Perkembangan Infrastruktur Indonesia
|
|
- Dewi Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Perkembangan Infrastruktur Indonesia I. Kondisi Umum Infrastruktur Indonesia Kebutuhan infrastruktur di Indonesia semakin meninggi bersamaan dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk dan kurangnya investasi sector serta tidak meratanya pembangunan infrastruktur selama puluhan tahun sehingga mencapai puncaknya. Sebagai contoh, antara tahun 2000 dan 2009, tingginya pertambahan jumlah kendaraan dan relatif tidak bertambahnya infrastruktur jalan, menyebabkan jumlah kendaraan per kilometer jalan meningkat hampir 3 kali lipat. Akibat dari ketidak-seimbangan antara permintaan akan infrastruktur dan penyediaan, maka peranan infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi juga semakin menurun. Investasi dalam industri, misalnya, menuntut tersedianya tenaga listrik, jalan raya, dan infrastruktur lain yang selama ini tidak dapat disediakan oleh Pemerintah dalam jumlah yang mencukupi. Para investor menganggap kondisi infrastruktur sebagai salah satu penghambat utama bagi investasi asing di Indonesia selama ini. Beberapa kondisi umum Infrastruktur Indonesia yg memprihatinkan al; Kondisi infrastruktur di Indonesia yang tidak memadai merupakan salah satu faktor penghambat investor melakukan bisinis di Indonesia. Kondisi Infrastruktur Indonesia pada saat ini berada pada peringkat ke-86 dari 134 negara (World Competitiveness Report tahun ) Biaya logistik Indonesia sangat tinggi, rata rat 14,08 % dari total penjualan Hanya 11 % air irigasi yang berasal dari waduk, sisanya sekitar 89% berasal dari sungai/mata air. Daya tamping waduk terbangun hanya 30 meter kubik/kapita/tahun, lebih tinggi dari Ethiopia dan jauh berada dibawah negara asia lainnya (spt: Thailand, China,India, Maroco) Hunian yang layak sebagai kebutuhan dasar (pasal 28 UUD 1945) belum mendapat perhatian yang memadai. Ratio outstanding kredit perumahan terhadap PDB : - Amerika(47%) - Malaysia (27%) - Indonesia(1,8%) Kemampuan supply yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk Lambatnya pertumbuhan cakupan pelayanan air minum perpipaan 75 % air sungai tercemar, 70 % air tanah tercemar, 150 ribu orang meninggal pertahun akibat diare Permasalahan Pembangunan Infrastruktur; Rendahnya daya saing infrastruktur Indonesia Rendahnya kualitas sistem jaringan infrastruktur yang mampu menghubungkan antar wilayah (domestic connectivity) Belum memadainya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan prasarana diwilayah tepencil dan pedalaman Belum optimalnya dukungan infrastruktur sumber daya air terhadap ketahanan pangan serta semakin meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir. Sangat terbatasnya pengembangan infrastruktur broadband nasional yang saat ini masih didominasi wireless broadband dan jangkauannya baru mencapai 1 %. Upaya pencapaian target Millenium Development Goals (MDG) pada tahun 2015 masih perlu dipercepat karena akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi masih rendah, yaitu 47,63 % (air minum) dan 51,02 % (sanitasi yang aman). Masih tingginya jumlah kekurangan rumah (backlog) yang mencapai 7,4 juta. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 41
2 Permasalahan Dalam Public Private Partnership (Kerjasama Pemerintah Swasta); Belum kondusifnya struktur kelembagaan dan peraturan perundang-undangan pada sektor dan lintas sektor yang mendorong pelaksanaan kerjasama pemerintah dan swasta. Kurang matangnya perencanaan dan persiapan proyek kerjasama pemerintah dan swasta. Masih belum optimalnya fasilitas fasilitas untuk mendukung investasi dalam pembangunan dan pengoperasian proyek kerjasama pemerintah dan swasta. Kurangnya pemberian dukungan pemerintah untuk meningkatkan kelayakan financial (pengadaan tanah dan konstruksi) bagi pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan melalui skema kerjasama pemerintah dan swasta. II. Investasi dalam Infrastruktur Dengan keyakinan bahwa belanja infrastruktur dalam beberapa tahun mendatang akan meningkat, maka Pemerintah memproyeksikan besarnya nilai investasi dalam infrastruktur selama kurun sebesar Rp1.923,7 Triliun. Namun demikian Pemerintah melalui APBN diperkirakan hanya dapat menyediakan Rp559,54 Triliun, ditambah dengan dana APBD sebesar Rp355,07 Triliun, dan BUMN diperkirakan akan menyumbang Rp340,85 Triliun. Sektor swasta diperkirakan akan mampu menyumbang sebesar Rp344,67 Triliun, sehingga diperkirakan masih akan ada kekurangan dana pembangunan infrastruktur sebesar Rp323,67 Triliun. Perkiraan Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan Tahun Sumber:Bappenas Para analis memperkirakan bahwa kekurangan ini akhirnya akan tertutup bila: Pertama, Pemerintah meningkatkan defisit anggaran, yang sekarang kurang dari 2% menjadi kurang dari 3% dari PDB, yang masih dalam batas aman sesuai dengan prinsip kehati-hatian dengan membatasi defisit anggaran di bawah 3% dan rasio hutang kurang dari 60%. Kedua, pemberian kemudahan bagi PMA dalam infrastruktur, dikombinasikan dengan kenaikan anggaran infrastruktur Pemerintah dan penurunan biaya modal akibat peningkatan peringkat hutang Indonesia, akan menyebabkan crowding in investasi swasta dalam infrastruktur. III. Anggaran Infrastruktur pada APBN Dalam RAPBN tahun 2013, komitmen membenahi kualitas infrastruktur direfleksikan melalui alokasi belanja modal yang mencapai Rp triliun atau 11,76% dari anggaran belanja negara sebesar Rp.1.657,9 triliun. Angka ini meningkat 14,9% dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun Alokasi belanja infrastruktur sebesar Rp. 188,4 triliun. Alokasi ini belum memperhitungkan Rp. 24 triliun dari SAL (Saldo Anggaran Lebih) tahun 2012, dan rencana target Rp.12 triliun dari pengalihan subsidi listrik untuk belanja modal. Besaran alokasi belanja negara ini ekuivalen dengan 13,8 % (Rp.229,8 triliun) dari total anggaran belanja negara Sementara itu, Bappenas Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 42
3 memproyeksikan adanya tambahan anggaran berasal dari alokasi anggaran transfer ke daerah untuk infrastruktur sebesar Rp. 96 triliun (18% dari total transfer ke daerah sebesar Rp. 518 triliun), kontribusi BUMN sebesar Rp. 77 triliun dan peran swasta diharapkan dapat mencapai minimal Rp. 60 triliun. Dengan demikian besaran alokasi pembangunan infrastruktur secara agregat dapat mencapai Rp.457,4 triliun atau sebesar 4,9% (hampir 5%) dari target PDB 2013 sebesar Rp triliun Dalam RAPBN 2014 Alokasi anggaran infrastruktur yang akan diajukan pemerintah kepada DPR dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 mencapai 209,7 triliun. Alokasi ini meningkat dibandingkan alokasi pada APBN Perubahan 2013 yang mencapai Rp 192,6 triliun. Anggaran untuk belanja infrastruktur 2014 tsb rencananya akan digunakan untuk membangun infrastruktur dasar seperti sistem penyediaan air bersih dan sistem irigasi untuk pedesaan. Sasaran yang akan dicapai pada prioritas infrastruktur dalam tahun 2014, antara lain: (1) meningkatkan kapasitas, kuantitas, dan kualitas infrastruktur penunjang pembangunan yang difokuskan di Indonesia bagian timur dan pusatpusat pertumbuhan; (2) terbangunnya secara bertahap potensi waduk multipurpose untuk ketahanan air, pangan, dan energi; (3) terbangunnya daerah irigasi baru dan rehabilitasi jaringan irigasi dalam menunjang surplus beras 10 juta ton; (4) meningkatnya kapasitas infrastruktur pengendalian banjir menuju debit periode ulang 25 tahun (Q25); (5) meningkatnya keterhubungan antarwilayah (domestic connectivity); (6) terwujudnya perkuatan virtual domestic interconnectivity; (7) meningkatnya akses terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, dan terjangkau; (8) meningkatnya ketahanan energi yang ditunjang dengan penyediaan listrik; dan(9) mempercepat pembangunan infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Dalam rangka mendukung tercapainya berbagai sasaran pada prioritas pembangunan infrastruktur dalam tahun 2014 tersebut, maka secara umum, arah kebijakan pembangunan infrastruktur akan difokuskan pada empat hal utama sebagai berikut. Pertama, bidang konektivitas nasional, antara lain melalui: (1) pembangunan sarana dan prasarana penghubung antar dan menuju koridor ekonomi; (2) memperluas jangkauan pelayanan infrastruktur ke daerah marjinal dengan penyediaan angkutan umum murah; (3) meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi; (4) mendorong pengembangan moda angkutan laut, kereta api dan angkutan penyeberangan untuk mendukung pelaksanaan amanat Perpres Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional; dan (5) penuntasan pembangunan pembangkit listrik MW tahap I dan dimulainya beberapa proyek pembangkit listrik MW tahap II berikut jaringan transmisinya. Kedua, bidang ketahanan pangan, antara lain melalui: (1) percepatan persiapan pembangunan waduk; engineering service, sertifikasi, dan pembebasan lahan waduk multipurpose dan inisiasi land banking persiapan lahan waduk; (2) rehabilitasi waduk eksisting dan peningkatan kapasitas operasi; (3) meningkatkan kehandalan layanan jaringan irigasi melalui sinergi infrastruktur irigasi dengan kebutuhan ekstensifikasi lahan pertanian. Ketiga, bidang pengurangan risiko banjir, antara lain melalui: (1) normalisasi dan peningkatan kapasitas infrastruktur pengendali banjir terutama di wilayah sungai Ciliwung- Cisadane, Citarum dan Bengawan Solo; Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 43
4 (2) penyusunan/pembaharuan masterplan pengendalian banjir di kota-kota pusat kegiatan nasional; dan (3) pembangunan infrastruktur pengendali sedimen, penataan kawasan, dan peningkatan kualitas air di 15 danau prioritas. Keempat, bidang skema kerjasama pemerintah dan swasta, antara lain melalui: (1) penyiapan proyek KPS bankable; (2) peningkatan kapasitas dukungan viability gap fund (VGF) dan jaminan pemerintah serta lembaga pembiayaan; (3) peningkatan kapasitas dan kelembagaan penanggung jawab proyek kerjasama (PJPK). IV. Infrastruktur melalui kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Privat Partnership/PPP) Pemerintah melalui Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk insentif perpajakan dan/atau kontribusi fiskal dalam bentuk finansial berdasarkan usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah. Menteri Keuangan juga menyediakan beberapa instrument untuk mendukung pelaksanaan proyek KPS. Fasilitas tersebut dilaksanakan melalui fasilitasi pelaksanaan proyek KPS terkait pemberian dukungan dan jaminan pemerintah melalui instrument sebagai berikut: a. Penyediaan dana talangan untuk dukungan Pemerintah dalam proyek KPS melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP); b. Penjaminan risiko infrastruktur melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur [PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)]. c. Penyiapan proyek KPS dalam tahap penyiapan dan pelaksanaan melalui lembaga pembiayaan infrastruktur [PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)] dengan skema Project Development Services (PDS). Penyiapan proyek melalui skema PDS merupakan bantuan yang diberikan Pemerintah terhadap PJPK dalam rangka mempersiapkan proyek KPS agar menarik dan siap ditawarkan kepada investor. Saat ini terdapat dua proyek yang mendapat bantuan dengan skema ini yakni Proyek Kereta Api Bandara Soekarno Hatta- Manggarai dan Proyek Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan di Jawa Timur Selain fasilitas tersebut, Pemerintah melalui Menteri Keuangan telah menyiapkan mekanisme pemberian dukungan kelayakan proyek kerja sama (Viability Gap Fund/VGF). Dukungan kelayakan proyek kerja sama merupakan dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiscal yang bersifat finansial atas porsi tertentu dari biaya konstruksi proyek kerja sama. Disamping itu,dukungan kelayakan bertujuan untuk: (1) meningkatkan kelayakan finansial proyek kerja sama; (2) meningkatkan kepastian pengadaan proyek kerja sama dan pengadaan badan usaha pada proyek kerja sama sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan; dan (3) mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Salah satu model proyek KPS yang saat ini telah memasuki kemajuan yang signifikan adalah pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas 2 x 1000 MW yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah (IPP PLTU Jawa Tengah) atau lebih dikenal dengan proyek Central Java Power Plant (CJPP). Proyek CJPP sudah mendapatkan pemenang lelang dan telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama. Proyek ini dijadwalkan akan memulai konstruksi pada tahun 2014 dan akan mulai beroperasi pada tahun Dengan berhasilnya pelaksanaan proyek KPS CJPP ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam waktu dekat dan mendorong pelaksanaan proyek-proyek KPS lain di Indonesia. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 44
5 Prospek Kerjasama Pemerintah Swasta Para analis investasi internasional percaya bahwa prospek pengembangan dan pelaksanaan proyek-proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta di Indonesia dalam tahun tahun mendatang sangat menjanjikan. Pertama, peraturan-perundangan sektor yang diperlukan telah hampir lengkap. Bila peraturan-perundangan mengenai pengadaan tanah dapat diselesaikan pada tahun 2011, maka perangkat peraturan-perundangan sektor telah dapat dianggap lengkap. Kedua, perangkat kelembagaan dan peraturan-perundangan tentang Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) termasuk kelembagaan pembiayaan dan penjaminan infrastruktur juga sudah cukup lengkap. Dalam rangka pengembangan kerangka kelembagaan, Pemerintah telah berupaya melakukan berbagai langkah terobosan guna mendukung pelaksanaan KPS. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur telah diubah untuk kedua kalinya melalui Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) sebagai salah satu komite tingkat kementerian telah direvitalisasi melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun Sementara itu, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) melalui anak perusahaannya PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) serta PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) juga telah beroperasi secara penuh masing-masing sebagai instrumen pembiayaan dan penjaminan pembangunan infrastruktur melalui skema KPS. Landasan hukum operasional PT PII telah ditetapkan melalui Perpres 78/2010 serta Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 260/2010. Peraturan-perundangan dan Kelembagaan KPS Sumber: Bappenas, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Ketiga, hambatan dalam bidang pembiayaan swasta meskipun masih ada namun dapat disiasati. Sebagaimana diketahui, jangka-waktu pengembalian modal (payback period) dari proyek-proyek KPS biasanya panjang, yang tidak sesuai dengan masa jatuh-tempo sumber dana perbankan. Selain itu, prinsip kehati-hatian yang diterapkan dalam perbankan di Indonesia juga tidak memungkinkan penerapan pola pembiayaan project financing karena tidak adanya jaminan (collateral) atas pinjaman. Namun dengan semakin stabil dan kuatnya perekonomian Indonesia dan semakin tingginya kepercayaan asing terhadap ekonomi kita, maka kemungkinan bagi masuknya investor asing dalam bidang infrastruktur dan diperolehnya pinjaman dana asing oleh investor dalam negeri menjadi terbuka lebar. Keempat, masalah penyiapan proyek KPS sedang dalam proses untuk diatasi. Sebagaimana diketahui, salah satu masalah dalam penyiapan proyek KPS di Indonesia adalah kurangnya pemahaman para pemangku kepentingan mengenai KPS, yang menyebabkan proyek yang diusulkan menjadi proyek KPS adalah yang kelayakannya rendah, tidak Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 45
6 adanya anggaran untuk menyiapkan proyek, dan proses penyiapan kurang maksimal dan kurang seksama sehingga proyek KPS justru menjadi gagal. Permasalahan lain yaitu kurangnya pengalaman kita dalam penyiapan dan pelaksanaan proyek KPS dan belum banyak contoh-contoh proyek KPS yang telah berhasil dilaksanakan yang bisa menjadi showcase bagi pelaksanaan KPS di Indonesia. Upaya Bappenas dalam rangka mengatasi masalahmasalah diatas yaitu: (a) melaksanakan program sosialisasi dan pelatihan mengenai KPS, sehingga pemahaman para pemangku kepentingan mengenai KPS menjadi lebih baik dan kualitas usulan proyek KPS menjadi lebih tinggi; (b) memberikan bantuan teknis (tenaga ahli) untuk penyiapan proyek KPS bagi instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mempunyai usulan proyek KPS yang dinilai akan bisa menjadi layak. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 46
PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA
PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang
Lebih terperinciFasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1
Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan
Lebih terperinciMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011
PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung
Lebih terperinciALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Jakarta, Desember 2012 PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciAlternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciFASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT
Lebih terperinciKERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan
Lebih terperinciMengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Profil Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan Provinsi Jatim Profil Proyek Kerjasama Pemerintah
Lebih terperinciKerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Infrastruktur berperan penting, tidak hanya sebagai penunjang ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari penyediaan pelayanan dasar yang diperlukan dalam rangka mencapai standar
Lebih terperinciImplementasi Perpres 67/2005 di Daerah
DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± 244.775.796 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49%/tahun dapat diperkirakan bahwa penduduk Indonesia akan menembus angka
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciAspek Perpajakan Viability Gap Fund 1
Aspek Perpajakan Viability Gap Fund 1 Oleh: Sofia Arie Damayanty dan Hadi Setiawan 2 Incentives are not strategy, they are tactics. Defensive measures. Carlos Ghosn Pemerintah Indonesia terus berupaya
Lebih terperinciFAQ. bahasa indonesia
FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMER 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAN INFRASTRUKTUR DENGAN
Lebih terperinciPERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN
PROYEK STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN Jakarta, 30 Desember 2016 - Pemerintah dan Badan Usaha pada hari ini berhasil mempercepat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MEMUTUSKAN :
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinci2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u
No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN
Lebih terperinciPembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan
Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.
PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta
No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah
Lebih terperinci1 of 9 21/12/ :39
1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik
KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciMEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)
MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) Oleh: Eri Hariyanto, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan*) Pendahuluan Dalam trilogi Musgrave disebutkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan
Lebih terperinciPERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012
Lebih terperinciPEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG
PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan
Lebih terperinciKPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif
KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEBIJAKAN ALOKASI DAN PENYALURAN DAK TAHUN 2016 Jakarta, 10 Februari 2016 ARAH KEBIJAKAN DAK TA 2016 1. Mendukung implementasi
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN
OVERVIEW KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 Disampaikan Oleh Robin A. Suryo Deputi Pengembangan Strategi dan Kebijakan OVERVIEW 1. Konsep Pengelolaan Persampahan
Lebih terperinciPEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN MATERI PEMBAHASAN MATERI PEMBAHASAN RAPAT: LATAR BELAKANG POKOK DISKUSI PERBANDINGAN KERANGKA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciSambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director
Lebih terperinciPEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN
PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Soritaon Siregar, M. Soc. Sci. Kepala Pusat Investasi Pemerintah, Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh pada tiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba yaitu rasio profitabilitas, rasio
Lebih terperinciMandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN
Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,
Lebih terperinciSAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN
SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran
Lebih terperinciI. Permasalahan yang Dihadapi
BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciPEMBIAYAAN INVESTASI SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN
PEMBIAYAAN INVESTASI SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Emma Sri Martini, S.T. Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Pembiayaan Investasi Proyek
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, 2 Agustus 2012 Kamis, 02 Agustus 2012
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, 2 Agustus 2012 Kamis, 02 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PENGEMBANGAN BANDARA
Lebih terperinci, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kondisi infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran utama yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional 2015-1019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban
Lebih terperinciCANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun
Sabtu-Senin, 21-23 Mei KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan
Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciTATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM
TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen
Lebih terperinciJAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t
JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan
Lebih terperinciKERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR A. Latar Belakang Dalam Infrastructure Asia Exhibition pada 14-17 April 2010, Pemerintah memperkenalkan
Lebih terperinciMemperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial
Memperbesar Pintu Masuk Partisipasi Swasta Dalam Penyedian Infrastruktur Sosial Jakarta 31 Desember 2015 Pada bulan Maret 2015, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 ( Perpres
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN
Lebih terperinciBAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral
BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.
Lebih terperinciNational Summit 2009
National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN
Lebih terperinciSinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025
Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEP ATAU PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR :PER-04/M.EKON/06/2006
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK
JURNAL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIP) Politeknik Keuangan Negara STAN Alamat Korespondensi: msuhendra@pknstan.ac.id
Lebih terperinciTANTANGAN DAN PELUANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA
TANTANGAN DAN PELUANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA Oleh : FRANS SATYAKI SUNITO Managing Director PT Pembangunan Jaya Infrastruktur Seminar : Research & Industrial Lingkage For Suistanable
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDirektorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017
Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Lebih terperinciNational Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur
National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI
Lebih terperinciAnggaran yang Menyejahterakan
Anggaran yang Menyejahterakan Terciptanya kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama pendirian suatu negara. Sejahtera dapat diartikan sebagai keadaan sentosa dan makmur, yang dapat diwujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan kebijakan
Lebih terperinciPenetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian ALUR PERATURAN
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI
BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 22 Oktober 2012 Peran Kementerian Keuangan Instrumen Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Kebijakan pendanaan/investasi Pemerintah (PIP)
Lebih terperinciPERPRES PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DIREVISI
PERPRES PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA DIREVISI jembatanselatsunda.com Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengusulkan untuk merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengenai hal skema penjaminan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengenai hal skema penjaminan dari P.T. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) dan berdasarkan hasil analisis
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinci