Bab 2 KAJIAN TEORITIS Pengertian Umum Tentang Judi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 KAJIAN TEORITIS Pengertian Umum Tentang Judi"

Transkripsi

1 Bab 2 KAJIAN TEORITIS Pengertian Umum Tentang Judi Perjudian sudah ada sejak zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat kita. Pada mulanya pengertian perjudian menurut yang dikenal masyarakat adalah suatu permainan, yang disertai dengan taruhan, karena bagi masyarakat perjudian adalah segala sesuatu yang berbau taruhan saja. Umumnya mereka tidak merasa kalau telah melakukan perjudian, namun pada kenyataannya mereka sudah melakukan perjudian tersebut, hal itu dilakukan karena untuk mengisi waktu yang senggang. Kartono, (1999) mengatakan pada mulanya perjudian itu berwujud permainan atau kesibukan pengisi waktu senggang guna menghibur hati, jadi sifatnya rekreatif dan netral. Pada sifat yang netral ini, lambat laun ditanamkan unsur baru untuk merangsang kegairahan bermain dan menaikan ketegangan serta pengharapan untuk menang, yaitu barang taruhan berupa uang, benda atau sesuatu tindakan yang bernilai. Menurut Siem, (1988) berjudi sebagai kegiatan rekreatif yang dilarang. Pendapat Siem tersebut, bila dilihat dalam pandangan hukum dan agama tidak diperbolehkan melakukan perjudian. Dalam pandangan hukum dilarang melakukan perjudian, seperti dalam kitab KUHP pasal 303 ayat 3, yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, yang di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau mahir. Selanjutnya dikatakan, barang siapa ikut serta dalam berjudi diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, (KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika 2006). Dalam pandangan agama menurut Kartono, (1999) mengatakan bagi para penganut agama 13

2 Kristen, berjudi adalah barang larangan. Masih dengan Kartono, (1999) agama Islam juga melarang perjudian; perbuatan berjudi dan pertaruhan dianggap sebagai dosa atau perbuatan haram. Dari pendapat di atas jelas mengatakan berjudi dari pandangan hukum dan agama merupakan perbuatan yang dilarang. Dalam hukum dikatakan apabila kedapatan seseorang ikut serta dalam berjudi akan dipidanakan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dengan pidana denda berupa uang paling banyak Rp (dua puluh lima juta rupiah). Dan dalam agama dilarang karena berjudi merupakan perbuatan dosa atau haram. Menurut Bawengan, (1991) berpendapat perjudian adalah mempertaruhkan uang atau benda berharga, mengharapkan keuntungan dengan dasar spikulasi belaka. Mengharapkan keuntungan atau harapan untuk menang inilah yang merupakan daya tarik bagi setiap perjudian. Perjudian merupakan pertaruhan yaitu mempertaruhkan sesuatu yang dianggap bernilai seperti uang, dengan impian untuk mendapatkan keuntungan atau sesuatu yang lebih dari pertarungan yang dilakukan itu. Maka dari itu perjudian banyak digemari masyarakat. Sama halnya yang dikemukakan oleh Carson dan Butcher, (1992) dalam buku Abnormal Psychology and Modern Life, mendefinisikan perjudian sebagai memasang taruhan atas suatu permainan atau kejadian tertentu dengan harapan memperoleh suatu hasil atau keuntungan yang besar. Apa yang dipertaruhkan dapat saja berupa uang, barang berharga, makanan, dan lain-lain yang dianggap memiliki nilai tinggi dalam suatu komunitas. Menurut Purwanto, (2012) modal judi seringkali adalah tanah yang mereka miliki ataupun barang-barang berharga yang ada di rumah mereka atau warisan. Perjudian sebagai bentuk permainan dengan menggunakan taruhan berupa uang, barang-barang berharga atau bernilai dengan harapan dari permainan tersebut bisa mendapat keuntungan yang besar. Harapan memperoleh hasil atau keuntungan yang besar dalam berjudi membuat ketegangan yang berbeda-beda pada setiap pemain, 14

3 dari itu perilaku setiap orang berbeda-beda dalam melakukan perjudian. Ketidakpastian hasil dalam melakukan perjudian memunculkan banyak angan-angan yang terkadang meleset dari harapan dan menimbulkan ketegangan tersendiri pada setiap penjudi. Ketegangan itu menimbulkan berbagai perilaku bagi setiap penjudi. Keteganganketegangan menjadi semakin memuncak oleh tidak adanya kepastian menang atau kalah Kartono, (1999). Greenson (dalam Bawengan, 1991) membagi perilaku penjudi menjadi 3 jenis tipe, yaitu : 1. Normal person, atau orang normal (biasa) yang berjudi sebagai hiburan atau iseng dan mampu menghentikannya bila individu tersebut menghendakinya. 2. Professional gamblers, ialah orang yang memilih perjudian sebagai mata pencahariannya. 3. Neurotic gambler, ialah penjudi yang neurotic, melakukan perjudian karena dorongan alam tidak sadarnya dan sulit untuk menghentikannya. Tipe ini termasuk dalam habitual criminal yaitu tindak kriminal yang dilakukan berulang-ulang tanpa memikirkan dampaknya. Biasanya tipe ini adalah individu yang mempunyai ketagihan (addicted) untuk terus berjudi. Tipe ini dibedakan menjadi dua tipe lagi yaitu; a. Solitaire gambler, yaitu penjudi yang mempunyai perilaku berjudi secara individual dalam mengadu untung. Misalnya berjudi dengan media pinball atau mesin jackpot. b. Social gambler, yaitu penjudi yang mempunyai perilaku berjudi membutuhkan orang lain sebagai lawan bermain dalam mengejar keuntungan. Misalnya judi permainan kartu dan dadu. Perilaku penjudi menurut Greenson dapat disimpulkan antara lain yaitu norman persion (orang yang nomal/biasa) melakukan judi 15

4 sebagai hiburan, bagi Professional gamblers perjudian sebagai mata pencahariannya, dan untuk Neurotic gambler, penjudi yang neurotic, melakukan perjudian karena dorongan alam tidak sadarnya sehingga ketagihan dan sulit untuk berhenti. Menurut para ahli ada 5 (lima) faktor yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi, (Papu, 2002). Kelima faktor tersebut adalah: 16 1) Faktor Sosial dan Ekonomi: Bagi masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. 2) Faktor Situasional: Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. 3) Faktor Belajar: Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi. Apa yang pernah dipelajari dan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan akan terus tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi lagi. Inilah yang dalam teori belajar disebut sebagai Reinforcement Theory yang mengatakan bahwa perilaku tertentu akan cenderung diperkuat/diulangi bilamana diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang menyenangkan. 4) Faktor Persepsi Tentang Probabilitas Kemenangan: Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian. 5) Faktor Persepsi Terhadap Ketrampilan: Perjudian yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa keberhasilan atau kemenangan dalam permainan judi adalah karena keterampilan yang dimilikinya.

5 Menurut Sanderson, (2000) tentunya banyak sekali penyebab mengapa seseorang melakukan perjudian, di antaranya adalah Kekurangan ekonomi. Masyarakat semacam ini membutuhkan rangsangan untuk melakukan perbaikan terhadap keterbelakangannya dalam hal ekonomi, cepat mereorganisasikan diri. Selanjutnya menurut Simanjuntak, (1981) ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perjudian antara lain: a) Adanya pertaruhan yang mengharapkan keuntungan b) Aspirasi materiil dari masyarakat c) Longgarnya norma sosial masyarakat d) Ada spekulasi dan fantastik Para pemain judi selalu membayangkan adanya harapan untuk memperoleh keuntungan yang besar secara mendadak, dan menurut mereka makin semakin pintar dan terbiasa, seorang pemain judi mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh keuntungan dengan mendapatkan sejumlah uang yang besar. Perjudian yang sering terjadi di masyarakat disebabkan beberapa faktor antara lain faktor ekonomi di lingkungan sosial masyarakat, longgarnya norma-norma dalam masyarakat, faktor ketrampian atau keahlian yang dimilikinya, adanya pertaruhan yang mengharapkan keuntungan. Papu, (2002) menjelaskan bahwa perjudian sebagai perilaku yang melibatkan adanya resiko kehilangan sesuatu yang berharga dan melibatkan interaksi sosial serta adanya unsur kebebasan untuk memilih apakah akan mengambil resiko kehilangan tersebut atau tidak. Pendapat senada juga menurut Stephen Lea, dkk dalam buku The Individual in the Economy, A Textbook of Economic Psychology, (1987, dalam Papu 2002) menurut mereka perjudian tidak lain dan tidak bukan adalah suatu kondisi dimana terdapat potensi kehilangan sesuatu yang berharga atau segala hal yang mengandung risiko. 17

6 Namun demikian, perbuatan mengambil risiko dalam perilaku berjudi, perlu dibedakan pengertiannya dari perbuatan lain yang juga mengandung risiko. Ketiga faktor yang membedakan perilaku berjudi dengan perilaku lain yang juga mengandung resiko, menurut Papu (2002): Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah uang (atau sesuatu yang berharga) di mana pemenang memperoleh uang dari yang kalah. 2. Risiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian dimasa mendatang, dengan hasil yang tidak diketahui, dan banyak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan atau keberuntungan. 3. Resiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan; kekalahan atau kehilangan dapat dihindari dengan tidak ambil bagian dalam permainan judi. Dalam berjudi resiko yang diambil tergantung pada kejadiankejadian di masa mendatang, dengan hasilnya yang tidak diketahui, baik keuntungan atau kerugian yang akan didapat. Perjudian merupakan suatu aktivitas di mana terjadi pertaruhan dalam bentuk uang atau benda berharga, dengan menyadari adanya resiko dan harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa, perlombaan, permainan atau kejadian-kejadian yang tidak dan atau belum tentu hasilnya. Dari pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan, maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa perjudian adalah kegiatan, perbuatan atau permainan yang sifatnya untung-untungan dengan mempergunakan uang atau barang sebagai taruhannya. Pada dasarnya perjudian dalam hukum dan agama dilarang karena bersifat ilegal. Perjudian mengandung unsur yang meliputi; adanya aktivitas atau perbuatan manusia; permainan atau perlombaan; dengan menggunakan uang atau barang yang bernilai sebagai taruhannya; bersifat untung-untungan atau tidak, di mana dalam permainan tersebut belum diketahui kekalah atau kemenangan yang diperoleh; dan adanya ele-

7 men resiko (resiko ditentukan oleh individu; kekalahan atau kehilangan dapat dihindari dengan tidak ikut serta dalam permainan judi). Berjudi Kajian Sosial Berjudi dari aspek sosial dikaji menggunakan teori Social Capital (Modal Sosial), dan Actor Network Theory ANT (Teori Jaringan Aktor). Muncul pertanyaan apa hubungannya kedua teori tersebut dengan perjudian? berikut kajiannya: Social Capital (Modal Sosial) Teori social capital (modal sosial) pertama kali didiskusikan pada tahun 1916 (Lin, 2001). Sejak kajian pertama tentang modal sosial dilakukan pada awal tahun 1916 oleh Lyda Judson Hanifan sampai dengan lahirnya kajian modern mengenai modal sosial di akhir abad 20 (dua puluh) yang dipelopori oleh Robert D. Putnam, James S. Coleman, dan Francis Fukuyama, telah banyak definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai modal sosial. Syamni, (2010) social capital yang kontemporer ditawarkan pertama kali oleh (Bourdie, 1986) yang mengatakan social capital merupakan keseluruhan sumber konsep aktual atau potensial, yang dihubungkan dengan kepemilikan dari suatu jaringan yang tahan lama atau lebih kurang hubungan timbal balik antar institusi yang dikenalnya. Putnam, (1993 dalam Field, 2003) mendefinisikan modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi. Selanjutnya Putnam, (1995) mendefinisikan modal sosial sedikit berubah, bahwa yang dimaksud dengan modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. 19

8 Dari pendapat di atas, Bourdie dan Putnam melihat modal sosial terletak pada bagian kelompok organisasi atau institusi seperti kepercayaan, norma, jaringan yang dapat menfasilitasi terbentuknya tindakan bersama. Selanjutnya juga Putnam menyebutkan bahwa modal sosial merupakan bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma dan kepercayaan yang menfasilitasi orang-orang bertindak bersama secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Fukuyama (1995) menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah komunitas. Modal sosial adalah suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan social yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama (Cox, 1995). Porter, (1998) mendefinisikan social capital merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat dengan kebaikan dari keanggotaan di dalam jaringan sosial atau struktur sosial lainnya. Coleman, (1999) yang mendefinisikan modal sosial sebagai a variety of different entities, with two elements in common: they all consist of some aspect of social structure, and they facilitate certain actions of actors wether personal or corporate actors within the structure. Dalam konsep ini, Coleman berusaha menjelaskan bahwa modal sosial adalah kemampuan masyarakat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok organisasi. Dari pendapat di atas didapati pengertian modal sosial adalah merupakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang sehingga mereka mampu bekerjasama untuk mencapai tujuan serta keuntungan bersama di dalam kelompok organisasi yang ditopang dengan adanya jaringan, norma-norma dan kepercayaan. Menurut Baker (2000) mengatakan sosial capital adalah sumber daya yang tersedia dalam pribadi seseorang dan jaringan kerja yang dimiliki. Cohen dan Prusak (2001) mendefinisikan bahwa social capital merupakan suatu kesediaan melakukan hubungan aktif antara seseorang meliputi; kepercayaan, kerjasama yang saling mengun- 20

9 tungkan, berbagi nilai dan perilaku yang mengikat setiap anggota jaringan dan kemasyarakatan juga kemungkinan membuat kerjasama. Sedangkan menurut World Bank, (2003) mengartikan social capital sebagai lembaga, hubungan sosial, network, kejujuran, pembentukan norma yang berkualitas dan kuantitas interaksi sosial dengan masyarakat. Lebih lanjut Ibrahim, (2006) menyebutkan bahwa hakitat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan seharihari warga masyarakat. Di mana hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya termasuk norma, dan nilai yang didasari hubungan sosial tersebut. Pola sosial inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antar warga masyarakat. Soetomo, (2013) mengatakan modal sosial dapat didefenisikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif, saling percaya asas timbal balik dan jaringan sosial. Dari pendapat-pendapat itu dapat dikatakan social capital (modal sosial) adalah bentukan dari hubungan yang menekankan pada nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, kerjasama baik dalam suatu komunitas maupun antar komunitas. Modal sosial merupakan sumber daya yang terdapat dalam diri seseorang sehingga ia mampu membangun jaringan dan bekerjasama dengan orang lain dalam waktu lama. Modal sosial merupakan rangkaian hubungan sehari-hari antar manusia yang menekankan pada pola-pola hubungan dalam sebuah komunitas, dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai. Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian dari modal sosial adalah sebagai sumber daya yang muncul dari hasil interaksi sosial dalam suatu komunitas, baik antar individu, antar kelompok atau organisasi yang menghasilkan serangkaian jaringan-jaringan sosial, rasa saling percaya, kesamaan nilai-nilai, norma-norma informal, dan hubungan timbal balik, yang berguna dalam kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. 21

10 Melihat dari pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan mengenai modal sosial, maka terlihat ada elemen-elemen penting terkait modal sosial tersebut. Secara umum gambaran tentang social capital (modal sosial), terdapat dalam tabel berikut yang disajikan secara ringkas mengenai beberapa pengertian dan elemen-elemen dasar. Tabel 2.1 Beberapa Pengertian dan Elemen Dasar dari Social Capital Sumber Pengertian dan Elemen Dasar dari Social Capital Coleman (1988) Putnam et.al (1993) Narayan (1997) World Bank (1998) Uphoff (1999) Sumber : Subejo, Social capital consists of so me aspects of social structures, and they facilitate certain actions of actors -- whether personal or corporate actors -- within the structure (modal sosial terdiri dari aspek individualis dalam struktur sosial yang dapat digunakan oleh pelaku baik individu ataupun kelompok untuk melakukan beberapa tindakan dalam struktur sosial tersebut). Features of social organization, such as trust, norms (or reciprocity), and networks (of civil engagement), that can improve the efficiency of society by facilitating coordinated actions (ciri-ciri organisasi sosial diantaranya kepercayaan, norma (hubungan timbal balik), dan jaringan (hubungan antar masyarakat) yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi). The rules, the norms, obligations, reciprocity and trust embedded in social relations, social structure and society s institutional arrangements which enable members to achieve their individual and community objectives (aturan, norma, kewajiban, timbal balik, dan kepercayaan melekat dalam hubungan sosial, tingkatan sosial dan struktur dalam lembaga sosial yang memungkinkan anggota suatu kelompok sosial untuk mencapai tujuan individu dan kelompok mereka). Social capital refers to the institutions, relationships, and norms that shape the quality and quantity of a society s social interactions (modal sosial merupakan adat istiadat, hubungan dan norma yang membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial masyarakat). Social capit.al can be considered as an accumulation of various types of intangible social, psychological, cultural, institutional, and related assets that influence cooperative behavior (modal sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah himpunan beberapa aset sosial, psikologis, budaya, adat istiadat, dan aset-aset terkait yang mempengaruhi perilaku kooperatif).

11 Berdasarkan pada beberapa pengertian dan elemen pada social capital seperti dalam tabel 2.1, nampak elemen-elemen utama dari social capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Keempat elemen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kerjasama untuk mencapai hasil yang diinginkan yang mampu mengakomodasi kepentingan individu yang melakukan kerjasama maupun kelompok secara kolektif. Lebih lanjut menurut Fukuyama, (1995) unsur pokok modal sosial meliputi; (1) adanya kepercayaan adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lainnya akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan bertindak dalam pola tindakan yang saling mendukung. Berbagai tindakan kolektif yang di dasari rasa saling percaya yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakatnya; (2) Resiprocity (saling tukar kebaikan) merupakan dimensi modal sosial dimana orang dapat dipastikan akan memberikan kebaikan kepadanya dan orang lain pun akan menerima kebaikan dari yang lainnya. Dalam prinsip ini ada semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain; (3) norma sosial, yakni sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat tertentu. Bila suatu masyarakat memiliki norma sosial yang mendukung ke arah tujuan bersama maka modal sosial masyarakat tersebut dapat dikatakan kuat, tetapi bila norma itu menghambat tujuan bersama yang lebih baik lagi, maka modal sosial dapat dikatakan lemah; (4) Nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh masyarakat seperti nilai harmoni, prestasi, kerja keras, dan kompetisi. Dari pendapat-pendapat itu dapat disimpulkan modal sosial terdapat unsur-unsur yaitu; 1) Norms (norma-norma) merupakan aturan-aturan yang ada dalam sebuah masyarakat atau organisasi, di mana dengan adanya aturan tersebut diharapkan dapat dipatuhi oleh anggota masyarakat atau anggota organisasi ternetu. 2) Values (Nilainilai) merupakan ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat, seperti nilai harmoni, prestasi, kerja keras, dan kompetisi. 3) Trust (kepercayaan) berbagai 23

12 tindakan kolektif yang di dasari rasa saling percaya yang tinggi akan menjaga hubungan dalam masyarakat untuk tetap berjalan terus. 4) Networks (jaringan-jaringan) jaringan memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. 5) Resiprocity (saling tukar kebaikan) kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Terjadinya pertukaran kebaikan dalam kelompok dipastikan akan memberikan kebaikan yang bermanfaat untuk semua anggota. Hubungan Sosial Capital (Modal Sosial) dengan Perjudian Modal sosial merupakan suatu konsep yang muncul dari adanya interaksi antar masyarakat dalam proses yang lama. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, masyarakat atau orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan bersama. Interaksi seperti ini melahirkan modal sosial yang berupa ikatan emosional yang menyatukan masyarakat atau orangorang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan suatu kepercayaan diantara mereka. Dalam konteks perjudian, modal sosial mempunyai pengaruh yang cukup besar, sebab ada beberapa hal dalam perjudian sangat dipengaruhi oleh modal sosial, antara lain perjudian (kegiatan judi togel) memiliki jaringan yang besar, membentuk kerjasama, melibatkan banyak anggota masyarakat, distribusi dan keamanannya sangat kuat. Seperti yang dikatakan oleh Bagus, (2003) konsumen dalam perjudian togel pun beragam status sosial ekonominya dari pengangguran, tukang becak, pegawai kantor sampai pada pengusaha. Dalam distribusinya, judi kupon togel mempunyai jaringan yang kompleks. Jaringan distribusi dan keamanannya sangat kuat dan banyak anggota masyarakat yang terekrut dalam jaringan tersebut. Selanjutnya Azania, (2013) mengatakan bahwa kegiatan judi togel memiliki jaringan yang kompleks, terdapat peran di dalam jaringan 24

13 yang saling berhubungan dan saling memberi keuntungan. Hal-hal ini terbangun oleh adanya rasa saling mempercayai, kesamaan pandangan antar individu dalam melakukan perjudian dan membentuk jaringan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam perjudian togel banyak elemen individu yang saling berhubungan dan berinteraksi. Saling percaya (trust), jaringan-jaringan (networks) merupakan unsur modal sosial yang terbangun dalam perjudian tersebut, dari situlah membentuk jaringan kerjasama yang kuat dan kompleks agar supaya perjudian itu bisa terus berlangsung lama dan tetap ada. Actor Network Theory ANT (Teori Jaringan Aktor) Actor Network Theory (Teori Jaringan Aktor) adalah pendekatan interdisipliner pada studi ilmu-ilmu sosial dan studi teknologi. Actor Network Theory atau sering disingkat ANT, sampai sekarang telah berevolusi sangat jauh dan berkembang, ANT di pakai oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan. Actor Network Theory ANT berkembang sejak pertengahan 1980an melalui riset-riset empiris oleh Bruno Latour (1987), Michel Callon (1986), dan John Law (1987). Para penggagas ANT berpendirian bahwa masyarakat itu bukan hanya sekadar berisi unsur-unsur individu manusia serta norma yang mengatur kehidupan mereka, tetapi lebih dari itu dia bergerak dalam sebuah jaringan. ANT berpendapat bahwa sebuah penemuan ilmiah tidak berasal dari satu orang tertutup saja. Namun demikian sebuah teori ilmiah berasal dari jaringan-jaringan baik suatu subjek (manusia) maupun objek mati (non-manusia). Terdapat beberapa konsep penting dalam ANT, yaitu aktor/ aktant dan jaringan (network). Aktor mendefinisikan hubungan antara satu sama lain dengan perantara: seorang aktor pencipta perantara dan menuliskan makna sosial ke dalamnya. Perantara menggambarkan jarringan sekaligus menyusun jaringan tersebut dengan memberi mereka bentuk (Callon, 1991). Aktor biasanya ditemukan dalam 25

14 bentuk teks, artefak teknis, uang, atau keterampilan manusia. Jaringan adalah keterkaitan antara manusia, komponen teknologi, organisasi atau badan-badan teknologi (technology bodies) yang memiliki kepentingan terkait (Walsham & Sahay, 1999). Cara pandang ANT yang khas tentang aksi dan aktor adalah adanya keagenan manusia dan non-manusia (objek-objek teknis) (Callon and Law, 1997; Callon, 1991). Perbedaan mendasar dari keagenan manusia dan non manusia (objek-objek teknis) adalah agen manusia memiliki pilihan-pilihan, memutuskan pilihan-pilihan, dan mengharapkan sesuatu dari aksi-aksinya. Sebaliknya, agen nonmanusia (material) tidak memiliki pilihan-pilihan. ANT memandang perbedaan ini tidak relevan dalam analisis empiris atas aksi. Karena agen-agen manusia dan non manusia sama-sama memberikan kontribusi ke dalam aksi, maka analisis atas aksi harus memperlakukan keduanya secara simetris. Semua unsur manusia dan non manusia berperan dalam memelihara keutuhan jaringan. Jaringan heterogen adalah hal yang fundamental bagi ANT. Jaringan dan aksi merupakan suatu yang tidak terpisahkan. Suatu aksi mendapat sumbernya dari jaringan dan suatu jaringan terbentuk dari aksi-aksi. Dalam perspektif teoritis yang ditawarkan ANT, entitas sosial dan entitas teknis adalah dua aspek yang dari sebuah realitas tunggal yaitu jaringan-aktor. ANT menganalogikan jaringan-aktor yang stabil seperti sebuah black box dalam pesawat (Priyatma, 2011). Dari pendapat-pendapat di atas dapat terlihat pada umumnya ANT mengembangkan konsep mengenai aktor-jaringan. Konsep jaringan tidak hanya berfokus pada relasi sosial aktor manusia, tetapi mencakup aktor-aktor non manusia yaitu sebuah jaringan heterogen (beragam). Aktor merupakan sesuatu yang ikut beraksi, yang bukan hanya manusia, melainkan juga merupakan obyek teknis. 26 a) Aktor Aktor adalah pelaku, yang menjadi pertanyaan berapa banyak pelaku dalam melaksanakan sebuah aksi. Seperti halnya dalam

15 perjudian togel, bandar utama tidak hanya bertindak sendiri dalam menjalankan judi togel, sebab ia membutuhkan aktor lain (dalam menjalankan perjudian togel) bandar wilayah sebagai pelaku yang menjual produk (kupon togel) membutuhkan aktor lain backing/keamanan (untuk mempermudah menjalankan judi togel) dan pengepul dan pengecer (dalam menjual kupon togel) membutuhkan aktor lain penjudi/pembeli (untuk membeli kupon togel). b) Jaringan Jaringan (network) adalah jejala, atau yang terangkai atau terhubung. Aktan (aktor pengendali), dalam teori jaringan (ANT) telah mengembangkan suatu kosa kata yang tidak mengambil perbedaan antara subyek dan obyek, subjektif dan objektif, ke dalam pertimbangan sebagai aktor. Aktor mungkin terdaftar sebagai sekutu untuk memberi kekuatan untuk suatu posisi. Dalam teori ini disebutkan terdapat aktor dan jaringan. Aktor adalah semua elemen yang terhubung dalam sistem yang nantinya akan membentuk jaringan secara alamiah. Aktor yang mampu mengontrol aktor lain disebut sebagai aktan. Aktan memiliki kemampuan untuk bergerak masuk dan keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan kepentingannya. Aktan merupakan elemen utama dan menjadi penggerak dalam jaringan. Dalam perjudian togel yang disebut dengan aktor adalah kupon togel, modal/uang, teknologi, bandar utama, bandar wilayah, backing, pengepul, pengecer dan pembeli, dan yang disebut sebagai aktan adalah bandar utama dan bandar wilayah yang dapat mengendalikan aktor lain, seperti bandar utama mampu mengendalikan teknologi untuk diterapkan dalam perjudian togel. ANT tidak menjelaskan kenapa ada jaringan tetapi lebih tertarik pada infrastukturnya, bagaimana dia terbentuk dan rusak dan lain sebagainya. ANT memakai Principle of Generated Symmetry, dimana manusia dan non manusia digabungkan 27

16 dalam sebuah framework konseptual yang sama. Dalam hal ini manusia dan non manusia sering keduanya dapat bertindak sebagai actant (aktan). Dari sini dapat disimpulkan bahwa, Actor Network Theory ANT (Teori Jaringan Aktor) pada dasarnya menggambarkan manusia dan bukan manusia (non manusia). Aktan (aktor pengendalai) merupakan elemen utama dan menjadi penggerak dalam jaringan. Aktor banyak digunakan untuk berbicara tentang peran manusia dalam jaringan atau aktor-jaringan. Dalam perjudian togel terdapat Aktoraktor (manusia dan non manusia) yang saling berhubungan dalam jaringan judi togel diantaranya (manusia: adanya bandar, backing, pengepul, pengecer dan pembeli), (non manusia: adanya teknologi yang dimanfaatkan dalam melakukan dan menjalankan judi togel). Seperti yang dikatakan oleh Azania, (2013) dalam permainan judi togel terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh karyawan bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan teknologi internet. Berjudi Kajian Ekonomi Setiap tindakan ekonomi individu atau aktor selalu mendasarkan pada kegiatan yang paling menguntungkan bagi dirinya. Pilihan tindakan yang paling menguntungkan itu dinamakan tindakan rasional karena secara naluri individu atau aktor pasti akan mempertimbangkan apa yang paling baik untuk dirinya. Jika dahulu kita mengenal prinsip ekonomi yang itu menuntut manusia untuk mengorbankan sesuatu yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, justru dengan bunyi prinsip ekonomi seperti itu menjadi 28

17 tidak rasional. Sedikit mustahil jika dengan uang Rp kita berharap keuntungan Rp Dalam kegiatan perjudian hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan bisa saja terjadi. Dimana orang melakukan perjudian dengan mempertaruhkan modal yang kecil berharap mendapat keuntungan yang besar. Seperti halnya dalam melakukan perjudian togel. Uang Rp (seribu rupiah) yang digunakan dalam memasang angka nomor togel bila menang (2 angka mendapatkan rupiah, 3 angka mendapatkan rupiah dan 4 angka mendapatkan rupiah (Kartono, 2001). Individu atau aktor pada dasarnya ingin selalu mendapatkan keuntungan terutama keuntungan yang berlipat dengan usaha yang minimum. Sebenarnya keinginan manusiawi tersebut berdasarkan pada prinsip ekonomi yaitu Dengan beban biaya minimal mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip tersebut yang juga diadopsi oleh aktor dalam menimbulkan motivasi untuk berjudi. Para aktor (penjudi) yang mempraktikkan perjudian dikarena termotivasi pada keuntungan yang berlipat ganda. Dengan pengeluaran modal yang kecil dapat menghasilkan modal yang besar, ini dilihat dari faktor kemenangan dalam melakukan perjudian. Prinsip ekonomi dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau aktor yang berprinsip ekonomi selalu menghitung biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperolehnya. Setiap tindakan memerlukan biaya dan menghasilkan manfaat. Oleh karena itu pelaku ekonomi harus bisa memiliki tindakan yang paling menguntungkan. Siapa saja pelaku ekonomi itu? setiap orang atau individu adalah pelaku ekonomi tidak terkecuali. Kegiatan atau aktivitas ekonomi itu sendiri meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi. Setiap individu atau aktor sebagai pelaku ekonomi pasti tidak mungkin 1 Sumber : Diunduh Juni

18 terlepas dari proses atau kegiatan ekonomi. Individu atau aktor pasti biasanya menjalani beberapa proses sekaligus. Banyak faktor pendorong yang membuat kegiatan ekonomi ini mengalami banyak sekali pergeseran, seperti kemajuan zaman, teknologi, kebutuhan semakin tinggi membuat individu sebagai pelaku ekonomi menjadi lebih kreatif dalam menata kehidupan perekonomianya. Pelaku ekonomi juga dituntut kreativitasnya karena beratnya persaingan serta beragamnya permintaan sehingga para pelaku ekonomi harus mempunyai ciri khas untuk bisa berjalan dengan maksimal 2. Dalam perjudian khususnya dalam menjalankan bisnis ilegal (judi kupon togel) ada terdapat kegiatan ekonomi yang dilakukan mulai dari proses produksi, distribusi dan konsumsi yang melibatkan individu atau aktor sebagai pelaku. Mereka adalah produsen yang memproduksi barang (bandar utama selaku pemegang sistem perjudian), distributor yang menyalurkan barang (bandar wilayah yang menjual kupon togel kepada pembeli yang dibantu oleh para karyawan atau anak buah) dan konsumen yang mengonsumsi barang untuk memenuhi kebutuhan (para penjudi atau pembeli yang membeli judi kupon togel). Tindakan para aktor atau pelaku ekonomi dalam menjalankan judi togel ini berbeda-beda sesuai dengan peran masing-masing dalam jaringan bisnis togel. Di sini muncullah berbagai tindakan, inovasi serta kreativitas sebagai upayah ekonomi dari para aktor sebagai pelaku ekonomi dalam judi togel. Aktor atau pelaku ekonomi di sini harus mempunyai ciri khas untuk bisa menjalankan kegiatan ekonomi yang dilakukannya itu. Dari situlah kita akan dapat melihat aktor atau pelaku ekonomi yang benar-benar berjiwa sebagai entrepreuner atau wirausaha atau pengusaha. 2 Sumber : Diunduh Agustus

19 Entrepreuner (Wirausaha atau Pengusaha) Dalam pandangan Theory of Planned Behavior intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional seseorang untuk mempengaruhi perilaku dalam hal ini adalah perilaku entrepreuner, seberapa banyak usaha yang dilakukan individu untuk terus mencoba dalam usaha untuk mewujudkan perilaku berwirausaha, (Abrorry dan Sukamto, 2013). Untuk menjadi wirausaha Meredith, (1996) menerangkan bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang haus akan tantangan. Wirausaha sangat bergairah menghadapi tantangan wirausaha lebih memilih mencari resiko yang tinggi dari pada resiko yang rendah, karena tantangan yang tinggi akan menghasilkan hasil yang tinggi dan sebaliknya resiko yang rendah akan menghasilkan hasil yang rendah pula. Oleh karena itu, wirausahawan selalu berani mengambil resiko (risk taker). Jika tugas yang diembannya sangat ringan wirausahawan merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan yang rendah (Suryana, 2006). Bahkan Zimmerer (dalam Suryana, 2006) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dalam ketidakpastian. Berbicara entrepreuner atau wirausaha atau pengusaha yang dimaksudkan di sini adalah orang yang beranai mengambil resiko yang tinggi. Dengan melihat pengertian yang diberikan oleh para ahli di atas, maka dapat di katakan dalam perjudian togel, entrepreuner yang di maksudkan di sini adalah para bandar baik bandar utama pemegang sistem perjudian maupun bandar wilayah yang menjual kupon togel. Akan tetapi dalam hal ini entrepreuner yang lebih berperan di sini yaitu bandar judi utama. Entrepreuner (bandar judi utama) walaupun mereka sadari akan bisnis yang mereka rintis itu merupakan bisnis ilegal, mereka terus berusaha agar bisnis perjudian togel bisa terus berjalan, yaitu dengan membangun jaringan dan menjual sistem judi togel kepada bandar wilayah diberbagai negara. Pengambilan resiko 31

20 seperti inilah merupakan salah satu ciri dan merupakan pola pikir dari entrepreuner. Menurut Senge (2007), pola pikir kewirausahaan itu menggambarkan pencarian pola yang bersifat inovatif dan energik, memanfaatkan peluang serta bertindak untuk mewujudkan peluang yang ada. Membentuk pola pikir kewirausahaan sangat penting untuk mempertahankan persaingan ekonomi (Mcgrath dan Macmillan, 2000). Kreativitas merupakan sarana untuk membuka potensi terpendam dalam diri seseorang, karena kreativitas adalah cara utama untuk menggali potensi kewirausahaan. Beberapa karakter yang sangat sering dikaitkan dengan karakter entrepreuner, adalah pendorong perubahan, mampu berinovasi, serta memiliki kemampuan untuk mengambil resiko. Lebih lanjut Boediono, (1982) ciri dari entrepreuner adalah bahwa ia berani mengambil resiko usaha. Mereka bersedia mengambil resiko usaha tersebut karena: (a) adanya kemungkinan baginya untuk memetik keuntungan monopolistik apabila usahanya berhasil, (b) ada semangat dan keinginan pada diri mereka melalui ide-ide baru. Lebih lanjut Boediono (1982), mengatakan entrepreuner adalah orang-orang yang benar-benar berkecimpung dalam dunia usaha dan mempunyai semangat berani mencoba menterjemahkan ide-ide baru menjadi kenyataan. Atkinson (1957) berpendapat bahwa, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih memilih kegiatan berisiko yang menantang tapi dapat dicapai. Resiko menurut Forlani dan Mullin (2000) mencerminkan tingkat ketidakpastian prospektif yang terkait dengan hasil. Resiko usaha yang diambil oleh entrepreuner judi togel ini karena berkaitan dengan bisnis usaha yang ilegal, tetapi entrepreuner judi togel ini berani mengambil resiko tersebut karena, apabila bisnis perjudian itu terus berjalan dan berkembang mereka pastinya akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dari itu mereka akan terus berusaha dan berinovasi dengan berbagai ide-ide baru untuk tetap mempertahankan perjudian supaya bisa tetap ada. 32

21 Menurut Jhingan, (2010) inovasi terdiri dari (1) pengenalan barang baru; (2) pengenalan metode produksi baru; (3) pembukaan pasar baru; (4) penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur; (5) pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Dalam menjalankan bisnis ilegal (perjudian), sebagai entrepreuner sudah pastinya ada resiko-resiko yang harus diambil. Resiko-resiko itu sudah diperhitungkan dengan matang agar mendapat keuntungan yang besar dari perjudian itu, maka dalam mempertahankan bisnis ilegal perjudian agar bisa terus berjalan dan tetap mendapatkan keuntungan yang besar pastinya entrepreuner judi (bandar judi utama) akan melakukan berbagai cara dan berinovasi dalam hal melakukan perjudian, dengan menciptakan cara-cara baru agar memudahkan setiap penjudi dalam berjudi. Entrepreuner judi dalam mengembangan inovasi terhadap perjudian, misalnya dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada seperti internet yaitu dengan membuat cara atau metode baru dalam bermain, dan membuka perjudian di berbagai tempat sehingga jaringan perjudian menjadi lebih besar lagi dan lain sebagainya. Seperti yang dikatakan Azania, (2013) dalam permainan judi togel juga terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh karyawan bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan teknologi internet. Teknologi internet merupakan salah satu ciri dari jaman modern saat ini yang mana semua hal apapun bisa dilakukan melalui jalan internet termasuk dalam melakukan perjudian. Pemanfaatan teknologi seperti internet merupakan inovasi dari cara bermain judi yang dilakukan oleh para entrepreuner judi agar mereka dan semua penjudi bisa lebih dipermudahkan dan tetap melakukan aktivitas perjudian dimanapun dan kapanpun. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa entrepreuner (bandar judi) mempunyai peran penting dalam menjalankan dan menjaga agar bisnis ilegal mereka bisa terus berlangsung, selain resikoresiko besar yang harus diambil dalam menjalankan bisnis judi togel, 33

22 dibutuhkan juga kreatifitas dan inovasi dari entrepreuner (bandar judi) dalam hal melakukan perjudian diantaranya membuat teknik dan cara yang baru dalam permainan judi, yang salah satunya dengan pemanfaatan teknologi. Social Construction Of Technology SCOT (Konstruksi Sosial Teknologi) Penelitian Azania, (2013) mengatakan dalam permainan judi togel juga terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh karyawan bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan teknologi internet. Dari penelitian Azania ini dapat terlihat, dalam proses judi togel terdapat teknologi yang dimanfaatkan oleh para aktor yang ada dalam jaringan judi, dan untuk melihat bagaimana teknologi dimanfaatkan pada proses judi togel, dapat dilihat dengan menggunakan teori Social Construction Of Technology SCOT (Konstruksi Sosial Teknologi). Social Construction Of Technology SCOT (Kontruksi Sosial Teknologi) ditawarkan oleh sosiolog teknologi seperti Wiebe Bijker dan Trevor Pinch (1987), konsep ini memahami teknologi sebagai produk sosial karena dia dihasilkan melalui negosiasi dan interaksi yang terjadi dalam suatu sistem sosial. Tesis utama konstruksi sosial teknologi adalah bahwa perkembangan teknologi bukanlah linear seperti yang dianut dalam determinisme teknologi, melainkan jauh lebih kompleks dan sangat beragam mengikuti keberagaman sistem sosial yang ada. Menurut penelitian Bagus, (2003) mengatakan judi kupon togel mempunyai jaringan yang kompleks. Jaringan distribusi dan keamanannya sangat kuat dan banyak anggota masyarakat yang terekrut dalam jaringan tersebut. Lebih lanjut Azania, (2013) mengatakan bahwa kegiatan judi togel memiliki jaringan yang kompleks, terdapat peran di dalam jaringan yang saling berhubungan dan saling memberi keuntungan. 34

23 Dari kedua pendapat ini terlihat bahwa jaringan judi ini sangat kompleks dan terjadi interaksi diantara para aktor dalam jaringan judi togel, serta itu hubungan yang terbagun sangat kuat. Selanjutnya menurut Azania, (2013) sebelumnya juga telah dikatakannya di atas ada pemanfaatan teknologi internet dalam permainan judi togel. Di sini juga dapat dilahat bahwa sistem sosial yang terbangun dalam jaringan judi togel selain mempunyai jaringan yang kompleks ada juga faktor lain yang mendukung untuk terbentuknya suatu hubungan antar aktor dan juga dalam proses jalannya judi togel. Faktor lain yang mendukung seperti yang dikatakan Azania, yaitu penerapan teknologi dalam menjalankan judi togel. Menurut Bijker, (1987) mengatakan evolusi pengfungsian internet dari sarana komunikasi antar komputer menjadi media demokratisasi dapat dipahami dalam kerangka teori kontruksi sosial teknologi (social construction of technology) dimana perkembangan teknologi tidaklah bersifat linier. Selanjutnya (Tonz94, 2004) 3 mengatakan berkembanganya suatu teknologi adalah hasil dari konstruksi sosial (socially constructed). Suatu teknologi berkembang sebagai suatu hasil bentukan sosial (social shaping) di mana teknologi tersebut berada. Dari kedua pandangan di atas itu dapat dilihat bahwa teknologi tidak bersifat linier, teknologi dapat berkembang di mana saja sesuai dengan keberadaan teknologi serta pemanfaatan terhadap teknologi tersebut. Teknologi bukanlah suatu entitas vakum. Ketika berinteraksi dengan masyarakat (pengguna), teknologi dapat diterjemahkan secara bebas bagi pengguna. Teknologi dapat memberi makna yang berdeda dan beragam, baik antar individu maupun antar kelompok dalam menggunakan teknologi tersebut. Menurut Hughes, (1989) pemahaman yang mendalam tentang relasi antara teknologi dan masyarakat yaitu sebagai sistem teknologi (technological system) menurut Hughes bahwa bekerjanya suatu teknologi dengan baik adalah hasil dari interaksi saling 3 Sumber : 35

24 mendukung antara sistem teknikal (technical systems) dan sistem sosial (social systems). Hughes mengatakan bahwa dalam bekerjanya suatu sistem teknologi, sistem teknikal dan sistem sosial saling membentuk satu sama lain. Dari sini juga dapat terlihat bahwa bekerjanya suatu teknologi adalah merupakan hasil interaksi yang saling mendukung antara sistem teknikal (technical systems) dan sistem sosial (social systems). Ini berarti dalam sistem sosial khususnya dalam jaringan perjudian togel, dan pemanfaatan teknologi yang diterapkan adalah merupakan suatu kesatuan sistem yang saling mendukung. Dengan pemanfaatan dan penerapan teknologi dalam judi togel yang dilakukan oleh para aktor judi togel menjadikan perjudian ini menjadi suatu relasi nyata antara masyarakat (pengguna) dan teknologi. 36

Bab 6 PRAKTIK PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO

Bab 6 PRAKTIK PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Bab 6 PRAKTIK PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Pengantar Pada bab ini penulis akan menguraikan temuan penelitian selama di lapangan. Uraian bab 6 ini mengenai 2 (dua) pokok utama yaitu Praktik Perjudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pula pada dinamika kehidupan masyarakat. Perkembangan dalam kehidupan masyarakat terutama yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL Modal Sosial (Social Capital) Apa yang dimaksud dengan Modal Sosial dan apa relevansinya dengan Pembangunan? Modal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan: Modal Sumber

Lebih terperinci

PRAKTIK PERJUDIAN (Studi Kasus Judi Kupon Togel Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara)

PRAKTIK PERJUDIAN (Studi Kasus Judi Kupon Togel Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara) KRITIS, Vol. XXIV No. 2, 2015: 177-197 PRAKTIK PERJUDIAN (Studi Kasus Judi Kupon Togel Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara) Septiana Erike Gobuino Alumnus Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat

I. PENDAHULUAN. sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu negara dengan kemajuan teknologi yang pesat, indonesia tidak terlepas dari arus informasi global yang diperlukan untuk mengetahui fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Modal Sosial Konsep modal sosial juga muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode

Lebih terperinci

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know SOCIAL CAPITAL The important thing is not what you know, but who you know Social capital Sumberdaya yang diraih oleh pelakunya melalui struktur sosial yang spesifik dan kemudian digunakan untuk memburu

Lebih terperinci

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJUDIAN Perjudian merupakan suatu bentuk permainan yang telah lazim dikenal dan diketahui oleh setiap orang. Perjudian ini diwujudkan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO

Bab 4 GAMBARAN UMUM PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Bab 4 GAMBARAN UMUM PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Pengantar Bab ini merupakan bab empiris yang diperoleh selama dilapangan. Tujuan dari bab 4 ini untuk mengantar pembaca mengetahui bagaimana Sejarah

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN Oleh : Budi wardono Istiana Achmad nurul hadi Arfah elly BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut

Lebih terperinci

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah K e w i r a u s a h a a n 1 Bab 1 Kewirausahaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menguasai terkait latar belakang kewirausahaan dan perkembangannya. K emakmuran dari suatu negara bisa dinilai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Pertanian, 2014). Sektor pertanian sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Pertanian, 2014). Sektor pertanian sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebanyak 32,61% tenaga kerja di Indonesia bekerja dalam sektor pertanian sehingga sektor ini dianggap mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (Kementerian

Lebih terperinci

Callon, M., dan J. Law, After the individual in society: lessons on collectivity from science, technology and society. Canadian Journal of

Callon, M., dan J. Law, After the individual in society: lessons on collectivity from science, technology and society. Canadian Journal of DAFTAR PUSTAKA Adrianto, Hendrik, 2003. Perjudian Sabung Ayam di Bali. Tesis, Jakarta: Universitas Indonesia. Aktinson, J. W, 1957. Motivational determinant of risk taking behavior. Psychological Review.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA Konsep Kepemimpinan

II.TINJAUAN PUSTAKA Konsep Kepemimpinan II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kepemimpinan 2.1.1 Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju tercapainya tujuan-tujuan (Robbins dan Coulter, 1999). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai beberapa

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang berada di masyarakat. melihat hal semacam ini, apabila masing-masing anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR

KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR KINERJA KEPOLISIAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT GIANYAR Oleh: Ni Wayan Indah Purwita Sari. I Ketut Artadi Bagian Hukum Pidana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sampah pada umumnya dianggap sebagai benda yang tidak berguna, sehingga disikapi dengan kaidah not in my backyard (NIMBY). Pada prinsipnya jumlah sampah akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMK Kristen (BM) merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen yang berada di kota Salatiga. Awalnya SMK Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perjudian atau judi sudah lama ada, namun sampai saat ini belum dapat dijelaskan secara tepat kapan dikenal oleh manusia. Menurut Cohan (1964, dalam Papu 2002), perjudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PERJUDIAN A. Pengertian Tindak Pidana Perjudian Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak pidana perjudian

Lebih terperinci

Manusia, Kebutuhan, dan Etika. Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015

Manusia, Kebutuhan, dan Etika. Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015 Manusia, Kebutuhan, dan Etika Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015 Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow (teori Maslow), kebutuhan

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan

Lebih terperinci

Pemahaman Konsep Modal Sosial

Pemahaman Konsep Modal Sosial Pemahaman Konsep Modal Sosial Rissalwan Habdy Lubis 1. Definisi Modal Sosial Luas jangkauan konsep yang dikembangkan tentang modal sosial bervariasi antar ahli. Konsep yang paling sempit dikemukakan oleh

Lebih terperinci

Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3)

Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3) Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3) Seorang bapak menanyakan bagaimana mengembangkan kreatifitas anak sehingga orang tua mampu mendukung perkembangan anak tidak semata-mata menuntut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Handout 10 Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia Latar belakang Organisasional dan Gaya individual Dalam sessi ini akan disampaikan hal-hal yang terjadi dan berlaku dalam suatu organisasi yang melatar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik New Media (Interaktivitas New Media) Seperti yang telah disinggung dalam bab sebelumnya, New media memiliki beberapa karakteristik lain yang tak dimiliki oleh media

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PPSD FIP UNY Pendahuluan Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi pasar secara sederhana yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung. Pasar bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Seiring dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA

PENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA PENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA Addy Candra, S.H.,M.H Abstract In the doctrine of criminal law that abolished the distinction between the nature

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami manusia sebagai makhluk budaya Mahasiswa mampu mengapresiasi kebudayaan Mahasiswa memahami problematika kebudayaan MANUSIA MANUSIA Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, baik dalam bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan perekonomian di Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis PASAR KONSUMEN DAN TINGKAH LAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI Pasar konsumen: Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha menurut bahasa adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

Bab 5 MASYARAKAT DAN PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO

Bab 5 MASYARAKAT DAN PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Bab 5 MASYARAKAT DAN PERJUDIAN TOGEL DI KECAMATAN TOBELO Pengantar Bab ini merupakan bab empiris. Uraian pada bab ini diawali dengan penjelasan tentang Perjudian, dalam sub bab ini penulis memaparkan pendapat

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran BAHASA MANDARIN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR

UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR UPAYA HUKUM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TOGEL OLEH KEPOLISIAN DI POLRESTA DENPASAR Oleh I Ketut Adi Widhiantara I Wayan Suardana Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial Modal sosial sebagai konsep atau teori sosial sudah banyak dikaji dan dijadikan dasar indikator suatu proses pembangunan yang berfokus pada kinerja kelompok.komunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam (KOSIPA) adalah sebuah koperasi yang modalnya diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal sosial yang meliputi network, trust, dan norm. Berikut dijelaskan masingmasing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal sosial yang meliputi network, trust, dan norm. Berikut dijelaskan masingmasing 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yaitu adopsi inovasi dan modal sosial yang meliputi network, trust, dan norm. Berikut dijelaskan masingmasing variabel dengan urutannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memegang peran signifikan untuk mengembangkan kebudayaan adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut sebagai akibat dari berbagai usaha pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang niilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie. Pengertian konsumsi secara tersirat dikemukakan oleh Holbrook

Lebih terperinci

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Putu Sukma Kurniawan a, Edy Sujana b a,buniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan budaya organisasi pada PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir semua organisasi menyadari bahwa dalam iklim kompetitif saat ini, inovasi menjadi salah satu kunci sukses untuk mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci