TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RPJMD Kota Semarang Tahun yang telah disusun merupakan dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kota Semarang dan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder di Kota Semarang dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu Dalam RPJMD tersebut dimuat visi Kota Semarang yaitu TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA, yang salah satu misinya adalah Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan. Misi ini mengandung arti bahwa pembangunan diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata ruang dan pembangunan infrastruktur wilayah secara efektif dan efiseksi n dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa strategi dan arah kebijakan pembangunan dalam mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang, antara lain : 1. Pengembangan manajemen pengelolaan sampah, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada : - Peningkatan pengelolaan sampah di TPA yang berkelanjutan; - Pemenuhan sarana prasarana persampahan; - Fasilitasi pengembangan kerjasama pengelolaan TPA bersama antara daerah. - Pengurangan volume sampah yang masuk TPA Jatibarang. - Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. 2. Pengendalian jumlah ruang terbuka hijau di publik area dan private area, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada : - Penyusunan pranata kebijakan RTH secara konsisten; - Perwujudan gerakan Green City dan one man one tree ; - Peningkatan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas RTH; - Pengembangan hutan dan taman kota 1

2 3. Pembangunan Wajah Kota, dengan kebijakan pembangunan diarahkan pada - Peningkatan estetika kota kawasan Simapala dan Peterongan, Tawang, Siliwangi; - Penandaan batas kota; - Pengembangan Jalur Bunga ; - Pembangunan Urban Renewal ; - Pembangunan dan revitalisasi taman kota. Mendasarkan pada hal tersebut, posisi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang merupakan sumber daya yang sangat potensial dan diharapkan mampu memberikan kontribusi secara signifikan bagi terwujudnya visi dan misi tersebut. Sebagai langkah awal penyelenggaran kebijakan tersebut perlu adanya perencanaan secara makro dan teknis yang berkaitan dengan program-program dan kegiatan instansi sebagai acuan dan landasan dalam menentukan langkahlangkah operasional. Atas pertimbangan tersebut maka Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai bagian dari satuan kerja Pemerintah Kota Semarang menyusun Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Tahun adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program dan kegiatan Dinas yang menjabarkan potret dan rencana pembangunan yang memuat kondisi internal baik yang berupa kekuatan maupun kelemahan serta kondisi eksternal baik yang berupa hambatan maupun tantangan yang dijabarkan dalam program-program strategis yang menyangkut core business yang akan dilaksanakan selama 5 tahun yang akan datang tahun 2010 sampai dengan tahun B. MAKSUD DAN TUJUAN Sebagai suatu dokumen perencanaan, Renstra Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Tahun dimaksudkan memberikan arah sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan khususnya dibidang tata ruang dan perumahan di Kota Semarang secara berkesinambungan. Sedangkan tujuan dari penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun adalah : 1. Menetapkan Visi dan Misi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Periode yang memuat Gambaran Umum, Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan, Analisis Isu-isu Strategis, Strategi dan Arah Kebijakan, Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan, dan Penetapan Indikator Kinerja Dinas. 2

3 2. Memberikan landasan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah (Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) khususnya dibidang pertamanan dan kebersihandalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah secara berkesinambungan dan berkelanjutan; 3. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah khususnya dibidang pertamanan dan kebersihan. 4. Memberikan dasar dalam penyusunan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pertamanan dan kebersihan. 5. Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kinerja ( RASK). 6. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 7. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi Kinerja Instansi. 3

4 C. LANDASAN HUKUM Penyusunan Renstra SKPD Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang tahun berdasarkan pada berbagai aturan perundang-undangan yang terkait antara lain : 1. Undang-undang Nomor. 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara. 2. Undang-undang Nomor. 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-undang Nomor. 15 Tahun 2004, tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara. 4. Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 5. Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. 6. Undang-undang Nomor. 33 Tahun 2004, tentang Pembagian Keuangan antara Pusat dan Daerah. 7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor. 3 Tahun2005, tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. 8. Surat Edaran Bersama Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No / M.PPN / 2005 dan 050 / 166 / SJ tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musyawarah. 9. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 050 / 2020 / SJ tg RPJM Daerah. 10. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008, tentang organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang 11. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD ) Kota Semarang tahun Peraturan Daerah Kota Semarang No. Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM ) Kota Semarang Tahun Perubahan Peraturan Walikota Semarang No. 15 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun

5 D. HUBUNGAN RENSTRA SKPD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Alur Perencanaan dan Penganggaran Rencana Strategis (Renstra) SKPD mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Sedangkan Renstra SKPD dibuat untuk pedoman pembuatan Rencana Kerja (Renja). Rencana Kerja (Renja) SKPD digunakan sebagai dasar pembuatan Rencana Kebijakan Anggaran (RKA) SKPD, dan Rencana Kebijakan Anggaran (RKA) digunakan sebagai dasar pembuatan RAPBD yang kemudian menjadi APBD. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang merupakan Program Kerja Tahunan Dinas yang penjabarannya tidak boleh lepas dari Renstra SKPD Dinas. Sedangkan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) merupakan dokumen operasional tahunan yang penjabarannya tidak boleh menyimpang dari Renstra SKPD Dinas. 5

6 E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematikapenyusunan Renstra SKPD Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang tahun sebagai berikut : Bab. I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Landasan Hukum D. Hubungan Renstra SKPD dengan Dokumen Perencanaan lainnya E. Sistematika Penulisan. Bab. II. GAMBARAN UMUM DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN A. Tugas dan Fungsi B. Struktur Organisasi C. Jenis Pelayanan D. Susunan Kepegawaian E. Sarana dan Prasarana Bab. III. ISU STRATEGIS A. Capaian Kinerja Pelayanan B. Kondisi yang diinginkan dan proyeksi ke depan Bab. IV. VISI, MISI, TUJUAN STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN. A. Visi dan Misi B. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kijakan Bab. V. PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program dan Kegiatan B. Matrik Program dan Kegiatan Indikatif Bab. VI. INDIKATOR KINERJA Bab VII. PENUTUP LAMPIRAN 6

7 BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN A. ORGANISASI KELEMBAGAAN Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah salah satu kelembagaan SKPD di Kota Semarang yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang yang didalamnya mengatur tentang : 1. Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang terdiri dari : a. Kepala Dinas b. Sekretariat, terdiri dari : 1) Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian 2) Sub. Bag. Keuangan 3) Sub. Bag. Perencanaan dan Evaluasi c. Bidang Pertamanan 1) Seksi Penataan Taman 2) Seksi Penghijauan dan Pemeliharaan Turus Jalan 3) Seksi Dekorasi Kota d. Bidang Sarana Prasarana 1) Seksi Peralatan 2) Seksi Bangunan 3) Seksi Perbekalan e. Bidang Pengembangan Potensi dan Kemitraan 1) Seksi Pengembangan Potensi 2) Seksi Kemitraan 3) Seksi Retribusi f. Bidang Operasional 1) Seksi Pengolahaan Limbah 2) Seksi Penyapuan dan Pengangkutan 3) Seksi Pengawasan dan Pengendalian g. UPTD Kebun Bibit h. UPTD Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) i. UPTD Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) j. UPTD Perbengkelan k. UPTD Wilayah I l. UPTD Wilayah II m. UPTD Wilayah III 7

8 n. UPTD Wilayah IV o. UPTD Wilayah V p. UPTD Wilayah VI q. UPTD Wilayah VII r. UPTD Wilayah VIII 2. Tugas dan Fungsi Dengan berpedoman pada Perda No. 12 Tahun Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mana Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Semarang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris daerah Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan daerah di bidang Kebersihan dan Pertamanan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta berdasarkan Perda No.12 Tahun 2008 mempunyai Fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang sarana dan prasarana, operasional, pengembangan potensi dan kemitraan, serta Pertamanan b. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum dibidang sarana dan prasarana, operasional, pengembangan potensidan kemitraan, serta pertamanan c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sarana dan prasarana, oprasional, pengembangan potensi dan kemitraan serta pertamanan d. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya B. Susunan Kepegawaian. Sumber daya manusia menjadi kunci kelangsungan aktivitas kerja organisasi, karena organisasi itu sendiri pada hakekatnya adalah kerja sama antar manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu mekanisme dan sistem yang ada dalam organisasi akan bermuara pada 1 (satu) sumber, yaitu Manusia. Memang sulit untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi publik. Namun beberapa standar umum yang dapat digunakan dalam penulisan ini antara lain jumlah pegawai, tingkat Pendidikan dan Kepangkatan. Dilihat dari perspektif Sumber Daya Manusia sebagai pendukung pelaksanaan tugas, maka dapat dikatakan bahwa Dinas Kebersihan dan Pertamanan memiliki Sumber Daya Manusia yang potensial karena jumlahnya yang cukup besar yaitu sebanyak 277 orang, yang dapat diinformasikan berdasarkan jenis kepegawaian, kepangkatan, latar belakang pendidikan, jenis kelamin dan berdasarkan tugas jabatan struktural sebagai berikut : 8

9 II. JUMLAH KARYAWAN 2.1. Jumlah tenaga kerja berdasarkan status / jenis kepegawaian a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) = 229 orang b. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) = 35 orang c. Tenaga Pegawai Harian Lepas (TPHL) = 12 orang Jumlah = 276 orang 2.2. Jumlah tenaga PNS berdasarkan pangkat / gol a. Golongan IV = 5 orang b. Golongan III = 68 orang c. Golongan II = 140 orang d. Golongan I = 43 orang Jumlah = 263 orang 2.3. Jumlah tenaga berdasarkan pendidikan a. S 2 = 11 orang b. S 1 = 43 orang c. D 3 = 10 orang d. SLTA/STM = 114 orang e. SLTP = 46 orang f. SD = 53 orang Jumlah = 277 orang 2.4. Tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin a. Laki-laki = 253 orang b. Perempuan = 24 orang Jumlah = 277 orang 2.5. Jumlah tenaga kerja berdasarkan tugas jabatan a. Kepala Dinas = 1 orang b. Sekretaris = 1 orang c. Kepala Bidang = 4 orang c. Kepala Seksi dan Ka. Sub Bagian = 26 orang d. Kepala UPTD = 12 orang e. Staf = 233 orang Jumlah = 275 orang 9

10 C. Sarana dan Prasarana Sarana Prasarana yang mendukung Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang sebagai berikut : No. Jenis Peralatan Jumlah Keterangan Truck hidrolik/arm Roll Dump Truck Sampah Becak./ Gerobak sampah Kontainer Road Sweeper Truck Tinja Crane Trailler urinoir Landasan Kontainer / TPS Back hoe Showel loaader Wheel loader Track dozer Buldoser ANX Truck Compactor * untuk becak dan gerobak dari tahun 2007 sudah dibagikan ke warga 4.5 Tempat Penampungan Sementara No. TPS Jumlah Keterangan Kontainer Bak Depo 376 buah 45 buah 136 buah 10

11 1. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI / KELEMBAGAAN 1.1 Organisasi / Kelembagaan Organisasi dan manajemen pengelolaan sampah merupakan faktor untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dari sistem pengelolaan sampah. Organisasi dan menejemen juga mempunyai peranan pokok dalam menggerakan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi pola organisasi, personalia serta manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) untuk jenjang strategis, taktis maupun operasional. Dalam aspek kelembagaan ini hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk organisasi (formal maupun non formal), serta meliputi perencanaan, pelaksanaan\, pengendalian, penempatan tenaga kerja, pola organisasi, yang meliputi pola organisasi Pemerintahan, peraturan pelaksanaan, pedoman tingkat kemampuan personil, beban lingkup kerja dan pola organisasi kemasyarakatan. Organisasi pengelola kebersihan di Kota Semarang adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Semarang No. 12 tahun 2008 tentang pembentukan dan tata kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang yang mempunyai fungsi dan tugas membantu Walikota Semarang dalam menyelenggarakan urusan rumah tangga di bidang kebersihan dan Pertamanan. 2. ASPEK HUKUM / PENGATURAN Aspek pengelolaan persampahan sangat ditentukan oleh dukungan peraturan yang meliputi pembentukan institusi pengelola, penetapan / pengaturan kebersihan termasuk didalamnya penetapan retribusi. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Kota Semarang baik dalam bentuk Peraturan Daerah maupun Keputusan Walikota Semarang, yaitu : 1. Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang No. 6 Th 1993 tentang Kebersihan dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. 2. Surat Keputusan Walikota Semarang No. 602/274 tanggal 1 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang No. 6 Th tentang Kebersihan di dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. 3. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 5 Th tentang Retribusi Penyedotan Kakus. 4. Peraturan Daerah Kota Semarang No. 12 Th tentang Pembentukan dan Tata Kerja pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang. 5. Surat Keputusan Walikota Semarang No /201 tahun 2001 tentang Pengalihan Sebagian Tugas Dinas kebersihan dan pertamanankota Semarang kepada Kecamatan di Kota Semarang 11

12 3. ASPEK PEMBIAYAAN Pengelolaan sampah membutuhkan dana untuk biaya operasi dan biaya pemeliharaan juga untuk keperluan perluasan daerah pelayanan sumber dana untuk pembiayaan tersebut berasal dari 1. APBN 2. APBD Propinsi 3. APBD Kota 4. Pinjaman Luar Negeri 5. Retribusi Kebersihan dan Retribusi Penyedotan Kakus Retribusi kebersihan diatur dalam Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang No. 6 Th dan petunjuk pelaksanaannya yang pemungutannya dilakukan oleh : 1. Dinas kebersihan dan pertamananmemungut retribusi kebersihan niaga 2. Dinas Pengelola Pasar menarik retribusi kebersihan di lingkungan Pasar. 3. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Semarang untuk memungut retribusi kebersihan rumah tangga, kantor, toko dan lain-lain bagi mereka yang berlangganan air bersih pada PDAM Kota Semarang. 4. Kelurahan memungut retribusi sampah rumah tangga, toko, PKL, kantor dan lainlain yang belum berlangganan air pada PDAM. Secara rinci tentang retribusi tertuang dalam Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang Nomor : 6 Tahun 1993 dan surat Keputusan Walikota Semarang No. 602/274 tanggal 1 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 6 Tahun PENGELOLAAN RETRIBUSI KEBERSIHAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SEMARANG Retribusi Kebersihan Retribusi kebersihan adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang kepada masyarakat atas jasa penyelenggaraan pelayanan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dan yang membuang langsung di TPA. Dasar Pemungutan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. Keputusan Walikota Semarang No /274 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 6 Tahun 1993 Tentang Kebersihan dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. 12

13 Obyek Retribusi Kebersihan Pemberian pelayanan kebersihan yang meliputi : Pengambilan dan pengangkutan sampah rumah tangga dan niaga dari TPS ke TPA Pemusnahan / Pemanfaatan sampah di TPA Penyediaan lokasi TPS dan TPA. Subyek Retribusi Kebersihan Subyek Retribusi kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan dan memanfaatkan/menikmati pelayanan kebersihan. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Kebersihan Struktur tarif retribusi kebersihan digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, volume sampah yang dihasilkan, lebar jalan dan peruntukan penggunaan persil. Adapun tarif retribusi kebersihan tersebut adalah sebagai berikut : NO PERSIL KELAS JALAN RETRIBUSI PER BULAN 1. Rumah tangga Gol. I Terletak dijalan dengan lebar 10 m Rp ,00/bln keatas 2. Rumah tangga Gol. II Teletak dijalan dengan lebar jalan 8 m kurang dari 10 m Rp ,00/bln Terletak dijalan dengan lebar jalan 6 m 3. Rumah tangga Gol. III sampai kurang dari 8 m Rp ,00/bln Terletak dijalan dengan lebar jalan 4 m 4. Rumah tangga Gol. IV sampai kurang dari 6 m Rp ,00/bln Terletak dijalan dengan lebar jalan kurang dari 4 m 5. Rumah tangga Gol V Terletak dijalan dengan lebar jalan 10 m Rp ,00/bln keatas 6. Niaga Golongan I Terletak dijalan dengan lebar jalan 8 m Rp ,00/bln kurang dari 10 m 7. Niaga Golongan II Terletak dijalan dengan lebar jalan 6 m sampai kurang dari 8 m Rp ,00/bln 13

14 Terletak dijalan dengan lebar jalan 4 m 8. Niaga Golongan III sampai kurang dari 6 m Rp ,00/bln Terletak dijalan dengan lebar kurang 4 m. 9. Niaga Golongan IV Rp ,00/bln 10. Niaga Golongan V Rp ,00/bln 11. Sosial Rp ,00/bln 12. Umum Pasar - Kios / Vak - Los/Dasaran terbuka Membuang langsung Ke TPA Jatibarang Rp. Rp. 150,00/hari 100,00/hari 13. Rp ,00/m3 Peran serta Masyarakat Dalam Retribusi Sektor Rumah Tangga sebagai penghasil sampah utama dituntut partisipasinya dalam pembiayaan pengelolaan sampah, berupa : Retribusi kebersihan melalui rekening PDAM. Membayar iuran pengangkutan sampah dari sumber sampah (persil masingmasing) ke TPS yang dikelola RT,RW maupun Kelurahan. Membayar iuran penyapu jalan yang dikelola oleh KSM (bagi persil yang menghadap jalan protokol). 14

15 TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN RETRIBUSI YANG DIKELOLA OLEH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SEMARANG DAPAT DI LIHAT PADA TABEL DI BAWAH INI : No Tahun Target Realisasi Prosentase + / - Rp ,27 % 2, ,06 % 1, ,14 % 1, ,06 % 1, ,92 % 1, ,04% 0,04 4. ASPEK TEHNIK OPERASIONAL Aspek tehnis operasional dalam sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan volume sampah yang diangkut / dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir. Kegiatan operasional persampahan tergantung pada pola pola operasional yang digunakan (cara penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir) serta kapasitas peralatannya. Sistem Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan sampah yang dilaksaankan di Kota Semarang dibedakan menurut sumber sampah yaitu sebagai berikut : Sampah Pemukiman Untuk menangani sampah kampung / pemukiman, bekerjasama dengan lembaga Kelurahan (LKMD / RW / RT) petugaas kebersihan Kel. LKMD/RW/RT mengambil sampah dari rumah ke rumah dengan menggunakan becak/ gerobak sampah yang Selanjutnya diangkut dan dibuang ke TPS (Tempat penampungan sementara), selanjutnya dari TPS diangkut dan dibuang ke TPA oleh Kecamatan. Sampah Pasar Penanganan sampah pasar yang meliputi panyapuan / kebersihan dilingkungan pasar s/d tempat penampungan sementara menjadi tanggung jawab Dinas Pengelola Pasar. Sampah dari TPS diangkut dan dibuang ke TPA dengan menggunakan truck dari Dinas kebersihan dan pertamanan/ Kecamatan. 15

16 Sampah Jalan Penanganan sampah disepanjang jalan protokol khusunya penyapuan dan pengumpulan dilaksanakan pihak KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang dikoordinir oleh Kepala Kelurahan setempat, sampah hasil sapuan yang telah dikumpulkan disepanjang jalan protokol diangkut oleh Pihak Ketiga / Swasta dengan menggunkan truck dan langsung dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan untuk jalan yang tidak dikerjasamakan dengan pihak swasta pengangkutannya dilaksanakan oleh Kecamatan. Produksi Timbulan Sampah/Komposisi Sampah Guna mengetahui besarnya produksi / timbulan sampah kota, maka terlebih dahulu perlu ditinjau sumber penghasil sampah yang ada di Kota Semarang Produksi / timbulan sampah di Kota Semarang tahun 2009 No. Sumber Jumlah Timbunan perhari Prosentase 1. Pemukiman / Rumah Tangga M3 75,71 % 2. Pasar 7400 M3 13,57 % 3. Komersial (Pertokoan, restoran, hotel) 200 M3 2,29 % 4. Fasilitas Umum 110 M3 2,00 % 5. Sapuan Jalan 130 M3 2,00 % 6. Kawasan Industri (Non B.3) 310 M3 3,57 % 7. Saluran 60 M3 0,86 % J u m l a h M3 100,00 % 4.3. Komposisi Sampah di Kota Semarang tahun 2009 No. Komposisi Prosentase Organik Non Organik : 61,95 % a. Kertas b. Kaca c. Plastik d. Logam e. Kain f. Karet g. Lain-lain 12,26 % 1,72 % 13,39 % 1,80 % 1,55 % 0,50 % 6,83 % J u m l a h 100,00 % 16

17 4.4 Jenis Peralatan Pengangkutan No. Jenis Peralatan Jumlah Keterangan 1. Truck hidrolik/arm Roll Dump Truck Sampah Becak./ Gerobak sampah Kontainer Road Sweeper 2 6. Truck Tinja 2 7. Crane 4 8. Trailler urinoir 2 9. Landasan Kontainer / TPS Back hoe Showel loaader Wheel loader Track dozer Buldoser ANX 1 * untuk becak dan gerobak dari tahun 2007 sudah dibagikan ke warga 4.5 Tempat Penampungan Sementara No. TPS Jumlah Keterangan 1. Kontainer 376 buah 2. Bak 45 buah 3. Depo 136 buah Berdasarkan SK Walikota No /20001 Tanggal 26 April tentang Penyerahan sebagian tugas Dinas kebersihan dan pertamanankepada Kecamatan se Kota Semarang, maka sebagian peralatan pengangkutan tersebut diatas diserahkan kepada Kecamatan antara lain : 1. Truck Hidrolic (Arm Roll) 2. Dump Truck Sampah 3. Becak / Gerobak Sampah 4. Kontainer 17

18 4.6 Daerah Pelayanan Kebersihan Pelayanan kebersihan meliputi seluruh wilayah Kota Semarang yang dibedakan / diklasifikasikan menjadi : Pemukiman a. Kecamatan Semarang Tengah - Kelurahan Miroto - Kelurahan Bangunharjo - Kelurahan Brumbungan - Kelurahan Kauman - Kelurahan Jagalan - Kelurahan Purwodinatan - Kelurahan Kranggan - Kelurahan Karang Kidul - Kelurahan Gabahan - Kelurahan Pekunden - Kelurahan Kembang Sari - Kelurahan Pendrikan Kidul - Kelurahan Sekayu - Kelurahan Pendrikan Lor - Kelurahan Pandansari b. Kecamatan Semarang Utara - Kelurahan Bandarharjo - Kelurahan Panggung Lor - Kelurahan Bulu Lor - Kelurahan Pangung Kidul - Kelurahan Tanjung Mas - Kelurahan Plombokan - Kelurahan Purwosari - Kelurahan Dadapsari c. Kecamatan Semarang Timur - Kelurahan Kemijen - Kelurahan Sarirejo - Kelurahan Rejomulyo - Kelurahan Rejosari - Kelurahan Mlatibaru - Kelurahan Mlatiharjo - Kelurahan Kebon Agung - Kelurahan Karangturi - Kelurahan Bugangan - Kelurahan Karang tempel d. Kecamatan Gayamsari - Kelurahan Tambakrejo - Kelurahan Kaligawe - Kelurahan Pandean Lamper - Kelurahan Gayamsari 18

19 e. Kecamatan Genuk - Kelurahan Genuksari - Kelurahan Bangetayu - Kelurahan Banjardowo - Kelurahan Terboyo Kulon - Kelurahan Gebangsari - Kelurahan Trimulyo f. Kecamatan Pedurungan - Keluraahn Penggaron Kidul - Kelurahan Pedurungan Tengah - Kelurahan Tlogosari kulon - Kelurahan Palebon - Kelurahan Plamongansari - Kelurahan Kalicari - Kelurahan Gemah - Kelurahan Pedurungan Kidul - Kelurahan Pedurungan Lor g. Kecamatan Semarang Selatan - Kelurahan Randusari - Kelurahan Wonodri - Kelurahan Bulustalan - Kelurahan Peterongan - Kelurahan Barusari - Kelurahan Lemper Lor - Kelurahan Mugasari - Kelurahan Lemper Kidul - Kelurahan Pleburan - Kelurahan Lemper Tengah h. Kecamatan Ngaliyan - Kelurahan Beringin - Kelurahan Purwoyoso - Kelurahan Ngaliyan - Kelurahan Tambakaji - Kelurahan Wonosari - Kelurahan Wates i. Kecamtan Candisari - Kelurahan Candi - Kelurahan Karanganyar Gunung - Kelurahan Jatingaleh - Kelurahan Tegalsari - Kelurahan Kaliwiru - Kelurahan Wonotingal - Kelurahan Jomblang j. Kecamtan Gajahmungkur - Kelurahan Karangrejo - Kelurahan Gajahmungkur - Kelurahan Bendan Duwur - Kelurahan Lempongsari - Kelurahan Bendan Ngisor - Kelurahan Petompon - Kelurahan Sampangan - Keluraahn Bendungan 19

20 k. Kecamatan Tembalang - Kelurahan Meteseh - Kelurahan Tandang - Kelurahan Mangunharjo - Kelurahan Kedungmundu - Kelurahan Tembalang - Kelurahan Sendangguwo - Kelurahan Jangli - Kelurahan Sendangmulyo - Kelurahan Sambiroto l. Kencamatan Banyumanik - Kelurahan Banyumanik - Kelurahan Srondol Kulon - Kelurahan Srondol Wetan - Kelurahan Ngesrep - Kelurahan Tinjomoyo - Kelurahan Padangsari - Kelurahan Sumurboto m. Kecamatan Semarang barat - Kelurahan Ngemplak Simongan - Kelurahan Bojong Salaman - Kelurahan Manyaran - Kelurahan Salaman mloyo - Kelurahan Krapyak - Kelurahan Cabean - Kelurahan Tambakharjo - Kelurahan Karangayu - Kelurahan Kalibanteng Kulon - Kelurahan Krobokan - Kelurahan Kalibanteng Kidul - Kelurahan Tawangsari - Kelurahan Gisikdrono - Kelurahan Tawangmas - Kelurahan Bongsari - Kelurahan Kembangarum n. Kecamatan Tugu - Kelurahan Jrakah - Kelurahan Tugurejo - Kelurahan Mangunharjo Daerah Komersial / Niaga a. Seluruh pasar yang ada dan daerah / lokasi pedagang kaki lima telah ditangani kebersihan b. Pertokoan, pusat perbelanjaan hotel, losmen dan restoran / warung makan didaerah pertokoan juga telah dilayani dengan baik. 20

21 Perkantoran dan fasilitas Umum Pelayanan kebersihan di perkantoran dan fasilitas umum, khusunya di pusat kota telah ditangani Industri Sebagian daerah sentra industri telah dilayani Dinas kebersihan dan pertamanandan sebagian ada industri yang membuang sampahnya langsung ke TPA Jatibarang Jalan Pelayanan kebersihan khusunya penyapuan di jalan protokol, kolektor dan sebagian jalan lokal sebagian telah ditangani oleh Kelurahan dan Kelompok swadaya masyarakat. Adapun untuk pengangkutan ditanganioleh pihak ke III atau Swasta dan Kecamatan. Lokasi Penyapuan dan pengangkutan sampah jalan protokol dan pasar yang dilaksanakan oleh pihak III / rekanan. Paket I Jl. MT. Haryono (termasuk Pasar Kp.Yusup) Jl. Dr. Cipto Jl. Kompol Maksum Paket 2 Jl. Siliwangi Jl. Puad A. Yani Jl. Jendral Sudirman Jl. Soegiyoparanoto Jl. Indraprasta Paket 3 Jl. Pahlawan Simpang Lima Jl. Pandanaran Jl. Gajahmada Jl. Thamrin Paket 4 Jl. Pemuda s/d Jembatan Berok Jl. Imam Bonjol s/d Jembatan berok Jl. Dr.Sutomo & Bundaran Tugumuda 21

22 Paket 5 Jl. Abdul Rahman Saleh Jl. Pamularsih Jl. Simongan (Taman Dpn Gedungbatu) Jl. Kaligarang Jl. Kelud s.d. Auditorium Unnes Paket 6 Jl. DI. Panjaitan Jl. Mayjend. Sutoyo Jl. Kartini & Jembatan Kartini Jl. KH. Ahmad Dahlan Jl. Ki Mangunsarkoro Paket 7 Jl. Setiabudi Jl. Ngesrep Timur Raya s/d Kecamatan Paket 8 Jl.Arteri Sukarno Hatta Jl. Citarum Jl. Gajah Paket 9 Jl. Tawang Jl. KH.Agus Salim Jl. Letjend. Suprapto Jl. Widoharjo Jl. Pengapon Jl. Raden patah Paket 10 Jl. A. Yani Jl. Brigjen Katamso Jl. Brigjen Sudiarto Paket 11 Jl. Diponegoro dan Jl. TamanDiponegoro Jl. Sisingamangaraja Jl. Dr. Wahidin Paket 12 Jl. Veteran Jl. Mataram Jl. Tentara Pelajar Jl. Sriwijaya 22

23 Paket 13 Jl. S. Parman s/d Sultan Agung Jl. Teuku Umar Paket 14 TPS Perumnas Tlogosari & Grahamukti Jl. Supriyadi Pasar 1 Ps. Damar Ps. Sisingamangaraja Ps. Jatingaleh Ps. Kagok Ps. Randusari Ps. Bulu Ps. Kembang Ps. Banyumanik Pasar 2 Ps. Peterongan Ps. Kedungmundu Ps. Pedurungan Ps. Gayamsari Ps. Langgar Indah Ps. Mrican Pasar 3 Ps. Jerakah Ps. Rejomulyo Ps. Karangayu Ps. Surtikanti Ps. Mijen Ps. Sampangan Ps. Mangkang Pasar 4 Ps. Johar 23

24 KEBIJAKAN TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG Kota Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan Propinsi Jawa Tengah. Dengan berbagai potensi yang dimiliki Kota Semarang maka diharapkan mampu mendukung pertumbuhan wilayah. Kota Semarang yang merupakan simpul pergerakan bagi wilayah kota kota di Jawa Tengah bagian selatan khususnya disekitar kawasan Joglosemar. Adanya jalur arteri primer antar propinsi di bagian utara yang melalui Kota Semarang merupakan potensi yang dapat mendukung pertumbuhan Kota Semarang. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau menurut kecenderungan pengembangan wilayah Struktur tata ruang kota merupakan sinergi dari berbagai perpaduan fungsi dan aktifitas perkotaan yang dipergunakan untuk mewadahi aktifitas masyarakat dan membentuk suatu pola ruang. Aspek ruang terbuka hijau sangat didominasi oleh kegiatan yang bersifat kekotaan, yaitu: fungsi kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa komersial, industri, pendidikan, perkantoran dan pelayanan umum serta social dengan unsur sarana perhubungan dan prasarana jalan sebagai faktor utama pendukung katalisator, sehingga fungsi dan aktifitas tersebut mampu membentuk suatu pola keruangan penghijauan. Kondisi struktur ruang terbuka hijau kota semarang membentuk suatu konsep pola penghijauan mengikuti arah pengembangan wilayah kota, yang memiliki banyak pusat kegiatan yang bersifat menyebar dan mengikuti pola radial konsentris. Perkembangan struktur tata ruang Kota Semarang mengikuti pola jaringan jalan yang bersifat linear, yaitu ke arah barat ( Kecamatan Tugu ), ke arah timur (Kecamatan Genuk), ke arah selatan ( Kecamatan Banyumanik ) dan ke arah timur tenggara ( Kecamatan Pedurungan ), sedikit banyak mempengaruhi ruang terbuka hijau yang mengikuti pola ini. Sedangkan ruang terbuka hijau yang terdapat pada pusat-pusat aktifitas yang berkembang dan mempengaruhi struktur Kota Semarang adalah banyak terdapat pada pusat aktifitas yang berada di Kecamatan Tugu, Genuk, Pedurungan, Tembalang, Banyumanik, Mijen, Gunungpati, serta di pusat Kota Semarang itu sendiri. Pola perkembangan ini terus berkembang menuju ke wilayah-wilayah pinggiran/hinterland. Kecenderungan perkembangan ruang terbuka hijau kota semarang berdasarkan arah perkembangan kota, dapat dibedakan atas arah dan sifat perkembangannya, sebagai berikut : 1. Pengembangan ruang terbuka hijau pada wilayah pengembangan I a. Meliputi wilayah di Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Barat, Semarang Utara, Candisari dan Gajahmungkur. b. Karakteristik penataan ruang terbuka hijau bersifat kekotaan/urban yang meliputi perkantoran, perdagangan, komersial, pelabuhan dan industri, perumahan dan 24

25 lingkungan dengan kepadatan tinggi, konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah serta revitalisasi daerah yang kurang berkembang. 2. Pengembangan ruang terbuka hijau pada wilayah pengembangan II a. Meliputi wilayah Kecamatan Tugu, Ngaliyan dan sebagian Wilayah Genuk. b. Karakteristik penataan ruang terbuka hijau sangat terpengaruh pada fungsi wilayah yang berperan sebagai: Penghijauan pada wilayah Kecamatan Tugu berfungsi sebagai pengembangan penghijauan untuk wilayah industri, perikanan pantai, pertambakan dan sebagaian perumahan permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang. Penghijauan pada wilayah Kecamatan Genuk memiliki karakteristik penghijauan pada kawasan sub urban dengan fungsi pengembangan penghijauan pada wilayah industri dan perumahan permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang. Penghijauan wilayah Kecamatan Ngaliyan, berfungsi sebagai pengembangan penghijauan pada wilayah industri, pendidikan serta pengembangan sarana dan prasarana perkotaan 3. Pengembangan ruang terbuka hijau pada wilayah pengembangan III a. meliputi sebagian wilayah Kecamatan Genuk, Gayamsari, Pedurungan dan perluasan Kecamatan Semarang Selatan. b. karakteristik penataan ruang terbuka hijau kawasan dikembangkan mengikuti fungsi kawasan pada area sub urban dengan fungsi penghijauan kawasan pada wilayah perumahan dan permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang, pengembangan fungsi jasa, kesehatan, pendidikan dan wisata. 4. Pengembangan ruang terbuka hijau pada wilayah pengembangan IV a. meliputi Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen dan sebagian Wilayah Kecamatan Tugu. b. karakteristik penataan ruang terbuka hijau yang terdapat pada kawasan tersebut memiliki sifat penghijauan sub urban dengan fungsi pengembangan penghijauan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat agraris serta pengembangan penghijauan pada perumahan dan permukiman dengan lingkungan kepadatan rendah sampai sedang. Pengembangan Ruang terbuka hijau menurut pengembangan struktur ruang kota 1. Pengembangan ruang terbuka hijau pada komponen utama kegiatan kota a. komponen utama kegiatan merupakan faktor penting dalam pembentukan ruang terbuka hijau, dimana hal ini akan dipengaruhi oleh faktor kegiatan yang saling berinteraksi dan didukung oleh struktur jaringan yang memadai. 25

26 b. ruang terbuka hijau pada komponen utama kegiatan ruang kota ini meliputi kegiatan perdagangan, jasa komersial, perkantoran, pendidikan, pelayanan umum dan social, olah raga, rekreasi dan wisata, perumahan dan permukiman, pertanian lahan kering, peternakan dan perikanan. 2. Pengembangan ruang terbuka hijau pada sistem pusat pelayanan Ruang terbuka hijau pada pusat pusat pelayanan merupakan penataan ruang terbuka hijau pada area fasilitas atau terkonsentrasi pada beberapa fasilitas dengan jenis yang sama yang meliputi: a. Ruang terbuka hijau pada fasilitas jasa komersial : berupa fasilitas perdagangan baik yang bersifat grosir maupun eceran dengan skala pelayanan sesuai dengan jumlah penduduk baik dalam skala lokal maupun regional / kota Ruang terbuka hijau pada pusat pelayanan skala regional / kota berpusat di Kawasan Simpang Lima, Pasar Johar, Pasar Peterongan dan Pasar Karangayu. Ruang terbuka hijau pada pusat pelayanan skala lokal terdapat di hampir semua wilayah kecamatan. b. Ruang terbuka hijau pada fasilitas pelayanan umum / sosial : berupa ruang terbuka hijau untuk pelayanan pemerintahan umum maupun pelayanan yang bersifat sosial (pendidikan, kesehatan, ibadah) dengan skala pelayanan sesuai dengan jumlah penduduk baik dalam skala local maupun regional/kota Ruang terbuka hijau pada pusat pelayanan skala regional / kota berpusat di kawasan jalan pahlawan ( skala propinsi ) dan kawasan jalan pemuda ( skala kota ) Ruang terbuka hijau pada pusat pelayanan skala lokal terdapat di hampir semua wilayah kecamatan. Pengembangan ruang terbuka hijau pada struktur jaringan berupa pengembangan ruang terbuka hijau pada struktur jaringan jalan dan struktur jaringan utilitas serta sarana dan prasarana kota yang berfungsi menghubungkan antara pusat-pusat pelayanan dengan lingkungan permukiman yang ada di sekitarnya. Ruang terbuka hijau pada struktur jaringan jalan yang membentuk struktur tata ruang kota semarang, adalah: ruang terbuka hijau pada prasarana jalan arteri primer : adalah ruang terbuka hijau pada jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat primer kota semarang menuju ke kota hirarki I atau II yaitu Jakarta, Surabaya, Surakarta ruang terbuka hijau pada prasarana jalan arteri sekunder : adalah ruang terbuka hijau pada jaringan jalan yang menghubungkan pusat primer kota semarang dengan pusat sekunder Hirarki I, ruas jalan tersebut adalah : jalan Kalibanteng Gayamsari Simpanglima Kaliwiru Jatingaleh Srondol jalan arteri Citarum Pedurungan 26

27 jalan Jrakah mijen jalan Abdul rachman gunungpati jalan Sampangan Mijen ruang terbuka hijau pada prasarana jalan kolektor primer : meliputi ruang terbuka hijau di sepanjang jalan Majapahit Gayamsari ke arah Purwodadi dan jalan Mijen ke arah Ungaran ruang terbuka hijau pada prasarana jalan kolektor sekunder : adalah ruang terbuka hijau pada jalan jalan yang menghubungkan antar pusat sekunder KONDISI EKSISTING TAMAN KOTA SEMARANG Sesuai dengan arahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan ruang terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan perkotaan. Karakteristik ruang terbuka hijau pada taman didaerah pusat kota semarang sebagian besar terdapat pada wilayah dataran rendah pusat kota, dan merupakan ruang luar yang tersisa diantara bangunan dan struktur lain yang mendukung aktifitas warga kota. Pada ekosistem dataran rendah di pusat kota ini elemen alami sudah menjadi elemen minor, sedangkan elemen buatan manusia menjadi elemen yang mendominasi ruang terbuka kota. Ruang terbuka hijau pada taman di pusat kota ini biasanya hanya berfungsi dan memiliki kecenderungan sebagai taman kota yang bersifat pasif. Keberadaan taman di Kota Semarang terbagi ke dalam 2 ( dua ) jenis, yaitu taman aktif dan pasif. Fungsi taman aktif yaitu : Arahan ekologis dengan fungsi sebagai : resapan air, reduksi kebisingan, penyerap dan penapis batu, reduksi polutan padat, reduksi polutan gas, suplai oksigen Arahan estetika lansekap, dengan fungsi sebagai : kenyamanan, pengarah, peneduh, estetika alami lingkungan, identitas kawasan Sedangkan fungsi taman pasif yaitu : Arahan ekologis dengan fungsi sebagai : resapan air, reduksi kebisingan, penyerap dan penapis bau, reduksi polutan padat, reduksi polutan gas, suplai oksigen. Arahan estetika lansekap, dengan fungsi sebagai : kenyamanan, pengarah, peneduh, estetika alami lingkungan, identitas kawasan / bangunan. Secara keseluruhan taman aktif di kota semarang banyaknya 33 buah dengan luas total ,10 m² yang tersebar di seluruh kota semarang, kecuali Kecamatan Mijen, Gunugpati, Tembalang, Pedurungan, Genuk, Tugu dan Ngaliyan. Dilihat dari sebaran taman aktif di Kota Semarang pada tiap kecamatan diketahui bahwa yang terbanyak adalah kecamatan semarang utara 8 buah, tetapi bila dilihat dari luasnya yang paling luas adalah Kecamatan Semarang Selatan m². kecamatan Semarang Tengah merupakan kecamatan dengan jumlah terbanyak dan terluas untuk keberadaan taman 27

28 pasif, yaitu 28 buah dengan luas ,15 m². untuk lebih jelasnya mengenai sebaran taman aktif dan taman pasif di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.4 Karakteristik Sebaran Taman Kota Semarang TAMAN NO KECAMATAN AKTIF PASIF JUMLAH (AKTIF+PASIF) BANYAK LUAS (m²) BANYAK LUAS (m²) JUMLAH LUAS (m²) 1 Mijen Gunungpati Banyumanik 5, ,10 6, ,91 11, ,01 4 Gajahmungkur 2, ,00 14, ,00 16, ,00 5 Semarang Selatan 7, ,00 9, ,50 16, ,50 6 Candisari 1,00 829,00 9, ,34 10, ,34 7 Tembalang Pedurungan - - 1,00 588,00 1,00 588,00 9 Genuk Gayamsari 1,00 708,00 1, ,00 2, ,00 11 Semarang Timur 7, ,00 25, ,00 32, ,00 12 Semarang Utara 8, ,00 6, ,15 14, ,15 13 Semarang Tengah 1, ,00 28, ,15 29, ,15 14 Semarang Barat 1, ,00 12, ,50 13, ,50 15 Tugu Ngaliyan JUMLAH 33, ,10 111, ,55 144, ,65 Taman yang ada diantaranya lebih berfungsi estetis,ekologis, sosial budaya, ekonomi, dan arsitektural atau bersifat menambah keindahan kota. Ruang publik terbuka khususnya ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan saat ini dan itu menjadi paru-paru kota. Di ruang publik terbuka itu, warga dapat bersosialisasi melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, bercengkerama, rekreasi, diskusi, pameran/bazar, dan lainnya.anak-anak mungkin bisa bermain dengan leluasa di bawah teduhnya pohon-pohon yang rimbun. Singkatnya,ini menjadi tempat rekreasi dan olahraga yang menyenangkan tanpa harus mengeluarkan biaya. 28

29 RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitek-tural, sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepenting-an, dan keberlanjutan kota RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk ke-indahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keingin-an dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. Di Kota Semarang, tepatnya di Taman Diponegoro, Taman Sudirman, Taman Menteri Supeno memiliki banyak ruang terbuka publik terbuka misalnya taman bermain, dan taman rekreasi. Salah satu ruang terbuka hijau yang menjadi favorit ialah Taman Menteri Supeno. Taman ini merupakan salah satu taman yang sering didatangi oleh masyarakat baik pagi, siang, maupun malam hari. Taman ini sering dipadati masyarakat karena banyak orang mengatakan bahwa tempat ini asri, sejuk, dan tenang dibandingkan dengan ruang public tetutup lainnya sehingga orang senang datang ke sini untuk menikmati sejuknya tanaman yang ada di taman ini. Tiga nilai utama yang seharusnya dimiliki oleh ruang public agar menjadi ruang publik yang baik ialah ; a. Ruang yang responsive Artinya ruang public didesain dan diatur untuk melayani kebutuhan pemakainya. Selain itu ruang public menjadi suatu tempat menemukan hal-hal baru akan dirinya atau orang lain. Pada ruang public masyarakat juga dapat menemukan ide-ide baru, sehingga dapat dikatakan sebagai tempat mencari inspirasi. b. Ruang yang demokratis Ruang public harus dapat melindungi hak-hak kelompok pemakainya. Ruang public dapat dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan bertindak bagi pemakainya sehingga untuk sementara mereka dapat memiliki ruang public tersebut. Ini berarti pada suatu ruang public, seseorang dapat bebas melakukan apa saja yang mereka 29

30 inginkan tetapi tetap memperhatikan batasan ( norma ) yang berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain. c. Ruang yang mempunyai arti atau makna Ruang public harus dapat memberikan pemakainya berhubungan kuat dengan ruang public itu sendiri, kehidupan pribadinya, dan dunia yang lebih luas. Ruang public yang memberikan arti seperti ini akan membuat masyarakat selalu ingin berkunjung ke sana lagi. Kualitas ruang public dapat ditinjau dari dua pokok segi yaitu segi fisik dan non fisik. Beberapa criteria yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas seara fisik, antara lain : Ukuran Ruang terbuka yang ada harus sesuai dengan keputusan serta standar penyediaan sarana yang ada. Contoh misalnya kebutuhan pedestrian ways yang baik ialah sekitar2,5 sampai 4 meter sehingga pejalan kaki merasa bebas bergerak. Kelengkapan sarana elemen pedukung Kelengkapan saranan pendukung dalam suatu ruang public sangat menentukan kualitas ruang tersebut. Beberapa kelengkapan pendukung dalam suatu ruang public khususnya taman misalnya tempat duduk, papan anjuran, tempat sampah, dan lampu jalan atau taman. Desain Desain dalam suatu ruang public akan menunjang fungsi serta aktivitas di dalamnya. Kondisi Kondisi suatu sarana lingkungan akan sangat menentukan terhadapa kualitas yang ada. Di mana dengan kondisi sarana yang baik akan menunjang kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam menggunakan ruang public. Sedangkan kualitas non fisik dapat dilihat melalui beberapa criteria, antara lain yaitu : Kenyamanan ( comfort ) Yaitu ruang terbuka harus memiliki lingkungan yang nyaman serta terbebas dari gangguan aktifitas di sekitarnya. 30

31 Keamanan dan keselamatan ( safety and security ) Yaitu terjamin keamanan dan keselamatan dari berbagai gangguan ( aktifitas lalu-lintas, kriminalitas, dan lain-lain. Kemudahan ( accessibility ) Yaitu kemudahan memperoleh pelayanan dan kemudahan akses transportasi untuk menuju ruang public tersebut. Seni taman sebagai bagian dari Arsitektur ialah suatu bagian dari bidang seni yang berorientasi pada benda-benda hidup yang mempunyai evolusi yang tak henti-hentinya. Arsitektur Lansekap adalah perpaduan antara pengetahuan arsitektur dan perencanaan yang tidak hanya berbentuk gerombol penghijauan tapi juga meliputi pengerjaan konture, pembentukan kolam air, perencanaan jalan-jalan, menciptakan kerja antara benda hidup dan benda mati serta banyak lagi Dengan adanya beberapa fasilitas penunjang tersebut akan mendukung berfungsinya ruang publik sebagai tempat terjadinya interaksi sosial antar warga kota. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT Peran serta masyarakat didalam pengelolaan persampahan sangat diperlukan yang meliputi partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan, membayar retribusi kebersihan serta pengadaan secara swadaya berupa tempat sampah dan becak sampah atau gerobag sampah. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang kawasan perkotaan merupakan suatu keharusan agar berbagai ide dan aspirasi orisinil stakeholders dapat terakomodasi secara adil dan seimbang, termasuk bagi kelompok-kelompok marginal perkotaan. Pelibatan masyarakat perlu dikembangkan berdasarkan konsensus yang disepakati bersama serta dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial-budaya setempat (local unique) dan model kelembagaan setempat seperti misalnya melalui forum kota atau rembug masyarakat. Peran serta dalam hal ini masyarakat maupun pihak swasta memberikan kontribusi guna peningkatan RTH melalui kerja sama program (misalnya one man one tree ) atau kerjasama dalam hal peningkatan RTH sebagai sarana publik area. Dan Pencanangan Gerakan Bangun, Pelihara, dan Kelola RTH (contoh Gerakan Sejuta Pohon, Hijau royo-royo, Satu pohon satu jiwa, Rumah dan Pohonku, Sekolah Hijau, Koridor Hijau dan Sehat, dll) 31

32 Sesuai surat Keputusan Walikota Semarang No /339 Tahun 2000 tentang Penyerahan sebagian tugas DTB, Dinas Kebersihan, UPD PKL, Dinas Pertamanan kepada Kelurahan, maka dibentuklah unit kebersihan Kelurahan yang mempunyai tugas menangani pengelolaan kebersihan di wilayah Kelurahan. BAGAN STRUKTURAL ORGANISASI UNIT KEBERSIHAN LURAH LPMk KETUA UNIT PENGELOLA KEBERSIHAN KELURAHAN BENDAHARA SEKRETARIS PEMUNGUT PEMUNGUT BECAK PENYAPU RETRIBUSI RETRIBUSI NON SAMPAH TPS SUSUNAN KEBERSIHAN : UNIT KEBERSIHAN KELURAHAN Penanggung Jawab I Penanggung Jawab II Ketua Unit Sekretaris Bendahara Pemungut retribusi Penarik Becaak / Gerobak Penyapu TPS : Ka. Kelurahan : Unsur LPMK : 1 orang : 1 orang : 1 orang : Tergantung Kebutuhan : Tergantung Kebutuhan : 1 orang 32

33 URAIAN TUGAS UNIT KEBERSIHAN KELURAHAN 1. PENANGGUNG JAWAB I & II a. Membentuk Organisasi Unit Kebersihan Kelurahan dalam Forum musyawarah b. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan dan penarikan retribusi c. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pengelolaan kebersihan dan penarikan retribusi d. Menetapkan lokasi TPS dengan musyawarah Kelurahan e. Mengangkat dan memberhentikan tukang becak / gerobag sampah f. Mengangkat dan memberhentikan petugas pemungut retribusi kebersihan g. Membuat rencana anggaran belanja untuk kegiatan unit kebersihan Kelurahan (UKK) 2. KETUA UNIT KEBERSIHAN KELURAHAN a. Melaksanakan segala keputusdan musyawarah warga yang berkaitan dengan pengelolaan kebersihan dan pem,ungutan retribusi a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pengelolaan kebersihan dan penarikan retribusi 3. BENDAHARA a. Mengkoordinir pemungutan retribusi di Kelurahan b. Mendata obyek retribusi dan melaporkan hasil pendataan kepada Ka. Kelurahan, selanjutnya dikirim ke Dinas kebersihan dan pertamananuntuk diadakan penetapan tarif c. Melaporkan / menyetorkan hasil pemungutan retribusi kebersihan ke kas Dinas Kebrsihan 4. SEKRETARIS a. Mengatur jalannya operasional kebersihan di wilayahnya b. Bertanggung jawab atas pengambilan sampah dari rumah tangga ke TPS oleh petugas becak / gerobak sampah c. Melaporkan serta membuat jadwal pengambilan container / TPS 5. PEMUNGUT RETRIBUSI a. Bertanggung jawab atas pemungutan retribusi di wilayah penugasannya b. Mendata obyek yang terkenai retribusi kebersihan 6. BECAK a. Mengambil serta membersihkan sampah dari rumah tangga ke TPS dengan becak / gerobak sampah atau sarana lain sesuai kebutuhan b. Mengontrol volume sampah pada kontainer 7. PENYAPU TPS a. Menyapu dan membersihkan TPS (Container atau Depo ) dan sekitarnya. b. Khusus untuk jalan protokol sesuai Instruksi Walikota Semarang Nomor : 33

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG

DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) PER-TPS PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 KOTA SEMARANG NO KECAMATAN KELURAHAN TPS DAFTAR PEMILIH LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1 SEMARANG 1. MIROTO 1 245

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota /2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR: 45/Kpts/KPU-Kota-012.329521/2015 TENTANG REKAPITULASI DAFTAR PEMILIH TETAP (DPT) DAN JUMLAH TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA (TPS) DALAM PEMILIHAN WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 62 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010 PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010 SKPD DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SEMARANG Visi :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang

Jakarta, 22 Desember Pemerintah Kota Semarang Jakarta, 22 Desember 2014 Pemerintah Kota Semarang JAWA TENGAH Posisi Strategis Kota Semarang Ibukota Provinsi Jawa Tengah Terletak pada 6 o 50 7 o 10 S dan 109 o 50 110 o 35 E KOTA SEMARANG PDAM West

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena penduduk tidak saja menjadi pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh karena itu untuk

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENGAMATAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN SAMPANGAN DAN TAMAN TIRTOAGUNG DI KOTA SEMARANG

BAB III HASIL PENGAMATAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN SAMPANGAN DAN TAMAN TIRTOAGUNG DI KOTA SEMARANG BAB III HASIL PENGAMATAN RUANG TERBUKA HIJAU TAMAN SAMPANGAN DAN TAMAN TIRTOAGUNG DI KOTA SEMARANG 1.8. Gambaran Umum Kota Semarang Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki jumlah

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LATAR BELAKANG PERILAKU BERSEPEDA DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Alfa Narendra Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229, Telp

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2010 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1

Masterplan Pengembangan Pola Perpasaran Kota Semarang 1 1. Latar Belakang Kota jika dilihat secara kepentingan ekonomi adalah kehidupan nonagraris, yang memiliki fungsi khas kultural, industri dan perdagangan. Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai usaha atau kegiatan. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH II.1 KONDISI GEOGRAFIS Kota Semarang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah, berada pada pelintasan Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta.

Lebih terperinci

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 22. URUSAN WAJIB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA A. KEBIJAKAN PROGRAM Pembangunan urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa diarahkan pada peran serta dan keberdayaan masyarakat dalam pembangunan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN BERAU

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN BERAU SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana Strategis Satuan Kerja Bagian Umum dan Protokol Setda Kota Semarang Tahun 2010-2015 adalah Dokumen Perencanaan yang substansinya memuat visi, misi dan arah kebijakan

Lebih terperinci

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA SEMARANG PENCAIRAN PEMENUHAN KEKURANGAN TAHUN 2013 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Aspek Geografi, Topografi, dan Hidrologi Secara geografi, luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN SKPD

BAB II PELAYANAN SKPD BAB II PELAYANAN SKPD 2.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi 2.1.1. Tugas Pokok Tembalang mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya; PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1.Sekilas Kota Semarang 2.1.1. Geografis Kota Semarang Secara geografis, Semarang terletak antara 6 50 7 10 Lintang Selatan dan garis 109 35 110 50 Bujur Timur. Kota Semarang memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 15 Tahun 2001 Seri ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 1992 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA, CILACAP, WONOGIRI, JEPARA, DAN KENDAL SERTA PENATAAN KECAMATAN DI WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1992 (50/1992) TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN-KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA, CILACAP, WONOGIRI, JEPARA, DAN KENDAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

URUSAN WAJIB OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN.

URUSAN WAJIB OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN. 4.1.20. URUSAN WAJIB OTOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN. 4.1.20.1 KONDISI UMUM. Pelaksanaan kewenangan untuk mengatur dan mengurus

Lebih terperinci

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr) LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA FORMULIR ISIAN SISTEM MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota seringkali menimbulkan permasalahan baru dalam menata perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan prasarana dan sarana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

K O T A S E M A R A N G

K O T A S E M A R A N G PENANGGULANGAN KEMISKINAN K O T A S E M A R A N G. Bappeda Kota Semarang 3 Oktober 2017 VISI & MISI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 Semarang Kota Perdagangan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN WAKTU PELAKSANAAN PJM I PJM II PJM III PJM IV NO PROGRAM UTAMA LOKASI

INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN WAKTU PELAKSANAAN PJM I PJM II PJM III PJM IV NO PROGRAM UTAMA LOKASI LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 - INDIKASI PROGRAM RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011- WAKTU AN I LEGALISASI RTRW

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 2.1. Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Hingga pertengahan tahun 2005 pengelolaan lingkungan hidup di Kota Probolinggo dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita temui setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia, ada yang sudah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 28 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan Penelitian yang terdiri dari hasil analisapeta parameter, peta kerawanan longsor, validasi lapangan, riwayat kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah Kecamatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dilingkungan Pemerintah Kota Semarang sesuai dengan Perda No. 54 Tahun 2008 tentang Penjabaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 86 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 86 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN WILAYAH I, WILAYAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 24 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Sidang Tesis

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Sidang Tesis Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD Dosen Penguji : Alia Damayanti, ST, MT, PhD Dosen Penguji : Drs. Satrijo Wiweko, MT Disampaikan oleh

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pendrikan Kidul. 919 Segiempat Pasif Tm. Rumah Susun Pekunden Pekunden 910 Oval Pasif Tm. Yudistiro Yudistiro

LAMPIRAN. Pendrikan Kidul. 919 Segiempat Pasif Tm. Rumah Susun Pekunden Pekunden 910 Oval Pasif Tm. Yudistiro Yudistiro LAMPIRAN. DAFTAR INVENTARIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERAN KOTA SEMARANG TAHUN 203 No. NAMA JALAN L O K A S I LUAS (m²) BENTUK JENIS I. KECAMATAN SMG TENGAH Tm. Bubakan MT Haryono Purwodinatan.800 Bulat Pasif

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 2 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berdampak pada terjadinya perubahan yang mendasar bagi perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2009 NOMOR 31 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2 LANDASAN HUKUM. KATA PENGANTAR Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang, sesuai dengan tahapan sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut dalam butir 1 d, disebutkan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

Review RENCANA STRATEGIS (RENSTRA SKPD) TAHUN 2010-2015

Review RENCANA STRATEGIS (RENSTRA SKPD) TAHUN 2010-2015 Review RENCANA STRATEGIS (RENSTRA SKPD) TAHUN 2010-2015 DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN BADUNG Mangupura, 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS CIPTA KARYA PUSAT PEMERINTAHAN MANGUPRAJA MANDALA JALAN RAYA

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

: Surat Keputusan Camat Genuk Nomor : 050 / / 2010 Tanggal : September 2010 BAB I PENDAHULUAN

: Surat Keputusan Camat Genuk Nomor : 050 / / 2010 Tanggal : September 2010 BAB I PENDAHULUAN Lampiran : Surat Keputusan Camat Genuk Nomor : 050 / / 2010 Tanggal : September 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahwa Kecamatan Genuk merupakan salah satu Kecamatan yang keberadaannya di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 127A TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 127A TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 127A TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang. Dalam rangka pengintegrasian perencanaan pembangunan Daerah dalam sistem pembangunan Nasional, seluruh Pemerintah Daerah wajib menyusun dokumen perencanaan

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

: a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang

: a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Semarang WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG

IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA SEMARANG Didik Nopianto Agung Nugradi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Kampus UNNES Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang erdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang B Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah wajib menyusun Rancangan Awal Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Semarang sebagai ibu kota propinsi di Jawa Tengah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara pulau Jawa,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci