ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

2 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, NOVEMBER 2015

3 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kemdikbud, Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal /Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2015 x, 61 hal, bbl, ilus, 23 cm ISBN DATA 5. Paket A setara SD 2. Pendidikan Keaksaraan 6. Paket B setara SMP 3. PAUD 7. Paket C setara SMA 4. TK 8. Kursus I. Judul Tim Penyusun Buku Pengarah: Bastari Siti Sofiah Penulis: Ida Kintamani Penyunting: Sudarwati Desain Cover: Abdul Hakim PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, 2015 ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Buku Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal ini bertujuan untuk melakukan kajian data pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pendidikan nonformal (PNF) khusus tentang sumber daya manusia (SDM) pada program-program PAUD dan PNF. SDM yang dimaksud terdiri dari pendidik dan pengelola. Program PAUD dan PNF yang dimaksud terdiri dari pendidikan keaksaraan, PAUD, taman kanak-kanak (TK), pendidikan kesetaraan yang terdiri dari paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA serta kursus. Metode yang digunakan adalah studi dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan adalah Statistik PAUD dan Statistik PNF yang dihasilkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) dan Data Pokok Pendidikan Nonformal (dapodik nonformal) yang diolah kembali. Pengumpulan data dilakukan menggunakan item data yang diperlukan dalam melakukan analisis SDM PAUD dan PNF. Item data tersebut terdiri dari tiga jenis data, yaitu peserta didik, pendidik, dan pengelola. Rincian untuk pendidik ada empat jenis, yaitu menurut ijazah, menurut jenis kelamin, menurut pekerjaan utama/status kepegawaian, dan menurut pelatihan yang diikuti. Rincian untuk pengelola ada tiga, yaitu menurut ijazah, menurut jenis kelamin, dan menurut pelatihan yang diikuti. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi dalam tabel untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil dan bahasan terdiri dari empat hal, yaitu 1) potensi SDM PAUD dan PNF, 2) kebutuhan, kekurangan/kelebihan SDM PAUD dan PNF, 3) indikators SDM PAUD dan PNF, dan 4) kinerja SDM PAUD dan PNF berdasarkan indikator pendidikan. Untuk melakukan analisis tersebut maka sebagai sumber data yang digunakan adalah Statistik PAUD dan Statistik PNF yang tersedia di PDSPK serta dapodik nonformal. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi SDM PAUD dan PNF cukup besar, dengan peserta didik sebesar 14,8 juta ditangani oleh pendidik sebesar 765,6 ribu orang, dan pengelola sebesar 226,8 ribu orang. Berdasarkan data SDM PAUD dan PNF dan standar yang ditentukan maka dapat dihitung kebutuhan pendidik PAUD dan PNF untuk selanjutkan dihitung kekurangan/kelebihan pendidik PAUD dan PNF. Kebutuhan pendidik PAUD dan PNF sebesar orang dengan rincian terbesar pada PAUD sebesar orang dan terkecil pada Paket A setara SD sebesar orang. Secara keseluruhan, pada PAUD dan PNF terdapat kelebihan pendidik sebesar orang, namun terdapat kekurangan pada PK sebesar dan Kursus sebesar orang, sedangkan program lainnya telah kelebihan dengan kelebihan terbesar pada PAUD sebesar orang dan TK sebesar orang dan terkecil pada Paket A setara SD sebesar orang. Berdasarkan indikator maka dapat dihitung delapan jenis indikator yang terkait dengan SDM. Bila dilihat dari indikator yang digunakan dan dengan menggunakan kategori pencapaian termasuk paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang maka iii

5 dua indikator, yaitu persentase pendidik perempuan dan persentase pengelola perempuan menunjukkan kinerja kategori madya, rasio peserta didik per pendidik termasuk kategori pratama, sedangkan indikator lainnya seperti persentase pendidik memiliki ijazah S1 dan lebih tinggi, persentase pendidik berasal dari guru, persentase pendidik yang telah mendapatkan pelatihan, pengelola memiliki ijazah S1 dan lebih tinggi, dan persentase pengelola yang telah mendapatkan pelatihan termasuk kategori kurang. Kinerja tujuh program PAUD dan PNF menunjukkan bahwa terdapat lima program, yaitu pendidikan keaksaraan, paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA dan kursus termasuk kategori pratama, sedangkan PAUD dan TK termasuk kategori kurang. Walaupun demikian, kinerja terbaik dari program PAUD dan PNF adalah paket C setara SMA dengan nilai sebesar 68,98 termasuk kategori pratama dan terburuk adalah PAUD dengan nilai sebesar 48,46 termasuk kategori kurang. Dengan demikian, kinerja SDM PAUD dam PNF dari 7 program sebesar 61,95 termasuk kategori pratama. Kondisi ini termasuk rendah karena hanya tercapai tiga per lima dari seharusnya 100. Dengan melihat kinerja program PAUD dan PNF maka disarankan agar pendidik dan pengelola PAUD dan TK ditingkatkan kualifikasinya agar mencapai S1. Selain itu, khusus PAUD supaya pendidiknya mendapatkan pelatihan tentang PAUD. Bila semua saran itu dapat dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan mutu program PAUD dan PNF. iv

6 KATA PENGANTAR Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal, Tahun 2015 ini merupakan hasil kajian tentang data dan informasi pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pendidikan nonformal (PNF) khususnya mengenai SDM. PAUD yang dimaksud terdiri dari PAUD dan TK, sedangkan PNF yang dimaksud adalah pendidikan keaksaraan, paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA, dan kursus. Data dan informasi yang dianalisis bersumber pada Statistik PAUD dan Statistik PNF tahun 2013 yang dipublikasikan oleh PDSPK dan dapodik nonformal sebagai pelengkap. Statistik yang dimaksud adalah Statistik PAUD yang terdiri dari PAUD dan TK, Statistik PNF yang terdiri dari pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan kursus. Analisis SDM PAUD dan PNF dilakukan dengan melihat potensi SDM PAUD dan PNF, kemudian dilakukan analisis dengan dua cara, yaitu berdasarkan data PAUD dan PNF dan berdasarkan indikator SDM PAUD dan PNF. Dengan menggunakan data PAUD dan PNF serta standar tertentu maka dihitung kebutuhan pendidik, dan berdasarkan kebutuhan dapat dihitung kekurangan/kelebihan pendidik. Selain itu dengan menggunakan rasio peserta didik per pendidik dapat diketahui secara singkat kekurangan/kelebihan pendidik PAUD dan PNF. Berdasarkan tujuh indikator pendidikan lainnya dapat diketahui masalah SDM PAUD dan PNF, yaitu empat indikator pendidik dan tiga indikator pengelola. Indikator pendidik adalah persentase pendidik S1 dan lebih tinggi, persentase pendidik perempuan, persentase pendidik berasal dari guru atau tetap, dan persentase pendidik yang mendapat pelatihan. Indikator pengelola adalah persentase pengelola S1 dan lebih tinggi, persentase pengelola perempuan, dan persentase pengelola yang mendapat pelatihan. Dengan menggunakan ke-8 indikator pendidikan, yaitu rasio peserta didik per pendidik, persentase pendidik S1 dan lebih tinggi, persentase pendidik perempuan, persentase pendidik berasal dari guru atau tetap, persentase pendidik yang mendapat pelatihan, persentase pengelola S1 ke atas, persentase pengelola perempuan, dan persentase pengelola yang mendapat pelatihan maka dapat dihitung kinerja SDM PAUD dan PNF. Hasil analisis menggunakan kategori kinerja menunjukkan bahwa dari tujuh program PAUD dan PNF yang dianalisis, terdapat lima program, yaitu pendidikan keaksaraan, paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA dan kursus termasuk kategori pratama, sedangkan PAUD dan TK termasuk kategori kurang. Walaupun demikian, kinerja terbaik dari program PAUD dan PNF adalah paket C setara SMA dengan nilai sebesar 68,98 termasuk kategori pratama dan terburuk adalah program PAUD dengan nilai sebesar 48,46 termasuk kategori kurang. Dengan demikian, kinerja SDM PAUD dan PNF dari tujuh program sebesar 61,95 termasuk kategori pratama. v

7 PDSPK mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak sehingga buku ini dapat disusun. Saran dan masukan dalam rangka penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Jakarta, November 2015 Kepala, Dr. Bastari NIP vi

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vii viii x BAB I : PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Permasalahan 2 C. Tujuan 2 D. Ruang Lingkup 2 E. Manfaat 3 BAB II: KAJIAN PUSTAKA 4 A. Sumber Daya Manusia 4 B. Analisis 4 C. Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal 5 D. Standar Indikator dan Konversi Nilai 6 E. Kinerja 7 BAB III: METODOLOGI 8 A. Metode 8 B. Analisis SDM PAUD dan PNF 8 1. Analisis Berdasarkan Data 9 2. Analisis Berdasarkan Indikator Pendidikan 10 C. Kinerja SDM PAUD dan PNF Berdasarkan Indikator Pendidikan 15 BAB IV: HASIL DAN BAHASAN 17 A. Potensi SDM PAUD dan PNF 17 B. Kebutuhan dan Kekurangan/Kelebihan SDM PAUD dan PNF 21 C. Indikator SDM PAUD dan PNF 27 D. Kinerja SDM PAUD dan PNF 38 BAB V: PENUTUP 56 A. Simpulan 56 B. Saran 59 PUSTAKA ACUAN 61 vii

9 DAFTAR TABEL Halaman BAB III Tabel 3.1 : Indikator SDM PAUD dan PNF 10 Tabel 3.2 : Standar Menentukan Indikator SDM PAUD dan PNF 15 Tabel 3.3 : Jenis Kinerja SDM PAUD dan PNF 16 BAB IV Tabel 4.1 : Variabel Data SDM PAUD dan PNF 17 Tabel 4.2 : Data SDM PAUD dan PNF menurut Program 18 Tabel 4.3 : Data SDM PAUD dan PNF menurut Program Tiap Provinsi 19 Tabel 4.4 : Kebutuhan Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Standar Menurut Program Tiap Provinsi 22 Tabel 4.5 : Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF Menurut Program Tiap Provinsi 23 Tabel 4.6 : Rasio Peserta Didik per Pendidik PAUD dan PNF Menurut Program Tiap Provinsi 24 Tabel 4.7 : Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Rasio Peserta Didik per Pendidik Menurut Program Tiap Provinsi 26 Tabel 4.8 : Indikator SDM PAUD dan PNF Menurut Program 28 Tabel 4.9 : Indikator SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi 30 Tabel 4.10 : Indikator SDM PAUD Tiap Provinsi 31 Tabel 4.11 : Indikator SDM TK Tiap Provinsi 32 Tabel 4.12 : Indikator SDM Paket A Setara SD Tiap Provinsi 34 Tabel 4.13 : Indikator SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi 35 Tabel 4.14 : Indikator SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi 36 Tabel 4.15 : Indikator SDM Kursus Tiap Provinsi 37 Tabel 4.16 : Kinerja SDM PAUD dan PNF Menurut Program 38 Tabel 4.17 : Kinerja SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi 40 Tabel 4.18 : Kinerja SDM PAUD Tiap Provinsi 42 Tabel 4.19 : Kinerja SDM TK Tiap Provinsi 44 Tabel 4.20 : Kinerja SDM Paket A Setara SD Tiap Provinsi 46 Tabel 4.21 : Kinerja SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi 48 Tabel 4.22 : Kinerja SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi 50 Tabel 4.23 : Kinerja SDM Kursus Tiap Provinsi 52 Tabel 4.24 : Kinerja SDM Program PAUD dan PNF Tiap Provinsi 54 viii

10 Halaman BAB V Tabel 5.1 : Data SDM PAUD dan PNF Menurut Program 56 Tabel 5.2 : Kebutuhan dan Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF menurut Program 56 Tabel 5.3 : Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Rasio Peserta Didik per Pendidik 57 Tabel 5.4 : Indikator SDM PAUD dan PNF Menurut Program 57 Tabel 5.5 : Kinerja SDM PAUD dan PNF Menurut Program 58 ix

11 DAFTAR GRAFIK Halaman BAB IV Grafik 4.1 : Data SDM PAUD dan PNF Menurut Program 18 Grafik 4.2 : Perbedaan Rasio Peserta Didik per Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Standar Menurut Program 27 Grafik 4.3 : Indikator Pendidik PAUD dan PNF Menurut Program 28 Grafik 4.4 : Indikator Pengelola PAUD dan PNF Menurut Program 29 Grafik 4.5 : Kinerja SDM PAUD dan PNF menurut Program 38 Grafik 4.6 : Kinerja SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi 41 Grafik 4.7 : Kinerja SDM PAUD Tiap Provinsi 43 Grafik 4.8 : Kinerja SDM TK Tiap Provinsi 45 Grafik 4.9 : Kinerja SDM Paket A Setara SD Tiap Provinsi 47 Grafik 4.10 : Kinerja SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi 49 Grafik 4.11 : Kinerja SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi 51 Grafik 4.12 : Kinerja SDM Kursus Tiap Provinsi 53 Grafik 4.13 : Kinerja SDM Program PAUD dan PNF Tiap Provinsi 55 x

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11, Tahun 2015 (Permendikbud 11/2015) maka terdapat tugas dan fungsi tentang pendayagunaan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan. Berdasarkan Permendikbud 11/2015, pendayagunaan data adalah kegiatan yang bersifat aktif dalam melakukan eksplorasi data. Untuk melakukan eksplorasi dituntut adanya kreativitas dan kepekaan yang tinggi dari para personilnya sehingga dapat selalu memberikan informasi yang relevan kepada pimpinan maupun masyarakat berkenaan dengan pengenalan arah dan permasalahan dunia pendidikan. Untuk dapat mendayagunakan data yang ada diperlukan kemampuan dalam melakukan analisis dan sintesis data maupun interpretasi data. Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh semua personil di lingkungan unit kerja yang menangani pendataan. Analisis adalah kemampuan dalam mencari keterkaitan antarvariabel data pendidikan sehingga dapat tercipta informasi-informasi baru yang relevan dengan tujuan pembinaan, penyelenggaraan, dan program pembangunan pendidikan. Sintesis data adalah kemampuan dalam mencari keterkaitan antara variabel data pendidikan dengan data nonpendidikan. Untuk itu, pendayagunaan data perlu dikaitkan dengan publikasi yang dihasilkan diterbitkan oleh PDSPK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Publikasi yang tiap tahun dihasilkan PDSPK adalah empat kelompok statistik pendidikan, yaitu Statistik Persekolahan, Statistik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Statistik Pendidikan Nonformal (PNF), dan Statistik Kebudayaan. Pada tahun 2015 PDSPK belum mempublikasikan Statistik Kebudayaan. Untuk mendayagunakan statistik tersebut khususnya Statistik PAUD dan PNF maka perlu dilakukan analisis data yang dalam hal ini difokuskan pada SDM PAUD dan PNF. Analisis SDM PAUD dan PNF ini dapat dilakukan karena adanya statistik PAUD dan PNF yang telah dipublikasikan setiap tahun sehingga dapat mendukung dilakukannya analisis SDM dalam rangka meningkatkan mutu statistik pendidikan dan khususnya PAUD dan PNF serta secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu program PAUD dan PNF. SDM PAUD dan PNF yang dimaksud adalah pendidik dan pengelola pada program PAUD dan PNF. Selain itu, sampai saat sekarang belum adanya rincian analisis SDM PAUD dan PNF menggunakan indikator pendidikan. Bila digunakan indikator pendidikan, yaitu rasio peserta didik dan pendidik maka dapat diketahui kekurangan dan kelebihan SDM PAUD dan PNF. Bila digunakan 7 indikator pendidikan lainnya, yaitu persentase pendidik S1 dan lebih tinggi, persentase pendidik perempuan, persentase pendidik berasal dari guru atau tetap, persentase pendidik yang mendapat pelatihan, persentase pengelola S1 ke atas, persentase pengelola perempuan, dan persentase pengelola yang mendapat pelatihan maka dapat dilakukan analisis untuk melihat 1

13 masalah atau mengetahui kinerja pendidikan khususnya SDM PAUD dan PNF. Untuk itu, pada tahun 2015 ini PDSPK, Kemdikbud melakukan analisis SDM yang dikhususkan pada program PAUD dan PNF dengan menggunakan data terbaru dari statistik PAUD dan statistik PNF tahun 2013 yang dihasilkan. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasi adanya beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi PAUD dan PNF pada setiap program pendidikan? 2. Bagaimanakah analisis SDM PAUD dan PNF berdasarkan data pada setiap program pendidikan? 3. Bagaimanakah analisis SDM PAUD dan PNF berdasarkan indikator pendidikan pada setiap program pendidikan? 4. Bagaimanakah kinerja SDM PAUD dan PNF berdasarkan indikator pendidikan pada setiap program pendidikan? C. Tujuan Sesuai dengan permasalahan yang ada maka terdapat dua tujuan dilakukannya kegiatan Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal, Tahun 2015, yaitu 1) tujuan umum dan 2) tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah untuk memberikan masukan terhadap statistik PAUD dan PNF tahun 2013 yang dihasilkan khususnya yang berkaitan dengan SDM PAUD dan PNF. Tujuan khususnya terdiri dari empat hal yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada, seperti disajikan berikut ini. 1. Tersusunnya SDM PAUD dan PNF pada setiap program pendidikan tahun Tersusunnya analisis SDM berdasarkan data yang terdiri dari kekurangan/ kelebihan SDM PAUD dan PNF pada tahun Tersusunnya analisis SDM berdasarkan indikator PAUD dan PNF pada tahun Tersusunnya kinerja SDM PAUD dan PNF menggunakan indikator pendidikan pada tahun D. Ruang Lingkup Untuk dapat melaksanakan kegiatan Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal, Tahun 2015 maka ruang lingkupnya dibatasi hanya pada data Statistik PAUD dan Statistik PNF yang tersedia pada tahun 2013, jenis program pendidikan, dan analisis yang dilakukan terdiri dari dua jenis, yaitu berdasarkan data dan berdasarkan indikator pendidikan. Selain itu, analisis yang dilakukan terbatas pada statistik yang dipublikasikan oleh PDSPK, Kemdikbud. Di samping itu, indikator-indikator penting tentang SDM PAUD dan PNF yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan atau kebijakan di bidang SDM PAUD dan PNF. 2

14 Penentuan ruang lingkup ini dianggap sangat diperlukan karena dengan melakukan analisis data yang ada pada Statistik PAUD dan Statistik PNF maka dapat memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap statistik yang dihasilkan. Keuntungan lainnya adalah memacu PDSPK, Kemdikbud untuk mengumpulkan data lebih lanjut dan memperbaiki item data sehingga memperkaya data dan informasi yang dimiliki oleh PDSPK, Kemdikbud pada khususnya dan untuk Kemdikbud pada umumnya. E. Manfaat Dengan disusunnya buku ini diharapkan dapat digunakan oleh Kemdikbud, stakeholder, dan pemerhati pendidikan yang ingin mengetahui tentang data SDM PAUD DAN PNF serta analisisnya yang dapat digunakan untuk menentukan pengambilan keputusan dan kebijakan di bidang pendidikan khususnya yang terkait dengan SDM PAUD dan PNF. Untuk Kemdikbud dengan tersedianya data SDM PAUD dan PNF dapat mengetahui kebutuhan dan kekurangan/kelebihan SDM PAUD dan PNF khususnya di tiap program pendidikan, menghitung indikator SDM PAUD dan PNF yang dapat digunakan untuk menilai kualitas PAUD dan PNF, dan bagaimana kinerja SDM PAUD dan PNF tiap program pendidikan. Selain itu, dapat digunakan dalam rangka perencanaan pendidikan, penentuan kebijakan, dan pengambilan keputusan tentang PAUD dan PNF khususnya SDM PAUD dan PNF di tingkat nasional. Bagi Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat melakukan analisis yang sama sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan kekurangan/kelebihan SDM PAUD dan PNF serta dapat digunakan melihat kinerja SDM PAUD dan PNF tiap prgoram pendidikan. Selai itu, dapat digunakan untuk penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan terkait dengan SDM PAUD dan PNF di tingkat yang sesuai. Stakeholder dapat memanfaatkan data SDM PAUD dan PNF untuk kebutuhan pengembangan SDM PAUD dan PNF dipandang dari rincian SDM lainnya. Pemerhati pendidikan dapat memanfaatkan data SDM PAUD dan PNF untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan SDM pendidikan atau penelitian lainnya yang terkait dengan SDM PAUD dan PNF. 3

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Daya Manusia Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk suatu proses produksi. ( bahasaindonesia.org/sumber daya manusia). Menurut wikipedia, SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Oleh karena itu, muncullah istilah baru di luar SDM, yaitu human capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama melainkan juga aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan dan dikembangkan. Dengan demikian, SDM merupakan investasi bagi institusi atau organisasi. (wikipedia.org/wiki/sumber_daya_manusia). Menurut Sonny Sumarsono, SDM atau human recources mengandung dua pengertian. Pertama, adalah usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi sehingga SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja yang mempunyai kegiatan ekonomis sehingga kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat. Menurut Mary Parker Follett, manajemen SDM adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaanpekerjaan itu sendiri. ( Dalam kaitan dengan pendidikan maka SDM PAUD dan PNF adalah pendidik dan pengelola karena oleh merekalah program PAUD dan PNF dapat dikembangkan dan ditingkatkan mutunya. B. Analisis Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya atau persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. ( bahasaindonesia. org/analisis). Berdasarkan Permendikbud Nomor 11, Tahun 2015, Pasal 813 bidang Pendayagunaan dan Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis, penyusunan statistik, pendayagunaan, dan pelayanan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan. Pasal 814 menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 813, Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan menyelenggarakan fungsi: 4

16 a. penyusunan bahan kebijakan teknis pendayagunaan dan pelayanan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan; b. penyusunan statistik pendidikan dan kebudayaan; c. pendayagunaan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan; d. pemberian layanan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan; dan e. koordinasi dan fasilitasi pendayagunaan dan pelayanan data dan statistik pendidikan dan kebudayaan. Berdasarkan pada 815 maka bidang Pendayagunaan dan Pelayanan terdiri atas: a. Subbidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data Pendidikan Pendidikan yang mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan kebijakan teknis, penyusunan statistik, pendayagunaan, dan pelayanan data dan statistik serta penyusunan bahan koordinasi dan fasilitasi pendayagunaan dan pelayanan data dan statistik pendidikan. b. Subbidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data Kebudayaan yang mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan kebijakan teknis, penyusunan statistik, pendayagunaan, dan pelayanan data dan statistik serta penyusunan bahan koordinasi dan fasilitasi pendayagunaan dan pelayanan data dan statistik kebudayaan. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015). Dengan demikian, analisis data yang dilaksanakan telah sesuai dengan tugas dan fungsi PDSPK yang memiliki tugas untuk melaksanakan pendayagunaan data statistik pendidikan dan kebudayaan pada umumnya dan PAUD dan PNF pada khususnya yang dipublikasikan setiap tahun. C. Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, nonformal berarti tidak resmi atau kegiatan nonformal sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan anak; bersifat di luar kegiatan resmi sekolah. Dengan demikian, pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar jalur sekolah. ( Menurut Undang-undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini (PAUD) didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu tujuan utama dan penyerta. Tujuan utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki 5

17 pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 ayat 1 adalah 0-6 tahun. (Depdiknas, 2003). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003, bagian kelima, pasal 26 menyebutkan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Selain itu, pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Jenis pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Depdiknas, 2003). Menurut wikipedia, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. ( Pendidikan nonformal terdiri dari enam program, yaitu pendidikan keaksaraan, PAUD dan TK, pendidikan kesetaraan yang terdiri dari paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA, pendidikan berkelanjutan, yang terdiri dari kursus, pendidikan kecakapan hidup (PKH), dan kelompok belajar usaha (KBU), pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan taman bacaan masyarakat (TBM). Namun, yang dapat dilakukan analisis hanya empat program, yaitu program pendidikan keaksaraan, PAUD dan TK, pendidikan kesetaraan yang terdiri dari paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA, dan kursus karena keempat program tersebut memiliki data pendidik dan pengelola yang cukup rinci. D. Standar Indikator dan Konversi Nilai Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan petugas dari instansi untuk menguraikan tentang sesuatu atau sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai. ( bahasaindonesia.org/standar). Konversi adalah perubahan dari 6

18 satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain. ( bahasaindonesia. org/konversi). Menurut wikipedia, standar adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen format yang menciptakan kriteria, metode, proses dan praktik rekayasa atau teknik yang seragam. Standar terdiri dari dua, yaitu standar primer dan standar sekunder. Standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standarisasi nasional, sedangkan standar sekunder biasanya digunakan sebagai rujukan dalam suatu sistem metrologi. Selain itu, terdapat standar yang diterima umum dan bersifat dominan yang sering disebut standar de facto. (wikipedia.org/wiki/standar). Dengan demikian, standar indikator pendidikan sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian suatu indikator pendidikan khususnya indikator SDM PAUD dan PNF, sedangkan konversi nilai diperlukan untuk menjadikan indikator pendidikan SDM PAUD dan PNF dalam satu satuan yang sama. E. Kinerja Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan ( bahasaindonesia.org/kinerja). Menurut wikipedia, kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. (wikipedia.org/wiki/kinerja). Dengan demikian, kinerja yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kondisi yang telah dicapai oleh pendidik dan pengelola khususnya pada pendidik dan pengelola SDM PAUD dan PNF. 7

19 BAB III METODOLOGI A. Metode Dalam pelaksanaan kegiatan Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal 2015 ini menggunakan metode dengan pendekatan studi dokumentasi atau kepustakaan baik yang ada di PDSPK maupun di lingkungan Kemdikbud. Studi dokumentasi atau kepustakaan, yaitu melakukan studi melalui dokumentasi dan buku-buku kepustakaan lainnya atau bahan yang tersedia di PDSPK dan lingkungan Kemdikbud baik berupa data dan informasi yang tersedia di statistik pendidikan, aspek legalitas atau undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pedoman teknis maupun berbagai karya ilmiah penelitian lainnya mengenai data SDM pendidikan khususnya PAUD dan PNF. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan memilah item data yang digunakan untuk menjaring data sekunder yang terkait dengan data SDM PAUD dan PNF. Sebagai responden adalah para pemegang data PAUD dan PNF di PDSPK dan direktorat terkait di lingkungan Kemdikbud. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan kepada para responden tentang jenis data yang digunakan untuk analisis SDM PAUD dan PNF. Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian tentang analisis SDM PAUD dan PNF menggunakan data tahun Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang ditujukan untuk menjelaskan hasil analisis menggunakan data maupun menggunakan indikator pendidikan dengan diberikan interpretasi. Penyajian data menggunakan data SDM PAUD dan PNF, indikator SDM berupa pendidik dan pengelola program PAUD dan PNF, dan kinerja SDM PAUD dan PNF disertai dengan grafik untuk memudahkan deskripsinya. B. Analisis SDM PAUD dan PNF Dalam melakukan analisis SDM PAUD dan PNF digunakan data dan indikator PAUD dan PNF. Program pendidikan yang termasuk dalam PAUD dan PNF adalah pendidikan keaksaraan, PAUD/TK, paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA serta kursus. Berdasarkan data PAUD dan PNF maka dapat diketahui bagaimana potensi PAUD dan PNF sehingga dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan dan kekurangan/kelebihan pendidik dan diperoleh indikator rasio peserta didik per pendidik. Berdasarkan indikator pendidikan maka diperoleh tujuh indikator SDM PAUD dan PNF yang dirinci menjadi dua, yaitu indikator dari pendidik dan dari pengelola. Indikator pendidik terdiri dari empat jenis, yaitu kelayakan pendidik mengajar 8

20 melalui ijazah S1 dan lebih tinggi yang dimiliki, pendidik perempuan, pendidik berasal dari guru, dan pendidik yang pernah mendapatkan pelatihan. Indikator pengelola terdiri dari tiga jenis, yaitu pengelola dengan ijazah S1 dan lebih tinggi, pengelola perempuan, dan pengelola yang pernah mendapatkan pelatihan. Selanjutnya, dengan menggunakan delapan indikator SDM, yaitu 1) rasio peserta didik per pendidik, 2) persentase pendidik S1 dan lebih tinggi, 3) persentase pendidik perempuan, 4) persentase pendidik dari guru, 5) persentase pendidik mendapat pelatihan, 6) persentase pengelola S1 dan lebih tinggi, 7) persentase pengelola perempuan, dan 8) persentase pengelola mendapat pelatihan maka dapat dihitung kinerja SDM PAUD dan PNF untuk setiap program pendidikan. 1. Analisis Berdasarkan Data Sesuai dengan program PAUD dan PNF maka analisis SDM PAUD dan PNF dilakukan dengan pertama kali melihat data potensi PAUD dan PNF. Data PAUD dan PNF tersebut dengan standar yang ditentukan dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan kekurangan/kelebihan pendidik. Selain itu, untuk mengetahui kekurangan/kelebihan pendidik juga dapat dilihat secara langsung dari indikator rasio peserta didik per pendidik (R-PD/P) dibandingkan dengan standar yang ditentukan untuk setiap program. Bila nilai R-PD/P lebih besar daripada standar maka berarti kekurangan pendidik, sebaliknya bila nilai R-PD/P lebih kecil daripada standar maka berarti telah kelebihan pendidik. (Kintamani, 2007). Untuk menghitung kebutuhan pendidik PAUD dan PNF maka digunakan dua variabel data, yaitu peserta didik dan standar rasio peserta didik terhadap pendidik masing-masing program pendidikan. Rumus yang digunakan adalah: PD p BPendidik p = Standar p Keterangan: Bpendidik p adalah kebutuhan pendidik menurut program PD p adalah peserta didik menurut program Standar p adalah standar R-PD/P menurut program Untuk menghitung kekurangan/kelebihan pendidik maka digunakan dua variabel data, yaitu pendidik menurut program pendidikan dengan kebutuhan pendidik menurut program pendidikan. Rumus yang digunakan adalah: +/- Pendidik p = Pendidik p - BPendidik p Keterangan: +/- pendidik p adalah kekurangan/kelebihan pendidik menurut program Bpendidik p adalah kebutuhan pendidik menurut program Nilai idealnya adalah 0, artinya tidak terjadi kekurangan atau kelebihan pendidik. Nilai (minus) berarti kekurangan pendidik dan nilai + (positif) berarti kelebihan pendidik. 9

21 2. Analisis Berdasarkan Indikator Pendidikan Indikator pendidikan SDM PAUD dan PNF yang digunakan dalam analisis ini ada delapan jenis yang kesemuanya menunjukkan mutu pendidik dan pengelola dalam mengembangkan program-program PAUD dan PNF. Indikator tersebut terdiri dari pendidik dan pengelola. Untuk indikator dari pendidik digunakan 5 indikator, yaitu a. rasio peserta didik per pendidik (R-PD/P), b. persentase pendidik yang berijazah S1 dan lebih tinggi (%PS1+), c. persentase pendidik perempuan (%PPn), d. persentase pendidik berasal dari guru atau guru tetap (%PG/T), e. persentase pendidik yang mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF (%PLn), Untuk indikator dari pengelola digunakan 3 indikator, yaitu a. persentase pengelola yang berijazah S1 dan lebih tinggi (%PAS1+), b. persentase pengelola perempuan (%PAPn), dan c. persentase pengelola yang mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF (%PALn). Tidak semua program PAUD dan PNF memiliki ke-8 indikator SDM PAUD dan PNF karena perbedaan data yang dimiliki oleh setiap program. Pendidikan keaksaraan dan PAUD hanya menggunakan 7 indikator, TK, pendidikan kesetaraan yang dirinci menurut Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA menggunakan 6 indikator, sedangkan kursus hanya menggunakan 3 indikator. Sebaliknya, tidak semua indikator SDM PNF bisa diterapkan pada program PNF. R- PD/P, %PS1+, dan %PPn bisa diterapkan pada semua program yang dianalisis atau tujuh program PNF, %PG/T hanya bisa diterapkan di lima program kecuali PAUD dan kursus, %PLn hanya bisa diterapkan di dua program, yaitu PK dan PAUD, %PAS1+ dan %PAPn bisa diterapkan di enam program selain kursus. %PALn hanya diterapkan pada program PAUD. Dengan demikian, jumlah indikator di tujuh program PAUD dan PNF sebesar 41 indikator dari yang seharusnya 56 indikator bila semua program memiliki semua indikator SDM PAUD dan PNF. Indikator SDM PAUD dan PNF disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Indikator SDM PAUD dan PNF No. Jenis Indikator Penjelasan PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Jumlah A. Pendidik 1 R-PD/P Rasio Peserta Didik/Pendidik v v v v v v v 7 2 %PS1+ %Pendidik S1 lebih tinggi v v v v v v v 7 3 %PPn %Pendidik Perempuan v v v v v v v 7 4 %PG/T %Pendidik Guru/Tetap v - v v v v %PLn %Pendidik Pelatihan v v B. Pengelola 6 %PAS1+ %Pengelola S1 lebih tinggi v v v v v v %PAPn %Pengelola Perempuan v v v v v v %PALn %Pengelola Pelatihan - v Jumlah

22 Seperti yang dijelaskan sebelumnya, SDM PAUD dan PNF dimaksud terdiri dari pendidik dan pengelola. Untuk menghitung indikator SDM PAUD dan PNF yang berasal dari pendidik, berikut ini disajikan definisi, data dasar yang digunakan, rumusan, kriteria, dan kegunaannya. 1. Rasio peserta didik per pendidik (R-PD/Pp) Definisi: Perbandingan antara peserta didik dengan pendidik program PAUD dan PNF tertentu Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah peserta didik 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PD p R-PD/P p = P p Keterangan: PD p adalah peserta didik menurut program P p adalah pendidik menurut program Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin kurang pendidik, sebaliknya makin rendah nilainya berarti makin kelebihan pendidik dijadikan standar untuk setiap program. Belum ada kriteria ideal. Kegunaan: Untuk mengetahui kekurangan atau kelebihan pendidik dikaitkan dengan standar untuk setiap program. 2. Persentase pendidik berijazah S1 dan lebih tinggi (%PS1+p) Definisi: Perbandingan antara pendidik yang berijazah S1 dan lebih tinggi dengan jumlah pendidik seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pendidik menurut ijazah tertinggi 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PS1+ p %PS1+ p = X 100 P sel p Keterangan: PS1+ p adalah pendidik S1 dan lebih tinggi Psel p adalah pendidik seluruhnya Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100% berarti semua pendidik telah sesuai dengan yang disyaratkan. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pendidik yang perlu disetarakan sehingga dapat meningkatkan mutu program PAUD dan PNF. (Sekretariat Negara, 2005). 11

23 3. Persentase pendidik perempuan (%PPn) Definisi: Perbandingan antara pendidik perempuan dengan jumlah pendidik seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pendidik menurut jenis kelamin 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PPn p %PPn p = X 100 P sel p Keterangan: PPn p adalah pendidik perempuan Psel p adalah pendidik seluruhnya Kriteria: Nilai idealnya = 50%, jadi nilai lebih atau kurang dari 50% berarti kurang baik. Kegunaan: Untuk mengetahui apakah ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan ketika menjadi pendidik PNF atau apakah telah ada kesempatan yang sama untuk menjadi pendidik PNF. 4. Persentase pendidik berasal dari guru (%PG) Definisi: Perbandingan antara pendidik yang berasal dari guru dengan jumlah pendidik seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pendidik menurut asal 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PG p %PG p = X 100 P sel p Keterangan: PG p adalah pendidik yang berasal dari guru Psel p adalah pendidik seluruhnya Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100%, yang berarti semua pendidik berasal dari guru. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pendidik yang tidak berasal dari guru sehingga perlu mendapatkan pelatihan tentang PNF sehingga dapat meningkatkan mutu PNF. Persentase pendidik dengan status tetap (%PT) khusus TK Definisi: Perbandingan antara pendidik dengan status kepegawaian tetap dengan jumlah pendidik seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pendidik menurut status kepegawaian 12

24 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PT p %PT p = X 100 P sel p Keterangan: PT p adalah pendidik dengan status kepegawaian tetap Psel p adalah pendidik seluruhnya Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100%, yang berarti semua pendidik memiliki status kepegawaian tetap. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pendidik yang status kepegawaiannya tetap sehingga dapat diketahui berapa banyak guru yang perlu ditingkatkan status kepegawaiannya menjadi tetap. 5. Persentase pendidik yang mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF (%PLn) Definisi: Perbandingan antara pendidik yang telah mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF dengan jumlah pendidik seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pendidik menurut pelatihan yang diikuti 2) Jumlah pendidik Rumus yang digunakan: PLn p %PLn p = X 100 P sel p Keterangan: PLn p adalah pendidik yang telah mendapat pelatihan Psel p adalah pendidik seluruhnya Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100%, yang berarti semua pendidik telah mendapatkan pelatihan tentang program PAUD dan PNF. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pendidik yang perlu diberikan pelatihan sehingga dapat meningkatkan mutu program PAUD dan PNF. Untuk menghitung indikator SDM yang berasal dari pengelola, berikut ini disajikan definisi, data dasar yang digunakan, rumusan, kriteria, dan kegunaannya. 6. Persentase pengelola berijazah S1 dan lebih tinggi (%PAS1+) Definisi: Perbandingan antara pengelola yang berijazah S1 dan lebih tinggi dengan jumlah pengelola seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pengelola menurut ijazah tertinggi 2) Jumlah pengelola Rumus yang digunakan: 13

25 PAS1+ p %PAS1+ p = X 100 PA sel p Keterangan: PA1+ p adalah pengelola S1 dan lebih tinggi PAsel p adalah pengelola seluruhnya Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100%. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pengelola yang perlu disetarakan sehingga dapat meningkatkan mutu program PAUD dan PNF yang dikelolanya. 7. Persentase pengelola perempuan (%PAPn) Definisi: Perbandingan antara pengelola perempuan dengan jumlah pengelola seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pengelola menurut jenis kelamin 2) Jumlah pengelola Rumus yang digunakan: PAPn p %PAPn p = X 100 PA sel p Keterangan: PAPn p adalah pengelola perempuan PAsel p adalah pengelola seluruhnya Kriteria: Nilai idealnya = 50%, jadi nilai lebih atau kurang dari 50% berarti belum baik karena tidak memberikan kesempatan yang sama menjadi pengelola PAUD dan PNF. Kegunaan: Untuk mengetahui apakah ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi pengelola PAUD dan PNF. 8. Persentase pengelola yang mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF (%PALn) Definisi: Perbandingan antara pengelola yang telah mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF dengan jumlah pengelola seluruhnya dinyatakan dalam persentase. Data Dasar yang Digunakan: 1) Jumlah pengelola menurut pelatihan yang diikuti 2) Jumlah pengelola Rumus yang digunakan: PALn p %PALn p = X 100 PA sel p Keterangan: PALn p adalah pengelola yang telah mendapat pelatihan PAsel p adalah pengelola seluruhnya 14

26 Kriteria: Makin tinggi nilainya berarti makin baik, nilai ideal = 100%, yang berarti semua pengelola telah mendapatkan pelatihan tentang PAUD dan PNF. Kegunaan: Untuk mengetahui berapa pengelola yang perlu diberikan pelatihan sehingga dapat meningkatkan mutu PAUD dan PNF. C. Kinerja SDM PAUD dan PNF Berdasarkan Indikator Pendidikan Sesuai dengan indikator SDM yang digunakan dalam analisis SDM PAUD dan PNF maka kinerja SDM PAUD dan PNF juga dihitung dari ke-8 indikator SDM yang dijelaskan di atas. Ke-8 indikator SDM PAUD dan PNF yang disajikan adalah menunjukkan mutu pendidikan PAUD dan PNF, oleh karena itu makin tinggi nilainya menunjukkan mutu makin meningkat. Nilai ideal adalah 100 dan minimal adalah 0. (PDSP, 2014). Ketentuan atau standar yang digunakan untuk setiap indikator dan setiap program berbeda karena perbedaan data yang dimiliki disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Standar Menentukan Indikator SDM PAUD dan PNF No. Jenis Indikator PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Jumlah A. Pendidik 1 R-PD/P %PS %PPn %PG/T %PLn B. Pengelola 6 %PAS %PAPn %PALn Jumlah Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa: a. Indikator R-PD/P untuk setiap program PNF menggunakan standar yang berbeda karena menggunakan angka nasional. b. Indikator %PS1+ menggunakan standar ideal 100%, artinya semua pendidik harusnya memiliki ijazah S1 semuanya, kecuali pendidikan keaksaraan dan PAUD ditentukan sebesar 50%. c. Indikator %PPn untuk setiap program menggunakan standar ideal 50%, artinya pendidik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama menjadi pendidik. d. Indikator %PG atau %PT khusus TK untuk setiap program menggunakan standar ideal 100%, artinya semua pendidik harusnya berasal dari guru kecuali PAUD dan kursus karena tidak tersedia data dan pendidik TK harusnya tetap supaya menghasilkan mutu yang baik. 15

27 e. Indikator %PLn menggunakan standar ideal 100%, artinya semua pendidik harusnya mendapatkan pelatihan tentang PNF, namun hanya program pendidikan keaksaraan dan PAUD yang memiliki data menurut pelatihan. f. Indikator %PAS1+ menggunakan standar ideal 100%, artinya semua pengelola harusnya memiliki ijazah S1, kecuali pendidikan keaksaraan dan PAUD sebesar 50%. g. Indikator %PAPn untuk setiap program menggunakan standar ideal 50%, artinya pengelola laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama menjadi pengelola, kecuali kursus karena tidak tersedia data. h. Indikator %PALn hanya khusus program PAUD menggunakan standar ideal 100%, artinya semua pengelola harusnya mendapatkan pelatihan tentang PAUD karena program lainnya tidak tersedia datanya. Oleh karena indikator tersebut tidak semuanya dapat dikategorikan ideal sebesar 100% maka diperlukan standarisasi untuk menentukan mutu pendidik dan pengelola yang baik. Untuk memudahkan memahami dalam pencapaian kinerja SDM PNF maka digunakan lima jenis kinerja, yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang yang disajikan pada Tabel 3.3. (PDSP, 2014). Tabel 3.3 Jenis Kinerja SDM PAUD dan PNF No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna Utama Madya Pratama Kurang kurang dari

28 BAB IV HASIL DAN BAHASAN A. Potensi SDM PAUD dan PNF Untuk mengetahui bagaimana potensi SDM PAUD dan PNF maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang sumber data, variabel serta data SDM PAUD dan PNF. Untuk melakukan analisis SDM PAUD dan PNF adalah statistik PAUD dan Statistik PNF tahun 2013 (Pusat Data dan Statistik Pendidikan, 2013a, Pusat Data dan Statistik Pendidikan, 2013b) disertai data yang berasal dari data pokok pendidikan nonformal (Dapodik NF) tahun 2013 sebagai bahan pelengkap. Statistik yang dimaksud adalah: 1. Statistik Pendidikan Keaksaraan 2. Statistik PAUD 3. Statistik Taman Kanak-kanak 4. Statistik Pendidikan Kesetaraan 5. Statistik Kursus Sesuai dengan penjelasan sebelumnya maka variabel data yang digunakan dalam analisis SDM PNF terdiri dari tiga jenis data dengan rincian sehingga terdapat 8 jenis variabel data, yaitu 1. peserta didik, 2. pendidik a. menurut ijazah b. menurut jenis kelamin, c. menurut pekerjaan/kepegawaian, dan d. menurut pelatihan, 3. pengelola a. menurut ijazah, b. menurut jenis kelamin, dan c. menurut pelatihan. Tabel 4.1 Variabel Data SDM PAUD DAN PNF No. Jenis Data PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Jumlah 1 Peserta Didik (PD) v v v v v v v 7 2 Pendidik (P) a. Menurut Ijazah v v v v v v v 7 b. Menurut Jenis Kelamin v v v v v v v 7 c. Menurut Pekerjaan/Kepegawaian v - v v v v - 5 d. Menurut Pelatihan v v Pengelola (PA) a. Menurut Ijazah v v v v v v - 6 b. Menurut Jenis Kelamin v v v v v v - 6 c. Menurut Pelatihan - v Jumlah

29 Tidak semua jenis data terdapat pada setiap program PAUD dan PNF. Pendidikan kesetaraan dan PAUD memiliki tujuh jenis data, TK dan pendidikan kesetaraan memiliki enam jenis, dan kursus hanya tiga jenis. Variabel data SDM PAUD dan PNF disajikan pada Tabel 4.1. (PSDP, 2013a dan 2013b) Tabel 4.2 Data SDM PAUD dan PNF Menurut Program No. Jenis Program Peserta Pengelola (PA) Pendidik (P) Didik (PD) R-PD/P R-P/PA 1 Pendidikan Keaksaraan (PK) 283,874 22,366 20, PAUD 6,924, , , Taman Kanak-kanak 4,174, ,182 74, Paket A setara SD 44,040 4,153 5, Paket B setara SMP 151,254 20,225 7, Paket C setara SMA 256,262 42,324 14, Kursus 2,940,249 43, Jumlah 14,775, , , Catatan:... tidak tersedia data pengelola kursus Grafik 4.1 Data SDM PAUD dan PNF Menurut Program 7,000 6,925 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 4,175 2,940 1, PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus PD Pendidik Pengelola Berdasarkan variabel data SDM PAUD dan PNF maka pada Tabel 4.2 dan Grafik 4.1 disajikan data SDM PAUD dan PNF menurut program yang meliputi peserta didik, pendidik, dan pengelola. Peserta didik semua program PAUD dan PNF yang terdiri dari 7 program sebesar ,3 ribu anak/orang, pendidik sebesar 765,6 ribu orang dan pengelola tanpa pengelola kursus sebesar 226,8 ribu orang. Peserta didik program PAUD yang terbesar sebesar 6,9 juta anak diikuti program TK sebesar 4,2 juta anak, dan terkecil paket A setara SD sebesar anak. Besarnya peserta didik juga menyebabkan besarnya pendidik pada program PAUD sebesar 330,5 ribu orang, diikuti program TK sebesar 302,2 ribu orang. Bila dilihat jumlah pengelola maka pengelola terbesar juga pada program PAUD sebesar 104,5 ribu orang, diikuti 18

30 program TK sebesar 75,0 ribu dan terkecil program paket A setara SD sebesar orang. Namun, bila dibandingkan antara peserta didik dengan pendidik maka rasio terbesar pada kursus sebesar 67 orang, berarti pendidik melayanai 67 orang peserta didik dan terkecil pada paket C setara SMA sebesar 6 orang. Bila digunakan ratarata 7 program tersebut maka R-PD/P sebesar 19, hal ini menunjukkan PAUD dan kursus masih kekurangan pendidik, sebaliknya program lainnya terutama paket B setara SMP dan paket C setara SMA telah kelebihan pendidik. Bila dibandingkan rasio pendidik dengan pengelola maka pendidik lebih banyak di program TK sebesar 4 dan terkecil pada program pendidikan keaksaraan dan paket A setara SD masing-masing sebesar 1 orang. Bila digunakan rata-rata 7 program tersebut maka R-P/PA sebesar 3, hal ini menunjukkan pendidikan keaksaraan, paket A setara SD masih kekurangan pendidik, sebaliknya program lainnya terutama TK yang paling banyak memiliki pendidik. Hal ini bisa dimaklumi karena untuk mengajar di TK memang di tiap kelas dibutuhkan guru dan pengasuh sehingga minimal ada 2 guru di kelas. Tabel 4.3 Data SDM PAUD dan PNF Menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi Pendidikan Keaksaraan PAUD Taman Kanak2 Paket A PD Pendidik Pengelola PD Pendidik Pengelola PD Pendidik Pengelola PD Pendidik Pengelola 1 DKI Jakarta ,097 9,655 2, ,143 6,848 1, Jawa Barat 20,768 1,661 1,453 1,430,866 38,600 18, ,757 30,593 6,973 2, Banten 5, ,628 14,322 3, ,071 7,084 1,639 1, Jawa Tengah 12, ,543 50,675 12, ,597 48,648 13,350 2, DI Yogyakarta 12,920 1, ,975 17,906 3,425 94,022 7,633 2, Jawa Timur 36,861 2,949 2, ,766 64,784 19, ,154 63,348 16,040 3, Aceh 5, ,114 6,986 1,866 93,432 8,919 1,784 1, Sumatera Utara 6, ,670 18,082 6, ,106 8,082 1,984 1, Sumatera Barat 1, ,811 11,006 3,453 78,196 7,400 1,962 1, Riau 2, ,887 6,608 2,096 95,624 6,091 1,413 1, Kepulauan Riau ,913 2, ,401 2, Jambi ,049 3,794 1,975 36,854 3, , Sumatera Selatan 2, ,995 8,344 2,303 69,682 5,839 1,279 1, Bangka Belitung 3, ,597 2, ,782 1, Bengkulu ,311 4,597 1,517 30,827 3, Lampung ,639 10,209 2, ,275 10,940 2, Kalimantan Barat 12, ,420 2,788 1,304 50,085 2, , Kalimantan Tengah 1, ,987 1, ,507 4,762 1,226 1, Kalimantan Selatan 18,048 1,444 1,276 81,759 5,455 1,694 87,652 8,911 2,292 1, Kalimantan Timur 16,793 1,343 1,217 90,254 5,211 1,524 54,022 7,087 1,459 2, Sulawesi Utara ,919 2,753 1,367 63,077 3,241 1,535 1, Gorontalo 4, ,578 3,199 1,296 27,668 2, , Sulawesi Tengah 2, ,491 3,448 1,319 74,136 5,798 1,419 1, Sulawesi Selatan 22,567 1,805 1, ,860 8,731 2, ,779 14,752 3,726 2, Sulawesi Barat 7, ,103 2, ,191 2, Sulawesi Tenggara 5, ,547 1, ,773 5,776 1,381 1, Maluku ,112 2, ,999 1, , Maluku Utara ,293 1, ,311 1, , Bali 10, ,760 4,823 1,576 82,549 6,257 1, Nusa Tenggara Barat 13, ,857 10,550 2, ,601 7,437 1, Nusa Tenggara Timur 9, ,574 1,885 2,599 76,468 2,996 1,175 1, Papua 44,346 3,548 3,181 77,466 1, ,788 1, , Papua Barat 4, , , Indonesia 283,874 22,366 20,059 6,924, , ,503 4,174, ,182 74,982 44,040 4,153 5,180 Catatan: PD adalah peserta didik 19

31 Bila dilihat di tiap program di setiap provinsi yang terdapat pada Tabel 4.3 maka Provinsi Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara tidak terdapat program pendidikan keaksaraan. Peserta didik pendidikan keaksaraan sebesar 288,9 ribu orang, terbesar adalah pada Provinsi Papua sebesar 44,3 ribu orang dan terkecil pada provinsi Maluku sebesar 44 orang. Bila dilihat dari pendidik dan pengelola maka Provinsi Papua terbesar masing-masing sebesar orang dan orang, sedangkan terkecil juga pada Provinsi Maluku masing-masing sebesar 4 orang. Peserta didik program PAUD sebesar 6,9 juta anak, terbesar pada Provinsi Jawa Barat sebesar 1,4 juta anak dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 23,0 ribu anak. Pendidik dan pengelola terbesar pada Provinsi Jawa Timur masing-masing sebesar 64,8 ribu orang dan 19,3 ribu orang. Sebaliknya, pendidik dan pengelola terkecil terjadi di Provinsi Papua Barat masing-masing sebesar 911 dan 378 orang. Peserta didik program TK sebesar 4,2 juta, terbesar pada Provinsi Jawa Timur sebesar 915,2 ribu dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 13,3 ribu. Pendidik dan pengelola terbesar pada Provinsi Jawa Timur masing-masing sebesar 63,3 ribu orang dan 16,0 ribu orang. Sebaliknya, pendidik terkecil terjadi di Provinsi Papua Barat 671 orang dan pengelola terkecil terjadi di Provinsi Papua sebesar 236 orang. Peserta didik program paket A setara SD sebesar 44,0 ribu orang terbesar pada Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil pada Provinsi DI Yogyakarta sebesar 187 orang. Pendidik terbesar pada Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 310 orang dan pengelola terbesar pada Provinsi Jawa Timur sebesar 341 orang. Sebaliknya, pendidik terkecil terjadi di Provinsi Bali sebesar 16 orang dan pengelola terkecil terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 21 orang. Berdasarkan Tabel 4.3 lanjutan, program paket B setara SMP tidak terdapat pada Provinsi Sumatera Selatan dan Papua Barat. Peserta didik program paket B setara SMP sebesar 151,3 ribu orang, terbesar pada Provinsi Jawa Timur sebesar 25,7 ribu orang dan terkecil pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 656 orang. Pendidik dan pengelola terbesar pada Provinsi Jawa Barat masing-masing sebesar orang dan orang. Sebaliknya, pendidik dan pengelola terkecil terjadi di Provinsi Papua masing-masing sebesar 32 dan 17 orang. Peserta didik program paket C setara SMA sebesar 256,3 ribu orang, terbesar pada Provinsi Jawa Timur sebesar 47,3 ribu orang dan terkecil pada Provinsi Gorontalo sebesar orang. Pendidik dan pengelola terbesar juga pada Provinsi Jawa Timur masing-masing sebesar orang dan orang. Sebaliknya, pendidik dan pengelola terkecil terjadi di Provinsi Gorontalo masing-masing sebesar 210 dan 51 orang. Peserta didik dan pendidik program kursus masing-masing sebesar 2,9 juta orang dan 43,8 ribu orang, terbesar pada Provinsi Jawa Timur masing-masing sebesar 481,7 ribu orang dan orang, sedangkan terkecil pada Provinsi Papua Barat masing-masing sebesar orang dan 66 orang. Dengan demikian, dari tujuh program PNF terdapat 14,8 juta peserta didik, 765,6 ribu pendidik, dan 226,8 ribu pengelola. Hal ini berarti program PNF sebagai pendukung pendidikan formal memang sangat berarti dan cukup penting perannya karena bisa menampung 14,8 juta peserta didik. 20

32 Tabel 4.3 lanjutan Data SDM PAUD dan PNF menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi Paket B Paket C Kursus Jumlah *) PD Pendidik Pengelola PD Pendidik Pengelola PD Pendidik PD Pendidik Pengelola 1 DKI Jakarta 3, , ,704 1, ,483 19,918 4,568 2 Jawa Barat 17,592 4,240 1,767 11,240 1, ,672 6,577 2,290,535 83,705 29,336 3 Banten 4, ,504 2,501 1,127 90,706 1, ,458 25,932 6,671 4 Jawa Tengah 10,921 3,101 1,088 36,768 6,888 2, ,729 5,502 1,701, ,992 30,382 5 DI Yogyakarta 1, , ,900 1, ,434 28,462 6,701 6 Jawa Timur 25,704 2,538 1,014 47,299 7,475 2, ,726 7,813 2,440, ,142 42,057 7 Aceh 6, ,744 1, , ,332 19,519 5,156 8 Sumatera Utara 3, , ,807 2, ,210 30,599 9,088 9 Sumatera Barat 2, , ,378 1, ,907 20,509 5, Riau 3, ,883 1, , ,686 15,495 4, Kepulauan Riau 4, , , ,896 7,037 1, Jambi 4, , , ,635 8,936 3, Sumatera Selatan , ,495 1, ,140 16,827 4, Bangka Belitung 3, , , ,859 5,210 1, Bengkulu 4, , , ,856 9,353 2, Lampung 4, , ,023 1, ,349 23,834 5, Kalimantan Barat 4, , , ,335 8,572 3, Kalimantan Tengah 2, , , ,888 8,002 2, Kalimantan Selatan 2, , , ,212 18,314 5, Kalimantan Timur 1, , ,993 1, ,607 15,547 4, Sulawesi Utara , , ,179 7,359 3, Gorontalo 3, , , ,856 6,588 2, Sulawesi Tengah 3, , , ,496 11,439 3, Sulawesi Selatan 5,260 1, , ,449 1, ,106 28,580 8, Sulawesi Barat 2, , , ,749 6,797 2, Sulawesi Tenggara 10, , , ,188 9,392 3, Maluku 2, , , ,074 4,716 1, Maluku Utara 2, ,096 1, , ,828 4,946 1, Bali 2, , ,775 1, ,748 14,266 4, Nusa Tenggara Barat 2, ,263 1, ,944 1, ,490 21,231 5, Nusa Tenggara Timur 2, , , ,661 7,379 4, Papua 1, ,819 2, , ,086 9,351 5, Papua Barat , , ,183 2,663 1,332 Indonesia 151,254 20,225 7, ,262 42,324 14,163 2,940,249 43,825 14,775, , ,805 Catatan: *) Jumlah pengelola tidak termasuk kursus karena tidak tersedia data B. Kebutuhan dan Kekurangan/Kelebihan SDM PAUD dan PNF Kebutuhan SDM PAUD dan PNF dapat dihitung untuk tujuh jenis program dengan menggunakan standar yang ditentukan untuk setiap jenis program, khusus untuk pendidik. Standar yang digunakan untuk menghitung kebutuhan pendidik dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dengan menggunakan peserta didik dan standar tersebut maka dapat dihitung kebutuhan pendidik menurut program. Tabel 4.4 adalah hasil perhitungan kebutuhan pendidik menurut program tiap provinsi. Kebutuhan pendidik PK sebesar orang dengan tertinggi pada Provinsi Papua sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Maluku sebesar 4 orang. Kebutuhan pendidik PAUD sebesar orang dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Barat sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 766 orang. 21

33 Kebutuhan pendidik TK sebesar dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 663. Kebutuhan pendidik paket A setara SD sebesar dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebesar 157 orang dan terkecil pada Provinsi DI Yogyakarta sebesar 663. Kebutuhan pendidik paket B setara SMPD sebesar dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 44. Kebutuhan pendidik paket C setara SMA sebesar dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 153. Kebutuhan pendidik kursus sebesar dengan tertinggi pada Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil pada Provinsi Papua Barat sebesar 153. Dengan demikian, semua program PAUD dan PNF membutuhkan pendidik dengan rincian terbesar di Provinsi Jawa Timur sebesar orang dan terkecil di Provinsi Papua Barat sebesar orang. Tabel 4.4 Kebutuhan Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Standar menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Jumlah 1 DKI Jakarta 16 8,303 6, ,318 18,966 2 Jawa Barat 2,077 47,696 19, ,173 1,405 10,492 82,363 3 Banten 520 9,288 8, ,188 2,268 22,867 4 Jawa Tengah 1,235 21,651 33, ,596 8,018 69,771 5 DI Yogyakarta 1,292 3,566 4, ,173 11,204 6 Jawa Timur 3,686 31,026 45, ,714 5,912 12, ,296 7 Aceh 547 4,204 4, ,468 1,851 13,224 8 Sumatera Utara ,189 8, ,320 33,721 9 Sumatera Barat 131 5,927 3, ,084 12, Riau 264 6,196 4, , , Kepulauan Riau - 2,530 2, ,393 6, Jambi 27 4,435 1, ,128 8, Sumatera Selatan 223 8,867 3, ,387 15, Bangka Belitung 359 1,753 1, , Bengkulu 83 2,177 1, ,107 5, Lampung 9 7,421 5, ,426 16, Kalimantan Barat 1,228 4,547 2, , Kalimantan Tengah 106 2,166 2, , Kalimantan Selatan 1,805 2,725 4, ,324 11, Kalimantan Timur 1,679 3,008 2, ,475 9, Sulawesi Utara - 1,697 3, ,295 6, Gorontalo 406 1,419 1, , Sulawesi Tengah 266 3,583 3, ,222 9, Sulawesi Selatan 2,257 5,829 10, ,011 21, Sulawesi Barat 761 1, , Sulawesi Tenggara 586 1,685 4, , Maluku 4 1,804 1, , Maluku Utara 24 1, , , Bali 1,054 3,659 4, ,994 11, Nusa Tenggara Barat 1,300 3,995 5, ,849 13, Nusa Tenggara Timur 935 5,352 3, ,224 11, Papua 4,435 2,582 1, , , Papua Barat ,543 Indonesia 28, , ,740 2,205 10,082 32,033 73, ,781 22

34 Berdasarkan kebutuhan pendidik PAUD dan PNF maka dapat dihitung kekurangan/kelebihan pendidik di masing-masing program pendidikan seperti disajikan pada Tabel 4.5. Secara nasional PK dan kursus masih kekurangan dan orang, sedangkan program lainnya sudah kelebihan, yaitu PAUD, TK, Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA masing-masing sebesar , , 1.948, , dan orang. Tabel 4.5 Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Jumlah 1 DKI Jakarta 0 1, , Jawa Barat ,096 11, , ,915 1,342 3 Banten ,034-1, ,065 4 Jawa Tengah ,024 15, ,373 2,292-2,516 46,221 5 DI Yogyakarta ,340 2, ,258 6 Jawa Timur ,758 17, ,563-4,230 48,846 7 Aceh ,782 4, ,097 6,295 8 Sumatera Utara ,706-3,122 9 Sumatera Barat -26 5,079 3, , Riau , , Kepulauan Riau Jambi , Sumatera Selatan , , Bangka Belitung Bengkulu -17 2,420 1, , Lampung -2 2,788 5, ,052 7, Kalimantan Barat , , Kalimantan Tengah , , Kalimantan Selatan ,730 4, , Kalimantan Timur ,203 4, , Sulawesi Utara - 1, Gorontalo -82 1,780 1, , Sulawesi Tengah , , Sulawesi Selatan ,902 4, , Sulawesi Barat ,142 1, , Sulawesi Tenggara , Maluku Maluku Utara Bali ,164 2, , Nusa Tenggara Barat ,555 2, , Nusa Tenggara Timur , , Papua , , Papua Barat Indonesia -6,023 99,712 93,442 1,948 10,143 10,291-29, ,831 Walaupun secara nasional PK kekurangan pendidik namun Provinsi DKI Jakarta dan Maluku tidak kekurangan maupun kelebihan pendidik. Demikian juga PAUD, walaupun secara nasional telah kelebihan pendidik namun terdapat 12 provinsi yang masih kekurangan dari yang terkecil sebesar 64 orang di Provinsi Kepulauan Riau 23

35 sampai yang terbesar orang di Provinsi Jawa Barat. TK secara nasional telah kelebihan pendidik namun terdapat 4 provinsi yang masih kekurangan dari yang terkecil sebesar 145 orang di Provinsi Papua sampai yang terbesar sebesar orang di Provinsi Banten. Paket A setara SD semua provinsi dalam kondisi kelebihan, Paket B setara SMP secara nasional kelebihan pendidik namun terdapat 8 provinsi yang masih kekurangan pendidik, dan Paket C setara SMA secara nasional kelebihan pendidik dan hanya Provinsi Maluku Utara yang kekurangan pendidik. Sebaliknya, semua provinsi masih kekurangan pendidik Kursus. Tabel 4.6 Rasio Peserta Didik per Pendidik PAUD dan PNF menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Rata2 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia Catatan: tanda berarti program PAUD dan PNF tidak ada di provinsi tersebut Sebagai pengecekan apakah pendidik PAUD dan PNF sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya maka dihitung melalui rasio peserta didik per pendidik (R- PD/P). Standar yang digunakan untuk menghitung apakah terjadi 24

36 kelebihan/kekurangan pendidik dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dengan menggunakan standar tersebut maka bila R-PD/P lebih kecil daripada standar yang ada maka terjadi kelebihan pendidik, sebaliknya, bila R-PD/P lebih besar daripada standar yang ada maka terjadi kekurangan pendidik. Namun, kekurangan/kelebihan SDM PNF menggunakan indikator R-PD/P tidak dapat diketahui kuantitasnya karena keterbatasan data yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 4.6 disajikan R-PD/P tiap program dan provinsi. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tingkat nasional rata-rata pendidik melayani peserta didik sebesar 19 orang dan program kursus terbesar sebesar 67 orang dan terkecil program paket C sebesar 6. Bila dilihat setiap provinsi maka pendidik program PNF di Provinsi Nusa Tenggara Timur melayani peserta didik yang terbesar sebesar 43 orang berarti terjadi kekurangan pendidik dan terkecil terjadi di DI Yogyakarta sebesar 9 orang berarti terjadi kelebihan pendidik, bila digunakan standar nasional sebesar 19. Bila dilihat di setiap program maka untuk pendidik program pendidikan keaksaraan melayani peserta didik sekitar 12 dan 13 orang. Pendidik program PAUD melayani peserta didik sebesar 21 orang, terbesar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 85 orang dan terkecil terjadi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 6 orang. Pendidik TK melayani peserta didik sebesar 14 orang, terbesar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 26 dan terkecil di di Sulawesi Barat sebesar 7 orang. Pendidik program Paket A melayani peserta didik sebesar 11 orang, terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar 16 orang, sedangkan terkecil terjadi di lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan masing-masing sebesar 7 orang. Pendidik program Paket B melayani peserta didik sebesar 7 orang, terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 63 orang, sedangkan terkecil terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 2 orang. Pendidik program Paket C melayani peserta didik sebesar 6 orang, terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung dan Maluku Utara masing-masing sebesar 8 orang dan terkecil terjadi di Provinsi Sumatera Barat dan Kalimantan Tengah masing-masing sebesar 4 orang. Pendidik program kursus melayani peserta didik sebesar 67 orang, terbesar terjadi di Provinsi Maluku Utara sebesar 123 orang, sedangkan terkecil terjadi di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 44 orang. Dengan menggunakan standar yang berbeda untuk masing-masing program maka dapat diketahui program mana yang telah kelebihan atau kekurangan pendidik. Tabel 4.7 menunjukkan kelebihan atau kekurangan pendidik tiap provinsi, namun tidak diketahui berapa kekurangan atau kelebihannya. Pendidikan keaksaraan menggunakan standar 10 maka secara nasional kekurangan pendidik karena nilainya di atas standar, namun 2 provinsi tidak kekurangan pendidik. PAUD menggunakan standar 30 maka secara nasional terjadi kelebihan pendidik, namun masih terdapat 12 provinsi yang masih kekurangan pendidik. TK menggunakan standar 20 maka secara nasional terjadi kelebihan pendidik karena nilainya di bawah standar, namun masih terdapat 4 provinsi yang masih kekurangan pendidik. Paket A menggunakan standar 20 maka semua provinsi kelebihan pendidik karena nilainya lebih kecil dari standar. Paket B menggunakan standar 15 maka secara nasional terjadi kelebihan pendidik karena nilainya lebih kecil dari standar, namun terdapat 25

37 8 provinsi yang masih kekurangan pendidik. Paket C menggunakan standar 8 maka secara nasional terjadi kelebihan pendidik karena nilainya lebih kecil dari standar, namun masih terdapat satu provinsi yang masih kekurangan pendidik. Kursus menggunakan standar 40 karena nilainya lebih besar dari standar maka semua provinsi kekurangan pendidik. Tabel 4.7 Kekurangan/Kelebihan Pendidik PAUD dan PNF Berdasarkan Rasio Peserta Didik per Pendidik Menurut Program Tiap Provinsi No. Provinsi PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Standar DKI Jakarta Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 2 Jawa Barat Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 3 Banten Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 4 Jawa Tengah Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 5 DI Yogyakarta Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 6 Jawa Timur Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 7 Aceh Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 8 Sumatera Utara Kekurangan Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 9 Sumatera Barat Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 10 Riau - Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 11 Kepulauan Riau Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 12 Jambi Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 13 Sumatera Selatan Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan - Kelebihan Kekurangan 14 Bangka Belitung Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 15 Bengkulu Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 16 Lampung Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 17 Kalimantan Barat Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 18 Kalimantan Tengah Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 19 Kalimantan Selatan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 20 Kalimantan Timur Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 21 Sulawesi Utara - Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 22 Gorontalo Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 23 Sulawesi Tengah Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 24 Sulawesi Selatan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 25 Sulawesi Barat Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 26 Sulawesi Tenggara Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 27 Maluku Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 28 Maluku Utara Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kekurangan 29 Bali Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 30 Nusa Tenggara Barat Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 31 Nusa Tenggara Timur Kekurangan Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan 32 Papua Kekurangan Kekurangan Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan 33 Papua Barat Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan - Kelebihan Kekurangan Indonesia Kekurangan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kekurangan Catatan: - program PNF tidak ada di provinsi tersebut Kekurangan/kelebihan pendidik secara nasional dapat dilihat lebih jelas pada Grafik 4.2. Pada Grafik4.2 menunjukkan perbedaan R-PD/P dengan standar di tiap program PNF. Bila R-PD/P lebih besar daripada standar berarti kekurangan pendidik, sebaliknya R-PD/P lebih kecil daripada standar berarti kelebihan pendidik. 26

38 Grafik 4.2 Perbedaan Rasio Peserta Didik per Pendidik PAUD dan PNF dengan Standar Menurut Program PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus R-PD/P Standar C. Indikator SDM PAUD dan PNF Indikator SDM PAUD dan PNF yang terdiri dari delapan indikator dilihat dari tiap program PAUD dan PNF sebanyak tujuh program, yaitu pendidikan kesetaraan, PAUD, TK, paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA, dan kursus. Berdasarkan Tabel 4.8, secara nasional dapat diketahui bahwa R-PD/P terbesar pada program kursus sebesar 67 orang dan terkecil pada paket C setara SMA sebesar 6 orang. Hal ini berarti pendidik melayani 6 orang sampai 67 orang pada program PNF. %PS1+ terbesar pada program paket C setara SMA sebesar 77,01% dan terkecil pada program PAUD sebesar 22,07%. Hal ini berarti pendidik yang memiliki kelayakan mengajar berkisar antara 22,07% sampai 77,01%. %PPn terbesar pada program TK sebesar 97,39% dan terkecil pada program paket B setara SMP sebesar 42,95%. Hal ini berarti pendidik program TK didominasi oleh perempuan karena hampir 98% adalah perempuan, sedangkan program paket B setara SMP tidak ada separuh. %PG terbesar pada program paket A setara SD sebesar 97,39% dan terkecil pada program keaksaraan sebesar 61,00%. Hal ini berarti program paket A setara SD yang paling sesuai karena pendidik PNF memang diharapkan berasal dari guru. %PLn terbesar pada program pendidikan keaksaraan sebesar 48,79% dan terkecil pada program PAUD sebesar 41,82%, sedangkan program lainnya tidak tersedia datanya. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Grafik 4.3 yang menggambarkan indikator pendidik menurut program. 27

39 Tabel 4.8 Indikator SDM PAUD dan PNF Menurut Program No. Jenis Program R-PD/P %PS1+ %PPn %PG/PT %PLn %PAS1+ %PAPn %PALn 1 Pendidikan Keaksaraan (PK) PAUD Taman Kanak-kanak Paket A setara SD Paket B setara SMP Paket C setara SMA Kursus Catatan:... tidak tersedia data Grafik 4.3 Indikator Pendidik PAUD dan PNF Menurut Program (dalam %) %PS1+ %PPn %PG/PT %PLn Masih pada Tabel 4.8, %PAS1+ terbesar pada program paket C setara SMA sebesar 62,40% dan terkecil pada program PAUD sebesar 26,85%. Hal ini berarti pengelola yang memiliki ijazah tinggi berkisar antara 26,85% sampai 62,40%. %PAPn terbesar pada program TK sebesar 95,26% dan terkecil pada program paket C setara SMA sebesar 37,25%. Hal ini berarti pengelola program TK didominasi oleh perempuan karena lebih dari 95% adalah perempuan, sedangkan program paket C setara SMA tidak ada separuh. %PALn hanya pada program PAUD sebesar 19,06%, sangat kecil karena tidak ada seperlima dari pengelola yang ada. Grafik 4.4 menggambarkan indikator pengelola menurut program. 28

40 Grafik 4.4 Indikator Pengelola PAUD dan PNF Menurut Program (dalam %) %PAS1+ %PAPn %PALn 1. Pendidikan Keaksaraan (PK) Berdasarkan Tabel 4.9 indikator SDM pendidikan keaksaraan terdiri dari 7 jenis. R-PD/P nasional sebesar 13, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 19 orang dan terkecil adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 10 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka hanya Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memerlukan tambahan pendidik. %PS1+ nasional sebesar 24,02%, terbesar adalah Provinsi Sumatera Selatan sebesar 50,84% dan terkecil adalah Provinsi Riau sebesar 3,79%. %PPn nasional sebesar 61,00%, terbesar adalah Provinsi Aceh sebesar 83,11% dan terkecil adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 5,26%. %PPn nasional sebesar 61,00%, terbesar adalah Provinsi Aceh sebesar 83,11% dan terkecil adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 35,78%. %PG nasional sebesar 53,14%, terbesar adalah Provinsi Riau sebesar 79,62% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 21,12%. %PLn nasional sebesar 48,79%, terbesar atau sudah maksimal sebesar 100,00% terjadi 12 provinsi dan terkecil adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 7,64%. %PAS1+ nasional sebesar 40,27%, terbesar adalah Provinsi Bali sebesar 67,77% dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Tengah 14,12%. %PAPn nasional sebesar 42,27%, terbesar adalah Provinsi Maluku sebesar 75,00% dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Barat 17,81%. 29

41 Tabel 4.9 Indikator SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PLn %PAS1+ %PAPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia Catatan: tidak ada program PK di Provinsi Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara 2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berdasarkan Tabel 4.10 indikator SDM PAUD terdiri dari tujuh jenis. R-PD/P nasional sebesar 21, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 85 orang dan terkecil adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 6 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka 14 provinsi yang telah kelebihan pendidik dan 19 provinsi lainnya masih kekurangan pendidik. 30

42 Tabel 4.10 Indikator SDM PAUD Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PLn %PAS1+ %PAPn %PALn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia %PS1+ nasional sebesar 22,07%, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 33,77% dan terkecil adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 10,21%. %PPn nasional sebesar 93,10%, terbesar adalah Provinsi Riau sebesar 98,76% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 78,08%. %PLn nasional sebesar 41,82%, terbesar adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 74,98% dan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 18,52%. %PAS1+ nasional sebesar 26,85%, terbesar adalah Provinsi Bali sebesar 47,72% dan terkecil adalah Provinsi Riau sebesar 7,35%. %PAPn nasional sebesar 87,78%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 93,43% dan terkecil adalah Provinsi Bali sebesar 78,24%. %PALn nasional sebesar 19,06%, terbesar adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 57,29% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 5,16%. 31

43 3. Taman Kanak-kanak (TK) Berdasarkan Tabel 4.11 indikator SDM TK hanya digunakan 6 jenis karena ketersediaan data, sedangkan %PG untuk TK digunakan %PT atau persentase pendidik dengan status kepegawaian tetap dengan asumsi bahwa sebagai pegawai tetap akan memberikan kontribusi yang lebih baik. Tabel 4.11 Indikator SDM TK Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PT %PAS1+ %PAPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia R-PD/P nasional sebesar 14, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 26 orang dan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 7 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka 19 provinsi yang telah kelebihan pendidik dan sisanya 14 provinsi masih kekurangan pendidik. %PS1+ nasional sebesar 40,17%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 55,33% dan terkecil adalah Provinsi Maluku sebesar 12,21%. %PPn nasional sebesar 97,39%, terbesar adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 99,88% dan terkecil 32

44 adalah Provinsi Bali sebesar 94,90%. %PT nasional sebesar 48,77%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 81,82% dan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 6,49%. %PAS1+ nasional sebesar 29,70%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 52,90% dan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 7,82%. %PAPn nasional sebesar 95,26%, terbesar adalah Provinsi Maluku Utara sudah maksimal sebesar 100,00% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 87,49%. 4. Paket A Setara SD Berdasarkan Tabel 4.12 indikator SDM paket A setara SD juga hanya digunakan 6 jenis. R-PD/P nasional sebesar 11, terbesar adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 16 orang dan terkecil ada lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan masing-masing sebesar 7 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka 19 provinsi yang telah kelebihan pendidik dan sisanya 14 provinsi masih kekurangan pendidik, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. %PS1+ nasional sebesar 42,81%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 81,15% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 15,34%, sedangkan Provinsi Papua Barat tidak ada pendidiknya yang lulusan S1. %PPn nasional sebesar 54,25%, terbesar adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 70,73% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 42,05%. %PG nasional sebesar 58,80%, terbesar atau sudah maksimal adalah Provinsi Papua Barat sebesar 100,00% dan terkecil adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 10,00%. %PAS1+ nasional sebesar 49,31%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,51% dan terkecil adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 20,61% dan Papua Barat tidak ada pengelola yang berijazah S1. %PAPn nasional sebesar 44,73%, terbesar adalah Provinsi Sumatera Barat sebesar 65,75% dan terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 23,04%, sedangkan di Provinsi Papua Barat tidak ada pengelola yang perempuan. 33

45 Tabel 4.12 Indikator SDM Paket A Setara SD Tiap provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia Paket B Setara SMP Program Paket B Setara SMP tidak ada di Provinsi Sumatera Selatan dan Papua Barat. Berdasarkan Tabel 4.13 indikator SDM paket B setara SMP juga hanya digunakan 6 jenis. R-PD/P nasional sebesar 7 sangat rendah, terbesar adalah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 63 orang, diikuti Nusa Tenggara Timur sebesar 49 orang dan Jambi sebesar 36 orang, sedangkan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 2 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka 11 provinsi telah kelebihan pendidik dan 20 provinsi lainnya masih kekurangan pendidik. 34

46 Tabel 4.13 Indikator SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia Catatan: tidak ada program Paket B di Provinsi Sumatera Selatan dan Papua Barat %PS1+ nasional sebesar 62,92%, terbesar adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 82,50% dan terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 19,11%. %PPn nasional sebesar 42,95%, terbesar adalah Provinsi Sumatera Barat sebesar 66,04% dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 20,00%. %PG nasional sebesar 67,84%, terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah sebesar 87,58% dan terkecil adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 22,51%. %PAS1+ nasional sebesar 57,45%, terbesar adalah Provinsi Bali sebesar 73,48% dan terkecil adalah Provinsi Maluku sebesar 24,49%. %PAPn nasional sebesar 38,34%, terbesar adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 61,54% dan terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 10,42%. 35

47 6. Paket C Setara SMA Berdasarkan Tabel 4.14 indikator SDM paket C setara SMA juga hanya digunakan 6 jenis. R-PD/P nasional sebesar 6 sangat rendah dan hampir semua provinsi berkisar 6 dan 7 orang. Bila nasional dijadikan standar kecukupan pendidik maka 7 provinsi, yaitu Jawa Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua telah kelebihan pendidik dan 26 provinsi lainnya masih kekurangan pendidik. Tabel 4.14 Indikator SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia %PS1+ nasional sebesar 77,01%, terbesar adalah Provinsi Bali sebesar 92,23% dan terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 16,75%. %PPn nasional sebesar 44,57%, terbesar adalah Provinsi Sumatera Barat sebesar 68,72% dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 38,13%. %PG nasional sebesar 70,46%, terbesar 36

48 adalah Provinsi Sumatera Utara sebesar 95,32% dan terkecil adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 12,11%. %PAS1+ nasional sebesar 62,40%, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 87,68% dan terkecil adalah Provinsi Papua sebesar 40,00%. %PAPn nasional sebesar 37,25%, terbesar adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 63,89% dan terkecil adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 9,04%. 7. Kursus Berdasarkan Tabel 4.15 indikator SDM kursus hanya digunakan 3 jenis karena keterbatasan data yang ada. R-PD/P nasional sebesar 67, terbesar adalah Provinsi Maluku Utara sebesar 123 orang, diikuti Provinsi Papua Barat sebesar 93 orang dan terkecil adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 44 orang. Bila nasional menjadi standar kecukupan pendidik kursus maka terdapat 13 provinsi yang telah kelebihan pendidik. Tabel 4.15 Indikator SDM Kursus Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn 1 DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Indonesia

49 %PS1+ nasional sebesar 51,96%, terbesar adalah Provinsi Papua sebesar 85,42% dan terkecil adalah Provinsi Sumatera Barat sebesar 15,05%. %PPn nasional sebesar 53,01%, terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 64,25% dan terkecil adalah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 47,34%. D. Kinerja SDM PAUD dan PNF Kinerja SDM PAUD dan PNF dihitung dari tiga sampai delapan indikator dilihat dari tiap program PAUD dan PNF, yaitu pendidikan keaksaraan, PAUD, TK, paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA, dan kursus. Pendidikan keaksaraan dan PAUD menggunakan 7 jenis indikator, walaupun ada yang berbeda jenisnya. TK, paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA menggunakan 6 jenis indikator yang sama, sedangkan kursus hanya tiga jenis indikator. Oleh karena itu, untuk menghitung kinerjanya hanya digunakan jenis indikator yang dimiliki oleh masing-masing program. Tabel 4.16 Kinerja SDM PAUD dan PNF Menurut Program No. Jenis Program R-PD/P %PS1+ %PPn %PG/PT %PLn %PAS1+ %PAPn %PALn Rata2 Jenis 1 Pendidikan Keaksaraan (PK) PRATAMA 2 PAUD KURANG 3 Taman Kanak-kanak KURANG 4 Paket A setara SD PRATAMA 5 Paket B setara SMP PRATAMA 6 Paket C setara SMA PRATAMA 7 Kursus PRATAMA Rata-rata PRATAMA Jenis kategori PRATAMA KURANG MADYA KURANG KURANG KURANG MADYA KURANG PRATAMA Catatan:... tidak ada data Grafik 4.5 Kinerja SDM PAUD dan PNF Menurut Jenis Program PK PAUD TK Paket A Paket B Paket C Kursus Rata2 38

50 Berdasarkan Tabel 4.16 dan Grafik 4.5 diketahui kinerja SDM berdasarkan 8 jenis indikator yang terkait dengan SDM, namun tidak semua program memiliki 8 jenis indikator tersebut. Indikator R-PD/P terbaik pada program pendidikan keaksaraan sebesar 78,79 dan terkecil pada program paket C setara SMA sebesar 40,37 sehingga rata-rata menjadi 60,08 termasuk kategori pratama. Indikator %PS1+ terbaik pada program paket C setara SMA sebesar 77,01 dan terkecil pada program TK sebesar 40,17 sehingga rata-rata menjadi 52,44 termasuk kategori kurang. Indikator %PPn terbaik pada program kursus sebesar 94,32 dan terkecil pada program TK sebesar 51,34 sehingga rata-rata menjadi 78,36 termasuk kategori madya. Indikator %PG/PT hanya terdapat pada 5 program dan terbaik pada program paket C setara SMA sebesar 70,46 dan terkecil pada program TK sebesar 48,77, sehingga rata-rata menjadi 59,80 termasuk kategori kurang. Indikator %PLn terbaik pada program pendidikan kesetaraan sebesar 48,79 dan terkecil pada program PAUD sebesar 41,82 sehingga rata-rata sebesar 45,31 termasuk kategori kurang. Indikator %PAS1+ terbaik pada program pendidikan kesetaraan sebesar 80,54 dan terkecil pada program TK sebesar 29,70 sehingga rata-rata sebesar 55,52 termasuk kategori kurang. Indikator %PAPn terbaik pada program paket A setara SD sebesar 89,46 dan terkecil pada program TK sebesar 52,49 sehingga rata-rata sebesar 72,44 termasuk kategori madya. Indikator %PALn hanya di program PAUD sebesar 19,06 sangat kecil termasuk kategori kurang. Program pendidikan keaksaraan terbaik pada indikator %PAPn sebesar 84,54 dan terkecil pada %PS1+ sebesar 48,05 sehingga nilai rata-rata menjadi 67,97 termasuk kategori pratama. Program PAUD terbaik pada indikator R-PD/P sebesar 69,83 dan terkecil pada %PALn sebesar 19,06 sehingga nilai rata-rata menjadi 48,46 termasuk kategori kurang. Program TK terbaik pada indikator R-PD/P sebesar 69,08 dan terkecil %PAS1+ sebesar 29,70 sehingga nilai rata-rata menjadi 48,59 termasuk kategori kurang. Program paket A setara SD terbaik pada indikator %PPn sebesar 92,17 dan terkecil pada %PS1+ sebesar 42,81 sehingga rata-rata menjadi 64,26 termasuk kategori pratama. Program paket B setara SMP terbaik pada indikator %PPn sebesar 85,89 dan terkecil pada R-PD/P sebesar 49,86 sehingga rata-rata menjadi 66,77 termasuk kategori pratama. Program paket C setara SMA terbaik pada indikator %PPn sebesar 89,13 dan terkecil pada R-PD/P sebesar 40,37 sehingga rata-rata menjadi 68,98 termasuk kategori pratama. Program kursus terbaik pada indikator %PPn sebesar 94,32 dan terkecil pada %PS1+ sebesar 51,96 sehingga ratarata menjadi 68,63 termasuk kategori pratama. Secara keseluruhan, semua program PNF yang terbaik pada %PPn sebesar 78,36 dan terkecil pada %PALn sebesar 19,06 sehingga menjadi sebesar 61,95 termasuk kategori pratama. 1. Kinerja Pendidikan Keaksaraan Dengan menggunakan standar yang ditentukan untuk setiap indikator SDM pendidikan keaksaraan dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R-PD/P menggunakan standar 10, %PS1+ dan %PPn menggunakan standar 50, %PG dan %PLn menggunakan ideal sebesar 100, dan %PAS1+ dan %PAPn menggunakan standar

51 Tabel 4.17 Kinerja SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PLn %PAS1+ %PAPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta MADYA 2 Jawa Barat MADYA 3 Banten PRATAMA 4 Jawa Tengah PRATAMA 5 DI Yogyakarta PRATAMA 6 Jawa Timur MADYA 7 Aceh MADYA 8 Sumatera Utara MADYA 9 Sumatera Barat PRATAMA 10 Riau MADYA 11 Kepulauan Riau Jambi MADYA 13 Sumatera Selatan MADYA 14 Bangka Belitung PRATAMA 15 Bengkulu PRATAMA 16 Lampung MADYA 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah KURANG 19 Kalimantan Selatan PRATAMA 20 Kalimantan Timur PRATAMA 21 Sulawesi Utara Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan PRATAMA 25 Sulawesi Barat KURANG 26 Sulawesi Tenggara PRATAMA 27 Maluku MADYA 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali PRATAMA 30 Nusa Tenggara Barat MADYA 31 Nusa Tenggara Timur PRATAMA 32 Papua PRATAMA 33 Papua Barat PRATAMA Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja MADYA KURANG UTAMA KURANG KURANG UTAMA UTAMA PRATAMA Pada Provinsi Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara tidak ada pogram pendidikan keaksaraan. Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM pendidikan keaksaraan antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 7 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada %PAPn sebesar 84,54 termasuk kategori utama dan terkecil pada %PS1+ sebesar 48,05 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM pendidikan keaksaraan sebesar 67,97 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka terdapat 11 provinsi yang termasuk madya, 14 provinsi termasuk pratama dan 6 provinsi termasuk kurang, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Bali. Grafik 4.6 menggambarkan kinerja SDM pendidikan keaksaraan tiap provinsi di mana Provinsi Jambi memiliki kinerja terbaik sebesar 79,09 sedangkan Provinsi 40

52 Sulawesi Tengah memiliki kinerja terburuk sebesar 44,78 dan terdapat 6 provinsi dalam kondisi kurang. Grafik 4.6 Kinerja SDM Pendidikan Keaksaraan Tiap Provinsi Jambi Sumsel Sumut Maluku Jatim Aceh DKI Riau Lampung Jabar NTB Sultra Bengkulu Indonesia Kalsel Pabar Jateng Sumbar DIY Sulsel Bali Babel NTB Papua Banten Kaltim Kalteng Sulbar Malut Gorontalo Kalbar Sulteng Kinerja PAUD Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk setiap indikator SDM PAUD maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R-PD/P menggunakan standar 30, %PS1+ dan %PPn menggunakan standar 50, %PLn menggunakan ideal sebesar 100, sedangkan %PAS1+ dan %PAPn menggunakan standar 50, dan %PALn menggunakan standar ideal sebesar 100. Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM PAUD antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 7 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada R-PD/P sebesar 69,83 termasuk kategori kurang dan terkecil pada %PALn sebesar 19,06 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM PAUD sebesar 48,46 jgua termasuk kategori kurang. Hal yang sama bila dilihat setiap provinsi maka semuanya dalam kondisi kurang. 41

53 Tabel 4.18 Kinerja SDM PAUD Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PLn %PAS1+ %PAPn %PALn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta KURANG 2 Jawa Barat KURANG 3 Banten KURANG 4 Jawa Tengah KURANG 5 DI Yogyakarta KURANG 6 Jawa Timur KURANG 7 Aceh KURANG 8 Sumatera Utara KURANG 9 Sumatera Barat KURANG 10 Riau KURANG 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi KURANG 13 Sumatera Selatan KURANG 14 Bangka Belitung KURANG 15 Bengkulu KURANG 16 Lampung KURANG 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah KURANG 19 Kalimantan Selatan KURANG 20 Kalimantan Timur KURANG 21 Sulawesi Utara KURANG 22 Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan KURANG 25 Sulawesi Barat KURANG 26 Sulawesi Tenggara KURANG 27 Maluku KURANG 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali KURANG 30 Nusa Tenggara Barat KURANG 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua KURANG 33 Papua Barat KURANG Indonesia KURANG Jenis Kinerja PRATAMA KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG Grafik 4.7 menggambarkan kinerja SDM PAUD tiap provinsi di mana Provinsi Kalimantan Tengah memiliki kinerja terbaik sebesar 57,22 sedangkan Provinsi Gorontalo memiliki kinerja terburuk sebesar 40,35. Kondisi SDM PAUD ternyata sangat rendah karena yang terbaik pun masih kurang dari 60. Dengan demikian, semua provinsi dalam kondisi kurang. 42

54 Grafik 4.7 Kinerja SDM PAUD Tiap Provinsi Kalteng Pabar Sulsel Kaltim Kalbar Sumut Babel Bali Sumsel NTB DKI Sultra Banten Lampung Jatim Indonesia Jambi Jabar Kalsel Maluku Malut Aceh Sulteng Riau Kepri Sumbar DIY Papua Sulbar Bengkulu NTT Sulut Jateng Gorontalo Kinerja TK Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk setiap indikator SDM TK maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R-PD/P menggunakan standar 20, %PS1+ menggunakan standar ideal 100, %PPn menggunakan standar 50, %PG dan %PAS1 menggunakan ideal sebesar 100, dan %PAPn menggunakan standar 50. Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM TK antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 6 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada R-PD/P sebesar 69,08 termasuk kategori pratama dan terkecil pada %PAS1+ sebesar 29,70 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM TK sebesar 48,59 juga termasuk kategori kurang. Hal yang sama bila dilihat setiap provinsi maka semua dalam kondisi kurang selain Provinsi DKI Jakarta termasuk pratama. 43

55 Tabel 4.19 Kinerja SDM TK Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta PRATAMA 2 Jawa Barat KURANG 3 Banten KURANG 4 Jawa Tengah KURANG 5 DI Yogyakarta KURANG 6 Jawa Timur KURANG 7 Aceh KURANG 8 Sumatera Utara KURANG 9 Sumatera Barat KURANG 10 Riau KURANG 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi KURANG 13 Sumatera Selatan KURANG 14 Bangka Belitung KURANG 15 Bengkulu KURANG 16 Lampung KURANG 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah KURANG 19 Kalimantan Selatan KURANG 20 Kalimantan Timur KURANG 21 Sulawesi Utara KURANG 22 Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan KURANG 25 Sulawesi Barat KURANG 26 Sulawesi Tenggara KURANG 27 Maluku KURANG 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali KURANG 30 Nusa Tenggara Barat KURANG 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua KURANG 33 Papua Barat KURANG Indonesia KURANG Jenis Kinerja PRATAMA KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG Grafik 4.8 menggambarkan kinerja SDM TK tiap provinsi di mana Provinsi DKI Jakarta memiliki kinerja terbaik sebesar 64,04 sedangkan Provinsi Sulawesi Barat memiliki kinerja terburuk sebesar 31,93. Kondisi SDM TK ternyata sangat rendah karena yang terbaik pun hanya sekitar 64,04 terjadi di Provisni DKI Jakarta dan yang terburuk sebesar 31,93. Dengan demikian, 32 provinsi dalam kondisi kurang. 44

56 Grafik 4.8 Kinerja SDM TK Tiap Provinsi DKI DIY Sumut Banten Jatim Bali Kalbar Jabar Riau Indonesia Sulsel Jateng Maluku Sulut Babel Pabar Papua Kepri Kalsel Kalteng NTB Bengkulu Sumbar Malut Sumsel Kaltim Lampung Sulteng Jambi NTT Gorontalo Sultra Aceh Sulbar Kinerja Paket A Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk setiap indikator SDM Paket A setara SD maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R-PD/P menggunakan standar 20, %PS1+ menggunakan standar ideal 100, %PPn menggunakan standar 50, %PG dan %PAS1 menggunakan ideal sebesar 100, dan %PAPn menggunakan standar 50. Berdasarkan Tabel 4.20 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM paket A setara SD antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 6 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada %PPn sebesar 92,17 termasuk kategori paripurna dan terkecil pada %PAS1+ sebesar 42,81 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM paket A setara SD sebesar 64,26 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka 7 provinsi termasuk madya, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Riau, Lampung, Bali, dan Papua, 14 provinsi termasuk pratama, dan 12 provinsi termasuk kurang. 45

57 Tabel 4.20 Kinerja SDM Paket A Setara SD Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta PRATAMA 2 Jawa Barat MADYA 3 Banten MADYA 4 Jawa Tengah MADYA 5 DI Yogyakarta PRATAMA 6 Jawa Timur PRATAMA 7 Aceh PRATAMA 8 Sumatera Utara PRATAMA 9 Sumatera Barat PRATAMA 10 Riau MADYA 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi KURANG 13 Sumatera Selatan PRATAMA 14 Bangka Belitung PRATAMA 15 Bengkulu KURANG 16 Lampung MADYA 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah PRATAMA 19 Kalimantan Selatan PRATAMA 20 Kalimantan Timur PRATAMA 21 Sulawesi Utara KURANG 22 Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan PRATAMA 25 Sulawesi Barat PRATAMA 26 Sulawesi Tenggara KURANG 27 Maluku KURANG 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali MADYA 30 Nusa Tenggara Barat PRATAMA 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua MADYA 33 Papua Barat KURANG Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja KURANG KURANG PARIPURNKURANG KURANG UTAMA PRATAMA Grafik 4.9 menggambarkan kinerja SDM paket A setara SD tiap provinsi di mana Provinsi Banten memiliki kinerja terbaik sebesar 77,18 sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki kinerja terburuk sebesar 39,98. Kondisi SDM paket A setara SD ternyata masih rendah karea ada 12 provinsi yang kinerjanya kurang dari 60, yaitu Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Jambi, Maluku, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, dan Papua Barat. 46

58 Grafik 4.9 Kinerja SDM Paket A Setara SD Tiap Provinsi Banten Jabar Bali Lampung Papua Riau Jateng DKI Aceh Kaltim Sumsel Indonesia Sumut Babel DIY Sulbar NTB Kalteng Sulsel Sumbar Kalsel Jatim Bengkulu Sulteng Sultra Sulut Jambi Maluku Gorontalo NTT Malut Kalbar Kepri Pabar Kinerja Paket B Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk setiap indikator SDM Paket B setara SMP maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R- PD/P menggunakan standar 15, %PS1+ menggunakan standar ideal 100, %PPn menggunakan standar 50, %PG dan %PAS1 menggunakan ideal sebesar 100, dan %PAPn menggunakan standar 50. Provinsi Sumatera Selatan dan Papua Barat tidak ada pogram paket B setara SMP. Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM paket B setara SMP antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 6 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada %PPn sebesar 85,89 termasuk kategori utama dan terkecil pada R-PD/P sebesar 49,86 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM paket B setara SMP sebesar 66,77 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka 11 provinsi termasuk madya, 12 provinsi termasuk pratama, dan 8 provinsi termasuk kurang, yaitu Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Gorontalo, 47

59 Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Tabel 4.21 Kinerja SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta MADYA 2 Jawa Barat PRATAMA 3 Banten MADYA 4 Jawa Tengah PRATAMA 5 DI Yogyakarta PRATAMA 6 Jawa Timur PRATAMA 7 Aceh MADYA 8 Sumatera Utara MADYA 9 Sumatera Barat MADYA 10 Riau MADYA 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi PRATAMA 13 Sumatera Selatan Bangka Belitung MADYA 15 Bengkulu MADYA 16 Lampung MADYA 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah PRATAMA 19 Kalimantan Selatan MADYA 20 Kalimantan Timur PRATAMA 21 Sulawesi Utara PRATAMA 22 Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan PRATAMA 25 Sulawesi Barat PRATAMA 26 Sulawesi Tenggara KURANG 27 Maluku PRATAMA 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali MADYA 30 Nusa Tenggara Barat PRATAMA 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua KURANG 33 Papua Barat Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja KURANG PRATAMA UTAMA PRATAMA KURANG MADYA PRATAMA Grafik 4.10 menggambarkan kinerja SDM paket B setara SMP tiap provinsi di mana Provinsi Sumatera Utara memiliki kinerja terbaik sebesar 78,09 sedangkan Provinsi Kalimantan Barat memiliki kinerja terburuk sebesar 41,48. Kondisi SDM paket B setara SMP ternyata masih rendah karena ada 8 provinsi yang kinerjanya kurang dari

60 Grafik 4.10 Kinerja SDM Paket B Setara SMP Tiap Provinsi Kalbar Malut Sulteng Kepri Papua Sultra NTT Gorontalo Maluku Sulsel Jateng Jabar DIY Sulut Kaltim Kalteng NTB Indonesia Jatim Sulbar Jambi Bali Kalsel Babel Bengkulu Sumbar Lampung Aceh DKI Banten Riau Sumut Kinerja Paket C Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk setiap indikator SDM Paket C setara SMA maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R- PD/P menggunakan standar 15, %PS1+ menggunakan standar ideal 100, %PPn menggunakan standar 50, %PG dan %PAS1 menggunakan ideal sebesar 100, dan %PAPn menggunakan standar 50. Berdasarkan Tabel 4.22 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM paket C setara SMA antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 6 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada %PPn sebesar 89,13 termasuk kategori utama dan terkecil pada R-PD/P sebesar 40,37 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM paket B setara SMP sebesar 68,98 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka 14 provinsi termasuk madya, 14 provinsi termasuk pratama, dan 5 provinsi termasuk kurang, yaitu Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. 49

61 Tabel 4.22 Kinerja SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PAS1+ %PAPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta MADYA 2 Jawa Barat PRATAMA 3 Banten MADYA 4 Jawa Tengah MADYA 5 DI Yogyakarta PRATAMA 6 Jawa Timur PRATAMA 7 Aceh MADYA 8 Sumatera Utara MADYA 9 Sumatera Barat MADYA 10 Riau MADYA 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi MADYA 13 Sumatera Selatan PRATAMA 14 Bangka Belitung PRATAMA 15 Bengkulu PRATAMA 16 Lampung MADYA 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah PRATAMA 19 Kalimantan Selatan MADYA 20 Kalimantan Timur MADYA 21 Sulawesi Utara PRATAMA 22 Gorontalo PRATAMA 23 Sulawesi Tengah PRATAMA 24 Sulawesi Selatan MADYA 25 Sulawesi Barat MADYA 26 Sulawesi Tenggara PRATAMA 27 Maluku PRATAMA 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali MADYA 30 Nusa Tenggara Barat PRATAMA 31 Nusa Tenggara Timur PRATAMA 32 Papua KURANG 33 Papua Barat KURANG Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja KURANG MADYA UTAMA MADYA PRATAMA MADYA PRATAMA Grafik 4.11 menggambarkan kinerja SDM paket C setara SMA tiap provinsi di mana Provinsi Bali memiliki kinerja terbaik sebesar 78,63 sedangkan Provinsi Kepulauan Riau memiliki kinerja terburuk sebesar 52,52. Kondisi SDM paket C setara SMA ternyata masih rendah karena ada 5 provinsi yang kinerjanya kurang dari

62 Grafik 4.11 Kinerja SDM Paket C Setara SMA Tiap Provinsi Kepri Kalbar Malut Pabar Papua Kalteng Sulteng Babel Jatim NTT Bengkulu Sultra Jabar NTB Sumsel DIY Maluku Indonesia Gorontalo Sulut Jateng Sulsel Jambi Sumbar Banten Kaltim Aceh Sumut Riau DKI Lampung Sulbar Kalsel Bali Kinerja Kursus Dengan menggunakan standar yang telah ditentukan untuk tiga indikator SDM Kursus maka dapat dihitung kinerja masing-masing provinsi. R-PD/P menggunakan standar 40, %PS1+ menggunakan standar ideal 100, dan %PPn menggunakan standar 50. Berdasarkan Tabel 4.23 dapat dilihat perbandingan kinerja SDM kursus antarprovinsi. Secara nasional, dengan menggunakan 3 indikator dapat diketahui kinerja SDM terbaik pada %PPn sebesar 94,32 termasuk kategori paripurna dan terkecil pada %PS1+ sebesar 51,96 termasuk kategori kurang, sehingga kinerja SDM kursus sebesar 68,63 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka Provinsi DI Yogyakarta termasuk utama, 15 provinsi termasuk madya, 9 provinsi termasuk pratama, dan 8 provinsi termasuk kurang, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. 51

63 Tabel 4.23 Kinerja SDM Kursus Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn Jenis Rata2 Standar Kinerja 1 DKI Jakarta PRATAMA 2 Jawa Barat PRATAMA 3 Banten MADYA 4 Jawa Tengah MADYA 5 DI Yogyakarta UTAMA 6 Jawa Timur MADYA 7 Aceh PRATAMA 8 Sumatera Utara KURANG 9 Sumatera Barat KURANG 10 Riau PRATAMA 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi PRATAMA 13 Sumatera Selatan KURANG 14 Bangka Belitung KURANG 15 Bengkulu MADYA 16 Lampung PRATAMA 17 Kalimantan Barat MADYA 18 Kalimantan Tengah MADYA 19 Kalimantan Selatan MADYA 20 Kalimantan Timur MADYA 21 Sulawesi Utara KURANG 22 Gorontalo PRATAMA 23 Sulawesi Tengah MADYA 24 Sulawesi Selatan MADYA 25 Sulawesi Barat MADYA 26 Sulawesi Tenggara MADYA 27 Maluku PRATAMA 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali MADYA 30 Nusa Tenggara Barat PRATAMA 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua MADYA 33 Papua Barat MADYA Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja KURANG KURANG PARIPURNPRATAMA Grafik 4.12 menggambarkan kinerja SDM kursus tiap provinsi di mana Provinsi DI Yogyakarta memiliki kinerja terbaik sebesar 86,25 sedangkan Provinsi Sumatera Barat memiliki kinerja terburuk sebesar 52,34. Kondisi SDM kursus ternyata masih rendah karena ada 8 provinsi yang kinerjanya kurang dari

64 Grafik 4.12 Kinerja SDM Kursus Tiap Provinsi DIY Papua Kalteng Jatim Banten Jateng Kaltim Bengkulu Kalsel Sulteng Sultra Sulbar Kalbar Bali Pabar Sulsel Indonesia Lampung NTB DKI Riau Jambi Aceh Jabar Gorontalo Maluku Kepri Sumsel Babel NTT Sulut Malut Sumut Sumbar Kinerja PAUD dan PNF Dengan menggabungkan nilai ke-8 indikator dan ke-7 program PAUD dan PNF maka dapat dihitung kinerja SDM PAUD dan PNF masing-masing provinsi seperti disajikan pada Tabel Berdasarkan Tabel 4.24 maka dapat dilihat kinerja SDM PAUD dan PNF dengan rincian terbaik adalah pada %PPn sebesar 78,36 termasuk kategori madya, kemudian %PAPn sebesar 72,44 termasuk kategori madya dan terkecil pada %PALn sebesar 19,06 termasuk kurang, sehingga kinerja SDM PAUD dan PNF menjadi 61,95 termasuk kategori pratama. Bila dilihat setiap provinsi maka 4 provinsi termasuk pratama, yaitu DKI Jakarta, Riau, Lampung, dan Bali, sedangkan 29 provinsi lainnya termasuk kurang. 53

65 Tabel 4.24 Kinerja SDM Semua Program PAUD dan PNF Tiap Provinsi No. Provinsi R-PD/P %PS1+ %PPn %PG %PLn %PAS1+ %PAPn %PALn Rata2 Kinerja 1 DKI Jakarta PRATAMA 2 Jawa Barat KURANG 3 Banten KURANG 4 Jawa Tengah KURANG 5 DI Yogyakarta KURANG 6 Jawa Timur KURANG 7 Aceh KURANG 8 Sumatera Utara KURANG 9 Sumatera Barat KURANG 10 Riau PRATAMA 11 Kepulauan Riau KURANG 12 Jambi KURANG 13 Sumatera Selatan KURANG 14 Bangka Belitung KURANG 15 Bengkulu KURANG 16 Lampung PRATAMA 17 Kalimantan Barat KURANG 18 Kalimantan Tengah KURANG 19 Kalimantan Selatan KURANG 20 Kalimantan Timur KURANG 21 Sulawesi Utara KURANG 22 Gorontalo KURANG 23 Sulawesi Tengah KURANG 24 Sulawesi Selatan KURANG 25 Sulawesi Barat KURANG 26 Sulawesi Tenggara KURANG 27 Maluku KURANG 28 Maluku Utara KURANG 29 Bali PRATAMA 30 Nusa Tenggara Barat KURANG 31 Nusa Tenggara Timur KURANG 32 Papua KURANG 33 Papua Barat KURANG Indonesia PRATAMA Jenis Kinerja PRATAMA KURANG MADYA KURANG KURANG KURANG MADYA KURANG PRATAMA Grafik 4.13 menggambarkan kinerja SDM semua program PAUD dan PNF tiap provinsi di mana Provinsi DKI Jakarta memiliki kinerja terbaik sebesar 62,76 sedangkan Provinsi Kepulauan Riau memiliki kinerja terburuk sebesar 36,13. Kondisi SDM program PAUD dan PNF ternyata masih sangat rendah karena ada 29 provinsi yang kinerjanya kurang dari

66 Grafik 4.13 Kinerja SDM Program PAUD dan PNF Tiap Provinsi Kepri Sulut Sulteng Malut Gorontalo Pabar Kalbar Sumsel Sultra NTT Sulbar Papua DIY Jateng Sulsel Maluku Bengkulu Jambi Sumbar Aceh Jatim NTB Kaltim Kalsel Babel Kalteng Jabar Sumut Banten Bali Riau Lampung Indonesia DKI

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Oleh: Ida Kintamani KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 1 1.PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 1 1. PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 1 12 KABUPATEN/KOTA DI

Lebih terperinci

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS KEUANGAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 DAN 2015)

ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS KEUANGAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 DAN 2015) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS KEUANGAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014 DAN 2015)

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/2000 2011/2012 BUKU 1 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500-2,756 3,097 3,078 2,892 2,928 2,556 2,598 82 82 82 83 83 88 92 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 3 14 KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 5 14 KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT). Latar Belakang ULT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Tahun 2006 mempunyai unit kerja yang melayani masyarakat baik langsung maupun tidak langsung di tangani oleh Gerai Informasi Media yang berada

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS BELANJA PENDIDIKAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN 2016)

ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS BELANJA PENDIDIKAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN 2016) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS DATA PENDIDIKAN UNTUK LEMBAGA INTERNASIONAL (ANALISIS BELANJA PENDIDIKAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) i PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGELOLAAN DAPODIK PAUD DAN DIKMAS 2017 D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGERTIAN DAPODIK

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

KINERJA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN

KINERJA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN Ida Kintamani Dewi Hermawan, Kinerja Pendidikan Anak Usia Dini Dan Pendidikan Nonformal Berdasarkan Misi Pendidikan KINERJA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 123 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018

Lebih terperinci

Analisis Mutu Kursus i

Analisis Mutu Kursus i Analisis Mutu Kursus i KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Analisis Mutu Kursus Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan. Jakarta:

Lebih terperinci

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013 2020/2021 SD SMP SM PT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013-2020/2021

Lebih terperinci

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 897/KPTS/M/2017 TENTANG BESARAN REMUNERASI MINIMAL TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi sumber daya manusia terutama bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012 ( PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DAN PENGELOLA TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) BERDEDIKASI DAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 Pahala Simanjuntak Jumat, 17 Februari 2012 POSTUR ANGGARAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012 No Satuan Kerja Belanja Barang

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pondok Pesantren Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 4. Mekanisme Akreditasi 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI ACEH, PROVINSI SUMATERA UTARA, PROVINSI RIAU,

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat () Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2016 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI PEMERINTAHAN DESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PERAN PENGAWAS SEKOLAH PENILIK DAN PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/03/2011

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/03/2011 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 82/PER/B5/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI. SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MMMMMERNJHEDSOAHDCsiDHNsaolkiDFSidfnbshdjcb XZCnxzcxzn PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 1 (12 KAB/KOTA

Lebih terperinci

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 2016 ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) No : 0067/SDAR/BSNP/I/2016 7 Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas

Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas TAHUN 2017 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas AGUS PRANOTO

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 . 1 ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 Dra. Th. Nuraeni Ekaningrum, MPd. MARET 2016 Kategori hasil UN dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2 NILAI KETERANGAN N > 85 A = SANGAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Kebijakan Umum Kemendikbud Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 No : 0062/SDAR/BSNP/IX/2015 25 September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 Yang terhormat 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja. No.834, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang pendidikan menitikberatkan pada perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan, termasuk

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci