BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
|
|
- Devi Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 161 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut : 1) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar ditingkat perguruan tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep Fisika Dasar dan keterampilan generik sains mahasiwa memiliki ciri karakteristik sebagai berikut: Terdiri atas 8 judul praktikum terkait konten Fisika Dasar, yaitu praktikum Hukum II Newton, praktikum gerak jatuh bebas, praktikum hukum Hooke, praktikum rangkaian pegas, praktikum osilasi bandul sederhana, praktikum osilasi pegas, praktikum gaya gesekan dan praktikum hukum Archimides. MPK didesain dengan menggunakan pendekatan CTL dengan ciri-ciri khusus: ada pengaitan antara materi ajar yang dipraktikumkan dengan konteks kehidupan nyata mahasiswa; menggunakan landasar teori belajar konstruktivist, teori belajar experiential dan teori ZPD (kolaboratif); menggunakan metode inquiry laboratory yang bersifat penyelidikan dan berorientasi pada penemuan; prosesnya dilakukan dengan pendekatan masyarakat belajar (kooperatif); dan menggunakan alat bantu perangkat VBL untuk mendapatkan data akurat pada pengukuran peristiwa dinamik (gerak benda). Mencakup 8 konteks yang ditinjau, yaitu fenomena gerak kendaran bermotor, fenomena benda jatuh, penerapan pegas pada berbagai alat teknik, terapan kombinasi pegas paralel pada berbagai alat olah raga dan teknik, fenomena ayunan taman, fenomena ayunan bayi, terapan gaya gesek dalam kesehariuan, dan terapan konsep terapung pada jembatan fonton dan kolam terapung. MPK yang dikembangkan memiliki pola umum pelaksanaan kegiatan (sintaks) praktikum yang terdiri atas lima
2 162 fase (tahapan) yang merupakan cerminan dari pendekatan CTL yang digunakan, sebagi barikut: Fase 1, Orientasi mahasiswa pada fenomena/peristiwa alam yang relevan; Fase 2, Demonstrasi untuk mengenalkan konsep-konsep/besaran-besaran fisis dan identifikasi hubungan antar besaran fisis pada peristiwa/fenomena yang dipelajari ; Fase 3, Praktikum secara inkuiri dan kooperatif dengan panduan LKM MPK; Fase 4, Penjelasan fenomena alam yang disajikan pada fase 1; dan Fase 5, Refleksi, Penguatan dan tindak lanjut kegiatan. Untuk panduan kegiatan yang lebih operasional MPK dilengkapi dengan perangkat lembar kerja mahasiswa (LKM) yang komponennya terdiri atas : judul praktikum, tujuan praktikum, Prosedur praktikum yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup praktikum, dan penjelasan fenomena alam. Pada kegiatan pendahuluan disajikan fenomena alam yang harus dijelaskan, pada kegiatan inti praktikum ada panduan tentang alat dan baha, panduan demonstrasi pengenalan konsep/besaran fisis, panduan demonstrasi untuk identifikasi hubungan antar besaran fisis pada fenomena yang dipelajari, penyajian masalah penyelidikan, panduan pengajuan hipotesis penyelidikan, panduan perencanaan dan pelaksanaan praktikum secara inkuiri, panduan perencanaan dan pelaksanaan analisis data eksperimen dan panduan untuk penjelasan fenomena. Panduan atau guide untuk pelaksanaan kegiatan praktikum dibuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pengarah. Alokasi waktu untuk keseluruhan implementasi MPK adalah sekitar 120 menit sesuai alokasi waktu yang disediakan untuk praktikum Fisika Dasar, yang terbagi untuk kegiatan pendahuluan 15 menit, untuk kegiatan inti 80 menit dan untuk kegiatan penutup sekitar 25 menit. 2) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar di level perguruan tinggi implementasinya dapat meningkatkan pemahaman konsep (PK) Fisika Dasar dengan kategori peningkatan sedang. Penerapannya dalam praktikum Fisika Dasar lebih efektif dibandingkan penerapan praktikum konvesional yang bersifat verifikatif. Hal ini ditunjukkan oleh rerata skor gain
3 163 yang dinormalisasi (<g>) PK yang dicapai kelompok mahasiswa yang melaksanakan praktikum sengan desain contextual laboratory sekitar 0,62 lebih tinggi dari rerata skor gain yang dinormalisasi (<g>) yang dicapai kelompok mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan desain verifikatif yang hanya mencapai 0,26. Profil peningkatan tiap indikator PK yang ditinjau dalam penelitian sebagai impact implementasi MPK adalah sebagai berikut : indikator menginterpretasi meningkat sebesar 0,62 dalam katagori sedang, indikator mencontohkan meningkat sebesar 0,80 dalam kategori sedang, indikator menginferensi meningkat sebesar 0,55 dalam katagori sedang, indikator membandingkan meningkat sebesar 0,73 dalam kategori sedang, indikator menggeneralisasi meningkat sebesar 0,52 dalam kategori sedang dan indikator menjelaskan meningkat sebesar 0,70, dalam kategori sedang. 3) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar di level perguruan tinggi implementasinya dapat meningkatkan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa dengan kategori peningkatan sedang. Penggunaannya dalam praktikum Fisika Dasar lebih efektif dalam meningkatkan KGS mahasiswa dibandingkan dengan penggunaan praktikum konvesional yang bersifat verifikatif. Hal ini ditunjukkan oleh rerata skor gain yang dinormalisasi (<g>) KGS yang dicapai kelompok mahasiswa yang melaksanakan praktikum sengan desain contextual laboratory sekitar 0,58 lebih tinggi dari rerata skor gain yang dinormalisasi (<g>) yang dicapai kelompok mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan desain verifikatif yang hanya mencapai 0,20. Profil peningkatan tiap indikator KGS yang ditinjau dalam pelnelitian sebagai impact implementasi MPK adalah sebagai berikut : indikator pengamatan tak langsung meningkat sebesar 0,65 dalam katagori sedang, indikator kerangka logika taat azas meningkat sebesar 0,55 dalam kategori sedang, indikator hukum sebab akibat meningkat sebesar 0,50 dalam katagori sedang, indikator inferensi logika meningkat sebesar 0,61 dalam kategori sedang, indikator bahasa simbolis meningkat
4 164 sebesar 0,62 dalam kategori sedang, indikator membangun konsep meningkat sebesar 0,53 dalam kategori sedang, indikator pemodelan matematika meningkat sebesar 0,57 dalam kategori sedang. 4) Implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar mendapatkan tanggapan yang positif dari seluruh dosen dan hampir seluruh mahasiswa yang terlibat. Seluruh dosen Fisika Dasar dan mahasiswa peserta praktikum Fisika dasar menyatakan persetujuannya bahwa MPK merupakan desain praktikum yang baru bagi mereka, MPK dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan praktikum secara sungguh-sungguh, MPK sesuai dengan karakter ilmu Fisika, penggunaan perangkat VBL sangat membantu mendapatkan data eksperimen yang akurat, kegiatan kolaborasi mahasiswa dapat membangun kompetensi-kompetensi sosial di kalangan mahasiswa, MPK dipandang dapat membekalkan pemahaman konsep Fisika Dasar dan keterampilan generik sain bagi para mahasiswa. 5) Penggunaan VBL dalam implemtasi MPK tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan MPK, VBL dalam MPK hanya berfungsi untuk memperoleh akurasi data dalam praktikum dinamik. 6) Kekuatan dari MPK yang ditemukan dari implementasinya antara lain: (1) Sesuai dengan karakter ilmu Fisika sehingga sangat mendukung keberhasilan dalam belajar Fisika (2) Memfasilitasi mahasiswa untuk aktif berpikir dan menggunakan intelektual melatih penalaran, (3) berorientasi pada pemahaman konseptual, (4) membangkitkan motivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan praktikum, (e) Menggunakan alat bantu VBL yang ampuh dalam pengukuran variabel-variabel dalam peristiwa dinamik, (f) Dapat membekalkan berbagai keterampilan hands-on dan minds-on tingkat tinggi, (g) membekalkan kecakapan sosial seperti kecakapan berkomunikasi dan bekerja sama, (h) kegiatan berpusat pada mahasiswa (i) sangat visible untuk dilakukan dikelas sebagai metode pembelajaran. Keterbatasan dari MPK yang ditemukan dari implementasinya antara lain, (1) kelancaran pelaksanaannya mensyaratkan keterampilan-keterampilan dasar yang harus
5 165 dimiliki dosen maupun mahasiswa, seperti keterampilan bertanya, keterampilan matematis, keterampilan membuat dan menganalisis grafis, kemampuan menggunakan komputer, (2) karena sifatnya penemuan, maka prosesnya dapat memakan waktu yang lebih lama dari yang telah dialokasikan, apalagi jika arahan yang diberikan kurang dipahami maksudnya oleh mahasiswa, (3) karena organisasi kegiatan praktikum harus selaras dengan kajian materi ajar pada perkuliahan Fisika Dasar, maka alat, bahan dan jumlah set-upnya harus memadai, (4) dalam pelaksanaannya belum menggunakan pendekatan CTL seutuhnya terutama yang terkait dengan penggunaan asesmen (penilaian) autentik, (5) tema praktikum yang ditinjau belum mencakup materi perkuliahan Fisika Dasar II. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan temuan dalam penelitian ini, diajukan beberapa saran untuk perbaikan proses dan hasil implementasi PCL dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar sebagai berikut : 1) Arahan dalam LKM perlu dibuat sedikit lebih rinci lagi agar mahasiswa dapat lebih memahami arahan yang diberikan, sehubungan dengan pelaksanaan praktikum ini merupakan sesuatu yang baru bagi mahasiswa sehingga mereka tidak akan serta merta langsung mahir dengan arahan yang berupa pertanyaan, apalagi jika pertanyaan arahannya kurang begitu spesifik. 2) Sebelum melakukan implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar, perlu dilakukan terlebih dahulu pelatihan penggunaan perangkat VBL dalam proses pencitraan dan analisis data hasil pencitraan fenomena gerak agar pada saat praktikum mahasiswa tidak merasa kesulitan lagi yang berefek pada peggunaan waktu yang lebih lama. 3) Sebelum melakukan implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar perlu dilakukan terlebih dahulu pembekalan keterampilan-keterampilan prasyarat seperti kemampuan analisis matematis, kemampuan membuat dan
6 166 menginterpretasi grafik, keterampilan menggunakan alat ukur, keterampilan pengolahan data statistik dan lain-lain. C. REKOMENDASI Atas dasar hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diajukan rekomendasi untuk kegiatan tidak lanjut di masa mendatang sebagai berikut : 1) MPK dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar di perguruan tinggi baik perguruan tinggi LPTK maupun non LPTK. 2) Untuk penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan pengembangan MPK untuk membekalkan kompetensi dan keterampilan-ketrampilan lainnya baik hands-on maupun minds-on, terutama keterampilan berpikir tingkat tinggi. 3) Sebagai salah satu komponen CTL, maka asesmen autentik sebaiknya dilakukan dan digunakan dalam MPK, baik untuk penilaian aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik.
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU. Ida Kaniawati
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU Ida Kaniawati Latar Belakang Masalah Kualitas Pendidikan IPA (Fisika) di Sekolah 1. Nilai EBTANAS IPA lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains termasuk didalamnya fisika pada hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara berpikir dan penyelidikan. Sebagai kumpulan pengetahuan sains dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting
BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperincixi xiii xiv 1 A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Penjelasan Istilah...
DAFTAR ISI Hal. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang...
DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia komputer telah mencapai perkembangan yang sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan oleh komputer. Pekerjaan-pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah menjadi fenomena umum bahwa sains, terutama fisika, dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan tidak disukai, diketahui dari rata-rata nilai mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan formal yang boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih tinggi. Di sekolah dasar inilah
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 92 Penelitian... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Pendahuluan Pelaksanaan dan Asesmen Praktikum yang
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Fisika di tingkat SMA/MA dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, karena (1) mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Listrik-magnet memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik-magnet memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas manusia mulai dari kehidupan rumah-tangga hingga sektor industri tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari sekolah umum yaitu terdapat mata pelajaran produktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sains memegang peranan yang sangat penting dalam membangun karakter peserta didik dalam pengembangan sains dan teknologi. Kondisi ini menuntut pembelajaran
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 1 Berbah Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / I Alokasi Waktu : 80 menit (1 x pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami peranan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM BERBASIS FENOMENA ALAM (PBFA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP (PK) *) MAHASISWA CALON GURU FISIKA ABSTRAK
3-28 PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM BERBASIS FENOMENA ALAM (PBFA) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP (PK) *) MAHASISWA CALON GURU FISIKA Kistiono 1, Andi Suhandi 2 1 Universitas Sriwijaya, 2 Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Telah berhasil dikembangkan program e-training konten fisika untuk meningkatkan kemampuan memahami dan menganalisis guru fisika SMK melalui serangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dahar (1996) menyatakan bahwa
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...
DAFTAR ISI PERNYATAAN. i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Rumusan Masalah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap dinamakan belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang
7 BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI A. Pembelajaran Inkuiri Menurut Wenning (2011) model pembelajaran berfungsi agar pembelajaran menjadi sistematis. Selain itu, model pembelajaran menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses fenomena alam terjadi. Sehingga kegiatan pembelajarannya pun sebagian besar dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
Lebih terperinciProsiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Banyak permasalahan yang muncul dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia
BAB III PEMBAHASAN Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, mempelajari gejala dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam, mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta,
Lebih terperinciBAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENGAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mencari pengetahuan secara sistematis, dengan kata lain, IPA merupakan suatu proses dalam menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciunggul yang dimaksud adalah manusia dengan keunggulan partisipatoris.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita telah memasuki abad XXI. Era globalisasi harus dilalui oleh siapapun yang hidup di abad ini. Abad XXI merupakan abad yang sarat dengan kompetisi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan pendidikan sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mei Indah Sari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan abad XXI yang ditandai oleh peningkatan kompleksitas peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang menekankan kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinci5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari hari.
Lampiran 08 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Tema : Hukum-hukum Gaya Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (pertemuan ke-2) A.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sains bukanlah merupakan ilmu baru dalam dunia pendidikan. Sains adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha, 2013:12). Semenjak
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA NEGERI 4 BANDUNG : FISIKA : X : HUKUM NEWTON TENTANG GERAK : 9 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI KI 1 : Menghayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). Kemampuan generik sains yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
B A B I. P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN DEPAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu dan kualitas pendidikan Indonesia diusahakan oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah mulai penyempurnaan
Lebih terperinciOleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses
Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu yang lahir dan dikembangkan melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui eksperimen, pengajuan kesimpulan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO, 2008 : 4-5). Laporan
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau
23 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester ganjil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi akhir-akhir ini semakin pesat, sehingga dapat mempermudah pekerjaan manusia. Hal ini tidak terlepas dari ilmu-ilmu dasar seperti ilmu
Lebih terperinciNurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN GENERIK SAINS PADA SISWA SMP NEGERI 1 DOLO Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin e-mail: Fatonahnurun@gmail.com Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peningkatan Pembelajaran Istilah peningkatan diambil dari kata dasar tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang bertanya, jarang menjawab, pasif dan tidak dapat mengemukakan pendapat, sering ditemui oleh peneliti
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA : Fisika : X/Genap : Elastisitas dan Gaya Pegas : 4 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI) KI 1 : Menghayati
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modul Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah penyampaian materi, memberikan informasi yang menarik, dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi
BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains, matematika dan pendidikan. Pandangan behavorisme yang mengutamakan stimulus dan respon tidak cukup
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
175 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Telah berhasil dikembangkan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) melalui serangkaian kegiatan analisis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan berikut.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
14 BAB II KAJIAN TEORI A. PENDEKATAN KONTEKSTUAL 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan produk yang dihasilkannya. Di bidang sains,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA
PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA Rianti Cahyani, Nuryani Y, Rustaman, Mulyati Arifin, Yeni Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia, Jl.
Lebih terperinciPerbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning
Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika pada umumnya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa di sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Siswa menganggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan yang sangat penting. Di dalam tubuh makhluk hidup larutan penyangga berperan menjaga ph di dalam cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Munaf,
Lebih terperinciMatematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR... A. Latar Belakang Penelitian B. Masalah C. Tujuan Penelitian 9
DAFTAR ISI ABSTRAK. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR..... i ii v vii ix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian 9 F. Manfaat Penelitian.
Lebih terperinciKegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut
Lebih terperinciPENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA Sutarno Program Studi Pendidikan Fisika JPMIPA FKIP UNIB msutarno_unib@yahoo.com,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN Rahma Widiantie 1, Lilis Lismaya 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan Email: rahmawidiantie@gmail.com
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Barrang Lompo : Fisika : XI/Genap : Fluida : 3 x 45 menit Kompetensi Inti KI.1. Menghayati
Lebih terperinci