Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran"

Transkripsi

1 Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran A. Pondok Pesantren Istilah Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan pendidikan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel - salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah 68

2 // menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar. Secara umum Pondok Pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan yang memiliki 5 elemen pokok; (1) Pondok/Asrama: adalah tempat tinggal bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi ciri khas dan tradisi pondok pesantren dan membedakannya dengan sistem pendidikan lain yang berkembang di Indonesia, (2) Masjid: merupakan tempat untuk mendidik para santri terutama dalam praktek seperti shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan kyai, dll, (3) Pengajaran kitab-kitab klasik: merupakan tujuan utama pendidikan di pondok pesantren, (4) Santri: merupakan sebutan untuk siswa/murid yang belajar di pondok pesantren, dan (5) Kyai: merupakan pimpinan pondok pesantren. Kata kyai sendiri adalah gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang menjadi pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik. (Tradisi Pesantren : Zamakhsyari Dhofier, 1982) Pendataan mengenai Pondok Pesantren meliputi Pondok Pesantren, Program Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C), Program Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun pada pondok Pesantren Salafiyah. Pendataan lembaga pendidikan Pondok Pesantren tahun pelajaran mencakup 33 Provinsi. 69

3 Pendataan Pondok Pesantren tahun berhasil mendata Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. 1. Lembaga Populasi Pondok Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten yang berjumlah 78,60% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di Indonesia. Dengan rincian Jawa Barat (28,00%), Jawa Timur (22,05%), Jawa Tengah (15,70%), dan Banten (12,85%). Dari seluruh Pondok Pesantren yang ada, berdasarkan tipologi Pondok Pesantren, terdapat sebanyak (53,10%) Pondok Pesantren Salafiyah, dan (28,38%) Khalafiyah/Ashriyah, serta (18,52%) sebagai Pondok Pesantren Kombinasi (Gambar 2.1). Gambar 2.1. Pondok Pesanten Berdasarkan Tipe TP

4 // Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pondok pesantren yang ada di Indonesia sebagian besar masih pada tipologi Salafiyah, yang pembelajarannya masih murni mengaji dan membahas kitab kuning. Sebagian lain sudah modern dengan pengembangan pembelajaran ilmu science dan sebagian lain lagi mengkombinasikan pembelajaran kitab kuning dan ilmu science dan iptek. 2. Santri/Siswa Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah orang santri, terdiri dari orang santri laki-laki (50,19%), dan orang santri perempuan (49,81%) (Gambar 2.2.). Tampaknya dari data santri berdasarkan jenis kelamin, cukup berimbang antara laki-laki dan perempuan. Ini memberi arti bahwa untuk orang tua santri, dalam menempatkan anaknya di pondok pesantren dengan tujuan yang sama tanpa membedakan anak lakilaki ataupun perempuan. Dari data Rasio PP : Santri terlihat nilai 138, ini memberi arti bahwa pondok pesantren di Indonesia rata-rata membina 138 santri, dengan kapasitas yang besar pada provinsi NTB 300 santri per pondok pesantren, Maluku Utara 263 santri per pondok pesantren, Sumatera Utara 262 santri per pondok pesantren, dan Riau 232 santri per pondok pesantren. 71

5 Gambar 2.2. Jumlah Santri Berdasarkan Jenis Kelamin Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori tinggal, terdapat orang santri mukim (79,93%), dari jumlah tersebut orang santri (50,50%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak (49,50%) santri, untuk santri tidak mukim berjumlah orang santri (20,07%), dari jumlah tersebut orang santri (48,97%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak orang santri (51,03%) Gambar 2.3.). Berdasarkan kategori tinggal tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh santri yang mendapat pendidikan di pondok pesantren bermukim (79,93%) Hal ini dikarenakan memang dalam pembelajaran di pondok pesantren, waktu belajar adalah hampir 24 jam penuh. Mulai dari santri bangun tidur, sekolah formal, mengerjakan aktifitas lain sampai santri tidur, bangun malam dan bangun tidur kembali, terus dalam pengawasan dan pembinaan 72

6 // pondok pesantren sehingga umumnya santri diharuskan untuk mukim. Gambar 2.3. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Tinggal Umumnya untuk pondok pesantren di pulau jawa, santrinya mukim, seperti Jawa Timur 95,45% Jawa Barat 91,52%, Banten 79,92% dan Jawa Tengah 69,12%. Sedangkan untuk diluar jawa hanya sebagian besar saja yang mukim (40-60%), lainnya tidak mukim. Kecuali pada provinsi Jambi 86,38%, Sulawesi Utara 100%, dan Maluku 100%. Dilihat dari jumlah santri berdasarkan kategori belajar, terdapat orang santri (40,99%) belajar di madrasah, dari jumlah tersebut orang santri (49,14%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang santri (50,86%). Santri yang belajar di Sekolah Umum sebanyak orang santri (10,53%), dari jumlah tersebut orang santri (47,79%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan 73

7 sebanyak orang santri (52,21%). Santri yang belajar di Perguruan Tinggi sebanyak orang santri (0,38%), dari jumlah tersebut orang santri (45,07%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang santri (54,93%). Santri yang belajar Diniyah sebanyak orang santri (2,09%), dari jumlah tersebut orang santri (51,97%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang santri (48,03%). Santri yang belajar Kitab Kuning (hanya ngaji) sebanyak orang santri (46,01%), dari jumlah tersebut orang santri (51,64%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang santri (48,36%) (Gambar 2.4). Gambar 2.4. Jumlah Santri Berdasarkan Kategori Belajar Dari data tersebut terlihat bahwa hampir separuh dari santri yang belajar di pondok pesantren mengikuti pendidikan formal baik di madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi (53,99%), sedangkan yang benar-benar belajar hanya pengajian kitab hanya 46,01%. Hal 74

8 // ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal sudah cukup baik bagi santri di pondok pesantren. Bila dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) pada pondok pesantren, pondok pesantren mempunyai kontribusi 7,18% dari APK nasional terhadap anak usia sekolah. APK pondok pesantren terbesar pada provinsi Jawa Timur 15,63%, Aceh 15,23%, NTB 14,98% dan Banten 13,30%. Sedangkan untuk APK terkecil terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu 0,16%, Maluku 0,40%, Sulawesi Utara 0,54%, dan Papua 0,54%. 3. Tenaga Pengajar Tenaga Pengajar Pondok Pesantren seluruhnya berjumlah orang pengajar, terdiri dari orang (66,87%) pengajar laki-laki dan orang (33,13%) pengajar perempuan. Berdasarkan informasi tersebut, tenaga pengajar di Pondok Pesantren di dominasi oleh tenaga pengajar laki-laki (Gambar 2.5). Gambar 2.5. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin 75

9 Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan kualifikasi pendidikan, berpendidikan <S1 sebanyak orang (70,99%), dari jumlah tersebut orang (68,37%) berjenis kelamin lakilaki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang (31,63%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak orang (27,42%), dari jumlah tersebut orang (63,38%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang (37,62%), dan berkualifikasi pendidikan S2 berjumlah orang (1,59%), dari jumlah tersebut orang (77,22%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 556 orang (22,78%) (Gambar 2.6). Dari data tersebut, terlihat bahwa kualifikasi pendidikan pengajar di pondok pesantren masih harus ditingkatkan, karena tercatat kualifikasi pendidikan <S1 mencapai 71,99%, hanya 28,01% yang berpendidikan S1. Oleh karena itu perlu terus ditingkatkan program peningkatan SDM khususnya tenaga pengajar di pondok pesantren, paling tidak peningkatan kualifikasi minimal S1, agar kualitas pembelajaran di pondok pesantren semakin baik. 76

10 // Gambar 2.6. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Jumlah Tenaga Pengajar jika dilihat berdasarkan jabatan, Kyai berjumlah orang (19,30%), dari jumlah tersebut orang (93,16%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang (6,84%), Badal Kyai berjumlah orang (5,32%), dari jumlah tersebut orang (77,82%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang (22,18%), Ustadz/guru berjumlah orang (75,38%), dari jumlah tersebut orang (59,36%) berjenis kelamin laki-laki, dan berjenis kelamin perempuan sebanyak orang (40,64%) (Gambar 2.7). 77

11 Jabatan Tenaga Pengajar ,38% ,30% ,32% Kyai Badal Kyai Ustadz/guru Gambar 2.7. Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jabatan Kyai berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1 sebanyak orang (85,56%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak orang (12,75%), dan berkualifikasi pendidikan S2 sebanyak 500 orang (1,69%), Badal Kyai berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1 sebanyak orang (67,49%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak orang (29,76%), dan berkualifikasi pendidikan S2 sebanyak 224 orang (2,75%), Ustadz/guru berdasarkan kualifikasi pendidikan, berkualifikasi pendidikan <S1 sebanyak orang (67,51%), berkualifikasi pendidikan S1 sebanyak orang (31,00%), dan berkualifikasi pendidikan S2 sebanyak orang (1,49%). Pada kualifikasi pendidikan kyai (pimpinan pondok pesantren) masih sangat rendah, hanya 11,06% yang berpendidikan S1. Hal ini 78

12 // sangat berpengaruh terhadap sistem administrasi dan management pengelolaan pondok pesantren yang masih belum baik dan lambat berkembang. Tampaknya menetapkan program peningkatan kualitas management pimpinan pondok sangat diperlukan, seperti pemberian beasiswa pendidikan, studi banding pendidikan atau pembinaan ilmu management dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kemampuan pimpinan pondok pesantren dalam memanaj dan mengembangkan pembelajaran di pondok pesantren semakin baik. Dari data yang diperoleh terdapat orang santri dan terdapat orang guru/ustadz di Pondok Pesantren sehingga rasio ustadz : siswa pada Pondok Pesantren adalah 28, ini bermakna bahwa pada setiap pondok pesantren di Indoensia terdapat 1 orang guru/ ustadz untuk membina 25 orang santri. Kondisi ini masih cukup ideal. Namun pada beberapa provinsi rasio pengajar : santri cukup besar, seperti pada Jawa Timur 91, Sumatera Utara 69, Gorontalo 44 dan Sumatera Selatan 42. Oleh karena itu perlu dilakukan program penambahan tenaga pengajar pada wilayah-wilayah tersebut. 4. Kondisi Sarana dan Prasarana a. Ruang Kelas Jumlah ruang kelas di seluruh Pondok Pesantren adalah dengan rincian unit (85,73%) ruang kelas dengan kondisi baik, unit (11,67%) ruang kelas dengan kondisi rusak ringan, 79

13 dan unit (2,60%) ruang kelas dengan kondisi rusak berat (Gambar 2.8). Gambar 2.8. Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi b. Asrama Jumlah asrama di seluruh Pondok Pesantren adalah dengan rincian unit (77,15%) asrama dengan kondisi baik, unit (15,53%) asrama dengan kondisi rusak ringan, dan unit (7,32%) asrama dengan kondisi rusak berat (Gambar 2.9). 80

14 // Gambar 2.9. Jumlah Asrama Berdasarkan Kondisi c. Tempat Ibadah Jumlah tempat ibadah di seluruh Pondok Pesantren adalah dengan rincian unit (74,59%) tempat ibadah dengan kondisi baik, unit (21,22%) tempat ibadah dengan kondisi rusak ringan, dan 528 unit (4,19%) tempat ibadah dengan kondisi rusak berat (Gambar 2.10). Gambar Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi 81

15 d. Perpustakaan Jumlah perpustakaan di seluruh Pondok Pesantren adalah dengan rincian unit (56,27%) perpustakaan dengan kondisi baik, unit (37,31%) perpustakaan dengan kondisi rusak ringan, dan 374 unit (6,42%) perpustakaan dengan kondisi rusak berat (Gambar 2.11). Gambar Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Kondisi Didalam pondok pesantren telah dikembangkan pendidikan pendukung bagi santri yaitu : 1. Pendidikan Wajar Dikdas 9 tahun. 2. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C). 5. Program Pendidikan Wajar Dikdas 9 Tahun Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun adalah salah satu program pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk bidang pendidikan. Wajar Dikdas 9 82

16 // Tahun merupakan bagian dari Pendidikan Non Formal (PNF), yakni pendidikan di luar jalur formal yang dapat diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang. Adapun fungsinya sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), maka berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal. a. Lembaga Dari Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) sejumlah , yang menyelenggarakan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula terdata berjumlah lembaga dan PPs penyelenggara tingkat Wustha berjumlah lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia (Gambar 2.12). Lembaga PPS Tingkat Ula Tingkat Wustha Gambar Jumlah PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 Tahun Populasi Pondok Pesantren Salafiyah Tingkat Ula terbesar berada di Provinsi Jawa Timur yang berjumlah 341 lembaga (25,76%), NTB 105 (7,93%), dan Jawa Barat 150 (11,33%) dari 83

17 jumlah seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula di Indonesia. Demikian pula populasi Pondok Pesantren Salafiyah tingkat Wustha terbesar berada di provinsi Jawa Timur yang berjumlah 598 lembaga (21.43%), Jawa Barat 550 (19,71%) dan Jawa Tengah 331 (11,86%) dari seluruh PPS Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Wustha di Indonesia. b. Santri/Siswa Jumlah santri PPS Program Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Ula (PPS Ula) secara keseluruhan adalah orang santri, terdiri dari orang santri (48,42%) laki-laki, dan orang santri (51,58%) perempuan. Sedangkan Jumlah santri PPS Program Wajar Dikdas 9 tahun tingkat Wustha (PPS Wustha) secara keseluruhan adalah orang santri, terdiri dari orang santri (49,20%) laki-laki, dan orang santri (50,80%) perempuan (Gambar 2.13). Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula adalah 52, bahwa pada setiap PP penyelenggara PPs wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula rata-rata belajar 52 orang santri. Rasio terbesar pada provinsi Kalimantan Barat 434, D.I. Yogyakarta 95, Lampung 83 dan Riau 74. Sedangkan sumbangan APK dari PPS wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Ula secara nasional 0,26%, dengan kontribusi terbesar dari provinsi NTB sebesar 1,43% dan Kalimantan Barat sebesar 2,33%. 84

18 // Sedangkan Rasio PP : santri pada program wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha adalah 50, bahwa setiap PP penyelenggara PPS Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha rata-rata belajar 50 orang santri. Rasio terbesar pada provinsi Kalimantan Selatan 104, D.I. Yogyakarta 101, dan Jambi 100. Dan Sumbangan APK dari program Wajar Dikdas 9 Tahun Tingkat Wustha 1,07%, dengan kontribusi terbesar dari provinsi Kalimantan Selatan 5,06%, Maluku Utara 3,88%, dan Jambi 3,75%. Santri PPS ,20% ,20% ,42% ,58% Lk Pr Lk Pr Tingkat Ula Tingkat Wustha Gambar Jumlah Santri/Siswa Wajar Dikdas 9 Tahun 6. Pendidikan Kesetaraan (Paket A, B, C) Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/MTs, dan Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Hasil pendidikan 85

19 nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003 Sisdiknas Psl 26 Ayat 6). Pondok Pesantren sebagai bagian dari satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat juga turut serta dalam menyelenggarakan Program Paket A, B, dan C tersebut. a. Lembaga Pondok Pesantren lebih banyak menyelenggarakan program Paket C, kemudian Paket B, dan terakhir Paket A. Pendataan tahun mencatat sejumlah 263 lembaga pendidikan menyelenggarakan Paket A, 559 lembaga pendidikan menyelenggarakan Paket B dan lembaga pendidikan menyelenggarakan Paket C (Gambar 2.14). 86 Gambar Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan

20 // Terlihat bahwa pondok pesantren paling banyak menyelenggarakan Paket C. Paket C merupakan pendidikan yang setara dengan SMA. Lebih banyak diselenggarakan di pondok dikarenakan banyaknya santri ingin memperoleh ijazah yang setara dengan SMA untuk kepentingan melanjutkan sekolah dan bekerja. b. Santri/Siswa Tercatat sejumlah orang santri program kesetaraan yang terdiri dari santri/siswa (10,90%) program Paket A, dari jumlah tersebut santri/siswa (52,52%) berjenis kelamin lakilaki, dan santri/siswa (47,48%) berjenis kelamin perempuan. Program Paket B jumlah santri orang santri/siswa (22,80%), dengan santri/siswa (52,07%) berjenis kelamin laki-laki, dan santri/siswa (47,93%) berjenis kelamin perempuan. Program Paket C jumlah santri orang santri/siswa (66,30%), dengan santri/siswa (50,76%) berjenis kelamin laki-laki, dan santri/siswa (49,24%) berjenis kelamin perempuan. Terlihat pada Gambar santri pada jenjang Paket A dan Paket B lebih sedikit dibandingkan dengan santri pada jenjang paket C, hal ini dikarenakan santri di usia paket A dan paket B banyak yang mengikuti program Wajar Dikdas 9 tahun. Dari data jenis kelamin terlihat pula bahwa untuk program kesetaraan ini, peserta didik lebih cendrung lebih banyak diikuti oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan. Hal ini dapat dimengerti 87

21 karena anak laki-laki lebih cendrung banyak yang menginginkan mendapatkan ijazah pendidikan formal untuk bekerja dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Gambar Jumlah Lembaga Pendidikan Kesetaraan Minat peserta didik lebih banyak pada Paket C, lebih diperkuat lagi dari data Rasio PP : Santri. Dimana rasio tersebut lebih besar pada Paket C 50, sedangkan pada Paket B 37 dan Paket A

22 // B. Madrasah Diniyah (MADIN) Madrasah Diniyah (Madin) merupakan bagian dari sistem pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan informal, serta berada pada semua jenjang pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi (PP No. 55 tahun 2007). 1. Lembaga Pendataan Madrasah Diniyah tahun Pelajaran Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi mendata lembaga. Dari seluruh lembaga Madrasah Diniyah, sebanyak lembaga (98,62%) menyelenggarakan jenjang Ula, lembaga (5,94%) menyelenggarakan jenjang Wustha, dan lembaga (1,67%) menyelenggarakan jenjang Ulya (Gambar 2.16). Jenjang Madrasah Diniyah (4,12%) (1,72%) Ula Wustha Ulya (99,31%) Gambar Jumlah Lembaga Madrasah Diniyah 89

23 Terlihat bahwa penyelenggaraan Madrasah Diniyah mayoritas pada tingkat Ula, dan berkurang pada tingkat Wustha dan Ulya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena peserta didik yang mengikuti pendidikan di madrasah diniyah biasanya adalah sebagai pendidikan pendamping, disamping pendidikan formal yang diikuti. Pada tingkat Ula yang biasanya banyak diikuti oleh peserta didik yang mempunyai pendidikan formal SD/MI masih mempunyai cukup banyak waktu untuk juga mengikuti pendidikan keagamaan seperti Madin. Namun makin tingginya tingkat pendidikan formal yang dijalani oleh peserta didik, maka makin sedikit waktu terluang untuk juga bersekolah di Madin. Sehingga makin tinggi tingkat pada Madrasah Diniyah makin sedikit peserta didiknya. 2. Santri /Siswa Jumlah santri Madrasah Diniyah keseluruhan adalah orang, terdiri dari orang (93,97%) santri Ula, orang (4,46%) santri Wustha, dan orang (1,57%) santri Ulya. Pada jenjang Ula, santri laki-laki berjumlah orang (47,69%) dan santri perempuan berjumlah orang (52,31%). Pada jenjang Wustha, santri laki-laki berjumlah orang (50,78%) dan santri perempuan berjumlah orang (49,22%). Pada jenjang Ulya, santri laki-laki berjumlah orang (49,12%) dan santri perempuan berjumlah orang (50,88%). Jadi berdasarkan jenis kelamin, jumlah santri perempuan lebih banyak dibanding jumlah santri laki-laki dengan persentase jumlah 90

24 // santri perempuan sebanyak 52,15% dan santri laki-laki sebanyak 47,85% (Gambar 2.17). Rasio Madin : Santri di tingkat Ula 1:60, tingkat Wustha 1:47, dan tingkat Ulya 1:59, yang berarti bahwa setiap madrasah diniyah rata-rata memiliki santri sebanyak 60 orang untuk jenjang Ula, 47 orang untuk jenjang Wustha, dan 59 orang untuk jenjang Ulya. Jumlah Santri Ulya (49,12%) (50,88%) Wustha (50,78%) (49,22%) Laki-Laki Perempuan Ula (47,69%) (52,31%) Gambar Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah santri per tingkat pada Madin Tingkat Ula terlihat cukup bervariatif, pada kelas 1 (27,43%), kelas 2 (38,85%), kelas 3 (16,77%) dan kelas 4 (16,96%). Pada Madin tingkat Wustha menurun pada tingkat yang lebih tinggi, terlihat kelas 1 (55,16%), dan kelas 2 (44,84%). Sedangkan pada Madin Tingkat Ulya, kelas 1 (21,99%) dan kelas 2 (78,01%). Variasi pada setiap tingkat dan kelas, disebabkan memang untuk pendidikan Madin ini belum menjadi pendidikan formal yang menjadi prioritas, namun hanya diikuti sebagai pendidikan pendamping pendidikan formal. Dimana 91

25 sangat berhubungan dengan waktu dan dana yang tersedia, disamping diperngaruhi oleh tujuan orang tua untuk mendapatkan pendidikan keagaaman bagi anaknya. Gambar Jumlah Santri Madrasah Diniyah Berdasarkan Pendidikan Formal yang Diikuti Gambar 2.18 memperlihatkan jumlah santri berdasarkan pendidikan formal yang diikuti. Terlihat bahwa mayoritas santri pada Madrasah Diniyah mengikuti kegiatan belajar di pendidikan formal. Santri yang mengikuti pendidikan formal berjumlah orang (99,47%) dan santri yang tidak mengikuti pendidikan formal/tidak sekolah berjumlah orang (0,53%). Jumlah santri pada jenjang Ula yang bersekolah di MI/SD sebanyak orang (99,59%) dan sebanyak orang (0,41%) tidak bersekolah, jumlah santri pada jenjang Wustha yang bersekolah di MTs/SMP sebanyak orang (97,50%) dan sebanyak orang (2,50%) tidak bersekolah, jumlah santri pada jenjang Ulya yang 92

26 // bersekolah di MA/SMA sebanyak orang (97,98%) dan sebanyak orang (2,02%) tidak bersekolah. Dari data tersebut dapat lebih menguatkan bahwa memang pendidikan pada Madin ini adalah pendidikan non formal sebagai pendamping pendidikan formal, karena pada setiap tingkat baik pada Ula, Wustha ataupun Ulya sebagian besar peserta didik mengikuti pendidikan formal. Hanya sedikit yang benar-benar hanya belajar di Madin tanpa mengikuti pendidikan formal. 3. Tenaga Pengajar Gambar 2.19 menunjukkan jumlah tenaga pengajar berdasarkan jenis kelamin. Jumlah seluruh tenaga pengajar pada Madrasah Diniyah sebanyak orang, terdiri dari orang (62,95%) tenaga pengajar laki-laki dan orang (37,05%) tenaga pengajar perempuan. Gambar Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Jenis Kelamin 93

27 Berdasarkan status kepegawaian, tenaga pengajar Madrasah Diniyah dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah orang (5,59%) dan tenaga pengajar dengan status bukan PNS (Non PNS) berjumlah orang (94,41%) seperti yang tampil pada Gambar 2.20 Jumlah pengajar dengan status Non PNS lebih banyak dibanding jumlah pengajar dengan status PNS. Hal ini terjadi karena sebagian besar lembaga-lembaga pada Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan non-formal yang awalnya didirikan oleh masyarakat, sebagai lembaga yang berperan untuk melengkapi materi Pendidikan Agama Islam yang dirasa kurang pada sekolahsekolah umum. Gambar Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Status Kepegawaian Sesuai dengan Gambar 2.21 yang menampilkan jumlah tenaga pengajar berdasarkan kualifikasi pendidikan, tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir <S1 berjumlah (61,99%), 94

28 // tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir S1 berjumlah orang (22,72%), dan tenaga pengajar dengan pendidikan terakhir S2 berjumlah orang (15,29%). Gambar Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Beragamnya latar belakang pendidikan tenaga pengajar di Madin dikarenakan memang Madin muncul dari masyarakat, sehingga untuk tenaga pengajar biasanya adalah karena swadaya masyarakat sendiri, sesuai dengan latar pendidikan yang ada di masyarakat dan bersedia menjadi tenaga pengajarnya. Tampilan lebih rinci mengenai tenaga pengajar di Madrasah Diniyah dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 95

29 Gambar Jumlah Tenaga Pengajar Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan dan Status Kepegawaian Tenaga pengajar dengan pendidikan <S1 terdiri dari orang (7,85%%) PNS dan orang (92,15%) Non PNS. Tenaga pengajar dengan pendidikan S1 terdiri dari orang (2,69%) PNS dan orang (97,31%) Non PNS. Dan tenaga pengajar dengan pendidikan S2 terdiri dari 318 orang (0,70%) PNS dan orang (99,30%) Non PNS. 4. Sarana dan Prasarana Jumlah ruang kelas di seluruh Madrasah Diniyah adalah unit dengan rincian unit (63,88%) ruang kelas dengan kondisi baik, unit (29,29%) ruang kelas dengan kondisi rusak ringan, dan unit (6,83%) ruang kelas dengan kondisi rusak berat (Gambar 2.23) 96

30 // Gambar Jumlah Ruang Kelas Berdasarkan Kondisi Dari jumlah Madin tersedia ruang kelas bisa dipastikan hampir setiap Madin mempunyai ruang kelas antara 2-3 kelas. Hal ini dirasakan masih mencukupi dengan pengaturan kelas pagi/siang/sore. Namun pada kenyataan hampir dari 30% dalam kondisi rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat. Oleh karena itu perlu adanya program penambahan dan rehabilitasi terhadap ruang belajar pada Madin. Grafik pada Gambar 2.24 menampilkan jumlah ruang guru dan jumlah ruang perpustakaan berdasarkan kondisinya. Dari seluruh Madrasah Diniyah di Indonesia terdapat unit ruang guru. Dari seluruh unit ruang guru tersebut terdapat unit (48,55%) dalam kondisi baik, unit (35,94%) dalam kondisi rusak ringan, dan unit (15,51%) dalam kondisi rusak berat. 97

31 Gambar Jumlah Ruang Guru dan Ruang Perpustakaan Berdasarkan Kondisinya Ruang perpustakaan di seluruh Madrasah Diniyah berjumlah unit. Ruang perpustakaan dalam kondisi baik berjumlah unit (31,24%), ruang perpustakaan dalam kondisi rusak ringan berjumlah unit (32,91%), dan ruang perpustakaan dalam kondisi rusak berat berjumlah unit (35,86%). Demikian pula terhadap sarana dan prasarana lainnya yaitu ruang guru dan perpustakaan. Ruang guru baru ada sekitar 26,50% dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang guru ada 1 untuk setiap Madin), sedangkan ruang perpustakaan baru ada sekitar 11,97% dari jumlah Madin (bila disyaratkan ruang perpustakaan ada 1 untuk setiap Madin). Jadi untuk ruang guru dan ruang perpustakaan masih perlu ditingkatkan program pembangunannnya, dan untuk ruang guru dan ruang perpustakaan yang rusak perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. 98

32 // c. Taman Pendidikan Qur an (TPQ) Lembaga Taman Pendidikan Qurán (TPQ) adalah lembaga pendidikan yang mendidik santrinya untuk terampil dan cakap dalam baca tulis Al Qurán, ilmu dan praktek ibadah, serta menanamkan akhlakul karimah. Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi telah berhasil menyusun data Taman Pendidikan Qurán (TPQ) untuk Tahun Pelajaran secara nasional yang terdiri dari jumlah lembaga, jumlah Rombel, jumlah santri berdasarkan jenis kelamin dan berdasarkan pendidikan formal yang diikuti, dan jumlah tenaga pengajar berdasarkan jenis kelamin dan Latar belakang pendidikan. Berikut data beserta analisis hasil pendataan TPQ Tahun Pelajaran Lembaga Berdasarkan data pada Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Tahun Pelajaran , secara nasional terdapat lembaga Taman Pendidikan Qurán dengan jumlah Rombongan Belajar sebanyak Rasio lembaga : Rombel 3, ini berarti bahwa rata-rata setiap TPQ mempunyai 3 rombongan belajar. Ini dapat diartikan bahwa minat masyarakat untuk menyekolah anaknya ke TPQ cukup baik. 2. Santri Santri Taman Pendidikan Qurán (TPQ) secara keseluruhan berjumlah orang santri, yang terdiri dari orang 99

33 santri (45,15%) laki-laki dan orang santri (54,85%) perempuan (Gambar 2.25). Santri-santri tersebut, selain belajar di TPQ, ada juga yang mengikuti pendidikan formal di tingkat RA, MI dan MTs. Berikut grafik yang menggambarkan jumlah santri laki-laki dan jumlah santri perempuan Taman Pendidikan Qurán (TPQ). Gambar Jumlah Santri Taman TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri laki-laki. Santri perempuan sebanyak 54,85%, sedangkan santri laki-laki sebanyak 45,15%. Hal ini mungkin pada tahapan umur anak TPQ minat belajar lebih tinggi pada anak perempuan daripada pada anak laki-laki. Rasio perbandingan antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah santri adalah 24, yang artinya 1 rombongan belajar terdiri 100

34 // dari 24 orang santri. Nilai ini menyatakan untuk rombel cukup baik atau ideal, walau memang nilai ideal rombel untuk anak usia di TPQ adalah 15. Tetapi ada rombel yang cukup besar pada provinsi Papua Barat 72, DKI 56, Sulut 43, dan Banten 37. Adapun jumlah santri berdasarkan pendidikan formal yang diikuti, sebanyak orang santri (20,42%) belajar pada RA/TK, orang santri (69,27%) belajar pada MI/SD, orang (7,89%) belajar pada MTs/SMP dan yang tidak mengikuti pendidikan formal sebanyak orang santri (2,43%). Berikut grafik yang menggambarkan jumlah santri Taman Pendidikan Qurán (TPQ) berdasarkan pendidikan formal yang diikuti. Gambar Jumlah Santri TPQ Berdasarkan Pendidikan Formal 101

35 Dari grafik diatas, terlihat jumlah santri yang mengikuti pendidikan formal tingkat MI/SD lebih banyak dibandingkan yang lainnya yaitu sebanyak 69,27%, diikuti dengan tingkat RA/SD sebanyak 20,42%, kemudian tingkat MTs/SMP sebanyak 7,89% dan yang paling sedikit adalah yang tidak mengikuti pendidikan formal yaitu sebanyak 2,43%. Berdasarkan presentase ini, kita dapat mengetahui bahwa ada sekitar 2,43% peserta didik yang benar-benar hanya mengikut pembelajaran di Taman Pendidikan Qurán (TPQ) dan tidak/belum mengikuti pendidikan formal baik itu di tingkat RA/TK, MI/SD ataupun MTs/SMP. Adapun jumlah santri miskin secara keseluruhan pada TPQ sebanyak orang santri atau 21,74% dari jumlah santri TPQ keseluruhan orang santri. Dari jumlah santri miskin tersebut ada santri miskin laki-laki sebanyak orang santri (10,10%) dan ada sejumlah santri miskin perempuan sebanyak orang santri (11,64%). Berikut grafik yang menggambarkan jumlah santri miskin Taman Pendidikan Qurán (TPQ) berdasarkan jenis kelamin. 102

36 // Gambar Jumlah Santri Miskin Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa jumlah santri miskin perempuan pada TPQ relatif lebih banyak dari jumlah santri miskin laki-laki. Jumlah ini selaras dengan total santri Taman Pendidikan Qurán (TPQ) yang total santri perempuan lebih banyak daripada santri laki-laki. Dan dapat pula disimpulkan bahwa dari peserta didik di TPQ bahwa hampir 1/3 nya adalah santri miskin, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada TPQ adalah sebagai salah satu pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat miskin di Indonesia. Terlihat pada nilai persentase santri TPQ miskin pada beberapa provinsi yang cukup besar misal : Kepulauan Riau 81,20%, Kalimantan Timur 69,22%, dan NTT 67,98%, dan Banten 53,41%. 103

37 3. Tenaga Pengajar Berdasarkan data yang masuk ke Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi pada Tahun Pelajaran , secara nasional jumlah Tenaga Pengajar Taman Pendidikan Qurán (TPQ) sebanyak orang, yang terdiri dari Tenaga Pengajar laki-laki sebanyak orang (55,90%) dan Tenaga Pengajar perempuan sebanyak orang (44,10%). Berikut grafik yang menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar TPQ berdasarkan jenis kelamin. Gambar Jumlah Tenaga Pengajar TPQ Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa jumlah Tenaga Pengajar laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan Tenaga Pengajar perempuan, yaitu sebanyak 55,90%, sedangkan Tenaga Pengajar perempuan sebanyak 44,10%. 104

38 // Adapun jumlah Tenaga Pengajar berdasarkan latar belakang pendidikan berjumlah (23,71%) orang dari Pondok Pesantren, orang (45,43%) SMA, orang (17,27%) dari tingkat Diploma, dan (13,59%) orang S1. Rasio perbandingan antara jumlah Tenaga Pengajar dengan jumlah santri adalah 12, yang artinya 1 tenaga pengajar membina 12 orang santri. Berikut grafik yang menggambarkan jumlah Tenaga Pengajar berdasarkan latar belakang pendidikan. Tenaga Pengajar TPQ ,43% ,71% ,27% ,59% PP <=SMA Dipl. >=S1 Gambar Jumlah Tenaga Pengajar TPQ Dari grafik diatas, terlihat jumlah Tenaga Pengajar yang memiliki latar belakang pendidikan SMA lebih banyak dibandingkan yang lainnya yaitu sebanyak 45,43%, diikuti dengan tingkat Pondok Pesantren sebanyak 23,71%, kemudian tingkat Diploma sebanyak 13,59% dan yang paling sedikit adalah S1, 105

39 yaitu sebanyak 13,59%. Terlihat bahwa lebih 60% pendidikan tenaga pengajar berasal dari SMA dan pontren, ini dapat dipahami karena pendidikan pada TPQ memang tidak membutuhkan guru yang berpendidikan formal tinggi. Dikarenakan pembelajaran lebih banyak ke pendidikan agama dan baca Al-Qur an, tidak pada pendidikan formal. Namun penguatan kemampuan mengajar bagi tenaga pengajar di TPQ perlu tetap ditingkatkan, baik dari segi wawasan pembelajaran maupun teknik mengajar. Oleh karena itu perlu dikembangkan program-program peningkatan kemampuan guru pada kemampuan mengajar dan teknik pembelajaran. Dari Rasio Guru : Santri tercatat nilai 12, ini mempunyai arti bahwa satu orang guru membina 12 orang santri. Hal ini cukup ideal dalam proses pembelajaran, dan dapat pula disimpulkan jumlah tenaga pengajar pada TPQ sudah cukup memadai. Tinggal ditingkatkan lagi kemampuan dan keterampilannnya. 106

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011 Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ Tahun Pelajaran 2010-2011 2011 Jenis lembaga Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang didata meliputi Pondok Pesantren, Pendidikan Kesetaraan

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Tahun Akademik SSt taat ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm 220000 99//22 0011 00 Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Tahun Akademik 20092010 Jenis lembaga Pendidikan Keagamaan dan

Lebih terperinci

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN)

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN) dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN) Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN) adalah proses

Lebih terperinci

2.01. Jumlah Pondok Pesantren dan Tipologinya *) Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah Pontren Berdasarkan Tipe. No. Provinsi PP

2.01. Jumlah Pondok Pesantren dan Tipologinya *) Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah Pontren Berdasarkan Tipe. No. Provinsi PP 2.01. Pondok Pesantren dan Tipologinya *) No. Provinsi PP Pontren Berdasarkan Tipe Salafiyah Khalafiyah Kombinasi 1.323 1.132 21 170 181 42 58 81 228 102 110 16 181 26 137 18 185 66 17 102 362 85 26 251

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN Deskriptif Statistik Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009 Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren A. Lembaga Jenis Lembaga Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA R.I Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi

KEMENTERIAN AGAMA R.I Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi KEMENTERIAN AGAMA R.I Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Peta Pendidikan Islam Jenis Pendidikan Umum Berciri Khas Islam Pendidikan Keagamaan Islam Diniyah Pondok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi... DAFTAR ISI Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi... i iii v TABEL RA/BA/TA, MI, MTs DAN MA 1.01. Jumlah Lembaga RA/BA/TA, MI, MTs dan MA... 1 1.01.1. Jumlah Lembaga RA/BA/TA, MI, MTs dan MA...

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA R.I. Bagian Perencanaan dan Data

KEMENTERIAN AGAMA R.I. Bagian Perencanaan dan Data KEMENTERIAN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data Ringkasan Jumlah Lembaga & Siswa Dikdasmen No Lembaga Jml Lbg Lk Jumlah Siswa Pr Jumlah 1 RA/BA 19.762 415.571 408.476 2 MIN

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017 Cutoff data tanggal 30-Nov-2017 PDSPK, Setjen Kemendikbud Jakarta, 11 Desember 2017 DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN AJARAN 2017/2018

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data Jumlah Lembaga Statistik Madrasah Madrasah Ibtidaiyah: 22.189 Negeri 1.568-7,1% Swasta 20.621-92,9% Madrasah Tsanawiyah:

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data

DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data 1 Statistik Pendidikan pada Madrasah Jumlah Lembaga RA/BA/TA: 18.759-33,0% Madrasah Ibtidaiyah: 21.188-36,0% Negeri 1.567-7,4%

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

DISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud 2014

DISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA. Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud 2014 DISPARITAS PRASARANA SMA ANTAR PROVINSI DI INDONESIA Setjen, Kemdikbud LATAR BELAKANG Tujuan pendidikan nasional adalah Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

Lebih terperinci

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan

Lebih terperinci

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS) Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU Sisdiknas no 20 tahun

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

11 Juni Oleh: Rosidin

11 Juni Oleh: Rosidin ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA STATISTIK PENDIDIKAN Orientasi Sistem Informasi Manajemen dan Orientasi Peningkatan Kemampuan Tenaga Teknis dan Laporan 11 Juni 2003 Oleh: Rosidin Bagian Data dan Informasi

Lebih terperinci

TABEL STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN

TABEL STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN TABEL STATISTIK PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN 3. 01. Lembaga Pondok Pesantren (Pontren), Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Al Qur'an, dan Majelis Taklim Tahun Pelajara n 2008/2009 No

Lebih terperinci

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2014 NOMOR : DIPA /2014 I A. INFORMASI KINERJA 1 Fungsi 10 PENDIDIKAN Sub Fungsi 10.02 PENDIDIKAN DASAR 10.90 PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LAINNYA 2 Program 025.04.07 Program Pendidikan Islam Hasil (Outcome) 01 Meningkatnya Akses, Mutu, dan Daya Saing

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2014 UNIT ORG KERJA RENCANA KINERJA KERJA Halaman 1 25.4.7 Program Pendidikan Islam 1.352.855. 1.352.855. Indikator Kinerja Utama Program 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008

BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008 BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA R.I TAHUN 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Oleh: Ida Kintamani KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 1 1.PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH Deskriptif Statistik Pendidikan Madrasah Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009 A. Lembaga Jenis Lembaga yang didata antara lain RA, MI, MTs, MA dan Pengawas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2014 KEMENAG. Islam. Pendidikan. Keagamaan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2012

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2012 KERJA : RENCANA KINERJA KERJA Halaman : 1 025.04.07 Program Pendidikan Islam 219.747.000 219.747.000 Indikator Kinerja Utama Program : 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017 TENTANG ALOKASI KUOTA AKREDITASI BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2018

Lebih terperinci

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( )

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( ) Indeks XB (Xie Beni) Penggerombolan Fuzzy C-means memerlukan indeks validitas untuk mengetahui banyak gerombol optimum yang terbentuk. Indeks validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN UMUM

2. BAB II TINJAUAN UMUM 2. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pondok Pesantren 2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren Asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENDATAAN SANTRI PONDOK PESANTREN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENDATAAN SANTRI PONDOK PESANTREN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENDATAAN SANTRI PONDOK PESANTREN TAHUN PELAJARAN / I. (KOLOM A F) IDENTITAS PONDOK PESANTREN TEMPAT BELAJAR Kolom A : Diisi dengan Nomor Statistik Pondok Pesantren (terdiri

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN DAN MAJELIS TAKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 . 1 ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 Dra. Th. Nuraeni Ekaningrum, MPd. MARET 2016 Kategori hasil UN dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2 NILAI KETERANGAN N > 85 A = SANGAT

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 20161 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GARUT, : a. bahwa sehubungan telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas pemerintah dalam bidang pendidikan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengenal tiga jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan

Lebih terperinci

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2012

KERTAS KERJA RKA-KL RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2012 RENCANA KINERJA KERJA KERJA : (588229) MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI COT MEURAK SAMALANGA KAB. BIREUEN Halaman : 1 025.04.07 Program Pendidikan Islam 472.412.000 472.412.000 Indikator Kinerja Utama Program

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik 2011-2012 A. Pengantar Satuan pendidikan tinggi Islam yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

EDISI REVISI BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008

EDISI REVISI BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008 EDISI REVISI BUKU PANDUAN PENYUSUNAN NOMOR STATISTIK LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2008 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA R.I TAHUN 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP;

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

YPI Darussa adah. Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah

YPI Darussa adah. Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah YPI Darussa adah Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah Lokasi Jln. Krueng Mane-Sawang Km. 4,5 Gampong Teungoh Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh Pendiri Tgk. Muhammad Ali Irsyad (Abuya)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

REVISI KE-1 DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR : 1490/ /01/2012 TANGGAL : 9 Desember 2011 IA.

REVISI KE-1 DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR : 1490/ /01/2012 TANGGAL : 9 Desember 2011 IA. Kode/Nama Satker : (573631) MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TANAH JAMBU AYE KAB. ACEH UTARA Halaman : IA. 1 1 Fungsi 10 PENDIDIKAN 2.129.335.000 Sub Fungsi 10.02 PENDIDIKAN DASAR 618.498.000 10.90 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI TAHUN 206 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 206 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) serta

Lebih terperinci

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Cluster 1 Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Oleh: Jumono, Abdul Waidil Disampaikan pada kegiatan Simposium Pendidikan 23 Febuari 2015 Ki Hadjar Dewantara: Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang

Lebih terperinci

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR NAMA DAYAH YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR LOKASI/ALAMAT Jl. Banda Aceh Medan Km 318 Gampong Matang Kumbang Kec. Baktiya Kabupaten Aceh Utara Propinsi

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 897/KPTS/M/2017 TENTANG BESARAN REMUNERASI MINIMAL TENAGA KERJA KONSTRUKSI PADA

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DAN PESANTREN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DAN PESANTREN BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DAN PESANTREN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN

BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN BAB II KONDISI UMUM PENDIDIKAN 2.1. Analisis Kondisi Internal Lingkungan Pendidikan Dalam menyusun rencana strategis 10--, diperlukan analisis kondisi internal pendidikan nasional pada periode 05--09 sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional berfungsi

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah

Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah Oleh : Ir Zainal Achmad, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas SDM suatu bangsa. Salah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Dasar Hukum UU NO.20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. UU NO.20 THN TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 1 1. PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV

Lebih terperinci

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012 Ida Kintamani, Kinerja Pendidikan Berdasarkan Indeks Pengembangan Pendidikan untuk Semua dan Tujuan Pembangunan Milenium Tahun 2011/2012 KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT). Latar Belakang ULT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Tahun 2006 mempunyai unit kerja yang melayani masyarakat baik langsung maupun tidak langsung di tangani oleh Gerai Informasi Media yang berada

Lebih terperinci