BAB I PENDAHULUAN. dalam kisahan dan pembaca (Minderop, 2010:53). Sastra dalam peradaban tradisional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dalam kisahan dan pembaca (Minderop, 2010:53). Sastra dalam peradaban tradisional"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra, baik novel, drama dan puisi di zaman modern ini sarat dengan unsur-unsur psikologis sebagai manifestasi; kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam kisahan dan pembaca (Minderop, 2010:53). Sastra dalam peradaban tradisional didominasi sastra lisan. Dalam peradaban pertengahan didominasi oleh sastra tulis dan dalam peradaban modern didominasi oleh sastra elektronik, termasuk didalamnya karya sastra yang diproduksi, dimodifikasi, dan dikemas dengan menggunakan peralatan elektronik dapat dinamakan sastra elektronik. 1 Film pada hakekatnya memperkuat kesadaran, bahwa kita hidup dalam dunia di mana terjadi lebih banyak hal-hal dibandingkan dengan pengalaman sehari-hari di lingkungan terbatas kita. Memperkuat perhatian kita pada orang lain dan pada kehidupan bersama. Serta memperkuat perasaan kita menjadi seakan akan tersangkut dengan kejadian-kejadian penting yang berlangsung di tempat lain melalui film yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Para penikmat film seringkali mengalami sensasi imajinatif saat menonton film. Mereka seakan melihat dan merasakan ketegangan-ketegangan antar tokoh dan merasakan sensasi emosional dan imajinatif pada saat menonton film. Ini berarti penonton mendapat pengalaman pada saat menonton film dan mampu membangun kepercayaan akan realitas yang ada di film. 1 ( diakses tanggal 14 februari pukul WIB 1

2 2 Korea merupakan salah satu negara maju di dunia yang berhasil memperkenalkan beragam budaya yang dimiliki sehingga banyak negara lain yang tertarik untuk mempelajarinya. Budaya Korea juga masuk ke Indonesia melalui musik, drama dan film. Film adalah satu bentuk budaya modern yang banyak diminati masyarakat Indonesia 2. Industri perfilman Korea mengalami kebangkitan sejak tahun 1980-an dan terus berkembang pesat sampai sekarang. Salah satu film yang menarik untuk ditonton dari negeri ginseng adalah film yang diangkat dari kisah nyata seorang prajurit Korea yang bernama asli Yang Kyoung-jong berjudul My Way. Film ini merupakan mahakarya sutradara dari film film top Korea seperti Taegukgi dan Swiri. Film ini dibintangi oleh tiga orang aktor dan aktris dari tiga negara yang berbeda, yaitu Jang Dong-gun, aktor dari Korea yang banyak bermain dalam film-film besar Korea seperti The promise, Taegukgi hwinalrimyeo dan The Warrior's way. Dalam film ini Jang Dong-gun berperan sebagai karakter protagonis Kim Jun-shik. Lalu ada aktor Jepang Jo Odagiri sebagai sosok antagonis yang memerankan karakter Tatsuo dan berhasil mendapat banyak apresiasi dari penonton. Nama terakhir adalah aktris dari negeri Cina, Fan Bingbing. Bingbing dikenal sebagai aktris yang sudah banyak membintangi film dengan aktoraktris terkenal didalamnya, salah satunya film Shaolin dan Battle of the warriors bersama Andy Lau. Film drama dengan sentuhan action ini menghabiskan biaya yang besar sehingga menjadikan My Way sebagai salah satu film Korea Selatan yang berbiaya terbesar sepanjang sejarah. 2 ( diakses pada tanggal 11 maret pukul WIB

3 3 Film ini berawal dari kisah sederhana, pada masa pemerintahan kolonial Jepang atas Korea, dua orang anak laki-laki tumbuh dengan ambisi menjadi pelari marathon olimpiade. Tatsuo Hasegawa ( Joe Odagiri ) adalah cucu seorang Jendral Jepang, sementara Kim Jun-Shik ( Jang Dong-Gun ) adalah anak pekerja penjaga peternakan sang Jendral. Sebuah insiden kemudian meninggalkan konflik diantara keduanya, hingga keduanya bertemu kembali di sebuah Tokyo Olympics. Jun-Shik yang merupakan peserta kuda hitam karena kesehariannya menjadi penarik becak berhasil memenangkan pertandingan dan mencoreng malu di wajah Jepang dengan Tatsuo yang berstatus bangsawan dan calon dokter sehingga memperuncing konflik diantara keduanya. Hasilnya kemenangan Jun-Shik tak diakui dan rekan-rekannya yang ikut memberontak dijatuhi hukuman untuk mendaftar paksa sebagai prajurit Jepang. Disana, Jun-Shik yang mendapat tekanan dari prajurit Jepang malah tergerak untuk menyelamatkan seorang sniper Cina, Shirai (Fan Bing Bing) yang merupakan tentara musuh. Tekanan itu makin bertambah kala Tatsuo yang sudah berpangkat Kolonel di masa-masa Perang Dunia II menemukan jalannya untuk memimpin pasukan Jun-Shik. Tujuannya hanya satu yaitu menyiksa pelan-pelan rivalnya, namun perang yang berkembang membuat mereka bersama menjadi tawanan Soviet di kamp konsentrasi, berperang untuk Jerman sampai akhirnya semua memuncak di tengah serangan Amerika ke Normandia. Film My Way menarik untuk dianalisis dari segi psikologis karena cerita dalam film ini sarat dengan konflik psikologis yang tidak hanya dialami oleh tokoh protagonis saja, tetapi juga banyak dialami oleh tokoh antagonis. Tokoh Tatsuo

4 4 dalam film My Way menarik untuk diteliti karena digambarkan sebagai tokoh antagonis berkebangsaan Jepang yang sangat kejam terhadap tokoh utama yaitu Kim Jun-shik dan teman-teman Koreanya. Namun pada akhirnya setelah mengalami berbagai peristiwa dan konflik di medan perang, justru sikap Tatsuo berubah drastis menjadi empati serta baik hati terhadap tokoh utama Kim Jun-shik. Bahkan mereka berdua yang sebelumnya selalu bertentangan pada akhirnya menjadi sahabat yang sangat dekat. Konflik konflik yang dialami oleh Tatsuo ini menjadi ketertarikan tersendiri dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mempunyai hipotesis awal bahwa peristiwa dan konflik psikologis yang dialami Tatsuo dapat mengubah sikap serta dinamika kepribadiannya. Selain itu, tokoh Tatsuo juga memiliki kepribadian yang menarik untuk diteliti dengan teori psikologi, terutama teori psikologi kepribadian yang disampaikan oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis Sigmund Freud menjelaskan tentang kepribadian seseorang dilihat dari tiga komponen yang saling berkaitan erat. Ketiga komponen tersebut berupa id, ego, dan superego. Id, ego, dan superego adalah tiga unsur dalam kepribadian manusia yang selalu ada dan saling bekerja sama. Namun ketika seseorang menghadapi sebuah persoalan atau pilihan maka salah satu dari ketiga unsur tersebut akan ada yang mendominasi kepribadian dalam memutuskan atau menyelesaikan persoalan itu. Oleh karena itu, konflik yang dialami tokoh antagonis Tatsuo akan dianalisis dengan melihat dinamika id, ego, dan superego yang terdapat dalam kepribadiannya.

5 5 Sebelum menganalisis kepribadian tokoh Tatsuo melalui psikoanalisis Sigmund Freud, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis melalui teori strukturalisme sebagai teori bantu untuk mendeskripsikan tokoh-tokoh dan karakter masing-masing tokoh dalam film My Way sehingga, dapat diketahui keterkaitan antara kepribadian dan konflik yang dialami oleh tokoh utama antagonis yaitu Tatsuo. Skripsi ini meneliti tentang kepribadian tokoh utama, karakter dan hal yang terkait dengan tokoh utama dalam karya sastra yaitu film. Oleh karena itu penelitian ini tergolong dalam penelitian sastra. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kepribadian tokoh antagonis Tatsuo yang terdapat dalam film My Way? 2. Peristiwa apa saja dan bagaimana dampak dari peristiwa tersebut terhadap dinamika perubahan kepribadian tokoh Tatsuo dalam film MyWay? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kepribadian tokoh antagonis Tatsuo dalam film My Way. 2. Mengetahui peristiwa apa saja dan dampak dari peristiwa tersebut terhadap dinamika perubahan kepribadian tokoh Tatsuo dalam film My Way.

6 6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang analisis tokoh utama antagonis dalam film ini membawa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah untuk memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kondisi psikologi, khususnya kepribadian seseorang melalui teori psikologi sastra dengan melihat id, ego, dan superego. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk memperkenalkan film Korea yang bertema sejarah. Selain itu manfaat praktis penelitian ini adalah menambah referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui dan mengembangkan lebih lanjut penelitian kepribadian tokoh dalam suatu karya sastra film melalui analisis psikologi sastra. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada unsur-unsur struktural mengenai tokoh dan penokohan; aspek kepribadian tokoh (id, ego, superego, dan dinamika antara id, ego, superego); peristiwa-peristiwa yang memicu dinamika kepribadian tokoh Tatsuo dalam film My Way. Penelitian ini menganalisis unsur struktural intrinsik dari segi tokoh dan penokohan dimaksudkan untuk membantu proses analisis yang akan dilakukan menggunakan teori psikoanalisis. Hal ini karena pada penelitian ini hanya akan dilakukan pada tokoh utama antagonis yaitu Tatsuo melalui dialog, ekspresi, serta adegan yang berhubungan dengan kondisi psikologis Tatsuo.

7 7 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian sejenis yang menggunakan teknik analisis psikologi sastra telah banyak dilakukan sebelumnya, namun penelitian yang memakai tokoh utama antagonis sebagai objek penelitian masih jarang dilakukan. Akan tetapi, ada penelitian-penelitian lain yang terkait dengan topik yang akan dibahas dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan, diantaranya skripsi berjudul Kepribadian Tokoh Soo Ah dalam film 열세살, 수아 (Girl Thirteen) : Kajian Psikoanalisis Freud oleh Vina Muliawati Putri. Dalam penelitiannya, Vina melakukan analisis kepribadian tokoh Soo Ah dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud yakni berupa unsur id, ego, superego serta dinamika antar ketiganya dalam kepribadian Soo Ah. Selain itu analisis terhadap kepribadian Soo Ah juga dilakukan dengan melihat mimpi Soo Ah serta konflik yang dialami Soo Ah dengan ibu, teman, dan dirinya sendiri. Skripsi lain yang juga dijadikan acuan bagi penulis adalah skripsi dari Nurfitri Sajidah yang berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Bok Nam dalam film 김복남 살인사건의전말 (Bedevilled): Kajian Psikoanalisis Freud. Penelitian ini membahas tentang dinamika tokoh utamanya serta berbagai konflik sosial yang dapat merubah kepribadian seseorang. Penelitian lain yang juga menjadi acuan adalah Konflik Batin Tokoh Chan-I dalam film Ma-eumi.. (Heart is ) : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud karya Afaf dari Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya. Penelitian ini membahas

8 8 konflik batin yang dialami tokoh Chan-I dilihat melalui perspektif dinamika kepribadian milik Sigmund Freud. Perbedaan penelitian ini dari penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada objek penelitian yaitu tokoh utama antagonis. Penelitian ini menganalisis kepribadian tokoh utama antagonis ditengah medan perang yang dipengaruhi berbagai peristiwa dan konflik, sehingga terjadi perubahan kepribadian yang sangat menarik untuk diteliti secara psikologis tentang penyebab perubahan kepribadiannya. Selain itu film ini merupakan film yang diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan tentara di medan perang antara Jepang dan Korea. 1.7 Landasan Teori Teori Strukturalisme Strukturalisme adalah ilmu yang melihat karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Sangidu 2005:16). Unsur-unsur tersebut dapat berupa tokoh dan penokohan, tema, latar, alur, amanat, dan sudut pandang. Menunjukkan keterkaitan hubungan antar unsur dan sumbangsih yang diberikan unsur-unsur tersebut terhadap makna keseluruhan karya sastra merupakan hal yang diutamakan dalam teori strukturalisme (Nurgiyantoro 2002:37). Salah satu proses dalam penelitian mengenai psikologis tokoh dalam sebuah karya adalah dengan analisis terhadap unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik karya tersebut, dengan menekankan pada unsur intrinsik berupa penokohan dan perwatakan

9 9 (Endraswara 2004:104). Dalam penelitian ini unsur intrinsik yang mendukung penelitian ini adalah tokoh dan penokohan. a. Tokoh dan Penokohan Penggunaan istilah seperti tokoh, watak, dan karakter sudah sangat familiar dalam suatu karya fiksi. Meski sekilas tampak sama, namun apabila pengertiannya dilihat secara mendalam akan terdapat perbedaan antara watak, karakter, dan tokoh. Istilah watak dan karakter bermakna kepribadian yang menunjuk pada sikap atau perilaku seseorang. Sedangkan tokoh lebih kepada pelaku cerita dan menunjuk pada seseorang. Istilah karakter (character) menurut Stanton (via Nurgiyantoro, 2005: 165) merujuk pada dua pengertian yang berbeda, yakni; 1) sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, serta 2) sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan tokoh cerita (character), menurut Ambrams (via Nurgiyantoro, 2005: 165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh dalam karya fiksi, yang pada penelitian ini mengarah pada drama atau film dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan peranan tokoh terhadap jalan cerita ada tiga jenis, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Nurgiyantoro, 2005: 179). a) Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita. Sebuah cerita dapat memiliki lebih dari satu figur tokoh protagonis.

10 10 b) Tokoh antagonis adalah sang penentang cerita. Dalam sebuah cerita biasanya terdapat seorang tokoh utama yang menentang cerita. 2. Berdasarkan peranan tokoh dalam lakon serta fungsi (Nurgiyantoro, 2005:181). a) Tokoh sentral merupakan tokoh yang paling menentukan gerak lakon, yang termasuk dalam tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis. b) Tokoh utama merupakan tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral, yang termasuk dalam tokoh utama adalah tokoh tritagonis. Tokoh utama dapat juga berperan sebagai perantara tokoh sentral. c) Tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan sebagai pelengkap atau tambahan dalam jalannya cerita. Tokoh dalam sebuah karya fiksi tidak bisa lepas dari watak atau karakter. Watak inilah yang nantinya membedakan tokoh dalam cerita, perwatakan yang baik menjadikan tokoh tersebut protagonis sedangkan perwatakan yang buruk akan menjadikan tokoh tersebut antagonis. Watak para tokoh dapat digambarkan dalam bentuk tiga dimensi atau watak dimensional. Watak dimensional itu digambarkan berdasarkan keadaan fisik, jiwa, dan sosial. Waluyo (2001: 19-20) menjelaskan penggambaran watak pelaku cerita dalam karya prosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Deskripsi fisik yaitu cara penggambaran watak pelaku cerita melalui deskripsi fisik (bentuk lahir) atau tempramen pelaku.

11 11 2. Melalui jalan pikiran atau pikiran yang terlintas yaitu cara penggambaran watak pelaku melalui jalan pikir atau sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. 3. Reaksi adalah cara penggambaran watak pelaku melalui reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. 4. Penjelasan langsung yaitu cara penggambaran watak oleh pengarang dengan melukiskan watak pelaku secara langsung. 5. Penggambaran lingkungan adalah cara menggambarkan watak melalui keadaan lingkungan di sekitar pelaku. 6. Reaksi dari tokoh lain yaitu cara penggambaran watak pelaku melalui reaksi atau pandangan-pandangan pelaku lain (tokoh bawahan) tentang pelaku tersebut dalam cerita yang diangkat. 7. Percakapan dengan tokoh lainnya adalah cara penggambaran watak pelaku utama melalui percakapan atau dialog yang terjadi antara pelaku utama dengan pelaku lainnya Psikoanalisis Sigmund Freud Saat psikologi masuk sebagai ilmu pengetahuan pada pertengahan abad XIX di Jerman, yang dijadikan obyek adalah kesadaran seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh Descartes yang menetapkan bahwa obyek psikologi hanyalah kesadaran (Hall Calvin. S, 1960:25). Psikologi hanya bertugas mencari unsur dasar dari kesadaran itu dan menentukan bagaimana tergabungnya unsur-unsur tersebut.

12 12 Pendapat seperti itu ditentang oleh banyak pihak. Sigmund Freud adalah salah satu orang yang menentang pendapat tersebut. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya sebagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis. Freud mengumpamakan psikologis ibarat sebuah gunung es di tengah laut, yang ada di atas permukaan itu menggambarkan kesadaran, sedangkan yang dibawah permukaan laut yang terbesar menggambarkan ketidaksadaran. Dalam ketidaksadaran terdapat kekuatan dasar yang mendorong pribadi seseorang. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian manusia secara utuh harus menjelajah lebih dalam ke daerah ketidaksadaran. Menurut Suryabrata Sumadi (1982:121) ada tiga aspek kepribadian yang dibagi oleh Freud yaitu, Das es atau id (aspek biologis), Das Ich atau ego (aspek psikologis), dan Das uber ich atau superego (aspek sosiologis). Ketiganya memiliki fungsi, sifat, komponen prinsip kerja, dan dinamika masing-masing, tetapi ketiganya tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan erat. Freud mengibaratkan id sebagai raja yang berlaku seperti penguasa absolut, harus dihormati, manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri. Ego sebagai perdana menteri yang diibaratkan memiliki tugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Sementara superego ibaratnya sebagai pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai baik dan buruk untuk mengingatkan id yang serakah akan pentingnya perilaku yang arif dan bijak. Tingkah laku manusia selalu merupakan hasil dari ketiga aspek ini. a. Das Es atau Id Aspek ini adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli didalam kepribadian. Das es atau id berisikan unsur-unsur yang dibawa sejak lahir, termasuk

13 13 insting. Pedoman dalam fungsi id adalah menghindarkan diri dari hal yang tidak nyaman dan hanya mengejar kenikmatan. Das es atau id merupakan energi psikis sebagai penggerak ego dan super ego. Energi psikis di dalam id dapat meningkat karena adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat dapat menyebabkan ketegangan yang menimbulkan ketidaknyamanan. Menurut Sumardi Suryabrata (1983:126) untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan, id bekerja dengan dua cara (alat proses), yaitu: (a) Refleks (reaksi otomatis) dan proses primer. Refleksi atau reaksi otomatis contohnya seperti berkedip dan bersin. (b) Proses primer dapat dicontohkan dengan orang yang sangat lapar membayangkan makanan yang enak. Tetapi jelas bahwa orang yang lapar tidak akan merasa kenyang bila hanya dengan membayangkan makanan. Maka dari itu perlu ada sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif, yang dinamakan das ich atau ego. b. Das Ich atau Ego Das ich atau ego merupakan id yang mengacu pada prinsip kenyataan. Ego terletak di antara alam sadar dan tak sadar. Tujuan utama dari prinsip kenyataan ini adalah untuk menunda pemuasan nafsu diri atau dengan kata lain prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Ego bekerja dibawah energi id. Ego menjalankan prinsipnya ketika id yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Ego terperangkap di antara dua energi yang bertentangan, yakni id dan

14 14 superego. Ego berusaha patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realitas (Minderop, 2010:21). Sebagai contoh, bila seorang anak diberi uang untuk membeli buku di toko buku oleh ayahnya. Setelah membeli buku ternyata uang tadi tersisa banyak. Id dalam dirinya selalu mendorong untuk memuaskan kesenangan dengan memakai uang sisa tadi untuk jajan. Namun ia dihalangi oleh realitas bahwa sang ayah akan marah bila ia memakai dan menghabiskan uangnya tanpa meminta dahulu, inilah yang disebut ego. c. Das Uber Ich atau Superego Das uber ich atau superego merupakan aspek kepribadian yang mengacu pada konsep abstrak mengenai baik dan buruk atau prinsip idealistik. Tujuan superego adalah untuk menjauhkan diri dari prinsip kenyataan atau kepuasan dan menuju ke arah kesempurnaan. Sebagian superego terletak di alam sadar dan sebagian lainnya berada di alam tak sadar. Superego mengabaikan kenyataan namun fungsinya bertentangan dengan id. Jika id berprinsip pada kepuasan diri maka superego berprinsip pada kesempurnaan diri. Superego menghambat impuls dari id sehingga superego tidak hadir dalam bentuk tingkah laku melainkan moral. Moral yang mengatur dan mengawasi ego, tentang baik dan buruk dalam bertingkah laku. Ego yang berada diantara alam sadar dan tidak sadar bertugas memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran,penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan dalam sebuah pilihan (Minderop, 2010:22). Kehendak id dan superego sebenarnya diketahui

15 15 oleh ego. Ego menjadi media pengatur besarnya energi yang keluar dari id dan superego individu. 1.8 Metode Penelitian Penelitian menggunakan data kualitatif deskriptif karena bertujuan untuk memberi gambaran tentang keadaan psikologis tokoh utama. Data yang digunakan merupakan data verbal dan visual yang berupa teks dan gambar. Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian ini bersifat deskiptif karena penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi psikologis tokoh antagonis, yaitu Tatsuo. Selain itu, data dalam penelitian ini merupakan data verbal dan visual yang berupa teks dan gambar Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah film berjudulmy way. Film berbahasa Korea berdurasi 143 menit yang dirilis pada tahun Pengumpulan data dilakukan dengan cara menonton film tersebut dengan cermat lalu menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang digunakan. 2) Studi pustaka dengan mengumpulkan informasi sesuai dengan masalah penelitian sebanyak-banyaknya dari perpustakaan. Sumber-sumber

16 16 kepustakaan diperoleh dari buku dan beberapa hasil penelitian sebelumnya (skripsi). Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk membantu mencari jawaban atas masalah penelitian dengan mengambil informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi yang terbaik dan dapat melengkapi informasi dari sumber lain, serta dapat membantu menentukan batasan-batasan dalam mengerjakan penelitian ini. 3) Penelusuran internet guna mencari data sekunder untuk melengkapi data utama Metode Analisis Data 1) Mengamati dan menentukan bagian film My way yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian dengan berpedoman pada teori psikoanalisis Sigmund Freud. 2) Menganalisis tokoh dan penokohan menggunakan teori stukturalisme, baik tokoh utama maupun tokoh bawahan. 3) Menganalisis kepribadian tokoh antagonis Tatsuo sebelum terjadi perubahan kepribadian hingga terjadi perubahan kepribadian, konflik-konflik yang terjadi dengan Kim jun-shik, dan faktor yang menyebabkan perubahan sikap Tatsuo kepada Kim jun-shik akibat berbagai konflik yang dialami. 4) Menyusun laporan penelitian.

17 Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang tediri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan analisis struktural mengenai tokoh dan penokohan yang dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh bawahan sebagai tokoh yang membantu menganalisis penokohan tokoh utama antagonis melalui konflik dan interaksi yang tercipta dalam film My way. Bab III merupakan analisis tokoh dengan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Analisis ini akan membahas tentang kepribadian tokoh Tatsuo yang meliputi id, ego, dan superego serta dinamika antara id, ego, dan superego. Selain itu, analisis juga dilakukan untuk mengetahui konflik-konflik yang dialami tokoh Tatsuo dengan Kim jun-shik, dan konflik dalam dirinya sendiri. Bab IV merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, setiap manusia diberkahi keahlian untuk menciptakan dan merasakan keindahan. Perasaan untuk dapat menikmati keindahan itu mendorong manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Semi (via Endraswara, 2008:7), karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sastra merupakan hasil dari perwujudan pemikiran manusia tentang sesuatu yang dilihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden Flower Berdasarkan Pendekatan Struktural. Film yang akan penulis analisis diadaptasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat sosial tidak bisa dilepaskan dari sastra. Karena dalam kehidupan tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan BAB II KAJIAN TEORI A. Psikologi dan Sastra Manusia dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran tingkah laku yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1 Definisi Novel Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Novi Dwi Setianis Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya yang dapat menghibur sekaligus dapat memberikan pelajaran hidup kepada para penikmatnya. Hal tersebut dikarenakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa latin, yakni littera yang berarti tulisan. Demikian pula dalam bahasa indonesia, kata sastra diambil dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Penokohan a. Pengertian Penokohan Aminuddin (2010: 79) menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini, sastra

Lebih terperinci

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ahmad Hamid Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra pada masa sekarang sangatlah pesat. Hal ini terbukti dari banyak karya sastra yang muncul. Semakin maraknya karya sastra pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci