DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5 D. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM... 6 E. PENGEMBANGAN UMKM... 9 F. PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM... 9 H. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA I. KPJu UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA J. KPJu UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA K. PENETAPAN KPJu UNGGULAN SEKTORAL TINGKAT PROVINSI L. PRODUCT LIFE CYCLE M. ANALISIS PEMBENTUKAN INFLASI N. REKOMENDASI i

3 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung... 3 Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan... 3 Tabel 3. Kriteria KPJu Unggulan Kabupaten/Kota... 4 Tabel 4. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha (%)... 6 Tabel 5. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Lampung Tabel 6. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun Tabel 7. KPJu Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun Tabel 8. Matrix KPJu Unggulan Provinsi Sektoral Tahun Tabel 9. KPJu Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Lampung Tahun Tabel 10. Tahap Daur Hidup KPJu Unggulan Lintas Sektor Provinsi Lampung Tabel 11. Sumbangan inflasi KPJu Unggulan lintas sektor Provinsi Lampung ii

4 A. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2008, jumlah UMKM tercatat 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04 juta tenaga kerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 55,56% dari total PDB. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis. Salah satu bentuk bantuan teknis adalah menyediakan informasi tentang komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) Unggulan bagi UMKM di Kabupaten/kota, yang diidentifikasi melalui kegiatan penelitian dengan menggunakan alat analisis Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode pengambilan keputusan seperti Metode Bayes, Metode Perbandingan Eksponensial dan Metode BORDA. Informasi tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Pada kajian Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM ini, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan daftar skala prioritas. Semula penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu KPJu di suatu kecamatan. Namun dengan metode tersebut, hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJu Sangat Potensial (SP), Potensial (P) dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan atau rangking KPJu dimasing-masing kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk menentukan KPJu apa yang paling unggul atau terunggul di kelompoknya masing-masing, karena KPJu dalam suatu kelompok dianggap sama, yaitu SP atau P atau KP. Dalam rangka mengeliminir kelemahan tersebut, selanjutnya metode penetapan KPJu Unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJu Unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana, yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004). Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di Provinsi Lampung diharapkan memiliki KPJu unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif: a. Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJu disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan dari KPJu. Apakah KPJu dalam tahap mature karena saat ini unggul dibanding KPJu yang lain (meskipun kemungkinan 1

5 besar akan mengalami decline setelah melewati fase mature), atau saat ini tidak terlalu unggul namun berpotensi besar unggul di masa depan (fase growth). Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan. b. Perspektif Tujuan Dalam perspektif ini penentuan KPJu unggulan dimaksudkan untuk mengembangkan UMKM dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk/daerah. c. Perspektif Keberpihakan Pemilihan KPJu unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya keberpihakan pada usaha mikro, kecil dan menengah serta pengusaha lokal. d. Perspektif Skenario Kebijakan Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (existing) KPJu unggul dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan skenario kebijakan pemerintah normatif. Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi Lampung dilaksanakan dengan tujuan: a. Mengenal dan memahami mengenai : 1) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya; 2) Profil UMKM di Lampung termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM; 3) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) yang terkait dengan pengembangan UMKM; 4) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM. b. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Lampung dan kabupaten/kota serta kecamatan di wilayah Lampung dalam rangka: 1) Mendukung pembangunan ekonomi daerah; 2) Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta 3) Peningkatan daya saing produk. c. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJu unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, misal mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan). d. Memberikan informasi tentang KPJu potensial, yaitu KPJu yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu. e. Memberikan rekomendasi berupa: 1) KPJu unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota; 2) Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJu unggulan; 3) Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJu unggulan UMKM. B. METODE PENELITIAN Penetapan KPJu unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan menghimpun informasi dari seluruh kecamatan yang ada dengan mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis, jumlah UMKM, kontribusi pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan Pemerintah Daerah. Jumlah wilayah kecamatan yang tercakup 2

6 dalam penelitian ini adalah sebanyak 214 kecamatan yang tersebar di setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi Lampung, seperti tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Kecamatan di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan 1 Kabupaten Lampung Barat 25 2 Kabupaten Lampung Selatan 17 3 Kabupaten Lampung Tengah 28 4 Kabupaten Lampung Timur 24 5 Kabupaten Lampung Utara 23 6 Kabupaten Mesuji 7 7 Kabupaten Pesawaran 7 8 Kabupaten Pringsewu 8 9 Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang Barat 8 12 Kabupaten Way Kanan Kota Bandar Lampung Kota Metro 5 Jumlah 214 Penelitian KPJu Unggulan di Provinsi Lampung menggunakan empat metode utama untuk pengolahan data yaitu Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, Metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dan Metode Bayes. Penetapan KPJu Unggulan di kabupaten/kota dan provinsi dilakukan menggunakan 11 kriteria utama yang terdiri atas beberapa variabel sebagai indikator sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tujuan Penetapan KPJu Unggulan 1 Pertumbuhan ekonomi 2 Penciptaan lapangan kerja 3 Peningkatan daya saing produk Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Tingkat Kecamatan 1 Jumlah unit usaha 2 Jangkauan/kondisi pemasaran 3 Ketersediaan bahan baku/sarana produksi 4 Kontribusi terhadap perekonomian daerah (kecamatan Dengan adanya keterbatasan data dan informasi maka analisis penentuan fase hidup produk tersebut berdasarkan kesepakatan dengan SKPD, Perbankan dan pihak terkait yang diperoleh pada FGD di tingkat Provinsi Lampung. Prespektif product life cycle ditentukan tidak berdasarkan evaluasi ekonomi, namun berdasarkan evaluasi teknis dengan memperhatikan prospek dan potensi KPJu unggulan lintas sektoral tingkat provinsi dengan narasumber SKPD, perbankan dan institusi terkait lainnya dalam mekanisme Forum Group Disscussion (FGD) pada tingkat provinsi. Kriteria prospek digambarkan pada prespektif (a) kesesuaian dengan kebijakan pemda; KPJu unggulan yang teridentifikasi didukung oleh kebijakan pemda berupa kebijakan yang mendorong pengembangan KPJu tersebut dan diperkuat dengan peraturan atau program daerah, (b) prospek pasar; KPJu unggulan yang teridentifikasi masih memiliki penjualan dan pertumbuhan yang tinggi, (c) minat investor; KPJu unggulan yang teridentifikasi 3

7 masih menarik minat investor untuk investasi di KPJu tersebut, (d) dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha; ada tidaknya infrastruktur yang dilakukan pemerintah untuk mendukung pengembangan KPJu unggulan baik secara langsung maupun tidak langsung, (e) risiko terhadap lingkungan; prediksi kemungkinan dampak (resiko) negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan KPJu unggulan tersebut, (f) tingkat persaingan; kemampuan daya saing KPJu terhadap produk baru sejenis di pasar. Sedangkan kriteria potensi dilihat dari prespektif penawaran dan permintaan (supply-demand). Tabel 3. Kriteria KPJu Unggulan Kabupaten/Kota Kriteria Unsur Penilaian A INPUT 1 Tenaga kerja terampil (Skilled) (1) Tingkat pendidikan (2) Pelatihan (3) Pengalaman kerja (4) Jumlah lembaga/ sekolah ketrampilan/ pelatihan 2 Bahan baku (manufacturing) (1) Ketersediaan/kemudahan bahan baku (2) Harga perolehan bahan baku (3) Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) (4) Kesinambungan bahan baku (5) Mutu bahan baku (6) Kemudahan dalam memperoleh (7) Aspek Lingkungan 3 Modal (1) Kebutuhan investasi awal (2) Kebutuhan modal kerja (3) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana produksi/usaha (1) Ketersediaan/kemudahan memproleh (2) Harga B Proses 5 Teknologi (1) Ketersediaan (2) Kemudahan (memperoleh teknologi) (3) Dampak lingkungan 6 Sosial budaya (faktor endogen) (1) Ciri khas lokal (2) Penerimaan masyarakat (3) Turun temurun 7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage C Output 8 Ketersediaan pasar (1) Jangkauan/wilayah pemasaran (2) Kemudahan mendistribusikan 9 Harga (1) Stabilitas harga (2) Nilai tambah (Added Value) 10 Penyerapan Tenaga Kerja Kemampuan menyerap TK 11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages) Penentuan posisi product life cycle KPJu unggulan yang didasarkan pada evaluasi prospek dan potensi adalah sebagai berikut : (1) Tahap introduksi, dimana KPJu unggulan memiliki potensi sedang dan memiliki prospek yang kurang (2) Tahap pertumbuhan (growth), dimana KPJu unggulan memiliki potensi sedang dan memiliki prospek cukup atau baik. 4

8 (3) Tahap matang (maturity), dimana KPJu unggulan memiliki potensi tinggi dan prospek cukup atau baik (4) Tahap penurunan (decline), dimana KPJu unggulan memiliki potensi tinggi dan prospek kurang Pada analisis ini dimungkinkan memposisikan KPJu unggulan pada KPJu dengan nilai potensi atau prospek yang tidak diakomodir pada empat aturan diatas sebagai misal potensi tinggi dan prospek cukup, maka KPJu tersebut berada pada tahap matang cenderung turun. Suatu komoditi/produk/jenis usaha dapat memiliki andil besar terhadap sumbangan pembentukan inflasi di masing-masing wilayah. Oleh karena itu, KPJu unggulan lintas sektoral yang telah teridentifikasi juga dianalisis seberapa besar peranannya dalam pembentukan inflasi di tingkat provinsi. Analisis sumbangan inflasi KPJu unggulan dilakukan dengan mengamati data inflasi yang dikeluarkan dan diolah oleh instansi yang berwenang, yaitu Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. Apabila KPJu tersebut bukan merupakan penyumbang inflasi secara langsung, maka analisis dilakukan terhadap komoditi-komoditi pembentuknya atau produk turunannya yang merupakan barang yang dikonsumsi secara langsung. C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung meliputi areal dataran seluas ,35 km 2 termasuk 160 pulau yang terletak pada bagian paling ujung Tenggara Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada : Bujur Timur; serta antara Lintang Selatan. Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah perkebunan (20,92%); tegalan/ladang (20,50%); daerah pertanian, dan perumahan. Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yakni: 1) daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut; 2) daerah berombak sampai bergelombang dengan kemiringannya antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut; 3) daerah dataran alluvial dengan kemiringan 0% sampai 3%; 4) daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m; serta 5) serta daerah river basin. Jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung pada tahun 2011 berjumlah 7,69 juta jiwa. Dengan luas wilayah sekitar ,35 km 2, setiap km 2 ditempati penduduk sebanyak 218 orang. Kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung mencapai 4.619,48 jiwa/km 2 diikuti Kota Metro mencapai 2.379,83 jiwa/km 2. Kabupaten Pringsewu menempati urutan ketiga, dengan kepadatan penduduk sebesar 590,94 jiwa/km 2. Sebaliknya wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki kepadatan penduduk terendah tercatat 85,57 jiwa/km 2. Pertanian merupakan potensi ekonomi utama Provinsi Lampung setelah migas sebagaimana halnya dalam perekonomian Indonesia. Mayoritas penduduk provinsi ini mengandalkan sumber penghidupanya pada usaha di bidang pertanian dalam arti luas, mulai dari tanaman pangan, peternakan hingga perikanan. Provinsi Lampung berfokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu. Pada beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Selain hasil bumi, Lampung juga merupakan kota pelabuhan (liverpoolnya Sumatra) karena Lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke Pulau Sumatra. Hasil bumi yang melimpah merupakan trigger tumbuhnya kawasan industri seperti di daerah pesisir panjang, daerah Natar, Tanjung Bintang 5

9 dan Bandar Jaya. Dalam kurun waktu perekonomian Lampung digerakkan oleh tiga sektor ekonomi utama, yakni sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Jika dibandingkan, kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB tahun 2007 dan tahun 2011 tidak mengalami pergeseran yang signifikan. Sektor Pertanian tetap merupakan penyumbang terbesar terhadap total PDRB (36,05%) dan berturut-turut diikuti oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta sektor Pengangkutan/ Komunikasi. Sebaliknya sektor Listrik, Gas dan Air Bersih memberikan sumbangan terkecil (0,5%). Struktur ekonomi Provinsi Lampung menurut lapangan usaha diuraikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha (%) LAPANGAN USAHA Pertanian 37,31 39,07 38,89 36,83 36,05 2. Pertambangan dan Penggalian 3,59 3,13 2,09 1,99 1,93 3. Industri Pengolahan 13,65 13,29 14,07 15,80 16,01 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,66 0,62 0,58 0,55 0,54 5. Bangunan 5,05 4,45 4,21 3,66 3,42 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,30 13,78 13,44 15,25 15,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,36 9,03 9,9 10,16 11,47 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,02 6,47 6,67 6,29 5,88 9. Jasa-Jasa 11,05 10,16 10,15 9,46 8,79 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Indikator Makro Ekonomi Regional Provinsi Lampung 2011 D. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM Berbagai kebijakan pemerintah pusat telah diambil oleh Lembaga Pemerintah Departemen dan Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah dan meminimalisir kendala yang dihadapi oleh UMKM, baik dari segi permodalan dan pembiayaan usaha, kelembagaan, teknik dan teknologi produksi, manajemen usaha, dan pemasaran. Masalah dan kendala yang dihadapi oleh UMKM pada dasarnya bersumber dari sumberdaya manusia dan kondisi dan iklim usaha yang dalam beberapa hal tidak menguntungkan dan kondusif bagi pengembangan UMKM. Berbagai kebijakan dan program yang telah diambil oleh berbagai Departemen dan Non-Departemen dalam operasionalisasinya dihadapkan kepada masalah koordinasi dan pengendalian. Dalam rangka mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM, pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan melalui INPRES No. 6 tahun Tertuang pada Inpres No. 6 tahun 2007, pemberdayaan UMKM secara garis besar meliputi: (1) peningkatan akses permodalan bagi UMKM, (2) pengembangan kewirausahaan dan sumberdaya manusia, (3) peningkatan peluang pasar produk UMKM, dan (4) reformasi regulasi. Peningkatan akses permodalan bagi UMKM meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan kapasitas kelembagaan dan akses UMKM pada sumber pembiayaan yang meliputi program pengembangan skema kredit investasi bagi UMKM, meningkatkan efektivitas fungsi dan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), (2) memperkuat sistem penjaminan kredit bagi UMKM yang meliputi program peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminan kredit UMKM, peningkatan peran Lembaga Penjaminan Kredit bagi UMKM, dan 6

10 program pengembangan sistem resi gudang sebagai instrumen pembiayaan bagi UMKM, (3) mengoptimalkan pemanfaatan dana non perbankan untuk pemberdayaan UMKM yang meliputi program untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana bergulir APBN untuk pemberdayaan UMKM serta restrukturisasi pengeloaan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada BUMN. Pengembangan kewirausahaan dan sumberdaya manusia meliputi kebijakan untuk: (1) meningkatkan mobilitas dan kualitas SDM melalui program peningkatan askes UMKM pada mobilitas dan kualitas SDM, peningkatan peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan Bussines Development Services Provider (BDS-P) dan pemberdayaan UMKM, pengembangan Koperasi Civitas Akademika, dan peningkatan program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri (Prospek Mandiri), (2) mendorong tumbuhnya kewirausahaan yang berbasis teknologi dengan melaksanakan program pembentukan Pusat Inovasi UMKM untuk pengembangan kewirausahaan dengan mengoptimalkan peran lembaga yang sudah ada. Peningkatan peluang pasar bagi produk UMKM terdiri dari kebijakan untuk: (1) mendorong dan berkembangnya kreasi produk UMKM melalui program pengembangan institusi promosi produk UMKM, peningkatan efektivitas pengembangan klaster sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product, dan program pengembangan akses pasar produk UMKM melalui hotel, (2) mendorong berkembangnya pasar tradisional dan tata hubungan dagang antar pelaku pasar yang berbasis kemitraan melalui program pemberdayaan pasar tradisional dan peningkatan peran ritel modern dalam membuka akses pasar bagi produk UMKM, (3) mengembangkan sistem informasi angkutan kapal untuk UMKM dengan program fasilitasi informasi tentang angkutan kapal untuk UMKM dan (4) mengembangkan sinergitas pasar dengan program pengembangan pasar yang terintegrasi antara pasar penunjang, pasar induk dan pasar tradisional. Pada kelompok reformasi regulasi meliputi kebijakan untuk menyediakan insentif perpajakan untuk UMKM serta menata kembali kebijakan di bidang UMKM termasuk meredefinisi usaha mikro, kecil dan menengah. Prinsip dan tujuan, Kriteria usaha, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, serta koordinasi dan pengendalian pemberdayaan usaha mkro, kecil dan menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005 tanggal 31 Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di Indonesia. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan visi, yaitu: menjadi Lembaga Pemerintah yang kredibel dan efektif untuk mendinamisasi pemberdayaan koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian. Dalam menjalankankan tugasnya Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, mengeluarkan beberapa peraturan yaitu: Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 23/PER/M.KUKM/XI/2005 Tentang Perubahan Atas Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 32/Kep/M.KUKM/IV/2003 Tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: /Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang Pedoman Teknis Bantuan Untuk Teknologi Tepat Guna Kepada Usaha Kecil dan Menengah di Sentra, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha 7

11 Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang Pedoman Teknis Perkuatan Permodalan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Kawasan Industri, Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor: 02/Per/M.KUKM/I/2008 Tentang Pedoman Pemberdayaan Business Development Services- Provider (BDS-P) Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia. Dalam pengembangan UMKM tentunya tidak terlepas dari faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor utama pendorong dan peluang bagi pengembangan UMKM adalah adanya berbagai kebijakan yang telah diambil serta program yang dilaksanakan oleh Pemerintah baik Pusat maupun Daerah serta Perbankan, mengingat peran UMKM yang penting dan strategis sebagai pelaku ekonomi dalam hal kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan penumbuhan ekonomi rakyat di kabupaten/kota Provinsi Lampung. Walaupun demikian dalam implementasinya berbagai kebijakan dan program tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan berbagai penyebab antara lain hambatan birokrasi, koordinasi dan anggaran. Manfaat dari berbagai kebijakan dan program tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh pelaku usaha UMKM. Selain itu, oleh karena faktor sebaran geografis lokasi usaha UMKM, distribusi dan akses informasi yang terbatas, serta kemampuan individu pelaku usaha UMKM yang beragam menyebabkan terbatasnya jumlah dan jangkauan UMKM yang memperoleh manfaat dari kebijakan dan program yang telah dilaksanakan. UMKM juga terhambat oleh karena kualitas produk (terutama kemasan) yang tidak memenuhi tuntutan dan kebutuhan pasar. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya kemampuan untuk menerapkan teknologi produksi yang dapat meningkatkan mutu dan kapasitas serta rendahnya kemampuan UMKM dalam mengakses informasi teknologi produksi. Faktor penghambat yang lain adalah kurangnya kemampuan dan aksessibilitas pelaku usaha UMKM terhadap fasilitas kredit perbankan untuk pembiayaan dan pengembangan usaha. Pada umumnya UMKM terutama usaha mikro dan kecil tidak mampu memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan perbankan, khususnya dari syarat jaminan/agunan. Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota telah cukup banyak menggalakkan pemanfaatan dana perbankan melalui berbagai kebijakan, antara lain melalui skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha Mikro (KUM). Dari sisi faktor eksternal UMKM, saat ini yang menjadi salah satu alasan utama hambatan pengembangan UMKM adalah membanjirnya produk/komoditas impor sebagai dampak terhadap tidak adanya kebijakan perlindungan terhadap produk dalam negeri, menyebabkan semakin tertekannya produk UMKM di pasar domestik/lokal. Tidak adanya atau belum adanya kebijakan yang mengatur perlindungan usaha bagi UMKM yang efektif terhadap Usaha Besar menyebabkan tertekannya pengembangan UMKM, seperti masalah keberadaan dan lokasi pasar modern. Faktor penghambat yang lain adalah kendala SDM, birokrasi dan anggaran yang menyebabkan belum maksimalnya kinerja SKPD di tingkat kabupaten/kota dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program dari pemerintah pusat dan daerah kabupaten/kota untuk mengatasi masalah dan mengurangi kendala serta mendorong pengembangan UMKM. Faktor lain yang dapat menjadi penghambat adalah permasalahan yang terkait dengan iklim usaha antara lain (a) besarnya biaya transaksi, karena panjangnya proses perizinan, akibatnya timbul berbagai pungutan, (b) praktik usaha yang tidak sehat, dan (c) kondisi infrastruktur yang kurang memadai. Faktor penghambat dalam pengembangan UMKM secara garis besar menyangkut faktor internal dan faktor eksternal UMKM. Dari segi internal, khususnya Usaha Mikro dan Kecil 8

12 (UMK) adalah rendahnya kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia, yang menyangkut penguasaan teknologi, organisasi dan manajemen usaha serta kemampuan akses pasar dan akses terhadap informasi pasar. Termasuk dalam hubungan dengan SDM ini adalah masih lemahnya sikap kewirausahaan. Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan visi dan misi yang hendak dicapai dalam rangka mengarahkan pembangunan. Visi Provinsi Lampung adalah : Lampung Yang Maju Dan Sejahtera 2025". Untuk mencapai Visi, Provinsi Lampung menetapkan Misi sebagai berikut : 1. Menumbuhkembangkan dan memeratakan ekonomi daerah yang berorientasi nasional dan global. 2. Membangun sarana dan prasarana wilayah untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial. 3. Membangun pendidikan, penguasaan IPTEKS, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. 4. Membangun masyarakat religius, berbudi luhur, dan berbudaya, serta melestarikan dan mengembangkan budaya daerah. 5. Mewujudkan daerah yang asri dan lestari. 6. Menegakkan supremasi hukum untuk menciptakan keamanan, ketentraman dan ketertiban, serta mewujudkan masyarakat yang demokratis. 7. Mewujudkan pemerintah yang bersih, berorientasi kewirausahaan, dan bertatakelola yang baik. E. PENGEMBANGAN UMKM Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Lampung dikoordinasikan oleh Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan yang memiliki visi Terwujudnya Lampung sebagai Daerah Industri dan perdagangan yang Berdaya Saing didukung oleh Koperasi dan UMKM yang Tangguh tahun Berkenaan dengan visi tersebut, Dinas ini mempunyai misi: 1. Meningkatkan peran UMKM sebagai pelaku ekonomi yang produktif dan berdaya saing 2. Mendorong iklim usaha yang kondusif, menumbuh kembangkan wirausaha baru dan meningkatkan kemitraan dengan usaha besar 3. Meningkatkan kualitas SDM aparatur dan pengelola UMKM, pelayanan dan fasilitasi akses pemodalan UMKM 4. Mengembangkan industri yang menyerap banyak tenaga kerja 5. Meningkatkan akses dan perluasan pasar ekspor komoditi daerah 6. Meningkatkan efisiensi efektivitas sistem distribusi, tertib niaga, dan kepastian berusaha 7. Meningkatkan peran kelembagaan industri dan perdagangan seperti kemetrologian, pengujian dan sertifikasi mutu barang dan perlindungan konsumen 8. Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan sinergisitas antar kementrian Koperasi dan UKM, perindustrian dan perdagangan Provinsi dan Kabupaten/Kota Selain Pembinaan, Pengawasan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, Salah satu fungsi dari dinas ini terkait dengan sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah fungsi Fasilitasi akses penjaminan dalam penyediaan modal/dana bagi UKM pada tingkat provinsi. F. PERANAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN UMKM Permasalahan umum yang dihadapi oleh pelaku usaha atau UMKM adalah aspek permodalan untuk pengembangan usaha, sehingga dalam hal ini pihak perbankan memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membantu perkembangan UMKM. Berdasarkan statistik kredit perbankan menunjukkan bahwa pada Bulan September Tahun 2012, terdapat peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit UMKM (investasi dan modal kerja) sebesar 9

13 21,93% atau senilai Rp 2.134,19 milyar dibandingkan pada bulan yang sama Tahun 2011 sebesar 7,33% atau senilai Rp 664,69 milyar. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin bertambah perbankan yang menjadikan UMKM sebagai target potensial penyaluran kreditnya (Workshop Nasional Pendirian Perusahaan Penjamin Kredit Daerah, Bank Indonesia, 2012). Sementara penyaluran kredit untuk sektor pertanian di wilayah Lampung berada pada peringkat 3 yang mencapai Rp 3,94 triliun (13,0%) dari total kredit yang disalurkan yaitu sebesar Rp28,5 triliun. Kondisi ini masih memberi peluang untuk meningkatkan pembiayaan di sektor ini mengingat sektor pertanian merupakan penyumbang tertinggi di dalam struktur perekonomian Lampung yaitu sebesar 36% yang diikuti oleh sektor industri dan PHR. Pembiayaan sub sektor tertinggi adalah tanaman perkebunan sebesar 2.070,59 milyar, perikanan sebesar 892,14 milyar, peternakan, tanaman bahan makanan dan kehutanan (Rakor Bank Indonesia, 2012). H. PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA Penetapan KPJu unggulan dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota yang proses penetapannya dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJu unggulan pada tingkat provinsi menggunakan hasil proses agregasi KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota. Tabel 5. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Lampung No. Aspek Bobot 1 Tujuan Penetapan KPJu Unggulan 1.1. Pertumbuhan Ekonomi 0, Peningkatan Daya Saing Produk/Daerah 0, Penciptaan Lapangan Kerja 0, Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan 2.1. Pasar/pemasaran produk 0, Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan 0, Jumlah unit usaha, rumah tangga usaha, produksi, luas areal atau 0,1792 populasi KPJu yang ada 3. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota 3.1 Ketersediaan pasar 0, Tenaga kerja trampil 0, Penyerapan tenaga kerja 0, Harga / nilai tambah Manajemen usaha 0, Teknologi Sarana produksi / usaha Bahan Baku 0, Modal Sumbangan terhadap perekonomian Sosial Budaya

14 Hasil KPJu unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan KPJu unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJu unggulan, maka bobot setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua kabupaten/kota adalah sama. Adapun bobot 3 (tiga) pada sektor ekonomi pada tingkat provinsi berdasarkan Tujuan dan bobot 11 (sebelas) Kriteria yang digunakan secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap aspek ekonomi disajikan pada Tabel 5. I. KPJu UNGGULAN SEKTORAL KABUPATEN/KOTA Adapun KPJu unggulan terpilih di Provinsi Lampung untuk masing-masing sektor/subsektor di kabupaten/kota yang mempunyai skor terbobot tertinggi yaitu : Tabel 6. KPJU Unggulan Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 No Kabupaten/Kota KPJu Unggulan 1 Kabupaten Lampung Barat Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), durian (buah-buahan), kopi robusta (perkebunan), ternak ayam ras (peternakan), penangkapan ikan di laut (perikanan), damar (hasil hutan non kayu), pasir (penggalian), industri kopi bubuk (perindustrian, pedagang hasil pertanian (perdagangan), wisata alam (pariwisata), jasa kesehatan (jasa), dan angkutan pedesaan (transportasi). 2 Kabupaten Lampung Selatan 3 Kabupaten Lampung Tengah 4 Kabupaten Lampung Timur 5 Kabupaten Lampung Utara Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), pisang (buah-buahan), budidaya kelapa sawit (perkebunan), ternak sapi (peternakan), budidaya payau udang (perikanan), pengolahan dan pengawetan ikan (perindustrian), pedagang kaki lima (perdagangan), jasa pendidikan (jasa), dan ojeg (transportasi). Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), nanas (buah-buahan), budidaya karet (perkebunan), ternak ayam buras (peternakan), budidaya ikan di kolam (perikanan), industri anyaman rotan dan bambu (perindustrian), pedagang hasil peternakan (perdagangan), rental mesin pertanian (jasa) dan ojek (trasnportasi). Budidaya ubi kayu (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), pisang (buah-buahan), budidaya lada (perkebunan), ternak ayam ras pedaging (peternakan), budidaya ikan di kolam (perikanan), industri tepung dan pati (perindustrian), pedagang hasil pertanian (perdagangan), wisata alam (pariwisata), jasa kesehatan (jasa), dan angkutan pedesaan (transportasi). Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), kacang panjang (sayuran), pisang (buah-buahan), budidaya lada (perkebunan), ternak sapi (peternakan), budidaya ikan di kolam (perikanan), industri kripik pisang (perindustrian), pedagang hasil perkebunan (perdagangan), wisata alam (pariwisata), jasa kesehatan (jasa), dan angkutan barang (transportasi). 6 Kabupaten Mesuji Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), ketimun (sayuran), sawo (buah-buahan), budidaya karet (perkebunan), ternak sapi (peternakan), budidaya ikan di kolam (perikanan), industri peralatan pertanian (industri), counter Handphone 11

15 No Kabupaten/Kota KPJu Unggulan (perdagangan), kolam pemancingan (pariwisata), jasa koperasi simpan pinjam (jasa), dan AKDP (angkutan kota dalam provinsi) (transportasi). 7 Kabupaten Pesawaran Budidaya ubi kayu (tanaman padi/palawija), melinjo (sayuran), pisang (buah-buahan), budidaya kakao (perkebunan), ternak ayam ras pedaging (peternakan), budidaya rumput laut (perikanan), industri pengolahan marmer (perindustrian), pedagang hasil pertanian (perdagangan), wisata pantai (pariwisata), jasa pendidikan (jasa), dan angkutan barang (transportasi). 8 Kabupaten Pringsewu Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), kacang panjang (sayuran), durian (buah-buahan), budidaya kelapa (perkebunan), ternak sapi (peternakan), budidaya ikan gurame (perikanan), industri furniture (perindustrian), pedagang toko kelontong (perdagangan), jasa pendidikan (jasa), dan angkutan barang (transportasi) 9 Kabupaten Tanggamus Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), alpukat (buah-buahan), budidaya kopi robusta (perkebunan), ternak sapi (peternakan), penangkapan ikan di laut (perikanan), kopi bubuk (industri), pedagang hasil perikanan (perdagangan), wisata alam pantai (pariwisata), bengkel motor (jasa), dan angkutan AKDP (angkutan kota dalam provinsi) (transportasi) 10 Kabupaten Tulang Bawang 11 Kabupaten Tulang Bawang Barat Budidaya ubi kayu (tanaman padi/palawija), ketimun (sayuran), pisang (buah-buahan), budidaya kelapa sawit (perkebunan), ternak sapi (peternakan), penagkapan ikan di perairan umum (perikanan), industri tahu tempe (perindustrian), toko kelontong (perdagangan), wisata pantai (pariwisata), jasa kesehatan (jasa), dan angkutan barang (transportasi) Budidaya jagung (tanaman padi/palawija), budidaya karet (perkebunan) ternak kambing (peternakan), industri konveksi dan perlengkapanya (perindustrian), pedagang hasil perkebunan (perdagangan), jasa kesehatan (jasa), angkutan barang (transportasi) 12 Kabupaten Way Kanan Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), ketimun (sayuran), nanas (buah-buahan), budidaya lada (perkebunan), ternak ayam pedaging (peternakan), budidaya ikan di kolam (perikanan), industri kripik pisang (perindustrian), pedagang toko kelontong (perdagangan), wisata alam (pariwisata), koperasi perkebunan (jasa), dan angkutan barang pada sektor transportasi 13 Kota Bandar Lampung Budidaya padi sawah (tanaman padi palawija), cabe (sayuran), nanas (buah-buahan), kopi (perkebunan), ternak ayam petelur (peternakan), perikanan laut (perikanan), industri kripik pisang (perindustrian), pedagang elektronik (perdagangan), hotel berbintang (pariwisata), jasa pendidikan (jasa), dan angkutan barang (transportasi) 12

16 No Kabupaten/Kota KPJu Unggulan 14 Kota Metro Budidaya padi sawah (tanaman padi/palawija), cabe (sayuran), pisang (buah-buahan), ternak sapi (peternakan), budidaya ikan di kolam lele (perikanan), industri krupuk kripik dan peyek (perindustrian), pedagang barang kerajinan (perdagangan), kost-kosan (jasa), dan angkutan kota (transportasi) J. KPJu UNGGULAN LINTAS SEKTORAL KABUPATEN/KOTA Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan unggulan daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode MPE, Borda, AHP dan normalisasi diperoleh 10 KPJu unggulan lintas sektoral di masing-masing daerah, dapat dilihat pada Tabel 7. 13

17 Tabel 7. KPJu Unggulan Lintas Sektoral Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 Kabupaten/ KPJu (SKOR) No Kota Kabupaten Kopi Hasil Wisata Kopi Robusta Cabe Durian Pisang Hasil Pertanian Padi Sawah Kopi Bubuk Lampung Arabika Perkebunan Alam Barat 0,0567 0,0390 0,0389 0,0388 0,0362 0,0317 0,0308 0,0296 0,0276 0, Kabupaten Budidaya Pedagang Kelapa Kelapa Lampung Cabe Pisang Ubi Kayu Nenas Sapi Padi Sawah Payau Kaki Lima Dalam Sawit Selatan Udang 0,0391 0,0309 0,0307 0,0305 0,0253 0,0253 0,0251 0,0245 0,0238 0, Kabupaten Lampung Tengah 4 Kabupaten Lampung Timur 5 Kabupaten Lampung Utara 6 Kabupaten Mesuji 7 Kabupaten Pesawaran 8 Kabupaten Pringsewu Padi Sawah Nenas Cabai Lada Pisang Karet Anyaman Rotan dan Bambu 0,0427 0,0371 0,0358 0,0344 0,0312 0,0280 0,0262 0,0261 0,0257 0,0254 Ubi Kayu Lada Industri Kelapa Hasil Hasil Budidaya Ikan di Toko Wisata Alam Padi Sawah Tepung dan Sawit Pertanian Perikanan Kolam Kelontong Pati 0,0328 0,0327 0,0291 0,0274 0,0267 0,0235 0,0228 0,0227 0,0224 0,0221 Sapi Lada Pisang Kerupuk, Kacang Hasil Padi Sawah Ubi Kayu Karet Mangga Keripik dan Panjang Perkebunan Peyek 0,0471 0,0458 0,0405 0,0357 0,0335 0,0324 0,0315 0,0303 0,0301 0,0297 Karet Kelapa Sawit Padi Sawah Ketimun Sawo Pisang Pepaya Sapi Bayam Ubi Kayu 0,0805 0,0681 0,0362 0,0303 0,0281 0,0279 0,0266 0,0244 0,0217 0,0197 Pisang Melinjo Ubi Kayu Ayam Pedagang Hasil Kakao Pedaging Pertanian Cabe Besar Sapi Potong Kopi Robusta Durian 0,0504 0,0475 0,0422 0,0339 0,0336 0,0287 0,0280 0,0272 0,0272 0,0268 Sapi Ikan Jasa Jasa Toko Gurame Pendidikan Kesehatan Kelontong Padi Sawah Kelapa Salon Durian Furniture 0,0365 0,0298 0,0263 0,0259 0,0257 0,0256 0,0245 0,0238 0,0228 0, Kabupaten Tanggamus Kopi Robusta Kopi Bubuk Alpukat Sapi Cabe Kakao Terong Kelapa Dalam Pedagang Hasil Perikanan Kopi Padi Sawah 14 Tomat Kambing 0,0415 0,0400 0,0289 0,0286 0,0276 0,0255 0,0250 0,0239 0,0237 0,0230

18 No Kabupaten/ Kota 10 Kabupaten Tulang Bawang 11 Kabupaten Tulang Bawang Barat 12 Kabupaten Way Kanan 13 Kota Bandar Lampung KPJu (SKOR) Pisang Ketimun Budidaya Angkutan Tahu dan Toko Ubi Kayu Kelapa Sawit Padi Sawah Terong Tambak Barang Tempe Kelontong (udang) 0,0370 0,0331 0,0300 0,0292 0,0285 0,0262 0,0242 0,0237 0,0225 0,0225 Kerupuk, Hasil Pedagang Konveksi dan Kambing Sapi Jagung Ubi Kayu Padi Sawah Karet Keripik dan Perkebunan Kaki Lima perlengkapannya Peyek 0,0333 0,0293 0,0246 0,0220 0,0215 0,0213 0,0204 0,0197 0,0189 0,0183 Nanas Keripik Pisang Toko Kelontong Padi Sawah Pedagang Hasil Peternakan Lada Bata Timun Ayam Pedaging 0,0321 0,0313 0,0298 0,0287 0,0286 0,0275 0,0265 0,0264 0,0263 0,0262 Kerupuk, Jasa Jasa Toko Barang Toko Hotel Padi Sawah Cabai Keripik dan Kain Tenun Ikat Nenas Pendidikan Kesehatan Elektonik Kelontong Berbintang Peyek 0,0308 0,0307 0,0300 0,0282 0,0277 0,0275 0,0272 0,0258 0,0255 0, Kota Metro Kerupuk, Pedagang Koperasi Rumah Jasa Keripik dan Pisang Counter HP Sapi Padi Sawah Barang Perikanan Simpan Kosan Pendidikan Peyek Kerajinan Pinjam 0,0440 0,0420 0,0403 0,0335 0,0302 0,0294 0,0294 0,0285 0,0285 0,0280 Kopi 15

19 K. PENETAPAN KPJu UNGGULAN SEKTORAL TINGKAT PROVINSI KPJu unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJu unggulan per sektor ekonomi dan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan KPJu unggulan tersebut, sesuai dengan metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJu unggulan per sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang ditetapkan dengan menggunakan metode Borda. Berdasarkan hasil KPJu unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, rangking pertama KPJu unggulan per sektor/subsektor pada tingkat provinsi adalah usaha budidaya padi sawah (padi dan palawija), usaha budidaya cabe (sayuran), usaha budidaya pisang (buah-buahan), usaha budidaya karet (perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan), usaha budidaya ikan kolam (perikanan), usaha budidaya damar (kehutanan), penggalian pasir (penggalian), industri kripik, kerupuk dan peyek (perindustrian), usaha toko kelontong (perdagangan), wisata alam (pariwisata), jasa kesehatan (jasa) dan truk angkutan (angkutan). Adapun 5 (lima) KPJu unggulan secara berurutan berdasarkan nilai skor-terbobot pada setiap sektor/subsektor ekonomi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Matrix KPJu Unggulan Provinsi Sektoral Tahun 2012 Sektor Usaha/ Skor No. No. KPJu Terbobot Sektor Usaha/ KPJu Skor Terbobot Padi dan Palawija Sayuran 1 Padi Sawah 16, Cabe 8, Ubi Kayu 7, Kacang Panjang 3, Jagung 6, Ketimun 3, Kacang Hijau 2, Tomat 3, Padi Ladang 1, Kangkung 2,6117 Buah-Buahan Perkebunan 1 Pisang 9, Karet 6, Nanas 4, Kopi Robusta 6, Durian 4, Kelapa 5, Mangga 2, Kelapa Sawit 4, Pepaya 1, Kakao 2,8334 Peternakan Perikanan 1 Sapi 9, Budidaya Ikan di Kolam 7, Kambing 5, Budidaya Udang 3, Ayam Ras Pedaging 4, Penangkapan Ikan di Perairan Umum 3, Ayam Buras 2, Penangkapan Ikan di Laut 3, Itik 2, Budidaya Rumput Laut 3,2200 Kehutanan/Hasil Hutan Penggalian 1 Damar 1, Pasir 1, Rotan 0, Pasir Besi 1, Hutan Rakyat (Sengon) 0, Marmer 0, Madu 0, Kapur 0, Gaharu 0, Tanah liat 0,

20 No. Sektor Usaha/ KPJu Skor Terbobot No. Sektor Usaha/ KPJu Skor Terbobot Perindustrian Perdagangan 1 Kerupuk, Keripik dan Peyek 5, Toko Kelontong 4, Tahu dan Tempe 3, Hasil Perkebunan 4, Penggilingan Padi 2, Pedagang Hasil Pertanian 4, Furnitur dari Kayu 2, Pedagang Hasil Peternakan 2, Pengolahan Kopi 1, Pedagang Hasil Perikanan 2,3949 Pariwisata Jasa-Jasa 1 Wisata Alam 9, Jasa Kesehatan 8, Wisata Pantai 5, Jasa Pendidikan 7, Wisata Budaya 3, Bengkel Motor 2, Kolam Pemancingan 3, Rental Mesin/Alat Pertanian 1, Hotel Berbintang 1, Koperasi Simpan Pinjam 1,6352 Transportasi 1 Truk Barang 11, AKDP 7, Angkutan Pedesaan 6, Angkutan Kota 3, Ojeg 3,0096 Berdasarkan hasil pemilihan KPJU sektoral tingkat provinsi, selanjutnya dilakukan pemilihan komoditi unggulan lintas sektoral di tingkat Provinsi Lampung dengan menggunakan metode Borda serta memberikan bobot 1 untuk komoditi yang bernilai rendah dan 5 untuk komoditi yang bernilai tinggi. Hasil perhitungan tersebut kemudian diurutkan untuk memperoleh 20 komoditi unggulan lintas sektoral tingkat provinsi. Pada Tabel 9 diperlihatkan 20 KPJu lintas sektoral. KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJu Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota, yang mencakup 131 KPJu 13 sektor/subsektor. Dengan metode Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJu Unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 10 (sepuluh) KPJu dengan skor terbobot tertinggi sebagai KPJu unggulan lintas sektor di tingkat Provinsi Lampung adalah : usaha budidaya padi sawah, usaha budidaya pisang, usaha budidaya karet, usaha budidaya kopi robusta, usaha budidaya ubi kayu, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya ikan di kolam, usaha budidaya kelapa sawit, usaha perdagangan toko kelontong dan usaha industri krupuk, kripik dan peyek. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan 20 jenis KPJu lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 9. Permasalahan utama dalam pengembangan KPJu unggulan di Provinsi Lampung yang sebagian besar masuk pada kelompok budidaya pertanian dan agribisnis adalah risiko budidaya yang tinggi akibat faktor alam yang kadang tidak menentu dan kurangnya kemampuan teknis dan manajemen serta akses terhadap permodalan. 17

21 Peran perbankan saat ini dilihat dari porsi penyaluran kredit kepada UKM sudah relatif besar namun demikian di masa yang akan datang peran perbakan perlu ada penguatan baik dalam hal peningkatan baik dalam hal jumlah dan fasilitasi perbankan untuk penguatan kemampuan teknis dan manajemen pengembangan KPJu unggulan melalui program pelatihan dan pendampingan. Tabel 9. KPJu Lintas Sektoral Tingkat Provinsi Lampung Tahun 2012 Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Sawah 0, Buah-Buahan Pisang 0, Perkebunan Karet 0, Perkebunan Kopi Robusta 0, Padi Palawija Ubi Kayu 0, Peternakan Sapi 0, Perikanan Budidaya Ikan di Kolam 0, Perkebunan Kelapa sawit 0, Perdagangan Toko Kelontong 0, Perindustrian Kerupuk, Keripik dan Peyek 0, Perkebunan Kelapa 0, Perdagangan Hasil Perkebunan 0, Sayuran Cabe 0, Padi Palawija Jagung 0, Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0, Jasa Jasa Kesehatan 0, Perindustrian Tahu dan Tempe 0, Peternakan Kambing 0, Buah-Buahan Nanas 0, Jasa Jasa Pendidikan 0,0187 L. PRODUCT LIFE CYCLE Dalam rangka penetapan KPJu unggulan lintas sektoral di tingkat provinsi, maka dilakukan pendalaman terhadap KPJu unggulan yang sudah teridentifikasi berdasarkan perspektif Product Life Cycle (PLC), apakah KPJu unggulan tersebut masih berada pada posisi tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Penetapan Product Life cycle ini berdasarkan pada aspek teknik yaitu dengan melihat analisis prospek dan potensi masing KPJu. KPJu dinilai berada dalam tahap introduksi (pengenalan) jika memiliki potensi sedang dan prospek kurang. KPJu yang berada pada tahap pertumbuhan (growth) memiliki potensi sedang, namun memiliki prospek yang cukup atau baik. KPJu yang berada dalam tahap matang (mature) memiliki potensi tinggi dan prospek yang cukup atau baik, sedangkan KPJu yang memiliki potensi tinggi serta prospek yang kurang berada dalam tahap menurun (decline). Pada analisis ini dimungkinkan memposisikan KPJu unggulan pada posisi tahapan daur hidup tertentu (pengembangan klasifikasi tahap daur hidup KPJu). KPJu dengan potensi tinggi dan prospek cukup, maka KPJu tersebut berada pada tahap matang cenderung turun. KPJu dengan potensi sedang dan prospek baik berada dalam posisi pertumbuhan cenderung matang. Keberadaan KPJu unggulan pada tahap daur hidup yang berbeda-beda memerlukan strategi yang berbeda dalam pembinaannya sehingga KPJu tersebut dapat meningkatkan kinerjanya. Analisis PLC dilakukan terhadap 10 KPJu lintas sektor yang telah diperoleh dan telah disepakati oleh pemangku kepentingan di tingkat provinsi. Penetapan tersebut dilaksanakan melalui 18

22 kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan pejabat SKPD tingkat Provinsi Lampung dan lembaga perbankan. Tahap daur hidup masing-masing KPJu unggulan yang didasarkan pada pendapat peserta FGD diperlihatkan pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa 10 KPJu unggulan yang berada pada Provinsi Lampung hampir semua memiliki daur hidup pada tahap matang (mature) kecuali komoditi pisang, budidaya ikan di kolam, dan produk krupuk, kripik dan peyek, yang terindikasi memiliki daur hidup pada tahap matang cenderung turun. Tabel 10. Tahap Daur Hidup KPJu Unggulan Lintas Sektor Provinsi Lampung No KPJu Unggulan Prospek Potensi Tahap Daur Hidup Produk 1 Padi Sawah Baik Tinggi Matang 2 Pisang Cukup Tinggi Matang cenderung turun 3 Karet Baik Tinggi Matang 4 Kopi robusta Baik Tinggi Matang 5 Ubi Kayu Baik Tinggi Matang 6 Sapi Baik Tinggi Matang 7 Budidaya ikan di Kolam Cukup Tinggi Matang cenderung turun 8 Kelapa Sawit Baik Tinggi Matang 9 Toko Kelontong Baik Tinggi Matang 10 Krupuk, Kripik, dan peyek Cukup Tinggi Matang cenderung turun Adanya tahap daur hidup yang berbeda pada 10 KPJu unggulan pada Provinsi Lampung, yaitu tahap matang dan matang cenderung turun menunjukkan pada saat ini kondisi KPJu Unggulan masih memilki potensi yang tinggi pada sisi produksi dan permintaan terhadap KPJu tersebut. Dari sisi prospek, KPJu yang berada pada tahap matang terindikasi masih memiliki prospek baik pada sisi kebijakan, persaingan, resiko lingkungan dan pemasaran terhadap KPJu tersebut. Sedangkan KPJu unggulan yang berada pada tahap matang cenderung turun, saat ini prospek dapat terindikasikan dalam beberapa hal yaitu, dukungan dan Infrastruktur usaha dan resiko terhadap lingkungan. Pisang dan industri krupuk, kripik dan peyek memiliki prospek yang cukup sebagai akibat dari kemungkinan resiko terhadap lingkungan yang masih belum baik, sedangkan budidaya ikan di kolam menunjukkan infrastruktur yang memang belum baik, seperti adanya kuantitas dan kualitas air yang masih belum baik. Sebagai salah satu lumbung padi nasional, pengembangan usaha padi sawah merupakan kebijakan yang tidak hanya dilakukan pada tingkat provinsi, tetapi juga merupakan kebijakan pada tingkat nasional. Adanya kebijakan swasembada beras yang diiringi dengan peningkatan luas areal tanam mengindikasikan KPJu ini merupakan jenis usaha yang memiliki kekuatan pada sisi persaingan dan juga penjualannya. Dengan potensi yang tinggi di Provinsi Lampung, maka dapat dikelompokkan komoditi tersebut memiliki daur hidup yang matang (mature). Komoditi subsektor palawija lainnya yang unggul adalah ubi kayu yang merupakan salah satu ciri khas Provinsi Lampung. Tingkat persaingan komoditi ini sangat tinggi mengingat produk olahan dari komoditi ubi kayu cukup luas, seperti sebagai bahan baku tapioka dan juga bioetanol (bahan bakar). Komoditi ini banyak diusahakan oleh masyarakat, baik yang bersifat plasma ataupun untuk keperluan sendiri. Dengan permintaan yang sangat besar, ubi kayu merupakan komoditi yang memang dibutuhkan terutama untuk diolah menjadi produk lainnya. Strategi pembinaan untuk kedua KPJu Unggulan dari sektor padi palawija ini dapat dilakukan dengan memperluas areal tanam dan dengan meningkatkan produktivitas, terutama untuk ubi kayu. Kebijakan eksternal lainnya seperti kebijakan pembatasan impor kedua komoditi, perbaikan harga bahan baku secara tidak langsung akan lebih mendorong kedua komoditi tersebut untuk tetap memiliki potensi yang tinggi dan prospek yang baik. Ketiga KPJu unggulan dari subsektor perkebunan yaitu karet, kopi, dan kelapa sawit memang memiliki areal tanam yang cukup luas di Provinsi Lampung. Hingga saat ini prospek pasar untuk 19

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1.

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian

Lebih terperinci

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ --l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN

Lebih terperinci

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DESKRIPSI PRODUK-PRODUK UNGGULAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DIPROVINSI LAMPUNG Tahun ke 2 dari Rencana 2 Tahun Nedi Hendri, S.E., M.Si., Akt. (Ketua Tim Pengusul) NIDN. 0020048101

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ~ BANK INDONESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA 4lD BANK IND NESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASURUAN

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1 BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY

Lebih terperinci

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENEllIIAN PENBEMBA A KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20 Kerj ama c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUKlJENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA BATU

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Potensi Ekonomi Daerah Bagi Pembiayaan Perbankan Di Kabupaten

Lebih terperinci

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: BAB IV PENETAPAN PRODUK UNGGULAN DAERAH (PUD) Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR 1. Ketersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL DAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan SUPLEMEN 3 RESUME PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PROPINSI SUMATERA SELATAN Bank Indonesia Palembang bekerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung berada antara 3º45 dan 6º45 Lintang Selatan serta 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah utara berbatasan dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial i Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan masalah Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore Oleh Muhammad Jibril Tajibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Abstrak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci