Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian"

Transkripsi

1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dan Perawatan Lanjut Usia, Menjelang serta Saat Kematian Makalah Konsep Dasar Keperawatan Oleh: Barnis Lady Mentari Alamdani Istiqomah Nurul Fauziah Masturoh Widuri Sinta Sharra Ati Kurnia Dewi Zenithesa Gifta Nadirini Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2011

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Halaman ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sistematika Penulisan Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data BAB II URAIAN HASIL KERJA 2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Instrumen Pengkajian Budaya Perawatan Pada Lanjut Usia Pengkajian Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi ii

3 2.3 Perawatan Menjelang serta Saat Kematian Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian Asuhan Keperawatan BAB III PEMBAHASAN KASUS Pengkajian 3.2 Diagnosa Keperawatan Perencanaan BAB IV KESIMPULAN... DAFTAR PUSTAKA iv iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. Lima proses keperawatan: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi selalu berkaitan erat dengan intervensi keperawatan. Beda usia, beda pula intervensi yang akan digunakan oleh perawat untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien. Sepanjang daur kehidupan manusia salah satunya meliputi lanjut usia yang diteruskan dengan menjelang dan saat kematian. Intervensi perawatan lanjut usia sangat penting karena lansia menunjukkan perubahan-perubahan penting yang membutuhkan perawatan khusus, lain dari perawatan usia anak-anak ataupun dewasa. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian. 1

5 2 1.2 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan makalah ini adalah: a. Untuk memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan b. Untuk memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural c. Untuk memaparkan intervensi dalam menindaklanjuti klien lanjut usia d. Untuk memaparkan asuhan keperawatan bagi klien menjelang dan saat kematian e. Untuk memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu klien 1.3 Sistematika Penulisan Pada Bab I Pendahuluan terpaparkan latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan, dan metode penulisan makalah ini oleh penulis. Pada Bab II Uraian Hasil Kerja, penulis membaginya menjadi tiga bagian, yaitu (1) Perspektif Transkultural dalam Keperawatan, (2) Perawatan pada Lanjut Usia, dan (3) Perawatan Menjelang serta Saat Kematian. Pada Perspektif Transkultural dalam Keperawatan, penulis memulai uraian dengan menjelaskan keperawatan transkultural itu sendiri dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan. Selanjutnya, penulis memaparkan konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural dilanjutkan dengan pengkajian asuhan keperawatan budaya serta instrument pengkajian budaya. Perawatan pada Lanjut Usia penulis bagi menjadi lima garis besar dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada klien lanjut usia. Selanjutnya, pada Perawatan Menjelang serta Saat Kematian, penulis memaparkan tahapan respon klien terhadap proses kematian dan asuhan keperawatannya.

6 3 Bab III Pembahasan Kasus berisi hasil diskusi penulis terkait kasus pada klien lanjut usia. Pada Bab IV Kesimpulan, penulis meringkas hasil penulisan makalah ini secara teratur dan ringkas. 1.4 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan adalah PBL (Problem Based Learning) dimana penulis mendapat sebuah kasus untuk diselesaikan sebagai pemicu penulisan makalah. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah membaca literatur dan mencari referensi tambahan dari internet.

7 BAB II URAIAN HASIL KERJA 2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan Dalam buku Leininger dan McFarland (2002) Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice Third Edition, keperawatan transkultural adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya pada manusia Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur yang dengan nilainilai norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan, kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan oleh hamper semua kultur, seperti budaya olahraga dapar membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat. Keperawatan transkultural juga bertujuan untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti, dan menggunakan pemahaman perawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Globalisasi dalam pelayanan kesehatan sangatlah penting. Maksudnya adalah pada zaman yang serba maju ini, menuntut keperawatan semakin maju pula mengikuti perkembangan zaman. Orang-orang akan menuntut asuhan keperawatan yang berkualitas. Dengan adanya zaman globalisasi ini, banyak orang yang melakukan perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) sehingga memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep keperawatan 4

8 5 didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal ini diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nialai budaya dan kepercayaan. Ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan, ketidakberdayaan pada klien, dan beberapa mengalami disorientasi Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Ada dua belas konsep transkultural teori Leininger (1985) dalam buku Leininger dan McFarland (2002) Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice Third Edition, yaitu: a. Budaya (kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. c. Culture care diversity (perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan) merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi. d. Cultural care universality (kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta

9 6 mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan. e. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. f. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. g. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. h. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. i. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. j. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. k. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. l. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain

10 7 karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Pengkajian budaya merupakan hal yang penting bagi seorang perawat dalam asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien. Pengetahuan mengenai latar budaya dari klien dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam membina hubungan dengan klien. Dalam buku Leininger dan McFarland (2002) Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research and Practice Third Edition, tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menetapkan kesamaan pelayanan budaya. Pada tahap pertama, perawat melakukan pengkajian budaya dengan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan komunitas dari klien, sehingga perawat mengetahui latar belakang budaya klien agar pengkajian yang dilakukan terarah. Data yang perlu diketahui dalam perubahan tersebut adalah data demografik, meliputi data sensus lokal dan data regional. Persiapan dan antisipasi sangat diperlukan dalam pengkajian budaya yang didukung dengan keterampilan dalam pengambilan data dan efisiensi waktu. Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk memahami klien lebih dalam sehingga kesimpulan interpretasi selama penilaian tepat dan sesuai dengan pelayanan yang diharapkan bersama. Penggunaan pertanyaan yang terfokus, terbuka, dan kontras dapat membantu dalam pemahaman kepada klien. Pemberian pertanyaan tersebut bertujuan untuk mendorong atau memotivasi klien dalam penggambaran nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti terhadap pelayanan pada klien yang dilakukan. Pertanyaan yang diberikan seperti menanyakan pendapat klien tentang penyebab penyakit klien, pernah atau tidak klien mengalami penyakit tersebut sebelumnya, dan perbedaan penyakit sekarang dengan sebelumnya. Dalam membangun hubungan dengan klien, komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal tersebut disebabkan adanya

11 8 perbedaan bahasa dan cara berkomunikasi. Sehingga keterampilan manajemen impresi merupakan hal penting bagi perawat. Manajemen impresi merupakan usaha untuk memberikan image dalam interaksi sosial. Manajemen impresi membutuhkan keahlian berbahasa interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien, dan keterampilan melakukan pengamatan. Sebagai contoh penerapan dari manajemen impresi yaitu negara Amerika menggunakan bahasa Inggris, tetapi pada setiap orang di wilayah Amerika, memiliki dialek yang beragam dalam pengucapan bahasa Inggris tersebut. Sehingga sebagai perawat perlu menilai dan mendengarkan bahasa yang digunakan oleh klien ketika berbicara. Setelah itu, perawat menulis dan memutuskan jika klien memerlukan seseorang ahli bahasa atau tidak. Seorang ahli bahasa yang dipilih harus keputusan dari hasil diskusi perawat dengan klien. Pihak rumah sakit memberikan ahli bahasa hanya untuk memberikan kondisi medis klien. Ahli bahasa tersebut harus mempunyai kesesuaian latar belakang etnik dengan klien agar lebih mudah timbul rasa percaya Instrumen Pengkajian Budaya a. Mempertahankan Budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi. b. Negosiasi Budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang

12 9 berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. c. Restrukturisasi Budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. 2.2 Perawatan Pada Lanjut Usia Lima proses keperawatan berperan besar dalam melakukan intervensi asuhan keperawatan Pengkajian Ada lima kunci pengkajian keperawatan untuk memastikan usia dalam buku Potter Perry (2009) Fundamentals of Nursing Seventh Edition: a. Hubungan timbal balik fisik dan psikososial penuaan b. Efek penyakit dan ketidakmampuan kerja fungsional c. Penurunan tingkat efisiensi mekanisme homeostatis d. Kurangnya standar kesehatan dan norma penyakit e. Perubahan presentasi dan respon terhadap penyakit spesifik Lansia pada umumnya pensiun. Karena pensiunan ini biasanya telah diantisipasi, seseorang dapat berencana ke depan untuk (1) berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas suka rela, (2) mencari minat dan hobi baru, dan (3) melanjutkan pendidikannya. Dalam perwujudan perencanaan tersebut, lansia bertemu dengan berbagai perubahan-perubahan dalam dirinya.

13 10 1. Perubahan Fisiologis Beberapa klien lansia mungkin mengalami semua perubahan ini, dan lansia lainnya mengalami hanya beberapa perubahan. a. Survei Umum: inspeksi awal pada dewasa tua mungkin berupa kontak mata dan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi, kerutan wajah, rambut uban, hilangnya jaringan ekstrimitas, dan peningkatan jaringan serta lemak pada tubuh. b. Sistem Integumen: kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya. Noda dan lesi mungkin juga muncul pada kulit. c. Kepala dan Leher: raut wajah nampak asimetris karena hilangnya atau pemasangan gigi palsu yang tidak benar. Perubahan pada nada suara (biasanya keras) terjadi karena adanya penurunan kekuatan dan tingkat nada. Ketajaman penglihatan lansia menurun. Sering terjadi presbiopia, suatu penurunan pada kemampuan mata untuk berakomodasi pada benda dekat, dan presbikus, suatu perubahan terkait usia pada ketajaman pendengaran. Atrofi saraf pengecap pun kerap muncul serta hilangnya efisiensi. Lansia tidak mampu merasakan asin, manis, asam, dan pahit dengan cepat. d. Toraks dan Paru: terdapat peningkatan diameter anteroposterior. Kifosis yang sering terjadi pada lansia merupakan perubahan tajam dan progresif pada struktur vertebrata yang permanen bila disertai osteoporosis. e. Jantung dan Vaskular: penurunan kekuatan kontraktil miokardium menyebabkan penurunan darah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia mengalami stres karena ansietas, kegembiraan, penyakit, atau aktivitas yang berat. f. Payudara: penurunan massa, tonus, dan elastisitas otot yang menyebabkan payudara menjadi lebih kecil. g. Gastrointestinal dan Abdomen: peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen. Sering juga munculnya intoleransi pada makanan tertentu secara tiba-tiba.

14 11 h. Sistem Reproduksi: menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan respons ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. i. Sistem Perkemihan: hipertrofi kelenjar prostat dapat terjadi pada pria lansia. Wanita lansia dapat mengalami inkontinensia stres, yaitu terjadi pelepasan urin involunter saat batuk, bersin, atau mengangkat suatu benda. j. Sistem Muskoskeletal: dewasa lansia yang berolahraga secara teratur tidak akan mengalami kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak dewasa lansia lain yang tidak aktif. Pada dewasa lansia yang tidak aktif, serat otot akan berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa otot. k. Sistem Neurologis: secara khas, lansia tidak tidur sepanjang malam. Penyebab disrupsi ini adalah (1) siklus tidur memendek, (2) akibat pengosongan kandung kemih yang sering, nyeri, atau gangguan psikologis, dan (3) medikasi yang memengaruhi siklus bangun-tidur. 2. Perubahan Kognitif a. Demensia: kerusakan umum fungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial dan okupasi. Demensia sinilis tipe Alzheimer, atau biasa disebut penyakit Alzheimer, dicirikan oleh adanya atrofi otak dan timbulnya plak senil serta lilitan neurofibril dalam hemisfer serebral. Progresi penyakit Alzheimer telah dibagi dalam tiga tahap dalam buku Potter Perry (2005) Fundamental Keperawatan Buku 1 (Brady, 1993). Pada tahap awal, gejala utama adalah hilangnya memori. Tahap pertengahan meliputi kerusakan keterampilan bahasa, aktivitas motorik, dan pengenalan benda. Inkontinensia urin dan fekal, ketidakmampuan ambulansi, dan hilangnya keterampilan bahasa secara lengkap merupakan cirri klasik tahap akhir atau terminal dari penyakit Alzheimer.

15 12 b. Delirium (tingkat konfusi akut): sindrom otak menyerupai demensia ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya tingkat kesadaran tidak jelas atau, lebih tepatnya, perubahan perhatian dan kesadaran. Ciri lain meliputi kurang perhatian, ilusi, halusinasi, kadang bicara inkoheren, gangguan siklus bangun-tidur, dan disorientasi. c. Penyalahgunaan Zat dan Kerusakan Kognitif: penyalahgunaan alkohol dan obat lain terjadi pada populasi lansia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut adalah masalah serius karena mencakup stres dan kehilangan terkait penuaan seperti pension, kehilangan pasangan, dan kesepian. 3. Perubahan Psikososial a. Pensiun: tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang dapat menyebabkan stres psikososial. Stres ini meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan masalah isolasi sosial. b. Isolasi sosial: Ada empat tipe isolasi sosial dalam buku Potter Perry (2005) Fundamental Keperawatan Buku 1. Sikap: terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap yang berlaku yang menstigmatisasi lansia, suatu bias yang menolak lansia. Seiring lansia semakin ditolak, harga diru lansia pun berkurang, sehingga usaha bersosialisasi berkurang. Penampilan: seseorang diisolasi karena penolakan oleh orang lain atau karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri. Perilaku: perilaku yang biasanya dikaitkan dengan pengisolasian meliputi konfusi, demensia, alkoholisme, eksentrisitas, dan inkontinensia.

16 13 Geografis: jauh dari keluarga, kejahatan di kota, dan barier institusi menyebabkan lansia mengalami isolasi sosial. Dalam masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak hidup jauh dari orangtua sehingga kesempatan untuk mengunjungi anak-anak semakin berkurang. Hal ini menyebabkan isolasi lebih lanjut pada lansia yang mempunyai keterbatasan fisik atau mengalami kematian pasangannya. c. Seksualitas: meliputi cinta, kehangatan, saling membagi dan sentuhan, bukan hanya melakukan hubungan seksual. d. Tempat Tinggal dan Lingkungan: perubahan pada peran sosial, tanggung jawab keluarga, dan status kesehatan memengaruhi rencana kehidupan lansia. e. Kematian: kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah kematian seorang lansia sebagai berkah dan kulminasi (titik tertinggi) seluruh kehidupan Diagnosa Keperawatan Identifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiap diagnosa memberi arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan. Analisis data memerlukan pertimbangan terhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga persepsi klien lansia tentang status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega, perawat, profesi kesehatan lain, dan catatan (rekam medis) mungkin diperlukan Perencanaan Rencana keperawatan lansia difokuskan pada kegiatan mencegah, meningkatkan, mengurangi, atau menghilangkan masalah. Prioritas perawatan ditetapkan, tujuan klien dan hasil yang diharapkan serta intervensi yang cocok dipilih.

17 Implementasi Intervensi keperawatan pada lansia dapat mencakup peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial, keamanan rumah, pengobatan mandiri, penyesuaian, dan penghematan. Dalam intervensi, dukungan psikososial meliputi: a. Komunikasi Terapeutik: merasakan dan menghargai keunikan klien. b. Sentuhan: membuat nyaman lansia dengan menunjukkan rasa kasih sayang. c. Orientasi Realitas: teknik komunikasi yang digunakan untuk membuat klien menyadari waktu, tempat, dan orang. Tujuan orientasi realitas meliputi mengembalikan perasaan terhadap realitas, meningkatkan tingkat kesadaran, meningkatkan sosialisasi, meningkatkan fungsi kebebasan, dan meminimalkan konfusi, disorientasi, serta regresi fisik. d. Resosialisasi: membantu lansia memperluas jaringan sosial mereka. e. Terapi Validasi: teknik pada lansia yang mengalami konfusi berat dan disorientasi. Tujuannya adalah mengembalikan martabat dan harga diri serta memvalidasi perasaan klien. f. Pengenangan: mengingat kembali masa lalu untuk menetapkan arti baru terhadap pengalaman terdahulu. g. Intervensi Citra Tubuh: pentingnya lansia menampilkan citra yang diterima sosial. Memang butuh sedikit usaha untuk membantu klien menyisir rambut, membersihkan gigi, bercukur, atau mengganti pakaian Evaluasi Perubahan sering kali lambat dan tidak terlihat sehingga evaluasi mungkin jarang dilakukan. Tipe masalah, pembentukan tujuan, dan pengunaan intervensi menentukan frekuensi evaluasi. 2.3 Perawatan Menjelang serta Saat Kematian Proses keperawatan menjelang perawatan merupakan proses penting dalam melakukan perawatan terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan

18 15 untuk (1) menghilangkan atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2) mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kenyamanan fisik klien. Pada saat kondisi terminal, perawat dan keluarga sangat berperan penting dalam proses kegiatan ini. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian Menurut Kubler Ross (1969) dalam buku On Death and Dying tahapan respon klien terhadap proses kematian adalah: a. Penolakan (denial) Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan. b. Marah (anger) Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya. c. Tawar Menawar (bargaining) Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawarmenawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan secara terbuka. d. Kesedihan Mendalam (depression) Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan siapapun dan apapun. e. Menerima (acceptable) Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.

19 Asuhan Keperawatan Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis: a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini, klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien. b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut. c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien menghadapi respon respon tersebut. d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu memotivasi keluarga klien. Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut. Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal.

20 17 Gejala-gelala pada saat kondisi terminal: a. Nafsu makan berkurang b. Lesu c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien makin lama makin berkurang e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan. Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.

21 BAB III PEMBAHASAN KASUS Seorang pasien laki-laki berusia 67 tahun mendapat serangan stroke non hemoragik dan dirawat di ruang perawatan semi intensif sebuah rumah sakit. Kesadaran pasien baik, namun pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan tubuhnya dan mengalami kesulitan bicara. Pasien seringkali menolak bantuan perawat untuk pemenuhan perawatan hariannya. Pasien meminta supaya istrinya yang merawat dan menemaninya. Kebijakan rumah sakit melarang anggota keluarga menunggu di dalam ruang perawatan. Istri pasien hanya boleh menemui pasien pada saat waktu kunjungan. Istri pasien selalu menunggu di luar ruang perawatan dan ingin membantu merawat suaminya. 3.1 Pengkajian Perawat melakukan pendekatan pada pasien, komunikasi sejauh mana latar belakang budaya pasien dan cara pasien berinteraksi dengan orang lain. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan rasa kepercayaan pasien terhadap perawat. Pertanyaan yang diberikan seperti menanyakan pendapat klien tentang penyebab penyakit klien, pernah atau tidak klien mengalami penyakit tersebut sebelumnya, dan perbedaan penyakit sekarang dengan sebelumnya. Karena pasien mengalami kesulitan bicara, perawat lebih mengutamakan sumber utama pengkajian adalah keluarga (istri) untuk mempermudah komunikasi dan memberikan kenyamanan secara tidak langsung. Pertama, perawat mencari tahu data demografik pasien, termasuk di dalamnya latar budaya yang dianut. Budaya pasien harus dianalisis terlebih dahulu. Istri pasien memiliki nilai budaya (keinginan atau tindakan pada suatu waktu tertentu) untuk selalu ingin merawat pasien. Budaya yang muncul disini adalah budaya berbakti pada suami. Kedua, perawat memberi tahu pengertian kebijakan rumah sakit yang berlaku di lingkungan tempat perawat bekerja. Perawat juga memberikan motivasi 18

22 19 kepada pasien. Selama itu, perawat juga memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien dan dicatat sehingga dapat dibuat diagnosa keperawatannya. Dalam kasus ini, pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan tubuhnya dan mengalami kesulitan bicara. Data medis yang didapatkan perawat pun menceritakan bahwa pasien mendapat serangan stroke non hemoragik. Ketiga, perawat mencatat seluruh data yang didapat dari sumber primer (pasien) dan sekunder (keluarga, kerabat, rekam medis, dan lain-lain). Keluarga sangat berperan penting untuk memberi tahu perawat kebiasaan-kebiasaan pasien sehingga perencanaan asuhannya dapat menyesuaikan dengan pasien dan nyaman untuk pasien. 3.2 Diagnosa Keperawatan Kelumpuhan pada sisi kanan tubuh pasien disebabkan oleh stroke non hemoragik yang dideritanya. Gangguan peredaran darah diotak atau stroke non hemoragik adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. Penyebab-penyebab yang mungkin terjadi pada pasien antara lain: a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain) c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) Pasien juga telah menunjukkan salah satu ciri-ciri delirium (tingkat konfusi akut) yaitu bicara kadang inkoheren yang merupakan salah satu jenis kesulitan berbicara. 3.3 Perencanaan Perawat mendiskusikan kembali dengan pasien mengenai perawatan yang sesuai, atau dalam kasus kesulitan bicara ini diskusi dengan keluarga. Implementasi yang mungkin menjadi jalan keluar kasus ini adalah orientasi

23 20 realitas, suatu teknik komunikasi yang digunakan untuk membuat klien menyadari waktu, tempat, dan orang yang salah satu tujuannya adalah meminimalkan konfusi. Dalam menghargai budaya pasien, perawat dapat mengadakan pendekatan atau konsep caring untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan pasien. Istri yang telah diberi penjelasan mengenai peraturan rumah sakit akan tahu kapan waktu besuk sehingga istri dapat merawat suami saat waktu besuk saja.

24 BAB IV KESIMPULAN Keperawatan transkultural dibutuhkan dalam mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis agar tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal. Sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal ini diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Dengan adanya zaman globalisasi ini, banyak orang yang melakukan perpindahan penduduk antar negara yang memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan keperawatan. Konsep keperawatan didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Ada dua belas konsep transkultural teori Leininger (1985), yaitu (1) budaya, (2) nilai budaya, (3) culture care diversity, (4) cultural care universality, (5) etnosentris, (6) etnis, (7) ras, (8) etnografi, (9) care, (10) caring, (11) cultural care, dan (12) cultural imposition. Tiga instrumen pengkajian budaya (mempertahankan budaya, negosiasi budaya, dan restrukturisasi budaya) pun berperan penting dalam asuhan keperawatan transkultural. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menetapkan kesamaan pelayanan budaya. Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk memahami klien lebih dalam sehingga kesimpulan interpretasi selama penilaian tepat. Dalam membangun hubungan dengan klien, komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural, sehingga keterampilan manajemen impresi merupakan hal penting bagi perawat. Dalam mengkaji masalah kesehatan lansia, perawat harus memperhitungkan hubungan timbal balik fisik dan psikososial penuaan, efek penyakit dan ketidakmampuan kerja fungsional, penurunan tingkat efisiensi mekanisme homeostatis, kurangnya standar kesehatan dan norma penyakit, dan perubahan presentasi serta respon terhadap penyakit spesifik. Perubahanperubahan yang muncul pada lansia meliputi perubahan fisiologis yang berkenaan dengan sistem tubuh, kognitif yang bersangkutan dengan penyakit, dan 21

25 22 psikososial yang berisi permasalahan sosial. Lalu, perawat mendiagnosa faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin sebagai arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan. Prioritas perencaan ditetapkan, tujuan klien dan hasil yang diharapkan serta intervensi yang cocok dipilih. Dalam intervensi dukungan psikososial meliputi komunikasi terapeutik, sentuhan, orientasi realitas, resosilisasi, terapi validasi, pengenangan, dan intervensi citra tubuh. Tipe masalah, pembentukan tujuan, dan penggunaan intervensi menentukan frekuensi evaluasi. Menurut Kubler Ross (1969) dalam buku On Death and Dying ada lima tahapan respon klien terhadap proses kematian, yaitu (1) penolakan, (2) marah, (3) tawar menawar, (4) kesedihan mendalam, dan akhirnya (5) menerima. Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Proses proses perawatan nantinya akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Inilah yang disebut transkultural pada proses keperawatan. Dalam penyelesaian kasus dapat dilakukan tiga proses keperawatan, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, dan perencanaan. Pada pengkajian, perawat mencari data-data yang diperlukan untuk menindaklanjuti masalah pasien dan melakukan pendekatan terhadap pasien ataupun keluarganya. Pada diagnosa keperawatan, pasien mengalami kelumpuhan dikarenakan stroke non hemoragiknya. Kesulitan bicara yang diderita oleh pasien juga merupakan salah satu ciri-ciri delirium (konfusi akut). Untuk menyelesaikan masalah pasien tersebut, dalam perencaan perawat dapat menggunakan teknik implementasi orientasi realitas yang salah satu tujuannya adalah meminimalisasi tingkat konfusi akut. Dalam menghargai budaya pasien, perawat dapat mengadakan pendekatan atau konsep caring untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan pasien.

26 DAFTAR PUSTAKA Afifah, Efy. Ringkasan Materi Unit 2 Keragaman Budaya dan Perspektif Transkultural dalam Keperawatan. (diakses pada 22 Oktober 2011) BMS, Ajibarang. Stroke Non Hemoragik. (diakses pada 22 Oktober 2011) Susilaningsih, Francisca Sri. Asuhan Keperawatan dalam Pendampingan Klien diambang Kematian. (diakses tanggal 23 Oktober 2011) Erick. Konsep Pasien Terminal. (diakses tanggal 23 Oktober 2011) Ismayadi. Proses Menua (Aging Proses). (diakses tanggal 23 Oktober 2011) Kubler-Ross, E. (1969). On Death and Dying. London: Tavistock Publication Leininger, M. dan Mc Farland, M.R Transcultural Nursing: Concept, Theories, Research and Practice. 3 rd Edition. USA: Mc-Graw Hill Companies Pristiana D, Ari Teori Keperawatan Medelein Leininger. (diakses tanggal 22 Oktober 2011) iv

27 Asih, Yasmin (Penerjemah) Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Buku 1. Jakarta: Salemba Medika Potter, P.A. dan Perry, A.G Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice. 7 th Edition. St. Louis: Elsevier v

Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START

Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START Konsep Keperawatan Transkultural Leinenger's Teory START Daftar isi definisi teori Leinenger teori sunrise model komponen dalam sunrise model Peran teori Leinenger dalam proses keperawatan Definisi Teori

Lebih terperinci

PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING

PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING PROSES KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING A. Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing 1. Model Keperawatan Transcultural in Nursing Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 )

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 ) KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER S TEORY ( IKD 1 ) Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di

Lebih terperinci

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory ( leininger, 1978) Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSING DALAM PROSES KEPERAWATAN Rahayu Iskandar, Ners, M.Kep PENDAHULUAN Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PASIEN TERMINAL

IDENTIFIKASI PASIEN TERMINAL PENDAHULUAN Kehidupan manusia Kelahiran & Kematian Kematian pada LANSIA Penyakit Senilitas Perawatan Lansia menjelang kematian tidak boleh dipandang rendah PERAWATAN HOSPITIUM Hospice movement Perintis

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit maupun kelemahan. Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM

TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM TRANSKULTURAL NURSING Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Dasar FIKES UMM PENGERTIAN Transkultural : Lintas Budaya Budaya? Ciri khas suatu kelompok yang membedakan antara kelompok yang satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES PERILAKU BUDAYA KESEHATAN Adat kebiasaan merupakan praktek hidup budaya Tiap suku atau daerah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap induvidu dapat hidup secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak. mira asmirajanti

Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak. mira asmirajanti Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak mira asmirajanti introduction Perawat merawat manusia sebagai mahluk yang unik dan utuh, menerapkan pendekatan komprehensif dan merencanakan perawatan bersifat individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS TUJUAN KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS R. NETY RUSTIKAYANTI, M.KEP 2017 Mengidentifikasi faktor individu dan lingkungan yang mempengaruhi komunikasi Mendiskusikan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman terjadi beberaapa pergeseran pola kehidupan semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba instan, gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada trimester pertama (Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual dan muntah. Keadaan ini merupakan hal yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan terutama pada trimester pertama

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG 1. IDENTITAS KLIEN Nama : Jenis Kelamin : Umur : Suku : Alamat : Agama : Pendidikan : Status Perkawinan : Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam segala proses kehidupan komunikasi merupakan hal paling pokok. HAM (Hubungan Antar Manusia) bisa terjadi tidak lain karena adanya sistem komunikasi. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan merupakan tujuan utama sebuah pernikahan untuk meraihnya diperlukan usaha bersama antara suami dan istri, tanpa adanya usaha dari suami dan istri maka kebahagiaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun B Y. L U F T H I A N I P R O G R A M S T U D I I L M U K E P E R A W A T A N F K U S U PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan & tehnologi kesehatan Asupan gizi lebih baik Usia harapan hidup Pertambahan

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang

BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan suatu kebenaran atau fakta yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Setiap individu, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kelak akan menuju

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Gustinerz.com Desember 2016 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menerbitkan secara resmi Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN MODEL LEININGER DALAM ASUHAN KEPERAWATAN Konsep Utama Teori Transkultural 1. Culture Care Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang dipelajari dan diturunkan serta diasumsikan yang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Kematian terlihat sebagai konsep sederhana untuk dijelaskan yaitu waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negera berkembang.penyakit Jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif.

Lebih terperinci

AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG T.A 2012/2013

AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG T.A 2012/2013 PAPER CARA MENGATASI MASALAH PSIKOLOGI PADA IBU NIFAS Disusun oleh : ANNISA NOER UMAMI 201207004 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG T.A 2012/2013 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.5 LATAR BELAKANG Salah satu tujuan manusia di dalam hidupnya adalah mendapatkan keturunan. Mendapatkan keturunan banyak aspek yang berperan diantaranya adalah peran wanita dalam melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENDEKATAN TRANSKULTURAL 5 Februari 2009 Oleh : Eka Mishbahatul M.H. TIM KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI Transkultural : Lintas Budaya Contoh budaya? Ciri khas suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci