HALAMAN JUDUL LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HALAMAN JUDUL LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA"

Transkripsi

1 KODE : SIDA X 8 HALAMAN JUDUL LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN OGAN ILIR (OI) Perekayasa/Peneliti: Mardison, S. STP, MSi Dr. Ir. Raffi Paramawati, MSi Anjar Suprapto STP, MP Ir. Imelda Marpaung INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

2 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Pengembangan Paket Teknologi Pengolahan Biofarmaka untuk Mendukung Agribisnis Biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir (OI) Fokus Bidang Prioritas : Teknologi Kesehatan dan Obat Kode Produk Target : 2.04 Kode Kegiatan : Lokasi Penelitian : Sumatera Selatan Penelitian Tahun Ke : 1(Satu) Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Koordinator/Peneliti Utama Mardison S, STP, MSi Nama Lembaga/Institusi BB Pengembangan Mekanisasi Pertanian Unit Organisasi Badan Litbang Pertanian Alamat Situgadung, Legok, Tromol Pos 2, Serpong Telepon/HP/Faksimile/ /bbpmp@net.co.id B. Lembaga Lain yang Terlibat Nama Pimpinan Dr. Ir. Rudy Soehendi, MP Nama Lembaga Balai Pengkajian Teknologi Petanian Sumatera Selatan Alamat Jl. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang Sumatera Selatan Jangka Waktu Kegiatan : 1 tahun Biaya Tahun-1 : Rp Biaya Tahun-2 : Rp. - Total Biaya : Rp Kegiatan : Baru Rekapitulasi biaya Tahun yang Diusulkan : No. Uraian Jumlah (Rp) 1 Gaji dan Upah 72,800,000 2 Bahan Habis Pakai 66,200,000 3 Perjalanan 51,000,000 4 Lain-lain 10,000,000 Jumlah biaya tahun yang diusulkan 200,000,000 DISETUJUI OLEH: Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Koordinator/Peneliti Utama Dr. Ir. Astu Unadi, M.Eng. Mardison S, STP, MSi NIP NIP ii

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas ijin-nya kegiatan Pengembangan Paket Teknologi Pengolahan Biofarmaka untuk Mendukung Agribisnis Biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir (OI) dapat dilakukan sampai selesainya penyusunan Laporan Akhir Tahun. Laporan ini meliputi kegiatan yang telah dilaksanakan mulai dari persiapan, pelaksanaan perekayasaan, pengujian sampai dengan kesimpulan. Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami sangat terbuka apabila ada kritik dan saran sebagai masukan yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan kegiatan penelitian ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam kegiatan ini, baik berupa tenaga maupun pikiran kami ucapkan terima kasih. Serpong, September 2012 Penanggung Jawab Kegiatan iii

4 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI...iv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Maksud dan Tujuan Kegiatan Metodologi Pelaksanaan... 4 a. Lokus Kegiatan... 4 b. Fokus Kegiatan... 4 c. Bentuk Kegiatan... 5 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 6 a. Perkembangan Kegiatan... 7 b. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset d. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial10 BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA Metode Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian b. Indikator Keberhasilan Pencapaian c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan b. Strategi Pengembangan Ke Depan iv

5 BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan c. Perkembangan Pemanfaatan BAB V PENUTUP Kesimpulan a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran b. Metode Pencapaian Target KInerja c. Potensi Pengembangan Ke Depan d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek DAFTAR PUSTAKA v

6 BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara kita menempati posisi strategis dalam keanekaragaman hayati bio-farmaka setelah Brazil, Zaire, dimana terdapat 30,000 spesies dari total 40,000 flora yang telah diidentifikasi (Ditjen Hortikultura, 2006). Pemanfaatan sumberdaya hayati tanaman biofarmaka akan terus berlanjut, sehubungan dengan kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia dengan tradisi mengkonsumsi ramuan tradisional berupa jamu untuk kebugaran. Beberapa hasil produk biofarmaka ini telah menjadi komoditas ekspor, baik berupa simplisia maupun produk olahan. Negara maju dan negara berkembang seperti Jepang, Saudi Arabia, Inggris, Jerman, Malaysia, Singapura dan Belanda semakin banyak mengimpor produkproduk biofarmaka Indonesia (Sumarno, 2004). Kekayaaan ini memberikan potensi pemberdayaan ekonomi kepada ekonomi kerakyatan, yang tercermin dari berkembang pesatnya industri obat tradisional baik skala industri (IOT) maupun skala industri kecil (IKOT). Tidak kurang dari 1166 buah perusahaan yang terdiri dari 129 IOT dengan investasi >600 juta, dan 1037 IKOT dengan investasi 600 juta Rupiah (Rostiana, 2006). Namun demikian masih banyak hambatan dalam pengembangan biofarmaka yang juga dikenal sebagai obat herbal atau fitofarmaka. Salah satu penghambat adalah terbatasnya peralatan pascapanen dan pengolahan biofarmaka. Kuantitas dan kualitas produk olahan biofarmaka sangat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan. Pada dasarnya beberapa jenis alat dan mesin pengolahan biofarmaka telah banyak direkayasa atau bahkan telah tersedia di pasaran, namun demikian penggunaannya masih sangat terbatas. Beberapa kendala yang kemungkinan menghambat penggunaannya antara lain harga yang relatif mahal, penggunaan bahan bakar yang belum efisien dan efisiensinya yang masih relatif rendah. Pada tahun 2006 hingga 2008 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah merekayasa alat dan mesin 1

7 penanganan pascapanen biofarmaka meliputi; mesin pencuci, perajang, pengering tipe drum berputar, mesin pengering ERK-Hybrid, mesin penepung, mesin pemarut dan pemeras sari serta penepung kristal. Produk yang dihasilkan dapat berupa simplisia kering, biofarmaka dalam bentuk tepung dan dan dalam bentuk kristal. Jenis bahan biofarmaka yang diolah berupa umbi-umbian dan daun-daunan. Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan merupakan salah satu penghasil bahan baku obat-obatan herbal berupa umbi-umbian khususnya kunyit, yang sudah dibudidayakan dalam jumlah dan hamparan yang luas. Sehingga untuk mengembangkan usaha dan mendorong masyarakat memanfaatkan sumberdaya lakal berupa obat-obatan herbal, maka perlunya dilakukan perbaikan dari proses pengolahan pascapanennya sehingga obat herbal yang berupa jamu-jamuan tersebut aman untuk dikonsumsi. Gambar 1. Potensi biofarmaka di Kab. Ogan Ilir (OI) Sumatera-Selatan Dukungan teknologi berupa peralatan pengolahan pascapanen sangat penting diterapkan dalam rangka mendorong pengembangan obatobatan herbal tersebut baik dalam bentuk olahan maupun segar. Dari beberapa teknologi berupa peralatan pengolahan biofarmaka yang sudah dikembangkan di BBP Mektan dapat diterapkan di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. Hal ini sejalan dengan arah pengembangan, penyebaran dan pendayagunaan iptek yang di keluarkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi dan Balitbangda Provinsi Sumatera Selatan. 2

8 Sehingga penelitian tentang Penerapan Paket Teknologi Pengolahan Biofarmaka untuk Mendukung Agribisnis Biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir (OI) sangat penting dilakukan, sehingga teknologi yang telah dikembangkan di BBP Mektan lebih berdayaguna bagi kegiatan pengembahan biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir (OI). 2. Pokok Permasalahan Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wurang ndalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik jamu (Sukandar, 2004). Permasalahan yang banyak dijumpai selama ini di tingkat pengolah jamu-jamu tradisional adalah proses pengolahan masih dilakukan secara manual, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tersebut berlansung lama dan efisiensi pengolahan menjadi sangat rendah. Sejalan dengan itu, pengolahan bahan baku jamu secara manual juga berdampak pada kualitas hasil olahan, baik dari sisi higienitas maupun keamanan untuk dikonsumsi. Sebagai bahan baku obat-obatan, higienitas dan keamanan untuk dikonsumsi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan merupakan syarat mutlak bagi semua produk yang akan dikonsumsi oleh manusia. Hingga saat ini, bahan baku biofarmaka berupa kunyit hanya dijual dalam bentuk segar dan di oleh secara tradisional. Sehingga efisiensi dan efektifitas pengolahan dan penanganan belum optimal sehingga nilai tawar harga masih lemah, selain itu karena dijual dalam bentuk segar maka nilai tambah dari produk olahannya tidak dapat dinikmati oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraannya. 3

9 Gambar 2. Penanganan kunyit segar sebelum dijual Kunyit yang telah dipanen dicuci secara tradisional dengan air didekat sumber air (sungai) hingga bersih, metode pencucian seperti ini selain memakan waktu yang lama juga kurag 3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah menerapkan dan menegembangkan paket teknologi pengolahan biofarmaka skala home industri untuk mendukung agribisnis biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. 4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan Lokus kegiatan ini adalah di Desa Lubuk Rukan, Kecamatan Kandis, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Lokasi ini dipilih karena potensi pengembangan bahan baku biofarmaka kunyit sangat tinggi di wilayah ini, selain itu banyak juga kegiatan-kegiatan yang mendukung pengembangan kunyit di lokasi ini baik oleh pemerintah daerah (berupa pemberiaan bibit, pembinaan petani dan pelatihan pengolahan) maupun pemerintah pusat melalui kegiatan spesifik lokasi (SpekLok-Ristek 2011). b. Fokus Kegiatan Kegiatan ini memiliki fokus bidang prioritasnya adalah teknologi kesehatan dan obat, kegiatan ini lebih memfokuskan lagi pada 4

10 dukungan teknologi pengolahan bahan baku obat-obatan berupa kunyit, dimana alat-alat tersebut berupa mesin pencuci rimpang dan mesin pengering hemat energi dengan tipe efek rumah kaca hibrid (ERK-Hibrid). c. Bentuk Kegiatan Kegiatan penelitian dan perekayasaan berupa pembuatan paket teknologi pengolahan biofarmaka berupa mesin pencuci biofarmaka umbi-umbian dan mesin pengering tipe ERK-Hybrid, koordinasi dengan instansi terkait dan kelompok tadi di lokasi penempatan, pemasangan peralatan dilokasi, pengujian dan pelatihan penggunaan paket teknologi di lokasi penempatan alat dan evaluasi penggunaan alat. 5

11 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan melakukan tahapan persiapan kegiatan berupa koordinasi dengan Kemenristek tentang penajaman target dan tujuan kegiatan serta menerima penjelasan teknis dan administratif. Kegiatan lapangan diawali dengan melakukan koordinasi lapangan ke Sumatera Selatan, dari hasil koordinasi dengan Balitbangda Sumatera selatan maka lokus kegiatan yang sebelumnya direncanakan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) akhirnya dipindahkan ke Kabupaten Ogan Ilir (OI) dengan pertimbangan potensi bahan baku biofarka di OI lebih baik/banyak, sehingga dilakukan koordinasi ulang dengan Kementerian Ristek dan telah mendapatkan persetujuan untuk dilakukan di Kabupaten Ogan Ilir (OI), selanjutnya dilakukan koordinasi dengan Bappeda OI dan Dinas Penyuluhan Kabupaten OI serta kelompok tani penerima. Gambar 1. Kunjungan lapang awal di lokasi kegiatan Tim Balitbanda Prov. Sumsel,,Penyuluh dan Tim dari BBP Mektan., Tahapan selanjutnya dilakukan pengembangan berupa pembuatan prototipe mesin pencuci bahan baku biofarmaka berupa kunyit dan mesin pengering tipe ERK-Hibrid. Setelah dilakukan pembuatan, maka dilakukan pengujian prototipe oleh team penguji alsin BBP-Mektan. Dari hasil pengujian terdapat beberapa perpaikan minor pada mesin 6

12 pengering ERK tentang pintu aliran keluar uap air pengeringan, setelah dilakukan perbaikan maka alsin siap dikirimkan ke lokasi. Gambar 2. Pabrikasi alat mesin pencuci dan pengering tipe ERK- Hibrid di Laboratorium BBP Mektan Pemasangan alsin dilakukan dilokasi yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu di desa Lubuk Rukan, Kecamatan Kandis, Kecamatan Ogan Ilir (OI). Selesai dilakukan pemasangan alat, dilakukan pelatihan pada kelompok tani pengguna alsin tersebut. Tahapan akhir dari penerapan ini adalah melakukan pendampingan dan evaluasi penerapan teknologi. a. Perkembangan Kegiatan i. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahapan persiapan berupa koordinasi dan penajaman metode untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Dalam tahapan koordinasi dan penajaman metode, kegiatan ini mengalami beberapa penyesuaian lokasi dan paket teknologi yang akan ditempatkan. - Perubahan lokasi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ke Kabupaten Ogan Ilir (OI), dengan alasan potensi lokasi di OI lebih tinggi dan singkronisasi kegiatan pengembangan bahan baku obat-obatan dengan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Balitbangda). 7

13 - Perubahan paket teknologi yang ditempatkan, sebelumnya paket teknologi berupa mesin perajang, mesin pengering tipe kabinet (skala kecil) dan mesin penepung. Dilakukan perubahan karena dilokasi sudah terdapat beberapa teknologi yang akan ditempatkan, sehingga program ini diharapkan dapat melengkapi dari paket yang sudah ada sehingga teknologi yang dibutuhkan dilokasi adalah mesin pencuci bahan baku biofarmaka dan mesin pengering dengan skala menengah yang hemat energi sehingga di lengkapi dengan mesin pengering tipe ERK-hibrid. Perubahan lokasi dan jenis teknologi yang dilakukan berdasarkan surat dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sekretariat Daerah) kepada Deputi Pendayagunaan IPTEK Kementerian Riset dan Teknologi R.I. surat No:. 070/1307/Balitbangda.I/2012, Perihal : Permohonan Pindah Lokasi Penelitian (copy surat terlampir) ii. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan berupa kegiatan perekayasaan dan pengembangan alsin pencuci bahan baku biofarmaka kunyit dan mesin pengering biofarmaka tipe ERK-Hibrid. Setalah dilakukan perekayasaan dan pengembangan alsin ini, dilanjutkan dengan pengujian alsin. Setelah melalui tahapan pengujian maka paket alsin ini siap untuk ditempatkan dilokasi. Tahapan penginstalan dilakukan di lokasi penempatan, setalah dilakukan pemasangan dilanjutkan dengan pelatihan pada kelompok tani pengguna, hal ini dimaksudkan agar paket teknologi yang ditempatkan lebih bermanfaan, berdaya guna untuk mengembangkan agrobisnis tanaman obat dilokasi penempatan. 8

14 Gambar 3. Instalasi alat mesin di kelompok tani Maju Bersama, Desa Lubuk Rukam, Kec. Kandis, Kab. Ogan Ilir Sumatera Selatan Gambar 4. Pendampingan operasi paket alat mesin pencuci dan pengering di lokasi kegiatan iii. Tahap Evaluasi Tahapan evaluasi dan pendampingan teknologi digunakan untuk mengukur tingkat kebermanfaatan paket teknologi, selain itu juga sebagai umpan balik dari aspek penelitian terhadap pengembangan prototipe pada waktu yang akan datang. b. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan adalah mekanisme pencairan dana dilakukan secara bertahap, sehingga kegiatan berlangsung terputus-putus karena ada beberapa item pengadaaan paket alat harus menunggu tahap berikutnya. Jika pencairan dana bisa lebih simultan, maka pelaksanaan kegiatan dapat 9

15 lebih cepat dan tidak terputus atau terhambat karena harus menunggu pencairan dana tahap selanjutnya. 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran Perencanaan penggunaan anggaran dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu; komponen gaji dan upah, komponen bahan habis pakai, komponen perjalanan dinas dan kamponen lainya. Untuk komponen gaji dan upah dialokasikan Rp ,- (36.4%), komponen bahan habis pakai Rp ,- (33.1%), biaya perjalanan dinas Rp (25.5%) dan biaya lainya Rp ,- (5%).Perencanaan penggunaan anggaran b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran yang dilakukan secara terorganisir oleh unit kerja berdasarkan peraturan yang berlaku dan berjalan dengan lancar, baik mekanisme pengelolaan anggaran, pelaksanaan dan perencanaan pencairan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh pengelola di unit kerja c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Paket teknologi yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa 2 unit alsin pengolahan biofarmaka, paket teknologi ini berupa aset yang akan di hibahkan ke kelompoktani melalui pemerintah daerah Kabupaten Ogan Olir (OI). Hal ini dimaksudkan agar teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal oleh pengguna dalam hal ini kelompok tani dengan pembinaan dan pendampingan oleh pemerintah daerah, dan diharapkan dikemudian harinya agar paket teknologi ini dapat dikembangkan pada kelompok tani yang lainnya di wilayah sekitarnya d. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Dalam pelaksanaan pengelolaan administrasi pada kegiatan ini relatif tidak ada kendala dan hambatan, karena semua yang akan 10

16 dilaksanaakan dalam pengelolaan kegiatan dilakukan koordinasi secara internal, sehingga dalam pelaksanaannya mengikuti kesepakatan dalam koordinasi tersebut yang didasarkan dapa aturan dan perundang-undangan yang berlaku 11

17 BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode Pencapaian Target Kinerja Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, penelitian ini diawali dengan survey lapang tentang lokasi penerapan teknologi pengolahan bahan baku biofarmaka, melakukan koordinasi dengan BPTP- Sumsel, Bappeda dan Dinas Pertanian Kabupaten OI serta petani/kelompok tani yang akan menggunakan teknologi tersebut. Kegiatan penelitian dan perekayasaan berupa pembuatan paket teknologi pengolahan biofarmaka berupa mesin pencuci biofarmaka umbiumbian dan mesin pengering tipe ERK-Hybrid yang akan dilakukan secara bersamaan. Setelah proses pabrikasi, peralatan tersebut dilakukan uji laboratorium sebelum diterapkan ke lokasi. Berdasarkan hasil uji laboratorium, jika perlu dilakukan perbaikan atau modifikasi pebrikasi akan dilakukan sebelum dikirim dan ditempatkan dilikasi. Bersaam dengan proses pabrikasi dan pengujian, akan dibuat buku petunjuk pengoperasian dan perawatan alat agar lebih mudah digunakan di lokasi. Sejalan dengan itu juga akan dibuat paket pelatihan penggunaan alat, sehingga pengguna alat dilokasi dapat lebih mudah menerima dan menggunakan teknologi yang akan diterapkan. Hasil koordinasi dengan BPTP, BalitbangDa, Bappeda dan Dinas Pertanian, akan digunakan sebagai acuan mekanisme penempatan teknologi ini di lokasi. Pada saat penempatan akan dilakukan pemasangan peralatan, pelatihan dan pendampingan sampai pengguna benar-benar dapat mengoperasikan dan mendapatkan manfaat dari peralatan yang terapkan tersebut. a. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam survey lapang tentang didentifikasi potensi wilayah dengan melakukan pengamatan lansung dilapangan, mempelajari data-data sekunder yang ada, diskusi dengan beberapa narasumber dan pemerintah daerah. Sehingga dihasilkan suatu kesimpulan bahwa lokasi penempatan yang dipilih tersebut tepat. 12

18 Metode yang digunakan dalam pembuatan paket teknologi berdasarkan tahapan perekayasaan yang ada di BBP-Mektan yang terdiri dari tahapan persiapan/modifikasi perancangan, pelaksanaan/pabrikasi dan pengujian alsin. Metode penerapan adalah dengan melakukan pemasangan alsin dilokasi, pelatihan kelompok tani pengguna, pendampingan penerapan teknologi dan evaluasi penerapan teknologi. Sehingga teknologi yang ditempatkan lebih berdayaguna dalam pengembangan agribisnis biofarmaka di lokasi penempatan b. Indikator Keberhasilan Pencapaian Indikator pencapaian terget dari kegiatan ini adalah terciptanya 2 unit teknologi yaitu mesin pencuci bahan baku biofarmaka dan mesin pengering tipe ERK-hibrid, serta terpasang dilokasi dan digunkana oleh kelompok tani pengguna dalam melakukan aktifitas pengembangan agribisnis bahan baku tanaman obat (kunyit). c. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Perkembangan dan hasil kegiatan litbangyasa dalam kegiatan ini telah menghasilkan 2 unit mesin untuk melakukan pengolahan bahan baku biofarmaka. Mesin pencuci yang diterapkan dengan konsep hemat air, air yang digunakan untuk mencuci rimpang tersebut disirkulasikan dan dilengkapi dengan saringan sederhana. Mesin pengering ERK-Hybrid ini menggunakan konsep pengeringan dengan efisien penggunaan energi. Sumber energi utamanya adalah sinar matahari, dan disaat intensitas matahari kurang, maka proses pemanasan dapat dibantu dengan kompor kayu. Produk yang akan dikeringkan ditempatkan pada rak-rak. 13

19 2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan Dari paket teknologi yang sudah ada ditempatkan dilokasi, dilakukan optimasi pemanfaatan penggunaan untuk menghasilkan bahan baku biofarmaka. Diharapka kedepannya penggunaan alat ini dapat memeberikan pengaruh nyata pada peningkatan penghasilan atau nilai tambah yang signifikan oleh kelompok tani, kondisi ini diharapkan akan diikuiti oleh kelompok tani di wilayah sekitarnya. Sehingga terbentuk suatu kawasan agribisnis pengembangan pengolahan biofarmaka. b. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi pengembangan kedepan diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kelomppok tani dalam pengembangan agribisnis biofarmaka. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah pemasaran hasil olahan bahan baku biofarmaka itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, sehingga perlu dilakukan koordinasi antara lebaga didaerah untuk dapat mencarikan pemasaran bahan olahan tersebut. Dengan teknologi yang sudah ada dapat disiapkan sampel produk olahan dengan standar kualitas yang baik atau memenuhi standar industri pengolahan jamu, sampel tersebut dapat dikirimkan ke beberapa industri pengolahan jamu, sehingga jika terdapat kesesuaian akan dilanjutkan dengan pemesanan ke kelompok tani tersebut. Jika kondisi ini dapat dilakukan dengan bantuan dan koordinasi pemerintah daerah dengan industri jamu, maka pasar bahan baku olahan dari kelompok tani ini akan terjamin dan sistem usaha tani atau agribisnis bahan baku tanaman obat ini akan berjalan dengan baik, dan berdampak pada peningkatan perekonomian petani. 14

20 BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Sinergi dan koordinasi kelembagaan dilakukan dengan melibatkan dinas terkait di kabupaten OI sebagai unit pengelola aset didaerah melalui Dinas Penyuluhan Kabupaten OI dan kelompok tani pengguna paket teknologi, selain itu juga dilakukan koordinasi dan sinergi program dengan Bappeda Kabupaten OI dan Balitbangda Sumatera Selatan. Bentuk sinegi kelembagaan yang akan dibangun adalah pendampingan penggunaan dan pengembangan paket teknologi litbangyasa yang diterapkan dilokasi agar lebih berdayaguna, pendampingan ini juga mencakup proses pengolahan bahan baku biofarmaka itu sendiri, pengembangan organisasi kelompok tani pengelola alsin dan pengembangan pemasaran hasil olahan yang dihasilkan oleh kelompok tani. Sinergi dan koordinasi program pengembangan agribisnis bahan baku tanaman obat ini juga dilakukan dengan dinas terkait baik kabupaten maupun provinsi dengan cara mengajak dan membantu dinas kabupaten dan provinsi untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan bahan baku obat-obatan di lokasi penempatan hasil litbangyasa ini. Saat ini program yang sedang berlansung oleh Balitbangda adalah pelatihan pengolahan kunyit untuk minuman segar, Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi akan memberikan bantuan bibit unggul kunyit dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan berkerjasaman dengan Balitbangda akan membatu menfasilitasi pemasaran hasil dari kelompok tani ini Indikator keberhasilan dari sinergi koordinasi dari program ini adalah terujudnya pendampingan dalam pengembangan kelembagaan oleh 15

21 Badan Penyuluhan sebagai pendamping kelompok tani dilapangan dalam hal pengelolaan unit pengolahan bahan baku tanaman obatobatan ini. Koordinasi dan komunikasi juga dilakukan antara penyuluh pertanian dilapangan dan kelompok tani dengan team kegiatan penelitian ini. Sedangkan koordinasi program dengan kelembagaan lainnya lebih difokuskan pengembangan pemasaran hasil olahan agar dapat ditampung oleh industri pengolahan, sehingga usaha agribisnis pengembangan tanaman obat ini memberi manfaat pada peningkatan perekonomian petani dan kelompok tani yang menjalankannya. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Indikator keberhasilan dari sinergi koordinasi dari program ini adalah terujudnya pendampingan dalam pengembangan kelembagaan oleh Badan Penyuluhan sebagai pendamping kelompok tani dilapangan dalam hal pengelolaan unit pengolahan bahan baku tanaman obatobatan ini. Koordinasi dan komunikasi juga dilakukan antara penyuluh pertanian dilapangan dan kelompok tani dengan team kegiatan penelitian ini. Sedangkan koordinasi program dengan kelembagaan lainnya lebih difokuskan pengembangan pemasaran hasil olahan agar dapat ditampung oleh industri pengolahan, sehingga usaha agribisnis pengembangan tanaman obat ini memberi manfaat pada peningkatan perekonomian petani dan kelompok tani yang menjalankannya. c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Sinergi koordinasi yang sudah berjalan saat ini adalah pendampingan penggunaan dan pengelolaan hasil litbangyasa antara kelompok tani dengan penyuluh pertanian dilapangan dan dikoordinasikan dengan Badan Penyuluh Kabupaten OI, Bappeda Kab. OI, Balitbangda dan BPTP Provinsi Sumatera Selatan. Sinegi pragram kegiatan pelatihan pengolahan kunyit sebagai minuman segar dan kegiatan pengembangan lainnya oleh Balitbangda dan program pemberian bantuaan bibit kunyit unggul oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan. 16

22 2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil litbangyasa yang ditempatkan dilokasi adalah Mesin pencuci bahan baku obat-obatan dan mesin pengering hemat energi tipe ERH- Hibrid, unit alsin yang diterapkan ini merupakan kelengkapan dari teknologi yang sudah ada dilokasi. Dengan ditambahkan dengan dua teknologi ini maka unit pengolahan kunyit untuk menjadi produk simplisia kering dan pengolahan kunyit menjadi tepung sudah dapat dilakukan dengan paket teknologi yang ada. Pemanfaatan hasil litbangyasa ini diharapkan dapat digunakan oleh petani menghasilkan produk setengah jadi berupa simplisia kering dan tepung, hal ini jika dilakukan oleh petani dengan baik dan mempunya pasar yang jelas maka hal ini dapat menghasilkan nilai tambah yang sangat signifikas bagi petani dibanding menjual kunyit tersebut dalam bentuk segar. Pemasaran merupakan faktor kendala yang dominan saat ini, sehingga pemanfaatan hasil litbangyasa ini diprioritaskan untuk menghasilkan contoh produk olahan, kemudian contoh produk olahan ini akan dikirimkan dan akan diberikan pada pihak-pihak yang dapat membantu pemasaran produk ini. Contoh produk ini juga dapat dikirimkan lansung ke industri jamu yang ada baik di wilayah sekitarnya maupun ke daerah lain. Sehingga diharapkan akan adanya permintaan terhadap produk tersebut. b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Tolak ukur dari keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ini adalah terbentuknya agroindustri pengolahan bahan baku obat-obatan dilokasi penempatan teknologi ini, dan dapat meningkatkan perekonomian petani dan kelompok tani pengguna hasil litbangyasa ini. 17

23 c. Perkembangan Pemanfaatan Karena keterbatasan pemasaran, hingga saat ini hasil litbangyasa ini belum dimanfaatkan secara optimal khususnya unit pengering, sedangkan mesin pencuci dimanfaatkan untuk mencuci produk kunyit untuk penjualan kunyit dalam bentuk segar. Sedangkan unit pengering hanya digunakan untuk mempersiapkan contoh produk yang akan dikirimkan ke industri-industri yang dapat menerima hasil olahan kelompok tani ini 18

24 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahapan kegiatan dalam kegiatan ini meliputi perencanaan, verifikasi potensi lapangan, perancangan prototipe litkayasa, pengujian, penerapan dan pelathan hasil litbangyasa dan pendampingan serta evaluasi penerapan hasil litbangyasa b. Metode Pencapaian Target KInerja Metode verifikasi lapangan adalah dengan melakukan peninjauan langsung kelapangan dan melakukan diskusi dengan pihak-pihak terkait termasuk dengan kelompok tani. Metode perekayasaan meliputi analisa dan pembuatan gambar teknis, pabrikasi dan pengujian prototipe. Penempatan dan pelatihan dilakukan dengan berkoordinasi dengan kelompok tani dan berdiskusi langsung dengan pengguna di lapangan c. Potensi Pengembangan Ke Depan Potensi pengembangan kedepan sangat baik karena produksi dan luasan tanaman kunyit dilokasi sangat luas, prospek pengolahan bahan baku kunyit menjadi olahan setengah jadi (dalam bentuk simplisia kering dan tepung) sangat baik didukung oleh bahan baku, semangat petani dalam kegiatan pengolahan cukup baik. Kendala yang dihadapi adalah pemasaran hasil olahan produk setengah jadi tersebut belum ada, sehingga nilai tambah dari produk olahan tersebut belum dapat dinikmati oleh petani. d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Koordinasi program dan kelembagaan sudah diwujudkan dengan Balitbangda dan BPTP Provinsi Sumsel dalam pendampingan proses pengolahan dan kegiatan-kegiatan pengembangan pengolahan kunyit. Koordinasi kelembagaan pengolahan dan 19

25 pemasaran hasil olahan juga sudah dilakukan dengan penyuluh pertanian dilapangan dengan kelompok tani, dan dengan berkoordinasi dengan Badang penyuluh dan Bappeda Kabupaten Ogan Ilir. e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa ini diarahkan untuk menghasilkan produk olahan setengah jadi berupa simplisia kering dan tepung bahan baku obat berupa kunyit, sehingga nilai tambah dari produk olahan ini dapat dinikmati oleh petani. Dengan menjual kunyit dalam bentuk olahan setengah jadi tentunya akan memberikan nilai lebih secara ekonomi jika dibandingkan dengan menjual kunyit dalam bentuk segar. 2. Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Kebermanfaatan hasil litbangyasa ini tidak dapat dilepaskan dari ketersediannya pasar yang jelas atas produk yang dihasilkan dari penggunaan hasil litbangyasa ini, sehingga disarankan agar menfasilitasi pemasaran hasil produk olahan yang dihasilkan dari penerapan hasil litbangyasa ini yang berupa simplisia kering kunyit dan tepung kunyit. b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Diharapkan program Ristek kedepannya dapat mengarahkan pengembangan pemasaran hasil-hasil dari produk olahan yang menggunakan hasil kegiatan litbangyasa program PKPP ini. Sehingga, jika pemasaranya jelas dan terjamin maka pengembangan hasil litkayasa ini akan menjadi lebih baik serta akan mendorong kelompok-kelompok tani lainnya untuk mengembangkan teknologi hasil litbangyasa ini. 20

26 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Hortikultura Kebijakan Pengembangan Tanaman Biofarmaka. Makalah pada Workshop Penerapan mekanisasi pengolahan biofarmaka untuk meningkatkan mutu, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 21 Desember Raffi Paramawati, Mardison, Sigit Triwahyudi and Reni Yuliana Gultom, 2009, Design and testing of horizontal type of mechanical rhizome chopper. Indonesian Jurnal of Agriculture. 3-1, 2010 Raffi Paramawati, Sigit Triwahyudi, Mardison, dan Reni Yuliana Gultom, 2007, Rekayasa Mesin Penepung Tipe Double Jacket untuk Komoditas Biofarmaka, Jurnal Engineering Pertanian. Serpong. Rostiana, O Hasil-hasil penelitian tanaman obat. Makalah pada Workshop Penerapan mekanisasi pengolahan biofarmaka untuk meningkatkan mutu, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 21 Desember Sukandar, E., Y Tren dan paradigma dunia farmasi. Industri-Klinik- Teknologi Kesehatan. Orasi Ilmiah pada Dies Natalis ITB yang ke 45. Sumarno Potensi pengembangan tanaman biofarmaka sebagai pangan fungsional Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pangan Fungsional Indegenous Indonesia: Potensi, Regulasi, Keamanan Efikasi dan Peluang Pasar. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang Pertanian. 21

27 LAMPIRAN 1. Copy Surat Permohonan Pindah Lokasi 22

28 Lampiran 2a. Gambar mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 23

29 Lampiran 2b. Gambar isometri rangka mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 24

30 Lampiran 2c. Gambar rangka mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 25

31 Lampiran 2d. Gambar rangka drum mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 26

32 Lampiran 2e. Gambar tutup pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 27

33 Lampiran 2f. Gambar tangki mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 28

34 Lampiran 2g. Gambar isometri tangki mesin pencuci bahan baku biofatmaka umbi-umbian 29

35 Lampiran 3a. Gambar mesin pengering ERK-Hibrid 30

36 Lampiran 3b. Gambar unit tungku mesin pengering ERK-Hibrid 31

37 Lampiran 3c. Gambar tampak rangka mesin pengering ERK-Hibrid 32

38 Lampiran 3d. Gambar isometri rangka mesin pengering ERK-Hibrid 33

39 Lampiran 3e. Gambar trai mesin pengering ERK-Hibrid 34

40 Lampiran 3f. Gambar unit pintu mesin pengering ERK-Hibrid 35

41 Lampiran 4. Spesifikasi Unit Mesin Pencuci Bahan Biofarmaka Umbi-Umbian DESKRIPSI ALAT : Mesin pencuci bahan baku biofarmaka berbentuk umbi-umbian ini menggunakan konsep efisien dalam penggunaan air. Mesin terdiri dari 2 buah bak, bak pertama sebagai tempat pencucian dan bak kedua untuk sirkulasi air pencucian. Bahan yang akan dicuci ditempatkan pada drum berlubang yang kemudian diputar dalam air hingga bahan yang dicuci jadi bersih. SPESIFIKASI ALAT MESIN : Tipe mesin Dimensi Kapasitas Berat Power : Evaporated drum cleaner x 120 x 80 cm (dua buah, bak pencuci dan sirkulasi air) : kg/proses (1 proses ± 15 menit) : ± 125 kg : Engine Bensin 5.5 HP dan pompa air ½ PK 36

42 Lampiran 4. Spesifikasi Unit Mesin Pengering ERK-Hibrid DESKRIPSI ALAT : Mesin pengering ERK-Hybrid ini menggunakan konsep pengeringan dengan efisien penggunaan energi. Sumber energi utamanya adalah sinar matahari, dan disaat intensitas matahari kurang, maka proses pemanasan dapat dibantu dengan kompor kayu. Produk yang akan dikeringkan ditempatkan pada rak-rak yang disusun bertingkat. Tipe pengering Kapasitas Dimensi total Ukuran trai Tenaga Penggerak SPESIFIKASI : : ERK-Hybrid, trai drying : ± 250 kg/proses : 300 cm x 120 cm x 220 cm : 50 x 100 cm (48 buah) : Genset 3000watt/1phase/220Volt 37

JUDUL LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

JUDUL LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA JUDUL KODE : SIDA X 8 LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KODE : SIDA X 8 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIOFARMAKA UNTUK MENDUKUNG AGRIBISNIS BIOFARMAKA DI KABUPATEN OGAN ILIR (OI) Perekayasa/ Peneliti: Mardison, S. STP, MSi BALAI BESAR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL LITBANG

LAPORAN HASIL LITBANG SIDa.X.6 LAPORAN HASIL LITBANG Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara PROGRAM INSENTIF RISET

Lebih terperinci

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo

A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo A. Guntur H. Subbagian Alergi-Imunologi Tropik Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fak. Kedokteran UNS Solo Sejarah Perkembangan Herbal Obat Herbal merupakan obat yang paling tua Telah lama dikenal sebagai

Lebih terperinci

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko

Lebih terperinci

Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara

Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara SIDa.x.6 Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN Kode : X.222 Lembaga : Kementrian Pertanian Koridor : 149 Fokus : Pertanian

Lebih terperinci

SIDa X.10. Kementerian Pertanian 2012 PENGEMBANGAN PENGAIRAN BERBASIS AIR TANAH DENGAN POMPA DC DI KABUPATEN BANTUL. Dr. Ir. Agung Prabowo, M.

SIDa X.10. Kementerian Pertanian 2012 PENGEMBANGAN PENGAIRAN BERBASIS AIR TANAH DENGAN POMPA DC DI KABUPATEN BANTUL. Dr. Ir. Agung Prabowo, M. SIDa X.10 PENGEMBANGAN PENGAIRAN BERBASIS AIR TANAH DENGAN POMPA DC DI KABUPATEN BANTUL Dr. Ir. Agung Prabowo, M.Eng Kementerian Pertanian 2012 LATAR BELAKANG Terbatasnya cadangan energi fosil menuntut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MESIN PENGOLAH KOPI SKALA UKM DI KABUPATEN ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN MESIN PENGOLAH KOPI SKALA UKM DI KABUPATEN ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR PENGEMBANGAN MESIN PENGOLAH KOPI SKALA UKM DI KABUPATEN ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR Penanggungjawab : IR. PUJI WIDODO, MSI A. PERKEMBANGAN ADMINISTRASI 1. Perkembangan Pengelolaan Anggaran s.d. Akhir Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada

Lebih terperinci

FORM D A. URAIAN KEGIATAN

FORM D A. URAIAN KEGIATAN FORM D A. URAIAN KEGIATAN Latar Belakang Masalah Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Namun, dalam pengembangan mengalami kendala biaya usahatani yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dan lancar. Oleh karena itu semua orang setuju untuk menjaga tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. baik dan lancar. Oleh karena itu semua orang setuju untuk menjaga tubuhnya BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesehatan adalah kekayaan yang paling berharga, karena dengan tubuh yang sehat seseorang akan dapat menjalankan segala aktivitas dengan baik dan lancar. Oleh karena itu

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SIDa. F.10 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Pemanfaatan Penjernih Air Siap Minum di Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit-Propinsi Kalimantan Timur KEMENTERIAN/LEMBAGA:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KODE JUDUL: X-130 PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN Perekayasa/ Peneliti: Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, MSc Ir. M. Hidayat Ir. D.A.Budiman,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN. Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan. Kode Produk Target : Kode Kegiatan : 1.05.

LAPORAN AKHIR PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN. Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan. Kode Produk Target : Kode Kegiatan : 1.05. SIDa.X.6 LAPORAN AKHIR Pengembangan Teknologi Pengolahan Makanan Ringan (Vacuum Frying, Deep Frying dan Spinner) untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Olahan di Banjarnegara PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

TINJAUAN PUSTAKA. obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai 11 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu

Lebih terperinci

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI Dr. Ir. Adang Agustian, MP PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Laporan Sosialisasi dan Pelatihan Tahap 1

Laporan Sosialisasi dan Pelatihan Tahap 1 Laporan Sosialisasi dan Pelatihan Tahap 1 MENINGKATKAN KAPASITAS PERANSERTA MASYARAKAT P. MARAMPIT DALAM OPERASIONALISASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI BARU TERBARUKAN DENGAN MENGADAKAN SOSIALISASI

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP II BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I. Mei Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I. Mei Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI B2TE-BPPT LAPORAN KEMAJUAN I Mei 2012 Adjat Sudradjat 5/24/2012 PROGRAM KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Penerangan Rumah Perdesaan Surya Sistem

Lebih terperinci

RAPAT KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN TAHUN 2014 SERPONG, FEBRUARI 2014

RAPAT KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN TAHUN 2014 SERPONG, FEBRUARI 2014 RUMUSAN SEMENTARA RAPAT KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN TAHUN 2014 SERPONG, 11 12 FEBRUARI 2014 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Serpong telah menyelenggarakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012)

LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) LAPORAN KEMAJUAN (sd MEI 2012) PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES MANUFAKTUR PRODUK WAHANA BAWAH AIR NIR AWAK DALAM RANGKA MENUNJANG KEMANDIRIAN BANGSA PADA SEKTOR INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Lebih terperinci

AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian

AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan mekanisasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

LAPORAN KEMAJUAN. Peneliti Utama : Ir. Bhakti Tjahja Agung. Paket Insentif Pemanfaatan Hasil Litbang : METODE, INSTRUMEN, TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI LAPORAN KEMAJUAN PRODUKSI BIOGAS BERBAHAN BAKU LIMBAH TANAMAN HORTIKULTURA DAN PALAWIJA DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI KECAMATAN MALIKU, KAB. PULANG PISAU, PROV. KALIMANTAN TENGAH Peneliti Utama : Ir. Bhakti

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN U M U M Pengembangan budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT (PERSPEKTIF DAN KESADARAN PENEREPAN GREEN COMPUTING DI LINGKUNGAN AKADEMISI, BISNIS DAN PEMERINTAHAN) INSENTIF RISET: REKOMENDASI Bidang

Lebih terperinci

FORMULASI PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS TEPUNG REBUNG KAYA SERAT DAN TEPUNG MODIFIKASI DARI UMBI RAWA ASAL KALIMANTAN SELATAN

FORMULASI PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS TEPUNG REBUNG KAYA SERAT DAN TEPUNG MODIFIKASI DARI UMBI RAWA ASAL KALIMANTAN SELATAN V.24 FORMULASI PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS TEPUNG REBUNG KAYA SERAT DAN TEPUNG MODIFIKASI DARI UMBI RAWA ASAL KALIMANTAN SELATAN Evy Setiawati, S.Si., MT. Ir. Effendi Arsad Ir. Suroto Miyono, SP. Anhar

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIFUSI TEKNOLOGI PEMBUATAN MIE DARI TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI DI TEMANGGUNG JAWA TENGAH [Kode: X.93 Dr. Nur Richana Winda Haliza, STP, Msi Ir. Tatang Hidayat, MSc Drs. Hadi Setiyanto Ratnaningsih, STP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memiliki akses terhadap pelayanan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN LAPORAN KEMAJUAN TERMIN 1 JUDUL KEGIATAN PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Material BPPT 2012

Pusat Teknologi Material BPPT 2012 F1.13 Penggunaan material Ringan Dalam Rancangan Bangun Motor Bensin Penggerak PUNA Dengan Metode Reverse Engineering Ir.Agustanhakri, M.Eng Pusat Teknologi Material BPPT 2012 LATAR BELAKANG Kondisi yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI

Lebih terperinci

[ nama lembaga ] 2012

[ nama lembaga ] 2012 logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 12/Permentan/OT.010/4/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi

Lebih terperinci

INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI

INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI Jakarta, 2012 INSENTIF PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Dalam upaya pengembangan kapasitas sistem produksi nasional, perlu mensinergikan dan mengkombinasikan pemanfaatan

Lebih terperinci

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Kode : SIDa.I.7 Kementerian Lembaga : Pusat Penelitian Fisika _LIPI Koridor : Koridor Ekonomi 2 (Jawa) Fokus : MP3EI -Pendukung Lokus : Wonogiri, Jawa Tengah Peneliti Utama : Dr. Maria Margaretha Suliyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

KERANGKA UMUM WORKSHOP EVALUASI

KERANGKA UMUM WORKSHOP EVALUASI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KERANGKA UMUM WORKSHOP EVALUASI Kementerian Riset dan Teknologi 2012 LATAR BELAKANG 1. Paket PKPP Tahun 2012 yang telah memulai kegiatannya sejak 8 Februari

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

PANDUAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN DAN INOVASI TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN KANTOR RISET, TEKNOLOGI DAN INOVASI

PANDUAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN DAN INOVASI TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN KANTOR RISET, TEKNOLOGI DAN INOVASI PANDUAN DISEMINASI HASIL PENELITIAN DAN INOVASI TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN KANTOR RISET, TEKNOLOGI DAN INOVASI Jl. Mataram Nomor 1 Pekalongan 51111 Telp. (0285) 4416191, 423984, 421093 ext 152

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SIMPLISIA KERING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PETANI JAHE DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KERJO, KABUPATEN KARANGANYAR BIDANG

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM HI-LINK DP2M, DIKTI

PANDUAN PROGRAM HI-LINK DP2M, DIKTI PANDUAN PROGRAM HI-LINK DP2M, DIKTI - 2010 DIREKTORAT PENELITIAN dan PENGABDIAN kepada MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 1 DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...3

Lebih terperinci

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012 logo lembaga Kode JudUl : M.7. ] EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI WILAYAH PESISIR INDONESIA ] 1. Henry Donald Lbn. Toruan, SH,MH

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis

I. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat

Lebih terperinci

UKM Aneka Obat Tradisional (Jamu)

UKM Aneka Obat Tradisional (Jamu) IbM LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT Judul : UKM Aneka Obat Tradisional (Jamu) Ketua Pelaksana : Isti Purwaningsih, STP, MT NIP. 19691023 199702 2 001 Anggota : Ir. Usman Effendi, MS NIP. 19610727

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012 [kode kegiatan : Baru] PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN UNTUK OPTIMALISASI POTENSI PISANG DI KABUPATEN KATINGAN, KALIMANTAN TENGAH Ir. Agusto W. Martosudirjo Ir. Takijah Salim, M.Eng.Sc Hendarwin M. Astro,

Lebih terperinci

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang logo lembaga PKPP-54 (F.78) Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang Koordinator/ PU Sutopo BALAI

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS Sri Astuti PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG : PROTOTYPE TEKNOLOGI Bidang Prioritas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

Bidang Produksi Tanaman Hortikultura

Bidang Produksi Tanaman Hortikultura TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT Bidang Produksi Tanaman Hortikultura Pasal 16 (1) Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Lembaga: Judul Penelitian: Kode: X.99

Pendahuluan. Lembaga: Judul Penelitian: Kode: X.99 Pendahuluan Judul Penelitian: Pengembangan Breakfast Meal Dari Tepung Talas Kode: X.99 Nama Peneliti: 1. Ermi Sukasih,STP.Msi 2. Dr. Setyadjit,M.App.Sc 3. Ir. Sunarmani,MS 4. Dra. Sri Yuliani,Apt Lembaga:

Lebih terperinci

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012 Kode kegiatan : F1.137 Rancang Bangun Kendaraan Multy Axle Sebagai Solusi Mengatasi Beban Lebih Yang Merusak Jalan Raya Ir. Setyo Margo Utomo, M.Eng Ir. Juliarso Gondoprajogo Drs. Triyono Widisasongko,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP) ( ) TAHUN 2012 Pertemuan Koordinasi dan Diskusi PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Dinas Kelautan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Pedoman Teknis Pengembangan dan Pembinaan UPJA sebagai tindak lanjut dalam mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KODE JUDUL: F1.28 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012 SIDa F.52 Pengembangan Budidaya Lele Sistem Terpal Dalam Kerangka Sistem Inovasi di Kabupaten Gunungkidul Nimas Maninggar, ST., MT Ir. Ati Widiati, MT Drs. Hamid, Msi Drs. Supratikno, Msi Binuko Dani,

Lebih terperinci

RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016

RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016 RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016 1. Sejak tiga tahun yang lalu, sejak Kabinet Presiden Joko Widodo, Menteri Pertanian memberikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RIKA PUSPITA SARI 02 114 054 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

RIKA PUSPITA SARI 02 114 054 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG PERANAN BANTUAN PROGRAM PENGUATAN MODAL USAHA TERHADAP USAHA PENGOLAHAN PISANG PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MAJU BERSAMA DI KECAMATAN TANJUNG BARU KABUPATEN TANAH DATAR Oleh : RIKA PUSPITA SARI 02 114

Lebih terperinci

B. KOMPONEN LAPORAN AKHIR Sesuai dengan dokumen Panduan Insentif PKPP 2012, Laporan akhir PKPP 2012 terdiri dari beberapa komponen yaitu :

B. KOMPONEN LAPORAN AKHIR Sesuai dengan dokumen Panduan Insentif PKPP 2012, Laporan akhir PKPP 2012 terdiri dari beberapa komponen yaitu : KERANGKA LAPORAN AKHIR PKPP 2012 A. TUJUAN PENYUSUNAN Laporan Akhir Pelaksanaan PKPP 2012 merupakan salah satu produk yang tertuang dalam Kontrak Kerjasama Pelaksanaan PKPP 2012. Oleh karena itu, penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN. Asmaripa Ainy. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN. Asmaripa Ainy. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PELAKSANAAN KEBIJAKAN BOK DI KAB. OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN Asmaripa Ainy Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya HOTEL HORISON

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PANDUAN SELEKSI TEKNOLOGI YANG DIMANFAATKAN DAN DIDAYAGUNAKAN DI INDUSTRI TAHUN 2016

PANDUAN SELEKSI TEKNOLOGI YANG DIMANFAATKAN DAN DIDAYAGUNAKAN DI INDUSTRI TAHUN 2016 PANDUAN SELEKSI TEKNOLOGI YANG DIMANFAATKAN DAN DIDAYAGUNAKAN DI INDUSTRI TAHUN 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2015 BUKU PANDUAN SELEKSI TEKNOLOGI YANG DIMANFAATKAN DAN DIDAYAGUNAKAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci