MATERI DAN METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI DAN METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat dilaksanakan pada bulan Januari 005 sampai dengan Desember 006 dan di peternakan rakyat yang termasuk anggota Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM), Kabupaten Magelang pada bulan Maret sampai bulan Desember 006. Materi Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua kegiatan, yaitu kegiatan penelitian di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor dan kegiatan penelitian di Kabupaten Magelang. Penelitian 1. "Kajian Potensi Genetik Ternak Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor, Jawa Barat". Kajian sumberdaya genetik kelinci yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor meliputi karakterisasi morfometrik kelinci, evaluasi performa produksi kelinci, dan evaluasi seleksi. Karakteristisasi morfometrik dilakukan pada kelinci Rex (RR), Satin (SS), persilangannya (RS) dan New Zealand White (NZ). Materi penelitian adalah sejumlah 3 ekor kelinci NZ, 5 ekor kelinci RR, ekor kelinci SS dan 1 ekor kelinci RS. Performa produksi kelinci di Balitnak Ciawi, Bogor merupakan penampilan produksi kelinci dari populasi dasar (P0) dan populasi turunan hasil seleksi (F1) pada kelinci RR, SS dan RS. Materi penelitian diuraikan pada Tabel 3. Peralatan yang dipergunakan adalah borang produktivitas induk, pertumbuhan anak dengan penimbangan bobot badan mingguan dari lahir sampai berumur 0 minggu. Adapun karakteristik karkas dan potongan komersialnya, sejumlah 17 ekor kelinci RR (8 ekor betina dan 9 ekor jantan), 15 ekor kelinci SS (6 ekor betina dan 9 ekor jantan), dan 1 ekor kelinci RS (3 ekor betina dan 9 ekor jantan), dipotong dengan potongan menurut petunjuk Blasco et al. (199),

2 timbangan merk Quattro buatan Jerman skala 15 kg dengan skala terkecil 0.10 g, serta alat tulis. Pembibitan di Balitnak Ciawi, Bogor merupakan hasil kajian seleksi yang dilakukan pada kelinci RR, SS dan RS. Data berasal dari pengamatan pada populasi dasar (P0) dan populasi turunan hasil seleksi (F1) sebagaimana diuraikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah kelinci RR, SS dan RS yang diamati pada populasi dasar dan turunan hasil seleksi F1 Uraian RR SS RS P0 F1 P0 F1 P0 F1 Induk (ekor) Pejantan (ekor) Anak lahir (ekor) Anak lepas sapih (ekor) Anak umur 1 minggu (ekor) Anak umur 16 minggu (ekor) Kelinci populasi dasar (P0) kemudian diseleksi berdasarkan sifat jumlah anak sekelahiran dan bobot sapih. Anak terseleksi berasal dari ternak yang memiliki nilai pemuliaan 0 ekor tertinggi untuk betina dan 5 ekor tertinggi untuk jantan dengan metode Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) menggunakan program Prediction Estimation (PEST) menurut Groeneveld (1999). Penelitian. "Kajian Potensi Genetik Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Magelang, Jawa Tengah". Kajian sumberdaya genetik kelinci yang dilakukan di peternak anggota Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM), Kabupaten Magelang meliputi karakterisasi morfometrik kelinci, evaluasi performa produksi kelinci, dan evaluasi seleksi. Karakteristisasi morfometrik ternak kelinci di Magelang dilakukan pada kelinci English Spot (ES) berjumlah 40 ekor, kelinci Flemish Giant (FG) berjumlah 40 ekor, kelinci Rex (RR) berjumlah 40 ekor dan 5 ekor kelinci New Zealand White (NZ). Adapun peralatan yang digunakan terdiri atas

3 3 meteran kain berskala terkecil 1 mm dan jangka sorong berskala 15 cm dengan skala terkecil 0.01 mm, timbangan pegas berkapasitas 11 kg dengan skala terkecil 0,5 kg, borang dan alat tulis. Performa produksi kelinci di Kabupaten Magelang merupakan pengamatan pada 30 orang anggota PPKM dengan jumlah kelinci induk dan pejantan yang diamati sebanyak 54 ekor. Kelinci FG sejumlah 71 ekor, kelinci ES sejumlah 83 ekor, kelinci NZ sejumlah 73 ekor dan kelinci RR sejumlah 97 ekor. Pengelompokan kelinci dilakukan berdasarkan prakiraan umur, yaitu anak (30-60 hari), muda ( hari) dan dewasa ( 150 hari). Peralatan yang dipergunakan adalah borang produktivitas dan alat tulis. Pembibitan di lapang dilakukan dengan pengamatan langsung pada 0 orang peternak anggota PPKM. Data teknis pemeliharaan bibit, sistem perkawinan, sistem pembibitan, seleksi dan culling serta pencatatan diamati sebagai kondisi sebenarnya pembibitan di lapang. Selanjutnya pengamatan lebih mendalam dilakukan pada empat orang peternak kooperator yang menyatakan bersedia secara sukarela untuk menyediakan induk, perkandangan pembibitan, perkawinan terarah dan melakukan pencatatan produktivitas induk dan anak sebagai dasar seleksi ternak. Catatan yang diamati meliputi produktivitas induk, pejantan dan pertumbuhan individu anak berupa bobot badan mingguan dari lahir sampai berumur 0 minggu. Metode Penelitian Penelitian 1. "Kajian Potensi Genetik Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor, Jawa Barat". Karakterisasi Morfometrik Karakterisasi morfometrik dilakukan pada kelinci RR, SS, RS dan NZ di Balitnak dipilih berdasarkan umur, yaitu lebih dari 1 bulan berdasarkan catatan induk dan pejantan yang ada. Pengamatan dilakukan pada ukuran kepala (panjang dan lebar), telinga (panjang dan lebar), dada (lebar, dalam dan lingkar), panjang tulang humerus, tulang radius-ulna, tulang femoris, tulang tibia, panjang badan dan lebar panggul. Ukuran-ukuran ini selanjutnya dapat memberi gambaran ukuran dan bentuk kelinci (Mansjoer 1981).

4 4 Peubah yang Diamati Peubah mofometrik diperoleh dengan melakukan pengukuran pada bagianbagian tubuh individu kelinci yang meliputi (Gambar 1) : 1) panjang kepala (1), adalah jarak antara titik tertinggi (pangkal telinga) sampai titik terdepan tengkorak (ujung tulang hidung); diukur menggunakan pita ukur (cm), ) lebar kepala (), adalah jarak antara titik penonjolan tengkorak kiri dan kanan, diukur menggunakan jangka sorong (cm), 3) tinggi kepala (3), adalah jarak antara titik tertinggi tengkorak sampai titik terendah rahang bawah; diukur menggunakan jangka sorong (cm), 4) lingkar dada (4), adalah lingkar rongga dada di belakang sendi bahu (os scapula) menggunakan pita ukur (cm), 5) dalam dada (5), adalah jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada, diukur dengan jangka sorong (cm), 6) lebar dada (6), adalah jarak antara kerangka dada dibelakang skapula kanan dan scapula kiri diukur dengan menggunakan jangka sorong (cm), 7) panjang kaki depan dan belakang, adalah panjang kaki atas dan kaki bawah. Panjang kaki depan bawah adalah panjangnya tulang Radius-ulna (7); panjang kaki depan atas adalah panjangnya tulang Humerus (8); panjang kaki bawah belakang adalah panjang tulang Tibia (9);panjang kaki belakang atas adalah panjangnya tulang Femoris (10), 8) panjang tulang punggung (11), adalah diukur dari tulang punggung pertama hingga tulang pangkal ekor diukur dengan menggunakan pita ukur (cm), 9) lebar tulang panggul, adalah jarak antara tulang pangkal paha kiri dan pangkal paha kanan (1) diukur dengan jangka sorong (cm), 10) panjang daun telinga (13), adalah jarak antara pangkal daun telinga sampai titik ujung telinga menggunakan pita ukur (cm) dan 11) lebar daun telinga (14), adalah jarak antara dua titik terluar daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang telinga diukur menggunakan pita ukur (cm).

5 5 Analisis Data Perbedaan ukuran dari bagian tubuh yang diamati dianalisis dengan menggunakan General Linear Models (GLM) menurut Statistics Analytical System (SAS 1985). Penentuan hubungan kekerabatan kelinci di dalam dan antar populasi menggunakan fungsi diskriminan sederhana (Manly 1989). Fungsi diskriminan yang digunakan melalui pendekatan jarak Mahalanobis seperti yang dijelaskan oleh Nei (1987), matriks ragam peragam antara peubah dari masingmasing galur kelinci yang diamati digabungkan menjadi sebuah matrik. Matrik gabungan dapat dijelaskan ke dalam bentuk berikut : C = c c... c p c c c 1... p c c 1p p... pp c Jarak genetik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat genetik minimum yang digunakan sesuai petunjuk Nei (1987) adalah sebagai berikut : D ( i, j) = 1 ( ) ( ) X Keterangan : D i, j) C 1 X i X j i X j C X i X j = Nilai statistik Mahalanobis sebagai jarak kuadrat antar galur kelinci ke-i ( dan galur kelinci ke-j, = Kebalikan matrik gabungan ragam peragam antar peubah, = Vektor nilai rataan pengamatan dari galur kelinci ke-i pada masing-masing peubah, = Vektor nilai rataan pengamatan dari galur kelinci ke-j pada masingmasing peubah Untuk membantu analisis statistik Mahalonobis digunakan paket program SAS ver. 6.1 (SAS 1985) dengan menggunakan prosedur PROC DISCRIM. Dari hasil perhitungan jarak kuadrat tersebut kemudian dilakukan pengakaran terhadap hasil jarak genetik yang didapat. Hasil pengakaran terhadap hasil jarak genetik dianalisis menggunakan perangkat lunak MEGA seperti petunjuk Kumar et al. (001) untuk memperoleh pohon fenogram. Teknik pembuatan pohon fenogram dilakukan dengan metoda UPGMA (Unweight Pair Group Method with

6 6 Arithmetic) dengan asumsi bahwa laju evolusi antar galur/kelompok kelinci adalah sama. Beberapa keuntungan yang didapat dari penggunaan teknik ini dikemukakan oleh Kumar et al. (001), karena sederhana dan berguna pada kondisi kelompok yang relatif stabil. Analisis canonical dilakukan untuk menentukan peta penyebaran galur kelinci dan nilai kesamaan dan nilai campuran di dalam dan diantara galur/ kelompok kelinci (Manly 1989). Analisis ini juga dipakai untuk menentukan beberapa peubah yang memiliki pengaruh kuat terhadap terjadinya pengelompokkan galur kelinci (pembeda galur kelinci). Prosedur analisis dengan menggunakan PROC CANDISK dari SAS ver. 6.1 (SAS 1985). Pengukuran peubah ukuran morfometrik yang diteliti pada kerangka tubuh kelinci dapat dilihat pada Gambar Gambar 1. Kerangka tubuh kelinci. 7

7 7 Karakterisasi Performa Produksi Performa produksi kelinci di Balitnak Ciawi, Bogor merupakan data hasil pencatatan pertumbuhan individu kelinci, pertumbuhan induk selama menyusui dan reproduksinya, serta produksi karkas dan potongan komersialnya. Peubah yang Diamati Peubah performa produksi kelinci diperoleh dengan melakukan pengukuran pada individu anak dan induk kelinci yang meliputi : 1. Pertambahan bobot badan anak diukur setiap minggu dari lahir sampai umur 0 minggu (g),. Pertumbuhan induk, yaitu menimbang bobot induk saat beranak sampai anak di sapih (g), yaitu umur enam minggu, 3. Jumlah anak yang dilahirkan (ekor) dan jumlah anak sapih (ekor), 4. Bobot potong, yaitu bobot badan kelinci pada saat akan dipotong (g), 5. Bobot karkas, yaitu bobot setelah kelinci dipotong dikurangi darah, kepala, kulit, hati, ekor, saluran pencernaan berserta isinya, dan isi rongga dada, kecuali ginjal (g) menurut Rao et al. (1978), 6. Bobot komponen karkas, meliputi bobot daging, lemak, dan tulang (g), 7. Bobot potongan komersial, foreleg, rack, loin dan hindleg (Blasco et al. 199), 8. Rasio daging:tulang, adalah perbandingan bobot daging dengan tulang (g), 9. Bobot kulit segar, adalah segera setelah kelinci dikuliti dan kulitnya ditimbang (g), dan 10. Proporsi karkas, proporsi potongan foreleg, rack, loin dan hindleg (%). Analisis Data Analisis data menggunakan bantuan program Statistics Analytical System (SAS 1985) dengan prosedur General Linear Program (GLM). Untuk menguji perbedaan setiap perlakuan, selanjutnya dilakukan Uji Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) menurut Steel dan Torrie (1991).

8 8 Karakterisasi Pembibitan Induk betina dan pejantan diberikan identitas berupa tatoo, urutan data adalah nomor jantan, nomor induk, generasi dan nomor yang bersangkutan. Tatoo di telinga kiri untuk induk betina dan di telinga kanan untuk pejantan. Induk sesaat setelah beranak, anak-anak diberi tanda pada bagian telinga menggunakan benang berwarna dengan letak di kiri untuk betina dan di kanan untuk jantan. Anak kelinci bersama induk sampai disapih, yaitu umur 6 (enam) minggu untuk selanjutnya dilakukan tatoo sebagai identitas yang menerangkan nomor jantan(1-5), nomor induk (01-0), paritas (1-3) dan nomor anak. Letak tatoo disesuaikan dengan jenis kelamin, yaitu telinga kiri untuk betina dan telinga kanan untuk jantan. Induk yang beranak lebih dari 7 (tujuh) ekor, selebihnya dilakukan cross fostering, yaitu menitipkan pada induk sebangsanya yang beranak bersamaan dengan jumlah anak kurang dari 5 (lima) ekor. Induk segera dikawinkan setelah anak berumur 1-14 hari dan telah memperlihatkan tanda-tanda berahi, dan penyapihan dilakukan setelah anak berumur 6 (enam) minggu. Perkawinan induk ini, menurut Raharjo et al. (1993), memberikan kecenderungan hasil yang tinggi pada tingkat kebuntingan, dan litter size sapih. Ketika induk beranak kembali, anak yang sedang menyusui dipindahkan ke kandang sapihan. Penelitian ini menggunakan catatan penampilan fenotipik kelinci RR, SS dan RS yang ada di Balitnak Ciawi dari tahun 004. Catatan tersebut terdiri atas silsilah ternak, bobot lahir (BB0), bobot sapih (umur 6 minggu/bb6), bobot umur 1 minggu (BB1) dan bobot umur 16 minggu (bb16). Perbanyakan ternak kelinci RR, SS dan RS (P 0 ) 53 ekor RR, 36 ekor SS dan 5 ekor RS Populasi Awal (P 0 ) 90 RR, 143 SS, 139 RS Populasi F RR, 07 SS, 78 RS Populasi Terseleksi (G 0 ) Populasi Terseleksi (G 1 ) Gambar. Tahapan seleksi di Balitnak Ciawi, Bogor.

9 9 Seleksi dilakukan selama dua generasi sehingga dapat diperoleh nilai dugaan heritabilitas sifat yang diseleksi. Pengamatan dilakukan terhadap sifat pertumbuhan, sifat reproduksi dan pertumbuhan induk selama menyusui anak. Pengamatan ini dilakukan pada populasi dasar dan ternak terseleksi. Adapun tahapan seleksi yang dilakukan diuraikan pada Gambar. Perkawinan Ternak Induk-induk dikawinkan setelah berumur 5-6 bulan dan pejantan berumur 8 bulan. Betina dikawinkan apabila memperlihatkan tanda-tanda berahi, yaitu dengan melakukan pemeriksaan bagian vulva, betina siap untuk dikawinkan bila vulva berwarna kemerahan. Palpasi terhadap induk dilakukan pada hari ke-1 setelah perkawinan untuk menentukan bunting atau tidak. Betina segera dikawinkan kembali jika tidak bunting. Sarang bagi induk yang bunting disiapkan pada hari ke-8 masa kebuntingan. Perkawinan kembali segera dilakukan pada umur kelahiran dua minggu setelah betina beranak dan bila induk dilihat tandatanda berahi. Pejantan dikawinkan dengan empat ekor betina. Sistem perkawinan disesuaikan dengan catatan silsilah. Kandang Kandang ternak yang digunakan terbuat dari kawat, merupakan kandang individu tipe Quonset Style Cages (Harris 1983). Ukuran kandang sesuai dengan umur kelinci. Atap kandang berbentuk setengah lingkaran. Tinggi kandang dari lantai 100 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan serta tempat air minum terbuat dari gerabah dan cetakan semen. Kandang induk terbuat dari kawat dengan lantai bambu dan dilengkapi kotak beranak terbuat dari kawat dibagian dalam dan di luar dari bahan triplek. Ukuran kandang induk adalah panjang 60 cm, lebar 75 cm dan tinggi 40 cm. Kotak beranak menggantung di pojok depan kandang dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 5 cm. Serbuk gergaji diberikan sebagai alas kotak beranak, dan induk akan merontokkan bulunya sebagai sarang bagi anak yang dilahirkan agar tidak tercekam udara dingin karena kelinci dilahirkan tanpa bulu. Setelah anak berumur 4-5 minggu, kotak beranak dibersihkan dan dipersiapkan

10 30 untuk anak berikutnya. Anak kelinci disapih pada umur 6 minggu dan diletakkan pada kandang sapih yang berukuran panjang 45 cm, lebar 75 cm dan tinggi 45 cm yang terbuat dari kawat. Kandang pejantan berukuran panjang 75 cm, lebar 45 cm dan tinggi 45 cm. Kandang terbuat dari kawat dengan alas bambu dan ketinggian 100 cm dari lantai. Pembersihan kotoran dilakukan setiap bulan atau lebih cepat bila kotoran diperlukan untuk pupuk. Di dalam kandang disediakan tempat pakan terbuat dari gerabah berukuran panjang 15 cm, lebar 1 cm dan tinggi 6 cm, dan tempat minum dari paralon yang diisi semen berukuran diameter luar 14 cm, diameter dalam 1 cm dan tinggi 10 cm. Ransum Ransum penelitian mengandung protein 17.1 persen dan energi metabolis 600 kkal/kg, serat kasar 1.7 %, kalsium (Ca) 0.9 g/kg dan fosfor (P) 0.8 g/kg. Ransum dibuat dalam bentuk pellet dengan pemberian ransum dan air minum dilakukan setiap hari secara ad libitum. Peubah yang diamati Peubah yang diamati adalah karakteristik pertumbuhan sebagai kriteria seleksi, yaitu : 1. Bobot lahir anak umur 0 minggu, dalam satuan g,. Bobot sapih anak umur 6 minggu, dalam satuan g, 3. Bobot potong umur 1 minggu, dalam satuan g dan 4. Bobot remaja umur 16 minggu, dalam satuan g. Adapun untuk pendugaan pertumbuhan masing-masing galur kelinci merupakan catatan bobot badan anak umur 0 minggu sampai dengan 0 minggu. Analisis data 1. Pendugaan Nilai Heritabilitas Pendugaan nilai heritabilitas dilakukan dengan metode analisis ragam pola tersarang sesuai petunjuk Becker (1984) dengan bantuan perangkat lunak Statistical Analytical System (SAS 1985) dan metode Univariate Animal Model

11 31 Restricted Maximum Likelihood (REML) dengan bantuan perangkat lunak Variance Component Estimation versi 4. (Groeneveld 1998) Pendugaan nilai heritabilitas menggunakan analisis ragam dengan pola tersarang sesuai petunjuk Becker (1984) pada Tabel 4. Analisis data dalam menduga keragaman genetik dilakukan dengan metode analisis saudara kandung dan saudara tiri berdasarkan rumus yang dikemukanan Becker (1984) dengan model persamaan matematisnya : Y ijk = μ + α i + β j(i) + ε ijk Keterangan : Y ijk = respon anak ke-k dari induk ke-j dan pejantan ke-i μ = rataan umum α i = pengaruh pejantan ke-i β j(i) = pengaruh betina ke-j yang dikawinkan dengan pejantan ke-i = galat ε ijk Tabel 4. Sidik ragam untuk menduga nilai heritabilitas suatu sifat berdasarkan pola tersarang atau Hierarchial Sumber keragaman db JK KT Komponen Antar pejantan S-1 JKs KTs σ w + k σ d + k 3 σ s Antar induk dalam pejantan S(d-1) JKd KTd σ w + k 1 σ d Antar anak dalam induk Sd (n-1) JKw KTw σ w Total Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah; S = jumlah pejantan; D = jumlah betina yang dikawinkan per pejantan; N = jumlah anak yang dihasilkan per betina; σ s = komponen ragam antar pejantan; σ d = komponen ragam antar induk; σ w = komponen ragam antar anak dalam induk σ t Komponen ragam diduga dengan : σ w = KTw σ d = (KTd-KTw)/k1 σ s = {KTs (KTw + k σ d)} / k 3 Nilai k1, k dan k3 dihitung dengan : K 1 = n.. i n n ij i db( dams)

12 3 K = K 3 = nij i ni. n n n.. ij ni... db( sires) n.. db( sires) Nilai heritabilitas dihitung dengan rumus : hs+ d = Keterangan : hs+ d induk σ s σ d σ w ( + ) σ s σ d σ + s σ + d σ w = nilai heritabilitas suatu sifat yang dihitung melalui pejantan dan = komponen ragam antar pejantan = komponen ragam antar induk = komponen ragam antar anak dalam induk Simpangan baku eror nilai heritabilitas untuk komponen pejantan dan induk dihitung berdasarkan rumus (Becker 1984) : s. e. h ( σ ) + var( ω ) + ( σ σ ) s d s d ( + + ) var cov = Keterangan : s.e. h σ s σ d σ w = simpangan baku heritabilitas suatu sifat cov ( ) = { var( ) ( var( )} ( ) s d w d 3 σ σ σ k 1.. Pendugaan nilai heritabilitas menggunakan metode Univariate Animal Model Restricted Maximum Likelihood (REML) dengan bantuan perangkat lunak Variance Component Estimation versi 4.. (VCE 4.) (Groeneveld 1998). Model matematika yang digunakan pada metode ini adalah : Y 1 = Z 1 a 1 + e 1 ; Keterangan : Y = vektor untuk pengamatan; a = vektor untuk efek random (qx1); dan Z = disain matriks yang berhubungan dengan efek random (nxq), angka 1,,... n menunjukkan sifat ke-1, ke- dan ke-n. σ k k

13 33 Matrik model matenatiknya adalah : [ Y ] = [ Z ][. a] + [ e] Persamaan Mixed Model (MME) dalam bentuk matriknya adalah sebagai berikut : X ' X Z' X X ' Z Z Z + A 1 ' α.[ a ] = X ' y Z' y Keterangan : a = nilai pemuliaan dugaan e = sisaan α adalah fungsi parameter ragam, = α α α α a dan α e = ragam genetik aditif dan ragam sisaan A 1 = invers matrik kekerabatan a e Model ragam-peragamnya adalah : Y Vadd V a = AZ' σ a e 1 e σ ZA A σ σ 0 a a σ 1 e 0 1 e σ V(Y) = Vadd = ZAσ az + Iσ e V(a) = Aσ a V(e) = Iσ e Keterangan : V(Y) = ragam fenotip, V(a) = ragam aditif, V(e) = ragam lingkungan, A = matriks yang berhubungan dengan ragam aditif ternak, I = matriks identitas, Z = desain matriks yang berhubungan dengan efek acak.

14 34 Maka nilai heritabilitas dapat dihitung dengan persamaan : V ( a) h = V ( a) + V ( e) h = ZA Aσ σ a az'+ I σ e Pemasukan data dilakukan sesuai prosedur menurut Henderson (1985). Apabila pejantan atau induk tidak diketahui identitasnya, maka diidentifikasi dengan angka nol (0,00). Data dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam sepuluh kolom yang terdiri atas nomor ternak, pejantan, induk, paritas, jenis kelamin, jumlah anak sekelahiran, bobot lahir (bb0), bobot sapih umur 6 minggu (bb6), bobot umur 1 minggu (bb1) dan bobot umur 16 minggu (bb16). Ternak yang tidak memiliki catatan atau mati diidentifikasi dengan angka -1,00 (Groeneveld 1998). Pengolahan data dengan metode Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) ini dilakukan secara univariate model, yaitu hanya satu model yang digunakan dalam setiap pengolahan data. Data yang telah dikelompokkan dan disusun, diolah menggunakan paket program PEST (Prediction and Estimation) menurut Groeneveld (1998). Data yang dihasilkan merupakan data terkode yang selanjutnya diolah kembali menggunakan program VCE versi 4. untuk menduga nilai heritabilitas (Groeneveld 1998).. Pendugaan Nilai Diferensial dan Respon Seleksi Pendugaan respon seleksi menggunakan diferensial seleksi aktual (S) yang dihitung dengan rumus (Martojo 199): R = h S Keterangan : R = respon seleksi h = nilai heritabilitas S = diferensial seleksi, yaitu selisih antara rataan fenotip dari populasi terseleksi dengan rataan fenotip populasi sebelum seleksi.

15 35 3. Pendugaan kurva pertumbuhan Hasil perkembangan dari data penimbangan ternak kelinci secara periodik pada populasi dasar (P0) dan populasi turunan hasil seleksi (F1) dianalisa dengan pendekatan kurva pertumbuhan non linier model Gompertz dengan program paket statistik SAS ver 6.1 (SAS 1985). Pertimbangannya bahwa model tersebut menurut Blasco dan Gomez (1993) telah dibuktikan sebagai model yang terbaik untuk menggambarkan pertumbuhan kelinci. Rumus matematisnya adalah : Y t = Aexp( B exp kt) Keterangan : Y t = ukuran bobot badan pada umur t A = ukuran dewasa tubuh (asimtot) untuk bobot badan B = parameter skala (nilai konstanta) exp = logaritma dasar (.1788) k = laju pertumbuhan hingga ternak mencapai dewasa tubuh t = satuan waktu (umur) Untuk mendapatkan nilai dugaan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang kapan saat terjadinya titik biologis dari suatu pertumbuhan, P tak et al. (1994) telah menggunakan suatu model sederhana yang didapat dari hasil turunan persamaan non linier. Model matematis tersebut telah digunakan secara baik di dalam menduga keberadaan koordinat titik belok saat umur dan bobot badan kelinci pertama mengalami pubertas. Untuk menentukan titik belok bobot badan digunakan penduga hasil bagi antara nilai A dengan bilangan eksponensial [A/exp], sedang dugaan titik belok umur adalah [(lnb)/k]. Penelitian. "Kajian Potensi Genetik Kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Magelang, Jawa Tengah". Karakterisasi Morfometrik Untuk karakterisasi morfometrik kelinci ES, FG, NZ dan RR berasal dari peternak anggota PPKM yang dipilih berdasarkan jumlah kepemilikan induk, yaitu lebih dari 10 ekor induk betina dan 5 ekor pejantan. Induk betina dan

16 36 pejantan adalah kelinci yang telah beranak minimal (dua) kali dan pejantan telah mampu mengawini betina. Pengamatan dilakukan pada ukuran kepala (panjang dan lebar), telinga (panjang dan lebar), dada (lebar, dalam dan lingkar), panjang tulang humerus, tulang radius-ulna, tulang femoris, tulang tibia, panjang badan dan lebar panggul. Peubah yang Diamati Peubah mofometrik diperoleh dengan melakukan pengukuran pada bagianbagian tubuh individu kelinci sebagaimana yang dilakukan di Balitnak Ciawi, Bogor., yaitu dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis Data Analisis data dilakukan sebagaimana penelitian yang dilakukan di Balitnak Ciawi, Bogor. Karakterisasi Performa Produksi Metoda survey dan pengamatan langsung dengan lokasi kecamatan desa Pekunden, Kabupaten Ngluwar yang ditentukan atas saran Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK), Kabupaten Magelang dan 30 orang peternak ditentukan oleh Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM). Data primer diperoleh dari pengisian borang meliputi pertumbuhan kelinci berdasarkan tahapan umur, yaitu anak, remaja dan dewasa, dan produktivitas induk. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati diperoleh dari hasil survey langsung kepada peternak, yaitu : 1. Bobot badan diukur berdasarkan kriteria umur, yaitu anak (30-60 hari), remaja ( hari) dan dewasa (> 150 hari),. Umur pertama kawin, pada jantan dan betina yang dihitung dari lahir sampai induk pertama kali dikawinkan dalam satuan hari, 3. Lama bunting dihitung dari tanggal kawin sampai beranak dalam satuan hari,

17 37 4. Jumlah anak sekelahiran (litter size), merupakan jumlah anak hidup sekelahiran dalam satuan ekor, 5. Umur sapih, yaitu umur dimana anak kelinci mulai disapih dari induknya dalam satuan hari, 6. Bobot sapih, adalah bobot badan individu kelinci saat disapih dalam satuan kg, 7. Pengawinan kembali induk, adalah lamanya waktu dari paritas satu dengan pengawinan kembali betina dalam satuan hari, Analisis Data Analisis data menggunakan bantuan program Statistics Analytical System (SAS 1985) dengan prosedur General Linear Program (GLM). Untuk menguji perbedaan setiap perlakuan, selanjutnya dilakukan Uji Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) menurut Steel dan Torrie (1991). Karakterisasi Pembibitan Pengamatan pembibitan di lapang dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) metoda survey dan pengamatan langsung pada empat orang dengan lokasi kecamatan Borobudur, Muntilan, Mertoyudan, Mungkid dan Ngluwar (total 0 orang) yang ditentukan atas saran Perhimpunan Peternak Kelinci Magelang (PPKM) dan Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK), Kabupaten Magelang, dan () empat orang peternak kooperator, yaitu peternak yang telah mengikuti pelatihan pembibitan ternak kelinci yang dilakukan oleh KIPPK dan PPKM dengan narasumber dari Balitnak, Ciawi, yaitu dipilih peternak pembibit berdasarkan kesediaan peternak yang secara sukarela menyediakan ternak induk, perkandangan dan pakan serta bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan pencatatan dan pelaporan ke PPKM, KIPPK dan Balitnak, Ciawi. Data primer pengamatan pembibitan di lapang diperoleh dari pengisian borang meliputi teknis pemeliharaan bibit, sistem perkawinan, dan sistem pembibitan yang biasa dilakukan dan mampu diterapkan oleh peternak. Adapun untuk peternak peserta program pembibitan, terpilih peternak yang memiliki ternak induk lebih dari 50 ekor sebagai kooperator. Masing-masing peternak

18 38 menyediakan 0 ekor kelinci betina dan 5 ekor pejantan yang dianggap paling baik saat ini (jumlah anak sekelahiran 6 ekor, mortalitas lahir sampai sapih 5% dan bobot sapih rataan). Betina yang digunakan adalah kurang dari lima kali beranak. Berdasarkan kriteria tersebut, empat orang peternak menyatakan bersedia mengikuti program pembibitan ini. Peternak Nasrip menyediakan 8 ekor betina dan 3 ekor pejantan, peternak Suyut menyediakan 4 ekor betina dan ekor pejantan, peternak Sugiarto menyediakan 7 ekor betina dan 3 ekor pejantan serta peternak Zamrodin menyediakan 6 ekor betina dan 4 ekor pejantan. Jumlah betina dan pejantan yang disediakan oleh peternak tidak sesuai dengan rencana sebelumnya dikarenakan (i) peternak tidak memiliki cukup kandang untuk anakanak dari induk-induk terpilih, karena anak harus dipertahankan sampai cukup dewasa dan menjadi ternak pengganti dan (ii) induk betina yang dimiliki peternak sebagian besar telah lebih dari lima kali beranak, sehingga yang dipilih sebagai induk hanya sedikit, dan (iii) peternak belajar membiasakan melakukan pencatatan dengan jumlah ternak sedikit agar mudah dilakukan dan tidak menyita waktu kerjanya. Ternak kelinci yang ada di lapang sangat beragam performa produksinya. Melalui sistim pencatatan yang teratur (format dari Balitnak) akan dicoba penerapan teknis seleksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan peningkatannya memiliki nilai ekonomis. Kelinci di Kabupaten Magelang ditujukan sebagai ternak penghasil daging sehingga seleksi dilakukan pada induk berdasarkan catatan bobot sapih anak. Induk hanya memelihara anak dengan litter size 6-7 ekor, apabila lebih dilakukan cross-fostering, yaitu menitipkan kelebihan anak pada induk lain yang beranak kurang dari 6-7 ekor. Induk yang terpilih berdasarkan hasil perhitungan Most Probable Producing Ability (MPPA) akan dipilih anak-anaknya untuk selanjutnya dijadikan induk-induk generasi berikut. Selanjutnya proporsi terseleksi untuk pejantan dan induk akan disesuaikan dengan jumlah anak-anak lepas sapihnya, sehingga dengan seleksi ini diharapkan dapat diperoleh bibit-bibit yang lebih baik.

19 39 Peubah yang diamati Peubah yang diukur adalah kinerja produksi anak dan reproduksi induk. Kinerja produksi ini dituangkan dalam bentuk form data yang terlebih dahulu disosialisasikan melalui kegiatan pelatihan. Form data yang diberikan kepada peternak meliputi catatan induk betina (Lampiran 1), catatan pejantan (Lampiran ), catatan pertumbuhan kelinci selama 16/0 minggu (Lampiran 3), dan rekapitulasi populasi induk dan anak kelinci bulanan (Lampiran 4). Analisis Data Nilai induk yang terpilih berdasarkan nilai MPPA dihitung menggunakan persamaan matematik berikut (Martojo 199) : MPPA = X p nr + x( X 1+ ( n 1) r i X Keterangan : n = jumlah catatan produksi r = ripitabilitas sifat bersangkutan X p = rataan produksi populasi/kelompok X i = rataan rataan produksi individu sedang pendugaan nilai ripitabilitas menggunakan analisis ragam sesuai petunjuk Becker (1984) pada Tabel 5. Analisis data dalam menduga keragaman genetik dilakukan dengan metode rancangan acak lengkap berdasarkan rumus yang dikemukanan Becker (1984) dengan model persamaan matematisnya : Ykm = μ + αk + ε km Keterangan : Y km = respon anak ke-k μ = rataan umum α k = pengaruh individu ke-k = galat ε ijk p )

20 40 Tabel 5. Sidik ragam untuk menduga nilai ripitabilitas suatu sifat Sumber keragaman db JK KT Komponen Antar individu n-1 JK W KT W σ E + K1σ W Antar catatan dalam individu n(m-1) JK E KT E σ E Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah; W = individu; E = catatan per individu; n = jumlah individu; σ w = komponen ragam antar individu; σ E = komponen ragam antar catatan dalam individu. Dimana m k adalah jumlah catatan untuk setiap individu. Dugaan nilai, dan R adalah : σ E = KT E σ W = KT W k 1 σw R = σ + σ W E KT dan galat bakunya adalah : SE ( R) = E [ 1+ ( k 1) ] (1 R) k( k 1)( n 1) σ E σ W Analisis data menggunakan bantuan program Statistics Analytical System (SAS 1985) dengan prosedur General Linear Program (GLM). Pendugaan nilai ripitabilitas untuk perhitungan peringkat induk berdasarkan nilai MPPA mengunakan prosedur ANOVA (SAS 1985).

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA (Reproduction Characteristics of Rex, Satin and Reza Rabbit) B. BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 1, N.D. SAVITRI 2 dan M. DULDJAMAN 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE 1. Lokasi dan Materi Penelitian 2. Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METODE 1. Lokasi dan Materi Penelitian 2. Penelitian Tahap Pertama 4 MATERI DAN METODE 1. Lokasi dan Materi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kandang percobaan itik milik Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. Ternak itik maupun entog yang digunakan untuk penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah data catatan produksi susu harian pagi, sore, dan total periode laktasi 1, 2, 3, dan 4 dari tahun 2009

Lebih terperinci

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ayam Broiler Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang memiliki bobot badan 750 ± 50 gram pada umur 18 hari yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan

Lebih terperinci

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak Suhardi, S.Pt.,MP NILAI PEMULIAAN Dalam pemuliaan ternak, pemilihan ternak ternak terbaik berdasarkan keunggulan genetik, karena faktor ini akan diturunkan pada anak anaknya.? Nilai Pemuliaan (NP) merupakan

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari ternak sapi perah yang terdapat di BBPTU HPT Baturraden.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin 15 Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo pada bulan Juli 2016 Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa Klambir Lima Kampung, kecamatan Hamparan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di peternakan Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian evaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Karakterisasi Sifat Kualitatif dan Sifat Kuantitatif Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan pada bulan Maret 2016 - Oktober

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH (Performance of Rabbit Production at Magelang District, Central Java) B. BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 2, S.S. MANSJOER 2 dan H. MARTOJO 2 1 Balai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 33 pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Analisis data dilaksanakan di Laboraturium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali betina umur

MATERI DAN METODE. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali betina umur III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Pondok Pesantren Khairul Ummah Kabupaten Indragiri Hulu. Penelitian ini dilakukan selama 1,5 bulan dimulai pada bulan April

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Manggu Sindangrasa, Imbanagara, Ciamis, Jawa Barat; di desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal, Jawa Tengah dan di desa Duren Talun, Blitar,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Itik Magelang dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015 bertempat di Desa Ngrapah,

Lebih terperinci

Pendugaan Jarak Genetik Kelinci Melalui Analisis Morfometrik

Pendugaan Jarak Genetik Kelinci Melalui Analisis Morfometrik Pendugaan Jarak Genetik Kelinci Melalui Analisis Morfometrik B. BRAHMANTIYO 1, H. MARTOJO 2, S.S. MANSJOER 2, dan Y.C. RAHARJO 1 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 2 Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 1 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Desember 015 sampai 31 Januari 016 di Rumah Pemotongan Hewan Sapi Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya

Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya BRAM BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 1, H. MARTOJO 2 dan S.S. MANSJOER 2 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 2 Fakultas Peternakan, IPB,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor untuk sapi PO jantan dan Rumah Potong Hewan (RPH) Pancoran Mas untuk sapi Bali jantan.

Lebih terperinci

II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1

II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1 II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1 A. Keberadaan Ayam Kampung di Indonesia Ayam Kampung merupakan hasil domestikasi ayam Hutan Merah (red jungle fowl/gallus gallus) yang telah dipelihara oleh nenek moyang

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA Pendahuluan Berdasarkan Statistik Tahun 2010 jumlah populasi ternak kambing di Indonesia sebanyak 16 841 149

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir

Lebih terperinci

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN)

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN) PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN) (Morphometric Evaluation of Merawang Chicken: a Case Study at BPTU Sapi Dwiguna

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam dunia peternakan, program seleksi sangat penting sekali fungsinya, yaitu untuk memilih individu mana yang terbaik dan pantas untuk dikawinkan. Selain itu, seleksi

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI 89 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI Pendahuluan Parameter genetik dapat diestimasi dari nilai tertentu dengan demikian merupakan besaran yang menggambarkan kondisi genetik suatu

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar. 3.2. Bahan dan Alat Anak ayam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Itik Peking x Alabio

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kuda yang Diamati Berdasarkan Lokasi dan Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau pada bulan

MATERI DAN METODE. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau pada bulan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Peneliitian telah dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Teknologi Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau pada bulan September

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera Domba Sumatera merupakan domba asli yang terdapat di daerah Sumetera Utara. Domba ini termasuk jenis domba ekor tipis dan merupakan jenis penghasil daging walaupun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Ayam Kampung Jantan (a) dan Ayam Kampung Betina (b) dari Daerah Ciamis MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Ciamis (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah) dan Blitar (Jawa Timur). Waktu penelitian dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama yaitu pengukuran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2015 di Kandang Percobaan UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; UPTD RPH Pancoran Mas, Kota Depok dan Mitra Tani Farm kabupaten Ciampea, Bogor,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi 9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam percobaan adalah DOC ayam sentul sebanyak 100 ekor, yang dipelihara sampai umur 10 minggu. Ayam

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat) EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat) THE RELATIVE EFFECIENCY OF SELECTION BETWEEN SINGLE AND

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi. 16 III BAHAN DAN METODE 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan puyuh betina fase produksi yang dipelihara pada umur 8 minggu sebanyak 100 ekor. Puyuh dimasukkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Perlengkapan penelitian 3.1.1 Objek ternak dan jumlah sampel Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2014 di Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Kandang Penelitian Laboratorium UIN. Agriculture Recearch Development Station (UARDS)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Kandang Penelitian Laboratorium UIN. Agriculture Recearch Development Station (UARDS) III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kandang Penelitian Laboratorium UIN Agriculture Recearch Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam Sentul jantan berjumlah 18 ekor dan berumur

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati Sistem perkandangan menggunakan kandang panggung terdiri atas dua sistem, yaitu kandang individu (individual system)

Lebih terperinci

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 ANALISIS HERITABILITAS POLA REGRESI LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Adi Rinaldi Firman 200110070044 LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemberian pakan menggunakan bahan pakan sumber protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT P a g e 1 MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Domba Priangan Domba Priangan atau lebih dikenal dengan nama domba Garut merupakan hasil persilangan dari tiga bangsa yaitu antara domba merino, domba kaapstad dan domba lokal.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3

MATERI DAN METODE. Perlakuan P 0 P 1 P 2 P 3 M 1 M 1 P 0 M 1 P 1 M 1 P 2 M 1 P 3 M 2 M 2 P 0 M 2 P 1 M 2 P 2 M 2 P 3 III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R Soebrantas

Lebih terperinci

SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI

SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci