DISTRIBUSI FREKUENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK USIA 8-12 TAHUN (Kajian di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISTRIBUSI FREKUENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK USIA 8-12 TAHUN (Kajian di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat)"

Transkripsi

1 DISTRIBUSI FREKUENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK USIA 8-12 TAHUN (Kajian di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat) Almaulidah Ikaputri S. 1, Heriandi Sutadi 2, Eva Fauziah 2 1 Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia 2 Departemen Ilmu Kedoktergan Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia Putri.fkg11@gmail.com Abstrak Latar Belakang: Trauma gigi adalah masalah kesehatan yang perlu ditanggulangi. Data epidemiologi trauma gigi di Indonesia belum ditemukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar. Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 500 anak usia 8-12 tahun. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa trauma gigi terjadi dua kali lebih sering pada anak laki-laki usia 9 tahun yang melibatkan gigi permanen insisif sentral maksila kanan dan biasanya terjadi di lingkungan rumah akibat aktivitas fisik. Kata kunci: anak; gigi permanen anterior; trauma gigi; distribusi frekuensi trauma DISTRIBUTION FREQUENCY OF TRAUMATIC PERMANENT ANTERIOR TEETH ON CHILDREN AGED 8-12 YEARS (Study in State Elementary School District of Johar Baru, Central Jakarta) Abstract Background: Dental trauma is health problems that have to be solved. Epidemiology data of dental trauma in Indonesia has not been determined. Aim: The aim of this reseach was to determine the distribution frequency of traumatic permanent anterior teeth on elementary school student. Method: The method of this research was descriptive with cross sectional design, which has been done on 500 children aged 8-12 years old. Result: Result showed that dental trauma in children is two times more common in boys aged 9 years, involving the permanent maxillary right central incisor and usually caused of physical activity around the house. Keywords: children; anterior permanent teeth; dental trauma; distribution frequency of trauma Latar Belakang Trauma gigi adalah salah satu masalah kesehatan gigi hampir di setiap negara, baik di negara maju atau berkembang. 1,2 Trauma gigi dan mulut memiliki porsi 5% dan menduduki posisi keempat dari trauma seluruh area tubuh yang sering terjadi pada usia 7-30 tahun. 2,3 International Association Dental Traumatology melaporkan bahwa satu dari dua anak mengalami trauma gigi pada usia 8-12 tahun. 4,5 Penelitian yang dilakukan di Inggris

2 menunjukkan bahwa satu dari lima anak memiliki pengalaman trauma gigi permanen anterior sebelum meninggalkan bangku sekolah. 3 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa prevalensi dan keparahan kasus trauma gigi bervariasi tergantung setiap negara. 2,3,5 Prevalensi trauma gigi anak sekolah berkisar 6% pada studi Australia dan Spanyol, namun dapat mencapai 34% pada studi Inggris. Kasus trauma gigi insisif permanen pada anak sekolah menunjukkan prevalensi sekitar 12,8% di Nigeria. 6 Kasus trauma gigi permanen pada anak sekolah menunjukkan prevalensi sekitar 12,7% di Brazil. 7 Kasus trauma gigi permanen pada anak menunjukkan prevalensi sekitar 12,2-72% di Amerika Latin. Prevalensi kasus trauma gigi anak usia 6-12 tahun berkisar 5-12% di daerah Timur Tengah. 5 Prevalensi trauma gigi anak sekitar 4,5% kasus di Malaysia. 8 Literatur menyebutkan bahwa prevalensi trauma gigi permanen pada anak sekolah sampai usia 14 tahun sekitar 22%. 9 Prevalensi trauma gigi pada usia 6 tahun meningkat dari 16% hingga 40%, sedangkan pada usia tahun terjadi peningkatan prevalensi trauma gigi dari 4% hingga 33%. 5 Data mengenai epidemiologi trauma gigi di Indonesia belum diketahui pasti. 8 Gigi yang paling sering terlibat dalam trauma adalah gigi anterior. 10 Hal ini terjadi karena anak sering terjatuh ke arah depan, dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. 11 Kasus trauma gigi lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, dengan perbandingan sebesar 2:1. 4 Penyebab utama kasus trauma gigi pada anak usia 5-10 tahun adalah kecelakaan motor (44,1%) dan kecelakaan permainan (43,5%). 9 Trauma gigi pada anak menjadi masalah kesehatan gigi serius. 2,12 Trauma gigi dapat menyebabkan kehilangan sebagian struktur gigi, kehilangan gigi, perubahan posisi gigi, penurunan nilai estetika, serta gangguan fungsi fisiologi gigi. 8 Trauma gigi menjadi masalah penting karena tidak hanya prevalensinya yang relatif tinggi, melainkan memiliki dampak besar terhadap perkembangan kualitas hidup anak. 13 Kasus trauma gigi anak saat ini belum mendapatkan perhatian secara optimal dari berbagai pihak, baik dari masyarakat atau tenaga medis. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tindakan preventif dan penanganan trauma gigi anak. 14 Tenaga medis seharusnya memberikan upaya preventif sehingga menekan angka prevalensi trauma gigi yang semakin meningkat. Kasus trauma gigi anak idealnya dilakukan perawatan, namun jumlah kasus trauma gigi yang telah mendapat perawatan masih minim. 7 Studi menunjukkan bahwa kasus trauma gigi anak yang dilakukan perawatan setelah kejadian hanya 17,1%. 2

3 Jakarta Pusat adalah salah satu kotamadya yang terletak di ibukota Indonesia. 15 Kota tersebut memiliki masyarakat dengan kultur yang sangat heterogen dan dinamis. Masyarakat daerah tersebut memiliki tingkat pendidikan, sosial-ekonomi, dan suku yang bervariasi. 16 Hal tersebut diharapkan dapat mewakili keberagaman masyarakat Indonesia secara umum. Sebagian besar anak-anak memiliki orang tua yang berorientasi kerja tinggi untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup. 16 Kondisi ini menyebabkan kontrol orang tua terhadap anak berkurang. 14 Anak menjadi lebih aktif mencari permainan sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya trauma gigi pada anak. 13 Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui distribusi frekuensi kasus trauma gigi permanen anterior pada anak usia sekolah dasar ditinjau dari jenis kelamin, usia terjadinya trauma gigi, jenis gigi anterior yang terlibat, lokasi, dan penyebab trauma gigi, di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Distribusi frekuensi kasus trauma gigi permanen anterior pada anak sekolah dasar di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat diharapkan dapat memberi gambaran kasus trauma gigi permanen anterior pada anak di Jakarta Pusat, serta menjadi dasar perencanaan tindakan preventif yang harus dilakukan oleh berbagai pihak. Tinjauan Pustaka Trauma dapat didefinisikan sebagai suatu ruda paksa atau kejadian tidak terduga karena kontak yang keras dengan suatu benda. Istilah trauma gigi disebut juga Traumatic Dental Injury (TDI). 3 Trauma gigi adalah kerusakan pada jaringan keras gigi dan atau jaringan periodontal karena sebab mekanis. 18 Definisi trauma gigi dapat disimpulkan sebagai ruda paksa pada gigi dan atau jaringan periodontal di sekitarnya pada rahang maksila, mandibula, atau keduanya sehingga menyebabkan kerusakan atau kehilangan sebagian atau seluruh struktur jaringan keras gigi. Trauma gigi masih menjadi masalah kesehatan gigi mulut serius yang memiliki prevalensi tinggi, dengan dampak signifikan bagi individu, terutama bagi kehidupan anak. 3,12 Gigi anterior yang membutuhkan tampilan estetik sering telibat dalam trauma. Perawatan trauma gigi lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan perawatan karies. 3 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa prevalensi dan keparahan kasus trauma gigi bervariasi tergantung setiap negara. 2,3,5 Perbedaan prevalensi trauma gigi disebabkan banyak faktor antara lain sosio-ekonomi, tingkah laku, kultural, standard metode penentuan klasifikasi trauma, dan pemilihan rentang usia subjek penelitian. 3 Prevalensi

4 oblique. 3 Faktor penyebab trauma gigi adalah faktor lingkungan dan tingkah laku manusia. 3 trauma gigi yang diramalkan semakin meningkat selama terakhir ini dapat melebihi prevalensi karies dan penyakit periodontal pada anak dan remaja. 2,3 Puncak jumlah kasus trauma gigi terjadi pada usia 2-4 tahun dan mengalami peningkatan lagi pada usia 8-10 tahun. 10 Prevalensi trauma gigi akan menurun signifikan pada usia sekitar 30 tahun. 19 Literatur menunjukkan dengan jelas bahwa anak laki-laki memiliki potensi lebih sering mengalami trauma gigi daripada anak perempuan, dengan prevalensi meningkat mengikuti usia. Prevalensi trauma gigi permanen pada anak laki-laki usia 12 tahun adalah 12-33%, sedangkan pada anak perempuan usia 12 tahun sekitar 4-19%. 3 Pada penelitian di beberapa negara, frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki secara signifikan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih aktif dalam melakukan aktivitas fisik seperti bermain. Permainan anak laki-laki lebih ekstrim karena memungkinkan terjadi kontak fisik seperti permainan sepak bola. 3 Trauma gigi dapat terjadi akibat adanya frontal impact yang mengenai gigi. Frontal impact adalah energi yang melebihi kekuatan geser dan dentin sehingga gigi fraktur berpola horizontal mengikuti alur enamel rod. Titik terlemah yang memungkinkan mengalami fraktur adalah daerah paralel , sedangkan daerah terlemah dentin terletak pada daerah tegak lurus tubulus dentin. 3 Terdapat empat faktor yang menentukan keparahan cedera meliputi energi, resilience objek, bentuk objek, dan arah. Arah dan posisi garis fraktur yang disebabkan oleh frontal impact, dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu fraktur mahkota horizontal, fraktur servikal horizontal, fraktur mahkota akar oblique, dan fraktur akar Penyebab trauma gigi anterior pada anak secara garis besar tergantung pada usia anak. 10,11 Trauma gigi sulung terjadi pada anak usia 0-5 tahun. Anak usia 1,5-2 tahun belum dapat berjalan stabil. 11,13,19,21 Trauma gigi dapat disebabkan karena kekerasan fisik. 22 Pada anak usia 5-10 tahun, trauma gigi terjadi karena terjatuh pada saat bermain, berlari, berolahraga, dan kecelakaan berkendara. Penyebab trauma gigi anterior pada anak usia tahun paling sering karena perkelahian dan kecelakaan berolahraga. 13 Secara keseluruhan trauma gigi anterior pada anak disebabkan karena bermain, perkelahian, dan kecelakaan. 11,13 Faktor risiko trauma gigi meliputi faktor eksternal dan internal. 3,11 Faktor eksternal trauma gigi karena permainan yang berbahaya, sedangkan faktor internal karena posisi gigi anterior protusif, lip incompetence, dan obesitas. 3,11,24 Klasifikasi trauma menurut penyebab dibedakan menjadi trauma yang disengaja (intentional trauma) dan yang tidak disengaja (unintentional trauma). Trauma gigi anterior

5 diklasifikasikan menjadi trauma secara langsung (direct trauma) dan tidak langsung (indirect trauma). Klasifikasi trauma gigi berdasarkan WHO dikategorikan menurut keterlibatan jaringan. Trauma gigi yang melibatkan jaringan keras gigi dan pulpa meliputi infraksi , fraktur , fraktur - dentin, fraktur mahkota complicated, fraktur mahkota - akar uncomplicated, fraktur mahkota - akar complicated, dan fraktur akar. Trauma gigi yang melibatkan jaringan periodontal meliputi concussion, subluksasi, ekstrusif luksasi (avulsi parsial), lateral luksasi, intrusif luksasi (dislokasi sentral), dan avulsi (exarticulation). Trauma gigi yang melibatkan tulang pendukung gigi meliputi comminution pada soket alveolar terjadi akibat intrusi atau lateral luksasi, fraktur pada dinding soket alveolar lingual atau bukal, fraktur prosesus alveolar dapat disertai atau tidak dengan keterlibatan fraktur soket alveolar, dan fraktur maksila atau mandibula. Trauma gigi juga melibatkan gingiva dan jaringan mukosa mulut yang meliputi laserasi, kontusio, abrasi gingiva dan jaringan mukosa mulut. 3 Klasifikasi Ellis dan Davey, trauma gigi anterior diklasifikasikan menjadi 8 kelas yaitu kelas 1 fraktur mahkota sederhana dengan atau tanpa keterlibatan dentin, kelas 2 fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin tetapi belum mencapai pulpa, kelas 3 fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin dan pulpa, kelas 4 - trauma gigi menjadi non-vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota, kelas 5 - kehilangan gigi akibat trauma, kelas 6 - fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota, kelas 7 - pergeseran gigi dengan atau tanpa fraktur mahkota atau akar, kelas 8 fraktur sebagian besar mahkota yang menyebabkan mahkota hilang. 10 Trauma gigi dapat menyebabkan kehilangan sebagian struktur gigi, kehilangan gigi, perubahan posisi gigi, nilai estetika menurun, serta mengganggu fungsi fisiologi gigi. 8 Bentuk trauma gigi yang paling sering terjadi adalah fraktur mahkota. Fraktur tersebut dapat membayakan pulpa. Status pulpa mengikuti fraktur mahkota yang terjadi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti terdapat luksasi injuri pada tahap perkembangan akar, dentin yang telah terbuka, interval waktu injuri hingga terbentuk pelapis dentin, dan letak fraktur yang berdekatan pulpa. Hal tersebut menyebabkan toksin bakteri berpenetrasi dari dentin ke pulpa. 20 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat Surat Keterangan Lolos Etik dengan nomor 60/Ethical Clearance/FKGUI/VIII/2014 di 5 Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat pada bulan Agustus 2014, dengan menggunakan desain cross sectional

6 deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak usia 8-12 tahun. Desain cross sectional dipilih karena data dapat diperoleh dengan cepat, menggunakan biaya minimal, serta pendekatan observasi sekaligus pada satu saat (point time approach). 23,29 Jenis data penelitian ini adalah data primer. Jumlah subjek penelitian sebanyak 500 anak, menggunakan metode non-probability convenience sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah anak berusia 8-12 tahun, orang tua mengijinkan anaknya untuk menjadi subjek penelitian dan bersedia menandatangani formulir kesediaan menjadi subjek (informed consent), serta anak bersedia untuk mengikuti pemeriksaan anamnesa dan klinis intraoral. Kriteria eksklusi penelitian adalah anak berkebutuhan khusus dalam hal anak mengalami cacat fisik atau keterbelakangan mental dan tidak bersedia untuk mengisi kuesioner setelah dikategorikan mengalami trauma gigi permanen anterior. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengkategorikan anak yang mengalami trauma gigi dan jenis gigi permanen anterior yang terlibat setelah subjek dan orang tua subjek mendapat penjelasan dan menandatangani informed consent. Pemeriksaan klinis dilakukan di bawah cahaya terang natural dengan posisi anak duduk bersandar pada dinding. Jenis gigi yang terlibat dikelompokkan sesuai dengan penelitian Prabhu dkk. pada tahun 2013 di India menjadi 6 kelompok gigi permanen anterior yaitu gigi insisif sentral maksila kanan, gigi insisif sentral maksila kiri, gigi insisif lateral maksila kanan, gigi insisif lateral maksila kiri, gigi insisif mandibula, dan gigi kaninus. 12 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kartu status pasien, alat standard terdiri dari 2 buah kaca mulut, 1 buah sonde lurus, 1 buah sonde halfmoon, 1 buah pinset, dan 1 buah pocket probe, kontrol infeksi (Povidon Iodine, alkohol, masker, dan sarung tangan). Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui usia terjadinya trauma gigi, lokasi, dan penyebab trauma gigi. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada anak usia sekolah dasar dari rentang usia 8-12 dengan proporsi usia 8 tahun (4,00%), 9 tahun (30,40%), 10 tahun (32,00%), 11 tahun (24,80%), dan 12 tahun (8,80%). Jumlah anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan, dengan proporsi 54,4% anak laki-laki dan 45,6% anak perempuan. Setelah mengetahui persebaran data subjek, pemeriksaan klinis dilakukan sebagai dasar untuk mengkategorikan anak yang mengalami trauma gigi. Distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 1. sebagai berikut.

7

8 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Trauma Gigi Permanen Anterior berdasarkan Jenis Kelamin Keadaan gigi Laki-laki Jenis kelamin Perempuan N % N % N % Trauma Gigi 40 8, , ,40 Tidak Trauma Gigi , , ,60 Total , , ,00 Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior sebanyak 57 anak (11,40%) terdiri dari 40 anak laki-laki (8,00%) dan 17 anak perempuan (3,40%). Perhitungan rasio prevalensi menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki potensi mengalami trauma gigi sebesar 2 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior diberi kuesioner untuk mengetahui usia kronologi terjadinya trauma gigi. Distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak berdasarkan usia terjadinya trauma gigi disajikan pada tabel 2. sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Trauma Gigi Permanen Anterior berdasarkan Usia Usia Anak Laki-laki Perempuan (tahun) N % N % N % ,79 3 5, , , , , ,05 2 3, , ,26 1 1,75 4 7, ,00 0 0,00 0 0,00 Total 40 70, , ,00 Tabel 2. menggambarkan bahwa trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki dan perempua lebih banyak terjadi pada usia 9 tahun (47,37%), diikuti dengan usia 10 tahun

9 (24,56%), usia 8 tahun (21,05%), usia 11 tahun (7,02%). Pada penelitian ini tidak ditemukan anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior pada usia 12 tahun. Pemeriksaan klinis pada anak yang mengalami trauma gigi dilakukan untuk mengidentifikasi jenis gigi yang terlibat. Distribusi fekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak berdasarkan jenis gigi yang terlibat disajikan pada tabel 3. sebagai berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Trauma Gigi Permanen Anterior berdasarkan Jenis Gigi Jenis Gigi N % Gigi insisif sentral maksila kanan 20 31,75 Gigi insisif sentral maksila kiri 6 9,52 Gigi insisif lateral maksila kanan 18 28,57 Gigi insisif lateral maksila kiri 11 17,46 Gigi insisif mandibula kanan dan kiri 7 11,11 Gigi kaninus maksila dan mandibula 1 1,59 Total ,00 Pada pemeriksaan klinis diketahui terdapat 63 gigi yang terlibat pada kasus trauma (tabel 3.). Proporsi paling besar yaitu gigi insisif sentral maksila kanan (31,75%), diikuti gigi insisif lateral maksila kanan (28,57%), gigi insisif lateral maksila kiri (17,46), gigi insisif sentral maksila kiri (9,52%), gigi insisif mandibula kanan dan kiri (11,11%), sedangkan proporsi terkecil gigi yang terlibat trauma adalah gigi kaninus, yaitu kaninus kiri atas (1,59%). Anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior diberi kuesioner untuk mengetahui lokasi terjadinya trauma gigi. Distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak berdasarkan lokasi terjadinya trauma gigi disajikan pada tabel 4. sebagai berikut.

10 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Trauma Gigi Permanen Anterior berdasarkan Lokasi Lokasi Laki-laki Perempuan N % N % N % Rumah 16 28, , ,60 Sekolah 12 21, , ,58 Jalan 10 17,54 4 7, ,56 Lapangan 2 3,51 0 0,00 2 3,51 Taman 0 0,00 1 1,75 1 1,75 Total 40 70, , ,00 Tabel 4. menggambarkan proporsi lokasi terbesar terjadinya trauma gigi permanen anterior anak adalah di lingkungan rumah (38,60%) yang meliputi lingkungan rumah bagian dalam dan lingkungan rumah luar. Lokasi terjadinya trauma gigi selanjutnya diikuti dengan sekolah (31,58%), jalan (24,56%), lapangan (3,51%), sedangkan proporsi terkecil adalah taman (1,75%). Tabel di atas juga menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi di lingkungan rumah (28,07%). Hal yang sama juga dialami oleh anak perempuan lebih banyak mengalami trauma gigi di sekolah dan lingkungan rumah (10,53%). Penyebab trauma gigi permanen anterior pada anak diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada anak. Distribusi frekuensi trauma gigi permanen anterior pada anak berdasarkan penyebab terjadinya trauma gigi disajikan pada tabel 5. sebagai berikut. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Trauma Gigi Permanen Anterior berdasarkan Penyebab Trauma Gigi Jenis kelamin Penyebab Trauma Gigi Laki-laki Perempuan N % N % N % Kecelakaan kendaraan 3 5,26 1 1,75 4 7,02 Perkelahian/kekerasan fisik 1 1,75 1 1,75 2 3,51 Terjatuh 10 17,54 4 7, ,56 Bermain lari-lari/ aktivitas fisik 14 24, , ,09 Menggigit benda keras 12 21,05 5 8, ,82 Total 40 70, , ,00

11 Tabel 5. menggambarkan proporsi terbesar penyebab trauma gigi permanen anterior pada anak adalah bermain lari-lari atau aktivitas fisik (35,09%), diikuti menggigit benda keras (29,82%), terjatuh (24,56%), kecelakaan kendaraan (7,02%), sedangkan proporsi terkecil adalah perkelahian (3,51%). Pada kelompok anak laki-laki bermain merupakan penyebab dengan proporsi terbesar (24,56%) sedangkan proporsi terkecil adalah perkelahian atau kekerasan fisik (1,75%). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kelompok anak perempuan. Bermain adalah penyebab terbesar terjadinya trauma gigi pada anak perempuan (10,53%), sedangkan proporsi terkecil disebabkan oleh perkelahian atau kekerasan fisik dan kecelakaan kendaraan (1,75%). Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trauma gigi permanen anterior lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa trauma gigi permanen pada anak laki-laki secara signifikan lebih banyak daripada anak perempuan. 31 Penelitian lain menyatakan bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi dibanding dengan anak perempuan, tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 13,24 Hal tersebut sebab anak perempuan telah banyak melakukan aktivitas fisik atau jenis permainan yang sama dengan anak laki-laki. 13 Pada penelitian ini diperoleh rasio prevalensi kasus trauma gigi permanen anterior anak laki-laki dua kali lebih tinggi dibanding anak perempuan. Hal tersebut sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa anak laki-laki memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami trauma gigi. 4 Anak laki-laki memiliki risiko 1,9 kali lebih besar mengalami trauma gigi dibanding anak perempuan. 7 Trauma gigi permanen anterior lebih banyak terjadi pada anak laki-laki karena anak laki-laki lebih aktif dibanding dengan anak perempuan. Permainan anak laki-laki lebih ekstrim dimana memungkinkan kontak fisik tanpa menggunakan alat pelindung yang sesuai. 3,7 Sebagian besar trauma gigi disebabkan oleh aktivitas fisik seperti olahraga. 12 Anak laki-laki memiliki tingkat keaktifan yang tinggi karena kebugaran aerobik pada anak laki-laki relatif lebih stabil sampai pubertas dibanding dengan anak perempuan yang mengalami penurunan. 27 Level dopamin, epinefrin, dan stres emosi pada anak laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan menyebabkan kejadian trauma meningkat. 13 Usia 9 tahun adalah puncak usia dengan jumlah kasus trauma gigi permanen anterior terbanyak. Pada usia 9 tahun anak telah mengenal lingkungan dan dapat beradaptasi sehingga

12 ruang gerak dan ativitas fisik anak lebih meningkat. Aktivitas anak dalam bermain semakin meningkat sampai mendekati usia dewasa. Pada anak usia 12 tahun tidak ditemukan anak yang mengalami trauma gigi permanen anterior karena proporsi anak usia 12 tahun hanya sebesar 8,8%. Penelitian menyatakan bahwa pada usia 9 tahun ke atas terjadi penurunan jumlah kasus trauma gigi. Hal ini disebabkan karena anak telah mengalami kematangan dan keseimbangan kontrol agresivitas menjadi lebih sempurna. Anak usia 12 tahun lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas karena mendekati waktu ujian sehingga mengurangi aktivitas fisik. 13 Gigi insisif sentral maksila kanan adalah gigi yang paling banyak terlibat dalam trauma gigi permanen anterior pada anak usia 8-12 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa gigi yang paling sering terlibat trauma adalah gigi insisif sentral maksila kanan. 12 Penelitian lain menyatakan bahwa gigi yang sering terlibat trauma adalah gigi pada rahang maksila daripada mandibula, namun antara keterlibatan gigi insisif sentral maksila kanan dan kiri tidak terdapat perbedaan. 7 Penelitian lain menyebutkan bahwa gigi permanen yang sering terlibat kasus trauma gigi adalah gigi insisif sental maksila (90,4%), sedangkan insisif sentral mandibula dan insisif lateral maksila jarang terlibat. 3,13 Gigi insisif sentral maksila lebih sering terlibat dalam kasus trauma gigi permanen anterior karena secara anatomis gigi ini lebih protrusif dibandingkan dengan keadaan gigi lain di dalam mulut. Gigi dengan protrusif > 6 mm memiliki risiko trauma gigi lebih tinggi. 9 Gigi insisif sentral maksila lebih sering mengalami trauma dibandingkan dengan gigi insisif lateral maksila karena gigi insisif sentral erupsi terlebih dahulu. Apabila dibandingkan dengan gigi insisif mandibula, insisif pada mandibula jarang mengalami trauma karena hubungan mandibula non-rigid dengan basis kranial. Hubungan non-rigid tersebut memungkinkan adanya pergerakan fleksibel ketika terjadi trauma gigi. 12 Gigi kaninus menduduki proporsi kasus trauma gigi terendah karena secara anatomis merupakan gigi yang paling kuat dibandingkan dengan gigi lain ditinjau dari bentuk morfologi dan ketebalan bukopalatal gigi. 9 Hasil penelitian ini menyatakan bahwa lokasi dominan terjadinya trauma gigi permanen anterior anak adalah rumah meliputi lingkungan rumah bagian dalam dan lingkungan luar rumah, diikuti sekolah, jalan, lapangan, dan taman. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa kasus trauma gigi paling banyak terjadi di rumah (63,2%), diikuti sekolah (25,6%) dan jalan (11,2%). 2,3 Liew dan Daly juga menyatakan bahwa trauma gigi anak lebih banyak terjadi setelah jam sekolah. 3

13 Penelitian lain menyatakan bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi di rumah bagian luar, sedangkan anak perempuan lebih banyak mengalami trauma gigi di rumah bagian dalam. 31 Anak lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan permainan di dalam ruangan ketika berada di dalam rumah. 13 Anak perempuan lebih banyak menghabiskan waktu dan melakukan aktivitas di ruangan dalam rumah daripada anak laki-laki. 31 Adanya variasi tempat terjadinya trauma gigi anak pada setiap negara sebab kultur lokal negara setempat. 3 Penyebab trauma gigi permanen anterior pada anak laki-laki dan perempuan terbanyak disebabkan oleh aktivitas fisik yang berkaitan dengan bermain lari-lari. Trauma gigi permanen anterior pada anak usia 8-12 tahun disebabkan karena aktivitas fisik dan olahraga. 13 Aktivitas fisik menyumbangkan angka terbesar penyebab trauma gigi permanen anterior. 12 Bermain merupakan penyebab utama terjadinya trauma gigi pada anak laki-laki dan perempuan, kemudian diikuti oleh kecelakaan dan perkelahian. 13 Pada anak usia 8-12 tahun bermain adalah aktivitas fisik yang penting. Bermain dianggap penting untuk perkembangan fisik dan psikologis, karena selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan. Bentuk permainan yang paling sering menyebabkan trauma gigi pada anak adalah permainan yang bersifat persaingan atau kompetisi. 28 Permainan tersebut menjadi penyebab terbesar kasus trauma gigi permanen anterior karena memungkinkan terjadi ketidakseimbangan koordinasi motorik sehingga menyebabkan anak memiliki potensi terjatuh ke depan dengan posisi muka dan gigi membentur benda keras. 11,13 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa anak laki-laki lebih banyak mengalami trauma gigi permanen anterior dibanding anak perempuan. Trauma gigi permanen anterior pada anak lebih sering terjadi pada anak usia 9 tahun yang melibatkan gigi permanen insisif sentral maksila kanan, dan biasanya terjadi di rumah karena aktivitas fisik. Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut. 1. Penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya mengenai faktor yang berpengaruh dan berhubungan terhadap trauma gigi anak.

14 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengklasifikasian kasus trauma gigi anak dan penentuan keterlibatan jaringan gigi. 3. Penelitian serupa dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan dampak trauma gigi anak dengan keadaan psikologi anak. Daftar Referensi 1. WHO. World Report on Road Traffic Injury Prevention, Report Geneva. WHO Press; 2004: Rajab LD. Traumatic Dental Injuries in Children Presenting for Treatment at the Department of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry, University of Jordan, Dent Traumatol Off Publ Int Assoc Dent Traumatol. 2003;19(1): Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson L, eds. Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth. 4, illustr. Wiley; 2007: Dean JA, Avery DR, McDonald RE. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th ed. Missouri: Elsevier; 2011: Ankola A V, Hebbal M, Sharma R, Nayak SS. Traumatic Dental Injuries in Primary School Children of South India--a Report from District-Wide Oral Health Survey. Dent Traumatol. 2013;29(2): Adekoya-Sofowora CA, Adesina OA, Nasir WO, Oginni AO, Ugboko VI. Prevalence and causes of fractured permanent incisors in 12-year-old suburban Nigerian schoolchildren. Dent Traumatol. 2009;25: Martins VM, Sousa R V, Rocha ES, Leite RB, Paiva SM, Granville-Garcia a F. Dental Trauma Among Brazilian Schoolchildren: Prevalence, Treatment and Associated Factors. Eur Arch Paediatr Dent. 2012;13(5): Sutadi H. Kiat Praktis Mengembalikan Fungsi Gigi Akibat Trauma pada Anak. Kedokt Gigi Univ Indones. 2003;10: Cameron AC, Widmer RP, eds. Handbook of Pediatric Dentistry. 3 rev ed. Mosby Elsevier Health Sciences; 2008: Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company; 1973: Fauziah E, Soenawan H (Departemen IKGA FKG UI. Perawatan Fraktur Kelas Tiga Ellis Pada Gigi Tetap Insisif Sentral Atas (Laporan Kasus). Indones J Dent. 2008;15(2): Prabhu A, Rao AP, Govindarajan M, Reddy V, Krishnakumar R, Kaliyamoorthy S. Attributes of Dental Trauma in a School Population with Active Sports Involvement. 2013;4(3): Rajesh A, Vijay T, Raksha B. Traumatic Injuries to Anterior Teeth in School Children of Southern. 2012;5(2): Yassen GH, Chin JR, Younus MS, Eckert GJ. Knowledge and attitude of dental trauma among mothers in Iraq. Eur Arch Paediatr Dent. 2013;14(4): Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Draft Laporan Akhir Rancangan Pembangunan Jangka Mengengah DKI Jakarta. Jakarta; 2007: Rahayu B, Warsono T, Setiadi H. Pusat Kota di DKI Jakarta. Depok; 2011: Dorland WA. Kamus Kedokteran Dorland. 29 th. (Hartanto H, ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002: 1735.

15 18. Schuurs AH. Patologi Gigi Geligi: Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. (S S, ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1992: Andreasen J, Ravn J. Epidemiology of Traumatic Dental Injuries to Primary and Permanent Teeth in a Danish Population Sample. Int Oral Surg. 1972;1: Andreasen J, Andreasen F. Essentials of Traumatic Injuries to the Teeth. Munksgaard; 1990: Andreasen J. Etiology and Pathogenesis of Traumatic Dental Injuries: A Clinical Study of 1298 Cases. Scand J Dent Res. 1970;78: Wei SH. Pediatric Dentistry: Total Patient Care. Philadelphia: Lea & Febiger; 1988: Pratiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali; 1986: Vijaykumar S, Shekhar MG, Vijaykumar R. Traumatic Dental Injuries and Its Relation to Overweight among Indian School Children Living in Urban Area. J Clin Diagn Res. 2013;7(11): R. Bonita, R. Beaglehole, Kjellström T. Basic Of Epidemiology. World Health Organization; 2006: Adityawarman (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada Remaja. 2007: Mexitalia M, Susanto JC, Faizah Z H. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak dengan Obesitas Usia 6-7 Tahun di Semarang. M Med Indones. 2005;40(2): Sulistyo D. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. 1st ed. Jakarta: CV Trans Info Media; 2011: Blánaid Daly. Essential Dental Public Health. Oxford University Press; 2002: World Health Organization. Oral Health Surveys Basic Methods. 5 th. World Health Organization; 2013: Yassen G, Chin JR, Al Rawi B, et al. Traumatic Injuries of Permanent Teeth Among 6 to 12 Year Old Iraq Children: A 4 Years Retrospective Study. J Dent Child. 2013;801(1):3-8.

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius pada anak disebabkan prevalensi yang tinggi di berbagai negara terutama pada gigi permanen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK 2.1 Definisi Fraktur Dentoalveolar Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland

Lebih terperinci

Rinezia Rahmatunisa Naro*, Mochamad Fahlevi Rizal, Margaretha Suharsini Soetopo

Rinezia Rahmatunisa Naro*, Mochamad Fahlevi Rizal, Margaretha Suharsini Soetopo HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIODEMOGRAFI IBU DAN KEPUTUSAN PERAWATAN KASUS TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK (Kajian pada Aspek Pendapatan, Jarak Tempat Tinggal dan Pengaruh Orang Terdekat dengan Ibu)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi anak di Indonesia adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian lebih dari orang tua maupun praktisi di bidang kedokteran gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Trauma Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. 19 Trauma atau yang disebut injury atau wound, dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau luka yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Etiologi Trauma Gigi Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan

Lebih terperinci

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak Penatalaksanaan Dentinogenesis Imperfecta pada Gigi Anak Abstract Winny Yohana Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). 4.2 Alur Penelitian Mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FKG

Lebih terperinci

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM-PERCONTOHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU BANDUNG Oleh : WINNY YOHANA ERISKA RIYANTI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak. 1 Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trauma, Prevalensi dan Etiologinya Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA tahun. 4 Trauma injuri pada gigi dan jaringan pendukungnya merupakan tantangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Trauma Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakan

Lebih terperinci

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia 48-60 bulan di TK Negeri Pembina Denpasar Dylan Dharmalaksana, L W Ayu Rahaswanti, Luh Seri Ani Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 GAMBARAN PENANGANAN KASUS TRAUMA GIGI PERMANEN OLEH DOKTER GIGI DI KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN SUNGGAL, MEDAN HELVETIA, MEDAN PETISAH MEDAN MAIMUN DAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA 8-12 TAHUN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KERJA IBU

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA 8-12 TAHUN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KERJA IBU HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA 8-12 TAHUN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KERJA IBU Bella Fiana Putri*, Sarworini Bagio Budiardjo, Ike Siti Indiarti Departemen

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012 GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012 1 Dwi Nur Rakhman 2 Benedictus S. Lampus 3 Ni Wayan Mariati 1 Kandidat Skripsi Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah observasional analitik. Setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merawatnya. Trauma pada gigi anak harus selalu dianggap sebagai tindakan

BAB I PENDAHULUAN. merawatnya. Trauma pada gigi anak harus selalu dianggap sebagai tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Masalah Fraktur akibat trauma pada gigi adalah salah satu pemasalahan kedokteran gigi yang banyak didapat pada anak dan setiap dokter gigi harus siap mengatasi dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI. 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory study atau disebut juga dengan penelitian deskriptif, menggunakan kuesioner yang diisi oleh Odapus dan

Lebih terperinci

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember Kiswaluyo Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA 18 25 TAHUN Latar Belakang. Bentuk gigi merupakan hal yang esensial untuk estetika. Sisi estetik

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bersama dengan ini saya, Linda, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saat ini. saya sedang mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN

PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN PREVALENSI TRAUMA GIGI SULUNG ANTERIOR PADA ANAK USIA 1-4 TAHUN DI TK/PAUD DAN POSYANDU KECAMATAN MEDAN PETISAH DAN MEDAN TUNTUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR

FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN KIKA (KARTU INDIKATOR KARIES ANAK) TERHADAP PERILAKU IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI SULUNG DI KELURAHAN RANDUSARI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik ABSTRAK Prevalensi maloklusi pada manusia modern diketahui semakin meningkat dibanding masa lampau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 HUBUNGAN KEBIASAAN ANAK MENJAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN GIGI DENGAN KARIES MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PADANG TIMUR

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER. *Kiswaluyo HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI SISWA SEKOLAH DASAR SUMBERSARI DAN PUGER KABUPATEN JEMBER *Kiswaluyo *Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK ABSTRAK Nama : Cynthia Michelle Anggraini Program Studi : Sarjana Kedokteran Gigi Judul : Prevalensi dan Distribusi Variasi Anatomis Normal pada Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA. Pedro Bernado

FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA. Pedro Bernado FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA Pedro Bernado PENDAHULUAN ETIOLOGI KLASIFIKASI DIAGNOSIS PERAWATAN WIRING: essig dan eyelet/ivy ETIOLOGI Trauma dentoalveolar semua usia terbanyak usia: 8-12 tahun

Lebih terperinci

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA TAHUN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARAT DAN MEDAN SUNGGAL

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA TAHUN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARAT DAN MEDAN SUNGGAL PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR ANAK USIA 12-14 TAHUN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARAT DAN MEDAN SUNGGAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Christy N. Mintjelungan Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA USIA 12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR GMIM IV TOMOHON Novarita Mariana Koch *, Mustapa Bidjuni * *Jurusan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR Ayub Irmadani Anwar Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien ortodonti adalah gigi berjejal. 3,7 Gigi berjejal ini merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik

Lebih terperinci

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran Winny Yohana Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung-Indonesia Abstrak Maloklusi pada geligi campuran merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa jenis antara lain; tunanetra, tunarungu/tunawicara, tunagrahita,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa jenis antara lain; tunanetra, tunarungu/tunawicara, tunagrahita, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak penyandang cacat didefinisikan sebagai anak yang mempunyai kecacatan fisik/mental sehingga keberlangsungan hidupnya terganggu akibat kecacatan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FACULTY MEDICINE STUDENT

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN Jurnal e-gigi (eg), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember 214 GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN 211-213 1 Bonie Tulaka 2 Dinar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses erupsi gigi telah banyak menarik perhatian peneliti yang sebagian besar berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak. Kebanyakan orangtua menganggap

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG Maj Ked Gi; Desember 2011; 18(2): 149-151 ISSN: 1978-0206 PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG Emil' dan Prihandini Iman" * Program Studi Ortodonsia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter gigi mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH

PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH PERBEDAAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MALOKLUSI KLASIFIKASI ANGLE DI SMPN I SALATIGA JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun sebagai Syarat Memperoleh Gelar Strata Satu Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR WISATA DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009 Oleh Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort 1 PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR DENTISTRY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

Konsep Golden Percentage pada Ras Deutro Melayu (Studi pada

Konsep Golden Percentage pada Ras Deutro Melayu (Studi pada Konsep Golden Percentage pada Ras Deutro Melayu (Studi pada Mahasiswa FKG UI) Brian Vensen Lika, Roselani W. Odang, R.M. Tri Ardi Mahendra Corresponding address: Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID ABSTRAK PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID Ekowati Retnaningsih dan Rini Oktariza Angka kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah di Indonesia mencapai 15,9%. Prevalensi

Lebih terperinci

Gambaran rasa takut anak SD GMIM IV Tomohon pada perawatan penambalan gigi

Gambaran rasa takut anak SD GMIM IV Tomohon pada perawatan penambalan gigi Gambaran rasa takut anak SD GMIM IV Tomohon pada perawatan penambalan gigi Joyce Kandou 1, Paulina Gunawan 2, Jade Lolong 3 1 Bagian Psikologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado 2 Program Studi Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Studi Studi yang dilakukan dalam karya ilmiah ini adalah studi berbentuk deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). 3.2 Subyek dan Metode Sampling

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012 GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012 1 Devid G. Poha 2 Mona P. Wowor 3 Aurelia Supit 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga dengan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll

ABSTRAK. Efektivitas menyikat gigi, indeks plak, metode horizontal, metode roll ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 mengungkapkan bahwa proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau benar dan dontos yang berarti gigi. Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susunan gigi yang tidak teratur dan keadaan oklusi yang tidak sesuai dengan keadaan normaltentunya merupakan suatu bentuk masalah kesehatan gigi dan mulut. 1,2,3 Data

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA 1. Gorlin, RJ, Goldman HM. Thoma s Oral Pathology. 6 th ed. Vol.1. St. Louis: The CV Mosby Co; 1970: p. 481-500. 2. Regezi, Joseph A, Sciubba, James J, Jordan, Richard CK. Oral Pathology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO 1 Donny A. A. Sambuaga 2 Paulina N. Gunawan 3 Max F. J. Mantik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Atlet Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan, keterampilan,

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik ABSTRAK Perawatan ortodontik sedang diminati oleh masyarakat Indonesia karena meningkatnya kepedulian masyarakat mengenai kesehatan gigi dan tingginya tingkat maloklusi di Indonesia. Tujuan perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan karies, indeks karies gigi sulung

ABSTRAK. Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan karies, indeks karies gigi sulung ABSTRAK Karies merupakan permasalahan utama dalam kesehatan gigi masyarakat terlihat dengan tingginya prevalensi karies pada anak yaitu 60-90%, maka diperlukan adanya pencegahan karies. Pencegahan karies

Lebih terperinci

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK 1. Pendahuluan Preventif orthodontik mempunyai peranan yang sangat penting dalam halmengusahakan agar gigi-gigi permanen yang akan menggantikan posisi gigi desidui akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu populasi dengan populasi lainnya. 1 Adanya variasi ukuran lebar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigigeligi dan merupakan

Lebih terperinci

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARU DAN MEDAN JOHOR

PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARU DAN MEDAN JOHOR PREVALENSI TRAUMA GIGI PERMANEN ANTERIOR PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MEDAN BARU DAN MEDAN JOHOR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa bayi dan balita adalah masa terjadinya tumbuh kembang semua alat tubuh serta akan menentukan sampai sejauh mana kualitas generasi dimasa yang akan datang (Sariningsih,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK

PENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK PENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK Oleh: Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA. Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Trauma adalah luka atau jejas baik fisik

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN 1 Maureen M. Mawuntu 2 Damajanty H. C. Pangemanan 3 Christy Mintjelungan 1 Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian Jenis penelitian adalah studi cross-sectional (potong-lintang) analitik. Tiap sampel hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan ABSTRAK Impaksi gigi adalah gagalnya erupsi lengkap gigi pada posisi fungsional normal. Insidensi terjadinya impaksi gigi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia. Gigi yang impaksi dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Kata kunci: lebar mesiodistal gigi, indeks Bolton, maloklusi kelas I Angle, overjet, overbite, spacing, crowding

Kata kunci: lebar mesiodistal gigi, indeks Bolton, maloklusi kelas I Angle, overjet, overbite, spacing, crowding ABSTRAK Rasio lebar mesiodistal gigi dapat ditentukan melalui perhitungan analisis Bolton yang selalu dilakukan sebelum perawatan ortodontik karena rasio Bolton mempengaruhi besarnya overjet, overbite,

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...... i PRASYARAT...ii PERNYATAAN PERSETUJUAN...... iii LEMBAR PENGUJI... iv LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

GAMBARAN KARIES DAN KEBUTUHAN PERAWATAN RESTORASI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PAPUSUNGAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN. Ratulangi

GAMBARAN KARIES DAN KEBUTUHAN PERAWATAN RESTORASI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PAPUSUNGAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN. Ratulangi GAMBARAN KARIES DAN KEBUTUHAN PERAWATAN RESTORASI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PAPUSUNGAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN 1 Renny Diane Cheryl Putong 2 Vonny N. S. Wowor 3 Dinar A. Wicaksono 1 Kandidat skripsi

Lebih terperinci