BAB II STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi. Berikut adalah definisinya: 1. Menurut UU No. 20 Tahun 2008, UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 BAB IV Kriteria Pasal 6, UMKM adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (mikro), Rp ,00 (kecil), Rp ,00 (menengah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (mikro), Rp ,00 (kecil), Rp ,00 (menengah). 2. Badan Pusat Statistik (BPS): UMKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19 orang. 3. Bank Indonesia (BI): UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp. 20 juta; (b) untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet tahunan Rp 1 miliar. 4. Keppres No. 16/ 1994: UMKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta. 5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan: a. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung), 5

2 b. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung). 6. Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan Standard Operating Procedure (SOP) Standard Operating Procedure (SOP) merupakan panduan teknis yang berisi serangkaian instruksi yang menggambarkan standar aktivitas dan proses yang berlangsung dalam suatu perusahaan. SOP berfungsi untuk mendefinisikan semua konsep dan teknik penting serta persyaratan yang dibutuhkan, dituangkan dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh personel organisasi dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan diperlukannya SOP dalam suatu perusahaan adalah untuk memberikan penyamaan persepsi semua personel yang terlibat, memberi pemahaman atas setiap langkah detail kegiatan yang harus dilaksanakan - sehingga mampu menjaga konsistensi operasi perusahaan, dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan ( Beberapa langkah yang mendeskripsikan suatu metode dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan Suatu prosedur akan berjalan efektif dan efisien apabila memiliki tujuan spesifik yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang spesifik, maka keseluruhan proses dan instruksi yang disusun bisa memberikan arah yang jelas, dan mampu menjadi tolok ukur dalam menilai keberhasilan implementasi SOP. Selain itu, juga berfungsi menjadi tolok ukur dalam proses evaluasi atas dokumen SOP itu sendiri, dan evaluasi atas kemampuan personel yang menjalankan. 2. Membuat rancangan awal Langkah berikutnya adalah menentukan desain dan rancangan awal dari prosedur yang akan digunakan. Bentuk rancangan awal ditentukan dari tingkat kompleksitas kegiatan 6

3 organisasi, apakah menggunakan simple step, hierarchical step, graphic format, atau workflow format. Tahap ini memerlukan kegiatan observasi atas personel, organisasi, dan rencana bisnis yang akan dijalankan. Penyusunan rancangan awal ditentukan dengan membuat dua kategori prosedur yaitu Prosedur General dan Prosedur Rinci. Prosedur General merupakan prosedur umum yang disusun untuk memberikan gambaran umum atas prosedur yang disusun, proses pembuatan prosedur, dan struktur organisasi yang terlibat. Sedangkan Prosedur Rinci merupakan prosedur detail yang disusun berdasarkan pada unit-unit organisasi yang ada. Prosedur Rinci bisa dibagi ke dalam 7 (tujuh) Prosedur yaitu Prosedur Pembuatan Penawaran, Prosedur Pembuatan perjanjian, Prosedur Operasional Project, Prosedur Maintenance, Prosedur Keuangan, dan Prosedur Evaluasi. Setiap Prosedur Rinci terdiri dari tujuh bagian diantaranya tujuan, lingkup, definisi, tugas & tanggung jawab, bagan alir, prosedur rinci, dan lampiran. 3. Melakukan evaluasi internal Tahap ini merupakan review, koordinasi dan komunikasi antara pihak penentu kebijakan perusahaan, dan semua personel yang terlibat. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh masukan dan rekomendasi dari pihak personel yang terlibat guna mempertajam tujuan, memperkecil gap factor, mengeliminasi ketidaktepatan redaksional, mempertegas instruksi, dan memperjelas metode implementasi. 4. Melakukan evaluasi eksternal Tahap ini dilakukan guna memperoleh informasi dari pihak di luar organisasi perusahaan, dengan meminta advisor perusahaan memberikan review atas prosedur yang telah dibuat. Atau dengan metode evaluasi komparatif, yaitu melakukan benchmarking atas SOP yang dipergunakan perusahaan lain yang sejenis. Evaluasi eksternal diperlukan untuk memperoleh informasi eksternal yang berkembang di lingkungan existing market, sehingga prosedur yang akan dijalankan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis. 5. Melakukan uji coba Prosedur yang telah disusun perlu dilakukan ujicoba di salah satu atau beberapa unit yang terkait. Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas SOP, apakah prosedur sudah disusun secara benar dan jelas, apakah personel mampu memahami 7

4 prosedur secara tepat, dan apakah cara penulisan (spelling) atas suatu instruksi menimbulkan kebingungan atau tidak. Hasil ujicoba akan menyempurnakan penyusunan prosedur, sehingga SOP benar-benar akan siap untuk diimplementasikan. 6. Pengesahan prosedur Tahap berikutnya adalah melakukan pengesahan oleh pihak penentu kebijakan perusahaan. Dengan pengesahan tersebut, maka SOP akan menjadi buku panduan bagi para pelaksana organisasi dalam menjalankan rencana bisnis guna mencapai tujuan perusahaan. 7. Implementasi prosedur Prosedur siap untuk dijalankan oleh semua personel yang ada dalam organisasi perusahaan. Setiap personel telah memiliki panduan instruksi atas kegiatan operasional sehari-hari dalam mencapai tujuan bersama. Pelaksanaan SOP ini memerlukan perhatian dan partisipasi dari seluruh level organisasi. Tahap paling awal dalam melakukan implementasi SOP adalah dengan melakukan sosialisasi secara continue untuk menanamkan awareness akan pentingnya SOP, dan bagaimana SOP bisa dijalankan secara bersama-sama dan konsisten Pengendalian Persediaan (Inventory Control) Pengendalian persediaan merupakan proses pengendalian terhadap barang yang disimpan (inventory) untuk dilakukan proses selanjutnya baik itu proses produksi atau proses pengiriman ke konsumen. Adapun kebijakan pengendalian persediaan yang dapat membantu meminimalkan biaya total persediaan (Zulfikarijah, 2005): 1. Barang apa yang akan di stok? 2. Berapa jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang yang akan dipesan? 3. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan? 4. Kapan melakukan pemesanan ulang (Re Order Point)? 5. Metode apa yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan? 8

5 Persediaan (Inventory) Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan digunakan atau dijual pada masa yang akan datang. Persediaan juga merupakan stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur (idle resources). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut, yang dimaksud dengan proses lebih lanjut adalah dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang-barang yang mebutuhkan penanganan lebih lanjut agar persediaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Persediaan juga sebagai alat peredam terjadinya fluktuasi permintaan, sehingga persediaan harus dikelola dengan baik Variabel Persediaan Variabel persediaan merupakan suatu indikator yang harus dicari dan ditentukan dalam melakukan perancangan prosedur pengendalian persediaan. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1: 9

6 A. Biaya Total Persediaan (Total Cost Inventory) Tabel Variabel Biaya Total Persediaan No Variabel Biaya pemesanan (Ordering cost ) Biaya pembelian (Purchasing cost ) Biaya penyimpanan a. Biaya Operasional pemesanan Biaya telepon Biaya internet Biaya pengeluaran surat-menyurat Biaya pemeriksaan penerimaan Biaya pengirimana ke gudang atau konsumen Biaya upah loading dan unloading b. Frekuensi pemesanan dalam periode tertentu Jumlah barang yang dipesan Periode pemesanan Frekuensi pemesanan a. Harga bahan baku b. Jumlah barang yang dipesan untuk satu kali pemesanan a. Luas toko atau gudang b. harga sewa toko atau gudang (jika sewa) c. Jumlah barang yang disimpan di gudang d. Biaya operasional penyimpanan Biaya penerangan gudang Biaya pendingin ruangan Biaya pajak persediaan Kategori Biaya asuransi persediaan Biaya perhitungan fisik (nilai barang) Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta,

7 Tabel Variabel Biaya Total Persediaan (lanjutan) No 4 Variabel Biaya kekurangan persediaan (stock out ) Kategori a. Biaya kehilangan penjualan b. Biaya kehilangan pelanggan c. Biaya pemesanan khusus d. Selisih harga barang jadi dengan pesaing e. Biaya kerugian akibat terganggunya operasi Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, B. Mesin atau alat Tabel Variabel mesin atau alat No 1 2 Variabel Nama mesin atau alat Karakteristik mesin atau alat a. Nama mesin atau alat b. Jumlah mesin atau alat c. Biaya maintenence atau perawatan a. Ukuran mesin atau alat (panjang, lebar, tinggi, diameter) b. Fungsi, proses, atau cara kerja mesin atau alat c. Umur mesin atau alat Kategori d. Kapasitas produksi (untuk mesin) Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, C. Gudang (Warehouse) Tabel Variabel Gudang (Warehouse) No Variabel Kategori 1 Luas gudang a. Panjang dan lebar a. Struktur atau desain gudang Bentuk gudang 2 Karakteristik gudang Desain gudang dan rak b. Suhu atau temperatur ruangan Pencahayaan c. Lingkungan gudang Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta,

8 D. Penyimpanan (Storage) Tabel Variabel Penyimpanan (Storage) No Variabel Jumlah barang yang disimpan Karakteristik barang jadi Frekuensi keluar masuknya barang Racking a. Jumlah barang yang disimpan b. Jumlah distribusi barang pada periode tertentu c. Jumlah barang cadangan pada periode tertentu (safety stock ) d. Jumlah persediaan periode sebelumnya e. Jumlah material atau bahan baku f. Jumlah komponen tambahan a. Jenis bahan (finished goods ) b. Ukuran (panjang, lebar, tinggi, diameter) c. Maksimal tumpukan a. Jumlah distribusi barang pada periode tertentu b. Jumlah penerimaan barng (receiving goods ) c. Metode pemindahan atau penyimpanan barang a. Material rak b. Ukuran rak c. Kapasitas rak Kategori d. Ukuran gang atau jarak antar gang Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, E. Transportasi dan Material Handling Equipment Tabel Variabel Material Handling Equipment No 1 Variabel Alat transportasi yang digunakan Kategori a. Jenis transortasi b. Jumlah kendaraan c. Biaya asuransi dan pajak Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta,

9 Tabel Variabel Material Handling Equipment (lanjutan) No 2 Variabel Alat angkut yang digunakan Kategori a. Jenis alat angkut b. Jumlah alat angkut c. Metode perpindahan barang d. Ukuran atau karakteristik alat angkut Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, F. Pengemasan (Packaging) Tabel Variabel pengemasan (packaging) No Variabel Kategori 1 Karakteristik kemasan a. Bahan atau karakteristik kemasan b. Bentuk atau desain kemasan 2 Metode pengemasan Jenis mesin atau alat yang digunakan Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, G. Sumber daya Tabel Variabel sumber daya No 1 2 Variabel Material atau bahan baku dan komponen tambahan Sumber Daya Manusia Kategori a. Jenis atau karakteristik material atau bahan baku b. Jumlah material atau bahan baku c. Jenis atau karakteristik komponen tambahan d. Jumlah komponen tambahan a. Kriteria karjawan (Job specification ) b. Jumlah karyawan Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta,

10 H. Kinerja (Performance) Tabel Variabel Kinerja (Performance) No Variabel Hubungan setiap karyawan Hubungan dengan vendor Hubungan dengan konsumen Lingkungan tempat kerja a. Memberikan jaminan atau asuransi kepada karyawan b. Jam kerja c. Reward atau punishment a. Melakukan pemilihan vendor b. Karakteristik vendor a. Ketepatan waktu kirim (On time delivery ) b. Ketepatan jumlah barang yang sesuai dengan pesanan c. Tidak ada cacat barang Kategori a. Keselamatan lingkungan kerja b. Keamanan lingkungan kerja Sumber: Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi, Fak. Ekonomi UI, Jakarta, Forecasting Forecasting atau peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Peramalan umumnya digunakan untuk menentukan atau merencanakan jumlah hasil yang akan diproduksi sangat ditentukan oleh jumlah atau besarnya permintaan akan produk tersebut. Peramalan biasanya dilakukan berdasarkan jumlah permintaan dari produknya (Assauri, 1999). Peramalan permintaan barang dan jasa membutuhkan informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut. Pola permintaan terhadap suatu barang atau jasa dapat berbentuk garis trend linear sesuai dengan perkembangan waktu dan dapat berbentuk musiman atau tetap selalu konstan. Cara peramalan yang paling mudah adalah dengan cara trend and seasonality adjusted forecast, dimana cara tersebut melakukan peramalan berdasarkan trend dan musim dari permintaan konsumen. Berikut contoh tabel perhitungannya: 14

11 Periode (P) Tabel Contoh trend and seasonality adjusted forecast Demand (D) Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, Contoh perhitungan periode 4: Centred moving average (CMA) Trend (T) Seasonal variation (SV) Material Production Schedule (MPS) Master Production Schedule atau jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Adapun fungsinya adalah: 1. menjadwalkan produksi dan order pembelian untuk setiap item. 2. Memberikan input dasar dalam MRP. 3. Menjadi dasar bagi penentuan kebutuhan sumber daya mealui Roug Cut Capacity Planning (RCCP). 15

12 4. Menjadi dasar dalam membuat janji pengiriman (delivery promises) pada konsumen. Berikut contoh tabel MPS: Tabel Contoh Master Production Schedule OQ: 100 SS: 40 LT: 2 MASTER PRODUCTION SCHEDULE Period Forecast Demand On hand Available to promise MPS Planed order Past due Sumber: Langenwalter. et. al., Handbook of Material and Capacity Requirements Planning, McGraw- Keterangan: Hill, Inc., OQ SS LT Past due Forecast Demand On hand ATP MPS Planed order : Order quanity : Safety stock : Lead time : Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory) : diambil berdasarkan hasil peramalan : diambil berdasarkan hasil peramalan : On hand sebelumnya + MPS Demand : (On hand sebelumnya + MPS + SS) Demand : Jumlah bahan baku yang dipesan sesuai dengan kebutuhan pada on hand dengan kelipatan berdasarkan OQ : Rencana pemesanan barang sesuai dengan MPS dan LT 2.6. Bill of Material (BOM) Bill of material adalah daftar bahan, material, atau komponen yang dibutuhkan untuk proses produksi atau perakitan untuk membentuk suatu produk akhir (finished goods). BOM digunakan untuk perencanaan proses produksi dan menentukan item-item mana saja yang harus dibeli atau dibuat sendiri. Jika BOM digabungkan dengan MPS dapat digunakan sebagai daftar pembelian dan order produksi yang harus dilakukan. Berikut contoh tabel BOM: 16

13 Tabel Contoh Bill of Material Product BILL OF MATERIAL Part No. Description Size Qty. BOM Code 20 Spun, 24 gauge alumunium bowl 32 cms diameter Bowl interior sub - assembly Iron eye hooks - welded 3 cms Pressed alumunium compartments 120 degree mm thick 30mm wide steel strips 100 cms Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, Net Requirement Planning (NRP) Net Requirement Planning adalah rencanan kebutuhan bahan baku bersih dimana kebutuhan tersebut harus terpenuhi setelah bahan baku dikurangi stock dari Gross Requirements Schedule (GRS) dan barang yang sedang dikerjakan (Work in process). Berikut contoh Net Requirement Planning: Tabel Contoh Net Requirement Planning OQ: 20 LT: 2 WIP: 15 NET REQUIREMENTS PLANNING Period Pasr due Stock Gross Requirements Schedule Net Requiretments Schedule Work In Process Batching product Gross Requirements Schedule Sumber: Thompson et.al., Modul 11 Managing Inventory, ITC, Keterangan: OQ : Order quanity WIP : Work in process LT : Lead time Pasr due : Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory) Stock gross requirements schedule : diambil berdasarkan kebutuhan bahan baku Net requirements schedule : Net requirements schedule (past due) - Stock gross requirements schedule Work in process : Net requirements schedule barang dalam proses (WIP) Batching product : OQ sesuai dengan kebutuhan Gross requirements schedule : Jadwal penerimaan bahan baku berdasarkan LT 17

14 2.8. Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning adalah suatu teknik atau prosedur yang sangat sistematis untuk mengelola persediaan dalam suatu proses manufaktur, dimana terjadi tahapan proses yang hierarkis, yaitu bahan baku diproses menjadi komponen atau barang jadi. Tujuannya adalah merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung ketepatan dalam memesan jumlah bahan baku, waktu pesanan, jumlah pemesanan ulang, waktu pemesanan ulang, dan jadwal produksi. Berikut contoh tabel MRP: Tabel Contoh Material Requiement Planning OQ: 100 SS: 40 LT: 2 MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Period Gross Requirement Schedule receipts On hand Net Requiretments Planned order receipts Planned order released Past due Sumber: Langenwalter. et. al., Handbook of Material and Capacity Requirements Planning, McGraw- Hill, Inc., Keterangan: OQ : Order quanity SS : Safety stock LT : Lead time Past due : Persediaan yang dimiliki sebelumnya (inventory) Gross requirement : diambil berdasarkan hasil peramalan Schedule receipts : OQ On hand : On hand sebelumnya + Schedule receipts + Planned order receipts Gross requirements Net Requirement : Gross requirement + Safety stock + Schedule receipt + on hand Planed order receipts : Rencana pemesanan bahan baku sesuai dengan kebutuhan Planed order released : Diterimanya bahan baku sesuai dengan pesanan dan LT 18

15 2.9. Biaya Total Persediaan (Total Cost Inventory) Biaya total persediaan merupakan biaya yang dikeluarkan dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu usaha dan mempengaruhi dalam penetapan harga barang. Berikut variabel-variabel yang mempengaruhi biaya total persediaan (Siswanto, 1997): a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost). b. Biaya Pembelian (Purchase Cost). c. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost). d. Biaya Kekurangan Persediaan (Stock Out Cost). Berikut formulasi biaya total persediaan: Biaya Pemesanan (Ordering Cost) Biaya pesan atau ordering cost, yaitu biaya-biaya langsung yang timbul atau bisa diidentifikasi karena pengadaan (Siswanto, 1997). Berikut contoh parameter biaya pemesanan: a. Biaya telepon atau fax. b. Biaya pengeluaran surat-menyurat. c. Biaya pemeriksaan penerimaan (inspection receiving). d. Biaya pengiriman kegudang atau konsumen (transportasi). e. Biaya upah loading dan unloading. Berikut formulasi biaya total persediaan (Purnomo, 2004): Dimana: O : Biaya pesan setiap kali pemesanan (Rp) D : Permintaan/periode (unit) Q : Jumlah pemesanan optimal (unit) 19

16 2.9.2.Biaya Pembelian (Purchase Cost) Biaya pembelian atau purchase cost, yaitu biaya langsung yang berhubungan dengan harga bahan baku. Jenis biaya ini dibutuhkan pada saat penentuan parameter biaya persediaan yang berupa proporsi atau persentase antara biaya simpan per unit per periode dengan harga persediaan, purchase cost juga menjadi penentu harga (Siswanto, 1997). Berikut formulasi biaya total persediaan (Purnomo, 2004): Dimana: P : Harga beli/unit (Rp) D : Permintaan/ periode (unit) Biaya Penyimpanan (Carrying Cost atau Holding Cost) Biaya penyimpanan atau carrying cost berupa biaya langsung yang bisa diidentifikasi dengan munculnya persediaan di gudang seperti biaya asuransi, keamanan, listrik, dan perawatan. Jenis biaya ini bisa dinyatakan dalam biaya satuan persediaan per unit per periode atau dalam proporsi antara harga persediaan dengan total biaya persediaan dalam satu periode (Siswanto, 1997). Berikut contoh parameter biaya penyimpan: a. Biaya sewa gudang. b. Biaya penerangan di gudang (listrik). c. Biaya pendingin ruangan di gudang (Air Conditioner). d. Biaya perhitungan fisik (nilai barang). e. Biaya asuransi persediaan. f. Biaya pajak persediaan. g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. Berikut formulasi biaya penyimpanan (Purnomo, 2004): 2 Dimana: H : Biaya simpan/ unit (Rp) Q : Jumlah pemesanan optimal (unit) 20

17 2.9.4.Biaya Kekurangan Persediaan (Stock Out Cost) Biaya kehabisan persediaan atau stock out cost, yaitu biaya yang timbul karena persediaan tidak tersedia pada saat proses berjalan. Biaya jenis ini pada umumnya berupa opportunity cost dan bisa dipisahkan menjadi dua yaitu internal opportunity cost dan external opportunity cost (Siswanto, 1997). Berikut contoh biaya kekurangan persdiaan: a. Biaya kehilangan penjualan dan pelanggan. b. Biaya pemesanan khusus c. Selisih harga. d. Biaya kerugian akibat terganggunya operasi Model Pengendalin Persediaan Model Deterministik Model deterministik adalah persediaan yang variabelnya bisa ditetapkan sebelumnya atau diasumsikan tidak berubah-ubah. Variabel-variabel itu adalah input yang berupa kebutuhan bahan baku yang merupakan output dari proses penjadwalan dan kedatangan persediaan setelah dipesan atau lead time. Maka, barang akan datang tepat ketika persediaan habis. Berikut model-model deterministik: A. Economic Order Quantity (EOQ) EOQ model adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana jumlah yang dipesan untuk sekali pesanannya konstan. Berikut rumus yang dapat digunakan: Dimana: O H D : Biaya pesan/unit/periode (Rp) : Biaya simpan/unit/periode (Rp) : Permintaan/periode (unit)

18 B. EOQ Quantity Discount EOQ quantity discount merupakan jumlah pemesanan ekonomis yang disesuaikan dengan lot size yang dapat memberikan potongan harga beli. Model ini harus membandingkan beberapa alternatif tergantung dari besanya lot size yang akan mempengaruhi total cost yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan: Dimana: O H D : Biaya pesan/unit/periode (Rp) : Biaya simpan/unit/periode (Rp) 2.. : Permintaan/periode (unit), permintaan disesuaikan dengan harga C. EOQ With Constraints EOQ with constrain merupakan jumlah pemesanan ekonomis yang terjadi akibat adanya keterbatasan produksi barang. Berikt rumus yang dapat digunakan: Dimana: O H D : Biaya pesan/unit/periode (Rp) : Biaya simpan/unit/periode (Rp) : Permintaan/periode (unit) 2.. D : Permintaan (D) x hari kerja, hari kerja merupakan jarak hari antar periode (unit) Pr : Produksi/periode (unit) D. EOQ Back Order EOQ back order merupakan kelanjutan dari EOQ, namun jumlah barang yang akan dipesan selanjutnya berbeda karena adanya kekurang barang, sehingga harus melakukan pemesanan ulang (back order) yang ekonomis. Berikut rumus yang dapat digunakan:

19 2..!"#$%# Dimana: O : Biaya pesan/unit/periode (Rp) H : Biaya simpan/unit/periode (Rp) SOC : Stock out cost/unit/periode (Rp) D : Permintaan/periode (unit) EOQ 1 : jumlah pesanan ekonomis (unit) EOQ 2 : jumlah pesanan ekonomis yang harus dipesan kembali (unit) E. Material Requirement Planning (MRP) MRP merupakan model untuk melakukan pengendalian persediaan suatu komponen hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sesuai dengan kebutuhan jadwal produksi induknya (Master Production Schedule). MRP juga dapat mengurangi resiko keterlambatan produksi dan atau pengiriman, maupun resiko kelebihan persediaan. model pesanan yang dapat digunakan adalah Lot For Lot (LFL) dan Periode Order Quantity (POQ). F. Economic Lot Size (ELS) ELS merupakan model pemesanan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut model yang termasuk dalam ELS: Metode Lot For Lot (LFL) Metode LFL merupakan metode pemesanan yang disesuaikan dengan kebutuh, sehingga tidak ada persediaan yang disimpan. Berikut rumus yang dapat digunakan Dimana: D : Permintaan/periode (unit) D : Kebutuhan untuk memenuhi konsumen/periode (unit) 23

20 Metode Periode Order Quantity (POQ) Metode POQ merupakan model pemesanan dengan cara menentukan periode pemesanan sesuai dengan biaya pesan dan simpan yang akan dikeluarkan. Berikut rumus yang dapat digunakan: Dimana: O H D : Biaya pesan/unit/periode (Rp) : Biaya simpan/unit/periode (Rp) : Permintaan/periode (unit) Model Stokastik 2.. Model stokastik adalah model persediaan dimana permintaannya berfluktuatif. Maka, kemungkinan persediaan habis dan kapan persediaan akan datang juga probabilistik sifatnya. Berikut model-model stokastik: A. EOQ Probabilistik EOQ probabilistik adalah suatu model yang digunakan untuk menentukan jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana jumlah yang dipesan untuk setiap pesanannya berfluktuasi, sehingga terjadinya kekurangan persediaan (stock out). Karena terjadinya stock out maka dalam model ini diperlukan safety stock untuk meredam fluktuasi tersebut. Berikut rumus yang dapat digunakan: Dimana: N : Jumla kekurangan persediaan & ' ()*+, -+,.*+, -/ α : Probabilitas kemungkinan kekurangan persediaan (%) Zα : Faktor risiko (lihat dalam tabel distribusi) f Zα : Lihat dalam tabel A dan distribusi normal terlampir pada lampiran 1.. Zα : Lihat dalam tabel A dan distribusi normal terlampir pada lampiran 1. S : Standar deviasi permintaan (unit) 24

21 Dimana: O H SOC D N : Biaya pesan/unit/periode (Rp) : Biaya simpan/unit/periode (Rp) : Stock out cost/unit/periode (Rp) : Permintaan/periode (unit) 2.*.&- : Jumlah kekurangan persediaan/periode (unit) +, 1 Dimana: SS : Safety stock (unit) L : Lead time (hari/minggu/bulan) Dimana: ROP : Re-Order Point 2 1 B. Periodic Review Method (Sistem P) Metode P yaitu menganut aturan bahwa saat pesanan bersifat reguler mengikuti suatu periode yang tetap (mingguan, bulanan, tahunan) sedangkan kuantitas pesanan akan berulang-ulang. C. Continous Review Method (Sistem Q) Metode Q yaitu menganut aturan bahwa jumlah ukuran pemesanan (kuantitas pemesanan) selalu tetap untuk setiap kali pesanan, sehingga saat pemesanan yang dilakukan akan bervariasi Kodefikasi Barang Kodefikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan apabila dikehendaki suatu pengelolaan yang baik dan akurat. Kodefikasi adalah pemberian kode pada setiap barang yang disimpan di tempat penyimpanan sedemikian rupa hingga kode tersebut mempunyai 25

22 arti tertentu dan memungkinkan ditatausahakannya barang tersebut secara baik dan akurat (Djokopranoto, 2003). Berikut contoh kode barang dari NHS National Vocabuary Coding System: Contoh kode: AJF7080 A = Commodity group: provision J = Group: provision F = Sub group: instant mix 708 = Potato 25kg 0 = Check digit Analisis ABC Analisis ABC (ABC analysis) membagi persediaan yang dimiliki kedalam tiga golongan berdasarkan pada volume nilai uang tahunan. Analisis ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa terdapat sedikit hal yang penting dan banyak hal yang sepele tujuanya adalah membuat kebijakan persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yang sedikit, dan bukan banyak tetapi sepele. Tidak realistis untuk memonitor persediaan yang murah dengan intensitas yang sama dengan persediaan yang sangat mahal. Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC meliputi hal berikut: 1. Pembeliaan sumber daya yang dibelanjakan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A dibandingkan barang C. 2. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki control persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering diverifikasi. 3. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahanya dibandingkan dengan prediksi barang B dan C. Metode investasi ABC, adalah metode pengolahan inventory dengan cara mengelompokan inventory berdasarkan nilai penggunaan. Teori Pareto mengklasifikasikan barang-barang untuk analisis persediaan ABC, mengunakan kriteriakriteria umum sebagai berikut (Nasution. et. al, 2008): 26

23 Kelas A : Barang-barang dengan jumlah unit 10-20% tetapi nilai investasinya 30%-70% dari total investasi tahunan persediaan. Kelas B : Barang-barang dengan jumlah unit 20%-30% dengan nilai investasi 20%-30% dari total investasi tahunan persediaan. Kelas C : Barang-barang dengan jumlah unit 30-70% dengan nilai investasi 10%-20% dari total investasi tahunan persediaan Service level Untuk menghitung tingkat efektivitas persediaan barang, biasanya digunakan rasio layanan atau tingkat layanan sebagai tolak ukurnya. Rasio layanan menunjukan rasio atau perbandingan dari dua ukuran tertentu, dan tingkat layanan menunjukan tingkat pelayanan tertenru. Rasio layanan adalah tingkat perbandingan antara jumlah atau nilai permintaan yang dapat dipenuhi dari persediaan dan jumlah atau seluruh permintaan dari pemakai. Makin tinggi rasio layanan, berarti persediaan makin mampu memenuhi dan menunjang keperluan perusahaan, yang berarti pula semakin efektif. Rasio layanan tertinggi adalah 100%, yang berarti bahwa setip kali pemakaian memerlukan barang, selalu dapat dipenuhi dari persediaan di gudang. Rasio layanan terendah adalah 0%, yang berarti tidak satupun permintaan barang yang dapat dipenuhi dari persediaan di gudang (Djokopranoto, 2003). Berikut contoh perhitungannya: :339; BA@A9=?5 <=>73? 100% Gudang (Warehouse) Gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Dari kata gudang maka didapatkan istilah pergudangan yang merupakan suatu kegiatan yang ada di gudang mulai dari proses unloading, put away, storage, order picking, dan loading (Oktarina, 2011). 27

24 Gambar Desain pabrik dan gudang kayu Sumber: Ernest, Data Arsitek Jilid 2, Erlangga, Jakarta, Gambar Layout desain pabrik dan gudang kayu Sumber: Ernest, Data Arsitek Jilid 2, Erlangga, Jakarta, Mesin atau alat Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, mesin merupakan perkakas untuk menggerakkan, atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda-roda dan digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak yang menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Sedangkan alat merupakan sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu berupa perkakas atau perabot Penyimpanan (Storage) Storage adalah salah satu aktivitas yang ada di dalam pergudangan, dimana aktivitas storage melakukan penyimpanan barang yang disimpan sesuai dengan lokasi berdasarkan kodefikasi atau karakteristik barang itu sendiri (Oktarina, 2011). 28

25 2.17. Transportasi dan Material Handling Equipment Trasportasi adalah istilah pemindahan dari satu tempat ke temapat lain, biasanya transportasi dibantu oleh alat untuk mempermudah proses pemindahan. Alat transportasi yang digunakan bisa melalui darat (kendaraan bermotor), udara (pesawat terbang), atau laut (kapal). Material handling equipment merupakan istilah alat angkut yang digunakan untuk proses perpindahan barang dari satu titik ke titik lain yang beroperasi di lahan pabrik atau gudang. Pada UMKM, material handling yang biasa digunakan biasanya hanya berupa keranjang, trolley, atau manual menggunakan tangan manusia sebagai alat untuk memindahkan barang karena keterbatasan ruangan dan biaya. Contoh alat transportasi dan material handling terlampir pada lampiran Pengemasan (Packaging) Packaging merupakan salah satu aktivitas dalam pergudangan, dimana aktivitas tersebut melakukan pengemasan atau pengepakan pada barang jadi (finished good), untuk melindungi barang tersebut dari kecacatan (Oktarina, 2011). Bahan kemasan disesuaikan dengan bentuk dan karakteristik barang. Biasanya kemasan berbahan kaleng, botol, kertas, plastik, alumunium foil, gabus (sterofoam), dan kain Sumber Daya Sumber daya dibagi menjadi dua, yaitu sumber daya alam (material atau bahan baku) dan sumber daya manusia. Sumber daya alam merupakan kekayaan yang berasal dari alam yang tidak bisa diciptakan, dimana sumber tersebut dijadikan bahan baku untuk diolah menjadi suatu barang yang bermanfaat. Sedangkan sumber daya manusia merupakan aset yang paling dominan dalam organisasi, juga sebagai pemasok internal yang sangat berperan dalam menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang berkualitas (Nasution, 2010). 29

26 2.20. Kinerja (Performance) Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja merupakan sesuatu yang dicapai, kemampuan kerja, dan prestasi yang diperlihatkan. Sistem manajemen kinerja merupakan proses formal yang terstruktur untuk mengukur, mengevaluasi, dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan hasil kerja para karyawan yang terkait dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Sistem manajemen kinerja juga dapat membantu mengarhakan dan memotivasi para karyawan untuk memaksimalkan usaha mereka dalam mencapai tujuan organisasi Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang melakukan analisis hanya samapi taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang benar mengenai subjek yang diteliti. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan (trend) tanpa mengkaitkan dengan keadaan populasi dimana data tersebut diambil. Alasan pengambilan metode penelitian deskriptif ditujukan kearah penghematan yang dikaitkan dengan pengambilan data dilapangan yang seringkali memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya (Dharminto, 2010) Kuesioner Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis memperlajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawacara (Hartini, 2008). Penggunaan kuesioner tepat bila : 30

27 1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan. 2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusus dari sistem yang diajukan. 3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu. 4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut. Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah : 1. Pertanyaan terbuka Pertanyaan-pertanyaan terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihanpilihan respons terbuka kepada responden. Contoh : 1) Gambarkan masalah-masalah yang anda alami dengan laporan-laporan output? 2) Laporan-laporan apa saja yang telah saudara terima selama ini dan apakah laporanlaporan ini berguna atau tidak? Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar. 2. Pertanyaan tertutup Pertanyaan-pertanyaan tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. Contoh : 1) Berikut ini enam paket perangkat lunak yang saat ini tersedia di Pusat Informasi. Pilihlah paket yang paling sering anda gunakan! [ ] Excel [ ] Word for Windows [ ] Freelance [ ] WordPerfect [ ] Paradox [ ] Visible Analyst 2) Apakah semua orang boleh memasuki ruang komputer? [ ] ya [ ] tidak 31

28 3) Bagaimana pendapat anda tentang komputerisasi yang akan dilakukan ini. Lingkarilah satu dari lima jawaban yang tersedia. Sangat Kurang Sangat Tidak Penting Tidak Penting Penting Penting Penting Pertanyaan tertutup digunakan bila penganalisis sistem mampu membuat daftar semua respons yang memungkinkan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara efektif dan ketika semua respon yang diperoleh beberapa hasil yang saling eksklusif, sehingga memilih satu prosedur berarti memilih yang lainnya. Pertanyaan tertutup digunakan bila ingin mensurvei sampel beberapa orang dalam jumlah besar. Perbedaan antara menggunakan pertanyaan terbuka dengan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel Tabel Perbedaan Pertanyaan Terbuka dengan Pertanyaan Tertutup Parameter Terbuka Tertutup Kecepatan selesai Lambat Cepat Sifat mengetahui sesuatu Tinggi Rendah Keluasan dan kedalaman Tinggi Rendah Kemudahan dalam persiapan Mudah Sulit Kemudahan untuk menganalisa Sulit Mudah Sumber: Skala Kuesioner Nominal, Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh: Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan? 1 = Pengolah kata 3 = Basis Data 2 = Spread sheet 4 = Program Ordinal, Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. 32

29 Contoh: Lingkarilah salah satu nomor. Staf pendukung dari kelompok pendukung teknis bersifat: 1. Benar-benar sangat membantu 2. Sangat membantu 3. Cukup membantu 4. Tidak membantu 5. Tidak membantu sama sekali Interval, Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masingmasing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. Contoh: Seberapa bermanfaatnyakah dukungan yang diberikan oleh kelompok pendukung teknis Tidak bermanfaat Sangat Sama sekali bermanfaat Rasio, kala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan. Contoh: Kira-kira berapa lama dalam satuan jam anda menghabiskan waktu mengakses internet setiap harinya? Frekuensi Relatif Frekuensi relatif merupakan fraksi atau proporsi frekuensi yang dikemas menjadi tabel ringkasan dari sekumpulan data yang menggambarkan frekuensi setiap kelas terhadap jumlah total (Prawito, 2007). 33

30 Tabel Frekuensi relatif Pertanyaan Kategori Frekuensi relatif A B C A B C XXX G F FG F G G G YYY ZZZ Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengendalian kualitas menggunakan statistik, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi, dimana kasus produk dalam penelitian ini ada kaos. Untuk itu diperlukan uji statistik dalam melakukan penelitian ini. Statistik adalah teknik-teknik untuk mengumpulkan, menyajikan, menganalisis, dan mengimplementasikan data serta menarik kesimpulan dengan memperhitungkan variansi di dalam data (Purnomo, 2004). Keuntungan pengendalian menggunakan statistik: 1. Dapat mengetahui perbandingan antara kualitas dan biaya. 2. Menjaga kualitas lebih seragam. 3. Penyediakan bahan baku yang lebih baik. 4. Penggunaan alat produksi yang lebih efisien. 5. Mengurangi kerja ulang atau pebuangan. 6. Memperbaiki hubungan produsen-konsumen. Berikut langkah-langkah statistik deskriptif: 1. Distribusi frekuensi (data kelompok) 2. Diagram Histogram dan Poligon 3. Mean, Modus, dan Median (data kelompok) 4. Standar deviasi Distribusi Frekuensi Dalam membuat distribusi frekuensi data yan bersifat kontinyu, data dikelompokkan ke dalam kelas-kelas atau interval. Pengelompokkan data dalam kelas atau interval mempunyai batas kelas yang disebut dengan batas kelas bwah dan batas kelas atas. Prosedur untuk membaangun distribusi frekuensi adalah sebagai berikut: 34

31 1. Tentukan range antara ukuran tertinggi dan ukuran terendah, jangkauan kelas, dan lebar kelas dengan rumus sebagai berikut: Dimana N : Jumlah data 239;A I>3JI>59 K39;L3=39 LA734 13,3 16; & 1A:3 LA ;A K39;L3=39 LA Melakukan klasifikasi data ke dalam kelompok data, menandai data yang masuk dalam kelompok dan menghitung frekuensi dari observasi yang berbeda seperti pada tabel 2.9. Dimana: f fk x Tabel Distribusi frekuensi Interval limit f fk x f.x XXX YYY : Frekuensi : Frekuensi kumulatif : Nilai tengah dari interval 3. Membuat grafik histogram dan poligon untuk menunjukka fluktuasi dari frekuensi setiap kelas. Frekuensi Diagram histogram Ukuran Gambar Diagram histogram Sumber: Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta,

32 Frekuensi Diagram poligon Ukuran Gambar Diagram poligon Sumber: Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, Mean, Modus, dan Median A. Mean Mean merupakan rata-rata yang dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data dengan banyaknya data. Berikut rumus yang dapat digunakan untuk mean dari data yang disajikan dalam distribusi frekuensi: Dimana: fn Xn : frekuensi untuk nilai Xn : data ke-n IO ) J ) J ) J ) Q J Q ) ) ) ) Q B. Median Median merupakan nilai tengah dalam satu kelompok tertentu. Berikut rumus modus dari data yang disajikan dalam distibusi frekuensi: < < 1<5 4 9)L ) 36

33 Dimana: Qj : kuartil ke-j j : 1, 2, 3 i : interval kelas Lj : tepi bawah kelas Qj fk f N : frekuensi kumulatif : frekuensi kelas Qj : banyaknya data C. Modus Modus merupakan nilai yang paling tinggi dalam satu kelompok tertentu. Berikut rumus modus dari data yang disajikan dalam distibusi frekuensi: : 6 15 : : Dimana: Mo : modus L : tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi tertinggi (kelas modus) i : interval kelas b 1 b 2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval sesudahnya Standar deviasi Simpangan baku atau standar deviasi dari sekelompok data adalah ukuran penyimpangan dari tiap observasi terhadap nilai rata-rata. Dapat didefinisikn pula sebagai akar dari jumlah kuadrat penyimpangan tiap-tiap nilai pengamatan dari nilai mean dibagi dengan jumlah pengamatan (n). Simbol standar deviasi data yang tidak terkelompok dirumuskan sebagai berikut: S *I IO- *I IO- *I IO- *I Q IO- 9 *I T IO- 9 37

DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT

DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT... II KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR LAMPIRAN... XI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 1.2. PERUMUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB VI KUESIONER Jenis-jenis Informasi Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner

BAB VI KUESIONER Jenis-jenis Informasi Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner BAB VI KUESIONER 6.1. Jenis-jenis Informasi Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis memperlajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY II. 1. Persediaan II. 1. 1. Pengertian Persediaan Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur selalu berusaha untuk mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: TIPE, MANFAAT DAN BIAYA Jenis Persediaan: a. Persediaan bahan mentah. Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagangan. b. Persediaan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi memerlukan pengelolaan yang baik terhadap seluruh kegiatan atau fungsi yang kegiatannya ada dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Arti dan Peran Persediaan Persediaan sesungguhnya memiliki arti yang penting bagi perusahaan, baik yang berorintasi perdagangan, industri jasa maupun industri

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) Ester Oktavia Mumu Alumni Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan

Manajemen Persediaan Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12 MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Manajemen persediaan Kriteria persediaan o Persediaan pada perusahaan dagang Persediaan

Lebih terperinci

Bab 8 Manajemen Persediaan

Bab 8 Manajemen Persediaan Dasar Manajemen Keuangan 110 Bab 8 Manajemen Persediaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan jenis persediaan, cara menghitung tingkat perputaran persediaan, jenis

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci