LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM PROVINSI JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM PROVINSI JAMBI"

Transkripsi

1

2 BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB 2 METODE PENELITIAN II-1 BAB 3 PROFIL DAERAH III-1 BAB 4 PROFIL UMKM IV-1 BAB 5 KEBIJAKAN PEMERINTAH V-1 BAB 6 PERANAN PERBANKAN VI-1 BAB 7 KPJu UNGGULANN VII-1 BAB 8 REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII-1 LAMPIRAN Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

4 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia, khususnya data dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,90 % dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,04 % dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) cukup signifikan yakni sebesar 55,56 % dari total PDB. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (Demand Side) dan dari sisi penawaran (Supply Side). Kebijakan Demand Side adalah kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya sehingga bankable. Kebijakan ini meliputi penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan kerjasama Bank Indonesia dengan lembaga internasional dan Pemerintah. Kebijakan Supply Side adalah kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 1

5 dan program untuk membantu bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, penguatan kelembagaan dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui penerbitan SUP Nomor 005 dan dana relending. Sebagaimana tersebut di atas, salah satu kebijakan dari sisi permintaan (Demand Side) adalah penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Untuk itu, sebagai salah satu bentuk perwujudannya, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Penelitian ini akan tetap difokuskan terhadap UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam Penelitian Pengembangan KPJU Unggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didesiminasikan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 2

6 Bisnis Indonesia (DIBI), dan dapat diakses melalui internet di alamat Dalam rangka memenuhi salah satu peran Bank Indonesia yaitu dalam pengendalian inflasi, maka dalam penetapan KPJU Unggulan juga mempertimbangkan aspek inflasi. Dalam hubungan ini, maka tingkat inflasi setiap KPJU Unggulan yang sudah terpilih pada tingkat Provinsi dijadikan kriteria lanjutan untuk menentukan urutan (rangking) KPJU lintas sektor di tingkat Provinsi Tujuan Penelitian 1. Mengenal dan memahami mengenai : a. Profil daerah Provinsi Jambi, meliputi : kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya Provinsi Jambi. b. Profil UMKM di wilayah Provinsi Jambi termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. c. Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang terkait dengan pengembangan UMKM. d. Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM. 2. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Jambi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dalam rangka : a. Mendukung pembangunan ekonomi daerah b. Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, serta c. Peningkatan daya saing produk. 3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masingmasing KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing Kabupaten/Kota, Misalnya : mengenai bahan baku, tenaga kerja, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 3

7 teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (Kecamatan). 4. Memberikan informasi tentang KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu. 5. Memberikan rekomendasi berupa : a. KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masingmasing Kabupaten/Kota, Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan b. Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi Jambi dan Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM Manfaat penelitian Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif: a. Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJU disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan dari KPJU. Apakah KPJU dalam tahap mature karena saat ini unggul dibanding KPJU yang lain (meskipun kemungkinan besar akan mengalami decline setelah melewati fase mature), atau saat ini tidak terlalu unggul namun berpotensi besar unggul di masa depan (fase growth). Hal ini akan menimbulkan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan. Contoh untuk hotel, apakah pemilihan KPJU Unggulan tersebut tujuannya untuk business development (mengembangkan yang sudah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 4

8 ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU tersebut (ekstensif). b. Perspektif Tujuan Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih dengan jaminan return yang cepat, atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha lemah namun berpotensi unggul di masa datang. c. Perspektif Keberpihakan Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya keperpihakan pada pengusaha lokal. d. Perspektif Skenario Kebijakan Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (existing) KPJU unggul dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas dengan wacana adanya skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia kendaraan. Dengan melihat perspektif di atas, diharapkan program akan menjadi lebih fokus. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu Kabupaten/Kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 5

9 1.4. Ruang Lingkup Penelitian a. Penelitian terhadap KPJU Unggulan UMKM dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi Jambi. b. Definisi UMKM adalah sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor : 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagi berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil usaha hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang memiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua milyar lima ratus ribu rupiah). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 6

10 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersiah atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). c. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya, serta mempunyai daya saing tinggi. d. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Potensial adalah KPJU lintas sektoral yang tidak masuk lima besar di tingkat kabupaten/kota (setelah metode Bayes) namun dari hasil diskusi dan pendapat para pakar berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial untuk diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi kriteria jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal dan ketersediaan bahan baku. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 7

11 Dalam hal ini perlu dijelaskan kelemahan atau kriteria yang tidak dapat terpenuhi, relatif terhadap KPJU unggulan di sektornya. Dengan demikian dapat diformulasikan perlakuan tertentu atau kebijakan yang perlu diambil agar KPJU potensial tersebut dapat berkembang menjadi KPJU unggulan. e. KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan), pertambangan dan penggalian, perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa sebagaimana kategori 9 sektor ekonomi BPS. f. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai : (i) Profil daerah untuk Provinsi Jambi dan untuk masing-masing kabupaten/kota, antara lain meliputi : struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya dana aspek lainnya yang terkait. (ii) Profil UMKM di Provinsi Jambi dan di masing-masing kabupaten/kota, termasuk potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. (iii) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM dan KPJU unggulan (iv) Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya (v) KPJU unggulan UMKM di Provinsi Jambi, antara lain berupa data kredit UMKM s.d kabupaten/kota Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk masing-masing sub sektor/sektor dan atau lintas sektoral di Provinsi Jambi (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi). (vi) Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU di masing-masing Kabupaten/kota. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 8

12 (vii) KPJU potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU unggulan (viii) Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam pengembangan KPJU unggulan UMKM g. KPJU yang diidentifikasi adalah sampai dengan nama KPJU akhir (misalnya: padi sawah, kacang hijau, angkutan perkotaan). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi I- 9

13 2.1. Daerah Penelitian Daerah penelitian adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang ditetapkan dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam penelitian. Penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis (pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta kebijakan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Daerah dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) kota dan 9 (sembilan) kabupaten di Provinsi Jambi yaitu : 1. Kota Jambi 2. Kota Sungai Penuh 3. Kabupaten Batang Hari 4. Kabupaten Muara Jambi 5. Kabupaten Merangin 6. Kabupaten Sarolangun 7. Kabupaten Bungo 8. Kabupaten Tebo 9. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 10. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 11. Kabupaten Kerinci Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-1

14 2.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data dan informasi terdiri dari : a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/responden. b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data Pada kajian Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM ini, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas. Semula penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan. Namun dengan metode tersebut hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP), Potensial (P) dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan atau rangking KPJU dimasing-masing kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul di kelompoknya masing-masing, karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yaitu SP atau P atau SP. Dalam rangka mengeliminir kelemahan tersebut, selanjutnya metode penetapan KPJU unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana, yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-2

15 pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004). a. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu: (i) Kriteria untuk Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) di tingkat kecamatan, yakni jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal dan ketersediaan bahan baku (ii) Kriteria untuk Analytic Hierrarchy Process (AHP) di tingkat kabupaten/kota, antara lain tenaga kerja terdidik, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya, manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota ini merupakan referensi untuk melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria dimungkinkan untuk disesuaikan sesuai dengan kondisi perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masingmasing wilayah penelitian. b. Tahap Pembobotan (i) Pada tingkat Provinsi : pembobotan tujuan dan kriteria Pada tahap ini dilakukan pembobotan terhadap tujuan serta kriteria untuk AHP dan kriteria untuk MPE. Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta sektor/sub sektor dalam suatu Provinsi. (ii) Pada tingkat kabupaten/kota : pembobotan sektor/sub sektor Dilakukan pembobotan terhadap sektor/sub sektor yang berlaku untuk suatu kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini digunakan pada saat penghitungan dengan metode Bayes. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-3

16 c. Tahap Penentuan KPJU dengan MPE di Kecamatan Berdasarkan daftar KPJU seluruh Kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan pemilihan KPJU kecamatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (i) Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik. (ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi narasumber). (iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber). (iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber). Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan MPE atau Metode Perbandingan Eksponensial yaitu metode yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria (Marimin, 2004). Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/ pendapat nara sumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke Kecamatan dengan nara sumber di tingkat Kecamatan, misal mantri tani, mantri statistik, staf/seksi perekonomian (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di masing-masing daerah). Berdasarkan analisis MPE ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat Kecamatan. d. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha dengan Metode Borda di Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh Kecamatan di suatu Kabupaten/Kota dengan metode MPE, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda. Metode Borda adalah metode Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-4

17 yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004). Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota. e. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode AHP di Tingkat Kabupaten/Kota Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota. Alternatif kriteria yang dapat dipergunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana Tabel berikut ini : Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga Kerja Terampil (skilled) Tingkat Pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja Jumlah lembaga/ sekolah ketrampilan/ pelatihan 2 Bahan Baku (manufacturing) Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku 3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas thd sumber pembiayaan 4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/ kemudahan memperoleh Harga 5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial Budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan Masyarakat Turun temurun 7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan Mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-5

18 Kriteria 11 Sumbangan thd perekonomian wilayah Variabel yang Dipertimbangkan Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (Backward & forward linkages) Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di Kabupaten/Kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (Saaty, 2000). Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah sebuat alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004). Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/ pendapat nara sumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD) dengan nara sumber di tingkat kabupaten/kota, misal pejabat dinas/instansi, asosiasi, Kadin, Bappeda, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota. Melalui forum FGD, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi. f. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi Ditingkat Kabupaten/Kota Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan untuk setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan. g. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas Sektoral dengan Metode Bayes di Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/sub sektor di tingkat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-6

19 kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral dengan metode Bayes, yaitu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2004). Namun, terlebih dahulu terhadap alternatif KPJU per sektor/sub sektor dilakukan normalisasi. Berdasarkan perhitungan dengan metode normalisasi ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU lintas sektoral ditingkat kabupaten/kota. h. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Potensial Lintas Sektoral Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di tingkat kabupaten/kota sebagaimana huruf f di atas, akan diperoleh KPJU yang tidak termasuk dalam lima besar KPJU unggulan. Selanjutnya, berdasarkan pendapat dan masukan dari para pakar serta pertimbangan lainnya, dari KPJU-KPJU tersebut dipilih KPJU-KPJU yang potensial/sangat potensial untuk menjadi KPJU unggulan di daerah penelitian. Kemudian masing-masing KPJU potensial dimaksud diidentifikasi kelemahan atau kekurangannya pada saat ini. Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU potensial dengan membuat Peta KPJU Potensial, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini. i. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi. Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi dengan metode Borda. Pada setiap KPJU unggulan per sektor/sub sektor dari setiap Kabupaten/Kota dilakukan penjumlahan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-7

20 nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU per sektor/sub sektor ekonomi. j. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan Lintas Sektoral dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi Berdasarkan hasil pemilihan KPJU (KPJU) unggulan lintas sektoral di tingkat Kabupaten/Kota, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral tingkat provinsi dengan metode Borda. Berdasarkan perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU lintas sektoral di tingkat provinsi. k. Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan dengan mempertimbangkan bobot dan skor inflasi. Setelah diperoleh 10 (sepuluh) KPJU lintas sektoral ditingkat provinsi berdasarkan metode Borda tersebut, selanjutnya adalah penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan bobot dan sumbangan inflasi masing-masing komoditas di daerah tersebut. Penetapan bobot dan sumbangan inflasi dilakukan bersama dengan DKBU dan DKM. Dalam penentuan KPJU potensial dan KPJU unggulan, peneliti diminta untuk melihat mayoritas skala usaha pelaku di bidang usaha dari KPJU dimaksud. Ringkasan selengkapnya dari pembobotan adalah sebagaimana pada Lampiran 1 s.d 3, sedangkan alur penentuan KPJU Unggulan UMKM beserta hirarki pola pikir dan operasionalnya adalah sebagaimana pada Lampiran 4 s.d 7. Adapun contoh perhitungan dengan metode MPE, Borda dan Bayes (dengan normalisasi terlebih dahulu) adalah sebagaimana pada Lampiran 8 s.d 10. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-8

21 2.4. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan a. Prinsip Penilaian Kriteria Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan usaha pada KPJU. b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM Setelah diperoleh KPJU unggulan daerah dan KPJU potensial yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi maupun saran-saran serta solusi dalam upaya pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh Pemda maupun menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari Pemda. Dengan demikian fungsi KBI sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi bagi Pemda dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi II-9

22 I. KOTA JAMBI 1.1. Kondisi Geografis Kota Jambi dengan luas wilayah ± km² (berdasarkan UU No. 6 tahun 1986), terletak pada kordinat : " " Lintang Selatan dan " " Bujur Timur. Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur. Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m dpl. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya. Selama Tahun 2011, rata - rata suhu di Kota Jambi berkisar antara 26,1'C sampai 27,5'C. Dengan suhu maksimum 34,8'C yang terjadi pada bulan Mei dan suhu minimum 21,0'C terjadi pada bulan Desember. Curah Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-1

23 hujan di Kota Jambi selama Tahun 2011 beragam antara 29,5 mm sampai 322,5 mm, dengan jumlah hari hujan antara 8-25 hari perbulannya. Kecepatan angin di tiap bulan hampir merata antara 16 knots hingga 25 knots. sedangkan rata - rata kelembapan udara berkisar 77%-85%. Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab. Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten : 1. Kota Jambi - Sengeti (ibukota Kab. Muaro Jambi) : 27 km 2. Kota Jambi - Muaro Bulian (ibukota Kab. Batanghari) : 60 km 3. Kota Jambi - Muaro Sabak (ibukota Kab. Tanjabtim) : 129 km 4. Kota Jambi - Kuala Tungkal (ibukota Kab. Tanjabbar) : 131 km 5. Kota Jambi - Sarolangun (ibukota Kab. Sarolangun) : 179 km 6. Kota Jambi - Muaro Tebo (ibukota Kab. Tebo) : 206 km 7. Kota Jambi - Muaro Bungo (ibukota Kab. Bungo) : 252 km 8. Kota Jambi - Bangko (ibukota Kab. Merangin) : 255 km 9. Kota Jambi - Sungai Penuh (ibukota Kab. Kerinci) : 419 km Tabel 3.1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Jumlah RT (km 2 ) Kelurahan Kota Baru 77, Jambi Selatan 34, Jelutung 7, Pasar Jambi 4, Telanaipura 30, Danau Teluk 15, Pelayangan 15, Jambi Timur 20, Jumlah/Total 205, Sumber : Jambi Dalam Angka Kondisi Demografis Dengan populasi penduduk sebesar jiwa (± 17% dari seluruh populasi penduduk Provinsi Jambi), mayoritas penduduk merupakan suku Melayu Jambi, sedangkan suku (suku bangsa) lain yang hidup berdampingan dengan harmonis di Kota Jambi, antara lain : Aceh, Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-2

24 Banjar, Batak, Bugis, Flores, Habib (keturunan Arab), keturunan India, Jawa, Padang, Palembang, Papua, Sunda, dan Tiong-hoa (Hokhian, Techiu, Khek, Hainan). Jumlah Rumah Tangga yang tercatat di Kota Jambi sebanyak Rumah Tangga. Dengan demikian, maka jumlah ratarata anggota tiap keluarga di Kota Jambi berkisar 3-4 orang (rasio 4). Tabel 3.2 Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan dan Kepadatan Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan & Tingkat Kepadatan Tahun 2011 Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Jambi Selatan , Kota Baru , Jambi Timur , Telanaipura , Jelutung , (terpadat) Pasar Jambi , Pelayangan , (terjarang) Danau Teluk , T O T A L jiwa 205,38 km jiwa/km2 Sumber : Kota Jambi Dalam Angka, 2012 Komposisi pekerjaan menurut lapangan usaha utama yang digeluti masyarakat Kota Jambi tahun 2011, adalah sebagai berikut : Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-3

25 Tabel 3.3 Kontribusi Per Sektoral PDRB Kota Jambi Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Utama Persentase (%) 1. Perdagangan, Hotel & Restaurant 35,62 2. Jasa (Kemasyarakatan, Sosial & Perorangan) 24,42 3. Industri 11,57 4. Transportasi & Komunikasi 10,70 5. Konstruksi 9,14 6. Keuangan 3,43 7. Pertanian, Perkebunan, Perikanan & Kehutanan 3,06 8. Pertambangan & Galian 1,56 9. Listrik, Gas & Air 0,49 T O T A L 100,00 Sumber : Bappeda Kota Jambi, data diolah dari BPS, BKBKS, PMKS, Kandep Agama ( Kota Jambi Dalam Angka 2012 ) Peluang Investasi Kota Jambi yang merupakan ibukota Provinsi Jambi, selain sebagai pusat dari kegiatan Pemerintah baik Provinsi maupun Pemerintah Kota Jambi sendiri, juga merupakan kawasan pusat perdagangan dan pelayanan jasa utama di Provinsi Jambi. Dalam kerangka regional, Kota Jambi adalah daerah yang menghubungkan lintas tengah dan lintas timur Sumatera, yang merupakan jalur distribusi utama yang memiliki keunggulan komparatif dan sangat berpotensi menjadi simpul perdagangan regional, karena letak geografisnya yang sangat mendukung. Disamping aksesnya yang mudah ke kota-kota utama di Sumatera, Kota Jambi juga berdekatan dengan pusat pertumbuhan regional Batam, Singapura dan Johor. Oleh karenanya, dimasa yang akan datang, daerah ini diproyeksikan akan sangat berpeluang memainkan peranan penting sebagai daerah pendukung utama (main hinterland) dalam kerjasama ekonomi regional IMS-GT (Indonesia,Malaysia-Singapore-Growth Triangle). Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-4

26 a. Perdagangan & Jasa LAPORAN AKHIR Dengan kondisi perkotaan yang berkembang pesat dewasa ini, potensi perdagangan dan jasa senantiasa memiliki peluang dan prospek. Dukungan infrastruktur dan pengembangan kawasan perdagangan merupakan peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan produk barang dan jasa, disamping potensi perdagangan dan jasa umum yang cukup baik. b. Pengembangan Kawasan Hutan Kota Pengembangan kawasan ini merupakan bentuk usaha dari Pemerintah Kota untuk melestarikan lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat sebagai tempat rekreasi dan konservasi. Kawasan ini merupakan kawasan yang dikembangkan sesuai dengan perencanaan tata ruang kota untuk mereduksi polusi kota. Investasi pada kawasan ini cukup besar dan perlu waktu yang relatif panjang. c. Pengembangan Agribisnis Peluang investasi ini sangat menjanjikan, mengingat kebutuhan masyarakat akan pasokan berbagai jenis makanan yang sehat, berkualitas dan segar. Jenis usaha yang dapat dikembangkan adalah penggemukan sapi dan ternak lainnya, kolam dan keramba ikan, melinjo, cabai, semangka, duku, mangga, durian, pisang, rambutan, jeruk, dll. Lokasi investasi tersebar di Kecamatan Jambi Selatan, Kota Baru, Danau Teluk, Pelayangan dan Telanaipura. Adapun investasi dapat dilakukan dengan pola kemitraan dengan masyarakat atau kelompok tani dengan fasilitasi pemerintah. d. Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Kerajinan Rakyat Investasi pada kegiatan ini memberikan prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat kondisi perkotaan yang semakin maju. Berbagai peluang dan potensi usaha pengolahan hasil pertanian dan kerajinan rakyat cukup menjanjikan, mengingat besarnya pasokan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-5

27 bahan baku hasil pertanian maupun untuk kerajinan. Potensi industri pengolahan hasil pertanian cukup beragam, meliputi peningkatan nilai tambah produk hasil pertanian, pergudangan, labelling dan pengepakan dsb. Untuk industri kerajinan rakyat, peluang yang ada cukup besar, akan tetapi potensi sektor ini sangat spesifik, karena produknya berkaitan dengan selera dan citarasa, oleh karena itu, disamping permodalan, pengrajin memerlukan juga jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dalam mengelola unit usahanya. Lokasi yang ditawarkan bagi pembangunan industri pengolahan hasil pertanian dan kerajinan rakyat tersebar di Kecamatan Danau Teluk, Pelayangan, Jambi Timur, Kota Baru dan juga sebagian kecamatan yang lainnya. Peluang ini ditunjang pula oleh luasnya pangsa pasar yang meliputi pasar lokal dan regional (Batam dan Singapura). Khususnya untuk produk batik, makanan dan kerajinan rakyat (termasuk suvenir), merupakan primadona untuk dikembangkan. e. Pariwisata Di wilayah Kota Jambi, obyek wisata yang ada lebih banyak didominasi oleh obyek wisata buatan seperti taman rekreasi, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta; museum & situs peninggalan bersejarah; wisata budaya, belanja & wisata kuliner; serta hiburan rekreasional lainnya yang umumnya terdapat di wilayah perkotaan. Sementara obyek wisata alam lebih banyak terdapat di kawasan kabupaten di dalam Provinsi Jambi. Sebagian besar obyek wisata di Jambi saat ini belum semuanya dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah, walaupun usaha ke arah itu terus dilakukan, terutama dalam pengelolaan situs/obyek peninggalan bersejarah, obyek wisata alam dan hutan lindung beserta isinya. Oleh karena keterbatasan Pemerintah tersebut, diharapkan masyarakat berperan aktif untuk menjaga kelestarian dan keindahan dari obyek- Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-6

28 obyek wisata yang ada, agar semua pusaka alam Jambi dapat terus dinikmati & memberi manfaat bagi dari generasi ke generasi. II. KABUPATEN MUARO JAMBI 2.1. Kondisi Geografis Secara geografis berada pada 1 derajat 51' - 2 derajat 01' Lintang Selatan dan 103 derajat 15' derajat 30' Bujur Timur dengan luas wilayah Km2 dan merupakan 10,29% dari seluruh luas wilayah Propinsi Jambi. Adapun wilayah ini berada dalam batas-batas sebagai berikut : o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung o Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. o Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan. o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari. o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Menurut ketinggian dari permukaan laut dataran di Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari : o 0-10 Meter = 11,80 % o Meter = 83,70 % o Meter = 4,50 % Dengan kondisi alam yang demikian maka bepengaruh terhadadap pembentukan iklim / cuaca yaitu kategori iklim basah Kondisi Demografis Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah penyangga dimana wilayahnya mengelilingi kota Jambi, hal ini berpengaruh terhadap penyebaran Konsentrasi penduduk yang umumnya berdomisili di sekitar pinggiran kota, Serta pusat-pusat pemukiman transmigrasi yang banyak terdapat di wilayah ini. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-7

29 Jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi berjumlah jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak jiwa/km. Kecamatan dengan populasi terpadat adalah kecamatan Jambi Luar Kota sebanyak dengan kepadatan rata-rata Jiwa/ Km2, sedangkan kecamatan terendah adalah Kumpeh sebanyak Jiwa dengan kepadatan Jiwa/ Km2. Data terakhir dari BPS ( Badan Pusat Statistik), sebagai berikut: Tabel 3.4 : Jumlah Penduduk Per kecamatan di kabupaten Ma. Jambi No Kecamatan Jumlah (jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km) RT 1 Mestong Sungai Bahar Kumpeh Ulu Sungai Gelam Kumpeh Maro Sebo Jaluko Sekernan Sungai Bahar Utara Sungai Bahar Selatan Taman Rajo Jumlah Peluang Investasi Kabupaten Muaro Jambi termasuk daerah yang kaya akan sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomi strategis, sehingga menjadi peluang investasi yang cukup menarik dan menjanjikan dimasa depan. Beberapa sektor investasi yang masih cukup dan diminati investor berpeluang adalah sebagai berikut: Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-8

30 1. Pertambangan LAPORAN AKHIR Beberapa komoditi bahan tambang yang potensial untuk di eksplorasi dan eksploitasi karena kandungan depositnya yang cukup besar adalah minyak dan Gas, Batu bara dan pasir kuarsa yang tersebar di hampir seluruh Kecamatan. 2. Perkebunan Sektor perkebunan menjadi tujuan investasi yang cukup menarik di Kabupaten Muaro Jambi hal ini ditandai banyaknya perusahaan perkebunan yang beroperasi dengan okupansi lahan yang sangat luas mencapai ha terdiri dari perkebunan kelapa sawit dan karet beserta industry hilirnya sehingga sektor perkebunan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB. 3. Industri Sebagai interland Kota Jambi pertumbuhan sektor industri cukup pesat, hal ini sejalan dengan ditetapkannya daerah Kumpeh Ulu sebagai Zonasi pengembangan industri, sehingga ada banyak perusahaan industri yang beroperasi diwilayah ini dengan pertimbangan: a. Jarak yang relatif dekat dengan kota b. Tersedianya infrastruktur pelabuhan c. Suplai energi listrik yang cukup d. Tersedianya jaringan distribusi PDAM e. Infrastruktur jalan yang cukup baik Beberapa industri yang beroperasi di wilayah ini antara lain industri pengolahan makanan dan minuman, galangan kapal, bahan bangunan, minyak makan, bubut dan aneka industri lainnya. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-9

31 2.3. Potensi Daerah LAPORAN AKHIR Pengembangan tanaman pangan mendapat prioritas utama oleh Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi, mengingat sampai saat ini masih kekurangan/deposit pangan khususnya padi, oleh karena itu dicanangkan program optimasi lahan guna mengolah dan memberdayakan lahan hutan menjadi lahan produktif yang banyak terdapat di daerah pedesaan. a. Tanaman Padi Konsentrasi persawahan berada di 3 kecamatan yaitu Kumpeh, Maro sebo dan Jaluko mengingat wilayahnya yang banyak terdapat lahan basah karena berada di daerah aliran Sungai Batang hari, sedangkan wilayah lainnya berupa ladang tadah hujan. Luas panen padi tahun 2008 adalah Ha dengan produksi ton dan produksi ratarata ton. Berikut gambaran luas lahan sawah: b. Palawija Tanaman palawija banyak dibudidayakan di kecamatan Kumpeh, Kunpeh ulu dan Jambi luar kota, khususnya untuk komoditi jagung sedangkan dikembangkan secara besar-besaran di desa Mekar Sari kecamatan kumpeh mengingat kondisi lahan sesuai untuk budidaya jagung khususnya varitas hibrida. Disamping jagung tanaman sayuran banyak dikembangkan di kecamatan Sungai Gelam, Jambi luar kota, Kumpeh ulu dan Mestong yang sebagian besar untuk memasok kebutuhan sayur Kota Jambi, umumnya dibudidayakan sebagai usaha sampingan keluarga. c. Hortikultural Beberapa jenis buah-buahan yang dihasilkan termasuk varitas unggul yang memiliki citra rasa khas seperti duku yang terkenal dengan varitas duku kumpeh dengan ciri kulit tipis dan dagang buah tebal sehingga disukai masyarakat, sentra produk duku berada di Kumpeh dan Kumpeh Ulu, selain itu terdapat sentra produksi nanas di desa Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-10

32 Tangkit Kecamatan Sungai Gelam dan sekarang sedang dikembangkan budidaya jeruk di Sungai Bahar. Kabupaten Muaro Jambi termasuk sentra ternak yang cukup potensial, hal ini didukung geografis wilayah yang relatif dekat dengan Kota Jambi sebagai pasar utama ternak, sehingga usaha sektor peternakan dapat berkembang secara pesat dan menjadi sektor ekonomi produktif yang cukup menarik untuk dikembangkan dalam skala ekonomi. d. Perkebunan Sektor perkebunan memegang peranan penting di dalam struktur perekonomian Kabupaten Muaro Jambi, karena hampir 65% masyarakat bekerja di sektor perkebunan baik sebagai pemilik maupun pekerja, oleh karena itu pembinaan sektor perkebunan sangat mendapat perhatian pemerintah daerah. Komoditi antara perkebunan didominasi oleh tanaman kelapa sawit dan karet, baik dikelola oleh swasta maupun perkebunan rakyat.\ Perusahaan perkebunan swasta besar : PTPN VI PT. Bahari Gembira Ria PT. Kirana Sekernan PT. Makin PT. Angso Duo Sawit Lestari e. Perikanan Kabupaten Muaro Jambi termasuk sentra produksi perikanan yang cukup potensial, hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis wilayah yang dialiri sungai Batang hari yang sangat baik untuk budidaya ikan perairan umum serta geografis wilayah yang mempunyai cukup banyak lahan basah/ rawa. Pengembangan budidaya perikanan utama dibagi atas dua kelompok, yaitu: Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-11

33 LAPORAN AKHIR Perairan umum, dilakukan disepanjang sungai Batang Hari, dengan sistem kerambah jaring apung (KJA) ini terpusat di Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan, Maro sebo dan Kumpeh Ilir. Bumi daya kolam, dilakukan di daerah dataran rendah/ berawa yang banyak terdapat di kecamatan Sungai Gelam dan Kumpeh Ulu. Produksi perikanan kabupaten muaro jambi cukup besar mencapai ton pertahun, terdiri dari perairan umum ton dan budidaya ton. Sebagian besar didominasi ikan jenis Patin Jambal Nila dan Lele yang sebagian besar dijual untuk memenuhi pasar lokal dan Kota Jambi, selanjutnya karena produksi terus meningkatkan dilakukan upaya terobosan dengan menjalin kerja sama dengan sektor swasta untuk pemasaran khususnya pasar ekspor melalui industri pengolahan yang berlokasi di desa Sekernan sehingga harga jual yang cukup ekonomis. Guna menunjang produksi yang terus meningkat, maka dibutuhkan pasokan bibit yang cukup untuk itu dibangun balai benih ikan (BBI) yang terdapat di desa Arang arang kecamatan Kumpeh Ulu dan Tempino kecamatan Mestong, disamping itu terdapat pula balai penelitian ikan air tawar di Sungai Gelam. III. KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR 3.1. Kondisi Geografis Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan undangundang No. 54 Tahun 1999 undang-undang No. 14 Tahun 2000 dengan luas Km2 atau 10,2 % dari luas wilayah propinsi Jambi, namun sejalan dengan berlakunya undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 30 pulau kecil (termasuk Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-12

34 pulau berhala, 11 diantaranya belum bernama) menjadi ,25 Km2. Disamping itu memiliki panjang pantai sekitar 191 km atau 90,5 % dari panjang pantai Propinsi Jambi. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur pulau Sumatera ini berbatasan langsung dengan Propinsi Kepulauan Riau dan merupakan daerah hinterland segitiga pertumbuhan ekonomi Singapura-Batam-Johor (SIBAJO). Wilayah perairan laut kabupaten ini merupakan bagian dari alur pelayaran kapal nasional dan internasional (ALKI I) dari utara keselatan atau sebaliknya, sehingga dari sisi geografis daerah ini sangat potensial untuk berkembang. Kabupaten Tanjung Jabung Timur secara geografis terletak pada LS dan BT dengan luas Km² dengan ketinggian Ibukota-Ibukota Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkisar antara 1-5 m dpl. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah Km², dengan batas-batas sebagai berikut : o Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Cina Selatan. o Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Muaro Jambi dan Prov. Sumatera Selatan. o Sebelah Barat : berbatasan dengan Kab. Tanjung Jabung Barat dan Kab. Ma Jambi. o Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Secara administratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Ibukota Muaro Sabak terdiri dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan. Adapun nama-nama Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Muara Sabak Timur dengan Ibu Kota Muara Sabak Ilir 2. Kecamatan Muara Sabak barat dengan Ibu Kota Nibung Putih 3. Kecamatan Kuala Jambi dengan Ibu Kota Kampung Laut 4. Kecamatan Dendang dengan Ibu Kota Rantau Indah Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-13

35 5. Kecamatan Mendahara dengan Ibu Kota Mendahara Ilir 6. Kecamatan Mendahara Ulu dengan Ibu Kota Pematang Rahim 7. Kecamatan Geragai dengan Ibu Kota Pandan Jaya 8. Kecamatan Rantau Rasau dengan Ibu Kota Bandar Jaya 9. Kecamatan Berbak dengan Ibu Kota Simpang 10. Kecamatan Nipah Panjang dengan Ibu Kota Nipah Panjang II 11. Kecamatan Sadu dengan Ibu Kota Sungai Lokan Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur ke beberapa Ibu Kota Kabupaten / Kota dalam Provinsi Jambi : Muara Sabak Jambi lewat Sengeti : 124 Km Muara Sabak Kuala Tungkal lewat Simpang Tuan : 129 Km Muara Sabak Muara Bulian lewat Bajubang Laut : 172 Km Muara Sabak Sengeti lewat Simpang Tuan : 94 Km Muara Sabak Muaro Bungo lewat Muaro Bulian : 347 Km Muara Sabak Muaro Tebo lewat Muaro Bulian : 299 Km Muara Sabak Sarolangun lewat Muaro Bulian : 290 Km Muara Sabak Bangko lewat Sarolangun : 364 Km Muara Sabak Sungai Penuh lewat Bangko : 534 Km Muara Sabak Jambi lewat Zone V - Jembatan Batanghari II : 60 Km Untuk Ibu Kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat ditempuh melalui 3 (tiga) Jalur / Ruas Jalan yaitu : 1. Jalur Timur, melalui Ruas Jalan Jambi Suak Kandis (134 Km) 2. Jalur Barat, melalui Ruas Jalan Jambi Sengeti Simpang Tuan (122 Km) 3. Jalur Tengah (dalam persiapan), melalui Ruas Jalan Jambi Jambi Kecil Rantau Karya / Zone V (37 Km) Iklim merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh cukup besar terhadap berhasil tidaknya pembangunan pertanian maupun non pertanian. Kondisi iklim secara makro sangat sulit untuk dikendalikan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-14

36 karakteristiknya, karena dipengaruhi oleh letak geografis dan bentuk kawasan. Dalam hal ini kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Berdasarkan Zona Agroklimat B 1 dengan 8 bulan basah (bulan dengan curah hujan > 200 mm) dan 2 bulan kering (bulan dengan curah hujan < 100 mm) berturut-turut. Bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai April, sedangkan bulan kering terjadi mulai bulan Juni sampai Agustus. Untuk semua wilayah di Kab Tanjung Jabung Timur, sepanjang tahun 2008 mempunyai curah hujan tahunan sekitar mm, dimana 8 10 bulan basah, 2 4 bulan kering. Rata-rata curah hujan bulan basah mm dan bulan kering mm. Suhu udara rata-rata 25,90 C 27,40 C, kelembaban udara 78% - 81% pada bulan Desember Januari dan 73% pada bulan September. Seperti halnya daerah-daerah lain di Provinsi Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki iklim yang cukup baik serta curah hujan yang cukup tinggi. Tetapi bila musim panas tiba, Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk daerah yang rawan kebakaran. Hal ini disebabkan sebagian besar tanaman yang ada adalah tanaman sawit dan tanah gambut. Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut dapat mempengaruhi sifat tumbuhnya suatu tanaman karena adanya perbedaan suhu yang disebabkan oleh ketinggian, dimana tiap naik 100 M maka suhu udara turun 0,6 C. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai ketinggian kurang lebih M dari permukaan laut. Topografi daerah pada umumnya dataran rendah terdiri dari rawa/gambut dengan permukaan tanah banyak dialiri pasang surut air laut. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sebagian secara topografi, seluruh kawasan mempunyai kelerengan antara 0 3 % (datar). Kawasan ini dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan syarat input Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-15

37 drainase, yang berfungsi juga sebagai saluran irigasi karena adanya pengaruh arus pasang. Berdasarkan hasil studi serta pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya, semua elevasi di daerah rawa-rawa sepanjang Sungai Batanghari dinyatakan dalam acuan ketinggian yang sama, yaitu dalam meter di atas Project reference Level (M + PRL). Acuan ketinggian di kawasan perencanaan diambil dari ketinggian BM (Bench Mark) BK Kondisi Demografis Komposisi penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih sedikit dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Artinya Pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya. Jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan hasil final sensus penduduk 2010 mencapai jiwa. Dengan pertumbuhan sebesar 0,66 % pertahun untuk periode , serta kepadatan 37,70 jiwa/km2, Dengan luas wilayah sekitar km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 39,26 orang pada Tahun Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Muara Sabak Timur, karena merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan diwilayah ini sebelum terbentuknya Kabupaten tanjung Jabung Timur, sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Berbak sebanyak jiwa. Pertumbuhan penduduk yang rendah pada setiap tahunnya perlu terus dijaga di tahun-tahun mendatang. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. dengan rincian pria jiwa dan wanita jiwa, Hal ini dapat dilihat dari angka seks rasio yang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-16

38 nilainya lebih dari 100. Tahun 2009, setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki Peluang Investasi Kabupaten Tanjab Timur adalah daerah pemekaran di Provinsi Jambi. Letak kabupaten yang memiliki luas km 2 sangat strategis, karena berdekatan dengan pusat pertumbuhan ekonomi regional Singapura Batam Johor (SIBAJO) atau Indonesia - Singapura Malaysia (IMS). Daerah di pesisir timur Sumatera ini, bagian utara dan timurnya berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Sementara sebelah selatan dengan Kabupaten Muara Jambi, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanjab Barat. Kondisi geografis Tanjab Timur sangat menguntungkan, karena memiliki peluang besar dalam peningkatan perdagangan dan penanaman investasi. Pemerintah Provinsi Jambi pun tertarik untuk membangun pelabuhan peti kemas di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sadu. Pelabuhan yang akan dibangun di areal seluas hektar tersebut, didukung penuh oleh pemerintah setempat. Titik koordinat lokasi pelabuhan sudah ditentukan dengan mendatangkan Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana, pada bulan Juli 2012 lalu. Bupati Tanjab Timur Zumi Zola, telah meminta jajarannya membantu upaya pembebasan lahan untuk pelabuhan yang nantinya diberi nama Ujung Jabung. Lokasi pelabuhan yang berhadapan dengan bentangan Laut Cina Selatan tersebut, nantinya akan didukung dengan pembangunan ruas jalan dan jembatan sepanjang 360 meter yang menghubungkan Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu. Sementara akses darat menuju Pelabuhan Ujung Jabung sudah terbentang lebar, dengan tuntasnya pembangunan jembatan Muara Sabak. Jembatan yang menghubungkan Delta Berbak dengan Sabak Daratan ini, Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-17

39 melengkapi ruas jalan lingkar Tanjab Timur. Jalan lingkar yang membelah Tanjab Timur ini menjadikan daerah ini dapat ditempuh dari tiga jalur utama. Dimana jalan ini sebelumnya merupakan akses untuk mempersingkat menuju Pelabuhan Samudera yang berada di Muara Sabak. Pelabuhan Muara Sabak yang pembangunannya dimulai saat masa Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti tersebut, akan dijadikan sebagai terminal bongkar muat CPO (Crude Palm Oil). Pengembangan Pelabuhan Samudera kemudian dilanjutkan pada masa Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, Melihat letak pelabuhan yang strategis, Zulkifli Nurdin melontarkan gagasan untuk menjadikan Pelabuhan Samudra, di Muara Sabak, Kabupaten Tanjab Timur sebagai pintu gerbang kedua perekonomian Provinsi Jambi, Dalam penjabaran konsepnya, dibutuhkan jalan lintas yang membelah Tanjab Timur. Kedua ujung jalan nantinya akan memudahkan akses menjangkaupelabuhan Samudra. Upaya merintis rencana tersebut dimulai dari dibangunnnya jembatan Suak Kandis, di Kabupaten Muaro Jambi. Jembatan dengan konstruksi rangka baja itu membelah Sungai Kumpeh. Setelah jembatan Suak Kandis berhasil dituntaskan, rencana terus berlanjut dengan dibangunnya jembatan Berbak. Tidak jauh dari jembatan Berbak, juga dibangun jembatan Palu. Nah, disaat bersamaan Pemerintah Provinsi Jambi Jambi mulai merintis ruas jalan dari sisi lain. Ruas yang dibangun ini merupakan jalur alternatif sekaligus akses pembuka persembahan lainnya dari Pemprov Jambi. Jembatan Batanghari II dibangun di Sijenjang, Kota Jambi.. Jembatan yang memiliki panjang meter itu merupakan pemotong jarak tempuh menuju Muarasabak menjadi 72 Km. Pemkab Tanjab Timur sesuai dengan perjanjian awal, ikut menyokong pembiayan pembangunan jembatan tersebut sebesar Rp 7 milyar. Separoh dananya telah dikucurkan pada anggaran 2003 lalu. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-18

40 Pemkab Tanjab Timur tidak berhenti sebatas membangun jembatan Muara Sabak, dorongan untuk mempercepat membuka pintu gerbang perekonomian di Pelabuhan Samudra terus dipacu. Untuk tahun anggaran 2013, sudah dianggarkan untuk mengganti empat jembatan menuju Delta Berbak. Empat jembatan itu adalah jembatan Sungai Siau, jembatan Kota Raja dan jembatan Lambur I. Ketiga jembatan ini memiliki panjang sekitar 40 meter. Sementara satu jembatan lagi yakni jembatan Pemusiran memiliki panjang 59 meter. Semua pembangunan jembatan ini dianggarkan di APBD Sampai tahun 2016 nanti, sudah direncanakan untuk membangun dan melakkan rehab atas 300 jembatan di daerah ini Potensi Daerah 1. Potensi Fisik Dasar a. Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki daya dukung wilayah yang baik untuk pengembangan berbagai kegiatan sosial ekonomi, kecuali keberadaan lahan gambut disekitar pesisir pantai timur. b. Ketersediaan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan kegiatan lainnya masih memadai. c. Topografi Kabupaten Tanjung Jabung Timur relatif kecil, sehingga memungkinkan dan memudahkan dalam pengembangan aktivitas wilayah kesemua arah. d. Masih banyaknya lahan kosong yang dapat dijadikan lahan cadangan pengembangan kegiatanbudidaya. e. Kabupaten Tanjung Jabung Timur terletak pada daerah bukan rawan bencana alam. f. Potensi pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur cukup prospektif. g. Memiliki Wilayah Pantai yang menghadap ke Selat Berhala dapat Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-19

41 mendukung kegiatan Perikanan dan Pariwisata, dan tentunya pengembangan transportasi laut. 2. Potensi Fisik Binaan a. Sudah terdapatnya batas wilayah yang jelas baik batas Kabupaten, Kecamatan dan desa/kelurahan. b. Tersedianya sarana perekonomian untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti pasar, pertokoan, Bank, dll. c. Besarnya peluang untuk pembangunan prasarana pelabuhan, terminal, permukiman dan industri. 3. Potensi Aspek Ekonomi a. Adanya pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder. b. Sektor perhubungan dan pariwisata, meliputi perluasan jaringan transportasi, rencana pembangunan jaringan Kereta Api Jambi Muara Sabak dan penyediaan sarana hotel, restoran dan telekomunikasi. c. Adanya dukungan sektor ekonomi yang cukup tinggi yang dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian wilayah terutama dari sektor pertambangan, pertanian dan perkebunan. d. Potensi perkebunan rakyat dengan jenis kelapa dalam, kelapa sawit, pinang, karet, kopi, coklat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. e. Potensi gambut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Mendahara dan Kecamatan Dendang. IV. KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 4.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara keseluruhan 5.645,25 Km² terdiri dari daratan 5.503,50 Km² dan perairan atau laut Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-20

42 141,75 Km². Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terletak diantara 0º53-01º41 Lintang Selatan dan 103º23-104º31 Bujur Timur dengan batas batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara dengan Provinsi Riau dan Laut Cina Selatan. b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muaro Jambi. c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Tebo. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sebagai kawasan Lintas Timur Pulau Sumatera, untuk mengantisipasi pesatnya jalur arus lalu lintas darat bagian barat Pulau Sumatera dan sebagai Kawasan Pantai Timur (KPT) Provinsi Jambi yang berhadapan langsung dengan kawasan perkembangan IMS-GT. Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (DPL) antara 0 25 Meter sebesar 44,80 % dan luas daratan yang meliputi daerah Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Betara, Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Tungkal Ulu dan Kecamatan Merlung. Kabupaten Tanjung Jabung Barat beriklim tropis dengan curah hujan antara mm per tahun dan jumlah hari hujan 155 hari per tahun, suhu udara minimum rata - rata 30ºC serta kelembaban 84,50 %. Puncak bulan basah terjadi pada Bulan Nopember sampai dengan Januari dan bulan kering pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi. Sebelum dilakukan pemekaran, Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara administratif dan politik tergabung dengan Kabupetan Tanjung Jabung Timur, dalam Kabupaten Tanjung Jabung yang pada saat itu terdiri dari 10 Kecamatan dengan 120 Desa/Kelurahan. Setelah dilakukan pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 Kecamatan yaitu Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Pengabuan, Kecamatan Betara, Kecamatan Merlung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-21

43 Muara Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Kuala Betara, dan Kecamatan Senyerang dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 70 Desa dan 6 Kelurahan. Kabupaten Tanjung Jabung Barat dibagi dalam 3 wilayah yaitu sebagai beikut : 1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur sayuran, palawija tambak/kolam, kerambah dan pengembangan peternakan unggas, terutama bebek. Kebijakan yang diambil adalah program sejuta bebek. 2. Wilayah Basah/Kering, di wilayah ini dikembangkan padi, palawija termasuk sayur sayuran dan ternak seperti kambing dan ayam. Kebijakan yang diambil adalah meningkatkan produksi yang dihasilkan menjadi penyanggah daerah kering yang sebut juga wilayah penyanggah ketahanan pangan. 3. Wilayah Kering, di wilayah ini dikembangkan ternak besar dan perkebunan. Kebijakan yang diambil untuk pengembangan usaha agro-ekonomi dan sekaligus agro-industri yang sebut juga wilayah agro-ekonomi dan agro-industri. Tabel 3.5 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kab. Tanjung Jabung Barat No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase 1. Tungkal Ulu Merlung Batang Asam Tebing Tinggi Renah Mendaluh Muara Papalik Pengabuan Senyerang Tungkal Ilir Bram Itam Seberang Kota Betara Kuala Betara Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-22

44 4.2. Kondisi Demografis Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah dengan kepadatan 56,00 jiwa, sedangkan tingkat pertumbuhan rata - rata 3,03% pertahun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi strategis, merupakan baris terdepan dan pintu gerbang menuju Jambi. Berhadapan langsung dengan kawasan perkembangan IMS - GT dengan jarak dari kota Kuala Tungkal ke negara Singapura + 90 mil dengan waktu tempuh 3.20 jam. Jenis Data Jumlah Satuan Jumlah Penduduk a. Penduduk Laki-laki Orang b. Penduduk Perempuan Orang c. Total Penduduk Orang d. Jumlah Rumah Tangga RT Kepadatan Penduduk a. Rata-rata Kepadatan Penduduk 56,00 Orang/km 2 b. Laju Pertumbuhan Penduduk 3,03 0,00 Penduduk Menurut Usia a. Penduduk Usia 0-4 Tahun Orang b. Penduduk Usia 5-19 Tahun Orang c, Penduduk Usia Tahun Orang d. Penduduk Usia Diatas 60 Tahun Orang Penduduk Menurut Agama a. Penduduk Beragama Budha 691 Orang b. Penduduk Beragama Hindu 202 Orang c. Penduduk Beragama Islam Orang d. Penduduk Beragama Katolik 630 Orang e. Penduduk Beragama Kristen Orang f. Penduduk Beragama Lainnya 79 Orang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-23

45 Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha ,67 Orang a. L. Usaha Angkutan, Penggudangan, dan Komunikasi ,04 Orang b. L. Usaha Bangunan 0,00 Orang c. L. Usaha Jasa Kemasyarkatan 1.871,62 Orang d. Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 909 Orang e. L. Usaha Listrik, Gas dan Air 368 Orang f. L. Usaha Pertambangan dan Penggalian 496 Orang g. L. Usaha Pertanian, Perhutanan, Perburuhan dan Perikanan Orang 4.3. Pertumbuhan Ekonomi PDRB sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Kabupaten Tanjung Jabung Barat menduduki urutan ketiga PDRB terbesar dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Jambi di bawah Kota Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sementara itu, PDRB perkapita yang mencerminkan tingkat produktivitas setiap penduduk menunjukkan bahwa penduduk Tanjung Jabung Barat menempati urutan kedua dari seluruh kabupaten di Provinsi Jambi dibawah Tanjung Jabung Timur. Dibandingkan dengan tahun 2000, PDRB Tanjung Jabung Barat tahun 2011 telah naik 7 kali lipat sedangkan PDRB per kapita kabupaten ini sudah naik 5 kali lipat pada periode yang sama. Pada tahun 2000, PDRB Tanjung Jabung Barat sebesar 1.116,52 Milyar Rupiah dengan PDRB per kapita 5,401 Juta Rupiah dalam setahun. Pertumbuhan ekonomi Tanjung Jabung Barat pada tahun 2011 sebesar 7,85 persen dan berada pada urutan ketiga setelah Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batang Hari. Sementara itu, pada struktur ekonomi Tanjung Jabung Barat, sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar PDRB dengan kontribusi 30,80 persen disusul oleh sektor industri sebesar 23,23 persen. Kondisi ini tidak sepenuhnya sejalan dengan struktur Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-24

46 ekonomi Provinsi Jambi dimana sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar dengan 29,35 persen. Sementara itu sektor industri hanya menempati urutan ke empat dengan 10,67 persen. Pendapatan regional per kapita pen-duduk Tanjung Jabung Barat terus meningkat selama periode Selama jangka waktu tersebut, nilainya telah naik 5,3 kali lipat. Pada tahun 2009, nilai pendapatan regional perkapita telah mencapai 21,55 Juta Rupiah dan terus meningkat hingga mencapai 27,05 Juta Rupiah pada tahun Tinjauan ekonomi sektoral digunakan untuk melihat struktur ekonomi secara lebih makro dengan mengklasifikasikan sektor-sektor ekonomi menjadi sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pada tahun 2011, struktur ekonomi terbesar berasal dari sektor primer dengan kontribusi 47,92 persen, disusul oleh sektor tersier dengan 26,63 persen dan sektor sekunder dengan 25,45 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, sektor primer mengalami pe-ningkatan, sementara itu sektor sekunder dan tersier mengalami penurunan. Kondisi ini perlu diwaspadai apakah telah terjadi gejala de-industrialisasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ditinjau dari pertumbuhan sektoral, pada tahun 2011, pertumbuhan sektor primer menduduki urutan pertama dengan 14,34 persen. Diurutan kedua sektor tersier tumbuh sebesar 5,71 persen. Sementara itu, pertumbuhan sektor sekunder di urutan ter-akhir dengan 2,61 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2011, sektor primer mengalami percepatan pertumbuhan dari 12,33 persen menjadi 14,34 persen. Adapun sektor sekunder dan tersier mengalami perlambatan pertumbuhan Peluang Investasi Perdagangan memiliki peranan pen-ting dalam distribusi barang dari Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-25

47 produsen ke konsumen. Jumlah usaha perdagangan di Tanjung Jabung Barat cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Hal ini tampak dari jumlah penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan di Tanjung Jabung Barat tahun Pada tahun 2007, jumlah SIUP yang diterbitkan mencapai 178 izin dan pada tahun 2010 izin yang diterbitkan menjadi 121. Keberadaan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) berhasil mendongkrak jumlah SIUP yang diterbitkan pada tahun 2011 sehingga berjumlah 394 izin. Diharapkan kemudahan dalam legalitas usaha meningkatkan gairah bisnis terlebih usaha perdagangan untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kondisi ekspor Tanjung Jabung Barat mulai membaik pada tahun Pada tahun 2010 volume ekspor hanya ton dengan nilai ribu USD. Adapun pada tahun 2011, volume ekspor telah mencapai ton, sedangkan nilai ekspor telah mencapai ribu US Dollar. Volume dan nilai ekspor tahun 2011 juga lebih tinggi daripada tahun Tercatat volume eks-por meningkat 2,19 persen yang mampu meningkatkan nilai ekspor hingga 82,11 persen. Pemerintah perlu terus mendorong peningkatan ekspor untuk meningkatkan arus dana yang masuk ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Berbagai potensi ekonomi yang ada ditambah letak geografis yang cukup strategis dapat menjadi faktor pendukung mewujudkan hal tersebut Potensi Daerah a. Perikanan Posisi Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berada di tepi laut sekaligus di sepanjang aliran sungai menjadikan kegiatan perikanan layak diperhitungkan untuk meningkatkan perekonomian. Pro-duksi perikanan laut cenderung meningkat pada periode ,meskipun terjadi sedikit penurunan pada tahun 2008 dan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-26

48 Produksi perikanan laut pada tahun 2007 sebesar ,10 ton dan meningkat menjadi ,30 ton pada tahun 2011 atau meningkat 2,99 persen. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan perikanan laut, diantaranya tersedianya fasilitas penunjang yang mencukupi dan kondisi gelombang laut yang cukup tenang. Hasil tangkapan perikanan laut antara lain berupa udang, kerang, ikan, kepiting, dan cumi-cumi. Pemerintah perlu mendukung tersedianya fasilitas penunjang untuk mengembangkan sektor perikanan. b. Perkebunan Salah satu kegiatan di sektor pertanian yang cukup signifikan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Tanjung Jabung Barat adalah perkebunan. Setidaknya ada enam komoditi yang ditanam di perkebunan rakyat, yakni kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, pinang, dan coklat. Produksi komoditi coklat baru mulai tampak pada tahun Selama periode , kondisi produksi komoditi perkebunan rakyat pada umumnya meningkat. Produksi kelapa sawit menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dalam dua tahun ( ) produksi kelapa sawit di perkebunan rakyat meningkat 61,42 persen. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah tanaman kelapa sawit yang produktif. Produksi kelapa relatif stabil hanya menurun 0,18 persen pada tahun 2011 dibandingkan Komoditi karet, kopi, dan coklat masing-masing meningkat sebesar 19,52 persen; 0,82 persen dan 0,23 persen. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah tanaman yang produktif sehingga luas panen meningkat. Adapun komoditi pinang mengalami penurunan 2,52 persen. Penurunan ini perlu mendapat perhatian mengingat pinang adalah salah satu komo- diti khas Tanjung Jabung Barat dan memiliki kualitas yang sangat baik. Perkebunan besar kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan besar Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-27

49 menunjukkan kecenderungan peningkatan pada periode sebesar 32,08 persen. Hal ini disebabkan bertambahnya tanaman kelapa sawit produktif. Peningkatan ini memperkuat pengaruh komoditi kelapa sawit dalam perekonomian Tanjung Jabung Barat. c. Minyak Bumi dan Gas Pertambangan minyak bumi dan gas menjadi salah satu sektor ekonomi yang sangat penting di Tanjung Jabung Barat. Produksi migas di Tanjung Jabung Barat tercatat sebagai produksi migas terbesar di Provinsi Jambi dalam tahun-tahun terakhir. Selama periode , produksi migas mengalami fluktuasi antar tahun, meskipun secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, produksi minyak mentah naik sebesar 8,73 persen. Kondisi sebaliknya terjadi pada kondensat yang turun sebesar 11,42 persen. Komoditi gas bumi mengalami penurunan sebesar 7,67 persen dan LPG meningkat 7,25 persen. V. KABUPATEN BATANGHARI 5.1. Kondisi Geografis Kabupaten Batang Hari terletak di bagian tengah Provinsi Jambi dengan luas wilayah 5.180,35 Km2. Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi 1º15 lintang selatan sampai dengan 2º2 lintang selatan dan diantara 102º30 bujur timur sampai dengan 104º30 bujur timur. Dalam lingkup provinsi letak Kabupaten Batang Hari berada di wilayah bagian tengah provinsi dan merupakan daerah perbukitan. Kabupaten ini pada akhir tahun 2000 mempunyai jumlah penduduk jiwa. Dilihat dari struktur umur, sekitar 60,19 persen adalah penduduk usia produktif dan sisanya 39,81% kaum lanjut usia, dan anakanak yang memerlukan sentuhan investasi untuk menjadikan mereka generasi yang berkualitas di masa depan. Penduduk di daerah ini terdiri Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-28

50 dari berbagai sukiu seperti : Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Minang, Cina, dan Suku-suku lain yang jumlahnya relatif kecil. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Batang Hari berbatasan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera Selatan. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo. Wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari terdiri dari 8 (delapan) kecamatan yang meliputi 13 (dua belas) kelurahan dan 96 (sembilan puluh satu) desa dengan berbagai perbedaan perkembangan, baik karena potensi geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia maupun karena pembangunan prasarana pada masing-masing kecamatan dan antar kecamatan. Dilihat dari aspek geografis, kabupaten ini mempunyai letak yang strategis karena merupakan lalu lintas yang menghubungkan kawasan barat sumatera. Sesuai dengan UU No. 45 Tahun 1999, maka Kabupaten Batang Hari dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Batang Hari dengan Ibukota Muara Bulian dan Kabupaten Muaro Jambi dengan Ibukota Sengeti. Untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Batang Hari per kecamatan pada Tabel. dan orientasi serta wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari dapat di lihat pada Gambar dibawah. Wilayah Kabupaten Batang Hari secara umum adalah berupa daerah perbukitan dengan ketinggian berkisar antara m dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang Hari berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang tahun tergenang air. Secara geomorfologis wilayah Kabupaten Batang Hari merupakan daerah landai yang memiliki kemiringan berkisar antara 0 8 persen (92,28 persen). Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-29

51 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-30

52 Kecamatan yang terletak didaerah hulu Sungai Batanghari cenderung lebih bergelombang dibandingkan daerah hilirnya. Daerah bergelombang terdapat di Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan Mersam dan Kecamatan Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Muara Bulian, Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung memiliki topografi yang cenderung lebih datar/landai sedangkan daerah dengan topografi miring dalam wilayah Kabupaten Batang Hari bisa dikatakan tidak ada. Kabupaten Batang Hari beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar antara derajat celcius. Hasil pengamatan dalam 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2.264, ,4 mm dengan kelembaban antara 62,66 84,55 persen serta penyinaran berkisar antara 89,3 133,9 persen. Curah hujan di Kabupaten Batang Hari selama tahun 2004 berjumlah 2.398,3 mm dengan banyaknya hari hujan 176 hari. Rata-rata curah hujan per bulan berkisar 199,9 mm sementara rata-rata jumlah hari hujan perbulan adalah 14 hari. Wilayah Kabupaten Batang Hari dilalui oleh dua sungai besar yaitu Batang Tembesi dan Sungai Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara lain adalah Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas, Sungai Lingkar, Sungai Kejasung Besar, Sungai Jebak. Disamping sungai besar tadi terdapat pula beberapa sungai kecil yang merupakan anak-anak sungai yaitu Sungai Singoan, Sungai Bernai, Sungai Mersam, Sungai Bulian, Sungai Kandang, Sungai Aur, Sungai Bacang dan lain lain. Kondisi geologi dan struktur tanah yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Batang Hari antara lain didominasi oleh Neogin seluas Ha diikuti endapan seluas Ha dan Tufa Vulcan seluas Ha. Penyebaran struktur jenis Neogin terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-31

53 Maro Sebo Ulu seluas Ha atau 26,29 persen, sebagian wilayah Kecamatan Pemayung seluas Ha atau 18,95 persen dan Kecamatan Mersam seluas Ha atau 15,26 persen. Untuk jenis endapan tersebar hampir merata di tiap kecamatan sedangkan Tufa Vulcan terkonsentrasi di Kecamatan Batin XXIV seluas Ha atau 38,17 persen dan selebihnya hampir menyebar di semua kecamatan. Keadaan struktur tanah yang ada di Kabupaten Batang Hari terdiri dari 2 (dua) jenis tanah, yaitu jenis tanah alluvial dan padsolik merah kuning. Jenis tanah alluvial berada di sekitar Sungai Batanghari dan Sungai Batang Tembesi Kondisi Demografis Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sasaran ini tidak mungkin akan tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk Indonesia dan tidak meratanya penyebaran penduduk di Indonesia. Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi telah dilakukan pemerintah melalui berbagai program keluarga berancana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an. Jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun 2009 sebanyak jiwa sedangkan pada tahun 2008 sebanyak jiwa. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Muara Bulian sedangkan Kecamatan Maro Sebo Ilir yang terendah. Rasio jenis kelamin (laki-laki dibandingkan perempuan) penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun 2009 sudah diatas 100. Ini berarti bahwa penduduk laki-laki di Kabupaten Batang Hari lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan, seperti yang disajikan pada Tabel dibawah ini. Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Kecamatan Muara Bulian yang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-32

54 wilayahnya hanya 7,2 persen, dihuni sebanyak 23,17 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Batang Hari. Kecamatan Bajubang yang memiliki luas terbesar hanya dihuni 14,31 persen penduduk Kabupaten Batang Hari (Tabel ). Gambaran tersebut menunjukan tidak meratanya penyebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari Potensi Daerah a. Tanaman Pangan Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sumber sektor pada sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Luas panen padi tahun 2009 seluas hektar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2008, luas panen padi bertambah 451 hektar atau meningkat 5,35 persen. Luas panen padi sawah mengalami kenaikan sebesar 5,3 persen, begitu juga dengan luas panen padi ladang yang naik 5,99 persen. Produksi padi pada tahun 2009 sebesar ton atau meningkat 7,56 dibandingkan dengan tahun Produksi padi pada lahan sawah meningkat sebesar 5,54 persen dan pada lahan bukan sawah (ladang) sebesar 80,02 persen. Kenaikan produksi ini seiring dengan peningkatan luas panen padi. Produktivitas padi pada tahun 2008 sebesar 44,86 kuintal, meningkat menjadi 45, 79 kuintal pada tahun 2009 (meningkat 2,07 persen). Luas panen jagung pada tahun 2009 sebesar 132 hektar. Dibandingkan dengan luas panen pada tahun 2009 terjadi penurunan luas panen sebesar 146 hektar atau turun 52,52 persen. Sementara itu, luas panen kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar mengalami Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-33

55 peningkatan masing-masing sebesar 97,83 persen, 27,32 persen dan 25 persen dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2009, produksi kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar meningkat dibandingkan dengan tahun 2008 masing-masing sebesar 50 persen, 22,9 persen dan 16,38 persen. b. Perkebunan Di kabupaten Batang Hari, sebagian besar lahan pertanian digunakan untuk perkebunan yang mencapai ,6 hektar. Areal perkebunan lebih banyak digunakan untuk perkebunan karet dan kelapa sawit. Luas areal perkebunan karet pada tahun 2008 sebesar hektar, meningkat menjadi hektar pada tahun 2009, atau meningkat 2,31 persen, sementara itu luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat 0,19 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan produksi adalah karet (24,62 persen), kelapa sawit (5,31 persen), kopi (7,56 persen), lada (3,45 persen), aren (200 persen), dan kakao (66,67 persen) c. Kehutanan Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi (hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam). Tabel dibawah menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2009, luas hutan konservasi sebesar 59.5 ribu hektar, atau persen dari total luas hutan keseluruhan (215,9 ribu hektar). Sementara itu luas hutan produksi mencapai 156,4 ribu hektar terdiri dari 49,3 ribu hektar hutan produksi terbatas dan 107,1 ribu hutan produksi tetap. Selama periode tahun , produksi kayu bulat mengalami kenaikan dari 9,7 ribu meter kubik pada tahun 2008 menjadi 9,8 ribu meter kubik pada tahun Sebaliknya, masih pada periode yang sama, produksi kayu gergajian dan latex menurun Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-34

56 masing-masing sebesar 48,19 persen dan 13,04 persen. d. Perikanan Produksi perikanan pada tahun 2009 sebesar 4.674,7 ton, dimana produksi ikan di kolam sebesar 556,7 ton dan produksi ikan di keramba sebesar ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi perikanan meningkat sebesar 24,6 persen. VI. KABUPATEN TEBO 6.1. Kondisi Geografis Kabupaten Tebo terletak diantara 0º º LS dan 101º º BT, Iklim Kabupaten Tebo dipengaruhi oleh iklim tropis dan wilayah Kabupaten Tebo berada pada ketinggian antara mdpl. Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah Ha atau 11,86% dari luas wilayah Provinsi Jambi. Wilayah Kabupaten Tebo terdiri dari 12 kecamatan, 101 desa dan 5 kelurahan. Luas kecamatan terbesar adalah Kecamatan Sumay seluas ,95 Ha atau 20,1% dari luas wilayah seluruh Kabupaten Tebo. Secara administrasi Kabupaten Tebo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu ( Provinsi Riau) b. Sebelah Selatan dengan KabupatenKabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Kabupaten Bungo) dan Kabupaten Damasaraya d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Batanghari Struktur geologi wilayah Kabupaten Tebo relatif kompleks, meliputi peristiwa tektonik dari karbon dan resen. Unsur struktur utama bstuan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-35

57 adlah lipatan termasuk belahan dan sesar. Batuan Pra Tersier memperlihatkan pelipatan dan belahan berulang-ulang. Penempatan belahan dalam batuan pra tersier menunjukan pola komplek dimana corak umum sejarah tektonik Kabupaten Tebo yaitu belahan utsma mempunyai arah timur barat dengan kemiringan ke utara dan selatan menunjukan belahan tersebut telah berlipat sekitar lipatan tegak yang berarah timur barat. Formasi batuan di Kabupaten Tebo secara stratigrafi dari berumur tua ke muda adalah: Granit, Formasi Gangsal, Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, Undak Sungai dan Alluvium Wilayah Kabupaten Tebo mempunyai tanah yang berkualitas cukup baik dalam jenis dan penyebarannya sehingga memungkinkan untuk pengembangan usaha pertanian. Di daerah ini terdapat enam jenis tanah, jenis Tanah Podzolik merupakan yang terbesar yaitu: Ha (67,79%), selanjutnya adalah Latosol Ha (31,67%), Aluvial Ha (0,34%) dan Organosol Ha (0,20%). Kabupaten Tebo merupakan dataran rendah dan sedikit berbukit dan rawa-rawa dengan kemiringan bervariasi. Rawa-rawa tersebut terutama terdapat di sepanjang aliran sungai Batang Hari, Batang Tebo, Batang Tabir dan Batang Sumay Berdasarkan ketinggian Kabupaten Tebo dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu daerah dataran rendah dengan ketinggian. Kabupaten Tebo termasuk jalur Zone I Bukit Barisan Iklim Tropis pada tingkat kelembaban lebih kurang antara 56% - 85% suhu rata-rata 25,80 C 28,7 C dengan rata-rata curah hujan 300 mm pertahun, dengan curah hujan hampir merata setiap tahun, sedang perbedaan terjadi antara musim kemarau (Februari-Agustus) dan musim hujan (September-Januari) tidak terlalu besar. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-36

58 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-37

59 6.2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kabupaten Tebo pada tahun 2011 sebanyak jiwa, terdiri atas : laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. dengan rasio jenis kelamin 107,22. Rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2011 adalah 47 juwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 sebesar 2,51%. Angka rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Tebo tahun 2011 sebesar 52,78 %, artinya setiap 100 orang penduduk berusia produktif (15-64 tahun) mempunyai tanggungan sebanyak 53 orang yang belumproduktif (0-14 tahun) dan dianggap tidak produktif lagi (64 tahun keatas). Menurut data dari Badan PP dan KB Kabupaten Tebo, diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah keluarga PraSejahtera sebanyak 9.140, KS I , KSII , KS III dan KS III Plus Pendidikan menjadi salah satu prioritas pembangunan dalan rangka meningkatkan kuliatas sumber daya manusia di Kabupaten Tebo. Angka Partisipasi Murni (APM) SD adalah perbandingan jumlah murid SD berusia 7-12 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun. APM SD Kabupaten Tebo tahun 2011 adalah 94,57%. Sementara APM SMP dan SMU masingmasing 60,76% dan 49,58%. Jumlah guru SD pada tahun ajaran 2011/2012 sebanyak orang dengan jumlah murid orang. Guru SMP sebanyak 777 orang dengan jumlah murid orang dan guru SMU sebanyak 277 orang dengan jumlah murid orang siswa. Pada tahun ajaran 2011/2012, angka kelulusan SD di kabupaten Tebo sebesar 100%. Kelulusan siswa SMP sebesar 97% dan SMU 99% Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Tebo atas dasar harga berlaku tahun 2009 yaitu sebesar Rp ,35 juta ; dan tanpa migas yaitu sebesar Rp ,44 juta. Sedangkan PDRB Kabupaten Tebo atas dasar harga Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-38

60 konstan adalah sebesar Rp ,23 juta ; dan tanpa migas adalah sebesar Rp ,23 juta. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo pada tahun 2009 turun menjadi 5,01 persen dan 5,28 persen (tanpa migas). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (dengan migas: 6,08 persen dan tanpa migas: 6,40 persen). Sektor dengan sumbangan terbesar atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo tahun 2009 adalah Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 49,35 persen atas total pertumbuhan Peluang Investasi Jumlah industri besar bidang kimia industri, agro dan hasil hutan pada tahun 2009 sebanyak 6 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 134 orang. Jumlah industri kecil dan aneka kerajinan sebanyak unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak orang dengan total produksi sebanyak Rp , Potensi Daerah Kabupaten Tebo memiliki kekayaan alam yang dapat dijadikan modal dalam melaksankan pembangunan daerah. Sektor pertanian terutama subsektor perkebunan menjadi sektor utama dalam menggerakkan perekonomian Kabupaten Tebo. Komoditi karet dan kelapa sawit menjadi komoditi utama. Kelancaran transportasi orang dan barang akan memberikan kemudahan dalam mengembangkan potensi daerah, pada tahun 2011, 33,70 persen kondisi jalan kabupaten baik, 7,41 persen rusak dan 13,43 persen rusak berat. Sementara panjang jalan aspal tahun 2011 mencapai 472,18 km jalan kabupaten, 226,14 km berupa jalan kerikil, dan 98,95 km masih berupa Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-39

61 jalan tanah. Selain jalan, jembatan menjadi faktor penting dalan memperlancar arus barang, sampai tahun 2011 terdapat 5 jembatan rangka baja dan 24 beton. Selain jalan, sektor energi menjadi faktor dominan dalam pengembangan daerah. Jumlah pelanggan PLN tahun 2011 sebanyak rumah tangga. Daya terpasang untuk Kabupaten Tebo sebesar KW. Peternakan Populasi ternak di Kabupaten Tebo tahun 2011 sebagai berikut : Sapi ekor; kerbau ekor; kambing ekor; domba ekor. Populasi ayam buras ekor; ayam pedaging ekor dan itik ekor. Dibanding dengan tahun 2010 ternak besar menurun (-12,68%), ternak kecil meningkat 8,36%, sedangkan unggas meningkat 9,87 %. a. Perikanan Pengembangan perikanan melalui pemanfaatan rawa-rawa maupun diperairan umum dengan banyaknya sungai-sungai besar dan kecil yang melintasi wilayah Kabupaten Tebo seperti Sungai Batanghari, Batang Tebo, Batang Sumay dan anak-anak sungai lainnya. Selain pemanfaatan sungai, juga diusahakan pemengembangan perikanan melalui keramba dan kolan terpal, dengan hasil utama berupa ikan lele. Jumlah rumah tangga perikanan di Kabupaten Tebo meningkat 6,70 persen dari tahun sebelumnya (2010: rumah tangga), dengan total produksi 1.184, 48 ton dan nilai jual mencapai Rp ,00 b. Perkebunan Perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tebo, komoditi yang diusahakan antara lain kopi, karet, kelapa dalam, kelapa sawit dan pinang. Karet dan kelapa sawit menjadi komoditas utama Budidaya tanaman karet sebagian besar berupa kebun rakyat sampai Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-40

62 tahun 2011 hanya terdapat 1 perusahaan perkebunan karet di Kabupaten Tebo. Produksi karet pada tahun 2011 mencapai ton dengan luas lahan Ha yang di usahakan oleh KK. Dari luas lahan karet yang ada, Ha diantaranya merupakan tanaman yang menghasilkan, Ha tanaman belum menghasilkan dan sisanya seluas Ha tanaman tua atau rusak yang memerlukan penanaman kembali (replanting). Pengembangan komoditi kelapa sawit melalui perusahanan perkebunan dan perkebunan rakyat. Saat ini terdapat 15 perusahaan perkebunan kelapa sawit. Perekebunan kelapa sawit yang diusahakan oleh masyarakat seluas Ha yang terdiri dari Ha berupa tanaman belum menghasilkan, Ha tanaman produktif dan 11 ha berupa kebun dengan tanaman tua/rusak. Jumlah produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat ton yang diusahakan oleh KK. Kabupaten Tebo telah mempunyai pabrik unit Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (PMKS) sebanyak 4 perusahaan, yaitu : PT. Tebo Plasma Inti Lestari, PT. Perkebunan Nusantara VI, PT. Rigunas Agri Utama dan PT. Satya Kisma Usama, dengan rata-rata kapasitas produksi Crude Palm Oil ( CPO ) sebesar ton/jam c. Tanaman Pangan Tanaman pangan yang diusahakan di kabupaten Tebo antara lain padi, jagung kedelai, ubi kayu, ubi rambat dan sayur-sayuran. Budidaya padi di Kabupaten Tebo berupa padi sawah dan padi ladang. Pada tahun 2011, produksi padi sawah ton dengan luas panen Ha dengan rata-rata produktifitas 4,40 ton/ha. Sedangkan, padi ladang dengan luas panen Ha dengan produksi ton, rata-rata produksi 2,18 ton/ha. Tanaman kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau mengalami penurunan hasil produksi karena adanya penurunan luas panen dari Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-41

63 tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, produksi kacang tanah sebanyak 138 ton dari luas panen 74 ha, produksi kedelai 869 ton dengan luas panen 611 Ha dan produksi kacang hijau 33 ton dengan luas panen 27 Ha. Duku, durian, rambutan, jeruk, pisang dan nangka merupakan tanaman buah-buahan yang banyak dikembangkan di Kabupaten Tebo. Produksi duku pada tahun 2011 sebanyak 501 ton, durian 318 ton, rambutan 496 ton, pisang 536 ton dan nangka 677 ton. Produksi buah-buahan tidak hanya umtuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi juga dikirim ke daerah lain. Produksi sayur-sayuran belum dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Sayur-sayuran yang ditanam di Kabupaten Tebo antara lain kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung dan bayam 7. KABUPATEN MUARO BUNGO 7.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Bungo berada pada posisi antara sampai Lintang Selatan dan antara sampai Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat), sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci, serta sebelah Timur dengan Kabupaten Tebo. Posisi demikian menempatkan Kabupaten Bungo sebagai daerah perlintasan dari Propinsi Jambi ke Propinsi Sumatera Barat juga sebagai penghubung antara Kabupaten-kabupaten di wilayah Jambi bagian timur (Kota Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Muara Jambi dan Batanghari), dengan bagian barat (Tebo, Bungo, Sarolangun, Merangin dan Kerinci). Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-42

64 Di masa mendatang aksesibiltas ini harus termanfaatkan secara lebih baik sehingga dapat mendorong pusat pertumbuhan wilayah yang nyata, khususnya di Sumatera Bagian Tengah. Keberadaan pusat pertumbuhan ini ke depan menjadi penting, mengingat keunggulan bersaing Kabupaten Bungo dalam menyediakan sarana transportasi berupa transportasi udara lebih baik dibanding dengan kabupaten lain. Luas Kabupaten Bungo adalah km 2 dengan topografi datar, berbukit bukit hingga curam dengan ketinggian antara 100 hingga lebih dari m dpl. Merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan mm/tahun (138 hari/tahun) dengan jenis tanah yang mendominasi adalah latosol, podsolik, komplek latosol dan andosol. Kondisi lahan di Kabupaten Bungo secara umum adalah morfologi datar, bertekstur agak kasar dengan ketersediaan air yang cukup karena dilalui 4 buah sungai besar. Lahan bergelombang dengan kemiringan tanah kurang dari 40% yang mencapai 80% dari luas wilayah. Kondisi ini sangat cocok untuk pengembangan tanaman perkebunan. Sedangkan sisanya sebanyak 20% luas wilayah dengan kemiringan lebih dari 40% termasuk dalam kawasan lindung Kondisi Demografis Berdasarkan data demografis hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Bungo sebanyak orang yang terdiri dari orang laki-laki dan perempuan dengan sex ratio sebesar 105,34. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar orang maka laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bungo sebesar 3,80%. Angka pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,80% cukup tinggi, merupakan dampak dari kemajuan pembangunan yang sangat signifikan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-43

65 untuk menarik orang datang ke Kabupaten Bungo. Pemerintah Kabupaten Bungo merespon pertumbuhan jumlah penduduk tersebut dengan melakukan pemekaran kecamatan dari 6 kecamatan pada tahun 2000 menjadi 17 Kecamatan pada tahun 2008 sehingga pelayanan terhadap masyarakat bisa lebih baik. Laju pertumbuhan paling tinggi terdapat di Kecamatan Bungo Dani sebesar 6,36%, dilanjutkan dengan Kecamatan Pasar Muara Bungo 5,19%, dan Bathin II Babeko sebesar 5,17%. Sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Jujuhan Ilir sebesar 1,02%. Komposisi umur merupakan faktor yang sangat penting dalam demografi, terutama dalam berbagai analisis kependudukan. Menurut komposisi umur penduduk, yang dimaksud dengan penduduk tua adalah bila penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 30 persen dan penduduk umur 65 tahun keatas minimal 10 persen dari penduduk pada suatu wilayah. Sementara, penduduk muda adalah bila penduduk berumur kurang dari 15 tahun maksimal 40 persen dan penduduk umur 65 tahun keatas maksimal 5 persen. Komposisi penduduk Kabupaten Bungo menunjukkan bahwa 31,01 persen penduduk berusia muda (umur 0-14 tahun), 65,24 persen berusia produktif (umur tahun), dan hanya 3,75 persen yang berumur 65 tahun lebih, sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka ketergantungan sebesar 53,27. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif. Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, berarti semakin besar hambatan atas upaya perkembangan daerah. Secara umum penduduk Kabupaten Bungo masih bergantung kepada pertanian dalam arti luas. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Bungo terlihat bahwa 59,99% dari jumlah penduduk bekerja dibidang pertanian. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-44

66 Berturut-turut persentase bidang pekerjaan adalah bidang perdagangan 16,32%, bidang jasa kemasyarakatan 11,57, bidang industri pengolahan 0,91% dan lainnya sebesar 11,22%. Gejala lain yang teramati adalah adanya konsentrasi atau pertambahan kelompok penduduk di usia semakin tua. Hal ini dikarenakan bertambahnya kualitas kependudukan berkat perbaikan kualitas gizi sehingga membuat meningkatnya angka harapan hidup. Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Bungo masih berkisar usia 67 tahun Pertumbuhan Ekonomi Bidang ekonomi menjadi bidang krusial dalam merencanakan dan mengevaluasi pembangunan, termasuk dalam mengukur keberhasilan otonomi daerah. Karena salah satu ukuran daripada otonomi daerah adalah adanya peningkatan pendapatan masyarakat. PDRB selama lima tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan seiring peningkatan pendapatan masyarakat. Namun bila dibandingkan dengan standar Bank Dunia, perekonomian di Kabupaten Bungo masih di bawah tingkat garis kemiskinan yang ditentukan. Dalam kaitan ini, struktur perekonomian, pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder bahkan tersier menjadi salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Hasil evaluasi kinerja perekonomian biasanya didukung oleh peran dan kontribusi Usaha Mikro, Industri Kecil dan Koperasi. Peran bidang ini pada perekonomian menjadi penting karena digerakkan dan menggerakan masyarakat yang ternyata dapat menopang kehidupan masyarakat dalam menghadapi krisis yang pernah terjadi. Hasil pembangunan Kabupaten Bungo juga melihat kondisi pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita serta tingkat inflasi sebagai indikator makronya. Hingga tahun 2009, perekonomian Kabupaten Bungo masih didominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Bungo yaitu Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-45

67 sebesar 29,19 persen. Sektor kedua yang cukup berperan adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu 18,43 persen lalu disusul sektor perdagangan, hotel dan restauran sebesar 16,51 persen. Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bungo pun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita masyarakat sebesar Rp ,25 per tahun dan kini meningkat mencapai Rp ,20 pada tahun Grafik peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bungo dapat dilihat pada grafik di bawah ini Peluang Investasi Sektor ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena Kabupaten Bungo memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif, antara lain ketersediaan bahan untuk industri pengolahan. Bidang-bidang potensial untuk dikembangkan antara lain : o Industri Batik di Kecamatan Pelepat dan Muara Bungo o Industri Bricket Batubara di Kecamatan Rantau Pandan o Industri Perkayuan/Moulding di Kecamatan Muara Bungo, Pelepat, Tanah Tumbuh, Jujuhan dan Rantau Pandan. o Industri Pngolahan CPO di Kecamatan Tanah Tumbuh dan Pelepat o Industri Pengalengan Buah-buahan termasuk pemasarannya. o Industri Sarung Tangan dari karet o Industri Tusuk Gigi dari bambu Potensi Daerah Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai pada Bidang Pertanian adalah peningkatan pendapatan petani melalui upaya pemberdayaan petani yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan melakukan berbagai upaya memperkecil kendala yang masih dihadapi antara lain Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-46

68 rendahnya motivasi petani untuk mengembangkan usahataninya karena terbatasnya tingkat pengetahuan dan keterampilan serta peluang pasar yang sangat terbatas. Dari beberapa program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada sub bidang tanaman pangan dan hortikultura mulai dari tahun 2006 sampai tahun 2010 telah mencapai keberhasilan yang cukup berarti. Indikasi keberhasilan ini terlihat dari peningkatan luas tanam, luas panen dan produksi serta produktivitas padi, palawija dan hortikultura, sebagaimana pada tabel dan grafik berikut ini : Tabel 3.6: Luas Tanam Padi dan Palawija di Kab Bungo Tahun Luas Tanam (Ha) No Komoditi (%) 1. Padi Sawah ,07 2. Padi Gogo/Ladang ,45 Jumlah Padi ,35 1. Jagung ,49 2. Ubi Kayu ,18 3. Ubi Jalar ,26 4. Kacang Tanah ,12 5. Kedele ,63 6. Kacang Hijau ,44 Jumlah ,48 Sumber Data : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultuta Kabupaten Bungo. Pembangunan bidang perkebunan selain merupakan upaya melanjutkan dan mempertahankan serta meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya juga diarahkan pada upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi masuknya investor yang bergerak di bidang perkebunan, dengan titik berat kepada upaya mendukung peningkatan produktivitas dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya komoditas unggulan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-47

69 Bidang perkebunan merupakan salah satu andalan perekonomian di Kabupaten Bungo. Saat ini perkebunan kelapa sawit dan karet telah tersebar di semua kecamatan yang ada, di mana total areal perkebunan karet sampai tahun 2010 diperkirakan sekitar Ha dan areal perkebunan kelapa sawit seluas Ha. Kontribusi bidang perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Bungo cukup signifikan. Hal ini dapat dimaklumi, karena sebagian besar penduduk Kabupaten Bungo bermatapencarian dari hasil perkebunan (karet dan kelapa sawit), di mana tanaman karet tersebut sudah menjadi komoditas utama sejak zaman penjajahan Belanda. Angka-angka statistik menunjukkan besarnya peran sub sektor perkebunan bagi masyarakat. Kondisi ini mengharuskan pemerintah Kabupaten Bungo untuk menangani setiap masalah dan menciptakan peluang-peluang pengembangan dan investasi serta meningkatkan peran sub bidang perkebunan dalam perekonomian makro Kabupaten Bungo, melalui sistem pembangunan perkebunan yang berkelanjutan dengan penggunaan bibit unggul dan melaksanakan peremajaan kebun karet tua. Sejalan dengan itu maka kebijakan yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Bungo selama periode 2006 s.d 2010 di bidang perkebunan adalah melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, peremajaan kebun serta penggunaan bibit unggul sesuai potensi dan komoditas unggul yang dimiliki masing-masing wilayah/dusun dalam Kabupaten Bungo. Pelaksanaan kegiatan sub bidang perkebunan dari tahun 2006 sampai tahun 2010, secara kumulatif memperlihatkan kenaikan baik dari luas areal maupun produksi, terutama untuk tanaman karet dan kelapa sawit. Perkembangan luas lahan dan produksi komoditi perkebunan di Kabupaten Bungo dari Tahun 2006 s.d 2010 tertera pada tabel dan grafik berikut : Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-48

70 Tabel 3.7: Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Kabupaten Bungo No Komoditi Luas Lahan (Ha) Karet ,19 2 Kelapa Sawit ,10 3 Kelapa Dalam ,40 4 Kopi (21,21) 5 Casiavera ,80 6 Pinang ,69 Sumber Data : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo. Di samping pembangunan kebun rakyat, juga dilaksanakan kegiatan pembangunan perkebunan melalui perusahaan perkebunan swasta nasional yang aplikasinya dalam bentuk pengembangan perkebunan Pola PIR Trans dan Pola Kemitraan (KKPA). Realisasi pembangunan kebun oleh perusahaan perkebunan untuk komoditi kelapa sawit digambarkan pada tabel di bawah ini : Tabel 3.8: Perusahaan Swasta yang Mengelola Perkebunan di Kab Bungo No Nama Perusahaan Lokasi Pola (%) Luas areal (Ha) Inti Plasma Jmh 1. PT. TKA. Limbur Lb. Mengkuang PBS PT. Jamika raya Limbur Lb. Mengkuang PIR-Trans PT. Tebora Tanah Tumbuh dan Tanah Sepenggal PIR-KKPA PT. SMA. Limbur Lb. Mengkuang PIR-KKPA PT. SAL II, III Pelepat Ilir Trans/KKPA PT. Mega Sawindo Pelepat & Pelepat Ilir PIR-KKPA PT. Aman Pratama Rantau Keloyang PIR-KKPA PT. Mitra Tata Lestari Pelepat PIR Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo. Pembangunan Bidang Pertambangan Kabupaten Bungo diarahkan untuk memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam tambang secara hemat dan optimal bagi pembangunan daerah demi kesejahteraan rakyat, Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-49

71 dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup serta ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan menjadi salah satu komoditas ekspor di Kabupaten Bungo dan sangat strategis untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja. Strategi pembangunan pertambangan difokuskan kepada upaya peningkatan produksi, penganekaragaman hasil tambang, pengelolaan usaha pertambangan secara efektif dan efisien dengan memperhatikan keseimbangan daya dukung lingkungan. Pemerintah Kabupaten Bungo selama ini telah mendorong pihak swasta untuk melakukan eksplorasi bahan tambang. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bungo selama periode di Bidang Pertambangan telah dilakukan melalui tahapan identifikasi, revitalisasi dan pemanfaatan potensi sumber daya pertambangan yang berwawasan lingkungan, yang selanjutnya dapat menjamin tersedianya peluang lapangan kerja disamping sebagai potensi andalan sumber Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kabupaten Bungo sementara ini masih terbatas pada upaya pengembangan sumber daya mineral khususnya untuk jenis pertambangan batu bara karena tingginya minat pihak swasta untuk berinvestasi melalui usaha pertambangan batu bara. Tingginya minat investor untuk berinvestasi di bidang pertambangan, dimana selama periode 2006 s.d 2010 investor yang berinvestasi untuk bahan galian golongan A (batubara) sebanyak 93 investor, bahan galian golongan B (Emas) sebanyak 14 pengusaha, sedangkan untuk bahan galian golongan C (Sirtu) selama periode 2006 s.d investor yang berminat sebanyak 32 perusahaan. Terhadap prospek pengembangan potensi sumber daya mineral selain batu bara seperti bahan galian golongan B dan golongan C, Pemerintah Kabupaten Bungo senantiasa melakukan pembinaan yang pada gilirannya akan menjadi potensi Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-50

72 sumber pendapatan asli daerah yang handal disamping pertambangan batu bara. Pemerintah Kabupaten Bungo sejak tahun telah mengeluarkan izin berikut : bidang pertambangan seperti tertera pada tabel Tabel 3.9: Jumlah Penerbitan Izin Kp Bahan Galian Golongan A,B dan C di Kab Bungo Tahun No Sektor Investasi 1 Bahan galian golongan A (Batubara) - SKIP - Eksplorasi/IUP Eksplorasi - Eksplorasi/IUP Produksi - Pengangkutan & Penjualan 2 Bahan Galian Golongan B (Emas) 3 Bahan galian Golongan C (Sirtu) Jumlah Perusahaan Jumlah (Buah) Sumber Data : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Kebijakan yang ditetapkan dari tahun 2006 s.d 2010 Pemerintah Kabupaten Bungo tidak lagi menerbitkan izin baru dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP), tetapi menertibkan, perpanjangan atau peningkatan izin yang sudah dikeluarkan, dimana pada tahun 2010 Perusahaan yang memiliki izin KP penyelidikan umum atau eksplorasi dan KP Produksi, dilanjutkan dengan izin usaha pertambangan (IUP) yang telah diterbitkan sebanyak 34 buah, disamping itu ada KP Penyelidikan Umum bahan galian B yang telah ditingkatkan menjadi IUP Eksplorasi sebanyak 3 perusahaan dan bahan galian golongan C (sirtu) pada tahun 2010 telah dikeluarkan izin IPR sebanyak 3 izin usaha. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-51

73 Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang punya potensi cukup baik untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi Kabupaten Bungo, dikarenakan daerah ini mempunyai potensi bahan tambang dan mineral. Beberapa diantara bahan tambang dan mineral tersebut masih perlu dilakukan penelitian kandungan, deposit dan mutunya. Pemerintah Kabupaten Bungo selalu mendorong pihak swasta untuk melakukan eksplorasi bahan tambang yang ada. Selain itu, kegiatan penelitian dan inventarisasi potensi pada sektor pertambangan dan penggalian terus dilakukan. Tabel 3.10 : Potensi dan Penyebaran Bahan Galian di Kab Bungo No. Jenis Bahan Galian Lokasi 1. Batu Bara Rantau Pandan, Tanah Tumbuh, Jujuhan, Pelepat, Muko-Muko 2. Emas Muara Bungo, Muko-Muko, Rantau Pandan, Pelepat, Pelepat Ilir. 3. Pasir dan Kerikil Muara Bungo, Muko-Muko, Rantau Pandan, Pelepat, Tanah Sepenggal, Jujuhan. 4. Pasir Kuarsa Muara Bungo, Muko-Muko, Pelepat Perkiraan Persediaan 40 Juta Ton 157 Juta Ton 9,75 Juta Ton Belum diketahui Belum diketahui Luas 500 Ha 5. Andesit Pelepat Belum diketahui 6. Granit Pelepat, Rantau Pandan Luas Ha 7. Koalin Limbur Lbk. Mengkuang Belum diketahui 8. Mineral Logam Rantau Pandan Belum diketahui 9. Batu Sueseiki Limbur Lbk. Mengkuang Belum diketahui 10. Tanah Putih Muara Bungo Kadar kosetirit 0,5 24,5 gr/m2 11. Tembaga Rantau Pandan Belum diketahui Pelepat 12. Timbal Rantau Pandan Belum diketahui Pelepat 13. Oker Tanah Tumbuh Belum diketahui 14. Obsidium/Perilit Tanah Tumbuh Terindikasi 60 juta m 3 Kualitas Nilai Kalori Nilai Kalori BJ 2,65, bentuk kristal heksagonal, ukuran 0,006-2 mm Tebal lapisan pembatas 1,4 m Realisasi investasi dalam bentuk eksploitasi dan eksplorasi terhadap bahan tambang/galian oleh investor dari beberapa perusahaan swasta di Kabupaten Bungo sudah terlaksana. Pada umumnya investasi yang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-52

74 dilakukan adalah terhadap bahan tambang/galian batu bara. Tabel 3.11: Investasi Pada Sektor Pertambangan Oleh Perusahaan Swasta di Kabupaten Bungo No. Nama Perusahaan Jenis Izin/Kp Luas Areal (Ha) 1. PT. Nusantara Thai Coal KP. Batu Bara - Eksplorasi - Eksploitasi 2. PT. Duta Niaga KP. Batu Bara Eksploitasi PT. Bumi Bara Perkasa KP. Batu Bara Eksploitasi 4. PT. Sari Andara Perkasa KP. Batu Bara - Eksploitasi PT. Alindo Mitra Sarana KP. Emas - Eksploitasi Koptan Merbabu KP. Batu Bara - Eksplorasi Koperasi Serba Usaha Sirih Sekapur KP. Batu Bara - Eksploitasi PT. Triton Indomitra KP. Batu Bara - Eksplorasi PT. Artha Prima Selaras KP. Batu Bara - Eksplorasi Sumber : Potret Ekonomi dan Potensi Daerah Kabupaten Bungo. Peningkatan kinerja pembangunan ekonomi pada sektor industri merupakan salah satu tolak ukur kemajuan perekonomian suatu daerah. Secara teoritis, kemajuan pada sektor industri diharapkan menjadi sumber lapangan pekerjaan bagi tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan sektor industri di Kabupaten Bungo dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang tersedia sebagai bahan baku, mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka memanfaatkan peluang pasar. Untuk itu, peningkatan kinerja pemerintah daerah untuk mengupayakan dukungan lintas sektoral yang meliputi penyediaan bahan baku dari area kawasan sentra produksi bagi berkembangnya sektor industri merupakan hal yang pokok. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-53

75 Tabel 3.12: Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Besar di Kabupaten Bungo No. Cabang Industri Unit Investasi Tenaga Produksi (Rp. Usaha (Rp. 000) Kerja 000) 1. Moulding Tapioka Crumb Rubber ,06 4. Air Minum ,47 dalam Kemasan 5. *CPO Jumlah ,50 Sumber : Bungo Dalam Angka, BPS * Dinas Perkebunan Pada saat ini investasi pada sektor industri di Kabupaten Bungo oleh beberapa perusahaan industri yang berskala besar sudah ada. Banyaknya unit usaha, investasi, tenaga kerja dan nilai produksi kelompok industri besar di Kabupaten Bungo. Industri Crumb Rubber mempunyai nilai investasi dan nilai produksi serta menyerap tenaga kerja paling banyak. Industri Air Minum dalam kemasan mempunyai nilai investasi dan jumlah tenaga kerja paling kecil. Selain keberadaan kelompok industri besar, keberadaan industri kecil di Kabupaten Bungo layak menjadi perhatian pemerintah daerah sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada, khususnya dalam upaya meningkatkan perkembangan perekonomian masyarakat atau sering disebut dengan ekonomi kerakyatan. Keberadaan industri kecil di Kabupaten Bungo sangat beragam, antara lain kerajinan rotan, kerajinan kayu, pengolahan ijuk, pembuatan batik, kerajinan bordir, kerajinan songket, pengolahan nata de coco, pengolahan pisang sale, pembuatan kerupuk lanting dan pengolahan emping melinjo. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-54

76 Tabel 3.13: Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Kelompok Industri Kecil di Kabupaten Bungo No. Cabang Industri Unit Usaha Investasi (Rp. 000) Tenaga Kerja Produksi (Rp. 000) 1. Kimia Kertas & Pulp , ,84 2. Agro dan Hasil Hutan , ,42 3. Logam Mesin dan , ,04 rekayasa Alat Angkut 4. Tekstil, Elektronika dan Aneka , ,53 JUMLAH TOTAL , ,83 Sumber : Bungo Dalam Angka, BPS Dari Tabel di atas dapat dilihat, bahwa industri kecil pada cabang industri agro dan hasil hutan mempunyai jumlah unit usaha, nilai investasi, jumlah tenaga kerja dan nilai produksi yang paling besar. Kondisi ini sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada di Kabupaten Bungo, dimana bahan baku pada sektor pertanian dalam arti luas memang lebih dominan tersedia. Tabel 3.14 : Persentase Perbandingan Jumlah Nilai Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Besar dan Kecil Terhadap Total Keseluruhan di Kabupaten Bungo No. Cabang Industri Unit Usaha Investasi (Rp. 000) Tenaga Kerja Produksi (Rp. 000) 1. Industri Kecil , ,82 2. Industri Besar ,50 JUMLAH , ,32 *% Industri Kecil 99,25 35,49 87,03 6,46 *% Industri Besar 0,75 64,51 12,97 93,54 Total nilai investasi dan produksi industri kecil adalah 35,49 % dan 6,46 % dari total nilai investasi dan produksi industri di Kabupaten Bungo, jauh lebih kecil dibandingkan total nilai investasi dan produksi industri besar, yaitu 64,51 % dan 93,54 %. Akan tetapi industri kecil mampu menyerap tenaga kerja sebesar 87,03 % dari total tenaga kerja yang terserap oleh kegiatan industri di Kabupaten Bungo. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-55

77 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-56

78 Pada dasarnya pengembangan sektor perdagangan di daerah bertujuan untuk mampu mendukung perkuatan daya saing, baik pada tingkat regional, nasional maupun global, sehingga diharapkan dapat memperkuat posisi daerah dalam aktivitas perdagangan regional, nasional maupun global. Disamping itu, berkaitan dengan kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat, serta distribusi produk-produk yang dihasilkan sehingga mendapat tempat dipasaran, merupakan hal yang penting dan strategis dari peranan sektor pedagangan di daerah. Oleh karenanya, aktivitas kegiatan pada sektor perdagangan harus ditunjang dengan tersedianya berbagai sarana dan prasarana pendukung berjalannya aktivitas kegiatan perdagangan. 8. KABUPATEN MERANGIN 8.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Merangin terletak antara 101 o o Bujur Timur dan antara 1 o o Lintang Selatan, dengan luas sebesar km 2 atau 767,9 Ha, serta batas wilayah sebagai berikut : sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Provinsi Bengkulu, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bungo, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun. Terbentuknya Kabupaten Merangin adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 54 Tahun 1999 tanggal 4 Oktober 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kabupaten Merangin dengan Ibukota yang berkedudukan di Bangko, terdiri dari tanah pertanian, perkebunan, hutan dan rawa serta pemukiman. Wilayah Kabupaten Merangin berasal dari sebagian Wilayah Kabupaten Sarolangun Bangko yang pada saat ini terdiri atas 24 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-57

79 kecamatan sebagai berikut : 1) Kecamatan Jangkat, 2) Kecamatan Sungai Tenang, 3) Kecamatan Muara Siau, 4) Kecamatan Lembah Masurai, 5) Kecamatan Tiang Pumpung, 6) Kecamatan Pamenang, 7) Kecamatan Pamenang Barat, 8) Kecamatan Renah Pamenang, 9) Kecamatan Pamenang Selatan, 10) Kecamatan Bangko, 11) Kecamatan Bangko Barat, 12) Kecamatan Nalo Tantan, 13) Kecamatan Batang Mesumai, 14) Kecamatan Sungai Manau, 15) Kecamatan Renah Pembarap, 16) Kecamatan Pangkalan Jambu, 17) Kecamatan Tabir, 18) Kecamatan Tabir Ulu, 19) Kecamatan Tabir Selatan, 20) Kecamatan Tabir Ilir, 21) Kecamatan Tabir Timur, 22) Kecamatan Tabir Lintas, dan 23) Kecamatan Margo Tabir serta 24). Kecamatan Tabir Barat. Daerah bagian Timur dan Utara Kabupaten Merangin merupakan dataran rendah dengan temperatur minimal 30 o C, sedangkan bagian Barat dan Selatan adalah dataran tinggi berbukit-bukit dengan temperatur minimal 28 o C dengan curah hujan mm sampai mm/tahun, sedangkan daerah rendah mm sampai mm/tahun. Pada umum Kabupaten Merangin beriklim tropis, daya peredaran musim sepanjang tahun meliputi iklim rata-rata wilayah Indonesia bagian barat. Untuk topografi sebagian besar Kabupaten Merangin terdiri dari dataran rendah lebih kurang 60 % dan selebihnya merupakan dataran tinggi dan pegunungan lebih kurang 40 % Kondisi Demografi Penduduk Kabupaten Merangin dari tahun 2001 sampai 2010 terus mengalami peningkatan tiap tahun, untuk lebih jelas jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin dapat dilihat Tabel berikut : Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-58

80 Tabel 3.15: Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Merangin Selama Periode Tahun Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) ,75 5,14 0,96 0,48 1,23 1,40 1,81 1,90 14,11 Rata-rata 2,78 Sumber : Merangin Dalam Angka Tahun Jumlah penduduk Kabupaten Merangin yang terbanyak terjadi pada tahun 2010 yang mencapai jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terjadi pada tahun 2001 yang mencapai jiw. Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Merangin selama periode tahun secara rinci tersaji dan jelas dapat dilihat pada Tabel. dan Gambar berikut Perkembangan Jumlah Penduduk Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-59

81 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Merangin terus mengalami peningkatan yang bervariasi setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh angka kelahiran yang terus meningkat. Laju pertumbuhan penduduk di atas menunjukkan bahwa selama 10 tahun terakhir ini penduduk Kabupaten Merangin terus menunjukkan perkembangan yang naik secara positif. Rata-rata persentase pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin sebesar 2,78 %. Pertumbuhan penduduk yang tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 14,11 %. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Merangin ini diatas pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi dan Indonesia yaitu untuk Provinsi Jambi 2,55 % dan Indonesia 1,49 %. Hal sesuai dengan pendapat Fauzi (2012) rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi lima tahun terakhir sebesar 2,25 % diatas pertumbuhan rata-rata penduduk Indonesia yaitu sebesar 1,49 %. Pertumbuhan ini disebabkan oleh tingginya angka kelahiran hal ini sesuai dengan pendapat Sunardi (2010) bahwa jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah dan berkurang, dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu: 1) kelahiran (natalitas), 2) kematian (mortalitas) dan 3) migrasi (perpindahan). Dari tahun ke tahun, sumberdaya alam terutama lahan di Kabupaten Merangin selalu mengalami dinamika yang pemanfaatannya bergantung pada pengelolaan yang didasarkan pada perkembangan dan pertumbuhan penduduk, fluktuasi pendapatan serta laju pembangunan yang dinamis pula. Disamping itu, program dan kebijakan yang telah diambil secara langsung turut memberikan andil terhadap perubahan-perubahan tersebut. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Merangin secara umum digunakan untuk lahan perkebunan yang mana dilahan perkebunan secara umum dapat menyedia hijauan makanan yang merupakan sumber daya Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-60

82 alam yang cukup besar untuk pengembangan ternak sapi potong. Batubara (2003) bahwa integrasi ternak dengan tanaman kelapa sawit dapat saling menguntungkan yakni hijauan di perkebunan kelapa sawit dapat dikonsumsi ternak yang untuk selanjutnya diubah menjadi daging. Hijauan sebagai bahan utama makanan ternak ruminansia dapat bersumber dari budidaya tanaman hijauan pakan ternak, padang penggembalaan umum, lahan tanaman perkebunan, limbah pertanian dan limbah agroindustri (Ilham, 1995). Tabel 3.16: Perkembangan Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Merangin Selama Periode Tahun Jenis Penggunaan Lahan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun A. Lahan Sawah : Yang ditanami padi Yang tidak ditanami Padi Sementara Tidak Diusahakan B. Lahan Kering : Pekarangan, Tegal/Kebun, Ladang/Huma Pengembalaan/Padang Rumput Sementara Tidak Diusahakan Pohon/Hutan Rakyat Hutan Negara Perkebunan Lain-lain C. Lahan lainnya Rawa (tidak ditanami) Tambak/Kolam/Tebat Jumlah Sumber : Distannakkan, Pertumbuhan Ekonomi Dari Tahun 2006 sampai dengan 2009 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin dan Provinsi Jambi terus tumbuh positif. Namun pertumbuhan Kabupaten Merangin relatif lebih fluktuatif dibandingkan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-61

83 Provinsi Jambi. Laju pertumbuhan Kabupaten Merangin sebesar 4,76 persen di Tahun 2006 tumbuh menjadi 7,04 persen pada Tahun 2007, kemudian melambat pada tahun 2008 menjadi 5,99 persen dan tumbuh kembali pada Tahun 2008 menjadi 8,42. Sedangkan laju pertumbuhan Provinsi Jambi terus tumbuh dari tahun 2006 sampai dengan Tahun 2008 yaitu berturut-turut sebesar 5,89 persen, 6,82 persen dan 7,16 persen. Tapi pada tahun 2009 pertumbuhan melambat sebesar 6,37 persen. Secara riil Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan meningkat dari ,88 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi ,41 juta rupiah pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 8,42 persen. Sedangkan menurut harga berlaku, Produk Domestik Regional Bruto terjadi kenaikan sebesar 21,56 persen yaitu dari ,43 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi ,46 juta rupiah pada tahun Peluang Investasi dan Potensi Daerah Kabupaten Merangin memiliki potensi sumber daya daya cukup melimpah, baik dalam bentuk potensi sumberdaya yang dapat diperbarui maupun tidak dapat diperbarui. Potensi unggulan dari sumberdaya yang dapat diperbarui, berupa berbagai jenis komoditi yang dapat dihasilkan di Kabupaten Merangin, baik dalam non kayu maupun berbagai jenis kayukayuan serta hasil hutan. Sedangkan untuk komoditi berbagai jenis kayu, sekarang ini telah mengalami penurunan yang cukup draktis ini diakibatkan oleh potensi yang ada semakin terbatas dari tahun ke tahun sebagai akibat tidak adanya penanaman kembali. Adapun komoditi unggulan di Kabupaten Merangin yang terkasuk dalam kotegorinono kayu, dapat dibagi dalam ; komoditi unggulan tanaman pangan, komoditi unggulan perkebunan, komoditi unggulan perternakan dan komoditi unggulan perikanan. Komoditi unggulan yang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-62

84 termasuk dalam pertanian khususnya tanaman pangan menyangkut berbagai komoditi yang diusahakan petani secara umum maupun khusus. Komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan di Kabupaten Merangin antara lain : Padi, dengan luasan lahan sebesar ha; Kentang, dengan luasan sebesar 800 ha; Jeruk, dengan luasan sebesar 720 ha; Duku, dengan luasan sebesar ha dan Sayur-sayuran, dengan luasan sebesar ha serta komoditi lainnya. Sedangkan untuk komoditi perkebunan, Kabupaten Merangin memeliki berbagai jenis komoditi unggulan.; Selain jenis tanaman yang telah dibudidayakan sejak nenek moyang, juga terdapat berbagai komoditi baru yang diminati hampir seluruh lapisan masyarakat. Adapun berbagai jenis komoditi perkebunan tersebut adalah sebagia berikut : Terhadap perternakan dan perikanan, di Kabupaten Merangin juga terus dikembangankan secara bersinambungan. Untuk jenis komoditi perternakan yang menjadi andalan antara lain, pemgembangan Sapi Bali dan Kambing Peranakan Etawa di Kecamatan Tabir dan Pemenang. Jenis kedua hewan ini termasuk hewan besar dan sedang yang terus di kembangkan di Kabupaten Merangin. Bahkan menjadi kawasan pengembangan di Kecamatan Tabir dan Pemenang telah dijadikan kawasan sentra pengembangannya. Untuk menjaga komoditi perikanan, khususnya dengan ikan khas di Kabupaten Merangin telah ditetapkan komoditi ikan semah sebagai ikan unggulan di Merangin. Namun demikan, jumlah ikan ini masih terus dikembangkan. Salah satu pengembangan dan pelestariannya, telah dilakukan melalui pengembangan kawasan khusus (kawasan reservat) dan pengembangan lubuk larangan secara bersinambungan. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-63

85 IX. KABUAPTEN SAROLANGUN 9.1. Kondisi Geografis Kabupaten Sarolangun yang dikenal dengan daerah Sepucuk Adat Serumpun Psekomerupakan Kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 pada tanggal 12 Oktober 1999, bersamaan dengan Kabupaten Tebo, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Secara administrasi, Kabupaten Sarolangun terbagi menjadi 10 Kecamatan, 134 Desa dan 9 Kelurahan dengan luas wilayah km2, yang terdiri dari Kecamatan Batang Asai 858 km2 (13,90%), Kecamatan Limun 799 km2 (12,94%), Kecamatan Cermin Nan Gedang 320 km2 (5,18%), Kecamatan Pelawan 330 km2 (5,34%), Kecamatan Singkut 173 km2 (2,80%), Kecamatan Sarolangun 319 km2 (5,17%), Kecamatan Bathin VIII 498 km2 (8,07%), Kecamatan Pauh km2 (28,67%), Kecamatan Air Hitam 471 km2 (7,63%), Kecamatan Mandiangin 636 km2 (10,30%). Jarak dari ibukota Provinsi Jambi ke ibukota Kabupaten Sarolangun sekitar 180 Km dan dapat ditempuh dalam 4 jam dengan kendaraan roda empat. Kabupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102 o sampai 103 o Bujur timur dan antara 01 o sampai 02 o Lintang Selatan. - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batanghari, - sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas, - sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong dan - sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin. Jarak Antara Sarolangun dengan Kota-kota Lain dalam Provinsi Jambi: o o o o Sarolangun - Sungai Penuh = 240 km Sarolangun - Muara Bungo= 152 km Sarolangun - Muara Tebo = 197 km Sarolangun - Kuala Tungkal = 282 km Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-64

86 o o o o o Sarolangun - Muara Sabak = 273 km Sarolangun - Muara Bulian = 111 km Sarolangun Jambi = 179 km Sarolangun Sengeti = 225 km 9. Sarolangun Bangko = 72 km 9.2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kabupaten Sarolangun tahun 2011 mencapai jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa, Untuk Jumlah yang lebih terinci dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.17: Jumlah Penduduk Kab Sarolangun Tahun 2011 No Kecamatan Penduduk Akhir Bulan Maret Ini Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Sarolangun Pauh Pelawan Limun Singkut Batang Asai Mandiangin Air Hitam Cermin Nan Gedang Bathin VIII JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sarolangun 9.3. Pertumbuhan Ekonomi Aktivitas perdagangan di Kabupaten Sarolangun didukung oleh keberadaan sarana perdagangan yang meliputi sejumlah pasar tradisional dan pasar lokal. Keberadaan pasar membuat aktivitas perekonomian di Bumi Sepucuk Adat Serumpun Pseko. ini semakin berkembang. Karenanya, Pemkab berupaya semaksimal mungkin melengkapi berbagai sarana dan prasarana penunjang guna menghasilkan pasar yang memadai bagi masyarakat, baik itu pasar tradisional maupun pasar lokal hingga Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-65

87 upaya menciptakan pasar modern. Jumlah pasar tradisional pada tahun 2009 sebanyak 11 unit, Pembangunan kios sebanyak 62 unit begitu juga dengan rehab pasar kecamatan. Angka agreget PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 Kabupaten Sarolangun tahun 2009 yang tersaji dapat terlihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten Sarolangun tahun 2009 adalah sebesar 14,891, rupiah setahun, sedangkan di tahun 2008 hanya mencapai 12,481,129 rupiah, hal ini berarti telah terjadi kenaikan PDRB perkapita sebesar 19,31 persen dari tahun sebelumnya. Jika dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, PDRB perkapita Kabupaten Sarolangun tahun 2009 adalah sebesar 5,221, rupiah setahun dengan mengalami kenaikan PDRB perkapita sebesar 5.92% deri tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,929,591 rupiah. Capaian kemajuan ekonomi daerah Kabupaten sarolangun telah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang dilihat dari indikator makro ekonomi, seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Kantor BPS Sarolangun, pada tahun 2000 nilai PDRB Kabupaten Sarolangun atas dasar harga berlaku dengan migas, sebesar Rp. 629,41 milyar, sampai dengan tahun 2009 telah meningkat menjadi Rp. 3,24 triliun. Sedangkan PDRB tanpa Migas pada tahun 2009 telah meningkat menjadi Rp. 2,82 triliun. Bila dilihat PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dengan migas tahun 2000 mencapai Rp. 3,53 jut, meningkat menjadi Rp. 14,89 juta pada tahun PDRB perkapita tanpa migas tahun 2000 sebesar Rp. 28 juta, meningkat menjadi Rp. 12,92 juta pada tahun Jika dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) dengan migas, PDRB perkapita tahun 2000 sebesar Rp. 3,53 juta, sampai dengan tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 5,22 juta, PDRB perkapita tanpa migas tahun 2000 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-66

88 sebesar Rp. 3,28 juta, meningkat menjadi Rp. 4,93 juta pada tahun Dilihat dari perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan yang lebih menggambarkan riil yang terjadi dalam perekonomian daerah, Alhamdulillah dari tahun ke tahun Kabupaten Sarolangun mengalami peningkatan, dimana laju pertumbuhan ekonomi dengan migas tahun 2001 sebesar 6,52 persen meningkat pada tahun 2009 menjadi 7,99 persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas tahun 2001 sebesar 4,77 persen meningkat. Puji Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang mana laju pertumbuhan ekonomi ini, termasuk dalam katagori tinggi diantara Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi. X. KOTA SUNGAI PENUH Kondisi GEOGRAFIS Letak Geografis Kota Sungai Penuh antara ' 32'' BT sampai dengan ' 31'' BT dan ' 40'' LS sampai dengan ' 54'' LS. Dengan luas keseluruhan ha, yang terdiri dari TNKS seluas ,6 ha (59,2%) dan lahan hunian budidaya seluas ,4 ha (40,8%) dan dengan jumlah penduduk jiwa. Kota Sungai Penuh memiliki luas keseluruhan Ha, yang terdiri dari TNKS seluas ,6 Ha (59,2 %) dan lahan Hunian/ budidaya seluas ,4 Ha (40,8%). Jumlah penduduk : jiwa Terdiri dari 5 Kecamatan : 1. Kecamatan Sungaipenuh 2. Kecamatan Hamparan Rawang 3. Kecamatan Pesisir Bukit 4. Kecamatan Kumun Debai 5. Kecamatan Tanah Kampung Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-67

89 Tabel 3.18 : Luas Kecamatan di Kota Sungai Penuh Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2008 batas wilayah Kota Sungai Penuh sebagai Berikut : o o o o Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Depati Tujuh Kabupaten Kerinci. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sitinjau Laut, dan Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Pesisir dan Kab. Mukomuko. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Hangat Timur Tofografi Kota Sungai Penuh Berada Pada dataran tinggi berbukitbukit dan di kelilingi Bukit barisan dan hutan lebat dengan ketingian m dpl menyebabkan Kota Sungai Penuh memiliki iklim yang sejuk dan nyaman. Kondisi geografi Kota Sungai Penuh : 1. Keadaan Iklim (rata-rata) a. Curah Hujan harian rata-rata dalam satu tahun 49,4-169,2 mm/th, Sumber data dari Bandara b. Kecepatan Angin rata-rata dalam satu tahun 13 m/detik, Sumber Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-68

90 data dari Bandara c. Kelembapan Udara harian rata-rata dalam satu tahun 39 % Sumber data dari Bandara d. Suhu harian rata-rata dalam satu tahun 17,2 29,3 0C Sumber data 2. Topografi dari Bandara a. Ratarata ketinggian di atas permukaan laut < 813 Mdpi Sumber data dari BPS b. Luas kemiringan lahan 3. Wilayah 1. Luas dataran datar dengan kemiringan antara (0 20) Ha Sumber data dari BPS 2. Luas daratan yang bergelombang dengan kemiringan antara (5 150) Ha Sumber data dari BPS 3. Luas daratan curam yang bergelombang dengan kemiringan antara (16 400) Ha Sumber data dari BPS 4. Luas daratan sangat curam yang bergelombang dengan kemiringan antara (>400) Ha Sumber data dari BPS Kota Sungai Penuh memiliki luas daratan dengan spesifikasi (sawah, non sawah dan hutan) dengan luas keseluruhan Ha Sumber data dari BPS 4. Penggunaan Lahan a. Lahan Non Sawah 1. Luas lahan non sawah yang belum atau tidak diusahakan Ha Sumber data dari DPPK 2. Luas lahan kolam air tawar 12,70 Ha Sumber data dari DPPK 3. Luas lahan ladang dan tegalan Ha Sumber data dari DPPK 4. Luas lahan padang rumput alami Ha Sumber data dari Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-69

91 DPPK 5. Luas lahan untuk keperluan perkebunan Ha Sumber data dari DPPK 6. Luas lahan untuk permukiman penduduk Ha Sumber data dari DPPK b. Lahan Persawahan 1. Luas lahan sawah rawa atau payou 900 Ha Sumber data dari DPPK 2. Luas lahan sawah yang tadah hujan Ha Sumber data dari DPPK 3. Luas lahan sawah irigasi teknis 459 Ha Sumber data dari DPPK c. Lahan Hutan 1. Luas lahan hutan lindung ,6 Ha Sumber data dari DPPK 2. Luas lahan hutan produksi terbatas Haa Sumber data dari DPPK 3. Luas lahan hutan rakyat 575 Ha Sumber data dari DPPK I0.2. Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Kota Sungai Penuh sampai akhir tahun 2011 yaitu berjumlah jiwa (Sumber Dinas Dukcapil, Desember 2011) dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin laki-laki sebanyak jiwa (50,32%) dan perempuan jiwa (49,68%), dan jumlah Kepala Keluarga KK yang tersebar di 5 Kecamatan dan 2 Kecamatan Pemekaran dengan kepadatan penduduk rata-rata ± 229 jiwa/km2, yang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan kedua tertinggi di Provinsi Jambi setelah Kota Jambi. Sedangkan kepadatan penduduk di luar wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (dihitung berdasarkan luas lahan budi daya), yaitu 562 jiwa/km2 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-70

92 10.3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Sungai Penuh merupakan wilayah kota yang sebagian wilayahnya merupakan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan merupakan daerah perkotaan yang berada pada dataran tinggi sehingga beriklim sejuk dengan keindahan alam yang mengelilinginya. Sektor perdagangan dan jasa merupakan memberikan kontribusi terbesar dalam menggerakan perekonomian Kota Sungai Penuh. Didukung oleh 21 unit kelompok pertokoan, 3 unit pasar, 4 unit swalayan, Pusat perbelanjaan Kincai Plaza dan 5 unit Mini market. Di sektor Sektor Jasa perbankan Kota Sungai Penuh memiliki sekitar 7 Bank (2 Bank Pemerintah dan 5 Bank Swasta). Diperkuat pula oleh 195 lembaga non Bank, terdiri dari 78 unit Koperasi, 1 unit Asuransi, 10 unit Simpan pinjam, dan 106 lembaga non bank lainnya. Di Sektor pertanian, Kota Sungai Penuh merupakan daerah surplus beras, selain juga menghasilkan berbagai macam tanaman holtikultura. Kedepan sektor ini diarahkan sebagai penghasil benih unggul untuk wilayah sekitarnya. Selain itu juga sebagai daerah yang menjadi pusat processing, manufacturing dan packaging bagi hasil-hasil pertanian yang dihasilkan oleh Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Di sektor pendidikan didukung oleh sejumlah sarana prasarana pendidikan yang teridiri dari Sekolah Dasar (75 buah), SLTP (11 buah), SLTA (13 buah) dan 6 Perguruan tinggi (1 Perguruan tinggi Negeri dan 5 Perguruan tinggi swasta). Sektor Jasa Kesehatan terdapat Rumah Sakit (2 unit), Puskesmas (4 unit), Puskesmas Pembantu (8 unit), Rumah bersalin (4 unit), 10 Unit Apotik. Kondisi perekonomian Kota sungai Penuh dapat dilihat pada pendapatan regional domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan sebagai berikut: Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-71

93 Tabel 3.19: PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Sarolangun Tabel diatas menunjukan bahwa secara nominal terjadi peningkatan dalam perekonomian Kota Sarolangun. Namun bila dicermati tingkat pertumbuhan, ternyata tidak begitu menunjukan perkembangan secara significant setiap tahunnya. Bahkan untuk tahun 2011 justru mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Tabel 3.20 Perkembangan PDRB per kapita. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-72

94 Tabel 3.21 Kontribusi dan laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Ekonomi 2011 Dari data PDRB tersebut diatas memperlihatkan kegiatan perekonomian di Kota Sungai Penuh selama tahun 2011 mampu menciptakan nilai tambah bruto (NTB) sebesar Rp. 1, 746 triliun, secara sektoral maka kegiatan ekonomi di Kota Sungai Penuh didominasi oleh tiga sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberi kontribusi PDRB sebesar Rp. 533,750 milyar (30,56%), sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp. 330,322 milyar (18,91%) dan Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp. 292,800 milyar (16,77%). Kondisi ini sesuai dengan ciri perekonomian daerah urban/perkotaan dimana struktur ekonominya didominasi dengan sektor tersier Peluang Investasi dan Potensi Kondisi eksisting pasar tradisional Kota Sungai Penuh sudah tidak ideal bagi sebuah kota. Hal ini terlihat banyaknya pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan diruas-ruas jalan dekat pasar induk Tanjung Bajure. Jumlah pedagang kaki lima yang ada pada saat ini adalah sebanyak ± Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-73

95 1000 pedagang. Melihat kondisi pasar yang ada sekarang jauh dari konsep kenyaman dan kebersihan pasar. Sehingga dengan demikian Kota Sungai Penuh sangat membutuhkan pembangunan pasar tradisional semi moderen. Untuk mendukung pembangunan pasar tradisional semi modern pemerintah Kota Sungai Penuh tengah mengupayakan lahan seluas ± 6 Ha untuk pembangunan pasar tersebut. Tingginya minat beli masyarakat baik yang berasal dari Kota Sungai Penuh maupun dari luar Kota Sungai Penuh yang menyebabkan maraknya berdiri mini market-mini market. Berdasarkan penomena terkini, Kota Sungai Penuh sangat layak dibangun pasar modern (seperti Ramayana, Hypermart, Matahari, Carrefour, Hero dan lain sebagainya) serta pasar grosir. a. Padi Padi merupakan produk andalan pertama di sektor pertanian. Produksi padi di Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 sebesar ton dan pada tahun 2011 meningkat menjadi ton. Kota Sungai Penuh yang juga sentra perdagangan beras Kerinci pada umumnya, dengan pasokan rata-rata sebesar ton per tahun. Produksi beras yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 sebesar ton. Dengan potensi yang demikian maka di Kota Sungai Penuh sangat cocok dikembangkan: 1. Pendirian industri pengemasan beras 2. Pendirian Industri pengolahan beras b. Kentang Tanaman kentang sangat potensi sekali di Kota Sungai Penuh, produksi pada tahun 2011 sebesar 875 ton. Produksi kentang yang dipasarkan melalui Kota Sungai penuh termasuk dari Kabupaten Induk rata-rata sebesar ton per tahun, Dengan potensi yang demikian maka di Kota Sungai Penuh sangat cocok pendirian industri makanan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-74

96 ringan dengan berbahan baku kentang. c. Tomat Produksi Tomat di Kota Sungai Penuh pada tahun 2011 sebesar 292 ton, yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh termasuk Kabupaten Induk tahun 2011 sebesar ton, dengan potensi yang demikian cocok untuk dikembangkan dengan pengolahan industri Tomat menjadi Saus, minuman lainnya. d. Cabe Tanaman Cabe juga sangat pontensi di Kota sungai Penuh, produksi tahun 2011 sebesar ton dan yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh termasuk dari Kabupaten Induk ( Kab. Kerinci ) Tahun 2011 sebesar ton, untuk pemasarannya perlu pendirian industri pengolahan cabe bubuk, saus cabe, cabe giling dalam kemasan dan lainnya e. Ubi jalar Ubi rambat/ Ubi jalar adalah tanaman yang mudah ditanam dan biaya murah, banyak ditanam petani yang kurang modal, produksi tahun 2011 sebesar ton dan yang dipasarkan di Kota Sungai Penuh termasuk Kabupaten Induk Tahun 2011 sebesar ton, untuk pengembangan pemasarannya perlu pendirian Industri pengolahan ubi menjadi tepung, bahan makanan ringan, dan lainnya. XI. KABUPATEN KERINCI Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak diantara 1o 40' Lintang selatan sampai dengan 2 o 26' lintang selatan dan diantara 101o 08' Bujur timur sampai dengan 101o 50 Bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Kerinci 3.808,5 km2, yang terdiri dari : Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-75

97 - Kec. Gunung Raya : 743,85 km 2 - Kec. Batang Merangin : 566,10 km 2 - Kec. Keliling Danau : 303,20 km 2 - Kec. Danau Kerinci : 297,30 km 2 - Kec. Sitinjau Laut : 39,50 km 2 - Kec. Air Hangat : 222,21 km 2 - Kec. Air Hangat Timur : 151,52 km 2 - Kec. Depati Tujuh : 25,80 km 2 - Kec. Gunung Kerinci : 444,76 km 2 - Kec. Siulak : 590,20 km 2 - Kec. Kayu Aro : 266,55 km 2 - Kec. Gunung Tujuh : 162,50 km 2 Kabupaten Kerinci terletak diantara Lintang Selatan sampai dengan Lintang Selatan dan diantara Bujur Timur sampai dengan Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 22 0 C. Kabupaten Kerinci mempunyai luas ± 3.808,50 km2 yang terletak di sepanjang Bukit Barisan, d iantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci yang tingginya meter dan merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Sumatra, serta danau-danau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh, yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Ketinggian Kabupaten Kerinci berada diantara 500 meter sampai meter dari permukaan laut. o o o o Batas-batas Wilayah Kabupaten Kerinci : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok Propinsi Sumatra Barat Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-76

98 o LAPORAN AKHIR Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatra Barat. Jarak Ibu Kota Kabupaten Kerinci dengan Kota Lain di Propinsi Jambi. Sungai Penuh Jambi Via Bungo 491,6 Km Via Sarolangun 421,29 Km o Muara Bulian 362,36 Km o Muara Sabak 550,73 Km o Kuala Tungkal 549,99 Km o Sarolangun 242 Km o Bangko 164,18 Km o Bungo 240 Km o Tebo 285,80 Km Kondisi Demografis Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Kerinci adalah orang, yang terdiri atas lakilaki dan perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Kerinci masih bertumpu di Kecamatan Kayu Aro yakni sebesar 17,14 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Siulak sebesar 13,37 persen, sedangkan kecamatan lainnya dibawah 10 persen.kayu aro, Siulak dan Keliling Danau adalah 3 kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah orang, orang, dan orang. Sedangkan Kecamatan Gunung Kerinci merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Kerinci sekitar Kilo meter persegi yang didiami oleh orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci adalah 60 Orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Depati Tujuh yakni 557 orang per kilometer persegi, Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-77

99 sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Gunung Raya yakni 11 Orang per kilometer persegi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merefleksikan peningkatan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu perekonomian. Pada tingkat perekonomian wilayah atau regional, nilai produksi keseluruhan barangbarang dan jasa-jasa tersebut dinyatakan sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada setiap saat barang-barang dan jasa-jasa diproduksi atau dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar. Perhitungan pertama menghasilkan nilai PDRB nominal atau PDRB berdasarkan harga berlaku, sedangkan perhitungan kedua menghasilkan nilai PDRB rill atau PDRB berdasarkan harga konstan. Nilai PDRB rill menghilangkan efek kenaikan harga sehingga angkanya benar-benar mencerminkan kenaikan produksi seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang tingkat kenaikannya disebut sebagai laju pertumbuhan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-78

100 ekonomi daerah. LAPORAN AKHIR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mencapai 5,01 persen per tahun selama periode yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB rill dari Rp ,23 juta pada tahun 2000 menjadi Rp ,44 juta pada tahun Bila disimak perkembangannya per tahun, laju pertumbuhan ekonomi meningkat secara konsisten selama periode kemudian melambat pada tahun 2008 bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi dan perekonomian nasional sebagai imbas dari krisis keuangan global. Meski demikian penurunannya relatif sangat kecil yang mencerminkan bahwa fondasi ekonomi Kabupaten Kerinci sesunguhnya masih cukup kuat. Bila dilihat lebih jauh pola pertumbuhannya secara sektoral, peningkatan tertinggi terjadi pada sektor bangunan dan sektor listrik dan air bersih. Peningkatan nilai produksi rill sektor pertanian yang menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Kabupaten Kerinci berada pada posisi ketiga. Sektor pertanian berperan sebagai pensuplai berbagai produk bahan makanan baik nabati maupun hewani untuk kebutuhan rumah tangga dan bahan baku industri. Sebagai kebutuhan pokok, permintaan komoditas bahan makanan bersifat relatif inelastis, artinya pengaruh harga dan pendapatan konsumen relatif kecil bila dibandingkan dengan pengaruhnya terhadap permintaan produk industri. Produkproduk pertanian yang berasal dari Kabupten Kerinci di suplai ke berbagai daerah di Sumatera dan Pulau Jawa bahkan ekspor ke negara tetangga. Faktor inilah salah satu yang menjadi keunggulan Kabupaten Kerinci sehinga daya tahannya relatif cukup tinggi terhadap guncangan eksternal. Sektor lain yang mengalami peningkatan nilai tambah cukup tinggi adalah pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan. Sektor pertama merupakan penyedia jasa infrastruktur pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan nilai tambah yang cukup tinggi pada sektor ini Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-79

101 bersumber dari peningkatan nilai tambah sub sektor komunikasi sebesar 5,86 persen per tahun, sementara peningkatan nilai tambah sub sektor pengangkutan tercatat sebesar 4,88 persen. Yang cukup menarik adalah, peningkatan margin jasa transportasi dan komunikasi terjadi dalam kondisi infrastruktur transportasi yang kurang memadai. Fakta ini dapat ditafsirkan sebagai pencerminan dari rendahnya efisiensi dalam kegiatan pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan nilai tambah sektor pengangkutan dan komunikasi diiringi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran pada posisi berikutnya. Aktivitas sub sektor perdagangan terkait langsung dengan jasa yang dihasilkan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor perdagangan berperan sebagai media yang mempertemukan produsen dan konsumen yang difasilitasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan nilai tambah sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 4,77 persen per tahun merefleksikan tingginya margin perdagangan yang diperoleh pelaku aktivitas ekonomi sektor ini. Peningkatan margin yang tinggi pada sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor perdagangan akan berimplikasi pada mengecilnya proporsi peningkatan nilai tambah yang diperoleh produsen sehingga aktivitas ekonomi secara keseluruhan akan menjadi kurang efisien. Sektor keuangan tercatat sebagai sektor yang peningkatan nilai tambah atau pertumbuhannya paling rendah. Sektor keuangan merupakan urat nadi bagi perkembanan berbagai aktivitas ekonomi sektor rill. Laju pertumbuhan yang relatif rendah pada sektor ini dapat dimaknai sebagai refleksi dari lambannya perkembangan kegiatan pembiayaan aktivitas ekonomi di Kabupaten Kerinci. Kondisi ini terkait erat dengan terbatasnya aktivitas industri pengolahan, padahal aktivitas sektor ini memiliki mata rantai aktivitas lebih panjang yang menciptakan keterkaitan langsung atau tidak langsung ke aktivitas ekonomi dibagian hulu dan aktivitas industri Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-80

102 lanjutan dibagian hilir. Hingga saat ini Kabupaten Kerinci masih berperan sebagai pemasok bahan mentah atau bahan baku ke daerah lain atau luar negeri terutama produk tanaman bahan makanan dan perkebunan. Pengolahan produk-produk lokal masih relatif terbatas pada industri rumah tangga dan industri kecil yang menghasilkan makanan olahan. Kondisi ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor industri yang relatif rendah menempati posisi terendah ketiga setelah sektor keuangan dan sektor pertambangan dan pengalian. Tingkat industrialisasi yang masih sangat rendah membatasi aktivitas yang dapat dibiayai perbankan secara lebih luas. Namun dalam tiga tahun terakhir telah terjadi peningkatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan secara signifikan dibanding periode tahun Sementara itu, aktivitas sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Kerinci masih sangat terbatas pada aktivitas sub sektor penggalian khususnya bahan galian golongan C. Pola pertumbuhan ekonomi seperti dikemukakan di atas berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi Kabupaten Kerinci. Pertumbuhan sektor pertanian yang lebih tinggi dibanding sektor industri menyebabkan pangsanya tidak mengalami perubahan yang berarti bahkan meningkat pada tahun 2008, sementara pangsa sektor industri pengolahan menurun dari posisinya pada tahun Angkaangka ini menunjukkan bahwa pola perubahan struktur ekonomi Kabupaten Kerinci tidak berlangsung seperti lazimnya yang terjadi pada perekonomian wilayah maju yaitu bergesernya aktivitas ekonomi dari pertanian ke industri dan jasa-jasa. Pada kasus perekonomian Kabupaten Kerinci, dominasi sektor pertanian tergolong sangat tinggi, hampir mencapai 70 persen terhadap PDRB. Ini berarti bahwa pangsa sektor di luar pertanian hanya sekitar 30 persen lebih. Bila diamati lebih jauh, terdapat dua sub sektor yang menyumbang paling besar terhadap PDRB sektor pertanian yaitu sub Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-81

103 sektor tanaman bahan makan dan perkebunan. Kedua sub sektor ini merupakan lapangan usaha utama yang menjadi sumber penghidupan masyarakat Kabupaten Kerinci. Akan tetapi Sebagian besar dari komoditas-komoditas pertanian tersebut belum mengalami prosesing lebih lanjut dalam aktivitas industri manufaktur. Penyumbang terbesar kedua adalah sektor jasa-jasa terutama sub sektor jasa pemerintahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terbesar berasal dari sub sektor perdagangan. Fakta ini menunjukkan terbatasnya lapangan usaha yang menjadi penopang hidup masyarakat dengan aktivitas utama tanaman bahan makanan dan perkebunan. Aktivitas perdagangan yang umumnya berupa perdagangan eceran sebagian besar juga memperdagangkan komoditas pertanian disamping komoditas lainnya yang diimpor dari daerah lain atau luar negeri, termasuk diantaranya produk pangan olahan. Berdasarkan fakta ini pengembangan aktivitas ekonomi di luar sektor pertanian khususnya aktivitas industri harus dikaitkan langsung dengan aktivitas pertanian terutama tanaman bahan makanan dan perkebunan disamping peternakan dan perikanan. Mengingat sempitnya pasar lokal, pengembangan industri pengolahan pangan semestinya berorientasi ke luar yaitu pasar di daerah lain atau luar negeri. Melalui pengembangan industri berbasis pertanian beskala kecil dengan melibatkan lebih banyak masyarakat akan mampu menciptakan diversifikasi aktivitas ekonomi dan sumber penghidupan masyarakat perdesaan. XII Kondisi Geogarfis Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0 o 45-2 o 45 LS dan 101 o o 55 BT di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-82

104 Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Disamping itu, peluang Jambi kedepan dengan adanya pembukaan Terusan Thai (sebelumnya disebut Terusan Kra atau Terusan tanah genting Kra) yaitu terusan yang akan melewati Thailand Selatan untuk mempersingkat transportasi di wilayah tersebut dan rencananya akan dibuka pada tahun 2011 akan membuka peluang baru bagi Provinsi Jambi karena posisinya yang menghadap dan terbuka langsung ke Laut Cina Selatan. Pembukaan Terusan Kra ini akan mengubah geo-ekonomi global (khususnya Asia Timur) mengingat arus transportasi laut yang selama ini melewati Selat Malaka akan langsung berubah rute pelayarannya melalui Terusan Kra. Disamping itu Pelabuhan Sabang yang berada di ujung barat Indonesia bisa menjadi kota pelabuhan yang besar. Menghadap langsung ke Laut China Selatan. Peluang lainnya adalah rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda akan membuka aksesibilitas ke Pulau Jawa. Secara geografis, luas wilayah Provinsi Jambi tercatat seluas ,72 km 2 yang terdiri dari (Biro Pemerintahan dan OTDA, 2009) : 1) Kabupaten Kerinci 3.808,50 Km 2 (7,13%), 2) Kabupaten Bungo 6.461,00 Km 2 (12,09%), 3) Kabupaten Tebo 6.802,59 Km 2 (12,73%), 4) Kabupaten Merangin 7.451,30 Km 2 (13,94%), 5) Kabupaten Sarolangun 6.175,43 Km 2 ( 11,56%), 6) Kabupaten Batanghari 5.804,83 Km 2 ( 10,86%), 7) Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 Km 2 ( 9,82%), 8) Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 Km 2 (10,56%), 9) Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 Km 2 ( 10,19%), Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-83

105 10) Kota Jambi 205,38 Km 2 (0,38%). 11) Kota Sungai Penuh 391,5 Km 2 ( 0,73%). Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian yaitu (Bappeda, 2005): 1) Daerah dataran rendah m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin; 2) Daerah dataran dengan ketinggian sedang m (16,4%), pada wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan 3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin. Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 m dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas m dpl, ke arah barat morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-84

106 Berdasarkan kondisi topografi, kelerengan dan kondisi hidrologi, dapat disimpulkan berbagai karakter lahan di Provinsi Jambi sebagai berikut : a) Pertanian lahan basah (LB), luasnya 684,060 hektar atau 13,41 % dari total luas Provinsi Jambi, dengan kemiringan 0-3 % dan ketinggian 0-10 m dpl. Terdapat di wilayah timur bagian utara sepanjang pesisir pantai dan bagian wilayah tengah yang merupakan WS Batanghari dan sub WS nya. b) Pertanian lahan kering dataran rendah sampai sedang (LKDR) luasnya hektar atau 53,87 % dari luas total Provinsi Jambi dengan kemiringan 3-12 % dan ketinggian m dpl. Terdapat di wilayah timur bagian selatan (Tanjung Jabung Timur), sebagian besar wilayah tengah kecuali WS (Kota Jambi, Batanghari, Bungo, Tebo bagian tengah dan selatan) dan wilayah barat (Sarolangun, Merangin bagian selatan dan Kerinci bagian tengah). c) Pertanian lahan kering dataran tinggi (LKDT) luasnya hektar atau 17,71 % dari total luas Provinsi Jambi dengan kemiringan % dan ketinggian m dpl. Umumnya terdapat di wilayah barat (seluruh Kerinci kecuali bagian tengah, Sarolangun-Merangin bagian utara dan barat serta Bungo, Tebo bagian barat dan utara). Sedangkan sisanya 15,02 % merupakan dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 m dpl merupakan daerah pegunungan dari rangkaian pegunungan bukit barisan yang membujur di sebelah barat wilayah Provinsi Jambi Potensi Pengembangan Wilayah Berdasar kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008, Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-85

107 diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau Iingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebaga warisan dunia. Kawasan strategis nasional yang berada di Provinsi Jambi ditetapkan dengan pertimbangan dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun Kawasan strategis Nasional yang termasuk dalam kawasan wilayah Provinsi Jambi meliputi : a. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1) b. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1) c. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) (I/B/1) d. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1) Sedangkan untuk Kawasan strategis provinsi adalah yang wilayah penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis Provinsi Jambi lebih didasari oleh aspek pertumbuhan ekonomi. Adapun kawasan-kawasan strategis yang berada untuk Provinsi Jambi adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Muara Bulian - Jambi dan Sekitarnya 2. Kawasan strategis Metropolitan Jambi dan sekitarnya. 3. Kawasan strategis Pantai Timur Provinsi Jambi - Kawasan Tungkal Ulu dan sekitarnya. 4. Kawasan strategis Muaro Bungo 5. Kawasan strategis Tebo Wiroto Agung 6. Kawasan strategis Bangko - Sarolangun Singkut 7. Kawasan strategis Sungai Penuh dan sekitarnya Berdasarkan penunjukkan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan yang dituangkan dalam SK Menteri Kehutanan Nomor 421/Kpts-II/1999, Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-86

108 dimana kawasan hutan Provinsi Jambi meliputi luas ± ,00 Ha atau 42,73% dari keseluruhan luas Provinsi Jambi. Adapun luasan tersebut sesuai dengan pemaduserasian antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi berdasarkan fungsinya yang terdiri dari, Cagar Alam ,00 Ha (1,39%), Taman Nasional ,00 Ha (27,92%), Taman Hutan Raya ,00 Ha (1,68%), Hutan Wisata Alam 430,00 Ha (0,02%), Hutan Lindung ,00 Ha (8,77%), Hutan Produksi Terbatas Produksi Tetap ,00 Ha (44,57%) ,00 Ha (15,63%), Hutan Berkaitan dengan kondisi ketahanan pangan di Provinsi Jambi menunjukkan kecenderungan perkembangan yang positif dimana terlihat dengan meningkatnya beberapa indikator, yaitu: 1. Sampai dengan tahun 2009, luas areal untuk komoditi perkebunan di Provinsi Jambi seluas ha yang terdiri dari 5 komoditi utama perkebunan yaitu karet dengan luasan ha (48,75 %), kelapa sawit dengan luasan ha (36,99 %), kelapa dalam dengan luasan ha (8,91 %), kopi dengan luasan ha (1,79 %) dan cassiavera dengan luasan ha (3,56 %). Pada tahun 2006 luas perkebunan karet di Provinsi Jambi baru mencapai ha, maka pada tahun 2009 meningkat sebesar 3,24 % menjadi ha. Sementara untuk Karet areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) terjadi peningkatan sebesar 36,27 %, dimana pada tahun 2006 luas areal TBM adalah sebesar ha meningkat pada tahun 2009 menjadi ha. Untuk Tanaman Menghasilkan (TM) juga mengalami peningkatan sebesar 1,35 %, dimana pada tahun 2006 luas arealnya adalah ha dan meningkat pada tahun 2009 menjadi ha. Sementara untuk Tanaman Tua/Tanaman Rusak (TT/TR) terjadi penurunan sebesar -19,18 %, tahun 2006 jumlah areal TT/TR adalah ha menurun pada tahun 2009 menjadi ha. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-87

109 2. Secara umum peningkatan ini juga diikuti dengan meningkatnya luas areal kebun karet sebesar 3,24 % dari ha pada tahun 2006 menjadi ha pada tahun 2009, untuk periode yang sama juga terjadi peningkatan jumlah petani karet di Provinsi Jambi sebesar 10,16 % dimana pada tahun 2006 jumlah petani karet berjumlah KK, maka pada tahun 2009 meningkat menjadi KK. Sementara harga komoditi tersebut secara rata-rata juga meningkat sebesar 41,54 %, dimana pada tahun 2006 harga karet Rp /kg meningkat menjadi Rp ,64/kg. Sementara dari sisi ekspornya, juga mengalami peningkatan sebesar 0,80 % jika dibandingkan dengan tahun 2006 berjumlah ,28 ton menjadi ,76 ton di tahun Sampai dengan tahun 2009 luasan areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah ha atau setara dengan 36,99 % dari total luasan perkebunan yang berjumlah ha. Jika dilihat perkembangan luasan lahannya, maka telah terjadi peningkatan luasan sebesar 16,74 % dari tahun 2006 dengan luas ha menjadi ha pada tahun produksi Tandan Buah Segar (TBS) mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 menghasilkan TBS sebanyak ton menjadi ton pada tahun Begitu juga dengan produksi CPO mengalami peningkatan dari ton pada tahun 2006 meningkat sebesar ton pada tahun Untuk komoditi kelapa dalam, jika dilihat dari luasan lahannya menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Secara rata-rata untuk periode tahun terjadi penurunan luasan lahan dari ha tahun 2006 menjadi ha tahun 2009 atau turun sebesar 0,12 %. Seiring dengan penurunan luasan lahan tersebut, juga diikuti dengan penurunan produksi kopra, dari ton tahun 2006 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-88

110 menjadi tahun 2009 atau secara rata-rata untuk periode yang sama mengalami penurunan sebesar 1,59 %. Indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah petani yang mengalami penurunan dari KK tahun 2006 menjadi KK atau turun sebesar 1,46 %. Disisi lain, untuk harga kopra secara rata-rata untuk tahun mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan jika dibandingkan pada tahun 2006, dimana pada tahun 2009 harga kopra mencapai Rp4.627/kg atau meningkat sebesar 4,36 % jika dibandingkan dengan harga kopra pada tahun 2006 yaitu Rp1.624/kg. 5. Terhadap komoditi kopi, jika dilihat dari luasan lahannya menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun dari ha tahun 2006 menjadi ha tahun Secara rata-rata untuk periode tahun terjadi penurunan luasan lahan sebesar 0,69 %. Seiring dengan penurunan luasan lahan tersebut, juga diikuti dengan penurunan produksi kopi pada tahun 2007 menjadi ton, namun secara perlahan mengalami peningkatan produksi kembali pada tahun 2008 menjadi ton atau naik sebesar 3,42 % dan kembali meningkat di tahun 2008 yaitu sebanyak ton atau naik sebesar 3,75 %. Indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah petani yang mengalami penurunan dari KK tahun 2006 menjadi KK tahun 2009 atau turun sebesar 3,86 % untuk kurun waktu tahun Disisi lain, untuk harga kopi secara rata-rata mengalami peningkatan dari Rp per kg tahun 2006 menjadi Rp per kg tahun 2009 atau naik sebesar 38,00 %. 6. Cassiavera merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dapat dikategorikan komoditi unggulan daerah, dalam perkembangannya komoditi ini mengalami pasang surut. Dimana luasan arealnya secara rata-rata selama tahun terus mengalami penyusutan dari Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-89

111 Ha tahun 2006 menjadi Ha tahun 2009 atau rata-rata berkurang sebesar 1,12%, begitu juga dengan produksinya yang mengalami penurunan ton tahun 2006 menjadi ton tahun 2009 atau turun rata-rata sebesar 3,67 %. Sementara jika dilihat jumlah petani yang berusaha pada komoditi ini juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun dari KK tahun 2006 menjadi KK tahun 2009, atau terjadi penurunan jumlah petani sebesar 2,98 %, untuk harganya sendiri mengalami fluktuasi dimana terjadi peningkatan harga untuk tahun 2007 dan tahun 2008, namun kembali mengalami penurunan pada tahun Secara kumulatif terjadi peningkatan harga selama kurun waktu sebesar 10,45 %. 7. Jika dilihat lebih lanjut terhadap penanganan pertanian, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar orang meningkat menjadi orang di tahun 2009 atau mencapai 58,22% dari jumlah penduduk bekerja di sektor pertanian. Sangat tingginya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini perlu mendapat perhatian ke depan. Hal ini sangat penting diperhatikan karena sampai pada tahun 2009 kesejahteraan petani masih jauh dari harapan karena nilai NTP masih di bawah 100. Tingkat kemampuan/daya beli petani yang dicerminkan dengan nilai tukar petani (NTP) sejak tahun 2000 dengan nilai 108,17 dan terus menurun sampai tahun 2009 hanya 98, Terhadap luas panen dan produksi komoditi pangan, ada beberapa yang mengalami peningkatan cukup signifikan terutama produksi padi yang meningkat produksi dari ton GKG tahun 2005 dan mencapai produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu Ton GKG dengan pertumbuhan rata 2,71% per tahun. Terjadinya kenaikan produksi ini tidak terlepas dengan terjadinya peningkatan luas panen dari Ha tahun 2005 menjadi Ha pada tahun 2009 Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-90

112 dengan pertumbuhan rata-rata 0,14 per tahun dan produktivitasnya juga meningkat dengan rata-rata peningkatan produktivitas 2,57% per tahun. Sementara itu, terhadap peningkatan luas panen dan produksi tidak hanya terjadi pada produksi Padi namun juga terjadi pada komoditi lainnya seperti pada jagung yang meningkat sebesar 6,49% per tahun. Peningkatan produksi jagung ini seiring dengan peningkatan luas panen rata-rata 3,32% pertahun dan produktivitas meningkat rata-rata 3,08% per tahun, produksi kedele yang meningkat rata-rata 33,64% per tahun. Peningkatan ini diakibatkan pada terjadinya peningkatan luas panen rata-rata 38,82% pertahun walaupun produktivitasnya turun -0,87% per tahun. Produksi kentang juga meningkat menjadi ton pada tahun Namun untuk produksi tanaman pangan lain seperti Kacang tanah mengalami penurunan sebesar -1.45% pertahun, Kacang Hijau sebesar -8,73, Ubi Kayu turun sebesar -0,27% per tahun dan Ubi Jalar turun sebesar - 7,67% pertahun. Penurunan ini disebakan karena turunkan luas panen walaupun dari segi produktivitas terjadi peningkatan. Peningkatan yang cukup signifikan pada produksi padi dari ton GKG tahun 2004 dan mencapai produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu Ton GKG. Selain itu, untuk komoditi lainnya seperti pada jagung yang meningkat dari ton pada tahun 2004 menjadi ton pada tahun Sedangkan kedele meningkat dari ton tahun 2004 menjadi ton tahun 2009 dan kentang meningkat dari tahun 2004 menjadi tahun Terhadap ketersediaan beras dan jagung untuk dikonsumsi di rumah tangga telah mencukupi kebutuhan konsumsi. Sedangkan untuk penyediaan energi di Provinsi Jambi mengalami peningkatan dari kkal/kapita/hari tahun 2008 menjadi kkal/kapita/hari tahun Penyediaan energi bahan pangan yang diproduksi daerah Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-91

113 mengalami peningkatan sebesar 16,18 %, kecuali penyediaan sayur dan buah, yaitu mengalami penurunan sebesar 10,35 %. Dalam menunjang peningkatan produksi padi didukung oleh sawah beririgasi teknis 1,98%, Setengan Teknis 5,69% dan Sederhana 3,38 dan Desa/Non PU 12,20%. Sedangkan sawah yang berupa tadah hujan masih mencapai 18,91%, pasang surut mencapai 38,75%, sawah rawa lebak mencapai 17,19%. 10. Terhadap pencapaian sub sektor peternakan, pada jumlah populasi ternak besar dan kecil di Provinsi Jambi yaitu telah terjadi peningkatan populasi dari ekor tahun 2005 menjadi ekor tahun 2009 dengan rataan pertumbuhan pertahun mencapai 9,68 %. Sedangkan untuk kerbau walaupun terjadi kenaikan populasi dari ekor tahun 2004 menjadi tahun 2009 atau naik 0,34% pertahun, namun kenaikan ini belum terlalu signifikan karena rata-rata pemeliharaan kerbau di Provinsi Jambi masih bersifat sangat tradisional dan banyak kerbau yang disentuh dengan program Artificial Insemination (AI) atau kawin suntik untuk mempercepat tingkat kelahiran. Sedangkan populasi kuda terjadi penurunan yang cukup signifikan dari 472 ekor tahun 2005 menjadi 178 ekor tahun 2009 atau turun -21,64% per tahun. Untuk populasi Kambing dan Domba terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari ekor untuk Kambing tahun 2004 menjadi ekor tahun 2009 dengan ratarata pertumbuhan 20,34% pertahun sedangkan untuk Domba dari ekor Domba tahun 2005 menjadi ekor tahun 2009 dengan rata-rata pertumbuhan 5,53% per tahun. Sedangkan untuk babi peningkatan populasi juga terjadi dari ekor tahun 2005 menjadi ekor tahun 2009 dengan rata-rata pertumbuhan 9,20% pertahun. Sementara itu, pada populasi Itik dan Ayam Kampung serta ayam Pedaging dan Petelur juga terjadi peningkatan populasi rata- Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-92

114 rata per tahun yang mencapai 5,12% untuk Itik, 8,91% untuk Ayam kampong, 2,39% untuk ayam pedaging dan 2,55% untuk ayam petelur. 11. Melihat kondisi dan kebutuhan di Provinsi Jambi, ke depan sangat berpotensi untuk pengembangan ternak besar. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan kapasitas daya tampung terlihat untuk limbah tanaman pangan dapat menampung ,54 satuan ternak (ST) dan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit seperti daun, pelepah, lumpur serat bkl sawit dapat menampung satuan Ternak (ST) sehingga secara keseluruhan dapat menampung sebanyak ,54 satuan ternak. Sedangkan untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dari jumlah ternak besar yang berpeluang dapat ditampung dapat dihasilkan kotoran ternak sebanyak ,5 ton per hari atau ,5 ton/tahun yang dapat dikembalikan dalam bentuk pupuk ke tanaman. 12. Sumberdaya kelautan Provinsi Jambi yang terdiri dari pesisir, dan lautan serta biota di dalamnya mempunyai peranan penting bagi pembangunan di daerah baik dari aspek ekonomi, sosial, keamanan dan ekologis. Perikanan merupakan salah satu penyumbang dalam menunjang ekspor non-migas dengan bersumber dari perikanan laut, perairan umum dan budidaya (budidaya kolam, budidaya keramba/kja, budidaya tambak dan budidaya mina padi). Dari ketiga sumber produksi tersebut, pada Tahun 2006 telah menghasilkan ,82 ton, dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada Tahun 2007 jumlah produksi yang dihasilkan adalah ,85 ton, Tahun ,20 ton dan pada Tahun 2009 menghasilkan sebesar ,00 ton. Secara rata-rata, dalam kurun waktu tersebut produksi ikan yang berasal dari perikanan laut adalah sebanyak ,15 ton, perairan umum 5.588,25 ton dan yang berasal dari budidaya sebanyak ,32 ton. bahwa produksi ikan yang Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-93

115 bersumber dari perikanan laut masih memberikan kontribusi terbesar untuk kurun waktu , dimana secara rata-rata memberikan kontribusi sebesar 63,73 %. Sementara kontribusi produksi yang dihasilkan dari budidaya sebesar 27,94 % dan yang berasal dari perairan umum sebesar 8,33 %. untuk budidaya kolam mampu menghasilkan produksi ikan sebanyak 8.607,8 ton, budidaya keramba (KJA) sebanyak 8.901,5 ton, budidaya tambak sebesar 1.616,8 ton dan budidaya mina padi sebesar 8,3 ton. Secara total, dari empat sumber budidaya tersebut menghasilkan produksi ikan sebesar ,3 ton Potensi Berinvestasi Provinsi Jambi dalam menopang aktivitas pembangunannya sangat tergantung pada hasil eksploitasi dan produksi sumberdaya alam yang dimilikinya. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara mempunyai peranan besar sebagai sumber energi untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini mencerminkan adanya peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan sumberdaya yang secara tidak langsung akan berdampak pada iklim investasi daerah yang antara lain : 1. Pangsa investasi swasta pada triwulan II-2010 tidak banyak mengalami perubahan dibanding dengan periode-periode sebelumnya yakni sebesar 17,20 persen. Namun demikian, kredit investasi selama triwulan II-2010 tumbuh sebesar 13,34 persen dengan nilai mencapai Rp. 222,28 miliar. Kondisi ini meningkat lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pencapaian triwulan I-2010 di mana kredit investasi hanya tumbuh 5,92 persen dengan nilai Rp. 98,94 miliar (Bank Indonesia, 2010). 2. Komoditas energi berperan sebagai sumber penerimaan PDRB Provinsi Jambi yaitu jumlah hasil minyak bumi yang dihasilkan dari Tahun 2004 mencapai 8.995,230 barrel berturut-turut Tahun 2005 sebanyak Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-94

116 barrel, pada Tahun 2006 sebanyak barrel dan pada Tahun 2007 sebanyak , dan pada Tahun 2009 turun menjadi Hal yang sama juga terjadi pada produksi gas alam dari MMBTU pada Tahun 2000 menjadi hanya MMBTU Tahun 2003, dan 8 995,23 MMBTU pada Tahun 2004, sekitar 9 265,06 MMBTU pada Tahun 2005, berturut-turut 8 375,79 MMBTU pada Tahun 2006, 7 354,71 MMBTU pada Tahun 2007 dan 6 795,02 MMBTU Tahun Sedangkan produksi batubara juga terjadi penurunan dari ton Tahun 2000 menjadi hanya tinggal ton Tahun Selanjutnya pada kurun waktu dua tahun terakhir terjadi kenaikan antara tahun Tahun 2007 dan Tahun 2008 terjadi kenaikan produksi sebesar ,24 m ton Tahun 2007, dan ,27 m ton pada Tahun Berdasarkan pada inventarisasi data potensi, Provinsi Jambi memiliki potensi sumber energi di beberapa wilayah kabupaten, seperti pada Gas alam yang tersebar di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur sebesar 178,13 triliun kaki kubik (TCF) terdiri dari 91,17 TCF cadangan terbukti dan 86,69 TCF cadangan potensi. 4. Potensi batubara sebesar 50 miliar ton, daerah penghasil terbesar adalah Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 5. Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi terdapat di sepanjang wilayah Pesisir Pantai Timur dengan tingkat produksi hanya mencapai 807 MW. 6. Energi terbarukan yang meliputi tenaga matahari, angin, biomasa, biogas, dan gambut mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. 7. Energi gheo thermal, micro hydro yang terdapat di wilayah Kabupaten Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-95

117 Tebo, Merangin, Sarolangon dan Kerinci atau pada wilayah Barat Provinsi Jambi. 8. Wilayah Timur Provinsi Jambi yang diarahkan sebagai wilayah zonasi distribusi yang didukung oleh potensi transportasi laut dan pembangunan pelabuhan. Kantor Bank Indonesia Provinsi Jambi III-96

118 Beberapa kementerian di Indonesia, menerapkan definisi yang berbeda untuk UMKM. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Sebagai contoh: (1) usaha kecil menurut Departemen Perindustrian adalah perusahaan yang mempekerjakan 5-10 karyawan, (2) usaha kecil menurut Departemen Perdagangan adalah perusahan yang memiliki modal minimal Rp , (3) usaha kecil menurut Departemen Pertanian adalah perusahaan yang memiliki lahan minimal 2 Hektar. Masing-masing departemen mendifinisikan sesuai dengan lingkup departemen terkait. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Sementara itu, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Bank Indonesia Provinsi Jambi IV-1

119 Dilihat dari kepemilikan asekt, pemerintah memberikan batasan tentang Usaha kecil yaitu: (1) memiliki kekayaan bersih (aset) bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2), hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar, (3) milik warganegara Indonesia, dan (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan. Sementara Usaha Menengah adalah: adalah sebagai berikut: Kriteria Usaha Menengah (1) a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah), (2) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak, (3) termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). Sedangkan untuk Karakteristik usaha kecil di Indonesia dapat dipisah menjadi dua bagian. Menurut Setyari (2005), beberapa karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain: (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada sektor UMKM, (2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang berimbas pada rendahnya gaji dan upah, (3) Kualitas barang yang dihasilkan relatif rendah, (4) mempekerjakan tenaga kerja wanita lebih besar daripada pria, (5) lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut, (6)kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru, serta (7) kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial. Selain karakteristik tersebut diatas, menurut Sucherly (2004) beberapa karakteristik usaha ini antara lain: (1) skala usaha kecil baik dilihat dari modal, tenaga kerja, dan pasar, umumnya terdapat di perdesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar dengan status kepemilikan Bank Indonesia Provinsi Jambi IV-2

120 pribadi, (2) status usaha milik pribadi dan keluarga, (3) sumber TK berasal dari lingkungan social budaya (etnis atau geografis), (4) pola kerja sering paro waktu atau berupa usaha sampingan, (4) pengelolaan usaha yg sederhana dan terbatas dalam mengadopsi teknologi, (5) sangat tergantung pada sumber modal sendiri, (6) sering tidak memiliki izin usaha dan persyaratan usaha tidak dipenuhi, (7) strategi perusahaan sering tergantung pada lingkungan, (8) manajemen usaha tidak dikelola dengan baik (keuangan, organisasi dll), dan (9) Kebanyakan Uaha kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup. Karekteristik yang terakhir juga cukup menonjol. A. Profile UMKM Provinsi Jambi 1. KOTA JAMBI Program Tahun 2011 dalam pembangunan Kota Jambi bidang Koperasi,UMKM Kota Jambi diarahkan pada peningkatan Koperasi Berkualitas dan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah yang Tangguh dan Mandiri melalui : Program Pelayanan Administrasi Perkantoran; Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; Program peningkatan Disiplin Aparatur; Program Kapasitas Sumber Daya Aparatur; Program Peningkatan Pengembangan Sistim Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan ; Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif; Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah; Program Pengembangan Sistim Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro,Kecil Menengah ; dan Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Alokasi dan realisasi anggaran untuk kegiatan tahun anggaran 2011 urusan Koperasi, UMKM tareget anggaran sebesar Rp ,- realisasi anggaran sebesar Rp3.220,885,659,- atau sebesar 95,00%. Bank Indonesia Provinsi Jambi IV-3

121 2. MUARO JAMBI Sampai dengan tahun 2010, perindustrian di Kabupaten Muaro Jambi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah unit usahanya. Namun sejak tahun 2011, data perindustrian di Dinas Koperindag Kabupaten Muaro Jambi tidak tersedia. Tabel 4.1: Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah di Muaro Jambi 3. TANJUNG JABUNG TIMUR Sektor Industri Pengolahan menjadi sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ke 4 bagi PDRB Tanjung Jabung Barat. Keberadaan sektor industri di suatu daerah mendorong munculnya sektor ekonomi lainnya seperti perdagangan dan jasa. Pada tahun 2009 jumlah perusahaan Industri di kabupaten Tanjung Jabung Timur ada 3 perusahaan. Jika dirinci lebih jauh, perusahaan- Bank Indonesia Provinsi Jambi IV-4

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ --l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA 4lD BANK IND NESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASURUAN

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ~ BANK INDONESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Lebih terperinci

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENEllIIAN PENBEMBA A KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20 Kerj ama c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUKlJENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA BATU

Lebih terperinci

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1 BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Tahun

Lebih terperinci

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan SUPLEMEN 3 RESUME PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PROPINSI SUMATERA SELATAN Bank Indonesia Palembang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3.1.1. Letak dan Luas Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445,0 km 2. Ibukota kabupaten berkedudukan di Muara Sabak.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DESKRIPSI PRODUK-PRODUK UNGGULAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DIPROVINSI LAMPUNG Tahun ke 2 dari Rencana 2 Tahun Nedi Hendri, S.E., M.Si., Akt. (Ketua Tim Pengusul) NIDN. 0020048101

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1V. 1 Gambaran Umum Daerah Muaro Jambi Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1.

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2011-2015: TINJAUAN SECARA MAKRO Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Guru Besar Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Hukum Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di wilayah Sumatera yang dibentuk berdasakan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

S, 2015 KEMENARIKAN KAWASAN PERCANDIAN MUARAJAMBI SEBAGAI DESTINASI WISATA

S, 2015 KEMENARIKAN KAWASAN PERCANDIAN MUARAJAMBI SEBAGAI DESTINASI WISATA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, sosial, dan budaya.hal ini terlihat dari banyaknya pulau yaitu13.466pulau (BIG, 2012)yangdihuni olehdari

Lebih terperinci

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore Oleh Muhammad Jibril Tajibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Abstrak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 Etty Puji Lestari 2 Abstrak Peranan UMKM dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini didukung oleh beberapa data

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Potensi Ekonomi Daerah Bagi Pembiayaan Perbankan Di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bagian I :

KATA PENGANTAR Bagian I : KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci