan adanya revisi FS ini, pelaksanaan proyek masih tertunda. Terkait dengan muatan FS, setelah memperoleh penjelasan dari pihak BPSR provinsi Jawa barat, ternyata FS belum memuat substansi mengenai identifikasi jenis risiko, alokasi risiko dan mitigasi risiko atas proyek tersebut. Tentu saja informasi tersebut sangat diperlukan apabila proyek persampahan ini akan dikerjasamakan dengan pihak swasta Telaah Atas Peraturan Presiden Tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur pengolahan-sampah-ke-swasta-pada Menurut pihak BPSR Provinsi Jawa barat, aturan khusus persampahan belum ada dan instansi pemerintah pusat mana yang bertanggungjawab atas persampahan juga belum jelas sehingga untuk sementara konsultasi tentang persampahan mereka lakukan ke BPPSPAM. 148

21 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 yang mengatur kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir direvisi melalui Perpres Nomor 56 Tahun Dari dinamika regulasi di atas, belum diketahui jawaban atas beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah peranan Kementerian Keuangan cq PPRF dalam pemberian Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah terhadap proyek PPP senantiasa menunggu setelah proses penyiapan proyek PPP selesai? 2. Bagaimana jika proyek yang telah ditetapkan sebagai proyek PPP dinilai tidak layak memperoleh Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah akibat buruknya kualitas penyiapan proyek tersebut? Jawaban pada nomor 1 di atas menjadi penting manakala masyarakat umum termasuk investor memiliki persepsi bahwa selama ini hambatan utama tidak tersedianya proyek infrastruktur berskema KPS terletak pada faktor pembiayaan. Padahal, sejak konsep KPS diperkenalkan, pada tahun 2006 Kementerian Keuangan telah membentuk unit pengelola risiko (sekarang: Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal) yang tugas utamanya menyediakan Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah. Kedua instrumen tersebut dapat diberikan kepada proyek berskema KPS apabila proyek telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Tata kelola yang kurang kondusif membuat peran PPRF seolah-olah pasif dan bahkan dipersepsikan turut menjadi penghambat terlaksananya penyediaan proyek KPS. Berdasarkan regulasi yang ada, terutama Perpres Nomor 56 Tahun 2011, peran PPRF baru dapat dilakukan setelah proses penyiapan proyek selesai atau sedang dalam penyelesaian dan pihak PJPK mengajukan usul 149

22 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun permintaan Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah kepada PPRF. Karena tidak dilibatkan sejak awal pada tahap perencanaan maka ketika suatu proyek diusulkan untuk memperoleh Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah, PPRF tentu perlu melakukan penelaahan ulang atas kualitas penyiapan proyek. Tentu tahapan ini memerlukan waktu yang tidak sebentar karena minimnya informasi yang dimiliki PPRF. Kalau tahapan ini dinilai berkontribusi menambah waktu proses penyiapan proyek skema KPS, tentu perlu dicarikan solusi agar keberadaan PPRF tidak dianggap sebagai pihak yang terlibat memperlama proses di atas. Apalagi, jika penyiapan proyek berskema KPS tersebut memiliki kualitas yang buruk. Contoh penyiapan proyek yang berkualitas buruk sudah banyak diungkap. Tentu saja, buruknya penyiapan proyek justru menjadi hambatan yang kemungkinan berujung pada batalnya proyek berskema KPS ditawarkan kepada investor. Berdasarkan paparan di atas, solusi yang ditawarkan adalah penguatan peran PPRF. Sebagai unit pengelola risiko, PPRF perlu diberi peran untuk terlibat sejak perencanaan proyek KPS, tidak hanya menunggu delivery proposal permintaan Dukungan dan Jaminan Pemerintah dari PJPK, tetapi juga harus proaktif mulai tahap perencanaan bersamasama dengan Bappenas. Dalam kondisi demikian, PPRF dapat memiliki informasi yang sangat baik atas penyiapan suatu proyek KPS. Dengan informasi yang dimiliki tersebut, tentu saja PPRF dapat memutuskan apakah suatu proyek KPS layak diberikan Dukungan Pemerintah dan atau Jaminan Pemerintah dalam waktu relatif cepat. Guna mendukung usulan di atas, diperlukan perubahan atas regulasi yang ada. Regulasi yang relevan dengan hal tersebut adalah Perpres Nomor 56 Tahun 2011 Pasal 9. D. Kesimpulan dan Rekomendasi 150

23 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Dari paparan di atas, kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Komitmen pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dengan skema KPS menghadapi banyak hambatan. 2. Mulai dari tahap penetapan proyek hingga pada tahap akhir dimungkinkan munculnya hambatan. Dengan adanya banyak hambatan ini, sebagain besar proyek mengalami penundaan dari jadwal waktu yang telah ditetapkan. Penundaan ini akan mempengaruhi peran PT SMI dan PT PII dalam memberikan dukungan (sebagai fiscal tools) untuk mengatasi masalah pembiayaan yang dibutuhkan. 3. Hambatan banyak terjadi pada tahap penyiapan proyek. Penyebabnya antara lain penyusunan Feasibility Study yang terburu-buru, kurangnya konsultasi publik, lemahnya koordinasi antar instansi, lambatnya penerbitan ijin prinsip dan adanya hambatan regulasi (Daftar Negatif Investasi, prioritisasi penggunaan sumber daya air, atau Kawasan Pemangkuan Hutan). 4. Hambatan dari setiap proyek berbeda-beda, tergantung jenis proyek infrastruktur dan strategi dari masing-masing pelaksana proyek. Spesifikasi bottleneck tersebut antara lain : (1) kurangnya konsultasi publik (terjadi pada proyek air bersih Maros), (2) buruknya penyiapan proyek sehingga kurang menarik minat investor (pada proyek pembangunan terminal terpadu Palembang), (3) penyusunan FS yang kurang berkualitas (proyek pengelolaan sampah Bogor-Depok, proyek air bersih Maros) dan seterusnya. 5. Berdasarkan Perpres Nomor 56 Tahun 2011, peran PPRF terkesan pasif dan dapat dipersepsikan turut berkontribusi memperpanjang waktu proses penyiapan proyek skema KPS. 151

24 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Selanjutnya, beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan proyek infratsruktur skema KPS adalah sebagai berikut : 1. Konsultasi publik perlu dioptimalkan (Proyek Air Bersih Maros). 2. Merubah pembiayaan dari skema KPS menjadi skema APBD/APBN (Proyek Terminal Terpadu Palembang). 3. Merestrukturisasi muatan FS agar lebih komprehensif termasuk mencakup identifikasi jenis risiko, alokasi risiko dan mitigasi risikonya (Proyek Pengelolaan Sampah Bogor-Depok). 4. Sebagai unit pengelola risiko, peran PPRF perlu diperkuat. PPRF perlu diberi peran untuk terlibat sejak perencanaan proyek KPS, tidak hanya menunggu delivery proposal permintaan Dukungan dan Jaminan Pemerintah dari PJPK, tetapi juga harus proaktif mulai tahap perencanaan bersama-sama dengan Bappenas. Tujuannya agar PPRF memperoleh informasi yang memadai tentang perencanaan dan penyiapan proyek KPS. Terkait dengan usulan tersebut, Perpres Nomor 56 Tahun 2011 perlu direvisi. Daftar Pustaka Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnerships Book 2009 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnerships Book 2010 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnerships Book 2011 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnerships Book 2012 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnerships Book

25 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Kementerian Keuangan, Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Laporan Tim Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia, Kementerian Keuangan, Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal, 2008, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun Andri Wibisono dkk., Unlocking the Public-Private Partnerships Deadlock in Indonesia, 2011 Deloitte, 2006, Closing the Infrastructure Gap: The Role of Public Private Partnerships dalam publicprivatepartnerships, diakses 10 Januari Pusat Kajian Strategis, 2008, Analisis Isu-Isu Kebijakan Strategis Infrastruktur Guna Mendukung Perumusan Kebijakan Strategis Bidang Pekerjaan Umum dalam http: // www. pu.go.id/ 2nd_ index_produk, diakses 10 Januari PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), 2012, Progres, Permasalahan dan Solusi Terkait Penyiapan Proyek Infrastruktur dengan Skema KPS (bahan presentasi) dalam Konsinyering PPRF badan Kebijakan Fiskal, 3-4 Mei Pendapatan Per Kapita Orng Indonesia Naik 17% Jadi Rp31 Juta, 6 Februari 2012, dalam / /4/pendapatan-per-kapita-orang-indonesia-naik- 17-jadi-rp-31-juta Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa Tengah 2x1000 MW, 6 Oktober 2011, dalam 153

26 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Financial Closing PLTU Jateng Molor dalam co.id/.../ BPS Klaim Pendapatan Per Kapita Naik 17,7 Persen, 6 Februari 2012, dalam 20 Besar GDP Dunia, 26 Juni 2012, dalam wordpress.com/ 2012/06/26/20-besar-gdp-dunia/ Infrastruktur Indonesia Ranking 76 dari 142 Negara, 19 Juni 2012, dalam infrastruktur-indonesia-ranking-76-dari-142-negara#. Us9CUfvy7IU Bank Dunia: Infrastruktur Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Kompas, 7 Oktober 2013, dalam com/read/2013/10/07/ / Bank.Dunia.Infrastruktur.Kunci. Pertumbuhan.Ekonomi. Indonesia Infrastruktur Indonesia Ranking 76 dari 142 Negara, 19 Juni 2012, dalam infrastruktur-indonesia-ranking-76-dari-142-negara#. Us9CUfvy7IU Statistik Listrik 2012, Kementerian ESDM, dalam esdm.go.id/publikasi/statistik/statistik%20listrik_2012.pdf Suryadi, Beni, Towards A 100% Electrified Southeast Asia, dalam electrified Air Untuk Generasi, Bukan Untuk Kepentingan Lima Tahun, 5 Maret 2013, dalam / air.untuk.generasi..bukan.untuk.kepentingan.lima.tahun Kementerian PU Tetap Ngotot Bangun Enam Jalan Tol, 10 Desember 2013 dalam 154

27 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia banyaknya-penduduk-rumahtangga-dan-rata-rata-anggota-rumah-tangga-menurut-kabupatenkota-di-sulawesi-selatan-2010 diakses l 4 April 2012 PDAM Butuh Sumber Air Baku, 9 November 2013, dalam node/314193, diakses 13 Januari 2014 Pemerintah Tawarkan Proyek Pengolahan Sampah Ke Swasta Pada 2014, 5 Desember 2013, dalam read/ pemerintah-tawarkan-proyek-pengolahan-sampah-keswasta-pada-2014 SPAM Maros Terancam Dicoret, Bisnis Indonesia, 10 Oktober 2013 Lampiran A: Daftar Proyek Sampel No Nama dan Lokasi Proyek Sektor Instansi yang Dikunjungi Tanggal 155

28 Bunga Rampai Pengelolaan Risiko Fiskal Kumpulan Hasil Kajian Tahun Water Treatment Plant and Distribution of Cimahi Municipal Water Supply (Jawa Barat) 2 Karya Jaya Integrated Terminal (Palembang Sumatera Selatan) 3 Development of Tjilik Riwut Airport (Palangkaraya Kalimantan Tengah) 4 Maros Regency Water Supply (Sulawesi Selatan) 5 Terminal Terpadu Gedebage (Bandung Jawa Barat) 6 Bandar Udara Banten Selatan (Pandeglang Jawa Barat) 7 Bandar Udara Kertajati (Majalengka Jawa Barat) 8 Solid Waste Treatment and Final Disposal Bogor Depok (Jawa Barat) 9 Solid Waste Treatment and Final Disposal Greater Bandung Area (Jawa Barat) 10 Perbaikan Pengelolaan Sampah Kota Bandung (Jawa Barat) 11 Southern Bali Water Supply (Bali) 12 Jalan Tol Nusa Dua- Bandara Ngurah Rai (Bali) 13 6 Ruas Tol Dalam Kota Jakarta Air Bersih Perhubungan/ Transportasi Perhubungan/ Transportasi Air Bersih Perhubungan/ Transportasi Perhubungan/ Transportasi Perhubungan/ Transportasi Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Kantor Walikota Cimahi dan Bappeda Kota Cimahi Bappeda Kota Palembang dan Dinas Perhubungan Kota Palembang Bappeda Kota Palangka Raya dan Bandara Tjilik Riwut PDAM, Bappeda Kab Maros Dinas Perhubungan Kota Bandung Bappeda Propinsi Banten Bappeda dan Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat Bappeda dan BPSR Propinsi Jawa Barat Bappeda dan BPSR Propinsi Jawa Barat BPLH Kota Bandung Mei Maret Maret Maret Mei Mei Mei Mei Mei Mei 2012 Air Bersih Bappeda Provinsi Bali Maret 2012 Jalan Tol Jalan Tol PT Jasa Marga Bali Toll Badan Pengatur Jalan Tol Maret Maret

29 Komitmen Pemerintah Dalam Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Lampiran B: Himpunan Peraturan Terkait KPS 42 No Peraturan Substansi Waktu Penetapan 1 Keppres KKPPI 21 Juni / Perpres Pengadaan Lahan Untuk Penyediaan Infrastruktur 3 Mei / Perpres 42/2005 Perubahan atas Kepres 81/ Mei Perpres 67/2005 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur 9 Nov PMK 38/2006 Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan 19 Mei 2006 Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan Infrastruktur 6 Perpres 65/2006 Perubahan atas Perpres 36/ Juni Permenko Bidang Perekonomian Per-03/ Permenko Bidang Perekonomian Per-04/ Perpres 86/ Perpres 91/ Perpres 13/ PermenPPN/ Ka.Bappenas 4/ Peprres 78/2010 Tata Cara dan Kriteria Penyusunan Daftar Prioritas Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Yang Membutuhkan Dukungan Pemerintah Pemberian Jaminan Pemerintah Untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara Perubahan atas Perpres 86/2006 Perubahan Atas Perpres 67/2005 Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur 22 Juni Juni Oktober September Januari Juni Desember Karena keterbatasan waktu dan ruangan, dinamika atas berbagai regulasi dalam daftar ini tidak dibahas dalam tulisan ini. 157

PPPs PRIORITY PROJECTS

PPPs PRIORITY PROJECTS PPPs PRIORITY PROJECTS Financial Overview (in million) No Project Title Type of Project Proposal Contracting Agency Project Location Estimated Project Value Land Acquisition Construction 1 MedanBinjai

Lebih terperinci

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan

Lebih terperinci

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN P EMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014

Lebih terperinci

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dengan pertumbuhan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5.8%. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang, sehingga terus menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan negara guna

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.92, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Barang Milik Negara. Barang Milik Daerah. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang Penjajakan Minat Pasar 2. Tahap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

National Summit 2009

National Summit 2009 National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGLI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kondisi infrastruktur

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Soritaon Siregar, M. Soc. Sci. Kepala Pusat Investasi Pemerintah, Kementerian

Lebih terperinci

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Pemerintah Provinsi Jawa Timur Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Profil Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan Provinsi Jatim Profil Proyek Kerjasama Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH. A. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH. A. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH A. Pengertian Pengelolaan Barang Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. 8 Banyak

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI

Lebih terperinci

Perkembangan Infrastruktur Indonesia

Perkembangan Infrastruktur Indonesia Perkembangan Infrastruktur Indonesia I. Kondisi Umum Infrastruktur Indonesia Kebutuhan infrastruktur di Indonesia semakin meninggi bersamaan dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk dan kurangnya investasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/15 Juni 2017 Waktu : 13.30 15.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kalimantan Timur Peserta :

Lebih terperinci

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis, 8 Juni 2017 Waktu : 13.00 15.30 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Sumatera Utara Peserta

Lebih terperinci

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN Jakarta, 30 Desember 2016 - Pemerintah dan Badan Usaha pada hari ini berhasil mempercepat

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN Angkutan Udara 1. Bandara Banten Selatan, Pandeglang, Banten Angkutan Laut 1. Perluasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2016 EKONOMI. Penyediaan Infrastruktur. Prioritas. Percepatan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Infrastruktur berperan penting, tidak hanya sebagai penunjang ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari penyediaan pelayanan dasar yang diperlukan dalam rangka mencapai standar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Ir. M. Saiful Imam, MM. Mantan Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk email: m.saiful.imam@gmail.com; saiful@adhi.co.id ABSTRAK Pada makalah ini akan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN MATERI PEMBAHASAN MATERI PEMBAHASAN RAPAT: LATAR BELAKANG POKOK DISKUSI PERBANDINGAN KERANGKA

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR A. Latar Belakang Dalam Infrastructure Asia Exhibition pada 14-17 April 2010, Pemerintah memperkenalkan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SMI s Insight Triwulan II

SMI s Insight Triwulan II SMI s Insight 2016 - Triwulan II Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mencapai target rasio elektrifikasi, diperlukan tambahan kapasitas sekitar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan

Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan Rilis PUPR #2 12 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/343 Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku 250 liter/detik Bagi Kota Balikpapan Jakarta--Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Infrastruktur Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas fisik yang sering disebut dengan pekerjaan umum. Menurut AGCA (associated General Conctractor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013 OUTLINE Kendala dan Tantangan Pembangunan Perhubungan Darat Peningkatan Sinergitas,

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG of 33 06/11/2014 11:19 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN

Lebih terperinci

Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat

Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat Proyek KPBU TPPAS Regional Legok Nangka Provinsi Jawa Barat Denpasar, 24 Agustus 2017 1 Gambaran Umum Proyek PJPK : Gubernur Provinsi Jawa Barat Ruang Lingkup KPBU: Pengelolaan sampah padat perkotaan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Sehubungan dengan rencana investasi beberapa ruas Jalan Tol di Indonesia dan adanya kebijakan baru Pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004

Lebih terperinci

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Investasi dapat berasal dari luar negeri berupa penanaman modal asing. pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Investasi dapat berasal dari luar negeri berupa penanaman modal asing. pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi sebuah negara, penanaman modal atau investasi merupakan salah satu kata kunci yang memiliki peranan penting. Investasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11 1 11/DKSP TANGGAL 1 JUNI 2015 PERIHAL KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. UMUM 1. Apa saja pertimbangan

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. JUMAT, 15 APRIL KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci