BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang
|
|
- Liani Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan suatu kebenaran atau fakta yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Setiap individu, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kelak akan menuju kematian, meski tidak seorangpun tahu kapan waktu itu akan terjadi (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang berbeda dalam memandang kematian (Kastenbaum, 2000). Ada yang mengatakan kematian merupakan bagian dari kehidupan, ada juga yang mengatakan kematian merupakan bagian lain dari kehidupan, serta ada juga yang mengatakan bahwa kematian merupakan masa transisi dalam kehidupan (Watts, 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi respon individu akan kematian adalah kesehatan (Fortner & Neimer, 1994). Individu yang sehat dan individu yang sakit memiliki kecemasan yang berbeda dalam menyikapi kematian. Josua (2007) menemukan bahwa bahwa individu yang sehat baik secara fisik maupun mental memandang kematian sebagai sesuatu yang akan dihadapi oleh setiap individu namun dengan tingkat kecemasan dan ketakutan yang rendah terhadap kematian tersebut. Sedangkan, individu yang sakit baik secara mental maupun fisik menyikapi kematian dengan kecemasan dan ketakutan yang tinggi. Ketakutan akan kematian tersebut menyebabkan distress yang intens, berkurangnya kesenangan dan kepuasan akan hidup, dan mulai menutup diri dari pergaulan dengan lingkungan sekitar (Patricia, Walker & Stein, 2007). 1
2 2 Dari banyak penyakit, penyakit kronis merupakan penyebab kematian tertinggi (Carr, 2012). Menurut WHO 2011, di Indonesia pada tahun 2008 terdapat laki-laki dan wanita meninggal disebabkan oleh penyakit kronis (Departemen Kesehatan Indonesia, 2007). Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO penyakit kronis merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Penyakit kronis ini merupakan penyakit tidak menular (PTM), yang banyak disebabkan oleh diet yang buruk, pengaruh lingkungan yang tidak baik, pola hidup yang tidak sehat atau makan makanan yang tidak sehat dan mengkonsumsi minuman beralkohol, seperti penyakit kanker, jantung, dan diabetes, dan lainnya, merupakan penyebab utama kematian saat ini (Voa Indonesia, 2014). Penyakit kronis cenderung diderita oleh individu yang telah memasuki masa dewasa awal, yang memiliki kemungkinan menderita penyakit kronis dengan tingkat kematian yang tinggi, seperti jantung, kanker, stroke maupun penyakit kronis lainnya (Sarafino, 2011). Remaja dan dewasa awal yang mengalami penyakit kronis menyadari mereka akan sulit menerima kematian dalam usia yang sangat muda, merasa marah karena merasa hidup mereka akan sia-sia dan merasa tidak adil karena tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan hidup dan memperbaikinya. Lebih jauh lagi individu dewasa muda memikirkan apa yang akan terjadi setelah kematian, bagaimana dampak kematian mereka terhadap lingkungan, merasa hidup yang dia miliki tidak ada artinya karena masih banyak hal yang ingin dilakukan tapi tidak bisa diwujudkan. Dewasa tua memikirkan kematian lebih dari apa yang dipikirkan oleh dewasa muda, dewasa
3 3 tua memikirkan martabat, autonomi, seperti kehilangan kendali dalam hidup (Cicirelli, Thorson & Powell dalam Josua, 2007). Sarafino (2011) mengatakan seseorang yang mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit kronis akan menunjukkan sikap terkejut atau shock. Hal ini bisa berlangsung beberapa saat bahkan bisa berminggu-minggu jika hal yang dialami merupakan hal yang berat. Pernyataan ini juga didukung oleh Ross (2009) yang mengatakan bahwa saat dihadapkan dengan suatu penyakit kronis yang dekat dengan kematian seseorang akan terkejut dan menolak (denial) bahwa tidak mungkin hal tersebut terjadi dalam hidupnya. Hal ini seperti yang dirasakan oleh salah satu penderita penyakit kronis yang mengatakan bahwa: Tetapi ketika diriku yang mendapat vonis sakit dan ga ada obatnya, akhirnya aku mengerti dan bisa merasakan bagaimana shock dan stressnya memikirkan apa yang akan terjadi, otak jadi buntu. (DD Februari 2015, diakses pada September 2016) Livneh (2007) mengatakan seseorang yang mengetahui bahwa dia menderita penyakit kronis akan menolak keadaannya dan juga mengalami kecemasan. Dia juga menjelaskan bahwa seseorang yang menderita penyakit kronis akan mengalami depresi juga mengalami masalah adaptasi. Sejalan dengan hal tersebut Ross (2009) menjelaskan ketika pasien tidak mampu mengontrol penolakan terhadap keadaannya maka respon yang dilakukan pasien dapat berupa kemarahan (anger), individu tersebut akan marah dengan apa yang terjadi pada dirinya dan mengatakan mengapa saya. Akan sulit bagi individu dengan terminal illness menerima kenyataan bahwa kematian dekat dengan orang yang mengalami penyakit tersebut. Menerima kenyataan bahwa seseorang dihadapkan dengan penyakit kronis bukanlah hal yang mudah. Menolak penyakit yang
4 4 diderita, beradaptasi dengan obat-obatan yang selama ini tidak dikonsumsi oleh pasien juga dialami oleh salah satu penderita penyakit kronis seperti yang dinyatakan di bawah ini: Kenapa aku bisa sampai terkena penyakit ini? Harus diet makanan yang ketat,menjaga cairan yang masuk ke tubuh,gak boleh kecapekan dan banyak pantangan lainnya. Hal itulah yang kujalani selama 4 tahun ini. Setiap hari minum obat, tiap 2 minggu sekali harus merelakan tubuhku ditusuk jarum dan dipasang selang untuk cuci darah. (D Desember 2008, diakses pada September 2016) Rider, Fournier & Bensing 2004 (dalam Livneh 2009), mengatakan bahwa seseorang dengan penyakit kronis akan menjadi seseorang yang pesimis. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa seseorang dengan penyakit kronis juga mengalami ketidakberdayaan terhadap dirinya sendiri. Individu akan merasakan kekecewaaan ketika mereka dalam kondisi kronis, hal ini karena mereka tidak mampu mewujudkan tujuan ataupun mimpi yang mereka ingin capai juga akan mengalami ketakutan akan kehilangan tubuhnya sendiri (Hayship & Peveto, dalam Despelder dkk 2005). Hal ini juga dialami oleh salah satu pasien penyakit kronis sebagaimana dalam kutipan berikut ini : Sudah lama saya hidup dengan penyakit ini, semua pengobatan sudah dicoba namun tidak memberikan dampak yang baik. Saya malu dengan kondisi saya, hanya duduk di kursi roda tidak bisa melakukan apapun sendiri, saya malu keluar rumah dan bertemu dengan teman-teman. (Rest in Peace, Kalimantan 2014) Jika masih ada waktu (belum dihadapkan dengan kematian) maka pasien akan berusaha kompromi (bargaining) dengan Tuhan, membuat perjanjian bahwa jika diberi kesempatan maka pasien akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. Namun, jika harapan yang dibuat oleh pasien tidak membuahkan hasil pasien akan mulai depresi. Beberapa pasien memutuskan untuk mengakhiri hidupnya
5 5 karena seakan-akan tidak ada jalan keluar bagi masalahnya. Bagi beberapa pasien ada yang mampu bertahan lebih lama bahkan menerima kenyataan bahwa kematian telah dekat. Bagi pasien yang telah berdamai dan menerima (acceptance) kematian memandang kematian itu bukanlah akhir dari segalanya, kematian adalah tempat peristirahatan sebelum memulai perjalanan panjang (Ross, 2009). Masing-masing individu dengan penyakit kronis akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap kematian. Reaksi yang ditunjukkan oleh individu juga tergantung pada bagaimana dukungan sosial yang dia dapatkan, bagaimana tipe kepribadian yang dia miliki, penyakit kronis seperti apa yang dihadapinya saat ini, apa efek yang ditimbulkan oleh penyakit kronis tersebut, bagaimana pengetahuannya akan penyakit tersebut, apakah ada treatment yang cocok untuk menangani penyakit kronis tersebut, dan lainnya. Orang dengan sakit kronis secara teratur perlu melakukan pemeriksaan medis atau mengubah gaya hidup. Banyak kondisi kronis yang tidak hanya menyebabkan cacat, bahkan tak jarang penyakit kronis menyebabkan kematian (Sarafino, 2011). Alternatif pengobatan yang tersedia juga mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap kematian. Seiring dengan berkembangnya teknologi, alternatif pengobatan dalam bidang kesehatan pun semakin banyak ditemukan. Misalnya, untuk penyakit kanker, pengobatan dapat berupa pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, terapi kombinasi, dan sebagainya (diakses pada 14 Juli 2014, dalam Pengobatan Kanker).
6 6 Namun tidak semua penyakit kronis memiliki alternatif pengobatan yang baik. Salah satu penyakit kronis tersebut adalah Guillain Barre Syndrome (GBS). Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit yang langka. Banyak dokter yang belum pernah menemukan pasien dengan penyakit ini, mengalami kesalahan diagnosa di awal pemeriksaan. Meskipun angka kejadian sindroma yang menyerang saraf tepi ini, di dunia, terbilang masih cukup kecil, yaitu 0,6-1,9 per penduduk, namun para neurolog sering tersamarkan dengan gejala-gejala yang timbul, karena hampir sama dengan jenis kelainan saraf lainnya (Darma Imran, dalam Medicinus edisi Agustus 2012). Menurut Darma, penyakit Guillain Barre Syndrome ini merupakan penyakit yang berbahaya, hal ini dikarenakan anti bodi yang seharusnya melindungi berubah menjadi antigen bagi tubuh yang menyerang sistem saraf. Penyakit GBS berbeda dengan penyakit kronis lainnya, GBS merupakan penyakit yang langka dan sangat jarang ditemukan. Pengobatan untuk penyakit ini belum ditemukan, sedangkan penyakit kronis lainnya, seperti kanker telah ditemukan treatment untuk penanganannya, misalnya dengan melakukan kemoterapi, terapi oksigen untuk penyakit paru obstruktif kronik, dan sebagainya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2014). GBS merupakan penyakit akut peripheral neuropathy sebuah kondisi dimana terjadi degenerasi yang melibatkan sistem saraf dan meluas hingga ke bagian kepala, tubuh, dan sistem limbik (Parry & Steinberg, 2007). GBS dapat juga dijelaskan sebagai serangan sistem kekebalan tubuh terhadap selaput myelin, menyebabkan lepasnya myelin dari dinding tempat melekatnya myelin, dan
7 7 mengarah kepada short circuit, sehingga pesan elektrikal tidak dapat dikirim ke bagian otak dan bagian perifer tubuh (Parry & Steinberg, 2007). Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan penerjemahan pesan di bagian otak. Efek yang terjadi pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah melemahnya otot-otot tubuh, hal ini merupakan gejala primer dari GBS. Melemahnya otot ini terjadi dengan sangat cepat, hitungan hari hingga minggu, dan umumnya terlebih dahulu menyerang bagian kaki. Melemahnya otot tubuh mempengaruhi sistem pernapasan, bicara, dan menelan. Besar kemungkinan menyebabkan kelumpuhan total (Parry & Steinberg, 2007). Salah satu penyebab terjadinya GBS adalah infeksi virus, meskipun hingga saat ini masih menjadi pertanyaan apa sebenarnya penyebab munculnya penyakit ini (Parry & Steinberg, 2007). Berdasarkan hal tersebut dikatakan bahwa virus yang telah laten pada tubuh sewaktu-waktu akan menyerang kembali tubuh dan menyebabkan menurunnya kembali fungsi tubuh, seperti virus AIDS. Jika pasien GBS tersebut terserang virus dan virus tersebut laten pada tubuhnya maka ada kemungkinan pasien akan mengalami penurunan kembali fungsi tubuhnya (Wikipedia, diakses pada 25 November 2013). Bahkan virus tersebut mampu memunculkan penyakit lain pada pasien. Dalam kasus yang ekstrim, seorang pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) akan kehilangan seluruh pergerakan ototnya dan membuat pasien tidak mampu berkomunikasi, dan kasus ini merupakan severe cases. Kasus ini juga sering disebut dengan locked-in syndrome. Seseorang dengan kondisi seperti ini akan mengalami koma atau tidak sadar, sehingga orang-orang di sekitarnya perlu
8 8 tetap berjaga-jaga (Parry & Steinberg, 2007). GBS merupakan penyakit cronic illness yang menyebabkan rasa sakit serius pada penderita juga menyebabkan kematian. Meskipun tersedia peralatan medis (ICU, ventilator, terapi, dsb) yang dapat menunjang kesembuhan pasien, sekitar 5 % dari pasien GBS dapat mengalami kematian dan 12 % tidak dapat berjalan tanpa bantuan selama 48 minggu setelah gejala pertama muncul, 20 % pasien akan tetap hidup dengan memiliki gejala sisa (Frans Irapanusa, diakses pada 17 Oktober 2016). Penyakit GBS merupakan penyakit kronis langka yang mengakibatkan kelumpuhan pada penderita. Penyebab utama mengapa seseorang menderita penyakit ini belum diketahui secara pasti dan pengobatan yang tepat untuk pasien juga belum ditemukan. Resiko kematian pada pasien dengan penyakit ini juga tinggi seperti penyakit kronis lain. Pasien dengan penyakit GBS tidak mudah menjalani kehidupan dengan penyakit ini serta adanya kemungkinan kematian yang terjadi pada pasien. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pasien dengan penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) sebagai salah satu penyakit kronis yang langka, dapat membuat seorang yang didiagnosa penyakit ini merasa kematian dekat pada dirinya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana seseorang pasien yang menderita penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) berespon dalam setiap stase kematian berdasarkan teori Kubler Ross.
9 9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran Stage of Dying pada seorang pasien Guillain Barre Syndrome (GBS)? C. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menggambarkan Stage of Dying pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai Stage of Dying pada pasien dengan penyakit kronis (Guillain Barre Syndrome). 2. Manfaat Teoritis a. Untuk pasien GBS Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien GBS mengenai aspek-aspek psikologis yang dirasakan oleh pasien ketika dalam kondisi sakit dengan penyakit terminal illnes. Dengan demikian diharapkan pasien mampu menerima penyakitnya ataupun kondisi yang dihadapinya serta menerima kematian dirinya sendiri. Menerima kematian diri sendiri akan membantu pasien mensyukuri hidupnya dan bersukacita menjalani hidup meskipun dalam kondisi sakit.
10 10 b. Untuk keluarga dan masyarakat 1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai aspek psikologis yang dirasakan oleh pasien juga tahap-tahap kematian yang dialami oleh pasien sehingga keluarga mampu merawat dan memberikan dukungan kepada pasien, agar pasien dapat menerima baik penyakit maupun kemungkinan terjadinya kematian dan merasa dihargai serta didukung. 2. Dapat menjadi sumber informasi kepada masyarakat untuk mengetahui penyakit GBS, apa dampak secara fisik terutama psikologis yang dirasakan oleh pasien, dan bagaimana tahap-tahapan kematian yang dialami pasien. Sehingga, ketika ada anggota keluarga ataupun saudara yang mengalami penyakit ini mengetahui hal apa yang dilakukan, secara psikologis, terhadap penderita. E. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini digambarkan latar belakang masalah berupa kematian, aspek psikologis yang ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis, juga penjelasan mengenai GBS, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
11 11 BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori Stage of Dying oleh Kubler Ross, pasien, dan Guillain Barre Syndrome (GBS). BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisikan subjek penelitian, informan penelitian dan lokasi penelitian. Selain itu juga teknik pengambilan sampel yang dipergunakan dalam penelitian dan metode pengambilan data. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, setting penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran penyempurnaan penelitian berikutnya.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kubler Ross s Stage Of Dying Kubler Ross (2009) membagi respon seseorang terhadap kematian menjadi lima tahapan, yaitu: 1. Denial atau isolation Seseorang yang akan menghadap kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan
Lebih terperinciMENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY
MENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY Pendahuluan Menurut Centers of Disease Control and Prevention / CDC (2012), Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini
Lebih terperinciDisusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat
Lebih terperinciSINDROMA GUILLAINBARRE
SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciSTROKE Penuntun untuk memahami Stroke
STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data Departemen Kesehatan Depkes (2015), menyatakanbahwapenyakit kanker merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciMengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan
Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
Lebih terperinciVIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciHepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis
Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciDying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi
Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang mematikan di dunia. Kanker menjadi salah satu penyakit yang menakutkan bagi setiap orang. Setiap orang
Lebih terperinciPenyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama di negara maju maupun negara berkembang. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah serangan pada otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian pada manusia adalah penyakit kronis (dalam Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia modern di abad ke 21 ini, banyak kemajuan yang telah dicapai, baik pada bidang kedokteran, teknologi, sosial, budaya maupun ekonomi. Kemajuan-kemajuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan pola hidup sehat kita dapat melakukan segala hal sehat, tidak hanya sehat jasmani saja namun kesehatan rohani
Lebih terperinciSkizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?
Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Kanker sebetulnya bukanlah nama penyakit atau rasa sakit. Kanker merupakan sebuah nama untuk sekelompok besar bermacam-macam perasaan tidak sehat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh kurangnya atau tidak tersedianya insulin dalam tubuh. Karakteristik dari gejala klinis intoleransi glukosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal (hiperglikemia) akibat kelainan pada sekresi insulin, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologis) akibat terhambatnya aliran darah karena perdarahan ataupun sumbatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman telah merubah pola perilaku dan gaya hidup masyarakat. Perubahan pola konsumsi makanan, jarang berolah raga dan meningkatnya polusi lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu jenis penyakit yang berbahaya. Penyakit tersebut merupakan salah satu jenis penyakit paling mematikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinci2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Payudara (buah dada) adalah bagian tubuh manusia yang tidak asing lagi, terutama bagi pemiliknya. Kebanyakan orang berpikir bahwa pria tidak memiliki payudara. Faktanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merujuk pada istilah medis stroke didefinisikan sebagai gangguan saraf permanen akibat terganggunya peredaran darah ke otak, yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih.
Lebih terperinciDiabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya
Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang tidak menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Hal ini membawa perubahan terhadap gaya hidup dan meningkatnya tuntutan dalam pekerjaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Bukti dari adanya epidemi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) ditemukan pada pertengahan antara musim semi dan musim dingin di tahun 1980. Antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh dunia, Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana terbebas dari suatu penyakit. Di Indonesia mengadakan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY Disusun oleh : IKA YUSSI HERNAWATI NIM : J100 060 059 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting serta mahal nilainya. 2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi, telah membawa manusia pada suatu tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Perkembangan zaman yang semakin maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciModul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.
Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan
Lebih terperinciMEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG
MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok terus bertambah, khususnya di negaranegara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya
Lebih terperinciSelamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II
Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara
Lebih terperinci