Pengembangan Bahan Ajar Pendamping Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Bahan Ajar Pendamping Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013"

Transkripsi

1 Pengembangan Bahan Ajar Pendamping Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 Widyasari Dosen PGSD Universitas Djuanda Bogor Jalan Tol Ciawi No. 1 Bogor widyasari@unida.ac.id Indonesia pada tahun akan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah atau dikenal dengan istilah bonus demografi. Perlu persiapan khusus agar SDM usia produktif tersebut memiliki kompetensi dan keterampilan yang dapat menjadi modal pembangunan bangsa bukan menjadi beban pembangunan. SDM yang unggul dapat diperoleh melalui seperangkat perencanaan pendidikan yang bermutu, salah satunya adalah inovasi Kurikulum Kegiatan pendampingan merupakan hal yang perlu dilakukan, mengingat hal ini merupakan suatu inovasi pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu pendampingan bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap hasil pelatihan yang telah diikuti oleh tenaga pendidik untuk kemudian dilakukan evaluasi, memberikan arahan langsung pada guru ketika terdapat praktek yang tidak sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar pendampingan diperoleh melalui enam tahapan, yaitu; proses perencanaan, evaluasi sejawat, validasi ahli, Ujicoba perorangan dilakukan dengan 2 orang guru kelas SD, Ujicoba kelompok kecil dengan 8 orang guru kelas SD yang berbeda dengan kelompok ujicoba perorangan, dan Ujicoba lapangan. Setelah melalui tahap disain hingga tahap ujicoba, diperoleh produk akhir berupa bahan ajar sistem pendampingan dalam implementasi Kurikulum 2013 dengan kategori baik. Pendampingan implementasi Kurikulum 2013 mengarah kepada aspek kognitif, afektif, dan psikotorik Kata Kunci: Bahan Ajar Pendampingan, Pengembangan, Kurikulum

2 PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari dua kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP pada tahun Kurikulum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 dinyatakan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Rasional pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada munculnya berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini baik secara internal maupun ekternal. Tantangan internal terkait dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Kedelapan standar ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Tantangan internal lainnya adalah terkait dengan perkembangan jumlah penduduk, dalam Seminar Penyegaran Narasumber Nasional dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 yang berlangsung di Jakarta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa pada tahun Indonesia akan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) usia produktif yang melimpah (bonus demografi). Hal ini tentu saja perlu persiapan khusus agar SDM usia produktif tersebut memiliki kompetensi dan keterampilan yang dapat menjadi modal pembangunan bangsa. Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan saat ini diantaranya adalah tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa mendatang, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka di masyarakat sebagai contoh yaitu maraknya perkelahian antar pelajar, praktek plagiarisme, kecurangan dalam ujian, dan masih banyak lagi. Tantangan baik internal maupun ekternal inilah yang menjadi dasar dalam pengembangan Kurikulum Selain tantangan dalam pengembangan Kurikulum 2013, juga terdapat faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi Kurikulum Faktor keberhasilan implementasi Kurikulum terbagi menjadi dua kategori, yaitu pertama faktor penentu (buku sebagai bahan ajar, tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kompetensi), kedua faktor pendukung (penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pemantauan, serta penguatan manajemen dan budaya sekolah). Baik faktor penentu maupun faktor pendukung, keduanya saling terkait dan melengkapi agar tujuan pendidikan dapat tercapai. 503

3 Fakta yang terjadi saat ini adalah terdapat beberapa hal yang dapat menghambat faktor keberhasilan implementasi Kurikulum, baik dari faktor penentu maupun faktor pendukung. Faktor penentu dilakukan observasi dan evaluasi diri kinerja tenaga pendidik atau guru pada saat Observasi dan evaluasi diri dilakukan pada 6 (enam) orang tenaga pendidik dari 3 (tiga) Sekolah Dasar dengan sebaran yaitu tiga orang guru kelas I dan tiga orang guru kelas IV. Sementara data faktor pendukung diperoleh dari wawancara dengan tenaga pendamping yang bertugas untuk melakukan pembinaan dan pemantauan implementasi Kurikulum Berdasarkan Hasil observasi dan evaluasi diri disimpulkan beberapa hal, yaitu; tenaga pendidik yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 belum sepenuhnya memahami esensi perubahan Kurikulum 2013 secara utuh sehingga belum terjadi perubahan mindset atau pola pikir mereka, kurangnya pemahaman tentang pendekatan saintifik, tenaga pendidik belum menggunakan metode pembelajaan yang berpusat pada peserta didik, dan rendahnya kemampuan tenaga pendidik dalam melakukan penilaian peserta didik. Sementara berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pendamping terkait dengan kemampuan tenaga pendidik dalam 2013 dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu; belum terjadi perubahan mindset atau pola pikir tenaga pendidik hal ini nampak dalam proses pelaksanaan pembelajaran, masih terdapat persepsi yang berbeda-beda dalam menyusun RPP dengan pendekatan saintifik, belum terbiasa menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi, serta sebagian tenaga pendidik masih kesulitan dalam melakukan penilaian peserta didik khususnya kompetensi inti yang terkait dengan dimensi sikap (domain afektif). Pendampingan bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap hasil pelatihan yang telah diikuti oleh tenaga pendidik untuk kemudian dilakukan evaluasi, memberikan arahan langsung pada guru ketika terdapat praktek yang tidak sesuai. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jane E. Briggs (2008) yang mengatakan bahwa jika selama tahun pertama tenaga pendidik dipasangkan dengan mentor yang telah mengajarkan konten yang sama atau mirip dengan apa yang mereka ajarkan, kegiatan pendampingan (mentoring) akan menjadi lebih efektif. Akan tetapi kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 dinilai masih belum efektif, berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendampingan tidak dilakukan secara maksimal, petugas pendampingan sebagian besar adalah tenaga pendidik yang memiliki tugas utama yang sama dengan tenaga pendidik yang didampinginya, keterbatasan waktu petugas pendampingan, kegiatan pendampingan hanya sebatas mengamati tidak memberikan praktek perbaikan secara langsung, kegiatan pendampingan tidak diikuti 504

4 dengan tindak lanjut baik berupa penguatan perubahan pola pikir maupun praktek langsung. Oleh karena itu perlu dibuat bahan ajar pendamping bagi guru dalam implementasi kurikulum TINJAUAN PUSTAKA A. Desain Sistem Pembelajaran Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan (tenaga) pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Merujuk beberapa pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang dirancang secara terprogram dalam suatu desain pembelajaran dengan memaksimalkan fungsi komponen yang ada sesuai dengan karakteristik masing-masing komponen. Desain merupakan sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan, ada juga yang mengartikan desain dengan persiapan. Menurut Reigeluth (1983) pengertian desain diibaratkan sebagai cetak biru atau blue print yang dirancang oleh seorang arsitek. Istilah desain mempunyai makna adanya suatu keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay dalam Benny A. Pribadi., 2011). Desain merupakan proses untuk menentukan kondisi belajar, tujuannya adalah untuk menciptakan strategi dan produk baik pada tingkat makro maupun mikro. Pada tingkat makro dapat berupa program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti pembelajaran dan modul (Barbara B. Seels dan Rita C. Richey., 1994). Desain instruksional atau desain pembelajaran menurut M. Atwi Suparman (2012) adalah suatu proses sistematis, efektif, dan efisien dalam menciptakan sistem instruksional untuk memcahkan masalah belajar atau peningkatan kinerja peserta didik melalui serangkaian kegiatan pengidentifikasian masalah, pengembangan, dan pengevaluasian. Mendesain pembelajaran bukanlah sutu pekerjaan yang dilakukan secara tiba-tiba, bukan suatu perencanaan tanpa prosedur sistematis, melainkan harus merujuk pada model-model desain yang memilki karakteristik yang jelas. (Yaumi, 2012: 10-11). Desain sistem pembelajaran dalam penelitian ini adalah prosedur yang dirancang secara sistemik dan sistematis dalam mengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik secara efektif, efisien, dan menarik bertujuan untuk meningkatkan kinerjanya secara optimal. Secara garis besar setiap model desain sistem pembelajaran terbagi dalam 3 tahap, yaitu; tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan sistem, serta tahap evaluasi. Setiap tahap terdiri dari 505

5 beberapa langkah (M. Atwi Suparman., 2008). Lebih lanjut dijelaskan perbedaan antara model disain pembelajaran yang satu dengan yang lainnya terletak pada empat faktor, yaitu; 1) tingkat penggunaannya seperti tingkat institusi dan tingkat mata pelajaran, 2) penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah, 3) jumlah langkah dalam setiap tahap, dan 4) lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan. Bahan ajar pendampingan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, dibatasi pada tugas utama guru dalam pembelajaran mencakup; Kegiatan Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Instrumen diadopsi dari Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam Aktivitas Pembelajaran Muhammad Yaumi, Komponen tugas utama guru inilah yang selanjutkan akan dikembangkan ke dalam materi bahan ajar pendampingan untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya guru kelas di SD dalam TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah tersusunnya bahan ajar pendampingan guru dalam implementasi Kurikulum Sementara manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah, tersedianya bahan ajar pendampingan yang dapat membantu guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Karakteristik bahan ajar pendampingan yang luwes dalam membantu guru untuk belajar secara mandiri maupun berkelompok, baik pada saat pelatihan maupun setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Keluwesan yang dimaksud adalah bahan ajar ini dapat digunakan guru kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun pada saat sekolah telah mengimplemntasikan Kurikulum METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar pendamping guru dalam Metode penelitian ini dipandang sebagai upaya untuk menemukan pengetahuan baru dan pengembangan adalah menerjemahkan pengetahuan itu ke dalam bentuk-bentuk yang berguna (Rita C. Richey et.al., 2009). Proses penelitian dan pengembangan terdiri dari sepuluh langkah, yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan data; 2) perencanaan; 3) mengembangkan bentuk produk awal; 4) pengujian lapangan pendahuluan; 5) revisi produk utama; 6) uji lapangan utama; 7) revisi produk operasional; 8) uji lapangan operasional; 9) revisi produk akhir; dan 10) penyebaran dan implementasi (W.R. Borg dan Gall, M.D., 1983). Untuk memudahkan prosedur pelaksanaan penelitian, kesepuluh langkah dalam siklus Borg dan Gall ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) langkah yaitu, 1) penelitian pendahuluan dan 2) pengembangan model, yang terdiri dari 4 tahap yaitu; desain, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan desiminasi. 506

6 Model pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini mengacu pada model Dick dan Carey yang telah dimodifikasi dengan model Atwi Suparman. Desain atau rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar. Penelitian dilakukan di Kelompok Kerja Guru (KKG) Kota Bekasi Jawa Barat. Kelompok Kerja Guru atau KKG adalah wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. Kegiatan dalam KKG dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru untuk peningkatan kompetensi. Pada saat menyusun program kegiatan KKG, didahului dengan evaluasi diri terhadap kualifikasi dan kompetensi diri masing-masing guru dengan menggunakan instrumen evaluasi diri guru. Instrumen evaluasi diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang Pengetahuan Konsep Kurikulum 2013 dan Implementasinya (Materi Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KKG yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang guru kelas yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sekolah masingmasing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh peneliti, biasanya dilakukan pada saat penelitian pendahuluan atau studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang sebenarnya terjadi sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Selain itu teknik wawancara juga dapat membantu peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam dan dengan jumlah responden penelitian yang lebih sedikit atau kecil. Teknik wawancara dalam penelitian dilakukan untuk memperoleh data awal tentang implementasi Kurikulum 2013 di sekolah baik dari kepala sekolah maupun guru. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data yang sebenarnya dari berbagai faktor baik penunjang maupun faktor penghambat implementasi Kurikulum Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, kuisioner, dan dokumentasi. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data oleh peneliti, biasanya dilakukan pada saat penelitian pendahuluan atau studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang sebenarnya terjadi sebagai dasar dalam melakukan penelitian. Selain itu teknik wawancara juga dapat membantu peneliti memperoleh informasi yang lebih mendalam dan dengan jumlah responden penelitian yang lebih sedikit atau kecil. Teknik wawancara dalam penelitian dilakukan untuk memperoleh data awal tentang implementasi Kurikulum 2013 di sekolah baik dari kepala sekolah maupun guru. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data yang sebenarnya dari berbagai faktor baik penunjang maupun faktor penghambat implementasi Kurikulum

7 Penelitian Pendahulu an Pengembangan Model Desain Evaluasi Formatif Evaluasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja yang tersusun, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono: 2011). Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang kinerja guru di kelas selama mengimplemntasikan Kurikulum Selain observasi terhadap guru, kegiatan observasi juga dilakukan pada aktivitas siswa di kelas 508

8 selama proses pembelajaran berlangsung. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari responden penelitian dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kelebihan dari kuisioner ini adalah dapat menjangkau jumlah responden yang cukup besar bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara atau observasi. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjaring data tentang evaluasi bahan ajar pendampingan yang diperoleh dari beberapa pakar atau ahli dan responden lainnya. Selain itu kuisioner berupa instrumen evaluasi diri digunakan untuk memperoleh data tentang kendala apa saja yang dihadapi guru selama mengimplementasikan Kurikulum Instrumen evaluasi diri dirancang bagi guru agar data yang disampaikan adalah data yang sebenarnya terjadi, sehingga peneliti dapat mengidentifikasikan kebutuhan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 secara tepat. Data penelitian diperoleh melalui dokumentasi adalah RPP yang dibuat oleh guru serta foto kegiatan yang diambil sebelum, saat penelitiaan berlangsung, hingga penelitian berakhir. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Proses analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh, yaitu hasil wawancara, observasi, evaluasi diri dan dokumentasi. Pendekatan kualitatif terdiri dari: 1) reduksi data, 2) sajian data, dan 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data dan sajian data merupakan komponen analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji efektivitas model desain sistem pembelajaran berbasis kinerja guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) langkah yaitu, 1) penelitian pendahuluan dan 2) pengembangan model, yang terdiri dari 4 tahap yaitu; desain, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan desiminasi. A. Penelitian Pedahuluan Observasi yang dilakukan bertujuan untuk merekam atau melihat kegiatan pendampingan yang terjadi secara apa adanya dan kegiatan pendampingan yang telah direncanakan sebelumnya. Peneliti mengikuti kegiatan pendampingan selama 6 kali pertemuan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh ketua gugus. Pada awal pertemuan dilakukan sosialisasi kegiatan pendampingan dan tujuan yang akan dicapai setelah selesai mengikuti kegiatan pendampingan. Sosialisasi pendampingan dihadiri oleh pengawas gugus, ketua gugus, kepala sekolah, instruktur nasional kurikulum 2013, serta perwakilan guru-guru dari setiap sekolah yang berada di wilayah gugus III. Berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa temuan penelitian diantaranya adalah; Guru perlu diberikan motivasi secara terusmenerus dalam mengimplementasikan kurikulum Jadwal materi pendampingan yang telah disusun kemudian disesuaikan kebutuhan guru pada saat pendampingan agar menjadi lebih efektif. Kendala yang terjadi pada saat pendampingan diantaranya adalah 509

9 belum terbentuknya komitmen yang baik oleh guru maupun kepala sekolah dalam kegiatan pendampingan ini. Hal ini nampak pada ketidakhadiran beberapa kepala sekolah pada setiap kegiatan pendampingan. Begitu juga halnya dengan guru, hal ini terlihat dari guru yang mewakili sekolah dalam pendampingan selalu berbeda. Jika hal ini berlangsung terus maka kegiatan pendampingan menjadi tidak utuh dipahami oleh guru dan kepala sekolah. Dengan kondisi seperti ini maka dibuat kesepakatan untuk memilih guru model yang mewakili sekolahnya secara terusmenerus dalam kegiatan pendampingan dan dibuatkan SK agar memudahkan perijinan guru model dalam mengikuti setiap kegiatan pendampingan. Adanya format rapot mid semester yang berbeda antara gugus dengan format yang dibuat oleh sekolah hal ini terjadi karena sekolah kesulitan dalam mengisi nilai dengan menggunakan tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk keperluan melengkapi data, peneliti juga melakukan wawancara kepada ketua gugus dan instruktur nasional terkait efektivitas pelaksanaan kegiatan pendampingan. Berdasarkan hasil wawancara, baik ketua gugus maupun instruktur nasional menyarankan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru pada kegiatan pendampingan maka perlu strategi penyampaian yang tepat. Metode ceramah dianggap tidak efektif dan monoton. Sebaiknya metode pembelajaran dilakukan secara praktek dan studi kasus yang terjadi di sekolah pada saat mengimplementasikan kurikulum ini, karena pada dasarnya karakteristik guru yang mengikuti kegiatan pendampingan adalah guru yang telah mengikuti pelatihan. Sehingga secara teori mereka sudah memperoleh materi pelatihan kurikulum 2013, hanya saja kemungkinan besar permasalahan atau kesenjangan (gap) akan muncul ketika mereka sudah berada di kelas. Pelaksanaan kegiatan pendampingan akan efektif jika dapat memperkecil kesenjangan atau gap tersebut. Selain observasi dan wawancara, peneliti juga menyebarkan angket evaluasi diri kepada guru yang telah mengikuti kegiatan pendampingan. Instrumen evaluasi diri ini terdiri dari enam komponen yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat Pengetahuan Konsep Kurikulum 2013 dan Implementasinya. Instrumen ini juga dapat menjadi refleksi bagi guru mengenai komponen apa saja yang masih lemah dan perlu ditingkatkan. Evaluasi diri atau refleksi implementasi Kurikulum 2013 dilakukan untuk memperoleh informasi apakah guru yang telah mengikuti pelatihan telah memahami dengan baik. Meskipun belum semua sekolah menggunakan Kurikulum 2013, akan tetapi pemerintah secara berkala melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada guru-guru serta kepala sekolah. Data hasil penyebaran angket evaluasi Kurikulum 2013 diperoleh informasi bahwa beberapa guru telah memahami Kurikulum 2013 dan mereka memberikan penjelasan mengenai perubahan mindset dari Kurikulum 2006 menjadi Kurikukum Karakteristik guru yang menjadi responden penelitian ini adalah guru SD yang telah mengikuti pelatihan implementasi Kurikulum Walaupun demikian, sebagian mereka hanya memahami bagaimana proses 510

10 implementasi Kurikulum 2013 ini secara garis besar saja, sementara regulasi atau peraturan perundanganundangan yang melatarbelakangi hadirnya Kurikulum ini tidak dipahami dengan baik oleh para guru. Berdasarkan analisis data hasil pengisian angket evaluasi diri, menyimpulkan bahwa masih terdapat beberapa komponen di mana guru perlu bimbingan. Komponen yang dimaksud adalah Buku Teks dan Buku Pegangan Guru, Penguatan Proses Pembelajaran, dan Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Hasil penyebaran angket ini digunakan sebagai acuan dalam menyusun perencanaan kegiatan pendampingan. Pemahaman guru tehadap konsep kurikulum berada pada kategori baik yaitu sebanyak 32 (67%) responden. Kategori evaluasi tentang pemahaman terhadap buku teks dan buku pegangan guru dipandang cukup baik oleh 28 (58%) responden, sedangkan untuk penguatan proses, nilai yang paling tinggi berada pada kategori baik yang dipilih oleh 19 (40%) responden. Untuk aspek penilaian proses dan hasil penilaian yang paling tinggi berada pada kategori baik yang dipilih oleh 28 (58%) responden. Pada Aspek penyusunan RPP, nilai tertinggi dipilih oleh 24 (50%) responden. Adapun aspek simulasi berada pada tingkat cukup baik yang dipilih oleh 22 (45%) responden. Jika diberikan nilai ratarata dari setiap aspek yaitu 25 (52,1%) responden berada pada kategori baik, yang artinya bahwa pandangan guru tentang Kurikulum 13 berada pada kategori baik. Akan tetapi bila dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar dengan rentang nilai 0 sampai 100, nilai rata-rata evaluasi diri guru yang diperoleh dari setiap aspek sebesar 52,1% ini termasuk dalam kategori kurang berhasil. Oleh karena itu kegiatan pendampingan menjadi suatu yang penting dilakukan agar guru dapat meningkatkan kompetensinya dalam mengimplementasikan Kurikulum B. Pengembangan Model 1. Hasil Analisis Kebutuhan Sebelum membahas lebih jauh tentang pengembangan model desain sistem pembelajaran, terlebih dahulu peneliti melakukan analisis kebutuhan. Hasil analisis kebutuhan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan data evaluasi diri guru tentang Kurikulum 2013 dimana nilai rata-rata yang diperoleh dari seluruh aspek adalah 52,1% atau 25 responden masuk kategori baik. Jika merujuk pada semua aspek evaluasi diri, guru belum mencapai nilai yang memuaskan yaitu masih dibawah 75% (Jurnal Lentera Pendidikan Vol. 17 No. 2 Desember 2014). Selain evaluasi diri guru terkait dengan implementasi Kurikulum 2013, data pendukung analisis kebutuhan pengembangan model lainnya adalah dengan melakukan penyebaran angket kinerja guru yang dilakukan di lokasi yang sama yaitu KKG Gugus III Jatiasih Bekasi. Berdasarkan hasil analisis angket kinerja yang disebar pada 51 responden (guru) di KKG Jatiasih menunjukkan bahwa secara umum tingkat pemahaman, sikap, dan cara bertindak guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 masuk dalam kategori sesuai. Analisis per aspek penilaian kinerja guru yaitu; aspek perencanaan pembelajaran sebanyak 65% atau 33 responden hasilnya adalah sesuai, 511

11 pelaksanaan pembelajaran terdapat 42% atau sebanyak 21 responden yang sesaui, dan penilaian pembelajaran dalam Kurikulum 2013 hanya terdapat 34% atau 17 responden dari total 51 responden masuk kategori baik selebihnya atau 34 responden masih dinilai kurang. Hal ini dapat dipahami karena terjadi perubahan proses pelaksanaan serta proses penilaian yang cukup signifikan dalam Kurikulum Sementara guru belum terbiasa menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran maupun proses penilaian yang meliputi kognitif, afektif, maupun psikomotorik secara bersamaan. Berdasarkan analisis hasil evaluasi diri guru dan analisis hasil kinerja guru pada saat 2013, maka perlu adanya bahan ajar pendampingan implementasi Kurikulum 2013 yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru. Mengingat salah satu tujuan penelitian ini adalah memberikan penguatan kepada guru dalam 2013, maka materi pendampingan akan dititikberatkan pada pelaksanaan tugas utama guru, yaitu penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan yang keseluruhannya tidak lain adalah indikator kinerja seorang guru. Hasil Analisis Keunggulan Model Bahan Pendampingan a. Tahap Desain Bahan Ajar Bahan ajar yang didesain dalam penelitian ini menggunakan model Dick dan Carey dengan penyempurnaan menggunakan model M. Atwi Suparman. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kedua model ini sesuai dengan model pengembangan yang berorientasi sistem. Penyempurnaan dilakukan khususnya pada aspek metode pembelajaran, dimana memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara tatap muka. Berikut ini merupakan langkahlangkah utama dari model desain sistem pembelajaran Dick dan Carey yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan instruksional, 2) melakukan analisis instruksional, 3) menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks, 4) merumuskan tujuan instruksional khusus (dalam Kurikulum 2013 tujuan instruksional khusus menggunakan istilah Kompetensi Inti atau disingkat KI, sementara tujuan instruksional khusus menggunakan istilah kompetensi dasar atau disingkat KD), 5) mengembangkan instrumen penilaian, 6) mengembangkan strategi instruksional, 7) mengembangkan dan memilih bahan instruksional yang sesuai, 8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9) melakukan revisi pembelajaran, dan 10) merancang dan melakukan evaluasi sumatif. 1) Mengidentifikasi tujuan instruksional Langkah pertama dalam mendisain bahan ajar pendampingan adalah mengidentifikasi tujuan instruksional (instructional goal), yaitu dengan cara menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta pelatihan setalah mengikuti kegiatan pendampingan. Identifikasi tujuan pembalajaran dikembangkan dari standar 512

12 kompetensi dan kompetensi dasar kegiatan pendampingan implementasi Kurkulum Adapun rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan analisis kebutuhan bahan ajar pendampingan impelementasi Kurikulum 2013 yang terdiri dari tiga aspek, yaitu; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Berikut adalah penjabaran masing-masing Tujuan Instruksional. Tujuan Instruksional Umum atau Kompetensi Inti (KI) Kompetensi inti yang ingin dicapai adalah peserta pelatihan dalam hal ini guru SD mampu 2013 di sekolah dengan baik. Tujuan Instruksional Khusus atau Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi dasar yang perlu dikuasai oleh peserta pelatihan pendampingan Kurikulum 2013 terbagi menjadi tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ketiga aspek tersebut jika disusun ke dalam urutan kompetensi dasar yang logis maka secara rinci adalah sebagai berikut: (1) Peserta pelatihan mampu memahami konsep dasar pendampingan, (2) Peserta pelatihan mampu menyusun taksonomi tujuan pembelajaran, (3) Peserta pelatihan mampu melakukan pendekatan pembelajaran, dan (4) Peserta pelatihan mampu menyusun instrumen penilaian dan pengukuran 2) Melakukan analisis instruksional Analisis instruksional merupakan proses penjabaran perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis, dengan tujauan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih rinci. Dengan kata lain perlu melakukan identifikasi terhadap perilaku khusus terlebih dahulu dibandingkan perilaku lain. Analisis instruksional juga merupakan sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan yang diperlukan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi atau tujuan pelatihan. 3) Menganalisis karakteristik peserta pelatihan dan konteks Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran hal penting yang perlu dilakukan adalah analisis terhadap karakteristik peserta pelatihan yang akan mengikuti kegiatan pendampingan kurikulum di KKG dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi yang terkait dengan tugas utama guru dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajarinya. Analisis karakteristik guru, gaya belajar dan sikap terhadap aktivitas belajar diperlukan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pelatihan. Mengingat implementasi Kurikulum 2013 dilakukan di sekolah sementara 513

13 kegiatan pendampingan dilaksanakan di KKG, maka bahan ajar pendampingan sebaiknya didesain lebih fleksibel. Artinya bahan ajar pendampingan selain dapat digunakan dalam kegiatan pendampingan guru di KKG secara klasikal, bahan ajar ini juga sebaiknya dapat digunakan oleh peserta pelatihan atau guru di manapun, kapanpun, baik secara kelompok maupun mandiri. Mengingat karakteristik peserta pelatihan terkait dengan kemampuannya 2013 cukup heterogen, maka perlu diatasi melalui dua pendekatan. Pertama, peserta pelatihan menyesuaikam dengan materi pelatihan dan Kedua materi pelatihan yang menyesuaikan peserta pelatihan. Pendekatan pertama dapat dilakukan dengan cara; mengadakan seleksi atau pretest penerimaan peserta pelatihan, tes dan pengelompokan peserta pelatihan, dan telah menguasai pengetahuan atau keterampilan prasyarat. Pendekatan Kedua tidak memerlukan seleksi penerimaan peserta pelatihan. Artinya siapa saja diperbolehkan mengikuti pelatihan atau kegiatan pendampingan ini. Baik mereka yang telah mendapatkan pelatihan, telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di sekolah, atau bahkan tidak keduanya. Mengingat bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini merupakan bahan ajar pendampingan guru SD dalam 2013, serta adanya himbauan pemerintah yang menyatakan bahwa guru atau sekolah yang akan menggunakan Kurikulum 2013 harus mengikuti pelatihannya terlebih dahulu selama kurang lebih lima hari berturut-turut. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku atau karakteristik awal peserta pelatihan dalam penelitian ini adalah guru-guru SD yang telah mendapatkan pelatihan dan juga telah mengimplementasikan proses pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum )Merumuskan Tujuan Kompetensi Dasar Merumuskan tujuan kompetensi dasar harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benarbenar dapat diukur perilakunya. Unsur-unsur itu dikenal dengan ABCD yaitu, Audience (peserta pelatihan), Behavior (perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan), Condition (Kondisi, abatasan yang dikenakan pada peserta pelatihan atau alat yang dipergunakan saat tes), dan Degree (tingkat keberhasilan peserta pelatihan dalam mencapai perilaku tersebut). Rumusan kompetensi dasar (KD) dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan atau guru kelas SD akan dapat 2013 yang meliputi kemampuan memahami konsep dasar pendampingan, menyusun taksonomi tujuan pembelajaran, melakukan pendekatan pembelajaran, serta menyusun instrumen penilaian dan pengukuran paling sedikit 80% 514

14 benar. 5) Mengembangkan instrumen penilaian Berdasarkan KD yang telah disusun, maka perlu mengembangkan alat penilaian hasil belajar yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta pelatihan dalam menguasai kompetensi yang terdapat dalam KD. Penilaian peserta pelatihan dilakukan secara menyeluruh melibatkan tiga aspek penilaian, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotik. Pada akhir setiap bab dalam bahan ajar pendampingan ini diberikan latihan dan soal yang harus diselesaikan oleh peserta pelatihan yang bertujuan untuk mengukur pemahamannya. 6) Mengembangkan strategi instruksional Strategi instruksional atau strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pengembang desain pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan jika pengembang desain pembelajaran memahami karakteristik, gaya belajar, serta sikap peserta pelatihan atau guru SD sebelum pelatihan berlangsung. Secara garis besar strategi instruksional dalam penelitian ini merupakan startegi instruksional berupa aktivitas pelatihan mulai dari awal perencanaan hingga penilaian. Dalam mendisain draf bahan ajar peneliti melakukan beberapa tahapan sebagai berikut; pertama, melakukan deskripsi bahan ajar dengan mencantumkannya pada bagian awal masing-masing unit pembelajaran sesuai dengan capaian yang ingin diperoleh. Kedua, menetapkan kemampuan prasyarat yaitu kemampuan awal peserta pelatihan sebelum mengikuti kegiatan pelatihan. Dalam hal ini kemampuan awal peserta pelatihan atau kegiatan pendampingan implementasi kurikulum 2013 adalah guru-guru SD yang telah mengikuti 5 (lima) hari pelatihan Kurikulum 2013 atau setara dengan 72 jam yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau provinsi. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh guru sebelum menggunakan kurikulum 2013 di sekolah. Ketiga, menyusun petunjuk penggunaan bahan ajar yang dapat memberikan panduan yang jelas tentang hal apa saja yang perlu dilakukan atau dipersiapan sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar ini. Keempat, menetapkan capaian pembelajaran yang ingin diperoleh pada setiap bahan ajar. Kelima, menguaraikan materi yang disesuaikan dengan tujuan belajar pada setiap standar kompetensi yang diharapkan dapat dikuasi oleh peserta pelatihan. Keenam, merangkum setiap materi yang telah diuraikan. Tujuannya adalah untuk membantu peserta pelatihan mengingat ide pokok pada setiap uraian materi. Ketujuh, membuat latihan soal yang diletakan pada akhir kegiatan belajar. Soal latihan ini membantu untuk mengetahui tingkat 515

15 pencapaian peserta pelatihan sesuai dengan indikator capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. Kedelapan, membuat kunci jawaban yang ditempatkan pada akhir kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan manfaat dari penyusunan bahan ajar pelatihan ini, dimana peserta dapat menggunakannya secara mandiri maupun kelompok, baik pada saat pelatihan berlangsung atau setelah kegiatan pelatihan, maka disediakan kunci jawaban agar peserta pelatihan dapat mengukur tingkat kemampuannya masingmasing. Kesembilan, membuat lembar penilaian atau kriteria penilaian dengan tujuan agar peserta pelatihan dapat mengetahui pembobotan dalam penilaiannya. Kesepuluh, menyusun glosarium yaitu menyusun kata-kata yang tidak biasa digunakan atau katakata asing yang terdapat pada setiap bahan ajar lalu diberikan makna. Hal ini dapat membantu memperoleh informasi baru terkait dengan materi yang dipelajarinya. Kesebelas, menyusun daftar pustaka dengan memperhatikan pemutahiran referensi yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran. Sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dirancang, bahwa kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahan ajar yang telah disusun. Setelah melalui tahap penelitian pendahuluan dan tahap desain penelitian, maka rencana tahapan berikutnya adalah melakukan evaluasi teman sejawat, selanjutnya dilakukan revisi tahap pertama. Rangkaian kegiatan ini termasuk pada tahap Evaluasi Formatif atau masuk pada tahap kedua dari kegiatan pengembangan. Serangkaian ujicoba mulai dari ujicoba perorangan (one to one), kelompok kecil (small group), hingga ujicoba lapangan (field test) dilakukan untuk memperoleh bahan ajar yang sesuai dan layak digunakan. Setelah semua ahli telah melakukan validasi sesuai dengan bidangnya masing-masing serta melalui serangkaian ujicoba, maka diperoleh produk akhir berupa bahan ajar pelatihan untuk kegiatan pendampingan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sebaiknya berdasarkan kebutuhan guru-guru dalam kegiatan pendampingan implementasi kurikulum Bahan ajar yang telah dikembangkan harus dievaluasi dan diperbaiki secara kontinu. DAFTAR PUSTAKA Borg, W.R. dan Gall, M.D. Educational Research. Lodon: Longman., Briggs Jane E.., Dissertation: Perceptions of Career and Technical Education Teachers about Teacher Mentoring and Teacher Retention., The Ohio State University., Dewi Salam Prawiradilaga. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: 516

16 Prenada Media Group., Dick L. Dan Carey L. The Systematic Desain of Instructional. Boston: Allyn and Bacon., 2005 Dick, W. Carey, L. & Carey. The Systematic Design Of Instruction Newyork: Pearson., Gagne R. M, Wager, Walter W., Golas, Katharine., dan Kelles John M. Principles of Instructional Design. New York: Thomson Learning, Inc., Pedoman Pelaksanaan PK Guru BPSDMPK dan PMP Kemdikbud., Pribadi, A. Benny.Model Sistem Desain Pembelajaran Jakarta: Dian rakyat., Rita C. Richey., Klein, James D., dan Nelson, Wayne A. Develompemetal Research: Studies of Instructional Design and Development., Smaldino E. Sharon, Russell, J.D, Heinich, R. Dan Molenda, M. Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall Inc., Smith. P.L. & Ragan. T.L. Instructional Design. Upper Saddle River, NJ. Merril Prentice Hall, Inc., Suparman, Atwi. Desain Instruksional Modern. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga., Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Disesuaikan dengan Kurikulum Jakarta: Prenadamedia Group Yaumi, Muhammad. Peningkatan Kinerja Guru Melalui Aktivitas Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Disertasi

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh, PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL oleh, Ni Nyoman Parwati dan I Nengah Suparta Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X Farida Haryati 1, Mujiyono Wiryotinoyo 2, Sudaryono 2 1 SMA N 1 Kota Jambi, 2 Universitas Jambi ABSTRACT This article is

Lebih terperinci

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS Hanafi 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, dan Anselmus J.E. Toenlioe 3 Teknologi Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MIKRO INOVATIF BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU BAHASA INDONESIA oleh Ida Zulaeha dan Deby Luriawati Fakultas Bahasa dan Seni UNNES ABSTRAK Micro teaching

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNGWARU TULUNGAGUNG

PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNGWARU TULUNGAGUNG PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNGWARU TULUNGAGUNG Fajar Hendro Utomo 1) 1) STKIP PGRI Tulungagung e-mail: fajar@stkippgritulungagung.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryulina Diah, Muslim Choirul, Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Aryulina Diah, Muslim Choirul, Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta DAFTAR PUSTAKA Aryulina Diah, Muslim Choirul, 2007. Biologi 2 SMA.Esis Erlangga Jakarta Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Borg,

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1 Pengertian Model a. Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses. b. Proses sistematis

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Jurnal Teknologi Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN MODEL DICK, CAREY, DAN CAREY (2001) UNTUK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAKRA TIMUR LOMBOK TIMUR Hadi Gunawan Sakti (Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian Desain dan paradigma penelitian yang digunakan diadaptasi dari model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN. Endang Mulyatiningsih PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Endang Mulyatiningsih Mengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru, dosen, tutor, instruktur, widyaiswara). Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) yang bertujuan untuk mengembangkan modul biologi berbasis model

Lebih terperinci

DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran)

DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran) DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran) ardianto Pak sopir!, sebenarnya kami mau diajak kemana? Nga tau? Yang penting JALAN ASUMSI TENTANG DISAIN PEMBELAJARAN 1. Perbaikan tentang kualitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi. Menurut Arikunto (2010;36), penelitian evaluasi diterapkan pada objek-objek jika ingin mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini akan diuraikan masalah metodologi yang digunakan dalam penelitian, mulai dari metode, desain, prosedur, paradigma, subjek dan sumber data, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Reasearch and Development (R&D)atau dengan kata lain penelitian ini akan berfokus pada penelitian terhadap analisa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development).

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). 67 III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Desain penelitian pengembangan berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan

Lebih terperinci

Penelitian dan Pengembangan R&D

Penelitian dan Pengembangan R&D Penelitian dan Pengembangan R&D Content Definisi R & D Konsep Dasar R & D Tujuan R & D Karakteristik R & D R & D dalam penelitian Metode R & D Langkah-Langkah Penelitian R & D Contoh Penelitian R & D Sistematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (research and development). Metode penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (research and development). Metode penelitian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Pengembangan modul ini menggunakan jenis penelitian pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

Penulisan Kegiatan Pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Inggris SMP

Penulisan Kegiatan Pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Inggris SMP Penulisan Kegiatan Pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Inggris SMP Rini Fatmawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Rini.Fatmawati@ums.ac.id

Lebih terperinci

MODEL TES DAN ANALISIS KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH DASAR

MODEL TES DAN ANALISIS KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH DASAR Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 MODEL TES DAN ANALISIS KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH DASAR Zamsir FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan media pembelajaran modul virtual yang digunakan diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan Borg and Gall yang secara skematik tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. Menurut Borg and Gall (1983) dalam Setyosari (2010), pengertian dari penelitan

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. Menurut Borg and Gall (1983) dalam Setyosari (2010), pengertian dari penelitan BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN 3.1 Model Penelitian dan Pengembangan Model yang akan dikembangkan dalam pengembangan penelitian ini mengacu pada model Research and Development (R & D) dari Borg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN Bab ini membahas tentang model pengembangan, langkah-langkah dalam penelitian pengembangan atau prosedur pengembangan Research and Development (R&D) melalui model Borg and Gall

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Gall and Borg (2003;569) mendefinisikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH DOI: doi.org/10.21009/0305010219 PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH Widya Nurhayati a), Vina Serevina b), Fauzi Bakri c) Program Studi

Lebih terperinci

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Ramona Safitri, M. Arifuddin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti menetapkan dua jenis lokasi untuk penelitian ini, lokasi pertama merupakan lokasi pengembangan produk, yaitu di SLB Bina Kasih Kota Bandung. Lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian dan pengembangan (R & D) adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL BERLANDASKAN MODEL GUIDED-PROJECT BASED LEARNING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL BERLANDASKAN MODEL GUIDED-PROJECT BASED LEARNING Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 4 Bulan April Tahun 2016 Halaman: 705 711 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL BERLANDASKAN MODEL

Lebih terperinci

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 25 Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru Tri Andari Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika ditinjau dari segi sejarah kurikulum Indonesia yang dimulai tahun 1945 sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. Pendekatan Research and Development yang merujuk pada teori Borg and Gall

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010:297)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 26 BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam melakukan pengembangan ini adalah model prosedural. Model prosedural

Lebih terperinci

Perancangan dan pemanfaatan media pembelajaran.

Perancangan dan pemanfaatan media pembelajaran. Materi 4 Perancangan dan pemanfaatan media pembelajaran. Petunjuk belajar Untuk dapat memanfaatkan media dalam mendukung aktivitas pembelajaran yang dapat dapat memfasilitasi tercapainya kompetensi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) Arini Pakistyaningsih, SH., MM.

THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) Arini Pakistyaningsih, SH., MM. THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) The Systematic Design of Instruction Chapter One Arini Pakistyaningsih, SH., MM. A. Model Pendekatan Dick dan Carey Sistem Untuk Merancang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF Rahmah 1*, Rayandra Asyhar 2, Muhammad Rusdi 2 1 SMK Negeri 2 Muara Jambi, 2 Universitas Jambi ABSTRACT This article is

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau III. METODE PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Desain (model) pengembangan yang digunakan mengacu pada research

Lebih terperinci

Belajar Berbasis Aneka Sumber

Belajar Berbasis Aneka Sumber Materi 3 Belajar Berbasis Aneka Sumber Petunjuk belajar Perkembangan teknologi informasi yang pesat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aktivitas kehidupan manusia termasuk didalamnya aktivitas

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Pembelajaran Kalkulus Integral Berbasis Konteks untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Pengembangan Bahan Pembelajaran Kalkulus Integral Berbasis Konteks untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Pengembangan Bahan Pembelajaran Kalkulus Integral Berbasis Konteks untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Awaludin 1, Mohamad Salam 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang biasa dikenal dengan istilah Research and Development (R&D). Model pengembangan yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Research

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung)

DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung) 106 DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh WENI KURNIAWATI (Dosen STAI An-Nur Lampung) Abstrak Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu yang melibatkan sistem dalam dunia pendidikan yaitu: guru/pendidik,

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Ilmiah. Oleh : KHOIROTUN NISA A

Naskah Publikasi Ilmiah. Oleh : KHOIROTUN NISA A ANALISIS KESULITAN YANG DIALAMI GURU KELAS BAWAH DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD NEGERI WONOTUNGGAL 03 BATANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Naskah Publikasi Ilmiah Oleh : KHOIROTUN NISA A 510 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Asep Herry Hernawan A. Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses yang yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian pengembangan. Model pengembangan yang dirujuk dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian pengembangan. Model pengembangan yang dirujuk dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Model pengembangan yang dirujuk dan digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang 53 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa pada jenjang sekolah menengah. Metode dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah (1) lokasi dan subyek penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) diagram alir penelitan,

Lebih terperinci

Tim Uji Jumlah Karateristik sampel Proses dan orientasi produk

Tim Uji Jumlah Karateristik sampel Proses dan orientasi produk BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Cihampelas Jln. Raya Sayuran Desa Mekarmukti Kec. Cihampelas, Kab. Bandung Barat 40562. Dipilihnya lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah model penelitian pengembangan (Research and Development), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian yang dilakukan adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi karbohidrat. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3 Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2015 KONSEP

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I ABSTRAK Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol.3 No.1 MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I Restu Lusiana 1 Tri Andari 2 1 Prodi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Allen Marga Retta 1 1 Email: Allen_marga_retta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN. experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and

BAB III METODE PENGEMBANGAN. experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and 24 BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian pengembangan modul pembelajaran menulis puisi berbasis experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and Development

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Selain itu pendidikan dapat mengubah

Lebih terperinci

Silabus dan RPP. Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto. Silabus dan RPP PPt Final Plus 1

Silabus dan RPP. Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto. Silabus dan RPP PPt Final Plus 1 Silabus dan RPP Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto Silabus dan RPP PPt Final Plus 1 Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran 1. Kalender Pendidikan 2. Program Tahunan (Prota) 3. Program Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tahap pengembangan dan tahap validasi produk awal dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uji coba terbatas dan uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dan pengembangan (research and development). Metode penelitian dan pengembangan merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model penelitian dan Pengembangan Model penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT Sri Mulyani, Cece Rakhmat, Asep Saepulrohman Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model materi ajar sintaksis

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model materi ajar sintaksis 103 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model materi ajar sintaksis berbasis linguistik fungsional yang cocok bagi mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and Carrey, yaitu suatu proses

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai alat untuk mengungkapkan informasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII 1) Rante Hanjarwati, 2) Yoso Wiyarno Universitas PGRI Adi Buana yosowiyarno@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol 3. No. 1 Januari

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol 3. No. 1 Januari PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS VIDEO KELAS IV SEKOLAH DASAR Muhibuddin Fadhli Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : themadrock@gmail.com Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) pada penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meninjau pertimbangan dari kesesuaian tujuan penelitian adalah penelitian dan pengembangan atau Research

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA Oktarinah 1), Ketang Wiyono 2), Zulherman 2) 1 Alumni Pendidikan FisikaUniversitas Sriwijaya 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian Penelitian ini dilakukan di Prodi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berlokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna

Lebih terperinci

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR Syukur Budiyono, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo s.budiyono15@gmail.com, erni_umpwr@mail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan sebagai alat uji dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkis dan kronologis, dari jenjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 67 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pengembangan. Atau yang dikenal dengan istilah Reseach and Development ( R & D ) Metode

Lebih terperinci

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik

Lebih terperinci