ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PENERAPAN INTERNAL CONTROL SYSTEM (ICS) PADA PERTANIAN PADI ORGANIK NETRA MIRAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PENERAPAN INTERNAL CONTROL SYSTEM (ICS) PADA PERTANIAN PADI ORGANIK NETRA MIRAWATI"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PENERAPAN INTERNAL CONTROL SYSTEM (ICS) PADA PERTANIAN PADI ORGANIK NETRA MIRAWATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2

3 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir yang berjudul : Analisis Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System (ICS) pada Pertanian Padi Organik merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Februari 2011 Netra Mirawati P

4

5 ABSTRACT NETRA MIRAWATI. Analysis of Revenue and Perception of Members of the Implementation of Internal Control System (ICS) in Organic Rice Farming. Supervised by ARIS MUNANDAR as Chairman, and SAPTA RAHARDJA as member. Assurance of organic products through organic certification system is much demanded by consumers. Internal Control System (ICS) is a consolidated management concerning the effort to certify organic products. Due to its collective mechanism, farmers are able to manage its agribusiness more profitably financially. The purpose of this study was (1) to analyze the differences in income levels of farmer groups who are certified organic and non-certified organic, (2) to get an overview of the implementation of ICS in farmers group Gapoktan Simpatik, and (3) to analyze the perceptions of group members towards the implementation of ICS either certified or non-certified organic. This research was on a case study at upperstream of Cideres and Cigunungjaga watershed in the district of Sukahening, Tasikmalaya, which is a member of Gapoktan Simpatik. The analysis was performed using the R/C ratio, homogeneity analysis of data by income level using the Kolmogorov-Smirnov, analysis of income differences between the two groups of independent farmers using the Mann-Whitney test, and biplot analysis for the analysis of perceptions of group members toward ICS implementation variables. The results showed that the R/C ratio for the certified group was 1.77, and for non-certified group The average income level of certified group was Rp19,394,800/ha/ year, while the non-certified Rp12,728,940/ha/year. The results also showed that perception toward ICS implementation of certified group was better than the non-certified. Most of the certified group respondent approached the vector of all variables, which means that they were satisfied and familiar with all the variables, while the group of respondents who were non-certified did not approach the vector. The parameters that were widely varied by respondent group responses were the certified variable (X8) of purchase, handling, processing, and export, while the most uniform response variables of the respondents were variable (X6) of organizational and ICS personnel. While the groups that were not certified provided a variety of assessment on the variables (X3) of risk management and uniform assessment on (X9) external inspection and certification. Keywords: consolidated management farmers group, organic certification system, organic farming rice participatory guarantee system

6 RINGKASAN Netra Mirawati. Analisis Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System (ICS) pada Pertanian Padi Organik. Dibawah bimbingan : ARIS MUNANDAR sebagai ketua dan SAPTA RAHARDJA sebagai anggota. Tuntutan masyarakat akan makanan sehat, menyebabkan pengembangan pertanian organik di Indonesia semakin menarik banyak produsen, termasuk petanipetani kecil. Pertanian organik pada petani kecil banyak dikembangkan pada lahan persawahan untuk memproduksi padi organik, namun perkembangan yang semakin pesat ini tidak diimbangi dengan pemberian jaminan kepada konsumen, sehingga saat ini banyak sekali beredar produk yang mengklaim sebagai organik tanpa pembuktian dari lembaga sertifikasi organik. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk tidak disertifikasi antara lain adalah biaya sertifikasi yang mahal dan harga yang tidak berbeda secara signifikan dengan produk yang tanpa sertifikasi. Saat ini, untuk mengatasi persoalan tersebut dikembangkan pola sertifikasi bagi petani-petani kecil dengan pola Internal Control System (ICS). ICS merupakan sistem penjaminan mutu yang terdokumentasi yang memperkenankan lembaga sertifikasi mendelegasikan inspeksi tahunan semua anggota kelompok secara individual kepada lembaga/unit dari operator yang disertifikasi. Lembaga sertifikasi akan melakukan evaluasi terhadap sistem pengawasan internal yang dilakukan kelompok, untuk memastikan sistem berjalan dengan baik dan efisien. Salah satu Gapoktan yang menerapkan ICS dan telah disertifikasi adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik di daerah hulu Sungai Cideres dan Sungai Cigunungjaga Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan anggota kelompok tani bersertifikat organik dan yang tidak bersertifikat organik, (2) Mendapat gambaran tentang penerapan ICS pada Gapoktan Simpatik dan (3) Menganalisis persepsi anggota terhadap penerapan ICS baik yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat organik. Penelitian ini merupakan studi kasus di 4 buah kelompok tani di Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan anggota Gapoktan Simpatik yang sudah menerapkan ICS. Keempat kelompok tersebut dibedakan menjadi dua yaitu kelompok yang bersertifikat organik dan kelompok yang belum bersertifikat organik. Uji perbedaan tingkat pendapatan dilakukan dengan uji Mann Whitney, sedangkan analisis persepsi anggota kelompok terhadap variable implementasi ICS dengan analisis biplot. Analisis persepsi anggota terhadap penerapan ICS dilakukan terhadap beberapa peubah yaitu (X1) mengelola kemutahiran dan pendistribusian panduan ICS, (X2) uraian struktur dan kegiatan kelompok, (X3) manajemen risiko, (X4) standar organik internal yang digunakan, (X5) pengawasan lahan dan prosedur persetujuan, (X6) personel organisasi dan ICS, (X7) pelatihan, (X8) pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor, (X9) inspeksi dan sertifikasi eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan bantuan kuisioner secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan dengan bantuan Microsoft Excel, SPSS dan SAS.

7 Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa kelompok tani yang bersertifikat memiliki rata-rata tingkat pendapatan sebesar Rp /hektar/tahun, sedangkan kelompok yang tidak bersertifikat yang memiliki tingkat pendapatan sebesar Rp /ha/tahun. Kedua kelompok menghasilkan nilai R/ C ratio yang lebih dari 1 yang berarti menguntungkan untuk dilaksanakan yaitu 1,77, untuk kelompok yang bersertifikat dan 1,53 untuk kelompok yang tidak bersertifikat. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan tingkat pendapatan diantara kedua kelompok. Analisis biplot terhadap persepsi anggota terhadap penerapan ICS pada kelompok bersertifikat organik menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi yang cukup baik untuk semua peubah, hanya beberapa responden dari kelompok Srilangen 2 yang memberikan nilai yang kurang memuaskan. Peubah yang paling beragam ditanggapi oleh responden adalah peubah (X8) pembelian, penanganan, pengolahan dan ekspor, sedangkan peubah yang paling seragam ditanggapi responden adalah peubah (X6) personel organisasi dan ICS. Secara umum responden Mekarjaya mempunyai persepsi yang lebih baik dari kelompok tani Srilangen 2. Analisis biplot terhadap persepsi anggota yang belum bersertifikat organik menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjauhan dari vektor yang terbentuk dari peubah yang ada yang berarti bahwa banyak dari responden merasa belum puas/belum paham terhadap peubah yang ada. Peubah yang ditanggapi paling seragam oleh responden adalah (X9) inspeksi dan sertifikasi eksternal, sedangkan peubah yang paling beragam ditanggapi responden adalah peubah (X3) manajemen risiko. Responden dari kelompok Sribangkit 2 lebih cendrung memberikan penilaian yang seragam dibandingkan responden dari kelompok Srilangen 1. Analisis biplot antara dua kelompok yang bersertifikat dan kelompok tidak bersertifikat memberi gambaran yang berbeda. Kelompok yang bersertifikat memberikan persepsi yang lebih baik dari pada kelompok yang tidak bersertifikat.

8 Hak Cipta IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau keseluruhan karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau keseluruhan atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun ataupun tanpa izin IPB

9 ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PENERAPAN INTERNAL CONTROL SYSTEM (ICS) PADA PERTANIAN PADI ORGANIK NETRA MIRAWATI Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

10 Judul Tugas Akhir : Analisis Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System (ICS) pada Pertanian Padi Organik Nama Mahasiswa : Netra Mirawati Nomor Induk : P Program studi : Industri Kecil Menengah Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Aris Munandar, MS Ketua Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah Dekan Sekolah Pasca Sarjana Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Tanggal Ujian : 24 Februari 2011 Tanggal lulus :

11 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Batusangkar, Sumatera Barat pada tanggal 25 April 1974 sebagai putri bungsu dari pasangan Alm. H. Bustaman Habib dan Hj. Rohana Cadir. Tahun 1987, penulis lulus Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sungayang, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Batusangkar dan lulus tahun Selanjutnya penulis diterima di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Batusangkar dan lulus pada tahun Gelar sarjana diterima penulis tahun 1998 dari Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 1998 tersebut penulis menikah dengan Risnil Ifantri dan di karunia 3 (tiga) orang putra putri yaitu Adhila Raysul Khalis (11 tahun), Ivana Regita Viviani (9 tahun), Naila Putri Ghania (4 tahun), dan juga diterima bekerja sebagai Pengawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pertanian. Penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan.

12 ii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis sangat menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Aris Munandar, MS, Selaku ketua Komisi pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan yang tiada henti dalam menyusun dan menyelesaikan tugas akhir. 2. Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA, selaku anggota Komisi pembimbing yang telah turut membantu dan menyumbangkan saran dan pikiran terhadap penulisan tugas akhir ini. 3. Prof. Dr. Ir. H. MH Bintoro, MAgr, selaku penguji luar atas pengarahan dan usulan perbaikan bagi kesempurnaan tugas akhir ini. 4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah turut memberi bantuan dan dukungan kepada penulis. 5. Suamiku tercinta atas dukungan, bantuan serta dorongan semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta anak-anakku yang tersayang atas pengertian, senyum dan kelucuan yang sangat memberi inspirasi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan ini. 6. Ketua Gapoktan Simpatik serta jajaran yang telah membantu memberikan ketersediaan data dan informasi serta Kepala Desa Kiarajangkung dan Sunda Kerta serta aparatnya, Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Sukahening yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi. 7. Rekan-rekan Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah angkatan 12 yang selalu kompak dan saling memberi dukungan semangat

13 iii 8. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Penulis sangat mengharapkan tulisan ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi penerapan pertanian organik di Indonesia sehingga suatu saat Indoensia dapat menjadi produsen organik yang terbesar sebagaimana yang dicita-citakan. Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Akhirnya, penulis mengharapkan tulisan ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bogor, Februari 2011 Penulis

14 iv DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... IV Daftar Tabel... VI Daftar Gambar... VII Daftar Lampiran... VIII I. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8 II. Tinjauan Pustaka Pertanian Organik Definisi Pertanian Organik Budidaya Padi Organik Analisis Pendapatan Usahatani Pengertian Usahatani Pengeluaran Usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C ratio analysis) Sistem Sertifikasi Organik Konsep Internal Control System (ICS) III. Metodelogi Penelitian Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Teknik Pengumpulan Data Metode Penarikan Sampel... 28

15 v 3.5. Metode Analisis Data IV. Hasil dan Pembahasan Keadaan Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Responden Analisis Pendapatan Usahatani Biaya usahatani Penerimaan usahatani Analisis R/C ratio Analisis perbedaan pendapatan Deskripsi penerapan Internal Control System (ICS) Analisis persepsi anggota terhadap penerapan ICS V. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran VI. Daftar Pustaka... 60

16 vi DAFTAR TABEL No Halaman 1. Luas Areal Organik Dan Status Sertifikasinya Tahun Perbedaan Sistem Budidaya Pertanian Organik Dengan Pertanian Non Organik Peubah Pengamatan Penerapan ICS Pada Kelompok Tani Skor dari Alternatif Jawaban Data Responden Berdasarkan Tingkat Usia Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Data Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Data Responden Berdasarkan Kepemilikan Lahan Rata-Rata Biaya Variabel/Hektar/Tahun Rata-Rata Biaya Tetap/Hektar/Tahun Total Biaya/Hektar/Tahun Pendapatan/Tahun Kelompok Bersertifikat Organik Dan Tidak Bersertifikat Organik Nilai R/C Ratio Kelompok Bersertifikat Organik Dan Tidak Bersertifikat Organik Hasil Uji Kenormalan Data Tingkat Pendapatan Kelompok Bersertifikat Organik Dan Tidak Bersertifikat Organik Hasil Uji Perbedaan Pendapatan Antara Kelompok Bersertifikat Organik dan Tidak Bersetifikat Organik Risiko-Risiko Penting Sistem Pertanian Padi Organik Gapoktan Simpatik... 46

17 vii DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Struktur organisasi dan pola kerja ICS pada gapoktan simpatik Kerangka Pemikiran Hasil Biplot Untuk Kelompok Tani Bersertifikat Organik Hasil Biplot Untuk Kelompok Tani Tidak Bersertifikat Organik... 54

18 viii DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Peta Kecamatan Sukahening Peta Hamparan Pertanian Desa Kiarajangkung Kecamatan Sukahening Data Pendapatan Kelompok Bersertifikat Organik Data Pendapatan Kelompok Tidak Bersertifikat Organik Data Persepsi Anggota Kelompok Bersertifikat Organik Data Persepsi Anggota Kelompok Tidak Bersertifikat Organik Kuisioner Penelitian untuk Analisis Pendapatan Usahatani Organik Bersertifikat Kuisioner Penelitian untuk Analisis Pendapatan Usahatani Belum Bersertifikat Organik Kuisioner Penelitian Untuk Analisis Persepsi Anggota Terhadap Penerapan Internal Control System (ICS)... 77

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pola makan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan seseorang. Hal ini menyebabkan masyarakat semakin selektif terhadap makanan yang akan dikonsumsinya, terutama masyarakat golongan menengah keatas yang secara ekonomi telah memiliki cukup pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga tak heran bila kebutuhan akan pangan sehat setiap tahun semakin meningkat termasuk pangan yang berasal dari pengelolaan secara organik yang dianggap sebagai makanan sehat, termasuk di dalamnya kebutuhan akan beras organik. Beras merupakan makanan pokok hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat di pedesaan. Kekurangan produksi berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Menurut BPS (2010), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.33 persen. Tingkat konsumsi beras rakyat Indonesia pada tahun 2008 mencapai 94,07 kg/kapita/tahun dengan tingkat pertumbuhan 3,14 % per tahun (Deptan, 2009). Dengan data tersebut diperkirakan bahwa produksi beras di Indonesia pada tahun 2010 setidaknya harus mencapai ton agar kebutuhan beras nasional terpenuhi. Berdasarkan hal ini, maka pengembangan padi organik di Indonesia harus diarahkan bagi peningkatan produksi sehingga kebutuhan beras masyarakat secara umum tidak terganggu. Pangan organik menurut pengertian umum masyarakat adalah pangan yang terbebas dari penggunaan bahan-bahan berbahaya terutama pupuk kimia dan pestisida. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam bidang pertanian sudah dikenal dan digunakan sejak lama, bahkan saat pemerintah giat-giatnya mengupayakan swasembada beras melalui program intensifikasi pada tahun Program ini dilakukan dengan penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida kimia sintetis, dan sistem pertanaman monokultur. Pada awalnya usaha tersebut mendatangkan hasil, namun kemudian

20 2 produktivitas menurun kembali dan malah kemudian timbul dampak yang disebabkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan. Dampak pemberian pupuk yang berlebihan tersebut antara lain adalah tanah menjadi tidak subur dan terjadi pengerasan lapisan olah, polusi air dan udara serta adanya residu pestisida pada produk hasil pertanian. Hal tersebut berakibat fatal bagi pertanian di Indonesia sehingga seringkali terjadi gagal panen (Dinarti, 2005). Sejak berkembangnya pertanian organik di Indonesia, banyak kesimpangsiuaran tentang definisi dan persyaratan organik yang sesungguhnya. Pada tahun 2002, telah dirumuskan dan ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sistem pangan organik yang tujuannya agar terdapat kesepakatan tentang pemahaman organik yang sama terutama antara produsen dan konsumen. Standar ini pada tahun 2010 telah direvisi untuk menyesuaikan dengan berbagai perkembangan organik yang ada, baik di Indonesia maupun di dunia internasional, sehingga dengan adanya standar ini diharapkan tidak akan ada yang salah mengartikan hakekat organik yang sesungguhnya. SNI sistem pangan organik di Indonesia telah mulai diterapkan pada beberapa produk pertanian. Produk yang dihasilkan sesuai standar perlu dibuktikan dengan sertifikat organik. Sertifikat dapat memberikan kepastian hukum dan keuntungan bagi kedua belah pihak baik produsen maupun konsumen. Pemerintah berperan untuk menyiapkan aturan terkait sertifikasi organik, pelabelan, lembaga sertifikasi organik dan lain-lain, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak. Pada tahun 2005 pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian telah menunjuk Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebagai Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO) melalui Keputusan Menteri No. 380/Kpts/OT.130/10/2005. OKPO ini mempunyai tugas antara lain : 1. Merumuskan kebijakan pengaturan, pengawasan dan pembinaan sistem pangan organik 2. Merancang dan menformulasikan sistem dan acuan untuk dijadikan persyaratan wajib dalam pendirian lembaga sertifikasi pangan organik 3. Melakukan verifikasi terhadap lembaga sertifikasi dan atau badan usaha yang menerapkan sistem jaminan mutu pertanian organik dalam program sertifikasi.

21 3 Sampai saat ini OKPO telah mengeluarkan beberapa panduan mulai dari cara budidaya, pengawasan sampai kepada pelabelan organik yang dapat digunakan oleh produsen dan konsumen. Harga beras organik yang berbeda sangat signifikan dengan beras bukan organik merupakan daya tarik tersendiri bagi banyak produsen. Jaminan dan kepastian bahwa produk yang dipasarkan sesuai dengan label yang dicantumkan merupakan hak konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. UU Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan UU Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan telah mengintruksikan agar pelabelan sesuai dengan yang sebenarnya sehingga konsumen tidak dirugikan. Potensi pengembangan pertanian organik di Indonesia cukup terbuka luas karena kakayaan keanekaragaman hayatinya yang unik, limpahan sinar matahari, air dan tanah yang masih luas yang dapat dimanfaatkan bagi lahan organik. Menurut Aliansi Organik Indonesia/AOI (2009), luas total pertanian organik di Indonesia pada tahun 2009 sudah mencapai ,11 ha yang tersebar di Sulawesi, Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Perkembangan ini tentunya sangat mengembirakan karena pemerintah melalui program Go Organik 2010 berkeinginan untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia tahun Pangan organik yang dihasilkan Indonesia sebagian besar masih untuk konsumsi dalam negeri, hanya sebagian kecil yang diekspor. Produk organik untuk tujuan ekspor harus memiliki sertifikat organik yang dipersyaratkan oleh pembeli. Itu sebabnya, produk-produk yang berorientasi ekspor, sertifikasi organiknya dilakukan oleh lembaga sertifikasi internasional yang berbasis di negara tujuan ekspor (Sulaeman, 2009). Di pasar dalam negeri sendiripun, banyak pihak yang meragukan keorganikan suatu produk, karena banyak yang belum bersertifikat organik. Sertifikasi merupakan hal yang sangat diperlukan untuk meningkatkan potensi pasar dan kepercayaan konsumen. Berdasarkan data yang ada tentang luasan lahan organik yang telah disertifikasi dan yang belum disertifikasi maupun dalam tahap sertifikasi adalah seperti ditampilkan dalam Tabel 1.

22 4 Tabel 1. Luas Areal Organik dan Status Sertifikasinya Tahun 2009 Jenis Pertanian Organik Luas (ha) Bersertifikat Dalam Proses Sertifikasi (Konversi) Penjaminan Sertifikasi oleh AOI Tanpa Sertifikasi Total Sumber : AOI, 2009 Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa jumlah lahan yang telah disertifikasi baru mencapai 42 %, sehingga tak heran bila banyak produk yang beredar adalah produk yang tanpa sertifikat organik. Sertifikasi sebenarnya bukanlah merupakan hal yang sulit dilakukan asalkan produsen benar-benar telah menerapkan sistem pangan organik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Keengganan produsen untuk sertifikasi organik antara lain disebabkan mahalnya biaya sertifikasi, rumitnya prosedur dan sistem dokumentasi. Disamping itu, produsen menganggap hanya dengan klaim/pernyataan organik dari produsen dan tanpa sertifikat organik, produk yang dihasilkan tetap dapat dijual dan diterima oleh konsumen (Sulaeman, 2009). Sertifikasi beras organik di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan mengacu kepada penerapan sistem jaminan mutu organik berdasarkan persyaratan yang tertuang dalam SNI 6729 : 2010 Sistem pangan organik. LSO yang ada di Indonesia kurang dikenal secara internasional, karena keterbatasan kerjasama saling pengakuan dengan negara lain. Hal ini juga menyebabkan produk Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri, terkadang harus disertifikasi oleh lembaga sertifikasi asing yang kredibilitasnya sudah banyak diakui terutama oleh negara tujuan ekspor. Lembaga sertifikasi yang dipilih oleh produsen wajib untuk diakui di negara tempat produk tersebut akan dipasarkan. Lembaga sertifikasi nasional pada umumnya akan mengenakan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan berbagai lembaga sertifikasi internasional, tetapi mereka kurang dikenal di beberapa negara asing (Pascal, 2007).

23 5 Jumlah Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) sudah cukup banyak di Indonesia. Menurut data Direktorat Mutu dan Standardisasi (2009) LSO nasional yang telah diakreditasi KAN ada 7 buah yaitu :Sucofindo (Jakarta), Mutu Agung Lestari (Depok), INOFICE (Bogor), BPTPH Sumatera Barat, LeSOS (Mojokerto), BIOCert Indonesia (Bogor), PT. Persada (Yogyakarta), sedangkan lembaga sertifikasi asing ada IMO (Intitute for Marketocologi), Control Union, NASAA, Naturland, GOCA, Ecocert dan ACO. Keberadaan lembaga sertifikasi organik diharapkan dapat mendorong produsen untuk disertifikasi, namun kenyataan di lapangan masih banyak produsen organik yang enggan untuk disertifikasi. International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) telah mengembangkan cara sertifikasi berkelompok melalui penerapan Internal Control System (ICS) untuk mengatasi persoalan biaya sertifikasi. Sistem ini dikembangkan untuk tujuan memperkuat gerakan pertanian organik di negara berkembang (Lechleitner dan Eisenlohr, 2004). Gapoktan Simpatik yang berada di Kabupaten Tasikmalaya adalah Gapoktan yang telah menerapkan ICS yang berhasil disertifikasi oleh Institute for Merketecologi (IMO). Gapoktan ini juga telah berhasil melakukan ekspor beras organik ke Uni Eropa dan Amerika Serikat. Persoalan utamanya, sertifikasi ICS pada Gapoktan ini dikuasai oleh traider sehingga posisi tawar Gapoktan kurang kuat sehingga perlu dikaji apakah ada perubahan tingkat pendapatan antara yang telah mendapat sertifikat dan yang belum memiliki sertifikat. Gapoktan Simpatik adalah gabungan dari 28 kelompok tani dengan total jumlah petani dan 288 wanita tani sehingga berjumlah orang dengan luasan lahan 329,33 Ha. Pertanian organik dalam Gapoktan ini dimulai dari mengembangkan pertanian organik dengan System Rice of Intensification (SRI) dan terus meningkatkan pemahaman organik. Sejak tahun 2006 kelompok tani tersebut bergabung membentuk Gapoktan Simpatik yang merupakan singkatan dari Gabungan Kelompok Tani Sistem Pertanian Organik. Gapoktan ini dalam menerapkan ICS mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari Unit ICS, Tim Teknis, Bagian Pemasaran dan Komisi Persetujuan. Unit ICS merupakan perwakilan kelompok yang dibina secara khusus untuk dapat menjadi inspektur internal yang akan melakukan pengawasan terhadap kelompok tertentu. Inspektur internal ini tidak boleh melakukan pengawasan terhadap

24 6 kelompoknya sendiri. Hasil penilaian inspektur internal ini akan disampaikan kepada komisi persetujuan untuk diputuskan status organiknya. Stuktur Gapoktan memiliki tim teknis yang dapat dibantu oleh mantri tani dan dinas terkait untuk melakukan pembinaan kepada kelompok tani, dan juga bagian pemasaran yang akan mengatur sistem pembelian dan pemasaran produk. Hasil kerja semua bagian Gapoktan ini terutama hasil penilaian yang dilakukan inspektur internal dan keputusan yang diambil komisi persetujuan akan dinilai oleh inspektur internal dari lembaga sertifikasi organik. Inspektur internal akan melakukan sampling terhadap kelompok yang telah dinilai oleh inspektur internal, untuk selanjutnya diputuskan status sertifikasinya. Uraian stuktur struktur organisasi dan pola kerja ICS dapat terlihat seperti pada Gambar 1. Pembina : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Gapoktan Simpatik : Ketua : Sekretarias I Sekretarias II Bendahara Unit ICS Tim Teknis Pemasaran Kelompok tani Inspektor internal Mantri tani Komisi Persetujuan Inspektur eksternal Gambar 1. Struktur Organisasi dan Pola Kerja ICS pada Gapoktan Simpatik (Sumber : data primer diolah, 2011)

25 7 Tujuan pembentukan Gapoktan ini antara lain adalah peningkatan pemasaran beras organik dengan memberikan jaminan mutu terhadap produk beras organik yang dihasilkannya dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani anggotanya sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat tani. Penerapan Internal Control System (ICS) pada Gapoktan ini dimulai sejak tahun Penerapan ICS ini melalui beberapa tahap mulai dari penyusunan dokumen, pelatihan dan pemahaman kepada semua anggota kelompok. Berdasarkan hasil penilaian IMO, dari 28 jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Simpatik, 11 kelompok tani telah mendapat sertifikat organik, 3 kelompok tani dalam tahap konversi, dan 14 kelompok tani masih belum mendapat sertifikat karena dinilai belum sesuai dengan persyaratan yang tertuang dalam dokumen ICS. Ketidakberhasilan semua anggota Gapoktan perlu dievaluasi, apakah ada perbedaan persepsi antara kelompok yang bersertifikat dengan kelompok yang tidak bersertifikat terhadap persyaratan yang tertuang dalam pedoman ICS. Hal ini penting sebagai evaluasi bagi Gapoktan selanjutnya untuk dapat mensukseskan semua anggotanya mendapat sertifikat organik Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sistem pertanian organik pada kelompok tani anggota Gapoktan Simpatik? 2. Bagaimanakah tingkat pendapatan petani yang bersertifikat organik dengan yang tidak bersertifikat? 3. Bagaimanakah penerapan Internal Control System (ICS) pada kelompok tani anggota Gapoktan Simpatik? 4. Bagaimana persepsi anggota terhadap penerapan Internal Control System (ICS) khususnya kelompok yang sudah bersertifikat dan yang belum bersertifikat? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan anggota kelompok tani bersertifikat organik dan yang tidak bersertifikat organik

26 8 2. Mendapat gambaran tentang penerapan ICS pada Gapoktan Simpatik 3. Menganalisis persepsi anggota terhadap penerapan ICS baik yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat organik Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain adalah : 1. Sumber informasi bagi gapoktan dan kelompok tani untuk perbaikan penerapan ICS pada anggotanya. 2. Sumber informasi bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang tepat terkait dengan pengembangan padi organik di Indonesia. 3. Sumber informasi bagi pemerintah dalam pengembangan ICS pada Gapoktan.

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik Definisi Pertanian Organik Definisi pertanian organik yang dikenal pada saat ini dikeluarkan oleh IFOAM dan Departemen Pertanian Amerika Serikat. Menurut IFOAM (FAO, 1998) dalam Dinarti, 2005, tujuan dan prinsip dari pertanian organik serta prosesnya berdasarkan sejumlah prinsip penting dan ide-ide, yaitu : a) Memproduksi makanan dengan gizi berkualitas tinggi; b) Mengedepankan siklus biologis di dalam sistem pertanian, meliputi mikro organisme, flora dan fauna tanah, ternak dan tanaman; c) Menginteraksikan suatu kehidupan yang konstruktif dengan sistem dan siklus yang alami; d) Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang; e) Memproduksi dan menggunakan air yang sehat dan menjaga air, sumber air dan kehidupannya; f) Membantu konservasi tanah dan air; g) Menggunakan sejauh mungkin, sumber daya lokal yang dapat diperbaharui yang dikelola dalam sistem pertanian bekerja sejauh yang bisa dilakukan, dalam sistem tertutup yang menyediakan bahan organik dan unsur hara bagi tanaman; h) Bekerja yang mungkin menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang yang berasal dari dalam maupun luar sistem pertanian; i) Meminimalkan semua bentuk polutan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian yang dilakukan; j) Mempertahankan keragaman genetik di dalam sistem pertanian dan di sekitarnya, termasuk melindungi tanaman dan habitat liarnya; k) Memberikan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja memperhatikan pengaruh sosial dan ekologis dari sistem yang diterapkan; l) Menghasilkan produk non-pangan dari bahan-bahan yang dapat di daur ulang yang sepenuhnya dapat dihancurkan secara alami;

28 10 m) Memperkuat fungsi asosiasi pertanian organik; n) Memajukan keseluruhan rantai pertanian yang bertanggung jawab secara sosial maupun ekologis. Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1980 juga mengeluarkan definisi tentang pertanian organik sebagai suatu sistem produksi yang menghindarkan atau sebagian besar tidak menggunakan pupuk sintetis, pestisida, hormon tumbuh, pakan ternak tanpa zat additive. Menurut BSN (2010), sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem Budidaya Padi Organik Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional (non organik). Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar (Andoko, 2010). Menurut PPHP Deptan (2005) beberapa berbedaan antara budidaya pertanian organik dan non organik adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan dalam budidaya padi secara organik : 1) Pemilihan verietas Tidak semua varietas padi cocok digunakan unuk budidaya organik. Benih nonhibrida lebih cocok digunakan untuk tanaman organik karena dapat mempertahankan keanekaragaman hayati dan secara teknis memungkinkan untuk ditanam secara organik karena dapat berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Benih hibrida biasanya dipakai untuk budidaya non organik karena sangat tergantung kepada penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

29 11 Tabel 2. Perbedaan Sistem Budidaya Pertanian Organik dengan Pertanian Non Organik Proses Pertanian non organik Pertanian organik Persiapan benih Berasal dari rekayasa genetika Berasal dari pertumbuhan yang alami Pengolahan tanah Maksimalisasi pengolahan tanah melalui mekanisasi pertanian yang berakibat pemadatan tanah dan matinya beberapa organisme Minimalisasi pengolahan dan mekanisasi pertanian yang memacu pertumbuhan organisme dan menjaga aerasi tanah Persiapan bibit Bibit diperlakukan dengan bahan Bibit diperlakukan dengan Penanaman Pengairan Pemupukan dan pengendalian hama serta gulma Panen dan Pasca Panen PPHP, (2005) kimia sintesis Monokultur, rotasi tanaman hanya dari satu jenis tanaman dan tidak ada kombinasi tanaman Dapat menggunakan air dari mana saja Dominasi penggunaan pupuk kimia dan pestisida Produk mengandung residu bahan kimia dan menggunakan bahan kimia sintesis alami Multikutur, rotasi bertahap, kombinasi tanaman dalam satu luasan lahan. Penanaman habitat predator dan pengendalian hama. Tanaman pupuk hijau, pestisida hayati dan obat-obat alami Menggunakan air yang bebas bahan kimia sistetis Penggunaan pupuk organik, pengendalian hama berdasarkan keseimbangan hayati Tidak diperlakukan bahan kimia dan sehat untuk konsumen 2) Pembenihan Beberapa hal yang dilakukan pada tahap pembenihan yaitu: (a) seleksi benih yang diperlukan agar hasil panen dapat maksimal. Ciri-ciri benih yang bermutu adalah jenisnya murni, bernas, kering, sehat bebas dari penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki serta memiliki daya kecambah yang tinggi mencapai 90%; (b) kebutuhan benih, menurut Purwono dan Purnawati (2009) kebutuhan benih untuk padi sawah berkisar antara kg/hektar; (c) penyiapan tempat pembenihan, bagian sawah yang akan digunakan untuk perbenihan dicangkul sedalam kira-kira 30 cm dan selanjutnya dihaluskan sampai lumer,

30 12 dipinggir tempat perbenihan dibuat parit yang dapat digunakan untuk mengeluarkan kelebihan air, sebaiknya lahan yang akan digunakan diberi pupuk kandang agar tanah menjadi subur dan benih dapat tumbuh dengan subur; (d) mengecambahkan benih, benih yang telah diseleksi direndam dalam air bersih selama 1-2 hari, tujuannya agar memudahkan proses perkecambahan dan sekaligus dapat memisahkan benih yang bagus dengan yang jelek, benih yang bagus akan tenggelam dalam air, sedangkan yang kurang bagus biasanya akan mengapung, selanjutnya benih yang terpilih di hamparkan di atas lantai dan ditutup dengan karung goni basah atau dapat juga dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat; (e) menyebarkan benih, benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan persemaian, usahakan benih tersebar secara merata dan tidak tumpang tindih serta tidak terbenam dalam tanah karena akan dapat menyebarkan terinfeksi patogen. 3) Penyiapan lahan Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu dan perataan. Sebelum pengolahan tanah, lahan harus direndam air selama lebih kurang 7 (tujuh) hari. Menurut Purwono dan Purnawati (2009) kedalaman lapisan olah berkisar cm, namun menurut Andoko (2010) untuk tanaman padi organik, kedalaman lapisan olah yang terbaik adalah mencapai 30 cm. 4) Penanaman Menurut Andoko (2010), syarat benih yang baik untuk dipindahkan ke lahan penanaman adalah tinggi sekitar 25 cm, memiliki 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama penyakit serta jenisnya seragam. Jarak tanam yang umum digunakan petani di Indonesia adalah 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm. Jumlah bibit yang ditanam berkisar 3 4 batang perlubang. 5) Penyulaman Penyulaman adalah penggantian tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati dengan yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam.

31 13 6) Pengolahan tanah ringan Tujuan pengolahan tanah ringan adalah agar terjadi pertukaran udara yaitu oksigen masuk ke dalam tanah dan gas-gas yang terbentuk dalam keadaan anerobik di dalam tanah dapat menguap. Pengolahan tanah ringan dilakukan sekitar 20 hari setelah tanam. Alat yang digunakan adalah sorok yaitu semacam garpu kayu bergerigi paku yang sudah ditumpulkan selebar kira-kira 15 cm dan bertangkai. Ujung sorok diarahkan ke tanah sekitar tanaman dengan gerakan maju mundur sambil sedikit ditekan. 7) Penyiangan Penyiangan dimaksudkan untuk membuang tanaman liar yang tumbuh disekitar tanaman padi agar keberadaannya tidak menyaingi tanaman padi. Dalam pertanian non organik, biasanya tanaman liar diatasi dengan penggunaan herbisida kimia, namun untuk pertanian organik, dilakukan dengan penyiangan yaitu dengan cara pencabutan tanaman liar tersebut. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman berumur empat minggu, kedua umur 35 hari dan ketiga umur 55 hari. 8) Pemasukan dan pengeluaran air Penggenangan sawah dilakukan sejak awal pertumbuhan, pembentukan anakan, masa bunting dan pembungaan. Pengeringan sawah dilakukan ketika menjelang bunting dan masa pemasakan biji. 9) Pemupukan Perbedaan padi organik dan non organik terletak pada penggunaan pupuk. Tanaman organik menggunakan pupuk organik sedangkan tanaman padi non organik menggunakan pupuk kimia. Pertanian non organik cenderung menggunakan pupuk kimia yang meningkat dari tahun ketahun, berbeda dengan pertanian organik yang penggunaan pupuknya cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada pengolahan tanah pertama biasanya yang digunakan pupuk organik baik untuk pertanian organik maupun non organik. Pada tanaman organik, pupuk dasar yang digunakan dapat berasal dari pupuk kandang dengan dosis 5 ton/ha. Pupuk kandang dapat diganti dengan pupuk fermentasi atau bokashi dengan dosis 1,5 2 ton/ha. Pemupukan pertama jika dengan pupuk kandang sebanyak 1 ton/ha jika dengan kompos fermentasi sebanyak

32 14 0,5 ton/ha. Pada tanaman organik pemupukan kedua dan ketiga menggunakan pupuk organik cair. Dosis pemupukan disesuaikan dengan keadaan tanaman. 10) Pemberantasan hama dan penyakit Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman organik dilakukan secara terpadu antara teknik budidaya, biologis, fisik (perangkap atau umpan) dan pestisida organik. 11) Panen Waktu panen ditentukan oleh jenis verietas yang ditanam, karena setiap verietas memiliki umur panen yang berbeda. Panen yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah sehingga mudah hancur saat digiling. Sebaliknya, panen yang terlambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir gabah yang sudah dimakan burung atau tikus. Padi dikatakan siap panen bila butir gabah yang menguning sudah mencapai sekitar 80% Analisis Pendapatan Usahatani Pengertian Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007). Soekartawi (2002) dalam Rahim dan Hastuti, (2007) disebutkan bahwa usahatani bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasasi) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output). Menurut Rifai dalam Hernanto, (1988), usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (terorganisasi) dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Berdasarkan pengertian di atas, suatu usahatani dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Adanya lahan dalam luasan dan produk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi sebagai tempat diselenggarakannya usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan

33 15 ternak dan tempat keluarga tani bermukim; (b) Adanya bangunan yang berupa rumah petani, gudang, kandang, lantai jemur, dan lain- lain; (c) Adanya alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, penyemprot, traktor, pompa air dan lain- lain; (d) Adanya pencurahan kerja untuk mengolah tanah, menanam, memelihara dan lainlain; (e) Adanya kegiatan petani yang menetapkan rencana usahataninya, mengawasi jalanya usahatani dan menikmati hasil usahataninya. Menurut Rahim dan Hastuti, (2007), usahatani dapat diklasifikasikan menurut cara mengusahakannya, sifat dan corak, pola serta tipe usahatani. Berdasarkan cara mengusahakan usahatani dibedakan atas usahatani perorangan, usahatani kolektif dan usahatani kooperatif. Usahatani perorangan dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan, sehingga orang tersebut bebas mengembangkan kreasinya dalam menentukan pupuk, bibit, pestisida dan sebagainya. Usahatani kolektif dilakukan secara bersama-sama atau kelompok dan faktor produksi seluruhnya dikuasai kelompok sehingga hasilnya dibagi oleh anggota kelompok tersebut. Usahatani kooperatif merupakan usahatani yang dikelola secara kelompok dan tidak seluruh faktor produksi dikuasai kelompok, hanya kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Berdasarkan sifat dan corak usahatani dibedakan atas usahatani subsisten dan komersial. Subsisten berarti bahwa hasil panen digunakan untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya tanpa melalui peredaran uang. Dalam kenyataan, subsisten murni tidak ada, sehingga hasil panen yang lebih 70% untuk kebutuhan sendiri dapat dimasukkan dalam kagetori ini. Komersial merupakan usahatani yang keseluruhan hasilnya dijual ke pasar atau melalui perantara ataupun langsung ke konsumen. Berdasarkan pola usahatani dapat dibedakan atas 3 (tiga) macam pola usahatani yaitu khusus, tidak khusus dan campuran. Usahatani khusus merupakan usahatani yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani. Usahatani tidak khusus merupakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih usahatani, namun dengan batasan yang masih tegas. Usahatani campuran merupakan usahatani yang mengusahakan dua atau lebih cabang usahatani yang batasnya tidak tegas. Berdasarkan tipe usahatani, didasarkan jenis tanaman yang akan ditanam misalnya usahatani tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura (buah dan sayuran), usahatani perkebunan dan lain sebagainya.

34 Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani sama dengan biaya usahatani yang merupakan pengorbanan yang dilakukan produsen (petani) untuk mengelola usahanya guna mendapatkan hasil yang maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007). Menurut Soekartawi (1986) dalam Purba, (2005) menyatakan bahwa pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Biaya usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, contohnya pajak, sewa tanah, alat pertanian, bunga pinjaman dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (saprodi). Penentuan biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) tergantung pada sifat dan waktu pengambilan keputusan tersebut. Misalnya sewa lahan adalah biaya variabel dalam kaitannya dengan keputusan petani untuk menyewa tambahan lahan, tetapi lahan yang sudah disewa dan digunakan adalah biaya tetap. Cara menghitung biaya tetap (fixed cost) adalah sebagai berikut : FC = n i=1 Xi Pxi Keterangan : FC = Fixed cost X i = Banyaknya input ke-i Px i = Harga dari variabel xi (input) Biaya total atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya tidak tetap atau variabel cost (VC). Rumusnya adalah sebagai berikut : TC = FC + VC Keterangan : TC = Total cost FC = Fixed cost VC =Variabel cost

35 17 Menurut Soekartawi dalam Rahim dan Hastuti, (2007), analisis usahatani dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis finansial (financial analysis) dan analisis ekonomi (economics analysis). Analisis finansial menggunakan data riil yang sebenarnya dikeluarkan, sedangkan dalam analisis ekonomi data yang digunakan berdasarkan harga bayangan. Harga bayangan (shadow prices) adalah harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya maupun hasil Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antar produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dikatakan dalam rumus sebagai berikut : TR = Y x Py Keterangan : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Menurut Soekartawi (2002) dalam Purba (2005) menyebutkan bahwa penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Menurut Soekartawi (2002) dalam Rahim dan Hastuti (2007), untuk menghitung penerimaan usahatani beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : a) Perhitungan produksi pertanian harus hati-hati karena tidak semua produksi pertanian dipanen secara serentak. Untuk tanaman padi hal ini tidak berlaku karena biasanya padi dipanen secara serentak. b) Penerimaan petani juga harus dihitung dengan baik karena mungkin hasil produksi tidak dijual sekaligus dengan harga yang berbeda-beda. Analisis ini akan didasarkan harga rata-rata yang berlaku pada tahun penelitian dilakukan c) Petani yang digunakan sebagai responden harus diwawancara dengan teknis yang baik untuk membantu mengingat kembali produksi dan hasil penjualan. Pemilihan waktu dalam setahun terakhir biasanya sering dipakai oleh para peneliti untuk memudahkan perhitungan.

36 Pendapatan Usahatani Pemenuhan kebutuhan hidup rumahtangga usahatani dicukupi dari pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong (1973) dalam Purba (2005) menyatakan bahwa pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor- faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi saja tetapi dapat juga diperoleh dari hasil menyewakan atau menjual unsurunsur produksi, misalnya menjual kelebihan alat-alat produksi, menyewakan lahan dan lain sebagainya. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007) : Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total revenue (total penerimaan) TC = Total cost (total biaya) Pd = TR TC Pendapatan usahatani yang diharapkan adalah yang memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula. Pengukuran keberhasilan usahatani biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani dapat memberi gambaran keadaan aktual usahatani sehingga dapat dievaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Analisis pendapatan usahatani diperlukan sebagai informasi untuk mengetahui keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio Analysis) Menurut Soeharjo dan Patong (1973) dalam Purba (2005), pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Suatu usahatani dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Kriteria kelayakan usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Rahim dan Hastuti, (2007)

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Banyak penelitian yang mengemukakan bahwa pola makan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik Definisi Pertanian Organik

TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik Definisi Pertanian Organik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik 2.1.1. Definisi Pertanian Organik Definisi pertanian organik yang dikenal pada saat ini dikeluarkan oleh IFOAM dan Departemen Pertanian Amerika Serikat. Menurut

Lebih terperinci

Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System pada Pertanian Padi Organik

Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System pada Pertanian Padi Organik Manajemen IKM, Februari 2014 (22-37) Vol. 9 No. 1 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Pendapatan dan Persepsi Anggota terhadap Penerapan Internal Control System pada Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran bahwa penerapan Internal Control System (ICS) pada Gapoktan Simpatik memerlukan evaluasi sebagai informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Organik Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah subtropis. Padi merupakan salah satu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pertanian Organik Revolusi hijau di Indonesia yang dikenal dengan swasembada pangan ternyata memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian dalam arti luas meliputi pembangunan di sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

Lebih terperinci

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT ISSN -4-8837 ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH PENGGUNA BENIH BERSERTIFIKAT DAN BENIH NON SERTIFIKAT DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARMA JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA Comparation Analysis Of Paddy

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI PADI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa Center for Agrifood Policy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan LAMPIRAN 9 Lampiran. Pengukuran variabel penelitian Tabel. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan a. Varietas lokal

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok

Lebih terperinci

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2. Vol. 2, 2 Oktober-Desember. 1, Juli - September 2014 2014 ISSN: 2338-4603 Penerapan Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Skripsi S1, Oleh: Afridha Rahman, Pembimbing: Dr.Ir. Nofialdi, M.Si dan Rina Sari,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan muncul akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan pengaruh kandungan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi

Lebih terperinci

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 1-7 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) Surel: untari_83@yahoo.com

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. No.81, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI (Studi Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan) WANDA ARUAN, ISKANDARINI, MOZART Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara luas Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), negara agraris adalah negara dengan sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci