BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kubler Ross s Stage Of Dying Kubler Ross (2009) membagi respon seseorang terhadap kematian menjadi lima tahapan, yaitu: 1. Denial atau isolation Seseorang yang akan menghadap kematian atau seseorang dengan penyakit terminal illness menolak bahwa kematian akan terjadi dalam hidupnya. Ia akan berkata kematian tidak akan terjadi dalam hidupku, hal itu tidak mungkin terjadi. Hal tersebut merupakan reaksi yang terjadi pada individu dengan penyakit yang dekat dengan kematian. Denial merupakan suatu respon kebenaran yang dinyatakan secara terus terang oleh pasien diawal terkena penyakit dan merupakan respon implisit yang menjadi kesimpulan tersendiri bagi pasien. Diakui atau tidak diakui oleh pasien, reaksi pasien menunjukkan makna yang sama, pasien akan meminta untuk melakukan pemeriksaan dan pemeriksaaan ulang, percaya dengan diagnosa awal namun mencari informasi lain berharap diagnosa tersebut salah dan di waktu yang sama tetap menjalani pengobatan. Denial dialami oleh semua pasien bukan hanya ketika diawal diagnosa namun terus dari waktu ke waktu. Denial berfungsi sebagai penyangga bagi pasien setelah mendengar berita yang mengejutkan. 12

2 13 Kebanyakan pasien tidak secara intensif merespon penyakit ataupun kematian dengan denial. Pasien dengan ringkas berbicara kenyataan mengenai kondisi mereka, dan dengan cepat mengatakan ketidakmampuan mereka menghadapi kenyataan. Penekanannya adalah denial akan tetap dialami oleh pasien baik diawal mengetahui bahwa dia terkena penyakit serius ataupun ketika mengarah ke kematian. 2. Anger Ketika pasien sulit mengontrol denial yang dialaminya maka hal tersebut akan mengarah ke kemarahan. Dengan kata lain denial biasanya mengarah kepada munculnya reaksi marah, dendam, maupun kecemburuan. Biasanya seseorang dengan terminal illness akan bertanya mengapa harus saya yang mengalaminya. Individu akan sulit untuk menahan amarahnya dan melampiaskan kepada perawat, anggota keluarga, dokter atau ahli kesehatan, bahkan Tuhan. Dimanapun pasien berada akan terdengar keluhan dari pasien tersebut. Dia akan menaikkan nada suaranya, membuat permintaan, mencari dan meminta perhatian. Pasien berharap hal tersebut akan membuat suatu pengakuan bahwa dia masih hidup dan jangan ada yang melupakan dia. Semua orang bisa mendengar suaranya dan dia belum mati. Pasien yang diberikan perhatian dan pengertian akan segera menurunkan intonasi suaranya dan meredam kemarahannya. 3. Bargaining Individu dengan terminal illness akan memikirkan bahwa kematian bisa ditunda. Ia akan mencoba bernegoisasi dengan Tuhan mencoba untuk menunda kematiannya. Seseorang akan berkata ya saya akan mati, tapi.

3 14 Jika pasien tidak dapat menerima kenyataan dan kesedihan yang dialaminya dan marah kepada Tuhan juga kepada orang disekitarnya, maka dia akan mencoba mengatakan jika Tuhan memang akan mengambil saya dari dunia ini dan Tuhan mengabaikan kemarahan saya, mungkin Tuhan mau mengabulkan permintaan saya jika saya memintanya dengan baik. Kejadian tersebut sering kita alami, misalnya ketika orang tua tidak memberikan ijin kepada anaknya untuk menginap di rumah temannya. Bisa saja anak tersebut marah, mengurung diri di kamar, tidak mau makan. Namun, kemudian anak tersebut akan berpikir jika saya membantu orang tua saya maka saya akan diberikan ijin menginap di rumah teman saya. Pasien terminal illness juga melakukan siasat yang sama seperti anak tadi. Dari pengalaman masa lalu pasien belajar bahwa akan ada penghargaan dari berperilaku baik. Bargaining mengarah kepada suatu usaha untuk menunda sesuatu terjadi, hal tersebut berkaitan dengan harga dari berperilaku baik, dan merupakan sebuah janji pasien yang implisit bahwa pasien akan berbuat kebaikan jika hal buruk ditunda terjadi dalam hidupnya. Namun, banyak pasien tidak menjaga janjinya. Mereka seperti anak kecil yang berjanji tidak akan berkelahi dengan adiknya jika orang tuanya membiarkan dia bermain, namun anak kecil tersebut tetap berkelahi dengan adiknya. Seiring berjalannya waktu pasien akan berjanji bahwa ketika ia sembuh ia akan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, mendekatkan diri kepada Tuhan dan melakukan pelayanan sosial kepada orang lain.

4 15 4. Depression Ketika pasien dengan terminal illness tidak dapat mengontrol penolakan terhadap penyakitnya, ketika kondisi fisiknya semakin memburuk dan semakin lemah, dia tidak dapat lagi tersenyum menghadapi kenyataan yang dialaminya. Pasien menjadi pasrah ataupun mati rasa, kemarahan yang dialaminya akan digantikan dengan rasa kehilangan yang besar. Seseorang akan menerima bahwa kematian itu adalah pasti. Periode ini seseorang dengan terminal illness akan terlihat bahwa dia depresi dan mempersiapkan duka cita yang akan datang. Dia akan lebih banyak berdiam diri, menolak orang-orang yang ingin mengunjunginya, menghabiskan waktu menangis dan berduka. Ada dua jenis depresi yang dialami oleh pasien, reactive depression dan preparatory depression. Depresi yang pertama, pengetahuan seseorang tidak membuat dia kesulitan dalam mengetahui penyebab mengapa dia depresi dan mengurangi rasa bersalah atau rasa malu yang tidak realis yang berhubungan dengan depresi. Kedua, depresi bukan terjadi dari hasil kejadian masa lalu namun adalah pertimbangan masa yang akan datang. Ketika seseorang sedih kita berusaha menghiburnya, mengatakan untuk tidak terlarut dalam kesedihan, melihat ke masa depan, ke jalan keluar dari permasalahan, atau suatu hal yang positif lainnya. Ketika depresi digunakan sebagai cara untuk mempersiapkan diri ke masa yang akan datang dalam arti siap kehilangan segala yang dicintai, maka dia mempersiapkan diri menerima segala konsekuensi yang akan terjadi dalam hidupnya.

5 16 Pasien yang akan kehilangan segalanya dan orang-orang yang dicintainya, jika dia mencoba mengekspresikan rasa duka yang dialaminya maka pasien tersebut akan dengan mudah menerima kematian dan dia akan bahagia dengan orang-orang yang ada bersamanya saat dia mengalami depresi tanpa harus menyuruh pasien untuk tidak sedih. 5. Acceptance Pasien yang masih memiliki banyak waktu (belum menghadap kematian) dan mendapat pertolongan perhatian dalam masa-masa sulit yang dialaminya, dia akan masuk ke masa diamana dia tidak marah ataupun depresi dengan takdir yang akan dihadapinya. Pasien akan mampu mengekspresikan perasaanya, rasa isi terhadap kehidupan dan kesehatan, kemarahannya ketika tidak sanggup menghadapi kenyataan, dan lainnya. Dia akan memiliki waktu tidur yang berkualitas dibandingkan saat dia dalam masa depresi. Acceptance bukanlah akhir dari kebahagiaan, ketika rasa sakit telah hilang maka akan datang masa menuju tempat peristirahatan terakhir sebelum melakukan perjalanan panjang. Dalam masa ini seseorang akan mengalami kedamaian hati dan menerima takdir kematian. Beberapa kasus mengatakan bahwa, banyak individu dengan terminal illness akan memutuskan untuk sendiri. Perasaan ataupun fisik yang sakit pada masa ini tidak akan menjadi suatu masalah bagi individu tersebut. Penerimaan akan kematian merupakan akhir dari pergumulan individu sebelum akhirnya mati. Pasien akan mengurangi aktivitasnya, mengurangi jadwal nonton, lebih banyak menggunakan bahasa nonverbal dan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan orang disekitarnya.

6 17 Hanya sedikit pasien yang berjuang sampai akhir, yang terus berharap bahwa harapan akan tetap ada yang membuat pasien mampu masuk ke tahap aceeptance. Banyak pasien yang mengatakan bahwa mereka tidak mampu lagi bertahan. Ketika mereka berhenti berjuang disaat itu hari juga akan berhenti bagi mereka. Semakin pasien menolak kematian maka akan semakin sulit bagi pasien untuk menerima kematian dengan damai dan hormat. B. Pasien 1. Pengertian Pasien Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring 2015), pasien merupakan seseorang yang sakit (yang dirawat dokter) ataupun penderita (sakit), yang memperoleh pelayanan kesehatan tertentu. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 menyatakan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. C. Guillain Barre Syndrome (GBS) 1. Pengertian Guillain Barre Syndrome (GBS) Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah sakit saraf peripheral akut yang terus berevolusi setiap hari hingga berminggu-minggu. Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan sebuah kondisi yang mengakibatkan terjadinya degenerasi saraf yang meluas dari ke bagian kepala hingga keseluruh tubuh (Parry & Steinberg, 2007).

7 18 Beberapa negara yang ada di Eropa, Amerika Utara, dan di negara berkembang lainnya, GBS dikenal sebagai sakit saraf demyelinating, atau yang dikenal sebagai Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP). GBS bentuk ini menyerang myelin secara langsung yang mengarah pada short circuit yang mengakibatkan pesan elektrik tidak mampu dibawa dari otak ke seluruh tubuh. Pada beberapa kasus GBS, serangan yang terjadi terbatas pada motor axon yang mengontrol aktifitas otot dan disebut dengan Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN). Ketika axon GBS mempengaruhi baik fungsi motor maupun sensori disebut dengan Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN), dan tipe ini merupakan tipe yang lebih parah dari AMAN (Parry & Steinberg, 2007). GBS juga merupakan ganguan autoimmune. Sistem imun yang diciptakan untuk berperang melawan virus maupun bakteri yang berasal dari luar tubuh. Meskipun demikian, sistem imun bisa berputar arah dan balik menyerang tubuh, yang mengakibatkan autoimmune disease. Sistem imun bertanggung jawab terhadap serangan sel darah putih yang disebut dengan limposit. Sel tersebut terlibat dalam inflammation, yang disebut dengan inflammantory cells. Pada GBS sistem imun menyerang myelin yang mengakibatkan demyelination dan inflammation. Gangguan yang mirip dengan GBS namun berbeda dalam hal cepatnya perkembangan kronis disebut dengan Chronic Inflammantory Demyelinating Polyneuropathy (CIDP) (Parry & Steinberg, 2007).

8 19 2. Efek Guillain Barre Syndrome (GBS) GBS merupakan penyakit yang langka. Pada pemeriksaaan awal, banyak dokter yang salah diagnosa karena belum pernah menangani penyakit ini. Karakteristik yang paling terlihat pertama kali dari penyakit ini adalah terjadinya pelemahan yang diawali pada bagian tungkai, kemudian masuk ke area tungkai atas dan area otak. Simtom pertama yang terjadi ketika seseorang terserang GBS adalah sensasi abnormal, biasanya seperti ditusuk jarum atau perasaan geli pada bagian kaki dan tangan (Parry & Steinberg, 2007). a) Muscle Weakness Pelemahan otot merupakan primary simtom pada GBS. Pelemahan ini terjadi dengan cepat, dari hari ke minggu, dan pada awalnya mempengaruhi tungkai. Pelemahan otot terjadi karena disebabkan oleh rusaknya saraf motor yang memiliki perjalanan dari otak ke otot dan hal ini merupakan dampak klinis yang paling terlihat pada penderita GBS. Terjadinya pelemahan otot dimulai dari tungkai secara simetris yang mempengaruhi kedua sisi tubuh meskipun perbedaan dari kedua sisi tubuh dapat dilihat. Hal ini berbeda dengan penyakit stroke, yang hanya berdampak pada salah satu sisi tubuh saja. Melemahnya otot ini mempengaruhi pernapasan, cara bicara, dan juga ketika menelan. Selain itu, otot kepala dan otot leher juga melemah yang juga berdampak pada otot wajah. Dampak melemahnya otot wajah ini membuat setengah dari pasien GBS sulit untuk tersenyum dan lebih sering menutup matanya. Pada kasus yang parah, seorang pasein GBS dapat kehilangan seluruh otot pergerakannya sehingga mengakibatkan pasien tidak bisa berkomunikasi.

9 20 b) Abnormal sensation Meskipun melemahnya otot merupakan dampak yang paling menonjol pada GBS, abnormal sensation merupakan gejala awal yang timbul yang terjadi dalam hitungan jam atau hari sebelum melemahnya otot terjadi. Abnormal sensation ini juga sering disebut dengan paresthesias. Contohnya adalah perasaan seperti ditusuk jarum ataupun perasaan geli yang biasanya terjadi pada tumit kaki, kaki dan juga jari. Hilangnya sensasi juga terjadi pada GBS, meskipun hanya sedikit yang mengalaminya. Beberapa orang dengan GBS merasa khawatir ketika mereka tidak bisa merasa ketika mereka sedang tidur di tempat tidur atau tidak bisa merasakan suhu lantai ketika mereka berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Hal tersebut akan terjadi pada pasien GBS. 3. Penyebab Guillain Barre Syndrome (GBS) GBS merupakan penyakit yang langka yang dapat menyerang siapa saja di seluruh dunia. Di Amerika Utara terdapat 1.5 sampai 2.0 kasus GBS yang terjadi untuk setiap orang pertahunnya. GBS menyerang baik pria maupun wanita dari segala usia, umumnya usia dua tahun setelah kelahiran, kemudian cenderung meningkat sepanjang kehidupan (Parry & Steinberg, 2007). GBS merupakan penyakit autoimmune yang menyerang saraf peripheral. Fungsi sistem imun adalah menjadi penjaga terhadap serangan dari luar tubuh, seperti virus dan bakteri. Pada penyakit autoimmune, sulit untuk dijelaskan, terjadi kesalahan terhadap respon, sehingga sistem imun menyerang tubuh, menyebabkan munculnya penyakit (Parry & Steinberg, 2007).

10 21 Banyak jenis infeksi yang mampu memicu terjadinya serangan GBS, umumnya adalah infeksi sistem pernapasan yang disebabkan oleh dingin atau influenza, gejalanya seperti demam, batuk, maupun nyeri tubuh. Virus juga dapat memicu terjadinya GBS, seperti Epstein Barr Virus. GBS juga berasosiasi dengan HIV, hal tersebut terjadi pada tahap awal HIV, sebelum sistem imun membahayakan dan tak lama setelah gejala awal muncul. Vaksinasi juga memicu serangan GBS, pemberian vaksin yang dilakukan di Amerika pada tahun 1976, menyebabkan meningkatnya jumlah kasus GBS dan tak ada vaksin yang secara konsisten berasosiasi dengan GBS (Parry & Steinberg, 2007). 4. Diagnosa Guillain Barre Syndrome (GBS) Diagnosa Guillain Barre Syndrome (GBS) dilakukan berdasarkan karakteristik fitur klinis yang secara akut menyebabkan melemahnya otot tubuh dan kehilangan refleks yang diikuti dengan terjadinya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas dan diare. Diagnosa yang umum digunakan adalah penelitian dan pemeriksaan electrophysiologic pada cairan cerebrospinal yang didapatkan melalui spinal tap atau cairan otak. Tes tersebut menghasilkan konfrimasi positif dengan asumsi klinis. Jika hasil tes tersebut masih diragukan maka perlu dilakukan tes dengan alat yang berbeda agar tidak terjadi kesalahan diagnosa dimana penyakit lain dianggap sebagai GBS (Parry & Steinberg, 2007). a) Electromyography (EMG) EMG bukanlah tes utama dalam mendiagnosa GBS, namun EMG merupakan alat pelengkap yang penting untuk melihat sejauh mana tingkat kerusakan aksonal. EMG ini memberikan informasi penting mengenai prognosis.

11 22 Jarum pada EMG akan dimasukkan ke tubuh bagian kaki kemudian jarum ini akan mendeteksi aktivitas otot secara elektrikal. Mesin EMG akan mengubah sinyal menjadi visual dan dapat didengar. Jarum akan disuntikkan secara perlahan ke otot tubuh yang kemudian bergerak dengan cepat sehingga dapat ditemukan beberapa area sebagai titik-titik sampel. Aktivitas listrik tidak akan terjadi bila dalam keadaan normal, pasien harus dalam keadaan santai. Ketika pasien dalam keadaan santai maka kontraksi otot akan melemah sehingga serat-serta otot menjadi aktif dan aktivitas elektrik dalam serat otot dapat direkam dan dianalisa (Parry & Steinberg, 2007). Ketika otot dalam keadaan rileks maka aktifitas elektrik yang abnormal akan menunjukkan adanya kerusakan pada otot. Aktivitas eletrik abnormal ini disebut fibrilasi. Aktivitas eletrikal abnormal ini tidak secara langsung tampak pada orang yang baru terkena GBS, itulah sebabnya mengapa orang yang didiagnosa GBS diminta untuk melakukan tes EMG untuk kedua kalinya (Parry & Steinberg, 2007). Pentingnya mempelajari GBS dengan baik akan memberi kemudahan dalam mendiagnosa dan untuk mencegah kesalahan diagnosa. Pada awal gejala mungkin terdapat saraf yang rusak parah yang dapat dideteksi melalui alat ini. Ketika seseorang didiagnosa GBS adalah baik untuk terlebih dahulu mempelajari beberapa saraf, terutama saraf normal, hal ini untuk membantu mengenali saraf yang rusak dan menemukan kelainan yang terjadi pada saraf. Menemukan satu saraf yang dianggap sebagai kerusakan akibat GBS adalah baik namun hal masih skeptic, masih banyak saraf lain yang menjadi kekhasan dalam GBS. Fitur paling

12 23 penting dalam EMG adalah adanya perubahan karakteristik saraf terus berkebang, namun hal ini tidak akan terlihat jika tes dilakukan hanya sekali pada awal GBS (Parry & Steinberg, 2007). b) Cerebrospinal Fluid (CSF) Testing Fungsi lumbal adalah teknik dimana jarum halus dimasukkan ke punggung bawah dengan anestesi lokal, dan beberapa sendok teh cairan yang menggenangi otak dan sumsum tulang belakang ditarik. Ada kekhawatiran besar mengenai prosedur ini, tetapi biasanya sederhana dan aman. Teknik ini dilakukan dengan menyisipkan jarum, singga prosedur ini tidak nyaman bagi pasien. Sekitar 25 persen orang yang menjalani prosedur ini mengalami beberapa sakit kepala setelah cairan diambil, namun untuk kasus berat hanya 5 persen (Parry & Steinberg, 2007). Kelainan karakteristik yang tampak pada CSF dalam kasus GBS adalah peningkatan konsentrasi protein diluar jumlah produksi normal, yang disebut dengan albuminocytologic, hal dijelaskan hampir 100 tahun yang lalu oleh Guillain, Barré, dan Strohl. Biasanya, CSF mengandung 15 sampai 60 miligram protein untuk setiap 100 mililiter cairan (dinyatakan sebagai mg/dl). Jumlah ini akan tinggi pada beberapa penderita GBS. Konsentrasi protein biasanya di atas 100 mg/dl dan mungkin memang sangat tinggi, kadang-kadang lebih dari mg/dl. Setelah tingkat protein di atas 150 mg/dl, CSF yang biasanya jernih, menjadi kuning samar-samar. Pada tahap awal penyakit ini kadar protein dalam tubuh masih normal tetapi hampir selalu meningkat pada akhir minggu pertama. Jika protein normal pada saat uji cairan otak pertama, mungkin perlu untuk

13 24 mengulang tes pada minggu kemudian jika diagnosis tetap diragukan (Parry & Steinberg, 2007). CSF yang normal mengandung sebuah sel darah putih, biasanya tidak lebih dari lima sel per mililiter cairan. Laporan awal dari GBS menekankan adanya kehilangan sejumlah sel, dan itu sering terjadi. Dengan kata lain, jumlah sel tidak meningkat di atas normal. Namun, peningkatan kecil jumlah limfosit dapat dilihat, terutama di awal munculnya penyakit. Kriteria diagnostik yang dikembangkan melalui National Institutes of Health memungkinkan sebanyak 50 sel/ml CSF. Kedua spinal tap mungkin akan dianjurkan jika jumlah sel limfosit dalam CSF adalah di atas 20 sel / ml (Parry & Steinberg, 2007). GBS sering dikaitkan dengan infeksi virus, yang dapat menyebabkan peradangan pada meninges yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang, yang menyebabkan sel-sel inflamasi tumpah ke CSF. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa beberapa limfosit dapat dilihat pada awal tahap GBS (Parry & Steinberg, 2007). D. Stage of Dying pada Pasien GBS (Guillain Barre Syndrome) Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit kronis yang jarang diderita oleh pasien. Penyakit ini berbeda dengan penyakit kronis lainnya. Pada beberapa penyakit kronis lain telah ditemukan pengobatan yang dapat mendukung penyembuhan si pasien, sedangkan pada penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS), belum ditemukan alternatif pengobatan yang mendukung pemulihan

14 25 pasien. Misalnya, untuk alternatif pengobatan kanker telah ditemukan, hal ini akan mengurangi ketakutan akan kematian pada pasien dengan penyakit kanker. Setiap pasien memiliki respon yang berbeda saat diperhadapkan dengan penyakit yang dekat dengan kematian. seperti yang dijelaskan oleh Kubler Ross bahwa pasien dapat merepon penyakit maupun kematian dengan lima cara atau tahapan. Pertama, denial, pasien akan terkejut jika mendengar bahwa dia terkena penyakit serius dan mematikan. Hal ini dapat membuat pasien sulit menerima kenyataan dan menolak bahwa hal tersebut akan terjadi padanya. Penolakan yang dilakukan oleh pasien dapat berdampak pada kemarahan (anger). Pasien akan bertanya-tanya mengapa dia mengalami kejadian yang tidak baik tersebut. Kemarahan yang dialami pasien bisa saja ke diri sendiri, ke orang lain maupaun ke Tuhan. Pasien juga akan mencoba bernegoisasi dengan Tuhan, jika Tuhan memberikan dia kesempatan untuk sembuh atau waktu lebih untuk hidup maka dia akan memberikan diri untuk ikut dalam pelayanan rohani maupun pelayan sosial, dan berubah menjadi lebih baik lagi. Namun dalam masa penantian bisa saja harapan pasien tidak terjadi, hal ini dapat menimbulkan depresi (depression), pasien akan bertanya mengapa sangat lama dia dalam kondisi tidak baik. Tidak banyak pasien yang berjuang untuk menerima (acceptace) takdir bahwa dalam waktu dekat dia akan meninggal, namun bagi pasien yang menerima takdir kematian dia akan lebih damai dan akan lebih siap menghadapi kematian (Ross, 2009).

15 26 PARADIGMA PENELITIAN Pasien GBS Denial Anger Bargaining Depression Acceptance Menolak keadaannya Menolak kematian akan terjadi Muncul reaksi marah,dendam,cemburu Bertanya-tanya mengapa harus saya yang mengalami Kemarahan pasien dilampiaskan kepada caregiver, keluarga, bahkantuhan Pasien berpikir kematian tidak dapat dihindari Bernegosiasi dengan Tuhan Berjanji akan berubah menjadi lebih baik ketika diberikan kesembuhan Banyak berdiam diri Menolak orang yang berkunjung Pasrah Menerima bahwa kematian itu pasti Pasien tidak marah dengan keadaannya dan sudah menerima kondisinya Menerima kematian akan datang Mampu mengekspresikan perasaannya Mengalami kedamaian hati Memiliki waktu tidur yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang

BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan suatu kebenaran atau fakta yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Setiap individu, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kelak akan menuju

Lebih terperinci

MENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY

MENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY MENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY Pendahuluan Menurut Centers of Disease Control and Prevention / CDC (2012), Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit

Lebih terperinci

SINDROMA GUILLAINBARRE

SINDROMA GUILLAINBARRE SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer Kerusakan saraf akibat diabetes disebut diabetic neuropathy. Sekitar setengah dari semua

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada orang dewasa, sakit kepala parah adalah gejala yang paling umum meningitis - terjadi di hampir 90% dari kasus meningitis bakteri, diikuti oleh kaku kuduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si, Psikolog Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi

Lebih terperinci

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan disekitarnya dan dapat bermetastatis atau menyebar keorgan lain (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi

Lebih terperinci

Bab III Sistem Kesehatan

Bab III Sistem Kesehatan Bab III Sistem Kesehatan Sistem Kesehatan Bagaimana mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik? Apabila Anda membutuhkan pelayanan rumah sakit Berjuang untuk perubahan 45 Ketika petugas kesehatan

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Kalender Doa Oktober 2017 Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Dengan adanya 56 juta aborsi di seluruh dunia, maka tak terbilang jumlah wanita yang menghadapi penderitaan, rasa bersalah, kemarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Tiri Istilah ibu tiri secara harfiyah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ibu merupakan panggilan yang takzim kepada wanita, sedangkan tiri berarti bukan darah daging

Lebih terperinci

Merawat Bayi Prematur

Merawat Bayi Prematur Merawat Bayi Prematur Kontribusi dari didinkaem Saturday, 24 February 2007 Perawatan bayi prematur ternyata tidaklah sesulit yang dibayangkan. Asal tahu langkah-langkahnya, kondisi si mungil akan semakin

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh pada manusia pada dasarnya sudah dimiliki sejak manusia dilahirkan, namun banyaknya racun, kuman, virus-virus dan bakteri yang

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) A. DEFINISI 1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

Akupunktur - pengobatan alternatif untuk sakit dan kondisi lain

Akupunktur - pengobatan alternatif untuk sakit dan kondisi lain Akupunktur - pengobatan alternatif untuk sakit dan kondisi lain Apa Akupunktur? Akupunktur merupakan praktek penyembuhan kuno obat tradisional Cina di mana jarum tipis ditempatkan pada titik-titik tertentu

Lebih terperinci

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam merupakan salah satu keluhan utama yang disampaikan para ibu saat membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan. Demam pada umumnya tidak berbahaya, namun bila

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua.

Wabah Polio. Bersama ini kami akan membagi informasi mengenai POLIO yang sangat berbahaya, yang kami harap dapat bermanfaat untuk kita semua. Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 14/V/2005 Sent: 10 Mei 2005 Wabah Polio Seiring dengan gencarnya kasus wabah Polio yang menimpa Indonesia terutama di beberapa daerah, yang

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

3 KUESIONER PENELITIAN

3 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TIPE 2 DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan peradangan pada sinovium, terutama sendi sendi kecil dan seringkali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR) PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR) A. PENGERTIAN Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk mencegah kematian. Do

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi Obat Alami Diabetes Untuk Pengobatan Komplikasi Pada Diabetesi Komplikasi Pada Kaki Penderita diabetes dapat mengalami banyak permasalahan pada

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena saluran reproduksi wanita lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. karena saluran reproduksi wanita lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setiap individu di dunia ini memerlukan kesehatan untuk dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman. Agar terhindar dari penyakit, individu sebaiknya

Lebih terperinci

Tubuhmu berbicara...dengarlah. Written by Dr. Brotosari Monday, 12 April :53 - Last Updated Friday, 23 December :43

Tubuhmu berbicara...dengarlah. Written by Dr. Brotosari Monday, 12 April :53 - Last Updated Friday, 23 December :43 Tubuh kita sebenarnya berbicara banyak, cuma masalahnya adalah, kita yang tidak mau mendengar, atau tidak mengerti, atau lebih parahnya lagi cuek banget dan bahkan memforsir diluar batas kemampuan sampai

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Death and Dying

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Death and Dying PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Death and Dying DISUSUN OLEH : STRUKTUR KELOMPOK VIII: Anggota: AMANDA UTARI ANNISA PUTRI MALTA RIVO SYAPUTRA YOHANA GEVITA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANG 2012/2013 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya 10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya Obat Alami Diabetes Serta Pencegahan Terhadap Komplikasi Diabetes Diabetes meningkatkan risiko Anda terhadap banyak masalah kesehatan serius.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Apakah IBS itu? Irritable bowel syndrome (IBS), juga dikenal sebagai "kejang usus besar," adalah gangguan umum. Sementara kebanyakan orang mengalami masalah pencernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid). Penyakit ini juga dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci