PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK"

Transkripsi

1 PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK Oleh : Dra. Hj.Janarti A. PENDAHULUAN Salah satu jenjang pendidikan sekolah yang ada di Indonesia menurut yang tersurat dalam Undang-undang RI nomor 2, tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan menengah. Di antara jenjang pendidikan menengah yang dimaksud adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), (pasal 15, ayat 2). Sekolah Menengah Kejuruan mengemban misi utama yaitu menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, (PP.NO.29 tahun 1990 Bab 11 pasal 3 ayat 2). Misi SMK sebagaimana telah disebutkan di atas akan terwujud jika segala sumber daya SMK didayagunakan. Schein dalam As'ad (1995) menerangkan bahwa setiap organisasi menginginkan agar pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber daya benar-benar dapat berdaya guna untuk memperlancar jalannya pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Lancarnya pekerjaan dan tercapainya tujuan dengan sukses merupakan satu prestasi besar. Salah satu sumber daya SMK yang memegang peranan penting dalam mewujudkan misi SMK tersebut adalah tenaga pengajar. Dengan demikian, maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam pengembangan SMK adalah pemberdayaan tenaga pengajar. Pemberdayaan tenaga pengajar berarti mengalokasikan tenaga pengajar sesuai dengan karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pengajar dan mengembangkan atau meningkatkan kemampuan mereka. Penanganan proses semacam itu memerlukan curahan waktu dan tenaga yang tidak sedikit baik dari pihak siswa, pihak tenaga pengajar, maupun pihak pimpinan sekolah. Oleh karena itu, tenaga pengajar harus diberi beban tugas, baik tugas mengajar maupun tugas untuk - 1 -

2 mengembangkan kemampuannya oleh pimpinan sekolah dengan cara proporsional sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan profesional.. Selain itu, proses belajar mengajar yang diharapkan bermutu adalah proses yang secara langsung harus dikelola oleh tenaga pengajar yang bermutu pula, sehingga memungkinkan peserta didik mendapat pengalaman belajar sebanyak-banyaknya dan bermutu pula. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat memperoleh kemampuan atau prestasi belajar yang tinggi dan bermanfaat. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa hanya dengan jalan demikian tenaga pengajar dapat berdaya guna. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kondisi siswa dan tenaga pengajar hingga sekarang masih jauh dari apa yang diharapkan untuk dapat mewujudkan misi atau tujuan SMK sebagaimana yang tersurat pada PP.NO.29 tahun 1990 Bab II pasal 3 ayat 2 di atas. Data Depdikbud. Bidang pendidikan menengah kejuruan (1991) menunjukkan bahwa selain jumlah tenaga pengajar nya yang terbatas, terasa kemampuan lulusan LPTK khususnya untuk mengajar praktik kejuruan di SMK belum sesuai dengan harapan, sehingga tetap diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar kejuruan, antara lain melalui penataran tenaga pengajar dan mengikuti program atau magang di industri. Sejalan dengan itu, sejak tahun 1994 Slamet PH (1994) mengemukakan bahwa tenaga pengajar SMK saat ini belum banyak berpengalaman di industri. Meskipun hampir semua tenaga pengajar telah ditatar di pusat-pusat penataran tenaga pengajar teknologi dan kejuruan, namun sangat sedikit yang pernah mengikuti program di industri, kurang memahami tanda-tanda pasar kerja, kurang reaktif dan antisipatif. Dengan segala keterbatasan, perilaku tenaga pengajar dalam proses belajarmengajar cenderung konservatif. Kondisi seperti itu menyebabkan mereka - 2 -

3 kurang memahami masalah pengetahuan. keterampilan dan sikap kerja yang ada di industri; sering mengajar berdasarkan apa yang diketahui, yang disukai dan sebagainya meskipun itu tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dimasa depan; dan sangat sedikit yang mampu memutakhirkan keahliannya maupun bacaannya. Selanjutnya, menurut direktur Dikmenjur, Gatot Hery, sebagaimana yang disiarkan Televisi Pendidikan Indonesia, pada acara berita pagi, tanggal 12 Agustus 2002, menyalakan bahwa tantangan utama yang harus segera diatasi oleh Dikmenjur adalah meningkatkan kualitas SMK. Menurut dia, data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 40% dari 4600 SMK, 830 di antaranya adalah SMK negeri dan sisanya adalah SMK swasta kualitasnya masih rendah. Hanya sayang, karena pernyataannya itu tidak dilengkapi dengan penjelasan tentang faktor utama yang dianggap sebagai penyebab rendahnya kualitas ke 40% SMK yang dimaksud. Namun demikian, pernyataan Slamet PH (1994) dan data terakhir Dikmenjur tersebut di atas kiranya sudah cukup mengundang keprihatinan dan kesediaan semua pihak, terutama yang lebih berkepentingan terutama pimpinan dan tenaga pengajar SMK untuk segera berbenah diri dalam rangka mengembangkan atau meningkatkan kualitas SMK secara keseluruhan. SMK sebagai sistem, tentu saja kualitasnya ditentukan oleh komponen yang membentuk sistem SMK tersebut, antara lain peserta didik, Lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental, yakni: kurikulum. program, sarana dan prasarana dan guru, (Sumadi, 1983). Namun demikian, pembahasan dalam kesempatan ini dibatasi pada upaya pengembangan SMK ditinjau dari sisi pemberdayaan guru atau tenaga pengajar SMK. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu untuk membicarakan seluruh komponen yang diduga berpengaruh terhadap pengembangan SMK - 3 -

4 B. PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK Kata pemberdayaan sangat terkait dengan pengembangan. Pengembangan suatu organisasi sebagai suatu sistem, harus dimulai dari pemberdayaan segala sumberdaya yang membentuk organisasi atau sistem tersebut. Pemberdayaan menunjuk pada adanya proses yang berlangsung di dalam suatu lingkup organisasi atau sistem. Ada yang melakukan proses dan ada yang mengalami proses. Artinya, Pemberdayaan tenaga pengajar menyangkut dua hal, yakni: (1) daya guna tenaga pengajar dan (2) pengembangan tenaga pengajar. Daya guna tenaga pengajar diartikan sebagai efisiensi pelaksanaan tugas tenaga pengajar atau kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat yang maksimal atas kemampuannya kemampuan menjalankan tugas sebagai tenaga pengajar. Menurut Tjipto Utomo dan Kees Ruitjer (1986) bahwa perbaikan pendidikan pada prinsipnya adalah meningkatkan daya guna atau efisiensinya. Pemahaman yang sama tentang daya guna dikemukakan oleh The Liang Gie (1981) bahwa efesiensi adalah suatu usaha untuk mencapai prestasi sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya dan atau dana yang tersedia dalam tempo yang sesingkatsingkatnya. Pengertian tersebut memberikan makna bahwa efisiensi pada dasarnya adalah daya guna, baik ditinjau dari aspek tenaga, materi, pikiran maupun waktu. Berkaitan dengan daya guna tenaga pengajar SMK, hasil penelitian Ruslan (1999) menunjukkan bahwa daya guna tenaga pengajar SMK di Kota Makassar dilihat dari alokasi tenaga pengajar berdasarkan diversifikasi kewenangan mengajar khususnya dalam hal alokasi beban mengajar umumnya melebihi standar yang diwajibkan. Hasil penelitian yang sama menunjukkan bahwa masih ada 31,2 persen tenaga pengajar yang mengajarkan bidang studi yang tidak relevan dengan kualifikasi pendidikan formalnya. Ditemukan pula bahwa faktor penting yang sangat - 4 -

5 berpengaruh dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap daya guna tenaga pengajar adalah kemampuan umum tenaga pengajar dan sikap tenaga pengajar terhadap tugas-tugas ketenaga pengajaran tenaga pengajar atau jabatan tenaga pengajar. Sementara itu, tenaga pengajar yang dibebani tugas mengajar melebihi standar akan menghabiskan waktunya dalam pembuatan rencana mengajar dan terbengkalainya proses pembelajaran yang dilaksanakan, atau sebaliknya. Tenaga pengajar akan kekurangan waktu untuk menelaah kembali rencana pengajaran yang telah disusun. Tenaga pengajar yang mengajar tanpa perencanaan mengajar pun akan banyak dijumpai. Titik akhirnya adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diperoleh. Daya guna tenaga pengajar juga sangat bergantung pada bidang keahlian tenaga pengajar. Oleh karena itu. salah satu indikator daya guna tenaga pengajar adalah tingginya tingkat relevansi antara bidang keahlian tenaga pengajar dan bidang studi yang diajarkan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang tenaga pengajar yang tidak ahli dalam bidang studi yang diajarkan. dalam pengertian bidang studi yang diajarkan tidak relevan dengan kualifikasi pendidikan formalnya sangat mengkhawatirkan hasilnya. Selain itu, kondisi demikian akan menyita waktu tenaga pengajar untuk memahami terlebih dahulu materi yang dikandung bidang studi tersebut sebelum mereka mengajarkannya. Dengan demikian daya guna tenaga pengajar ditinjau dari pemanfaatan waktu akan jauh berkurang. Artinya efisiensi pelaksanaan tugas tenaga pengajar tidak tercapai. Kir Haryana (1994) melalui hasil review terhadap beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa efisiensi atau daya guna sistem pendidikan dapat dinilai dari sisi input, proses, produk atau keluaran dan dampak. Pendapat yang maknanya sama, juga dikemukakan oleh - 5 -

6 Boediono dkk. (1992) dan Wmdham, D.M (1990) bahwa jika pendidikan dipandang sebagai suatu rangkaian proses produksi, maka tinjauan daya guna atau efisiensi dapat dilakukan terhadap empat bagian atau aspek utama yakni :input, proses, output dan outcomes. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun satu pengertian bahwa daya guna tenaga pengajar di SMK adalah tingkat kesuksesan alokasi tenaga pengajar yang logis menurut aturan normatif dalam mengimplementasikan tingkat kemampuannya sebagai tenaga pengajar dalam proses pendidikan dalam Lingkup SMK. 1. Alokasi Tenaga Pengajar Ketepatan alokasi potensi dan kemampuan tenaga pengajar dengan tepat menunjukkan tingginya daya guna mereka. Alokasi tenaga pengajar yang tepat menurut Kir Haryana dan Amat jaedun (1994) adalah bahwa tenaga pengajar yang mengajar memang berwenang mengajar, sesuai dengan tuntutan kebutuhan kurikulum atau bidang studi yang harus dipenuhi terhadap keadaan jumlah tenaga pengajar senyatanya di sekolah dan kesesuaian antara latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diajarkan oleh tenaga pengajar. Kesesuaian antara beban jam mengajar dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Pasal 5, ayat 1 dan 5 Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Nomor: 0433/P/1993; Nomor: 25 Tahun dituliskan bahwa jam wajib penyajian program pengajaran atau praktik adalah sekurang-kurangnya 18 jam pelajaran perminggu. Tenaga pengajar yang kurang jam wajib pelajaran tatap muka perminggu diberi angka kredit secara proporsional, dengan ketentuan Kepala Sekolah - 6 -

7 wajib memberi penugasan kepada tenaga pengajar yang bersangkutan setara dengan jam wajib. Selanjutnya ketepatan alokasi tenaga pengajar dapat diukur dari kesesuaian antara tugas tenaga pengajar menurut aturan normatif yang tersurat dengan implementasi tugas tenaga pengajar di sekolah. Proses pelaksanaan tugas keguruan tenaga pengajar adalah suatu mekanisme yang menggambarkan tingkat upaya tenaga pengajar merencanakan proses belajar-mengajar, implementasi perencanaan belajar-mengajar, membimbing dan melatih siswa menilai hasil proses belajar-mengajar, mengembangkan diri dan pengabdian pada masyarakat. Tugas tenaga pengajar tidak terbatas dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau mengajarkan ilmu saja, tetapi harus mampu memindahkan nilai-nilai perilaku yang mulia, dapat di contoh atau diteladani oleh peserta didiknya. Singkat kata, tenaga pengajar mempunyai tugas mengajar, membimbing dan mendidik. Usman (1994) mengemukakan bahwa tugas tenaga pengajar dapat dikelompokkan dalam tiga bagian utama, yakni mengajar, membimbing dan mendidik. Tugas pokok tenaga pengajar menurut yang tersurat dalam buku 'Himpunan Peraturan Kepegawaian Republik Indonesia (Anonim, 1996) meliputi: (1) menyusun program pengajaran, menyajikannya, evaluasi hasil belajar, analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya; (2) menyusun program bimbingan, analisis hasil program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya

8 Jabatan tenaga pengajar sebagai jabatan fungsional memiliki banyak tugas, baik yang terkait dengan dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Berkaitan dengan itu, maka tugas tenaga pengajar harus pula disesuaikan dengan jabatan fungsionalnya. Namun demikian, variasi tugas yang diemban oleh tenaga pengajar berdasarkan jabatan fungsional nya merupakan penjabaran dari dua unsur bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugasnya, yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Jika mengimplementasikan tugas tenaga pengajar yang dimaksudkan di atas berlangsung dalam lingkup SMK, maka seorang tenaga pengajar harus mengintegrasikan pelaksanaan tugasnya dengan berbagai kemampuan atau kompetensi, di antaranya mengetahui dan mampu mewujudkan tujuan SMK yang ditempati nya bertugas; mengalami dan mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar; mengetahui ciri-ciri tenaga pengajar yang efektif dan mampu mewujudkannya; serta mengetahui dan mampu melaksanakan peran tenaga pengajar. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Guna Tenaga Pengajar Tenaga pengajar sebagai bagian dari suatu sistem, mulai dari si stem yang paling sempit, yakni sistem pengajaran hingga ke sistem yang lebih besar, yakni sistem pendidikan, senantiasa berinteraksi dengan komponen sistem lain yang ada disekelilingnya. Interaksi tersebut akan turut mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga pengajar. Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa SMK dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial, yaitu sistem sosial terbuka. Sistem sosial terbuka tidak dapat menghindar dan pengaruh lingkungannya. Di dalam kegiatan operasionalnya, sekolah kejuruan akan sangat - 8 -

9 dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan memang sekolah kejuruan harus dan dengan sengaja mencari informasi dari lingkungan yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pendapat di alas menunjukkan bahwa tenaga pengajar dalam melaksanakan tugasnya selama berinteraksi dengan komponen yang ada di dalam sistem SMK, juga harus mampu berinteraksi dengan komponen-komponen lain yang ada di luar sistem SMK. Dengan demikian, mekanisme interaksi yang dialami oleh tenaga pengajar tersebut akan turut mewarnai sikap dan bentuk perilakunya. Bentuk perilaku yang direfleksikan tenaga pengajar merupakan potensi yang menentukan optimal tidaknya daya guna tenaga pengajar di SMK. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut ada yang bersumber dari dalam din tenaga pengajar sebagai faktor internal, seperti kemampuan umum tenaga pengajar. Ada pula yang bersumber dari lingkungan dari luar diri tenaga pengajar sebagai faktor eksternal, seperti: peserta didik, sarana dan prasarana sekolah serta kepemimpinan kepala sekolah. Slamet (1995) dan Suharsimi (1993) mengemukakan bahwa faktor internal tenaga pengajar dapat diklasifikasikan sebagai (a) faktor jasmaniah meliputi kesehatan secara umum dan cacat tubuh; (h) faktor psikologis meliputi Intelegensi, perhatian. minat dan bakat, motivasi kematangan dan kesiapan; dan (c) kelelahan. Sedangkan menurut A. Tabrani Rusyan dkk. (1994) faktor internal meliputi kelengkapan fisik, tingkat kematangan, kesehatan tubuh, kecakapan umum, kecakapan khusus, dan kelemahannya, sikap, minat, dorongan, prasangka, perasaan tidak menentuh kebiasaan dan latar belakang pendidikan. Berdasarkan konsep faktor internal di atas nampak bahwa setiap individu, termasuk tenaga pengajar dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari minimal ada dua aspek ulama pada dirinya - 9 -

10 yang harus diperhatikan, yakni: kemampuan umum tenaga pengajar dan sikap tenaga pengajar terhadap jabatan profesional tenaga pengajar. Hal ini, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi (1993). la mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang turut menentukan kualitas seorang tenaga pengajar, yakni kemampuan umum, persepsi terhadap jabatan tenaga pengajar dan sikap sebagai tenaga pengajar. Namun demikian. penulis menyimpulkan bahwa bagi seorang tenaga pengajar persepsinya terhadap jabatan tenaga pengajar akan tercermin pula pada sikapnya sebagai tenaga pengajar. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi daya guna tenaga pengajar dilihat dari sisi tenaga pengajar, meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah Suharsimi (1988). Pernyataan tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang terjadi dan akan turut mempengaruhi, baik antar tenaga pengajar, tenaga pengajar dan kepala sekolah, tenaga pengajar dan siswa, tenaga pengajar dan tenaga administrasi serta keterkaitan tenaga pengajar dengan semua komponen yang ada dalam lingkungan sekolah. Selain itu, hal tersebut juga mengisyaratkan adanya peluang bagi tenaga pengajar untuk melakukan hubungan dengan lingkungan di luar sekolah, baik melalui sekolah maupun tanpa melalui sekolah. Adanya hubungan atau interaksi antara tenaga pengajar dan lingkungan di luar sekolah akan turut mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga pengajar. a. Kemampuan Umum Tenaga pengajar Suharsimi (1993) mengutip pendapat T. Raka Joni, bahwa ada tiga komponen kemampuan yang mencirikan kemampuan umum yang dimiliki oleh seorang tenaga pengajar, yakni kemampuan profesional, kemampuan personal dan kemampuan sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan profesional terkait

11 erat dengan tingkat pendidikan formal yang berkaitan dengan profesi seorang tenaga pengajar. Sementara kemampuan personal dan sosial sangat terkait dengan pen gal am an kerja tenaga pengajar. termasuk masa kerja, pangkat-golongan dan pelatihan atau penataran terkait yang pernah diikuti oleh tenaga pengajar. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan SMK ditinjau dari sisi pemberdayaan tenaga pengajar, perlu tenis ditingkatkan kemampuan tenaga pengajar. Upaya tersebut harus dijadikan prioritas mama oleh pihak SMK, terutama pimpinan SMK. Hal ini dikemukakan, dengan asumsi bahwa cermin atau indikator utama yang menjadi ukuran adanya proses pengembangan sumberdaya yang berlangsung pada suatu lingkup organisasi adalah adanya peningkatan kualitas produk] yang dihasilkan. Jadi. indikator utama yang menjadi ukuran berlangsungnya proses pengembangan pada suatu SMK adalah peningkatan kualitas lulusannya, yang dibuktikan oleh tingginya jumlah lulusan yang diserap oleh pasar kerja yang bersesuian dengan bidang keahlian mereka. Sementara itu, kualitas lulusan sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran yang mereka alami selama di sekolah yang secara langsung dikelola oleh tenaga pengajar. Pengembangan kemampuan tenaga pengajar sebagai salah satu bagian dari pemberdayaan tenaga pengajar, sebagaimana dinyatakan oleh T. Raka Joni dalam Suharsimi (1993) di atas meliputi tiga aspek. yakni: aspek kemampuan profesional, kemampuan personal dan kemampuan sosial. Pengembangan kemampuan profesional dan sosial tenaga pengajar sangat bergantung pada aturan normatif yang berlaku dan kebijakan kepala sekolah. Guru yang ingin dikembangkan kedua aspek kemampuannya tersebut terkadang memaksa mereka

12 meninggalkan sekolah dalam waktu tertentu. Hal itu berarti dalam waktu yang bersamaan mereka harus meninggalkan tugasnya sebagai tenaga pengajar di sekolah. Misalnya, guru ditugasi untuk melanjutkan pendidikan formalnya dan atau mengikuti program kerja pada industri tertentu. Seorang guru harus meninggalkan sekolah dalam rentang waktu tertentu untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti program kerja di industri tertentu dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan Peraktek Kerja Industri (prekerin). Dalam kondisi seperti ini, kepala sekolah dituntut dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang menejer atau pimpinan dalam mengelola sumberdaya tenaga pengajarnya dengan baik, yang proporsional dan adil Pengambilan kepala sekolah dalam kondisi seperti itu akan mencerminkan kemampuannya dalam membaca tanda-tanda dan peluang pasar. Sementara itu, pengembangan kemampuan tenaga pengajar pada aspek kemampuan personal sangat bergantung pada motivasi, inovasi dan kreatifitas guru dalam memperluas wawasan nya, terutama yang berkaitan langsung dengan bidang keahliannya. Tentu saja kemampuan managerial kepala sekolah turut menentukan. Misalnya, pihak sekolah (kepala sekolah) menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti komputer. Kemudian guru memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan penguasaan penggunaan komputer dalam berbagai keperluan. Mengunjungi berbagai Web site internet untuk memperoleh berbagai informasi aktual dan up to date (mutakhir) dan lain sebagainya

13 b. Sikap Tenaga Pengajar terhadap Jabatan Profesional Guru Bagaimana tenaga pengajar memandang dan menyikapi profesinya akan sangat menentukan keberhasilannya dalam mengelola proses pembelajaran, karena pandangan tentang apa yang dijalani akan menentukan bagaimana yang menjalani tersebut bersikap, berprilaku dalam proses pembelajaran, (Suharsimi, 1993). Dengan demikian pandangan tenaga pengajar terhadap jabatan atau tugas tenaga pengajar akan tercermin pada sikap dan prilaku tenaga pengajar, baik saat ia melaksanakan tugas guru di sekolah maupun melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pihak sekolah di tempat lain. Oleh karena itu, kalau ingin menjadi guru, jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali. Berhasil tidaknya pendidikan yang dialami peserta didik sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya, (Usman, 1994). Dengan demikian, di tangan gurulah dimulainya gambaran asa depan bangsa suram tidaknya sangat bertgantung pada guru C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Pengembangan SMK dapat dilakukan melalui berupa cara, salah satu cara diantaranya adalah pemberdayaan tenaga pengajar SMK b. Pemberdayaan tenaga pengajar SMK dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan daya guna dan mengembangkan tiga aspek kemampuan tenaga pengajar, yakni: kemampuan profesional, personal dan kemampuan sosialnya c. Daya guna tenaga SMK ditentukan oleh faktor ketetapan alokasi dan kemampuan umum yang dimilikinya

14 d. Pengembangan kemampuan tenaga pengajar harus dititik beratkan pada tiga aspek kemampuan, yakni kemampuan profesional, personal dan sosial e. Pengembangan kemampuan profesional dan sosial tenaga kerja pengajar sangat bergantung pada aturan normatif dan kebijakan atau kepemimpinan kepala SMK. Sementara pengembangan kemampuan personal tenaga pengajar sangat bergantung pada motivasi, inovasi dan kreativitas tenaga pengajar SMK itu sendiri yang didukung oleh kemampuan manajerial kepala sekolah f. Selain itu seluruh aspek yang berkaitan dengan pengembangan tenaga pengajar sangat ditentukan oleh setiap tenaga pengajar SMK terhadap jabatan guru 2. Saran a. Dalam rangka pengembangan SMK, Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu menjalankan fungsi manajerialnya dengan baik pengajar yang berlaku dibawah naungan tanggungnya berdaya juga b. Pendayagunaan tenaga pengajar menuntut tugas tenaga pengajar dengan tepat menurut aturan berlaku. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu mengatur pengakolasian tenaga pengajarnya dengan baik hingga diperoleh kesesuaian antara tugas pengajar yang digariskan dalam aturan berlaku dengan pelaksanaan tugasnya disekolah c. Selain itu daya guna tenaga pengajar perlu terus ditingkatkan melalui pengembangan terus-menerus terhadap kemampuan umum tenaga pengajar. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya hingga pihak tenaga pengajar memperoleh peluang dan dukungan untuk mengembangkan kemampuannya, antara lain, pemberian kepada

15 mereka untuk melanjutkan pendidikan formalnya dan atau mengikuti program pengembangan diri pada industri atau perusahaan tertentu. DAFTAR BACAAN Anonym. (1993). Keputusan Menteri Negara Daya Guna operator negara nomor , tentang jabatan fungsional tenaga pengajar dan angka kreditnya Jakarta. Depdikbud Anonym (1995). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (UU RI No. 2 Th 1989) dan peraturan pelaksanaannya. Jakarta Sinar Grafika Anonym. (1996). Himpunan peraturan kepegawaian RI 1995/1996. Jakarta CV. Novindo Pustaka Mandiri Endarto. (1994). Kerja sama dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri makalah kejuruan pada seminar nasional forum komunikasi FPTK se-indonesia di IKIP Surabaya, tanggal 28 November Faham & Sukanto. (1001). Studi tingkat profesionalisme tenaga pengajar dan industri menengah kejuruan tingkat atas di propinsi DIY dan Jawa tengah. Laporan penelitian. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta Gunawan, Ary. (1994) Polemik efisiensi dan inefisiensi pendidikan kejuruan. Forum komunikat, 002. p Haryana, Kir dan Jaedun. Amat. (1994) Studi efisiensi dan penyelenggaraan pendidikan di STM Muhammadiyah Imogiri, bantul, Yogyakarta. Laporan penelitian. Yogyakarta Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta Manullang Jorlin (1980). Peningkatan mutu tenaga pengajar tehnologi. Analisis Pendidikan. 2 p 134. Jakarta Dekdikbud (1994) sistem ganda pada SMK implementasi link and match dalam upaya peningkatan mutu pendidikan teknologi dan kejuruan

16 Makalah disajikan pada seminar nasional Forum Komunikasi FPTK se-indonesia di IKIP Surabaya tanggal 28 November (1995) indikator keberhasilan SMK. Jakarta Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Makassar Lemlit UNM slamet, PIL (1993).Karakteristik tenaga pengajar dan instruktur untuk menunjang sistem ganda makalah disampaikan pada seminar nasional dan temua karya VII Forum Komunikasi FPTK/JPTK se-indonesia di IKIP Surabaya. Surabaya panitia Pelaksana suharsimi, Arikunto. (1998). Organisasi dan administrasi Pendiikan teknologi dan kejuruan Jakarta P2LPTK Dekdikbud (1993). Manajemen Pengajaran. Jakarta PT. RIneka Cipta sukamto (1995). Studi latihan jabatan bagi peningkatan kompetensi tenaga pengajar STM di daerah istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta Remaja Rosdakarya usman, Moh. Uzer, (1994). Menjadi tenaga pengajar profesional. Bandung PT. Remaja Rosdakarya

17 - 17 -

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PIMPINAN DAN PENDIDIK PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi paling depan dalam menjalankan proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu mengembangkan seluruh potensi

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi serta impian di masa depan. Melalui pendidikan setiap masyarakat akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan pengalaman di masa lalu yakni historis atau sejarah, fakta atau kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/PERMEN-KP/2017 TENTANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEMIMPIN DAN PENDIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional kita telah beberapa kali mengalami pembaharuan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1994 sampai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan dirasakan semakin penting, baik yang bersifat formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA Makalah disampaikan pada seminar nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK) di kampus Fakultas Pendidikan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), kita dituntut untuk menjadi manusia yang mampu mengikuti perkembangan dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dalam rangka mempertahankan hidup. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan dalam pendidikan nasional (pendidikan menengah) yang mempersiapkan peserta didik terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan zaman, lembaga pendidikan menjadi semakin berkembang dan berkualitas, madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kuantan Singingi merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu. Kabupaten Kuantan Singingi terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 06

TAHUN : 2006 NOMOR : 06 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 06 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 674 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan rendahnya mutu pendidikan saat ini masih menjadi kabar

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan rendahnya mutu pendidikan saat ini masih menjadi kabar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rendahnya mutu pendidikan saat ini masih menjadi kabar yag kurang menggembirakan serta perhatian yang belum terpecahkan di Indonesia. Jika kondisi ini terus

Lebih terperinci

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA 2013/2014

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA 2013/2014 PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 40 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN GURU YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN SEBAGAI KEPALA SEKOLAH WALIKOTA

Lebih terperinci

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI Email: labtek_rtu@upi.edu Abstrak Penelitian sebelumnya oleh Budi Sulistiono (1998) menemukan bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional merupakan faktor penentu dalam memberhasilkan pembangunan terutama menyangkut pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia, sebagai mahluk sosial memerlukan pendidikan sebagai usaha peningkatan kualitas diri dan masyarakatnya. Proses pendidikan dilakukan secara berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan 161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Keberhasilan pendidikan dapat diukur dengan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru di dalam kelas. Namun, operasionalnya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *) PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta A. Pendahuluan Berdasarkan Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten

Lebih terperinci

BUKU STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BUKU STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BUKU STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JL. PIET A TALLO, LILIBA KUPANG Tlp. (0380) 881880, 881881 Fax.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Suwatno, A. Sobandi, Rasto 1 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) tingkat implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik, setelah lulus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu dari tiga aspek penting dalam kehidupan selain kesehatan dan ekonomi.fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 132 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan awal yang diajukan, penelitian ini difokuskan pada masalah kontribusi pembimbing sejarah terhadap hasil belajar warga belajar pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi dan kompetensi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan nasional. Karena dengan pendidikan yang baik dapat menciptakan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU YANG TELAH DISERTIFIKASI DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN PADA SEKOLAH BINAAN DI SAMBAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa lepas dari kegiatan administrasi. Oleh karena itu setiap sekolah harus

BAB I PENDAHULUAN. bisa lepas dari kegiatan administrasi. Oleh karena itu setiap sekolah harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan dan kemajuan pendidikan dilembaga formal baik sekolah maupun madrasah, terlebih perguruan tinggi tidak bisa lepas

Lebih terperinci