KAJIAN TEORI DAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN TERHADAP TOLOK UKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Oleh : WACHID FUADY R.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TEORI DAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN TERHADAP TOLOK UKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Oleh : WACHID FUADY R."

Transkripsi

1 KAJIAN TEORI DAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN TERHADAP TOLOK UKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN Oleh : WACHID FUADY R. rahmat_fuady@yahoo.com Abstrak Secara kuantitatif tolak ukur keberhasilan pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi. Namun pada hakekatnya keberhasilan pembangunan dapat diatur dengan menggunakan beberapa indikator selain indikator eonomi. Indikator-indikator keberhasilan pembangunan antara lain : (1) Pertumbuhan Ekonomi (2) Rasio Gim (3) Indeks kualitas hidup secara fisik (PQLI) (4) Pembangunan berkelanjutan (5) Indeks kekayaan Inklusif (Wealth Index Inclusive) dengan prasyarat adanya Stabilitas Nasional (tidak terjadi erusuhan sosial) serta tidak terjadi kerusakan sumber daya alam. Kata kunci : Pertumbuhan, Ratio Gini, PQLI, WWI, Pembangunan berkelanjutan. PENDAHULUAN Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8-7,2 persen dalam rapat yang membahas RUU APBN Optimisme itu dibangun setelah Tahun 2011 ekonomi Indonesia tumbuh 6,5 persen ditengah resesi ekonomi di Zona Euro dan belum pulihnya ekonomi Amerika Serikat. Secara makro dan dimata Internasional, Indonesia mencatat prestasi pembangunan yang meyakinkan. Indonesia menjadi Negara demokrasi dan memberi ekonomi daerah lebih luas, memiliki kekayaan alam berlimpah, ekonomi tumbuh diatas 6 persen ditengah melemahnya perekonomian global. Dari sisi pengelolaan fiscal Indonesia sangat hati-hati menerapkan defisit anggaran dengan tidak melebihi 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam konsep ilmu ekonomi, pembangunan dapat diartikan suatu proses pertumbuhan eonomi yang berkesinambungan, dimana sebagian besar masyaraat beralih dari taraf kehidupan yang miskin menuju kehidupan yang lebih baik (Berger.1997:170). Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang selain mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan, juga mensyaratkan berlangsungnya serangkaian perubahan secara besar-besaran 1

2 terhadap struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional (Todaro 2000,19). Pengertian tersebut tampak jelas lebih mengacu pada Pertumbuhan yang sering dipakai dalam ilmu ekonomi. Ukuran pokok dari pertumbuhan ekonomi adalah adanya kenaikan Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) dan kenaikan pendapatan perkapita (per capita income). Pembangunan yang hampa berorientasi pada pertumbuhan seperti dipaparkan diatas, umumnya bersifat kapitalis. Pembangunan model kapitalistis hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi sering digugat oleh beberapa ekonom. Semakin lama semakin banyak ekonom dan perumus kebijakan yang meragukan keampuhan tolok ukur GNP sebagai indikator tunggal atas terciptanya suatu kemakmuran. Tujuan utamanya bukan lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya melainkan penghapusan kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan pekerjaan dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Beberapa ketimpangan dan kelestarian pembangunan dinegara tersebut. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya masalah krusial tersebut perlu diatasi dan dieleminasi sekecil mungkin, sehingga pembangunan dan berlangsung serta berkelanjutan. Jumlah orang miskin di Indonesia turun 12 persen pada Maret 2012, dan beralih masuk kategori kelas menengah. Namun hampir 40 persen kelas menengah tersebut konsumsinya dibawah 1,5 kali garis kemiskinan yang besarnya Rp /kapita/bulan sejak Maret 2012 (Kompas 10 Juli 2012). Kualitas pembangunan menjadi semakin penting demi menjawab penciptaan lapangan kerja, penurunan kemiskinan dan masalah lingkungan hidup. Jumlah angkatan kerja per Februari 2012 menurut BPS mencapai 120,4 juta orang dengan jumlah pengangguran terbuka 7,6 juta orang (6,32%) dari 112,8 juta orang yang bekerja 55,5 juta orang (49,21 persen) diantaranya berpendidikan sekolah dasar atau lebih rendah. Jumlah pekerja lulusan Diploma 3,1 juta orang (2,77 persen) dan Universitas 7,2 juta orang (6,43 persen). Dalam penciptaan lapangan kerja meskipun pengangguran menurun, jumlah pekerja disektor informal tetap tinggi yaitu 70,7 juta orang (62,71 persen) sementara pekerja formal hanya 42,1 2

3 juta orang (Kompas 10 Juli 2012). Hal ini menunjukkan belum ada arah yang jelas pembangunan dengan akibat sektor pendidikan dan industri tidak saling terkait. Pada tahun 2012 Pendapatan perkapita Indonesia $ 3.550/tahun, berarti Indonesia masuk kategori kelas menengah meskipun pembangunan melahirkan orang kaya, kesenjangan antara kaya dan miskin makin melebar dengan koefisien Gini 0,41 Tahun 2012, sedangkan Tahun 2011 hanya 038 tertinggi sejak Indonesia merdeka. Tulisan ini mencoba membahas tolok ukur keberhasilan pembangunan sehingga diperoleh pemahaman yang sama tentang indikator indikator pembangunan yang tidak hanya diukur dengan adanya kenaikan GNP saja, tetapi juga bagaimana menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketimpangan pendapatan. TOLOK UKUR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN 1. Pertumbuhan Ekonomi Salah satu tolor ukur keberhasilan pembangunan bagi suatu bangsa adalah tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang cukup tinggi. Yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas Negara tersebut setiap tahunnya. Menggunakan istilah ekonomi, produktivitas ini diukur dengan besarnya GNP negara yang bersangkutan. Oleh karena GNP mengukur hasil produksi keseluruhan dari suatu Negara dengan jumlah penduduk tiap-tiap Negara yang berbeda-beda, maka untuk bisa membandingkan keadaan pertumbuhan ekonomi di Negara yang satu dengan lainnya, digunakan Income perkapita (GNP dibagi dengan jumlah penduduk). Dengan cara ini dapat dilihat berapa besar produksi atau pendapatan rata rata setiap orang dari sebuah Negara. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia untuk Tahun 2011 adalah sebesar $3.550/tahun atau sebesar Rp ,- / tahun (kurs $ 1 dolar Rp ,-). Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,7 persen untuk Tahun 2012 sebesar Rp ,- /tahun (Kompas 14 Juni 2012). Dengan pendapatan perkapita tersebut diatas, posisi Indonesia naik dari Negara berpendapatan 3

4 rendah ke Negara berpendapatan menengah. Catatan angka-angka tersebut bisa menjadi keberhasilan sekaligus tantangan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk Tahun 2011 sebesar 6,5 persen dan Tahun 2012 diperkirakan tumbuh 6,3 6,7 persen, sedangkan untuk Tahun 2013 pemerintah dan DPR mematok pertumbuhan sebesar 6,8 7,2 persen. Secara makro dan dimata Internasional, Indonesia mencatat prestasi pembangungan meyekinkan. Indonesia menjadi Negara demokrasi yang member otonomi daerah lebih luas, memiliki kekayaan alam yang berlimpah, pertumbuhan ekonomi diatas 6 persen ditengah melemahnya perekonomian global. Dari sisi pengelolaan fiscal, Indonesia sangat hati-hati menerapkan deficit anggaran dengan tidak melebihi 3 persen produk Domestik Bruto (PDB). 2. Pemerataan Distribusi Pendapatan (Ratio Gini) Seluruh kekayaan yang dimiliki atau diproduksi oleh suatu Negara / bangsa tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kekayaan ang merata dimiliki oleh semua penduduknya. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat saja terjadi manakala jurang pemisah antara si kaya dan si miskin makin melebar, dimana segelintir orang hidup kaya raya tetapi dimana mana kita dapat melihat orang hidup dalam kemiskinan, kekurangan gizi, kesehatan buruk dan sebagainya. Memang apabila kekayaan orang miskin dan orang-orang kaya ini dirata-ratakan dalam GNP / kapita, maka akan diperoleh rata-rata Income perkapita tinggi. Kemiskinan yang ada tampaknya bisa ditutup oleh adanya kekayaan yang luar biasa dari sedikit orang kaya, tetapi keadaan yang semacam itu tidak menggambarkan kondisi riil seluruh anggota masyarakat. Atas dasar argument tersebut diatas muncul suatu ukuran distribusi pendapatan dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Salah satu cara mengukur tingkat ketimpangan pendapatan adalah dengan Ratio Gini (Koefisien Gini). Koefisien Gini adalah sebuah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat (keseluruhan) yang angkanya 4

5 berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu ( ketimpangan sempurna) (Todaro 2000:159). Ketimpangan kesejahteraan yang lebar (tajam) berkisar antara 0,50 hingga 0,70. Sedangkan untuk Negara-negara yang distribusinya relative paling merata, berkisar antara 0,20 sampai 0,35. Ratio Gini Indonesia untuk Tahun 2011 adalah sebesar 0,41 naik dari 0,38 pada Tahun Ratio Gim sebesar 0,41 merupakan pertama kali terjadi dalam sejarah Republik Indonesia (Kompas 10 Juli 2012). Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan, ketimpangan pembangunan, kesejahteraan, jurang antara si kaya dan si miskin makin melebar. Apabila Ratio Gini melampaui angka 0,5 berarti ketimpangan kesejahteraan/pendapatan sudah masuk kategori buruk dan bisa dengan mudah memicu masalah social. Pertumbuhan bukan untuk segelintir orang kaya, bagaimana dengan kelompok miskin? Persoalan ini akan semakin rumit ketika kita dihadapkan pada pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Dengan melihat Ratio Gini suatu negara kita akan dapat melihat tidak hanya pada produktivitas bangsa (GNP) tersebut, tetapi juga pemerat aan pendapatannya. Tidak semua negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi, berhasil pada dala pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunannya adalah mereka yang disamping tinggi GNP nya, juga terdapat pemerataan pendapatan atau kesejahteraan yang relatif merata bagi seluruh rakyatnya. 3. Indeks Kualitas Hidup Secara Fisik (PQLI) Salah satu indikator sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi adalah Indeks Kualitas Hidup secara Fisik (PQLI, Physical Quality of Life Index). Indeks gabungan ini diperkenalkan oleh Morris D Morris dalam Todaro (2000:69) ynag terdiri dari tiga unsur pokok yakni (1) tingkat harap an hidup seseorang selepas untuk satu tahun (Life Expectancy at age 1) (2) Ratarata jumlah kematian bagi setiap 1000 kelahiran dan (3) Tingkat melek huruf 5

6 (Literacy) masing-masing indikator itu mengukur kinerja pembangunan suatu Negara berdasarkan skala dari 1 hingga 100. Angka 1 melambangkan kinerja terburuk, sedangkan kinerja yang terbaik akan diberi angka 100. Untuk harapan hidup angka 100 diberikan jika rata-rata usia harapan hidup penduduk mencapai 77 tahun. angka tingkat kematian bayi, kinerja tertinggi 100 diberikan untuk 9 per 1000 kelahiran bayi sedangkan skor 1 untuk 299 per 1000 kelahiran bayi. Tingkat melek huruf, diukur langsung persentasenya dari angka 1 sampai 100. Indeks gabungan diperoleh dengan cara yang sederhana, yakni menjumlahkan ketiga skor tersebut lantas dibagi tiga. Tabel PQLI Indonesia Tahun 2011 No. Indikator Skor/Kinerja 1. Tingkat harapan hidup 70,9 tahun 2. Angka melek huruf 92,91 persen 3. Angka kematian bayi 35/ Rata-rata lama sekolah 7,9 tahun 5. Pengeluaran / kapita 631,46 ribu 6. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 72,27 Sumber : UNDP, BAPPENAS, BPS (Kompas. 16 Juli 2012) Dari data diatas dari ketiga komponen PQLI Indonesia termasuk kelompok enengah dmana skor untuk IPM adalah sebesar 72,27. Tentu saja tolok ukur PQLI masih banyak kekurangannya, karena masih banyak indikator lain yang sebenarnya dapat dimasukkan kedalam indeks ini. Namun demikian hakekat pembangunan bukan hanya sekedar pertambahan material saja, tetapi Indeks PQLI sangat membantu dalam memaknai pembangunan itu sendiri. angka PQLI tidak selalu berkorelasi positif dengan GNP/perkapita, meskipun 6

7 pada umumnya dapat dikatakan bahwa Negara yang mempunyai GNP tinggi, juga akan tinggi PQLI nya. Di Indonesia terjadi korelasi yang positif dimana GNP/kapita masyarakat Indonesia yang meningkat diikuti pula oleh kenaikan PQLI nya. 4. Pembangunan Berkelanjutan Suatu Negara yang mempunyai Produktivitas (GNP) tinggi da n pemerataan pendapatan yang cukup merata, dapat saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi miskin. Hal ini terjadi karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas ekonomi yang tinggi itu tidak memperdulikan dampak negatif terhadap lingkungannya. Lingkungan alam semakin rusak, sumber daya alam semakin terkuras habis, sementara kecepatan alam untuk merehabilitasi lebih lambat dari pada kecepatan kerusakan sumber daya alam tersebut. Pertumbuhan ekonomi harus dihitung ulang dengan memasukan nilai kerusakan lingkungan dan sumber daya alam akibat tindakan ekonomi. Konsep pembangunan berkelanjutan sebagai lawan dan koreksi pembangunan konvensional yang selama ini diterapkan. Emil Salim (1991:8) mengemukakan cirri-ciri pembangunan yang berkelanjutan sebagai berikut : a. Para pemakai sumber-sumber alam wajib menjaga keutuhan fungsi ekosistemnya. Hal ini berarti kerusakan sumber daya alam dalam bentuk dan dalih apapun tidak diperbolehkan. b. Dampak pembangunan terhadap lingkungan diperhitungkan dengan menerapkan sisem Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya dapat dikendalikan dan dieliminasi sekecil mungkin, sedangkan dampak positifnya dapat lebih dikembangkan. c. Memperhitungkan kepentingan generasi masa depan. Bahkan perlu diusahakan tercapainya Transgenerational Equity sehingga kualitas dan kuantitas sumber-sumber alam dapat dijaga keutuhannya untuk kepentingan generasi masa depan. 7

8 d. Hasil pengelolaan sumber-sumber alam perlu memperhitungkan menciutnya sumber-sumber alam tersebut sebagai akibat proses pembangunan. Oleh karena nilai penciutan sumber-sumber alam tidak masuk pasar, maka perhitungannya harus diperhitungkan secara eksplisit oleh pemerintah dan kehadirannya diakui untuk diperhitungkan dalam biaya riil proses pembangunan. e. Secara sadar turut memperhitungkan komponen lingkungan yang tidak dapat dipasarkan (non marketable) seperti nilai sumber daya hayati yang utuh di hutan, bebas polusi, bebas kebisingan, dan lain-lain yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Jadi, proses ekonomi dan pembangunan secara Integral memperhitungkan kualitas lingkungan. Laporan WCED (World Commision Ecological and Development) berjudul Our common Future Tahun 1987 (Kompas 20 Juli 2012) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Pilar Pembangunan berkelanjutan adalah ekonomi, social dan lingkungan. 5. Indeks Kekayaan Inklusif (WWI=Wealth Index Inclusive) Di Indonesia, upaya memasukkan faktor kerusakan lingkungan dan eksploitasi berlebih sumber daya alam dalam produk domestic bruto (PDB) pernah dilakukan, tetapi tak diperbarui sejak tahun Namun, dari pengukuran itu diketahui, kekayaan Indonesia sebenarnya sudah menipis. Jika pembangunan terus berjalan dengan prinsip business as usual (BAU), kita bahkan berada diambang bahaya. Neraca perdagangan saat ini memang surplus oleh ekspor perkebunan dan tambang, tetapi pembangunan tak akan berkelanjutan kalau satu-satunya cara untuk bertahan dilakukan dengan merusaj sunber daya alam. Dalam diskusi dengan Prof. Emil Salim (Kompas 20/7/2012) menjelaskan pembangunan ekonomi selama ini didominasi oleh paradigm pasar sebagai alokasi sumber daya untuk output yang efisien. Perkembangan 8

9 pembangunan melahirkan dampak sosial serius dan pelanggaran hak-hak asasi manusia, seperti kemiskinan dan ketimpangan, konflik, serta persoalan lingkungan, termasuk ancaman perubahan iklim dan merosotnya keragaman hayati. Melihat luasnya spectrum perusakan atas nama pertumbuhan, istilah pertumbuhan hijau (green growth) tak cukup memadai menghitung kerusakan dan menipisnya sumber daya alam. Istilah pertumbuhan inklusif (inclusive growth) dipilih karena mencakup konteks lebih luas, termasuk permasalahan social akibat eksploitasi sumber daya alam (sosial -ekologis) yang dihilangkan dalam penghitungan pertumbuhan. Selama ini kemajuan lebih dipahami sebagai tingginya PDB. Namun, indikator konvensional itu dikritik sebagai dukungan terhadap pertumbuhan jangka pendek dan tidak berkelanjutan karena mengabaikan dampak penghancuran terhadap ekosistem lingkungan dan social. PDB ternyata tidak mampu mencerminkan kesejahteraan manusia dan situasi sumber daya alam suatu Negara. Program Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Lingkungan (UNEP) bersama Program Dimensi Manusia Universitas PBB (IHDP) di Rio de Jainero meluncurkan ukuran baru, yakni Inclusive Wealth Index (IWI) atau Indeks Kekayaan Inklusif dalam Rio+20 (Kompas 20/7/2012) Laporan berjudu l Inclusive Wealth Report 2012: Measuring Progress Toward Sustainbility itu menegaskan bahwa pencapaian yang hakiki harus terfokus pada kesejahteraan manusia saat ini dan pada dan pada generasi mendatang. Survei dilakukan pada 20 negara untuk menghitung ulang angka pertumbuhan pada 20 negara melalui valuasi layanan ekosistem bagi kesejahteraan manusia. Perhitungan itu menghadapkan angkapertumbuhan ekonomi dengan kerusakan lingkungan, dihitung dari menurunnya cakupan hutan, menipisnya sumber bahan bakar fosil dan cadangan mineral, menyusutnya lahan pertanian dan situasi perikanan di perairan setiap Negara. Laporan itu memperlihatkan, pertukaran bentuk kapital yang berbeda (manufaktur, manusia, dan modal alam) cenderung meningkatkan kerusakan 9

10 sumber daya alam. Enam Negara menunjukkan jejak tidak berkelanjutan, lima Negara menunjukkan tingkat PDB dan Indeks Pembangunan manusia yang positif, tetapi negatif dalam IWI. Dengan penghitungan ulang, angka pertumbuhan Indonesia yang 6,5 persen itu boleh jadi sebenarnya jauh di bawah nol Sekarang kita coba menganalisis tentang kerusakan sosial selain kerusakan lingkungan alam, dampak lain dari pembangunan sebagaimana dikemukakan didepan adalah adanya kerusakan sosial. Meningkatnya GNP/kapita sebagai tolok ukur keberhasilan pembengunan tidaklah menjadu jaminan keberlanjutan pembangunan, apabila tidak tercipta keadilan sosial dalam memperoleh dan menikmati hasil-hasil pembangunan yaitu berupa pemerataan. Faktor keadilan yang lebih didasari pada pertimbangan etika dan moral inipun berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan sosial yang mencolok antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, maka struktur masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan. Orang-orang miskin cenderung ingin memperbaiki diri dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu bila konfigurasi berbagai keuatan sosial memungkinkan terjadinya pertentangan yang tajam antara kelompok kaya dan kelompok miskin, terjadi arogansi kekuasaan yang dilakukan oleh kelompok kuat atsa kelompok lemah, terjadi perpecahan dielit penguasa, dapat menimbulkan kerusakan sosial yang dapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai. Dengan demikian, factor kerusakan sosial seperti juga factor kerusakan lingkungan dapat mengganggu kesinambungan pembangunan. Kita dapat menyimak sepanjang tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2012 terjadi beberapa peristiwa kerusuhan sosial yang pernah terjadi di tanah air. Misalnya peristiwa di Freeport Timika Papua, peristiwa Mesuji, Lampung, Bima Nusa Tenggara Barat, Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, Sumba Timur Nusa Tenggara Timur, Jambi dan beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Peristiwa-peristiwa kerusuhan tersebut diatas dipicu oleh perebutan lahan antara warga dengan perusahaan perkebunan. Selain itu konflik dipicu oleh 10

11 penolakan warga terhadap rencana exploitasi tambang di kawasan itu (Kasus Freeport, Bima, Donggala) yang mencakup lading dan kebun milik warga dan juga tanah-tanah adat dan Ulayat. Lepas dari akar penyebab berbagai kerussakan sosial tersebut, tampaknya masalah kesenjangan sosial dan ketidakpuasan menjadi salah satu pemicu meletusnya berbagai peristiwa tersebut. Oleh sebab itu perwujudan keadilan sosial dan pemeratan hasil perlu diupayakan agar masyarakat tidak mudah dihasut atau ditunggangi pihak lain yang tidak bertanggung jawab guna membuat kekacauan sosial. Di Era Orde Baru dalam bidang pembangunan, pemerintah mencanangkan Trilogi Pembangunan yang terdiri dari pertambahan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta stabilitas Nasional. Sepertinya perlu dikaji ulang dan diterapkan kembali landasan pembangunan yang dicanangkan pada Era Orde Baru. Pembangunan perlu adanya pertumbuhan produktivitas (GNP), n amun pertumbuhan perlu adanya jaminan keadilan dan pemerataan kesejahteraan dan stabilitas keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Dalam istilah militer unsur-unsur tersebut dirangkum dalam stabilitas Nasional Indonesia yang dewasa ini menuntut peran yang lebih bersifat demokratis, hendaknya TNI-Polri dalam menjalankan fungsinya menonjolkan pendekatan kesejahteraan daripada pendekatan keamanan terhadap setiap penyelesaian masalah sosial. KETERKAITAN TOLOK UKUR PEMBANGUNAN Pembangunan hendaknya tidak hanya mengejar pertumbuhan semata, namun pertumbuhan itu harus berkualitas dan berwawasan lingkungan. Kualitas pembangunan menjadi semakin penting demi menjawab penciptaan lapangan kerja, penurunan kemiskinan, penyediaan pangan dan energy serta masalah lingkungan. Dalam perhitungan pertumbuhan (GNP) hendaknya menghadapkan angka pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan lingkungan, dihitung dan menurunnya cakupan hutan, menipisnya sumber bahan bakar fosil dan cadangan 11

12 mineral, menyusutnya lahan pertanian dan situasi perikanan disetiap Negara. Jika memasukkan unsur kerusakan lingkungan bisa jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak 6,5 persen, tetapi jauh dibawah angka tersebut. Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan makro tanpa ada keterkaitan dengan sector riil, membuat pembangunan sector riil terpisah dalam perekonomian nasional. Sektor riil (baca industri) merupakan salah satu alternatif yang dapat mengubah kondisi ketimpangan kesejahteraan. Sektor industri merupakan syarat bagi terciptanya lapangan kerja yang diyakini merupakan bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan. Memiliki pekerjaan juga memberikan martabat masyarakat, masyarakat dapat mengakses pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses membangun bangsa yang makmur dan sejahtera. Ratio Gini yang merupakan ukuran ketimpangan kesejahteraan/pendapatan Indonesia mencapai 0,41 tahun 2011 naik dari 0,38 tahun Jika Ratio bim melampaui 0,5 ketimpangan pendapatan di Indonesia sudah masuk kategori buruk dan bisa dengan mudah memicu masalah sosial. Salah satu kunci peredamnya adalah dengan membangun sector riil yang mampu menciptakan lapangan kerja serta penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas tanpa diskriminatif. Pertumbuhan ekonomi nasional membutuhkan kebijakan fiscal dan moneter yang mendukung sektor riil, karena diyakini sector riil (industri) mempunyai peran yang besar dalam pertambahan ekonomi, maka sektor ini harus difasilitasi. Ketersediaan produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhan investor yang berorientasi jangka panjang menjadi penting untuk pertumbuhan ekonomi berkualitas. Kualitas pembangunan menjadi semakin penting demi menjawab terciptanya lapangan kerja, penurunan kemiskinan, masalah kerusakan lingkungan dan masalah-masalah social. 12

13 PENUTUP Dari uraian dan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tolok ukur / indikator keberhasilan pembangunan yaitu : 1. Adanya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 sebesar 6,5 persen, tahun 2012 sebesar 6,3-6,7 persen, sedangkan untuk tahun 2013 diperkirakan tumbuh 6,8-7,2 persen. 2. Pemerataan distribusi pendapatan Ratio Bim Indonesia untuk tahun 2011 sebesar 0,28 dan tahun 2012 sebesar 0,41 berarti terjadi kenaikan kesenjangan distribusi pendapatan. 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan memasukkan tiga unsur pokok PQLI adalah sebesar 72, Pembangunan berkelanjutan. Dalam perhitungan ulang dengan memasukkan kerusakan lingkungan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 6,5 persen, boleh jadi pertumbuhannya jauh dibawah nol. Pertumbuhan berkelanjutan ini harus diikat dua prasyarat (a) tidak terjadi kerusakan terhadap sumber daya alam dan (b) tidak terjadi kerusuhan sosial. Empat indikator keberhasilan pembangunan diatas hendaknya dapat dijadikan acuan para perencana, para pelaksana dan para pembuat kebijakan pembangunan, demi tercapainya bangsa Indonesia menuju kemakmuran dan keadilan. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Jki-akb-Indonesia-htm 2011, Survey Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Berger, Peter 1990, Revolusi Kapitalis (Terjemahan Umar LPES, Jakarta) Emil Salim, 1991, Pembangunan Berkelanjutan, Strategi Alternatif dalam Pembanguna Dekade Sembilan Puluhan Prisma, Jakarta., Mengukur Pertumbuhan Inklusif, Akses 10 Juli 2012., Diskusi Kompas ; Waktunya Arah Baru Pembangunan, Akses 10 Juli 2012., Investasi Minus Keadilan, Kompas 10 Juli 2012, Jakarta. Todaro, Michael, 2000, Pembangunan Ekonomi, Bumi AksaraLongman, Jakarta. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional, Akses 20 Juli Indeks Pembangunan Manusia tahun 2011, Akses 20 Juli 2012., Pembangunan Butuhkan Arah Baru, Kompas 14 Juni 2012, Jakarata. 14

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu: 1. Kekayaan rata-rata 2. Pemerataan pendapatan 3. Kualitas kehidupan 4. Kerusakan lingkungan 5. Keadilan

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa diberlakukannya Otonomi Daerah, untuk pelaksanaannya siap atau tidak siap setiap pemerintah di daerah Kabupaten/Kota harus melaksanakannya, sehingga konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar daerah, dimana perbedaan antar daerah merupakan konsekuensi logis dari perbedaan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya. pendapatan perkapita yang berkelanjutan (Sukirno, 1985). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

3. pengertian Pembangunan

3. pengertian Pembangunan 3. pengertian Pembangunan Pembangunan mungkin tidak ada kata yang tepat selain pengembangan yang digunakan untuk menunjukan angka besar manusia di banyak kota di dunia saat ini (Kim 1973, hal 462). Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Kuliah 3. Batasan dan Mengukur Pembangunan

Kuliah 3. Batasan dan Mengukur Pembangunan Kuliah 3 Batasan dan Mengukur Pembangunan 1 Definisi Pembangunan Inovasi Perubahan Penataan Perencanaan Pengelolaan Distribusi SDM Pengendalian Pengembangan Peningkatan Pengorganisasian Berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkat kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator penting dalam menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan

Lebih terperinci

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup minimum (Mudrajad Kuncoro, 1997). Kemiskinan identik dengan negara berkembang, contohnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup minimum (Mudrajad Kuncoro, 1997). Kemiskinan identik dengan negara berkembang, contohnya Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemisknan merupakan masalah multidimensi yang dihadapi hampir semua negara di dunia. Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum (Mudrajad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang yang

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah). Menurut Todaro (dalam Yunitasari,

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu orientasi pembangunan berubah dan berkembang pada setiap urutan waktu yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua (PDII), pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara satu dengan negara lain.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu

Lebih terperinci

EKONOMI PEMBANGUNAN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN

EKONOMI PEMBANGUNAN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEMBANGUNAN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INDIKATOR : Merupakan alat untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau suatu bangsa diperlukan tolak ukur. Menurut Arsyad,

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

ekonomi Tujuan Pembelajaran

ekonomi Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Semester 1 Kelas XI SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan (distribution of income)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci