BAB 6 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing) Bab 6. Bab 6 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing) Bab 6. Bab 6 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing)"

Transkripsi

1 Bab 6 Bab 6 Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (Process Costing) 1

2 Dalam kebanyakan bisnis manufaktur, biaya produksi dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem akumulasi biaya, yaitu: 1. sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order cost system) 2. sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process cost system) AKUMULASI BIAYA PROSES Tujuan penting dari sistem perhitungan biaya adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Karena setiap perusahaan memiliki perbedaan dalam hal teknologi manufaktur, pengelolaan sistem produksi dan bauran produk, maka dapat diperkirakan bahwa sistem perhitungan biayanya juga akan berbeda. Sistem perhitungan biaya sebaiknya disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk dipertanggungjawabkan dalam batch. Setiap batch diperlakukan sebagai pesanan yang terpisah, dan pesanan tersebut merupakan objek biayanya. Semua biaya yang terjadi dalam produksi suatu pesanan dibebankan ke kartu biaya pesanan tersebut. Jika pekerjaan yang dilakukan untuk suatu pesanan terjadi di lebih dari satu departement atau pusat biaya (cost center) yang lain, biaya yang terjadi di setiap pusat biaya diakumulasikan di kartu biaya pesanan. Ketika pesanan selesai, biaya pesanan per unit dan produk ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke kartu biaya pesanan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk pesanan tersebut. Ketika produk uang diproduksi selama periode akuntansi dalam suatu pusat biaya memerlukan kuantitas dan kombinasi sumber daya yang berbeda-beda, perhitugnan biaya berdasarkan pesanan merupakan pilihan yang logis karena banyak biaya untuk memproduksi produk yang berbeda-beda adalah tidak sama. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk yang berbeda dapat diproduksi untuk pesanan yang berbeda dan biayanya dapat ditentukan secara terpisah. Sebaliknya, ketika semua unit dari produk yang dihasilkan dalam suatu pusat biaya adalah serupa (homogen), pencatatan biaya dari setiap batch produk secara 2

3 terpisah tidak lagi diperlukan, dan mungkin juga tidak praktis. Daripada menggunakan perhitugnan biaya berdasarkan pesanan, lebih baik menggunakan perhitungan berdasarkan proses. Dalam sistem perhitugnan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tanaga kerja. Dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengna membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah department, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dam satu department. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi; bial tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk. Perhitungan Biaya per Departemen Dalam perusahaan manufaktur, produksi dapat terjadi di beberapa departemen. Setiap departemen melakukan suatu operasi tertentu untuk menyelesaikan produk. Sebagai contoh, departemen pertama biasanya melakukan proses pekerjaan tahap permulaan atas produk seperti memotong, mencetak atau membentuk produk atau komponen-komponennya. Jika pekerjaan di departemen pertama selesai, unit-unit tersebut ditransfer ke departemen kedua. Departemen kedua kemudian melaksanakan tugasnya mulai dari perakitan, pengamplasan, pengecatan atau pengepakan lalu mentransfer unit-unit tersebut ke departemen berikutnya, yang kemudian melaksanakan tugasnya dan demikian seterusnya, sampai unit-unit tersebut akhirnya selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi. Dalam sisitem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik umumnya dibebankan ke departemen produksi; tetapi, jika suatu departemen diorganisasi menjadi dua pusat biaya atau lebih, perhitungan biaya berdasarkan proses tetap digunakan, selama unit-unit produk yang dihasilkan dalam lebih pusat biaya tersebut bersifat homogen. Misalnya, suatu departemen produksi yang memiliki empat lini perakitan, di mana setiap lini menghasilkan produk yang berbeda, dapat menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses. Setiap lini perakitan dapat diperlakukan sebagai pusat biaya yang terpisah. Hal ini mengharuskan adamya catatan yang terpisah untuk mencatat biaya berdasarkan proses didiskusikan. Kriteria utama untuk menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah 3

4 identifikasi atas suatu unit bisnis yang memproduksi hanya satu jenis produk setiap kalinya. Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan saat produk dihasilkan dalm kondisi proses yang kontinu atau metode produksi masal di mana produk-produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya lain yang bersifat homogen. Kondisi ini seringkali terdapat pada industri-industri yang memproduksi komoditas. Perhitugnan biaya berdasarkan proses juga digunakan di perusahaan-perusahaan yang memproduksi suku cadang sederhana atau alat-alat listrik sederhana dan industri perakitan. Beberapa perusahaan menghitung biaya dari produk mereka menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses. Aliran Produksi Secara Fisik Suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan berbagai cara. Tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah berurutan (sequential), pararel dan selektif. Ketiganya mengilustrasikan bahwa perhitungan biaya berdasarkan pross dapat diterapkan ke semua pola aliran produk. Aliran Produk Berurutan (Sequential Product Flow). Dalam aliran produk berurutan, setiap produk diproses dalam urutan langkah-langkah yang sama. Dalam suatu perusahaan dengan tiga departemen, pemotongan, perakitan dan pengepakan. Pemrosesan dimulai di Departemen Pemotongan di mana bahan baku dikombinasikan dan biaya tenaga kerja langsung serta overhead ditambahkan. Ketika pekerjaan selesai dilakukan di Departemen Pemotongan, pekerjaan berpindah ke Departemen Perakitan, di mana tambahan biaya tenaga kerja langsung dan overhead terjadi. Setiap departemen setelah departemen pertama mungkin menambahkan bahan baku. Setelah produk diproses di Departemen Perakitan, produk-produk terseut ditransfer ke Departemen Pengepakan di mana tambahanbahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik digunakan. Setelah penyelesaian di Departemen Pengepakan, unit telah selesai dan ditransfer ke persediaan barang jadi untuk disimpan sampai dibeli oleh pelanggan. Aliran Produk Pararel (Paralel Product Flow). Dalam aliran produk pararel, bagian tertentu dari pekerjaan dilakukan secara simultan dan kemudian disatukan pada proses-proses final untuk diselesaikan dan ditransfer ke barang jadi. Pemrosesan bagian-bagian dari kayu dimulai di Departemen Pemotongan. Secara simultan, 4

5 pemrosesan bagian-bagian dari logam dimulai di Departemen Peleburan. Di kedua departemen tersebut, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di Departemen Pemotongan ditransfer ke Departemen Pengamplasan, di mana tambahan tenaga kerja dan overhead pabrik digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di Departemen Peleburan ditransfer ke Departemen Pencetakan, di mana tambahan tenaga kerja dan overhead pabrik juga digunakan. Pekerjaan yang telah selesai di Departemen Pengamplasan maupun pekerjaan yang telah selesai di Departemen Pencetakan, keduanya ditransfer ke Departemen Perakitan, di mana bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik digunakan. Dari sana pekerjaan kemudian berpindah ke Departemen Pengecatan, di mana tambahan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik digunakan. Akhirnya produk berpindah ke gudang barang jadi. Aliran Produk Selektif (Selective Product Flow). Dalam aliran produk selektif, produk berpindah ke departemen-departemen berbeda dalam suatu pabrik, tergantung pada produk final apa yang akan dihasilkan. American Chair Company Departemen Pemotongan Laporan Biaya Produksi Untuk Bulan Januari, 20A Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Jumlah Skedul Kuantitas 100 Persediaan awal 600 Dimulai di periode ini 700 Ditransfer ke Departemen 500 Perakitan Persediaan Akhir 60% 20% 40% Biaya Dibebankan ke Total Biaya Departemen Persediaan Awal: Bahan Baku $1.892 Tenaga Kerja 400 Overhead Pabrik 796 Total Biaya di Persediaan awal $3.088 Biaya Ditambahkan selama periode berjalan: Unit Equivalent Biaya Per unit 5

6 Bahan Baku $ $25 Tenaga Kerja Overhead Pabrik Total biaya ditambahkan selama $ periode berjalan Total biaya dibebankan ke departemen $ Biaya Dipertanggungjawabkan Presentase Unit Total Unit Biaya per Unit Sebagai Berikut Penyelesaian Equivalent Biaya Ditransfer ke Departemen Perakitan $50 $ Barang dalam Proses, persediaan akhir: Bahan Baku $25 $3.000 Tenaga Kerja Overhead Pabrik Total biaya $ dipertanggungjawabkan Sekali biaya unit yang ditransfer dari Departemen Pemotongan ke Departemen Perakitan telah ditentukan, laporan biaya produksi untuk Departemen Perakitan dapat dibuat. Unit yang ditransfer dari Departemen Perakitan ke Barang jadi adalah 100% selesai untuk semua elemen biaya (580 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya, bahan baku, tenega kerja dan overhead pabrik). Persediaan akhir di departemen perakitan sudah sepenuhnya selesai untuk biaya departemen sebelumnya (100 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya); karena semua unit selalu sudah sepenuhnya selesai untuk biaya departemen sebelumnya. Departemen sebelumnya tidak akan mentransfer unit ke departemen berukutnya, apabila unit yang ditransfer tidak sepenuhnya selesai untuk semua biaya yang ditambahkan oleh departemen yang melakukan transfer. Persediaan akhir di Departemen Perakitan juga sepenuhnya selesai untuk bahan baku (100 unit ekuivalen untuk bahan baku), tetapi hanya 70% selesai untuk biaya konversi (100 unit x 70% sl\elesai = 70 unit ekuivalen untuk tenaga kerja dan overhead). Unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya di Departemen Perakitan dihitung dengan menambahkan jumlah unit ekuivalen yang ditransfer keluar dari departemen tersebut ke persediaan barang jadi, sebagai berikut: 6

7 Biaya Departemen Bahan BAku Tenaga Kerja Overhead Sebelumnya Unit ekuivalen ditransfer keluar Unit ekuivalen di persediaan akhir Total Unit Ekuivalen Rata-rata tertimbang biaay per unit ekuivalen di Departemen Perakitan ditentukan sebagai berikut: Biaya departemen sebelumnya Bahan baku Tenaga kerja Overhead Biaya di persediaan awal $8.320 $830 $475 $518 Biaya ditambahkan selama periode berjalan Total biaya yang harus dipertanggungjawabkan $ $8.126 $9.685 $ Dibagi dengan unit ekuivalen Biaya per unit ekuivalen $49.00 $11.95 $14.90 $17.80 Biaya departemen sebelumnya per unit ekuivalen di Departemen Perakitan sebesar $49 adalh lebih kecil dari biaya per unit yang ditransfer keluar oleh Departemen Pemotongan. Hal ini terjadi karena biaya per unit di Departemen Perakitan yang diterima dari Departemne Pemotongan lebih besar daripada biaya departemen sebelumnya per unit di persediaan awal Departemen Perakitan, menggunakan metode rata-rata tertimbang. Ayat jurnal untuk mencatat transfer biaya dari Departemen Perakitan ke Persediaan Barang Jadi adalah sebagai berikut: Persediaan Barang Jadi $ Barang dalam Proses-Dept.Perakitan $ Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Overhead Konsep dasar dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan sama dengan perhitungan biaya berdasarkan proses. Hanya saja, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan hanya satu akun barang dalam proses yang digunakan, bukannya satu akun untuk setiap pesanan. Karena menggunakan akun buku besar yang terpisah untuk setiap pesanan tidaklah praktis dan akun tersebut harus dikeluarkan dari system 7

8 pada saat pesanan selesai. Berbeda dengan perhitungan biaya berdasarkan proses yang hanya terdapat sedikit departemen bila dibandingkan dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Barang Dalam Proses- Departemen Penjagalan Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead pabrik Barang Dalam Proses- Departemen Peleburan Tenaga Kerja Overhead pabrik Barang Dalam Proses- Departemen Penggilingan Tenaga Kerja Overhead pabrik Barang Dalam Proses- Departemen Pengepakan Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead pabrik Barang Jadi Aliran produk selektif (Selective Product Flow) Biaya Bahan Baku. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, bukti permintaan bahan baku merupakan dasar pembebanan bahan baku langsung ke pesanan tertentu. Dalam perhitungan biaya baerdasarkan proses, rincian dikurangai karena bahan baku dibebankan ke departemen bukannya ke pesanan, dan hanya ada sedikit departemen yang menggunakan bahan baku. Bukti permintaan bahan baku mungkin berguna untuk pengendalian bahan baku. Jika bukti permintaan bahan baku tidak diberi harga secara individual, biaya bahan baku yang digunakan dapat ditentukan diakhir periode produksi melalui pendekatan persediaan periodic, yaitu menambahkan pembelian ke persediaan awal dan megurangkannya ke persediaan akhir. Contoh : American Chair Company menggunakan system biaya berdasarkan pross dan memiliki akun barang dalam proses yang terpisah untuk dua departemen, Departemen pemotongan dan Perakitan. Perusahaan memproduksi satu jenis kursi. Di departemen pertama, bagian-bagian dari kerangka kursi dibuat dari kayu, kemudian diamplas serta dipernis. Bagian-bagian dari kerangka kursi kemudian ditransfer ke 8

9 department kedua, dimana bagian-bagian tersebut dirakit dan diberi busa beserta sarungnya. Selama bulan Januari, bahan baku langsung sebesar $ dan $7.296 masing-masing digunakan di departemen Pemotongan dan Departemen Perakitan. Ayat Jurnal Barang Dalam Proses-Departeman Pemotongan Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan Persediaan Barang Baku Biaya Tenaga Kerja. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, pekerjaan klerikal untuk akumulasi biaya tenaga kerja dihilangkan karena biaya tenaga kerja cukup ditelusuri ke departemen. Kartu absent atau kartu jam kerja harian digunakan sebagai ganti dari kartu jam kerja pesanan. Contoh : Selama bulan Januari 500jam tenaga kerja langsung digunakan di Departemen Pemotongan, dan 921jam tenaga kerja langsung digunakan di Departemen Perakitan. Tarif upah $10 perjam di kedua departemen, sehingga beban bulan Januari ke produksi untuk biaya tenaga kerja langsung adalah sebesar $5.000 dan $9.210 masing-masing untuk Departemen Pemotongan dan Perlakitan. Ayat Jurnal Barang Dalam Proses-Departeman Pemotongan Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan Beban Gaji Biaya Overhead Pabrik. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses dan pesanan, biaya actual dari overhead pabrik diakumulasikan di akun buku besar pengendali, dan rincian biaya overhead pabrik diakumulasikan di buku pembantu atau catatan tambahan. Saat biaya overhead terjadi, biaya tersebut dicatat dalam akun buku besar overhead pabrik dan diposting ke buku besar pembantu departemental untuk biaya overhead. Contoh : Ayat Jurnal overhead pabrik actual yang terjadi selama bulan Januari dicatat dalam buku besar. Pengendali Overhead Pabrik Utang Usaha (pajak,listrik, dll) Akumulasi penyusutan-mesin Asuransi dibayar dimuka 500 Bahan Baku (tidak langsung) Beban Gaji (tidak Langsung) Karena biaya actual overhead pabrik yang terjadi berbeda setiap bulannya dan tidak bersifat variable sempurna terhadap setiap aktivitas produksi, maka tariff 9

10 overhead yang telah ditetapkan sebelumnya sering kali digunakan untuk merataratakan biaya overhead secara proporsional terhadap aktivitas produksi selama tahun tersebut. Overhead pabrik dibebankan ke departemen produksi pada akhir setiap bulan untuk menentukan biaya unit yang diproduksi selama bulan tersebut. Jika pembebanan overhead menggunakan tariff yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined rate), maka tariff tersebut dikalikan dengan jumlah actual dari dasar aktivitas yang digunakan di setiap departemen produksi. Untuk American Chair Company, overhead pabrik dibebankan ke departemen produksi menggunakan tariff yang telah ditentukan sebelumnya sebesar $7,60 per jam mesin di Departemen Pemotongan dan $12 per jam tenaga kerja langsung di Departeman Perakitan. Selama Bukan Januari, jam mesin digunakan di Departemen Pemotongan dan 912 jam tenaga kerja langsung digunakan di Departemen Perakitan. Overhead dibebankan ke produksi untuk bulan tersebut sebesar $7.904 di Departemen Pemotongan (1.040 jam mesin x $7,60) dan $ di Departemen Perakitan (921 jam tenaga kerja langsung x $12) Ayat Jurnal Barang Dalam Proses-Departeman Pemotongan Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan Overhead Pabrik Dibebankan Selisih sebesar $1.944 antara jumlah overhead actual sebesar $ yang terjadi selama bulan Januari dan jumlah overhead dibebankan sebesar $ menunjukan bahwa overhead pabrik dibebankan terlalu rendah. Jika selisih ini (Overhead dibebankan terlalu rendah-underapplied atau terlalu tinggi-overapplied_ di akhir tahun relative kecil dibandingkan biaya produksi lain, jumlah tersebut dapat dibebankan ke Harga Pokok Penjualan. Jika jumlahnya besar, maka harus dialokasikan ke persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan untuk tujuan pelaporan eksternal. Mengkombinasikan Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Peningkatan dalam otomatisasi menyebabkan proporsi tenaga kerja langsung terhadap total biaya produksi semakin menurun. Lebih jauh lagi, di pebrik-pabrik yang sangat terotomatisasi, perbedaan antara tugas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung menjadi kabur. Selain itu, biaya overhead pabrik seperti penyusutan, listrik, 10

11 dan pemeliharaan cenderung untuk meningkat dengan adanya otomatisasi. Akibatnya, beberapa produsen mengkombinasikan elemen biaya tenaga kerja dan overhead pabrik dan menyebut keduanya sebagai biaya konversi atau sebagai overhead pabrik. Tenaga kerja langsung tidak dibebankan terpisah; tetapi menjadi satu dalam jumlah biaya konversi yang dibebankan ke setiap departemen. LAPORAN BIAYA PRODUKSI Laporan produksi untuk suatu departemen dapat memiliki banyak bentuk/format, tetapi sebaliknya laporan tersebut menunjukan: (1) Biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari satu atau beberapa departemen lain (2) Biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh departemen tersebut (3) Biaya dari persediaan barang dalam proses awal dan akhir (4) Biaya yang ditransfer ke departemen beikutnya atau ke persediaan barang jadi Bagian biaya dari laopran tersebut biasanya dibagi menjadi dua bagian; satu bagian menunjukan total biaya yang harus dipertanggungjawabkan oleh departemen yang bersangkutan, dan bagian berikutnya menunjukan disposisi dari biaya tersebut. Total biaya yang dilaporkan di bagian pertama harus sama denga total biaya yang dilaporkan ke bagian kedua. Laporan biaya produksi juga dapat memasukan skedul kuantitas, yang menunjukan total jumlah unit produk yang harus dipertanggungjawabkan oleh satu departemen dan disposisi dari unit unit tersebut. Informasi dalam skedul kuantitas digunakan untuk mennetukan jumlah unit produksi ekuivalen untuk setiap elemen biaya, yang kemudian digunakan untuk menentukan biaya perunit departemential. Menentukan biaya unti yang ditransfer keluar dari suatu departemen dan biaya yang masih tersisa dalam bentuk persediaan akhir pada dasarnya merupakan suatu pross alokasi. Karena biaya dapat berubah denga berlalunya waktu, maka perlu digunakan suatu asumsi aliran biaya. Asumsi aliran biaya yang paling umum digunakan untuk persediaan barang dalam proses adalah perhitungan biaya rata-rata tertimbang. Karena unit produksi di persediaan akhir dari barang dalam proses tidak selesai, maka jumlah unit ekuivalen dan bukannya unit fisik, yang harus dihitung 11

12 untuk setiap elemen biaya. Suatu unit ekuivalen adalah jumlah dari suatu sumber daya (seperti bahan baku, tenaga kerja, atau overhead) yang diperlukan untuk menyelesaikan produk tersebut, jumlah total bahan baku yang digunakan untuk menyelesaikan satu unit produk (3 unit fisik x 1/3selesai = 1 unit ekuivalen unutk bahan baku). Karena unit-unit ini merupakan unit hipotesis dan bukannya unit fisik, maka disebut sebagai unit ekuivalen. American Chair Company menggunakan system perhitungan biaya berdasarkan proses dengan asumsi aliran biaya rata-rata tertimbang. Data produksi berikut ini tersedia untuk bulan Januari: Pemotongan Perakitan Jumlah unit barang dalam proses, persediaan awal Jumlah unit dimulai di Departemen Pemotongan 600 Jumlah unit ditransfer ke Departemen Perakitan 500 Jumlah unit diterima dari Departemen Pemotongan 500 Jumlah unit ditransfer ke Persediaan Barang Jadi 580 Jumlah unit di Barang dalam Proses, persediaan akhir Supervisor masing-masing departemen melaporkan bahwa persediaan akhir barang dalam pross 60% selesai untuk bahan baku di Departemen Pemotongan dan 100% selesai untuk bahan baku di Departemen Perakitan. Persediaan akhir 20 % selesai unutk tenaga kerja di DEpartemenen Pemotongan dan 70% selesai di Departemen Perakitan. Untuk overhead Pabrik, persediaan akhir 40% selesai di Departemen Pemotongan dan 70% selesai di Departemen Perakitan. (presentase penyelesaian dari persediaan awal barang dalam proses tidak diperlukan jika metode rata-rata tertimbang yang digunakan) Data unutk bulan Januari: Pemotongan Perakitan Barang dalam proses, persediaan awal $ Biaya dari departemen sebelumnya $ Bahan Baku Tenaga Kerja Biaya ditambahkan selama periode berjalan: Bahan Baku $ $ Tenaga Kerja

13 Overhead Pabrik Langkah pertama dalam pembebanan biaya adalah menentukan jumlah unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya dan menghitung biaya dari setiap unit ekuivalen. Karena American Chair Company menggunakan perhitungan biaya rata-rata tertimbang, biaya dari setiap unit ekuivalen berisi sebagian dari biaya persediaan awal dan sebagian lagi dari biaya yang ditambahkan selama periode berjalan. Rata-rata tertimbang biaya per unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya ditentukan dengan membagi total biaya untuk setiap elemen biaya (jumlah di persediaan awal ditambah jumlah yang ditambahkan selama periode berjalan) dengan jumlah unit ekuivalen yang diperlukan untuk membagi biaya tersebut ke unit yang ditransfer keluar dari departemen dan unit di persediaan akhir. Unit yang ditransfer dari departemen Pemotongan ke Departemen Perakitanadalah 100% selesai untuk semua elemen biaya yang ditambahkan di Departemen Pemotongan (500 unit ekuivalen untuk bahan baku, tenaga kerja, dan overhead). Persediaan akhir di Departemen Pemotongan adalah 60% selesai untuk bahan baku (200 unit x 60%selesai = 120 unit ekuivalen untuk tenaga kerja), dan 40% selesai untuk overhead pabrik (200unit x 40%selesai = 80 unit ekuivalen untuk overhead pabrik). Unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya di setiap departemen Pemotongan dihitung dengan menambahkan jumlah uit ekuivalen yang ditraansfer keluar dari departemen tersebut ke persediaan akhir sebagi berikut: Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Unit ekuivalen ditransfer keluar Unit ekuivalen di persediaan akhir Total unit ekuivalen Rata-rata tertimbang biaya per unit ekuivalen di Departemen Pemotongan ditentukan sebagai berikut: Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Biaya di Persediaan awal $ $ 400 $ 796 Biaya ditambahkan selama periode berjalan Total biaya yang dipertanggungjawabkan $ $ $

14 Dibagi dengan unit ekuivalen Biaya per unit ekuivalen $ 25 $ 10 $ 15 Ayat jurnal untuk mencatat transfer biaya dari Departemen Pemotongan ke Departemen Peakitan adalah: Barang Dalam Proses-Departeman Pemotongan Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan Peningkatan dalam Kuantitas Produksi Ketika Bahan Baku Ditambahkan Dalam beberapa proses produksi, penambahan bahan baku menyebabkan peningkatan dalam total volume atau jumlah unit produk. Misalnya, dalam produksi minuman ringan (soft drinks), sirup diproduksi di satu departemen sedangkan air soda ditambahkan diproses-proses selanjutnya. Penambahan air soda meningkatkan volume total dari produk dalam bentuk cair yang harus dipertanggungjawabkan. Peningkatan kuantitas cairan mengencerkan atau mendilusi jumlah sirup dalam setiap galon, yang kemudian mengurangi jumlah biaya departemen sebelumnya di setiap galon produk yang diproduksi di departemen kedua. Peningkatan kuantitas produk cairan menyerap biaya departemen sebelumnya dengan total jumlah yang sama. Contoh: Di Departemen Pencampuran dari Tiger Paint Company, pewarna cat diterima dari Departemen Pewarnaan dan kemudian diencerkan dan dicampur dengan lateks cair untuk menghasilkan cat. Data produksi yang tersedia untuk Departemen Pencampuran di bulan April: Jumlah galon di Barang dalam Proses, persediaan awal 800 Jumlah galon yang diterima dari Departemen Pewarnaan Jumlah galon lateks yang ditambahkan di Departemen Pencampuran Jumlah galon yang ditransfer ke Departemen Pengalengan Jumlah galon di Barang dalam Proses, persediaan akhir Supervisor departemen melaporkan bahwa persediaan barang dalm proses akhir sepenuhnya selesai untuk bahan baku dan 50% selesai untuk biaya konversi. Data biaya untuk bulan April adalah sebagai berikut: 14

15 Barang dalam proses, persediaan awal: Biaya dari departemen sebelumnya $ Bahan baku Tenaga kerja 57 Overhead pabrik 114 Biaya yang ditambahkan ke proses selama periode berjalan: Biaya dari departemen sebelumnya $ Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Perhitungan biaya rata-rata tertimbang digunakan di Departemen Pencampuran, dan overhead dialokasikan ke produksi berdasarkan biaya tenaga kerja. Unit yang ditransfer dari Departemen Pencampuran ke Departemen Pengalengan adalah 100% selesai untuk semua elemen biaya yang ditambahkan di Departemen Pencampuran (5.800 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead), dan persediaan akhir sepenuhnya selesai untuk biaya departemen sebelumnya dan bahan baku (1.000 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya dan bahan baku) tetapi hanya 50% selesai untuk biaya konversi (1.000 unit x 50% selesai = 500 unit ekuivalen untuk tenaga kerja dan overhead). Unit ekuvalen untuk setiap elemen biaya di Departemen Pencampuran adalah sebagai berikut: biaya departemen bahan tenaga sebelumnya baku kerja overhead unit ekuivalen ditransfer keluar unit ekuivalen di persediaan akhir total unit ekuivalen Rata-rata tertimbang biaya per unit ekuivalen di Departemen Pencampuran ditentukan sebagai berikut: biaya departemen bahan tenaga 15

16 sebelumnya baku kerja overhead biaya di persediaan awal $1,532 $1,692 $57 $114 biaya ditambahkan selama periode berjalan total biaya yang harus dipertanggungjawabkan $13,532 $18,632 $3,717 $7,434 dibagi dengan unit ekuivalen biaya per unit ekuivalen $ 1,99 $ 2,74 $ 0,59 $1,18 Ayat jurnal untuk mencatat transfer biaya dari Departemen Pencampuran ke Departemen Pengalengan adalah: Barang dalam proses-departemen Pengalengan Barang dalam proses-departemen Pencampuran TIGER PAINT COMPANY DEPARTEMEN PENCAMPURAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI Untuk bulan April 20A Skedul Kuantitas bahan baku tenaga kerja overhead jumlah Persediaan awal 800 Diterima dari Departemen Pewarnaan 2000 Ditambahkan ke Proses di Departemen Pencampuran Ditransfer ke Departemen Pengalengan 5800 Persediaan akhir 100% 50% 50% Biaya dibebankan ke Departemen total unit biaya persediaan awal: biaya ekuivalen per unit biaya departemen sebelumnya $1,532 bahan baku $1,692 tenaga kerja $57 overhead pabrik $114 total biaya di persediaan awal $3,395 Biaya ditambahkan selama periode berjalan: biaya departemen sebelumnya $12, $ 1,99 bahan baku $16, $ 2,74 tenaga kerja $3, $ 0,59 overhead pabrik $7, $ 1,18 total biaya ditambahkan selama periode berjalan $39,920 16

17 total biaya dibebankan ke departemen $43,315 $ 6,50 biaya dipertanggungjawabkan sebagai berikut Persentase unit biaya unit Penyelesaian ekuivalen per unit total biaya ditransfer ke departemen pengalengan $ 6,50 $54,317 barang dalam proses, persediaan akhir: biaya departemen sebelumnya $1,99 $1,990 bahan baku ,74 $2,740 tenaga kerja ,59 $295 overhead pabrik ,18 $590 $5,615 total biaya dipertanggungjawabkan $43,315 Total jumlah unit ekuivalen yang diperlukan di bagian pertanggungjawaban biaya, yaitu jumlah unit ekuivalen untuk elemen biaya yang terdaftar di bagian pertanggungjawaban dari laporan biaya produksi. Total biaya yaitu (biaya di persediaan awal ditambah biaya yang ditambahkan selama periode berjalan) dibagi dengan total jumlah unit ekuivalen di bagian pertanggungjawaban biaya. Sedangkan bila berdasarkan metode FIFO, dari 5800 galon yang ditransfer oleh Departemen pencampuran ke departemen pengalengan, 800 galon berasal dari persediaan awal barang dalam proses periode berjalan. Persediaan awal adalah sepenuhnya selesai untuk biaya departemen sebelumnya, tetapi hanya 80% selesai untuk bahan baku dan 25% selesai untuk biaya konversi. Sehingga, 20% bahan baku (800 galon x 20% untuk menyelesaikan = 160 unit ekuivalen di persediaan awal) dan 75% biaya konversi (800 gsalon x 75% untuk menyelesaikan = 600 unit ekuivalen untuk tenaga kerja dan overhead) ditambahkan untuk menyelesaikan unit di persediaan awal. Sisa 5000 galon yang ditransfer ke departemen pengalengan diperiode berjalan hanya terdiri dari biaya periode berjalan (5000 unit ekuivalen untuk biaya departemen sebelumnya, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead). Persediaan akhir adalah sepenuhnya selesai untuk bahan baku (1000 unit ekuivalen untukbahan baku) tetapi hanya 50% selesai untuk biaya konversi (1000 unit x 50% selesai = 500 unit ekuivalen untuk tenaga kerja dan overhead). Unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya di departemen pencampuran adalah: 17

18 biaya departemen bahan tenaga sebelumnya baku kerja overhead biaya ditambahkan selama periode berjalan: unit ekuivalen di persediaan awal unit ekuivalen yang dimulai dan diselesaikan di periode berjalan unit ekuivalen di persediaan akhir total unit ekuivalen Biaya ditambahkan selama periode berjalan per unit ekuivalen di departemen percampuran ditentukan sebagai berikut: biaya departemen bahan tenaga sebelumnya baku kerja overhead biaya ditambahkan selama periode berjalan $12,000 $16,940 $3,660 $7,320 dibagi dengan unit ekuivalen biaya per unit ekuivalen $ 2,00 $ 2,75 $ 0,60 $ 1,20 Ayat jurnal untuk mencatat transfer biaya dari departemen pencampuran untuk departemen pengalengan adalah: Barang dalam proses-departemen pengalengan Barang dalam proses-departemen pencampuran TIGER PAINT COMPANY DEPARTEMEN PENCAMPURAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI Untuk bulan April 20A Skedul Kuantitas bahan baku tenaga kerja overhead jumlah Persediaan awal 80% 25% 25% 800 Diterima dari Departemen Pewarnaan 2000 Ditambahkan ke Proses di Departemen Pencampuran Ditransfer ke Departemen Pengalengan 5800 Persediaan akhir 100% 50% 50%

19 Biaya dibebankan ke Departemen total unit biaya persediaan awal: biaya ekuivalen per unit biaya departemen sebelumnya $1,532 bahan baku $1,692 tenaga kerja $57 overhead pabrik $114 total biaya di persediaan awal $3,395 Biaya ditambahkan selama periode berjalan: biaya departemen sebelumnya $12, $ 2,00 bahan baku $16, $ 2,75 tenaga kerja $3, $ 0,60 overhead pabrik $7, $ 1,20 total biaya ditambahkan selama periode berjalan $39,920 total biaya dibebankan ke departemen $43,315 $ 6,55 biaya dipertanggungjawabkan sebagai berikut Persentase unit biaya unit Penyelesaian ekuivalen per unit total biaya ditransfer ke departemen pengalengan: $54,317 dari persediaan awal $3,395 biaya untuk menyelesaikan di periode berjalan: bahan baku $ 2,75 $440 tenaga kerja $ 0,60 $360 overhead pabrik $ 1,20 $720 $4,195 dimulai dan diselesaikan di periode berjalan $ 6,55 $32,750 total biaya yang ditransfer ke departemen pengalengan $37,665 barang dalam proses, persediaan akhir: biaya departemen sebelumnya $ 2,00 $2,000 bahan baku $ 2, tenaga kerja $ 0, overhead pabrik $ 1, $5,650 total biaya dipertanggungjawabkan $43,315 Jumlah unit ekuivalen dari biaya yang ditambahkan selama periode berjalan (yaitu jumlah unit ekuivalen yang terdaftar di bagian pertanggungjawaban biaya di laporan biaya produksi) 19

20 Biaya yang ditambahkan selama periode berjalan dibagi dengan jumlah unit ekuivalen dari biaya yang ditambahkan selama periode berjalan. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses dengan Asumsi Aliran Biaya FIFO Data produksi American Chair Company untuk bulan Januari: Pemotongan Perakitan jumlah unit di barang dalam proses, persediaan awal jumlah unit dimulai di departemen pemotongan 600 jumlah unit ditransfer ke departemen perakitan 500 jumlah unit diterima dari departemen pemotongan 500 jumlah unit ditransfer ke persediaan barang jadi 580 jumlah unit di barang dalam proses, persediaan akhir Supervisor departemen melaporkan bahwa persediaan akhir barang dalam proses 60% selesai untuk bahan baku di departemen pemotongan dan 100% selesai untuk bahan baku di departemen perakitan. Persediaan akhir 20% selesai untuk tenaga kerja di departemen pemotongan dan 70% selesai di departemen perakitan. Untuk overhead pabrik, persediaan akhir 40% selesai di departemen pemotongan dan 70% selesai di departemen perakitan. Dalam asumsi aliran biaya FIFO, biaya unit pertama yang ditransfer keluar dari suatu departemen, dianggap berasal dari persediaan awal. Diasumsikan bahwa laporan biaya produksi dari bulan sebelumnya, yaitu desember, mengindikasikan bahwa persediaan akhir bulan Desember (persediaan awal bulan Januari) adalah 80% selesai untuk bahan baku di departemen pemotongan dan 40% selesai untuk bahan baku di departemen perakitan. Persediaan adalah 40% selesai untuk tenaga kerja di departemen pemotongan dan 20% selesai di departemen perakitan. Untuk overhead pabrik, persediaan adalah 60% selesai di departemen pemotongan dan 20% selesai di departemen perakitan. Data biaya untuk bulan Januari adalah sbb: Pemotongan Perakitan barang dalam proses, persediaan awal: biaya dari departemen sebelumnya - $8,320 20

21 bahan baku $1, tenaga kerja overhead pabrik biaya yg ditambahkan ke proses selama periode berjalan: bahan baku $13,608 $7,296 tenaga kerja overhead pabrik Unit ekuivalen periode berjalan untukl setiap elemen biaya di departemen pemotongan dihitung sebagai berikut: bahan baku tenaga kerja overhead biaya ditambahkan selama periode berjalan: unit ekuivalen di persediaan awal unit ekuivalen dimulai dan diselesaikan di periode berjalan unit ekuivalen di persediaan akhir total unit ekuivalen dari biaya periode berjalan Alternative lain, jumlah unit ekuivalen dari periode berjalan dapat dihitung dengan mengurangi jumlah unit ekuivalen di persediaan awal dari jumlah unit ekuivalen yang dihitung apabila metode perhitungan biaya rata-rata tertimbang yang digunakan. Ekuivalensi ini ditunjukkan menggunakan data yang sama sebagai berikut: bahan baku tenaga kerja overhead unit ekuivalen ditransfer keluar unit ekuivalen di persediaan akhir total unit ekuivalen dikurangi unit ekuivalen di persediaan awal unit ekuivalen dari biaya periode berjalan Tanpa memperdulikan cara yang digunakan untuk menghitung unit ekuivalen periode berjalan, biaya per ekuivalen unit untuk setiap elemen biaya dari biaya ditambahkan selama periode berjalan di departemen pemotongan adalah sebagai berikut: 21

22 ` bahan baku tenaga kerja overhead biaya ditambahkan selama periode berjalan $13,608 $5,000 $7,904 dibagi dengan unit ekuivalen biaya per unit ekuivalen $ 25,20 $ 10,00 $ 15,20 Diasumsikan bahwa perusahaan menyimpan akun buku besar terpisah untuk setiap departemen produksi, ayat jurnal untuk mencatat transfer biaya dari departemen pemotongan ke departemen perakitan adalah: Barang dalam proses-departemen perakitan Barang dalam proses-departemen pemotongan Ekuivalen unit periode berjalan di departemen perakitan ditentukan sbb: biaya departemen bahan tenaga sebelumnya baku kerja overhead biaya ditambahkan selama periode berjalan: unit ekuivalen di persediaan awal unit ekuivalen yang dimulai dan diselesaikan di periode berjalan unit ekuivalen di persediaan akhir unit ekuivalen dari biaya periode berjalan Laporannya: AMERICAN CHAIR COMPANY DEPARTEMEN PEMOTONGAN LAPORAN BIAYA PRODUKSI UNTUK BULAN JANUARI, 20A Skedul Kuantitas bahan baku tenaga kerja overhead jumlah Persediaan awal 80% 40% 69% 100 dimulai di periode ini Ditransfer ke Departemen perakitan 500 Persediaan akhir 60% 20% 40%

23 Biaya dibebankan ke Departemen total unit biaya persediaan awal: biaya ekuivalen per unit bahan baku $1,892 tenaga kerja 400 overhead pabrik 796 total biaya di persediaan awal $3,088 biaya ditambahkan selama periode berjalan: bahan baku $13, $ 25,20 tenaga kerja ,00 overhead pabrik ,20 total biaya ditambahkan selama periode berjalan $26,512 total biaya dibebankan ke departemen $29,600 $50,40 biaya dipertanggungjawabkan sebagai berikut unit persentase unit biaya total ditransfer ke departemen perakitan penyelesaian ekuivalen per unit biaya dari persediaan awal $3,088 biaya untuk menyelesaikan di periode berjalan: bahan baku $ 25, tenaga kerja , overhead pabrik , $4,800 dimulai dan diselesaikan di periode berjalan , total biaya yang dtransfer ke departemen perakitan barang dalam proses, persediaan akhir: bahan baku $ 25,20 $3,024 tenaga kerja , overhead pabrik , $4,640 total biaya dipertanggujawabkan $29,600 23

24 Exercise and problem 1. Gilang Gemilang cooperation uses process costing in its two production department A separate work in process account in kept in the general ledger for each production department the following data relate to operations for the month of November. Beginning Inventory During November Direct Material cost: Departement A $ $ Departement B $ $ Direct Labor Cost: Departement A $ $ Departement B $8.000 $ Applied Overhead: Departement A $ $ Departement B $8.000 $ During November 86,00 units of $ 5 each were transferred from department A to B, and 30,000 units with a cost of $ 20 each were transferred from department B to finished good inventory. Required: Prepared the appropriate general journal entries forecord the cost charged to the producing department during November and the cost of units transferred from department A to department B to finished goods inventory. Solution: Work in Process-A $ Work in Process-B $ Materials $ Work in Process-A $ Work in Process-B $ Payroll $ Work in Process-A $ Work in Process-B $ Applied Factory OH $ Work in Process-B $ Work in Process-A $ units x $5 Finished Goods Inventory $ Work in Process-B $ units x $20 24

25 2. Ndandut Company uses process costing with an average cost flow assumption in its two producing departments. On January, Department Y had no units in beginning inventory. During January, units were transferred from department X to department Y. on January 31, department Y had units of work in process, 60 % complete as to labor and factory overhead. During the month, units were transferred from department Y to finished goods inventory. Materials are added in the beginning of the process in department Y. the following journal entries summarize January activity. Work in Process-X $ Work in Process-Y $ Materials $ Work in Process-X $ Work in Process-Y $ Payroll $ Work in Process-X $ Work in Process-Y $ Applied Factory OH $ Work in Process-Y $ Work in Process-X $ Required: 1. Compute the equivalent units for each element of cost in department. 2. Calculate the cost per equivalent units for each element of cost in department Y. 25

26 Solution Department Y Units in work in process, beginning inventory - Units Received from Department X $ Units transferred to finish good inventory $ Units in work in process, Ending inventory $ Department X Work in Process beginning inventory - Cost from preceding department $ Cost added to Process during the current period: Materials $ Labor $ Factory Overhead $ (1) From Preceding Materials Labor Overhead Department Equivalent units transferred out Equivalent units in ending inventory Equivalent units (2) From Preceding Materials Labor Overhead Department Cost in beginning inventory Cost added during the current period Total Cost to be account for Devided by total equivalent units Cost per Equivalent units $2.26 $0.48 $0.36 $

27 3. Shinta Ayu Manufacturing company produce in two manufacturing department, molding and finishing. The product is molded out of plastic in the molding department and then transferred to finishing department, where parts are added to the molded plastic units. Since only one product is manufactured by the company. A process cost system is used with an average cost flow assumption. Data related to June operations in Molding department are: Beginning inventory Added this period Cost charged to the department: Materials $4.500 $ Direct Labor Factory Overhead During the period, units were transferred from the Molding Department to finishing department. The Molding department hal units still in process at the end of may (100 % complete as to materials and 40 % complete as to conversion cost) and units still inprocess at the end of June (100 % complete as to materials and 50 % complete as to conversion cost) 27

28 Required : prepare an June Cost of production report for the Holding departemen Solution Shinta Ayu Manufacturing Company Holding Departement Cost of Production Report For June, 2006 Quantity Schedule materials labor overhead quantity beginning inventory 1000 started inprocess this period transferred to finished departement 9500 ending inventory 100% 50% 50% cost charged to departement total cost equivalent units unit cost beginning inventory: materials $4,500 labor 550 factory overhead 900 total cost in beginning inventory $5,950 cost added during the current period: materials $50, $5 labor $3 factory overhead $2 total cost added during the current period $100,300 $10 total cost charged to the departement $106,250 cost accounted for as follows percent equivalent unit total unit complete units cost cost transferred to finishing departement $10 $95,000 work inprocess, ending inventory: materials $ labor $ factory overhead $2 $1,500 total cost accounted for $106,250 4.) XXX. Corporation manufactures a product in two department. Cutting and assembly. The product is cut out of wood in cutting department and then transferred 28

29 to assembly department. Where it assembled along with componet parts purchased from outside vendors. Since only one product is manufactured by the company, a process cost system is used. The company uses average cost flow assumption to account for its work in process inventories. During February, 3000 units were received from cutting department, and 2000 units were transferred out of the assembly department to finished goods. At the end of the last business day in February, there were 1500 units in ending inventory in the assembly department, 80% complete as the materials and 60% as to conversion cost. Cost data related to February operations in the assembly department are: Beginniog Added this inventory period Cost charged to the department : Cost from the preceding department Materials 4000 Labor 1200 Factory overhead 2400 Required : prepare a February cost of production report for the assembly department Solution XXX Corporation Assembly Departement Cost of Production Report For Febuary, 2006 Quantity Schedule materials labor overhead quantity beginning inventory 500 receiving from cutting departement transferred to finished departement 2000 ending inventory 80% 60% 60% cost charged to departement total cost equivalent units unit cost beginning inventory: cost from preceding departement $12,000 materials 4000 labor 1200 factory overhead 2400 total cost in beginning $19,600 29

30 inventory cost added during the current period: cost from preceding departement $58, $20 materials ,5 labor $2,900 6,4 factory overhead 8040 $2,900 3,6 total cost added to the departement $183,400 $62,5 total cost charged to the departement $203,000 cost accounted for as follows: percent equivalent total unit complete units cost transferred to finished goods $62,5 $125,000 work in process, ending inventory: cost from preceding departement materials , labor , factory overhead , total cost accounted for $203,000 5.) Dayno Drinks company produce soft drink in three department. Syrup, carbonation, and bottoling syrup. Which gives the drink its flavor, ios produced in the first department. The syrup is then transferred to the second department, where carbonated water is added to give the drink its fizz. After carbonated water has been added, the liquid drink is bottled for storage and transport to costumers. Aprocess cost system with an average cost flow assumption is used to account for work in process inventories. Data related to operations in the carbonation department during the month of October are: Units in beginning inventory 1000 Units received from the syrup department this period 4000 Units added to process in the carbonation department this period 5000 Units transferred to bottling department this department 8200 Units in ending inventory (100% materials, 25% labor + overhead) 1800 Beginning inventory Added this periode 30

31 Cost charged to the department Cost from the preceding department $ 1200 $ Materials Labor Factory overhead Required : prepare a cost of production report for the carbonation department 31

32 Solution Dayno Drinks Company Carbonation Dept. Cost of Production Report for October 2006 Quantity Schedule Materials Labor Overhead Quantity Beginning Inventory Receiving from Syrup Dept Added to process in Carbonation Dept Transferred to Bottling Dept Ending Inventory 100% 25% 25% Total Equivqlent Unit Cost Charge to Departement Cost Units Cost Beginning Inventory: Cost from Preceding Dept. $ Materials 170 Direct Labor 40 Factory Overhead 130 Total cost in Beginning Inventory $ Cost added this period: Cost from Preceding Dept. $ $3,00 Materials ,9 Direct Labor ,9 Factory Overhead Total cost added during current period $ $6,5 Total Cost Charged to the Departement $ Cost Accounted for as Follows Percent Equivqlent Unit Total Units Complete Units Cost Cost Transferred to Bottling Dept $6,50 $ Work in Process, Ending Inventory Cost from Precedding Dept Materials , Labor ,9 405 Factory Overhead ,7 315 Total Cost Account for $

Soal Pilihan Ganda (bobot 30)

Soal Pilihan Ganda (bobot 30) Soal Pilihan Ganda (bobot 30) 1. Akuntansi biaya kurang berperan dalam: a. Penetapan biaya bunga yang bisa dikapitalisasi* b. Penetapan metode perhitungan biaya c. Penentuan biaya produk d. Pemilihan di

Lebih terperinci

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses)

PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) PROCESS COSTING (Biaya Berdasarkan Proses) 1. Pengertian Process Costing 2. Arus Biaya dalam Process Costing 3. Perhitungan Unit Ekuivalen Produksi 4. Laporan Produksi Muniya Alteza Konsep Dasar Process

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi Modul ke: Akuntansi Biaya PROCESS COSTING Fakultas FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PROCESS COSTING PENGERTIAN PROCESS COSTING Metode

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya Job Order Costing

Akuntansi Biaya Job Order Costing Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 04 MK10230 Disusun Oleh Diah Iskandar SE., M.Si TUGAS PERKULIAHAN Akuntansi Biaya Job Order Costing Judul Tugas Studi Kasus Abstract

Lebih terperinci

Job-Costing Systems. Distinct, identifiable units of a product. Examples: Custom-made machines, Houses

Job-Costing Systems. Distinct, identifiable units of a product. Examples: Custom-made machines, Houses Process Costing Job-Costing Systems Distinct, identifiable units of a product or service Examples: Custom-made machines, Houses Process-Costing Systems Masses of identical or similar units of a product

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing JOB COSTING METODE PRODUKSI DAN SISTEM AKUNTANSI Accounting System Job Costing Operation Costing Process Costing Type of Production Contraction Clothing Oil refinery Movie Studios Automobiles Paper Hospitals

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

Prime Costs. Prime Costs. Direct Materials. Direct Labor + = 2003 Prentice Hall Business Publishing, Cost Accounting 11/e, Horngren/Datar/Foster 2-1

Prime Costs. Prime Costs. Direct Materials. Direct Labor + = 2003 Prentice Hall Business Publishing, Cost Accounting 11/e, Horngren/Datar/Foster 2-1 Prime Costs Direct Materials Direct Labor + = Prime Costs 2-1 Prime Costs What are the prime costs for Bicycles by the Sea? Direct materials used $200,000 + Direct labor 105,500 = $305,000 2-2 Conversion

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING)

BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING) BAB 3 BEBAN POKOK PRODUKSI PROSES (PROCESS COSTING) Penekanan Akuntansi Berdasarkan Proses Ilustrasi Akuntansi Berdasarkan Proses Laporan Beban pokok produksi Berdasarkan Proses 81 BEBAN POKOK PRODUKSI

Lebih terperinci

Modul ke: COST ACCOUNTING JOB ORDER COSTING. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: COST ACCOUNTING JOB ORDER COSTING. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi. Modul ke: COST ACCOUNTING JOB ORDER COSTING Fakultas Ekonomi dan Bisnis Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Job-Order Costing (Sistem perhitungan biaya berdasarkan

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: 04FEB JOB ORDER COSTING. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si dan Nurul Hidayah,SE,Ak,MSi. Program Studi Akuntansi

Akuntansi Biaya. Modul ke: 04FEB JOB ORDER COSTING. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si dan Nurul Hidayah,SE,Ak,MSi. Program Studi Akuntansi Modul ke: Akuntansi Biaya JOB ORDER COSTING Fakultas 04FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Nurul Hidayah,SE,Ak,MSi Program Studi Akuntansi JOB ORDER COSTING PENGERTIAN JOC Adalah sistem pengumpulan biaya produksi

Lebih terperinci

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA AKUNTANSI BIAYA

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA AKUNTANSI BIAYA SISTEM PERHITUNGAN BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA AKUNTANSI BIAYA PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2006 SISTEM

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage

Lebih terperinci

Pert 4. Team Teaching

Pert 4. Team Teaching Pert 4 Team Teaching Universitas Islam Malang 2016 Tujuan sistem akumulasi biaya adalah menghasilkan informasi biaya total dan per unit produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Biaya total adalah jumlah

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul berisi materi

Lebih terperinci

Mulyadi: Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya yang memperlakukan pesanan sebagai suatu unit

Mulyadi: Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya yang memperlakukan pesanan sebagai suatu unit Job order costing In job order costing, or job costing, production costs are accumulated for each separate job; a job is the output identified to fill a certain customer order or replenish an item of stock

Lebih terperinci

Sistem Perhitungan Biaya dan Akumulasi Biaya

Sistem Perhitungan Biaya dan Akumulasi Biaya MODUL IV Sistem Perhitungan Biaya dan Akumulasi Biaya Aliran Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Akuntansi tidak menambahkan langkah baru terhadap siklus akuntansi yang sudah dikenal, maupun membuang prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Systems Design: Job-Order costing. Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si.

Systems Design: Job-Order costing. Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Systems Design: Job-Order costing Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. 1 HARGA POKOK PESANAN (Job Order Costing) Job Order Costing adalah cara penentuan harga pokok produk dimana biaya produksi dikumpulkan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Cost Systems and Cost Accumulation. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Cost Systems and Cost Accumulation. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Cost Systems and Cost Accumulation Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ellis Venissa, MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Kemampuan yang diharapkan Mampu menjelaskan arus

Lebih terperinci

Systems Design: Job-Order costing. Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. 1

Systems Design: Job-Order costing. Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. 1 Systems Design: Job-Order costing Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. 1 HARGA POKOK PESANAN (Job Order Costing) Job Order Costing adalah cara penentuan harga pokok produk dimana biaya produksi dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

Systems Design: Job-Order costing

Systems Design: Job-Order costing 3-1 Systems Design: Job-Order costing Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. 1 HARGA POKOK PESANAN (Job Order Costing) Job Order Costing adalah cara penentuan harga pokok produk dimana biaya produksi dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 4. SISTEM HARGA POKOK PROSES- WEIGHTED AVERAGE. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 4. SISTEM HARGA POKOK PROSES- WEIGHTED AVERAGE. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 4. SISTEM HARGA POKOK PROSES- WEIGHTED AVERAGE Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan sistem harga pokok proses Menjelaskan aliran biaya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Job Order Costing. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Akuntansi Biaya. Job Order Costing. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Akuntansi Biaya Modul ke: Job Order Costing Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Metode Akumulasi Biaya Metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Modul ke: Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Sistem Biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Biaya Modul ke: Cost System and Cost Accumulation Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Bahasan Flows of Costs

Lebih terperinci

COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION

COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION Modul ke: COST ACCOUTING COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION Fakultas Ekonomi dan Bisnis Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Hal mendasar yang perlu diketahui dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14 PENGELOMPOKAN BIAYA Pengelompokan Biaya Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya sesuai dengan kebutuhan pemakai. pengelompokan menurut objek pengeluaran, pengelompokan menurut fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi Modul ke: Akuntansi Biaya PROCESS COSTING II Fakultas FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE., M.S.,Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PROCESS COSTING ADANYA PERSEDIAAN BARANG DALAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB IV HARGA POKOK PESANAN

BAB IV HARGA POKOK PESANAN BAB IV HARGA POKOK PESANAN Clara Susilawati,MSi Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata SISTEM PERHITUNGAN BIAYA PRODUK ( PRODUCT COSTING) Cost accumulation method merupakan metode untuk mengumpulkan biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya 1. Pengertian Biaya Sebelum mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana biaya, berikut pengertian biaya menurut Horngren dan Foster (2000;

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 lalu membuat dunia bisnis di Indonesia menjadi lesu, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang merosot tajam. Perusahaan-perusahaan bersaing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2009:4) memberikan definisi sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2009:4) memberikan definisi sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Bastian Bustami & Nurlela (2009:4) memberikan definisi sebagai berikut: Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses. Kelompok 6

Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses. Kelompok 6 Perhitungan Biaya Pesanan dan Biaya Proses Kelompok 6 Ajeng Nurlaily 1332501442 Erza Yunissa 1332500766 Reni Mulyaningsih 1332500840 Faza Amina Fitri 1332500907 Dian Novita Sari Tujuan Penggunaan Job Order

Lebih terperinci

CHAPTER 4 COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION. a Membeli material secara kredit $ Materials Accounts Payable 100.

CHAPTER 4 COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION. a Membeli material secara kredit $ Materials Accounts Payable 100. ..Hal. 4-1 Pencatatan Transaksi CHAPTER 4 COST SYSTEM AND COST ACCUMULATION a Membeli material secara kredit $ 1. Materials 1. Accounts Payable 1. b Pemakaian material selama satu bulan: Untuk produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi dan Kebijakan 2.1.1 Pengertian Evaluasi dan Kebijakan Pengertian evaluasi menurut Syahrul dan Nizar (2000:58) adalah sebagai berikut: Penilaian atau proses penelitian

Lebih terperinci

Clara Susilawati, MSi Ruang Dosen 3 Lt. 3 Gedung Yustinus. Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata

Clara Susilawati, MSi Ruang Dosen 3 Lt. 3 Gedung Yustinus. Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata , MSi Ruang Dosen 3 Lt. 3 Gedung Yustinus Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata Jurusan Akuntansi Unika Soegijapranata AKUNTANSI BIAYA adalah proses mengidentifikasi, mendefinisikan, mengukur, melaporakan,

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Job Order Costing 04FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Job Order Costing 04FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Job Order Costing Fakultas 04FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Overview of Job Order Costing, Accounting for Materials, Accounting for Labor, Accounting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Biaya Para ahli memberikan definisi biaya, diantaranya sebagai berikut : 1. Menurut Mulyadi Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN

SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN SISTEM INFORMASI HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENJUALAN Lianawati Christian ABSTRAK Sesuai dengan prinsip ekonomi maka penekanan terhadap setiap penggunaan biaya mengakibatkan harga pokok produksi menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA

AKUNTANSI BIAYA. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA AKUNTANSI BIAYA BAGIAN III SISTEM ADMINISTRASI PABRIK DAN AKUMULASI BIAYA Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA ARUS BIAYA PERUSAHAAN PABRIKASI a. Tahap pencatatan dan klasifikasi biaya b. Tahap pengelompokkan

Lebih terperinci

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT Sukasari, berikut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT Sukasari, berikut BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT Sukasari, berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat ditarik: 1. PT Sukasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

PRODUCTION COST. Production cost itu ada yg: a. Direct, yaitu Direct material dan Direct labor b. Indirect, yaitu Factory Overhead (FOH)

PRODUCTION COST. Production cost itu ada yg: a. Direct, yaitu Direct material dan Direct labor b. Indirect, yaitu Factory Overhead (FOH) COST ACCOUNTING Akuntansi Biaya COST CONCEPT Cost = Biaya, spt living cost, overhead cost Cost = Harga perolehan, spt cost of equipment, cost of land, cost of building cost of investment Cost = Harga pokok,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena itu perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena itu perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Penggolongan Biaya Pada dasarnya perhitungan harga produksi adalah berdasarkan biayabiaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk memproduksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Harga pokok produksi, metode job order costing, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Harga pokok produksi, metode job order costing, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode job order costing. CV. X menerapkan metode job order costing dalam mengumpulkan biaya produksinya..

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen 3 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi diperlukan oleh pihak manajemen maupun pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI. Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul menjelaskan arus biaya dalam perusahaan manufaktur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Definisi usaha kecil dan menengah menurut Hermawan Kartajaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Definisi usaha kecil dan menengah menurut Hermawan Kartajaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Usaha Kecil dan Menengah Definisi usaha kecil dan menengah menurut Hermawan Kartajaya (2007:8) adalah sebagai berikut : Usaha kecil

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Akuntansi Biaya. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Sistem Perhitungan

Lebih terperinci

= $ = $9 = $4 = 50% = $3

= $ = $9 = $4 = 50% = $3 BERBAGAI TARIF OVERHEAD L124 Nazareth Company mengestimasikan biaya overhead sebesar $225.000 untuk tahun depan. Estimasi unit yang akan diproduksi adalah sebesar 25.000 unit, dengan biaya bahan baku sebesar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan harus dimiliki sebuah perusahaan karena merupakan produk perusahaan yang harus dijual sebagai sumber pendapatan perusahaan. Persediaan merupakan

Lebih terperinci

Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Akuntansi Biaya Modul ke: Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual dan Pembebanan (Factory Overhead : Planned, Actual and Applied) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR Tujuan Pembelajaran Menjelaskan definisi akuntansi manajerial Menjelaskan perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial Menjelaskan konsep biaya (cost) Membuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu, kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG ABSTRAK ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG 43205120102 ABSTRAK Penelitian ini mengenai analisis penentuan tarif biaya overhead pabrik pada PT. XYZ. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

AKUNTANSI BIAYA. Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Overhead Pabrik : Anggaran, Aktual, dan Pembebanan. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul 1. Definisi overhead pabrik dan

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi Modul ke: COST ACCOUNTING FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied Fakultas Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Karakteristik Overhead Pabrik Umumnya didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

03FEB. Akuntansi Biaya

03FEB. Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 03FEB Cost System and Cost Accumulation, 1. Flows of Cost In a Manufacturing Enterprise, 2. Reporting the Result of Operation, 3. Cost System, 4. Cost Accumulation Angela

Lebih terperinci

Semua expense adalah cost, tetapi tidak semua cost adalah expense.

Semua expense adalah cost, tetapi tidak semua cost adalah expense. Carter and Usry: Cost Accounting 13 th ed. Ch 2 Cost Concepts and the Cost Acc. Information System Hal 2-1 CHAPTER 2 COST CONCEPTS AND THE COST ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM A. The Cost Concept Cost: Harga

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA MODUL 3 HARGA POKOK PENJUALAN & IKHTISAR RUGI LABA

AKUNTANSI BIAYA MODUL 3 HARGA POKOK PENJUALAN & IKHTISAR RUGI LABA AKUNTANSI BIAYA MODUL 3 HARGA POKOK PENJUALAN & IKHTISAR RUGI LABA Oleh Ir. Betrianis, MSi Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia DEPOK 2006 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Job order costing method. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Job order costing method. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Cost accumulation procedure that is used to calculate the cost of products in companies that produce products on the basis of the order is the Job Order Costing Method. As for recording costs

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU A. TUJUAN Setelah melakukan kegiatan praktikum Akuntansi Biaya Bahan Baku, maka mahasiswa di harapkan dapat mengetahui dan memahami akuntansi kos untuk bahan baku B.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Menurut Kieso (2007:4) : Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

Factory Overhead is generally defined as indirect materials, indirect labor, and all other factory costs that cannot be conveniently identified with

Factory Overhead is generally defined as indirect materials, indirect labor, and all other factory costs that cannot be conveniently identified with FACTORY OVERHEAD FACTORY BURDEN, PRODUCTION OVERHEAD, MANUFACTURING EXPENSE, MANUFACTURING OVERHEAD, FACTORY EXPENSE & INDIRECT MANUFACTURING /PRODUCTION COST Factory Overhead is generally defined as indirect

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban (expense) dan dalam pengertian

Lebih terperinci

Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni)

Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni) 1 Penetapan Biaya Produksi Pada Home Industri Pembuatan Gelang Dan Tasbih (Studi kasus pada UD. Gaharu Murni) Arie Fitriansyah Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan

Lebih terperinci

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PESANAN 1 METODE HARGA POKOK PESANAN Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan AKUNTANSI BIAYA KA2083 Modul Praktek Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan Program Studi D3 Komputerisasi Akuntansi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom Daftar Penyusun Daftar Penyusun

Lebih terperinci