PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN"

Transkripsi

1 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN DECEMBER 2015 Kompartemen Standar Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI

2 KATA PENGANTAR Badan Audit Kemahasiwaan FEB UI menganggap bahwa perlu adanya perkembangan dari sistem pelaporan di ruang lingkup kemahasiswaan untuk menciptakan sistem keuangan yang transparan, kredibel, dan akuntabel. Untuk mencapai hal tersebut, Badan Audit Kemahasiwaan menciptakan suatu standar pelaporan keuangan lembaga yang berkesinambungan dan innovatif melalui SAK lembaga Kemahasiswaan (2015) serta Sistem Informasi Akuntansi Excel (SIAK Excel). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya hal tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan, terlebih bagi para bendahara lembaga. Oleh sebab itu, melalui buku Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan, kami terbitkan diharapkan para pengguna SAK Kemahasiswaan FEB UI menjadi lebih mudah dalam mengimplementasikan SAK Kemahasiswaan FEB UI. Konten dari buku ini menjelaskan secara rinci dan lugas mengenai konsep dasar, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Pedoman ini dilengkapi pula dengan contoh kasus agar konsep lebih mudah dimengerti. Akhir kata, kami selaku kompartmen standar yang mewakili Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI dalam menyusun buku panduan ini mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus lembaga, mahasiswa, serta sivitas akademika FEB UI yang ikut berpartisipasi dalam memberi kritik, saran, serta diskusi yang membangun untuk menciptakan FEB UI menjadi yang lebih baik. Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI 2015 Massaid Bimo Setyawan Akuntansi 2012 Ketua Putri Permata Sari Akuntansi 2012 Wakil Ketua Utari Indriani Akuntansi 2012 Wakil Ketua Nicholas Wijaya Langi Akuntansi 2013 Manajer Kompartemen Standar Renzy Tirtany Asmara Akuntansi 2013 Manajer Kompartemen Standar

3 DAFTAR ISI SECTION 1: CONCEPTUAL FRAMEWORK 1.1. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan Apa tambahan conceptual framework pada SAK dibandingkan dengan umumnya?.. 2 SECTION 2: PENJELASAN KONSEP, PENJURNALAN, DAN CONTOH KASUS 2.1. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan Investasi Pada Efek Tertentu Persediaan Aset Tetap Aset Tidak Berwujud Sewa Provisi dan Kontijensi Pendapatan Transaksi dalam Mata Uang Asing Kejadian Setelah Tanggal Pelaporan Laporan Keuangan Interim SECTION 3: ROADMAP IMPLEMENTASI SAK TAHUN Lampiran: Contoh Format Laporan Keuangan

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK 1.1 Apa yang dimaksud dengan conceptual framework? Conceptual framework adalah fondasi dasar SAK Kemahasiswaan yang digunakan sebagai acuan dan penilaian yang konsisten dalam menyusun pengaturan dalam SAK dan saat terdapat kondisi yang belum diatur dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam conceptual framework SAK, terdapat 2 karakteristik laporan keuangan yang merupakan tambahan dari SAK yang umum di Indonesia yaitu pembatasan dan kesatuan entitas. Berikut adalah penjelasannya seluruh karakteristik laporan keuangan SAK: 1. Dapat Dipahami (understandibility) Laporan keuangan berisikan informasi yang harus dapat dengan mudah dipahami oleh sejumlah besar pengguna sesuai dengan pengaturan yang berlaku di dalam SAK. 2. Relevan (relevance) Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan karena membantu pengguna laporan keuangan mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Materialitas (materiality) Informasi dipandang material jika kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. 4. Keandalan (reliability) Agar bermanfaat, informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (free from error and bias), dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan (faithful representation). 5. Substansi Mengungguli Bentuk (substance over form) Transaksi, peristiwa, dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan. 6. Pertimbangan Sehat (prudence) Pertimbangan sehat meliputi suatu sifat kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam suatu kondisi ketidakpastian yang meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang akan dilaporakan dalam laporan keuangan. 7. Kelengkapan (completeness) Agar dapat diandalkan, informasi keuangan dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. 1

6 SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK 8. Dapat Dibandingkan (comparability) Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan lembaga antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar lembaga untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 9. Tepat Waktu (timeliness) Agar relevan, informasi keuangan dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. 10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial dan harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal. 1.2 Apa tambahan karakteristik laporan keuangan dalam conceptual framework SAK Kemahasiswaan? PRINSIP PEMBATASAN Pembatasan adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya. Penyajian pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis pembatasan berdasarkan sifat pembatasannya oleh pemberi sumber daya, yaitu : 1. Terikat permanen 2. Terikat temporer 3. Tidak terikat Mengapa perlu ada tambahan prinsip pembatasan dalam SAK ini? Ketika pengguna laporan keuangan Lembaga mencoba memotret jumlah aset neto yang bersifat likuid, dalam arti dapat digunakan oleh suatu lembaga sepenuhnya, total saldo aset neto secara keseluruhan tidak dapat digunakan sebagai acuan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pihak pemberi sumber daya yang mengatur penggunaan sumber daya tersebut. Pembatasan penggunaan dapat terjadi pada kasus, antara lain: dana abadi yang hanya dapat digunakan imbal hasilnya saja (bunga) atau dana donasi yang ditunjukkan kepada pengeluaran kepanitiaan tertentu. Dengan adanya pembatasan ini, laporan keuangan lembaga diharapkan dapat memotret secara jelas jumlah saldo aset neto yang dapat digunakan sepenuhnya oleh lembaga yang bersangkutan. Penjelasan lebih lanjut mengenai implikasi pembatasan dielaborasi pada Section 2: Pendapatan. 2

7 SECTION 1 - CONCEPTUAL FRAMEWORK KESATUAN ENTITAS Prinsip ini mengharuskan lembaga untuk mengakui unsur-unsur laporan keuangan seluruh program kerjanya (proker) tanpa terkecuali. Hal ini termasuk dengan program kerja yang diserahkan pelaksanannya kepada pelaksana acara (proker open tender). Mengapa perlu adanya tambahan kesatuan entitas dalam SAK ini? Laporan keuangan lembaga merupakan salah satu masukan bagi pengurus Lembaga untuk mengambil keputusan. Sehingga untuk mencapai keputusan yang baik, seluruh aktivitas keuangan lembaga harus dapat tercermin dalam laporan keuangan Lembaga. Selain itu, diharapkan pengendalian Lembaga atas program kerja, terutama yang bersifat open tender, menjadi lebih baik seiring pengelolaan keuangan program kerja menjadi tergambar dalam laporan keuangan Lembaga. Penjelasan lebih lanjut mengenai implikasi kesatuan entitas dielaborasi pada SAK Bab 2 paragraf dan pada panduan ini Section 2: Pendapatan. 3

8 Halaman ini sengaja dikosongkan.

9 SECTION 2 KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN Dalam sub-bab ini, terdapat tiga hal utama terkait kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan, yaitu: a. Perubahan kebijakan akuntansi b. Perubahan estimasi akuntansi c. Koreksi kesalahan Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 8 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI Pengertian Perubahan kebijakan akuntansi adalah prinsip dan dasar tertentu yang diterapkan lembaga dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Pengakuan Lembaga harus menerapkan seluruh perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif (pada tahun berjalan dan satu tahun sebelumnya). Pengungkapan Jika pengaplikasian SAK ini memberikan dampak pada periode yang lalu, berjalan, dan mendatang, maka lembaga harus mengungkapkan: a. sifat dari perubahan kebijakan akuntansi; b. untuk periode berjalan dan setiap periode lalu yang disajikan, jika praktis, jumlah penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh; c. jika praktis, jumlah penyesuaian terkait dengan periode sebelumnya yang disajikan; dan penjelasan jika tidak praktis untuk menentukan jumlah yang diungkapkan di (b) atau (c). PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI Pengertian Perubahan estimasi akuntansi dapat diartikan sebagai perubahan tata cara pengukuran yang terjadi pada aset dan liabilitas akibat dari pengaplikasian sistem atau tata cara yang baru. 5

10 SECTION 2 KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN Pengakuan Lembaga harus mengakui pengaruh perubahan estimasi akuntansi secara prospektif dengan memasukkannya ke laporan aktivitas di periode terjadi perubahan dan periode mendatang. Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan sifat setiap perubahan estimasi akuntansi dan dampak perubahan tersebut pada aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada periode berjalan. Contoh kasus Lembaga ABC membeli aset tetap LCD proyektor pada tanggal 1/1/20X3 sebesar Rp 820 ribu. LCD proyektor tersebut disusutkan dengan metode garis lurus, masa manfaat 5 tahun, dengan nilai sisa Rp 100 ribu. Pada 1/1/20X5, lembaga mengubah estimasi manfaat dari 3 tahun tersisa menjadi 7 tahun tersisa atau secara total masa manfaat menjadi 9 tahun. Berikut adalah perhitungannya: - Jumlah penyusutan per tahun = (Rp 820 ribu ribu) / 5 tahun = Rp 144 ribu / tahun - Penyusutan selama 2 tahun = (2 tahun x Rp 144 ribu / tahun) = Rp 288 ribu - Nilai buku tersisa = (Rp 820 ribu ribu) = RP 532 ribu - Penyusutan baru = (Rp 532 ribu Rp 100 ribu ) / 7 tahun = RP 62 ribu / tahun. Entri Jurnal: 31/12/20X3 Dr. Beban Penyusutan LCD Proyektor 144 ribu Cr. Akumulasi Penyusutan LCD Proyektor 144 ribu 31/12/20X4 Dr. Beban Penyusutan LCD Proyektor 144 ribu Cr. Akumulasi Penyusutan LCD Proyektor 144 ribu 31/12/20X5 Dr. Beban Penyusutan LCD Proyektor 62 ribu Cr. Akumulasi Penyusutan LCD Proyektor 62 ribu 31/12/20X6 Dr. Beban Penyusutan LCD Proyektor 62 ribu Cr. Akumulasi Penyusutan LCD Proyektor 62 ribu 6

11 SECTION 2 KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN KOREKSI KESALAHAN PERIODE LALU Pengertian Kesalahan periode yang lalu adalah kesalahan dalam pencatatan, matematis, penerapan kebijakan akuntansi, kecurangan dan interpretasi fakta yang terjadi pada periode yang lalu. Pengakuan Jika praktis, Lembaga harus memperbaiki laporan keuangan secara retrospektif (ketentuan retrospektif jika praktis dapat dilihat pada SAK bab 8 paragraf 14-15). Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk kesalahan periode yang lalu: a. sifat dari kesalahan periode yang lalu; b. untuk setiap periode lalu yang disajikan, jika praktis, jumlah koreksi untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh; c. jumlah koreksi pada awal periode yang lalu yang disajikan paling awal; dan d. jika penyajian kembali secara retrospektif adalah tidak praktis untuk periode lalu tertentu, kondisi yang menyebabkan ketidakpraktisan tersebut dan deskripsi bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi. Laporan keuangan untuk periode-periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan tersebut. 7

12 Halaman ini sengaja dikosongkan.

13 SECTION 2 INVESTASI PADA EFEK TERTENTU Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi investasi pada efek-efek. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 9 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengertian Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli), atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. Pengakuan Mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: a. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) Jika Lembaga mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi tersebut harus diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo. b. Diperdagangkan (trading) Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Efek dalam kelompok diperdagangkan biasanya menunjukkan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan surplus dari perbedaan harga jangka pendek. c. Tersedia untuk dijual (available for sale) Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan tidak diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Pengukuran Pengukuran efek utang dan efek ekuitas tergantung pada klasifikasi efek tersebut. Pengukuran efek terangkum dalam tabel berikut: 9

14 SECTION 2 INVESTASI PADA EFEK TERTENTU Dimiliki hingga jatuh tempo Diperdagangkan Tersedia untuk dijual Pengakuan awal Biaya perolehan Biaya perolehan Biaya perolehan Surplus / defisit yang terealisasi Surplus / defisit yang belum terealisasi Laba rugi Laba rugi Laba rugi - Laba rugi - Penyajian Poin-poin pengaturan penyajian efek hutang dan efek ekuitas terangkum dalam tabel berikut: Klasifikasi Dimiliki hingga jatuh tempo Diperdagangkan Tersedia untuk dijual Jenis Efek Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas Hutang Ekuitas Aset Lancar atau Aset Tidak Lancar Lihat jatuh tempo x Harus disajikan sebagai Aset Lancar Lihat jatuh tempo Berdasarkan keputusan pengurus Arus Kas, disajikan dalam nilai bruto Arus Kas Investasi Arus Kas Operasi Arus Kas Investasi Pengungkapan Untuk setiap kelompok efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus diungkapkan: a. informasi biaya perolehan, b. jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi, Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, harus diungkapkan informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut. 10

15 SECTION 2 PERSEDIAAN Dalam sub-bab ini kita akan mengelaborasikan bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap persediaan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 10 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengakuan Persediaan adalah suatu bentuk aset lancar yang dimiliki oleh suatu Lembaga baik dari hasil produksi sendiri atau pun pihak eksternal yang ditunjukkan untuk dijual kembali tanpa ada inisiatif untuk menghabiskan nilai manfaatnya. Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban periode di mana pendapatan yang terkait diakui. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke aset lain, misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen lain diakui sebagai beban selama umur manfaat aset tersebut. Pengukuran Entitas harus mengukur nilai persediaan pada nilai biaya perolehan. Dalam mengukur nilai persediaan, Lembaga juga harus mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi: harga beli, bea impor, pajak, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan yang kemudian dikurangi diskon dan potongan harga lainnya. Lembaga dapat melakukan pembelian persediaan dalam beberapa termin penyelesaian tangguhan. Jika perjanjian secara efektif mengandung adanya elemen pembiayaan, maka elemen tersebut (misalnya, perbedaan antara harga beli untuk persyaratan kredit normal dengan jumlah yang dibayar) diakui sebagai beban bunga selama periode pembiayaan dan tidak ditambahkan ke biaya perolehan persediaan. Lembaga harus memasukkan biaya-biaya lain ke dalam biaya persediaan hanya sepanjang biaya tersebut terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Misalnya: biaya mendesain produk untuk konsumen tertentu. 11

16 SECTION 2 PERSEDIAAN Biaya yang Tidak Termasuk dalam Persediaan Contoh biaya yang tidak termasuk dalam biaya persediaan dan biaya tersebut diakui sebagai beban pada periode terjadinya adalah: a. biaya bahan tidak terpakai, tenaga kerja dan biaya produksi lainnya yang tidak normal; b. biaya penyimpanan, kecuali biaya yang diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi selanjutnya; c. biaya overhead administratif yang tidak berkontribusi untuk membuat persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang; dan d. biaya penjualan. Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan: a. kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan; dan b. jumlah tercatat persediaan yang digunakan Contoh Lembaga ABC membeli 500 gelang yang akan dijual kembali kepada mahasiswa dengan tujuan untuk pendaaan Lembaaga dengan total biaya perolehan Rp 2,5 juta (Biaya per unit: Rp 5 ribu). Gelang tersebut dijual kembali sebanyak 300 unit dengan harga Rp 10 ribu per unit gelangnya. Entri Jurnal : Lembaga pembelian gelang: Dr. Persediaan Gelang 2.5 juta Cr. Kas 2.5 juta Pada saat penjualan gelang: Dr. Kas 3 juta Cr. Pendapatan Penjualan Tidak Terikat 3 juta Dr. Harga Pokok Penjualan Cr. Persediaan Gelang 1.5 juta (Rp 5 ribu x 300 gelang) 1.5 juta 12

17 SECTION 2 ASET TETAP Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap aset tetap Lembaga. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 11 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengertian Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Pengakuan Lembaga harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai aset tetap jika terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam lembaga; dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Pengukuran saat pengakuan awal Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Unsur biaya perolehan adalah: harga beli neto (harga bersih barang ditangan pemilik); biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud pengurus; Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus diakui sebagai beban ketika terjadi: biaya pembukaan fasilitas baru; biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan dan promosi); biaya penyelenggaran bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); biaya administrasi dan overhead umum lainnya. Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama masa konstruksi atau pengembangan aset tetap diakui dalam laporan aktivitas jika operasional tersebut tidak diperlukan untuk membawa aset tetap ke lokasi dan kondisi operasi yang dimaksud. 13

18 SECTION 2 ASET TETAP Pengukuran setelah pengakuan awal Lembaga harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan. Lembaga harus mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi seharihari (cost of day-to-day servicing) dari aset tetap sebagai beban di dalam laporan aktivitas pada periode terjadinya. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap tidak diperkenankan. PENYUSUTAN Lembaga harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset. Beberapa metode penyusutan yang mungkin dipilih, antara lain metode garis lurus (straight line method); metode saldo menurun (diminishing balance method); dan metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method). Jika terdapat suatu indikasi bahwa telah terjadi perubahan signifikan sejak tanggal pelaporan tahunan sebelumnya dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset, maka lembaga harus menelaah ulang metode penyusutan saat ini dan, jika diperlukan, mengubah metode penyusutan untuk mencerminkan pola yang baru. Lembaga harus memperlakukan perubahan metode penyusutan sebagai perubahan estimasi akuntansi. Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap: dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto; metode penyusutan yang digunakan; umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; dan jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. Lembaga juga harus mengungkapkan: keberadaan dan jumlah tercatat aset tetap yang hak penggunaannya dibatasi dan jumlah tercatat aset tetap yang ditentukan sebagai jaminan atas utang; dan jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap. 14

19 SECTION 2 ASET TETAP Contoh perhitungan penyusutan Metode #1: Metode garis lurus Ilustrasi 1 Lembaga ABC mempunyai suatu aset tetap berupa lemari buku yang baru dibeli pada awal kepengurusan tahun berjalan dengan harga RP 400 ribu. Lembaga X memperkirakan bahwa umur manfaatnya akan cukup panjang, yakni 5 tahun dan memiliki nilai residu 50 ribu rupiah. Berapakah beban yang harus dialokasikan tiap tahunnya oleh lembaga X? Perhitungan:!"#$# &'()*'+#, -,"*#" ('."/0 010( 1#,2##3 = 4& 566 ("!0 4& 86 ("!0 8 3#+0, = Rp 70 ribu per tahun Entri jurnal: Dr. Beban Depresiasi Lemari Buku 70 ribu Cr. Akumulasi Depresiasi Lemari Buku 70 ribu Entri jurnal ini dibebankan secara konsisten pada setiap tanggal pelaporan proporsional antara periode pelaporan. Metode #2: Metode unit produksi Ilustrasi 2 Lembaga DEF memiliki aset tetap berupa LCD proyektor dengan biaya perolehan sebesar Rp 5 juta. Lembaga mengestimasi masa hidup LCD adalah jam dan nilai sisa sebesar Rp 500 ribu. Aset tetap digunakan sebanyak jam pada periode ini. Perhitungan basis penyusutan:!"#$# &'()*'+#,-,"*#" ('."/0 4& 8 :03# - 4& 866 ("!0 = 0,"3 &()/09." ; :#1 Rp 45 per jam penggunaan Sehingga dengan penggunaan sebesar jam, penyusutan periode ini adalah sebesar: Rp 45 / jam x jam = Rp = 15

20 Halaman ini sengaja dikosongkan.

21 SECTION 2 ASET TIDAK BERWUJUD Dalam sub-bab ini, akan dielaborasi bagaimana perlakuan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap aset tidak berwujud Lembaga. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 12 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengertian Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasikan jika: a. dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari lembaga dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau b. muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari lembaga atau dari hak dan kewajiban lainnya. Aset tidak berwujud tidak termasuk efek (surat berharga). Pengakuan Aset tidak berwujud diakui apabila: a. kemungkinan lembaga akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut; dan b. biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal. Dalam menilai tingkat kepastian akan adanya manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari penggunaan aset tidak berwujud, lembaga mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aset dengan memberikan penekanan pada bukti eksternal. Pengukuruan PENGUKURAN AWAL Lembaga mengukur aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan yang dapat terdiri dari harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan, setelah diskon dan potongan dagang; dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset sehingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya. 17

22 SECTION 2 ASET TIDAK BERWUJUD UMUR MANFAAT Aset tidak berwujud harus memiliki umur manfaat yang terbatas. Umur manfaat tersebut sesuai dengan penilaian manajemen. Apabila Lembaga tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud, maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun. NILAI RESIDU Nilai residu suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol Penghentian atau pelepasan Lembaga harus menghentikan pengakuan aset tidak berwujud, dan mengakui keuntungan atau kerugian dalam laporan aktivitas jika aset tidak berwujud: a. dilepaskan; atau b. ketika tidak ada lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan pelepasannya. Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud: a. dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto; b. metode amortisasi yang digunakan; dan c. umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. Lembaga juga harus mengungkapkan: a. keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan atas utang; dan b. jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud. 18

23 SECTION 2 ASET TIDAK BERWUJUD Contoh Lembaga ABC membeli lisensi software kasir seharga Rp 1 juta. Case 1 : Lembaga ABC mampu mengestimasi umur manfaat lisensi tersebut, dan diestimasikan memiiliki umur manfaat 4 tahun, maka nilai amortisasi per tahun adalah Rp 250 ribu per tahun (Rp 1 juta / 4 tahun). Nilai residu dianggap nol. Case 2 : Lembaga ABC tidak dapat mengestimasi umur manfaat, maka umur manfaat dianggap 10 tahun, maka nilai amortisasi per tahun menjadi Rp 100 ribu per tahun (Rp 1 juta / 10 tahun). Nilai residu dianggap nol. 19

24 Halaman ini sengaja dikosongkan.

25 SECTION 2 SEWA Dalam sub-bab ini, akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi dari segi pengakuan (pengklasifikasian), pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari transaksi sewa. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 13 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengakuan (pengklasifikasian) Transaksi sewa dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sewa, yaitu: Sewa Pembiayaan dan Sewa Operasi. Kriteria pengakuan transaksi sewa terangkum dalam tabel berikut: Kriteria Sewa Pembiayaan Kriteria Sewa Operasi Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa. Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan. Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan. Jika salah satu dari kriteria sewa pembiayaan tidak terpenuhi maka sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan yaitu pembayaran sewa minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan. Pengukuran (laporan keuangan lessee) SEWA PEMBIAYAAN Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa. 21

26 SECTION 2 SEWA Selama masa sewa, setiap pembayaran sewa dialokasikan sebagai angsuran pokok kewajiban dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban lessee. Lessee harus menyusutkan atau mengamortisasi aset sewaan dalam sewa pembiayaan sesuai dengan Bab 11 Aset Tetap atau Bab 12 Aset Tidak Berwujud. Jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, maka aset sewaan harus disusutkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara masa sewa dengan umur manfaatnya. SEWA OPERASI Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. Pengukuran (laporan keuangan lessor) SEWA PEMBIAYAAN Penanaman neto dalam aset yang disewakan harus diperlakukan sebagai penanaman neto sewa. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa ditambah nilai residu yang akan diterima oleh lessor pada akhir masa sewa dikurangi dengan pendapatan sewa yang belum diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan. Selisih antara piutang sewa ditambah nilai residu dengan harga perolehan aset yang disewakan diakui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui. Pendapatan sewa yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkala atas penanaman neto sewa. Jika aset yang disewakan dijual kepada lessee sebelum berakhirnya masa sewa, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto sewa pada saat penjualan dilakukan harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya. Pengungkapan Lessee mengungkapkan hal-hal berikut: a. jumlah pembayaran sewa yang harus dibayar selama masa sewa; b. jumlah pembayaran sewa selama periode berjalan yang diakui sebagai beban sewa; c. jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa; 22

27 SECTION 2 SEWA d. keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya sehubungan dengan transaksi jual dan sewa-balik; dan e. ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa. Lessor mengungkapkan hal-hal berikut: a. kebijakan akuntansi penting yang digunakan sehubungan dengan transaksi sewa; b. jumlah pembayaran sewa selama masa sewa; c. sifat dari simpanan jaminan yang merupakan kewajiban lessor kepada lessee; dan d. piutang sewa yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Contoh Lembaga ABC melakukan sewa ruangan untuk acara training di gedung B Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan harga RP 100 ribu per ruangan. Lembaga ABC menyewa sebanyak 3 ruangan selama 3 hari. Entri Jurnal: Dr. Beban Sewa Cr. Kas 900 ribu 900 ribu 23

28 Halaman ini sengaja dikosongkan.

29 SECTION 2 PROVISI DAN KONTIJENSI Dalam sub-bab ini akan membahas mengenai bagaimana perlakuan akuntansi provisi dan kontijensi dari sisi pengertian, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 14 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengertian Provisi adalah kewajiban yang jumlah kewajibannya yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Contoh: kewajiban Lembaga untuk melakukan pembubaran Lembaga yang sudah biasa dilaksanakan dari tahun ke tahun. Kebiasaan tersebut menjadikan suatu kewajiban konstruktif bagi lembaga untuk mengeluarkan dana untuk melaksanakan pembubaran. Kewajiban ini merupakan sebuah provisi karena nilai dan jumlahnya belum pasti, namun kewajibannya sudah terjadi. Pengakuan PROVISI Lembaga mengakui provisi jika: a. Lembaga memiliki kewajiban kini sebagai hasil dari peristiwa masa lalu; dan b. Kemungkinan (lebih mungkin dibandingkan tidak mungkin) terjadi bahwa lembaga akan disyaratkan untuk mentransfer manfaat ekonomi pada saat penyelesaian; dan c. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal. Lembaga mengakui provisi tersebut sebagai liabilitas dalam laporan posisi keuangan dan mengakui jumlah dari provisi tersebut sebagai beban dalam laporan aktivitas. KEWAJIBAN KONTIJENSI Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang belum pasti atau kewajiban kini yang tidak diakui karena tidak memenuhi salah satu atau kedua kondisi provisi. Lembaga hanya perlu melakukan pengungkapan saja atas kewajiban kontijensi. 25

30 SECTION 2 PROVISI DAN KONTIJENSI Pengukuran PROVISI Pengukuran Awal Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada tanggal pelaporan. Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga, maka penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti diterima pada saat perusahaan menyelesaikan kewajibannya. Piutang penggantian akan disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai aset dan tidak boleh saling hapus terhadap provisi yang ada. Pengukuran selanjutnya Lembaga membebankan provisi hanya untuk pengeluaran atas provisi yang telah diakui pada awalnya. Lembaga menelaah provisi pada setiap tanggal pelaporan dan melakukan penyesuaian untuk mencerminkan estimasi terbaik kini atas jumlah yang disyaratkan untuk menyelesaikan kewajiban pada tanggal pelaporan. Penyesuaian atas jumlah yang diakui sebelumnya, diakui di laporan aktivitas kecuali provisi pada awalnya diakui sebagai bagian dari biaya perolehan persediaan atau aset tetap. Pengungkapan PROVISI Untuk setiap jenis provisi, Lembaga harus mengungkapan: a. Jumlah tercatat pada awal dan akhir periode; b. Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah pada provisi yang ada; c. Jumlah yang digunakan yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi selama periode bersangkutan; d. Jumlah yang belum digunakan selama periode bersangkutan; e. Uraian singkat mengenai sifat kewajiban dan perkiraan saat arus keluar sumber daya terjadi; f. Indikasi adanya ketidakpastian atas jumlah dan saat arus pengeluaran kas; g. Jumlah ekspektasi penggantian dengan menyebutkan aset yang telah diakui atas ekspektasi penggantian tersebut. Informasi komparatif tidak disyaratkan 26

31 SECTION 2 PROVISI DAN KONTIJENSI KEWAJIBAN KONTIJENSI Lembaga mengungkapkan untuk setiap jenis kewajiban kontinjensi pada tanggal pelaporan, uraian dan sifat kewajiaban kontijensi dan jika praktis dilakukan: a. Estimasi dampak keuangan yang diukur dari segi pengukuran b. Indikasi adanya ketidakpastian atas jumlah atau waktu dari pengeluaran; c. Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga. Jika tidak praktis membuat pengungkapan salah satu atau lebih pengungkapan di atas, maka fakta tersebut harus diungkapkan. Contoh PROVISI Lembaga ABC pada tahun berjalan (2015) memperkirakan bahwa pada akan melakukan pembubaran pada Maret 2016 untuk kepengurusan tahun Berdasarkan pengalaman lembaga dari tahun ke tahun acara pembubaran tersebut kurang lebih akan memakan biaya sebesar Rp 1,5 juta rupiah. Entri Jurnal : Dr. Beban Administrasi Cr. Provisi Administrasi 1,5 juta 1,5 juta 27

32 Halaman ini sengaja dikosongkan.

33 SECTION 2 PENDAPATAN Dalam sub-bab ini akan dijelaskan bagaimana perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dari segi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 15 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengakuan Dalam SAK pendapatan diklasifikasikan menjadi 3 kategori menurut pembatasannya, yaitu: Pendapatan terikat permanen Pendapatan terikat temporer Pendapatan tidak terikat. Pendapatan terikat permanen adalah pendapatan yang pemberi dana memberikan pembatasan secara permanen terhadap sumber daya yang diberikan kepada si penerima dana. Dalam beberapa kasus, sumber daya dalam perikatan terikat permanen hanya dapat digunakan imbal hasilnya saja. Pendapatan terikat temporer adalah pendapatan yang memiliki pembatasan sebatas peristiwa tertentu dan setelah suatu peristiwa tersebut berakhir pembatasannya berakhir juga. Dalam pendapatan tidak terikat, tidak ada pembatasan sedikit pun dari sisi pemberi dana yang bersangkutan. Pengukuran Lembaga harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Lembaga harus memasukkan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus diterima secara bruto. Lembaga harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai. Dalam hubungan keagenan, Lembaga memasukkan dalam pendapatan hanya sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh atas nama pihak prinsipal bukan merupakan pendapatan Lembaga tersebut. Pengungkapan Lembaga harus mengungkapkan: a. kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan, termasuk metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan penyediaan jasa; 29

34 SECTION 2 PENDAPATAN b. jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode, termasuk pendapatan yang timbul dari: i. penjualan barang; ii. pemberian jasa; iii. bunga, royalti atau dividen; iv. sponsorship; v. donasi atau sumbangan; dan vi. blockgrant. Contoh PENDAPATAN TERIKAT PERMANEN Contoh yang umum termasuk dalam pendapatan terikat permanen adalah donasi dana abadi yang diterima oleh lembaga dari suatu donatur. Dana abadi yang berasal dari pemisahan (apropriasi) bukan merupakan pendapatan terikat permanen sebab pembatasan berasal dari pengurus Lembaga. Ilustrasi 1 Perusahaan XYZ memberikan donasi sebesar Rp 10 juta kepada lembaga ABC. Dengan prasyarat: o o Rp 4 juta diperbolehkan untuk digunakan untuk program kerja sosial GHI. Rp 6 juta dipergunakan sebagai dana lembaga dan hanya diperbolehkan untuk ditempatkan dalam deposito. Bunga atas deposito diperbolehkan untuk digunakan oleh keperluan lembaga ABC. Melalui prasyarat tersebut, maka atas data Rp 6 juta merupakan Pendapatan Terikat Permanen sebab dana tersebut dibatasi secara permanen oleh pemberi sumber daya. Sedangkan, atas dana Rp 4 juta merupakan Pendapatan Terikat Temporer yang akan dibahas berikutnya. Ilustrasi 2 Pada tanggal 1/1/20X1, Perusahaan RST memberikan donasi berupa deposito sebesar RP 20 juta rupiah kepada lembaga DEF. Akan tetapi deposito tersebut tidak boleh digunakan pokoknya sama sekali dan hanya boleh di boleh dimanfaatkan untuk imbal hasilnya saja. Pada tahun 20X1, total imbal hasil yang didapat atas deposito tersebut adalah Rp 100 ribu. 30

35 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 2 (Lanjutan) Entri jurnal: 01/01/2x01 Dr. Deposito Held to Maturity 20 juta Cr. Pendapatan Terikat Permanen - RST 20 juta 31/12/2x01 Dr. Kas 100 ribu Cr. Pendapatan Bunga Tidak Terikat 100 ribu PENDAPATAN TERIKAT TEMPORER Contoh dana terikat temporer yang umum ada adalah: a. donasi kepada kepanitiaan; dan b. blockgrant dari Dekanat FEB UI atau lembaga lain. Dana ini merupakan terikat temporer karena pemberi dana hanya berkenan dana tersebut digunakan untuk kepanitiaan tertentu sampai selesai acaranya tanpa lembaga memberikan imbal balik kepada donatur. Setelah itu, setelah bebas pembatasan, sisa dana dapat digunakan baik oleh kepanitiaan atau lembaga yang bersangkutan. Dalam kasus umum, pembatasan dari donatur adalah hanya sebatas acara kepanitiaan dan tidak lebih. Ilustrasi 3 Lembaga GHI menerima blockgrant Dekanat FEB UI sebesar Rp 32 juta setelah Lembaga melakukan pengeluaran dan melakukan pertanggungjawaban melalui mekanisme yang seharusnya. Diestimasi tidak ada keraguan dalam kolektabilitas reimbursement ini. Entri jurnal: Lembaga melakukan pengeluaran yang dapat dan akan di-reimburse melalui Dana Dekanat FEB UI: Dr. Beban Administrasi 32 juta Cr. Kas 32 juta Lembaga GHI selesai pertanggungjawaban atas reimbursement dan tidak ada keraguan atas kolektabilitasnya: Dr. Piutang Blockgrant 32 juta Cr. Pendapatan Blockgrant Terikat Temporer 32 juta 31

36 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 3 (Lanjutan) Lembaga GHI menerima dana reimbursement dan mengubah sifat pembatasan: Dr. Kas 32 juta Cr. Piutang Blockgrant 32 juta Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan Terikat Temporer 32 juta Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya Tidak Terikat 32 juta Ilustrasi mengenai Pendapatan Program Kerja dan Konsep Kesatuan Entitas diberikan pada Ilustrasi Komprehensif pada sub-bab ini. PENDAPATAN TIDAK TERIKAT Contoh dana terikat temporer yang umum antara lain: a. sponsorhsip kepanitiaan; b. kerjasama pemberian jasa kepada Perusahaan; c. donasi langsung ke Lembaga tanpa prasyarat; dan d. penjualan dana usaha. Dana ini merupakan tidak terikat karena Lembaga memberikan jasa atau melakukan penjualan barang dan dana yang diterima merupakan imbalan atas penyampaian jasa atau penjualan barang tersebut. Ilustrasi 4 Lembaga JKL menerima kerja sama dengan PT MNO berupa pengadaan stand di Selasar Denakat FEB UI dengan sistem Lembaga JKL menerima fee untuk kerja sama ini dan seluruh pengeluaran ditanggung oleh PT MNO (at cost). Pengeluaran yang dilakukan oleh Lembaga JJKL untuk melaksanakan acara ini adalah Rp 1 juta dan fee yang diberikan Rp 5 juta. Entri Jurnal: Lembaga ABC melakukan pengeluaran untuk pengadaan stand: Dr. Piutang Proyek PT GHI 1 juta Cr. Kas 1 juta 32

37 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 4 (Lanjutan) Lembaga ABC menerima penggantian pengeluaran dari PT MNO: Dr. Kas 1 juta Cr. Piutang Proyek PT GHI 1 juta Lembaga ABC menerima fee kerja sama dari PT MNO: Dr. Kas 5 juta Cr. Pendapatan Proyek Tidak Terikat 5 juta KASUS KOMPREHENSIF PROGRAM KERJA OPEN TENDER Dalam praktik pengakuan unsur laporan keuangan Program Kerja Open Tender terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan: a. Jenis pendapatan yang diterima oleh Kepanitiaan; b. Skema profit and loss sharing; dan c. Pemberian dana turunan atau dana lain dari Lembaga kepada Kepanitiaan. Overview Kasus: Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Kerja sama ini terdapat ketentuan profit and loss sharing. Dalam beberapa ilustrasi berikut akan dijelaskan bagaimana dampak perubahan dari tiga aspek tersebut dalam pengakuan dari unsur laporan keuangan Program Kerja Open Tender. Ilustrasi 5: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha Profit Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50%:50%. Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha. Berikut adala neraca saldo Kepanitian XYZ pada tanggal pelaporan: 33

38 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 5 (Lanjutan) Dr. Kas Rp 5 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta Dr. Perlengkapan Rp 5 juta Cr. Pendapatan Sponsorship Rp 10 juta Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 7 juta Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan profit sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 10 juta + Rp 7 Juta Rp 20 juta). Entri Jurnal: Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ: Dr. Kas Dr. Perlengkapan Program Kerja XYZ Dr. Beban Program Kerja XYZ 5 juta 5 juta 20 juta Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Terikat Temporer Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Tidak Terikat 8 juta 17 juta Pendapatan Donasi bersifat Terikat Temporer karena Lembaga ABC tidak memberikan imbal jasa atas sumber daya dan pemberi dana memberikan dana khusus untuk pelaksanaan Program Kerja XYZ. Sedangkan, Pendapatan Sponsorship dan Dana Usaha bersifat Tidak Terikat karena Lembaga ABC melalui Kepanitiaan XYZ menyampaikan suatu imbal balik atas sumber daya yang diterima. Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai: Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan Terikat Temporer 8 juta Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya Tidak Terikat 8 juta Lembaga ABC mencatat pengeluaran aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%) Dr. Beban Profit and Loss Sharing 2,5 juta Cr. Kas / Perlengkapan Program Kerja XYZ 2,5 juta Sehingga, keuntungan bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 10 juta + 7 juta 20 juta 2,5 juta). 34

39 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 6: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha Loss Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50%:50%. Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha. Berikut adalah neraca saldo Kepanitiaan XYZ pada tanggal pelaporan: Dr. Kas Rp 1 juta Cr. Utang Panitia Rp 6 juta Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta Cr. Pendapatan Sponsorship Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 5 juta Rp 2 juta Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan loss sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 5 juta + Rp 7 Juta Rp 20 juta). Entri Jurnal: Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ: Dr. Kas Dr. Beban Program Kerja XYZ 1 juta 20 juta Cr. Utang Panitia Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Terikat Temporer Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Tidak Terikat 6 juta 8 juta 7 juta Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai: Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan Terikat Temporer 8 juta Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya Tidak Terikat 8 juta 35

40 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 6 (Lanjutan) Lembaga ABC mencatat penerimaan aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%) Dr. Kas 2,5 juta Cr. Penerimaan Profit and Loss Sharing 2,5 juta Sehingga, kerugian bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 5 juta + 2 juta 20 juta + 2,5 juta). Ilustrasi 7: Donasi, Sponsorship, dan Dana Usaha Profit dan Dana Turunan Program Kerja XYZ merupakan program kerja di bawah Lembaga ABC dan pelaksanaannya diserahkan kepada panitia pelaksana (Kepanitiaan XYZ). Dalam kerja sama ini, terdapat ketentuan profit and loss sharing sebesar 50% untuk Lembaga ABC, 30% untuk Kepanitiaan XYZ, dan 20% untuk dana turunan pelaksanaan Program Kerja XYZ selanjutnya. Kepanitiaan XYZ mendapatkan pendanaan dari tiga sumber yaitu: donasi, sponsorship dengan menawarkan kontra prestasi, dan dana usaha. Berikut adalah neraca saldo Kepanitiaan XYZ pada tanggal pelaporan: Dr. Kas Rp 5 juta Cr. Pendapatan Donasi Rp 8 juta Dr. Perlengkapan Rp 5 juta Cr. Pendapatan Sponsorship Rp 10 juta Dr. Beban Rp 20 juta Cr. Pendapatan Dana Usaha Rp 7 juta Berdasarkan informasi dari neraca saldo tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga ABC melalui Kepanitiaan XYZ mencatatkan profit sebesar Rp 5 juta (Rp 8 juta + Rp 5 juta + Rp 7 Juta Rp 20 juta) dengan pembagian sesuai perjanjian: o 50% untuk Lembaga ABC : Rp 2,5 juta o 30% untuk Kepanitiaan XYZ : Rp 1,5 juta o 20% untuk Dana Turunan : Rp 1 juta 36

41 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 7 (Lanjutan) Entri Jurnal: Lembaga ABC melakukan pengakuan atas unsur-unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ: Dr. Kas Dr. Perlengkapan Program Kerja XYZ Dr. Beban Program Kerja XYZ 5 juta 5 juta 20 juta Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Terikat Temporer Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ Tidak Terikat 8 juta 17 juta Perubahan sifat pembatasan pendapatan karena Program Kerja XYZ jika telah usai: Dr. Aset neto terbebaskan dari pembatasan Terikat Temporer 8 juta Cr. Aset neto yang berakhir pembatasannya Tidak Terikat 8 juta Lembaga ABC mencatat pengeluaran aset senilai Rp 2,5 juta untuk profit sharing dengan Kepanitiaan XYZ (Rp 5 juta x 50%) Dr. Beban Profit and Loss Sharing 2,5 juta Cr. Kas / Perlengkapan Program Kerja XYZ 2,5 juta Sehingga, keuntungan bersih yang diterima oleh Lembaga ABC dari Program Kerja XYZ adalah sebesar: Rp 2,5 juta (Rp 8 juta + 10 juta + 7 juta 20 juta 2,5 juta). Lembaga ABC pada tanggal pelaporan, dapat menyajikan Aset Neto Tidak Terikat Sudah Ditentukan Penggunaannya sebesar Rp 1 juta berasal dari Dana Turunan Program Kerja XYZ. Pada periode selanjutnya, Lembaga menyampaikan dana turunan kepada Program Kerja XYZ berikutnya: Dr. Dana Turunan (Akun Aset) XYZ 1 juta Cr. Kas 1 juta Pada saat Lembaga ABC melakukan pengakuan unsur laporan keuangan Program Kerja XYZ periode selanjutnya. Lembaga ABC akan mengkreditkan Dana Turunan. Sebab Dana Turunan bukan Pendapatan bagi Lembaga ABC. 37

42 SECTION 2 PENDAPATAN Ilustrasi 7 (Lanjutan) Dapat dicontohkan sebagai berikut dengan mengacu pada Neraca Saldo Program Kerja XYZ selanjutnya: Dr. Akun Aset Dr. Beban Program Kerja XYZ xx juta xx juta Cr. Dana Turunan XYZ Cr. Pendapatan Program Kerja XYZ xx juta xx juta 38

43 SECTION 2 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING Dalam sub-bab ini akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap transaksi dalam mata uang asing yang meliputi pengakuan awal, pelaporan pada akhir periode selanjutnya, dan pengungkapan. Hal-hal dalam sub-bab ini diambil dari Bab 16 SAK Kemahasiswaan. Pengaturan lebih rinci dapat dipelajari pada Bab terkait. Pengakuan awal Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika Lembaga: a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang asing; b. meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang didenominasi dalam mata uang asing; c. memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya atau menyelesaikan kewajiban, yang didenominasi dalam mata uang asing. Lembaga harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal transaksi antara mata uang pelaporan dan mata uang asing tersebut. Pelaporan pada akhir periode Pada akhir setiap periode pelaporan, lembaga harus: a. pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs penutup (kurs pada tanggal pelaporan); b. pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; c. pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam mata uang asing dilaporkan dengan menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan. Lembaga harus mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan aktivitas periode terjadinya yang timbul dari: a. penyelesaian transaksi moneter; atau b. penjabaran transaksi moneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada pengakuan awal atau pada laporan keuangan sebelumnya mana yang lebih akhir. 39

Standar'Akuntansi'Keuangan' Kemahasiswaan'

Standar'Akuntansi'Keuangan' Kemahasiswaan' Lampiran: Peraturan BAK Nomor 3 Tahun 2015! Standar'Akuntansi'Keuangan' Kemahasiswaan' Fakultas(Ekonomi(dan(Bisnis(UI(!!!!! ( ( ( ( ( Dewan(Anggota(dan(Kompartemen(Standar(BAK(FEB(UI(2015( Oktober(2015(

Lebih terperinci

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. VIII.1 ASET TETAP A. Definisi 01. Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Lebih terperinci

BAGIAN IX ASET

BAGIAN IX ASET - 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan

Lebih terperinci

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH X.1 ASET TETAP A. Definisi Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM ) Balai Kartini Jakarta, 16 Juni 2016 Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved Ikatan Akuntan Indonesia Tiga Pilar Akuntansi Keuangan: Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK ETAP SAK Syariah SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan Bab IV PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan Yayasan Sekolah TSK yang kemudian dianalisis

Lebih terperinci

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP SAK UMUM vs SAK ETAP No Elemen PSAK SAK ETAP 1 Penyajian Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia Agenda 1. Lingkup dan Aplikasi Standar 2. Kebijakan Akuntansi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG

PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING LATAR BELAKANG Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yangmenyangkut valuta asing dalam dua cara. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing atau memiliki

Lebih terperinci

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru" 1 PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) AGENDA 2 Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi i Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian dari Usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1 Usaha Mikro Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Exposure Draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. Tanggapan atas Exposure Draft ini diharapkan

Lebih terperinci

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets 1 Ruang Lingkup Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 Peraturan Nomor VIII.G.7 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

PT GARUDA METALINDO Tbk

PT GARUDA METALINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016 DAN 31 DESEMBER 2015 SERTA UNTUK PERIODE TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2016 DAN 2015 (MATA UANG INDONESIA) LAPORAN KEUANGAN INTERIM 31 MARET 2016

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BEM FEB UI. Periode 1 Januari Desember 2017

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BEM FEB UI. Periode 1 Januari Desember 2017 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BEM FEB UI Periode 1 Januari 2017 31 Desember 2017 1 KATA PENGANTAR Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, atau yang sering disingkat

Lebih terperinci

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH II.1. KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN A. Tujuan Laporan Keuangan 01. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, arus kas

Lebih terperinci

Laporan Laba Rugi dan Informasi Terkait

Laporan Laba Rugi dan Informasi Terkait Laporan Laba Rugi dan Informasi Terkait Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasional perusahaan selama periode tertentu. Kegunaan: 1. Evaluasi dan prediksi

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1.726.219 3. Penempatan pada bank lain 988.082 4. Tagihan spot dan derivatif 16.719

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9.089 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4.826.555 3. Penempatan pada bank lain 1.928.587 4. Tagihan spot dan derivatif 35.715

Lebih terperinci

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9,471 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,809,222 3. Penempatan pada bank lain 882,630 4. Tagihan spot dan derivatif 21,247

Lebih terperinci

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit) DAFTAR ISI Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 18,172 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 166,785 168,240 3. Penempatan pada bank lain 1,128,825 1,118,035 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty 1 PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa Ellyn Octavianty AGENDA Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee Sewa

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 0 Bab Ruang Lingkup.. Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah (SAK UKM) dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas kecil dan menengah. Entitas kecil dan menengah adalah entitas yang: (a) yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Koperasi

Akuntansi Keuangan Koperasi Akuntansi Keuangan Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 04/Per/M.KUKM/VII/2012 MENIMBANG : (d). Bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

OVERVIEW STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) SAK ETAP BERLAKU SEJAK TGL Berlaku bagi Perusahaan

OVERVIEW STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) SAK ETAP BERLAKU SEJAK TGL Berlaku bagi Perusahaan OVERVIEW STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) SAK ETAP BERLAKU SEJAK TGL 1-1-2011 Berlaku bagi Perusahaan menengah ke bawah. Akuntansi Akuntansi mengidentifikasi, mengukur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

TOTAL ASET 81,190,623

TOTAL ASET 81,190,623 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,188,987 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,488,609 3. Penempatan pada bank lain 990,536 4. Tagihan spot dan derivatif 67,956 5. Surat berharga: 5,868,588

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,982,283

TOTAL ASET 85,982,283 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,123,362 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,778 3. Penempatan pada bank lain 2,087,488 4. Tagihan spot dan derivatif 3,975 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,802,795

TOTAL ASET 84,802,795 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,256,517 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,020,664 3. Penempatan pada bank lain 1,917,892 4. Tagihan spot dan derivatif 43,652 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,923,383

TOTAL ASET 84,923,383 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,217,214 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,457,923 3. Penempatan pada bank lain 1,088,927 4. Tagihan spot dan derivatif 7,487 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 83,967,262

TOTAL ASET 83,967,262 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,178,137 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,446,926 3. Penempatan pada bank lain 1,690,067 4. Tagihan spot dan derivatif 253 5. Surat berharga: 5,850,999

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.122.024 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.223.085 3. Penempatan pada bank lain 1.694.438 4. Tagihan spot dan derivatif 105 5. Surat berharga: 5.775.137

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.312.028 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8.824.905 3. Penempatan pada bank lain 1.980.257 4. Tagihan spot dan derivatif 1.624 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 89,648,272

TOTAL ASET 89,648,272 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,581,513 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,660,113 3. Penempatan pada bank lain 3,242,369 4. Tagihan spot dan derivatif 1,098 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 88,075,236

TOTAL ASET 88,075,236 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,294,085 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,113 3. Penempatan pada bank lain 1,089,865 4. Tagihan spot dan derivatif 350 5. Surat berharga: 5,230,104

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,932,429

TOTAL ASET 85,932,429 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,236,095 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,080,589 3. Penempatan pada bank lain 1,105,201 4. Tagihan spot dan derivatif 35,413 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,474,937

TOTAL ASET 85,474,937 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,229,632 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,069,150 3. Penempatan pada bank lain 1,108,366 4. Tagihan spot dan derivatif 675 5. Surat berharga: 4,830,077

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,302,409

TOTAL ASET 87,302,409 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,126,306 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,015,894 3. Penempatan pada bank lain 1,125,987 4. Tagihan spot dan derivatif 21,003 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,686,543

TOTAL ASET 87,686,543 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,128,229 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,197,289 3. Penempatan pada bank lain 842,333 4. Tagihan spot dan derivatif 14,004 5. Surat berharga: 6,134,587

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,035,918

TOTAL ASET 87,035,918 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,268,260 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,643,950 3. Penempatan pada bank lain 981,207 4. Tagihan spot dan derivatif 2,338 5. Surat berharga: 6,298,959

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 No. POS POS (dalam jutaan rupiah) Posisi Tgl. Laporan ASET 1. Kas 13,594 2. Penempatan pada Bank Indonesia 279,777 3. Penempatan pada bank lain 10,687 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Ekshibit A NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) A S E T ASET LANCAR Kas dan setara kas 2c,2p,3,25 1,349,564,406,813 1,205,030,845,882 Investasi jangka

Lebih terperinci

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS 21 BAB 7 LAPORAN ARUS KAS A. TUJUAN 1. Laporan arus kas bertujuan menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas PDAM, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Secara umum Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan

Lebih terperinci

No. POS - POS Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)

No. POS - POS Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo) LAPORAN POSISI KEUANGAN (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 8,109 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,176,767 3. Penempatan pada bank lain 670,146 4. Tagihan spot dan derivatif 15,095 5. Surat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjelasan Umum Aset Tetap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 16 adalah Standar Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,118,737 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,152,789 3. Penempatan pada bank lain 398,019 4. Tagihan spot dan derivatif 5 5. Surat berharga: 6,189,159

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,145,908 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,192,040 3. Penempatan pada bank lain 458,462 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,229,071

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,136,423 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,130,735 3. Penempatan pada bank lain 641,783 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,283,694

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,243,963 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,630,796 3. Penempatan pada bank lain 1,356,062 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,920,689

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.169.265 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6.105.044 3. Penempatan pada bank lain 1.308.902 4. Tagihan spot dan derivatif 8 5. Surat berharga: 6.337.202

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,155,841 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,078,792 3. Penempatan pada bank lain 689,893 4. Tagihan spot dan derivatif 28 5. Surat berharga: 6,752,757

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SASALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN

Lebih terperinci

TOTAL ASET 73,184,906

TOTAL ASET 73,184,906 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,057,463 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,691,741 3. Penempatan pada bank lain 1,333,630 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,853,997

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 10.486.630 2. Penempatan pada Bank Indonesia 49.714.819 3. Penempatan pada bank lain 20.132.802 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per POS POS ASET 1. Kas 9.300.575 2. Penempatan pada Bank Indonesia 40.665.033 3. Penempatan pada bank lain 20.128.708 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9,917,585 2. Penempatan pada Bank Indonesia 45,967,392 3. Penempatan pada bank lain 18,194,806 4. Tagihan spot dan derivatif 517,945 5. Surat

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 16,800 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 271,059 168,240 3. Penempatan pada bank lain 507,862 1,118,200 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT ASET 1.Kas 18,791 2.Penempatan pada Bank Indonesia 5,086,538 3.Penempatan pada bank lain 354,221 4.Tagihan spot dan derivatif 481,514 5.Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) /BALANCE SHEET REPORT ASET 1.Kas 17,201 2.Penempatan pada Bank Indonesia 6,442,333 3.Penempatan pada bank lain 1,724,324 4.Tagihan spot dan derivatif 505,192 5.Surat berharga

Lebih terperinci