HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Oleh : INDAH MULYANI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK Indah Mulyani. H Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor- Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Sjafri Mangkuprawira dan Siti Rahmawati. Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia, oleh karena itu IPB memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk SDM yang berkualitas. Sumber daya manusia berkualitas dapat terbentuk melalui jalur pendidikan yang berkualitas pula. Hal ini mendorong IPB untuk menyusun kurikulum sistem mayor-minor yang mampu mewujudkan tujuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor, (2) Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor, (3) Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diteliti adalah perkuliahan mayor, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung pemahaman mayor dan praktikum sebagai penunjang mayor. Ketiga komponen tersebut kemudian dihubungkan dengan indikator prestasi belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Gambaran tentang penerapan mayor-minor di IPB diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor meliputi penerapan mayor-mayor, mayor-minor, mayor-minor dan Supporting Course, serta mayor dan Supporting Course. Pelaksanaan kurikulum sistem mayor-minor dinilai positif oleh mahasiswa namun dalam penerapannya dirasakan masih perlu dilakukan perbaikan terutama pada aspek pengaturan jadwal, ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, sistem teknologi informasi dan fasilitas penunjang lainnya. Persepsi mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem mayor-minor secara keseluruhan memiliki hubungan yang positif dengan peningkatan pengetahuan, sikap pada penguasaan mayor dan pemilihan minor, serta keterampilan pada penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Hal ini berarti penerapan mayor-minor oleh Institut Pertanian Bogor baru dapat memfasilitasi mahasiswa secara optimal pada peningkatan pengetahuan dan belum optimal dalam memfasilitasi mahasiswa pada peningkatan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan disiplin ilmu.

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : INDAH MULYANI H Menyetujui, Januari 2009 Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira Dosen Pembimbing I Dra. Siti Rahmawati, M. Pd Dosen Pembimbing II Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal ujian : 30 Desember 2008 Tanggal lulus:

4 HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh Indah Mulyani H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Indah Mulyani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Lukman (Alm) dan Ibu Indah Hartika. Pada tahun 1998 penulis telah menyelesaikan masa studinya di SDN Cilebut V, kemudian pada tahun 2001 menyelesaikan studi di SLTPN 11 Bogor. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 6 Bogor. Penulis melanjutkan studinya ke tingkat perguruan tinggi dengan mengambil jenjang Strata satu (S1) dengan program studi Manajemen, Departemen Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis pernah menerima penghargaan sebagai anak karyawan berprestasi sejak tahun karena menduduki peringkat 3 besar selama menjalani studi pada tingkat SD, SMP sampai tingkat SMU. Pada tahun 2007, penulis mendapat penghargaan sebagai finalis lomba simulasi bisnis tingkat IPB. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam forum alumni SMUN 6 dan lembaga da wah fakultas (FORMASI), serta Sharia Economic Student Club (SES-C) sebagai sekretaris divisi. Penulis aktif dalam ketiga organisasi tersebut sampai tahun Selain pengalaman dalam organisasi kemahasiswaan penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006.

6 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb yang telah mencurahkan Rahmat, Karunia, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M. Pd. selaku dosen pembimbing II atas segala bimbingan dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Anggraini Sukmawati, S. Pt, MM selaku dosen penguji atas.saran dalam perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua, kedua kakakku dan adikku atas segala do a dan dukungannya. 5. Direktorat AJMP yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian. 6. Bagian SDM IPB dan Kantor Pelayanan Hukum IPB yang telah membantu melengkapi data dalam skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat Manajemen 41 atas dukungan semangat, bantuan, saran dan kebersamaannya selama ini. Semoga tali silaturahmi tetap terjaga. 8. Sahabat-sahabat angkatan 42 IPB yang telah bersedia membantu dalam melengkapi data penelitian. 9. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan sarannya selama penelitian dan dalam penulisan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat. Bogor, Januari 2009 Penulis

7 DAFTAR ISI ABSRAK RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Sistem Mayor Minor Belajar Jenis-jenis Belajar Prestasi dalam Belajar Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Uji Validitas Uji Reliabilitas Korelasi Rank Spearman Analisis Deskriptif i ii iii v vi vii

8 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Profil Institut Pertanian Bogor Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan Mutu Standar Mutu Pendidikan IPB Sarana Penunjang Pendidikan Lembaga Kemahasiswaan Pelaksanaan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor Karakteristik Responden Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Analisis Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor di Institut Pertanian Bogor Persepsi Mahasiswa terhadap Prestasi Belajar Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Prestasi Belajar Mahasiswa VI. IMPLIKASI MANAJERIAL KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 62

9 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Sebaran Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Fakultas Nilai Skor Rataan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Klasifikasi Tabel Alpha George Persepsi Mahasiswa tentang Penerapan Kurikulum Sistem Mayor- Minor Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor Persepsi Mahasiswa terhadap Pengetahuan Mayor Persepsi Responden terhadap Sikap Mayor Persepsi Responden terhadap Keterampilan Mayor Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan Mayor Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Sikap Mayor Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Keterampilan Mayor Rekap Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Mayor Kendala dalam Penerapan Kurikulum Sistem Mayor-Minor... 56

10 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka Pemikiran Operasional... 23

11 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Struktur Organisasi IPB Kuesioner Penelitian Data Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data Korelasi Rank Spearman Surat Keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor Daftar Fakultas, Mayor dan Departemen Pengampu IPB Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Mayor yang Dipilih Sebaran Responden (Mahasiswa) Berdasarkan Minor dan atau SC yang dipilih... 85

12 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia telah memasuki era globalisasi, hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya perubahan dan perkembangan di berbagai aspek kehidupan. Hal ini menyebabkan setiap negara harus memiliki kemampuan yang tinggi dalam beradaptasi untuk dapat bersaing menghadapi perubahan tersebut. Faktor utama yang berperan dalam perubahan dan perkembangan suatu negara adalah sumberdaya manusia. Negara yang ingin berhasil menghadapi tuntutan persaingan harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah sumberdaya manusia nomor empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat, yang besarnya mencapai jiwa (BPS, 2005). Sumberdaya manusia Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pembangunan jika dapat dikelola dengan baik. Salah satu pengelolaannya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Dunia pendidikan berfungsi memproduksi tenaga-tenaga yang berkualitas untuk berbagai jenis dan tingkatan keahlian. Dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi diharapkan menghasilkan sarjana, tenaga-tenaga terpilih yang dapat menjadi dinamisator, motivator, inovator dan penggerak pembangunan. Gerak dan laju pembangunan banyak ditentukan oleh jumlah, mutu, kemampuan dan kecocokan sarjana dan lulusan dunia pendidikan yang dihasilkan dengan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Departemen Pendidikan Nasional adalah salah satu departemen dalam pemerintahan Indonesia. Departemen ini menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran di seluruh Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan beberapa penyesuaian dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang pernah berkembang diantaranya Sistem Pendidikan Nasional tahun 1947, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1968, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1975, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1984, Sistem Pendidikan Nasional tahun 1994,

13 2 dan kemudian dikembangkan menjadi Sistem Pendidikan Nasional tahun 2004 atau yang dikenal dengan Sistem Pendidikan Berbasis Kompetensi. Harapan masyarakat terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia adalah adanya komunikasi dua arah yang memungkinkan kegiatan pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, baik bagi peserta didik maupun bagi tenaga pengajar. Belajar menyenangkan itulah sebenarnya konsep pendidikan yang dapat membawa peserta didik untuk menguasai kompetensi akademik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Harapan inilah yang seharusnya diakomodasi dalam penyusunan kurikulum, untuk itu maka lahirlah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sampai saat ini masih berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang pernah diperkenalkan oleh Boediono dan Ella (1999), yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. Berhubung kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi peserta didik, maka prinsip pembelajaran adalah terpusat pada peserta didik dan menggunakan pendekatan menyeluruh dan kemitraan, serta mengutamakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pelaksanaan kurikulum yang memegang peran penting adalah pengajar. Keberhasilan kurikulum lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kompetensi pengajar. Pada pelaksanaan KBK dibutuhkan model pengajaran yang lebih interaktif dengan peran yang lebih besar diberikan kepada peserta didik. Tenaga pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai penceramah. Seorang fasilitator (tenaga pengajar) harus kreatif mengelola proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan suasana belajar yang rileks, bervariasi dan membangkitkan rasa keingintahuan yang tinggi. KBK juga bertujuan mengoptimalkan daya pikir peserta didik melalui dengar, lihat dan rasakan, serta mengembangkan daya nalar kritis sehingga mampu menemukan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.

14 3 Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Terdapat 81 perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di Indonesia (BPS, 2005). Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia. IPB didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada perjalanannya IPB senantiasa melakukan penyesuaian dan pengembangan sistem pendidikan yang ada. Program pendidikan yang diselenggarakan di IPB terdiri atas Program Diploma, Sarjana, Dokter Hewan, Spesialis Magister Sains, Doktor Sains, Magister Profesi, Doktor Profesi dan Program Khusus. Program Sarjana merupakan pendidikan tinggi yang menekankan pada kemampuan lulusan dalam penguasaan dasar-dasar keilmuan dan keprofesian dibidangnya, serta memiliki kesiapan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi atau untuk dilatih lebih lanjut agar mampu memasuki lapangan kerja. Mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kebijakan dasar pendidikan Program Sarjana, IPB mencoba mengembangkan sistem mayor-minor. Penerapan sistem ini dilakukan mulai tahun 2005 yaitu pada kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc. Kurikulum sistem mayor-minor diterapkan dengan tujuan untuk menjamin fleksibilitas guna meningkatkan kompetensi dan soft skill lulusan terbaik di Indonesia. Pada sistem ini mahasiswa difasilitasi untuk memiliki kompetensi utama (mayor) dan kompetensi pelengkap (minor). Berdasarkan hasil prastudi terungkap bahwa sistem mayor-minor yang telah dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor belum menampakkan hasil seperti yang diinginkan oleh institusi. Diduga masalah tersebut disebabkan oleh pihak penyelenggara pada tatanan teknis belum memahami dengan baik terkait sistem mayor-minor dan fasilitas penunjang sistem mayor-minor yang belum memadai sehingga hasilnya kurang sesuai dengan

15 4 yang diharapkan. Hal tersebut yang melatarbelakangi pentingnya penelitian ini dilakukan, dengan harapan akan memberikan manfaat dan informasi bagi institusi tentang pendapat mahasiswa terhadap pelaksanaan sistem mayorminor dan informasi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki oleh pihak institusi dalam melaksanakan sistem mayor-minor Perumusan Masalah Berdasarkan hasil kajian Tim Penyiapan Proposal Otonomi IPB tahun 2000 menunjukkan bahwa kurikulum program pendidikan sarjana yang ada terlalu terspesialisasi atau memberikan kompetensi yang kurang relevan dengan yang diperlukan untuk program pendidikan sarjana dan tidak efisien. Hal tersebut dapat terjadi bila kurikulum disusun tidak berdasarkan pada kompetensi lulusan yang dibutuhkan, tapi berdasarkan mata kuliah yang ditawarkan oleh dosen. Berdasarkan ketentuan pada Keputusan Mendiknas RI Nomor 045/U/2002 bahwa kurikulum inti ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi bersama-sama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Terkait dalam hal ini departemen dengan koordinasi fakultas dan Institut mempunyai keleluasaan untuk meramu kurikulum menurut kompetensi lulusan yang dibutuhkan masyarakat dan sesuai strata pendidikannya. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan jawaban atas keinginan meningkatkan mutu dan relevansi program pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja serta penguatan peranan departemen sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan akademik. Kurikulum yang demikian akan efektif dan efisien bila terdapat keleluasaan dalam meramu kurikulum guna memperluas wawasan kompetensi tanpa harus memperbanyak jumlah mata kuliah yang ditawarkan dalam suatu departemen. Tujuan kurikulum tersebut dapat tercapai dengan menerapkan kurikulum sistem mayor-minor. Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan sistem mayorminor merupakan hal yang pertama dilakukan di Indonesia. Kemampuan adaptasi yang tinggi dari pihak institusi dibutuhkan untuk menerapkan suatu sistem yang baru. Penerapan kurikulum sistem mayor-minor dapat berjalan dengan baik bila prasyarat tertentu dipenuhi, yaitu: (1) Organisasi yang mantap, (2) Departemen yang distinct, (3) Sistem Informasi akademik yang

16 5 handal, (4) Dukungan IT yang kuat dan (5) Dukungan segenap stakeholder. Berdasarkan laporan penilaian kinerja manajemen akademik pimpinan institut periode oleh senat akademik diperoleh pelaksanaan poin 3 dan 4 masih belum memadai. Indikasi lain dari belum berjalannya sistem ini dengan efektif adalah berdasarkan persepsi mahasiswa yang merasakan masih banyak mengalami kendala dalam menjalankan sistem ini, yang berakibat pada kurang tercapainya tujuan sistem ini. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor? 2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor? 3. Bagaimana hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian disusun sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi penerapan kurikulum sistem mayor-minor di Institut Pertanian Bogor. 2. Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap penerapan kurikulum sistem mayor-minor yang diterapkan di Institut Pertanian Bogor. 3. Menganalisis hubungan penerapan kurikulum sistem mayor-minor dengan prestasi belajar mahasiswa Institut Pertanian Bogor Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami, maka penulis membatasi masalah yang mencakup beberapa hal yaitu: 1. Responden adalah populasi sampel mahasiswa jenjang strata satu Institut Pertanian Bogor tahun ajaran Kurikulum sistem mayor-minor yang dikaji hanya sebatas persepsi dari responden

17 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihakpihak terkait, seperti: 1. Bagi pihak institusi, penelitian ini sebagai alat untuk melihat bagaimana penerapan kurikulum sistem mayor-minor dan sebagai bahan masukan, serta pertimbangan dalam melakukan manajemen SDM sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. 2. Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi, wawasan dan sebagai sumber referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan penerapan teori yang telah diperoleh selama di bangku kuliah ke dalam praktik yang sebenarnya dan diharapkan dapat mencari solusi dalam setiap permasalahan yang terjadi di dunia nyata.

18 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kurikulum Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum dapat diartikan juga sebagai perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus (Kamus Bahasa Indonesia II, 1983). Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sudjipto, 2004). Menurut Brady (1995) dalam Sutjipto, Kurikulum adalah hasil mental curriculum sekumpulan ahli bidang studi, guru dan masyarakat belajar lainnya tentang apa yang direncanakan dan akan dilaksanakan oleh guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa. 2.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan kurikulum KBK dirancang sejak tahun KBK mulai diterapkan pada tahun Secara sederhana Sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah (R. Nurhadi, 2004). Ada enam dimensi pengembangan kurikulum untuk pendidikan tinggi yaitu pengembangan ide dasar untuk kurikulum, pengembangan program, rencana perkuliahan/satuan pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian dan hasil. Keenam dimensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu perencanaan kurikulum, implementasi kurikulum dan evaluasi kurikulum. Perencanaan

19 8 kurikulum berkenaan dengan pengembangan pokok pikiran/ide kurikulum dimana wewenang menentukan pada pengambil kebijakan untuk suatu lembaga pendidikan. Implementasi kurikulum berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum di lapangan (lembaga pendidikan/kelas) dimana yang menjadi pengembang dan penentu adalah dosen/tenaga kependidikan. Evaluasi kurikulum merupakan kategori ketiga dimana kurikulum dinilai apakah kurikulum memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang sudah dirancang ataukah ada masalah lain baik berkenaan dengan salah satu dimensi ataukah keseluruhannya (Nurhadi, 2004). Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Kepmendiknas No. 045/U/2002). Kompetensi juga diartikan sebagai hasil standar dari pekerjaan atau perilaku dalam peran kerja tertentu. Penilaian berbasis kompetensi berarti kumpulan bukti yang memadai mengenai hasil kerja atau kinerja pribadi seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dapat melakukan atau berperilaku sesuai standar tertentu. Penilaian berbasis kompetensi menurut Nurhadi (2004), meliputi: 1. Fokus pada hasil; 2. Penialian bersifat individual; 3. Tidak ada nilai persentase; 4. Tidak ada perbandingan dengan hasil individu lain; 5. Semua standar (persyaratan) harus terpenuhi 6. Proses berkelanjutan (mengarahkan pada pengembangan dan penilaian lebih lanjut) 7. Penilaian hanya bersifat kompeten dan belum kompeten Berdasarkan Mangkuprawira (2006), di USA terdapat model kompetensi yang dikembangkan oleh Hay McBer, McBer, dalam Fletcher (2005), mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik individu. Kompetensi adalah sesuatu yang dikuasai atau dimiliki

20 9 individu dan dibawa dalam menjalankan peran pekerjaannya. Menurut Sutjipto (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dengan perubahan, pertentangan, ketidakpastian dan kerumutrumitan dalam kehidupan. Penyusunan KBK ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten untuk membangun kehidupan dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan negaranya. KBK mengakomodasikan berbagai kepentingan sosio-edukatif baik tingkat nasional maupun kepentingan dan kemampuan daerah bahkan sekolah. Berbasis berarti memfokuskan pada atau berdasarkan pada. Kompetensi didefinisikan sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan dari pada hasil yang dapat didemonstrasikan (Brady, 1995 dalam Sutjipto). Definisi lain tentang kompetensi adalah sejumlah kemampuan yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan sesuatu secara efektif. Kompetensi adalah performa yang tampak pada kemampuan yang ditunjukkan dan terukur. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2003 dalam Sutjipto). Menurut Abdullah (2007), Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Inti dari KBK atau kurikulum 2004 adalah terletak pada empat aspek utama, yaitu: (1) kurikulum dan hasil belajar, (2) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (3) kegiatan belajar mengajar, (4) evaluasi dengan penilaian berbasis kelas. Penerapan KBK di lembaga pendidikan dalam hal ini IPB didukung oleh sistem mayor-minor. Hal ini berarti IPB berusaha mewujudkan SDM yang berkualitas yang memiliki kompetensi utama dan kompetensi pendukung.

21 Kurikulum Sistem Mayor-Minor Kurikulum sistem mayor-minor adalah kurikulum berbasis kompetensi dimana setiap mahasiswa mengikuti pendidikan dalam salah satu mayor sebagai bidang keahlian (kompetensi) utama dan dapat mengikuti pendidikan dalam salah satu bidang minor sebagai bidang keahlian (kompetensi) pelengkap. Mayor merupakan bidang keahlian berdasarkan disiplin (keilmuan) utamanya pada suatu departemen atau fakultas, dimana mahasiswa dapat memperdalam kompetensinya (ilmu pengetahuan, keterampilan dan perilaku) tertentu dalam suatu paket mata kuliah. Minor merupakan bidang keahlian pelengkap yang diambil oleh mahasiswa yang berasal dari departemen lain di luar departemen utamanya (mayor) (IPB, 2006). Dasar penerimaan mahasiswa pada program mayor adalah prestasi akademik yang memenuhi patokan (persyaratan) prestasi akademik yang ditetapkan IPB, daya tampung mayor yang bersangkutan dan kemampuan memenuhi syarat khusus yang ditentukan oleh mayor yang menjadi pilihan mahasiswa tersebut (IPB, 2006). Penerapan kurikulum sistem mayor-minor memiliki keuntungan bagi mahasiswa, negara/pemerintah dan bagi pihak IPB (Laporan Penilaian Kinerja Manajemen Akademik Pimpinan Institut Periode oleh Senat Akademik). Keuntungan bagi mahasiswa meliputi: 1. Rencana studi disusun berdasarkan bakat dan minat 2. Memiliki kompetensi yang jelas dan meluas 3. Pada satu masa studi, bisa menambah satu kompetensi baru 4. Peluang pengembangan soft skill lebih besar 5. Peluang mempercepat masa studi lebih besar 6. Peluang lapangan pekerjaan lebih besar Keuntungan bagi negara/pemerintah adalah: 1. Dihasilkannya kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan negara/pemerintah

22 11 2. Adaptif dalam memenuhi tuntutan kompetensi yang diharapkan tanpa harus membentuk program studi 3. Memperkuat kembali peran perguruan tinggi dalam pemecahan permasalahan bangsa. Keuntungan bagi IPB sendiri berupa: 1. Efisiensi penyelenggaraan kegiatan akademik 2. Memiliki daya respon yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi 3. Departemen lebih fokus mengenai kompetensinya 4. Meningkatkan kapasitas institusi Belajar Menurut Suparno 2001, pengertian umum belajar adalah aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Belajar juga dihasilkan melalui kegiatankegiatan meniru hal-hal yang diamati dari lingkungan. Beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para pakar psikologi bidang pendidikan dalam Suryabrata (2004) yaitu: a. Menurut Gronbach Belajar yang sebaik-baiknya adalah yang mengalami dan dalam mengalami itu si pembelajar menggunakan panca inderanya. b. Menurut Harorld Spears Belajar adalah suatu proses mengobservasi, membaca, meniru, mencoba beberapa hal sendiri, mendengarkan dan kemudian mengikuti petunjuk. c. Menurut McGeoh Belajar adalah sebuah perubahan dari sikap sebagai hasil dari sebuah penerapan. d. Menurut Hilgard Belajar adalah proses dari aktivitas yang biasa atau perubahan yang dialami akibat adanya pelatihan (misalnya di dalam laboratorium atau di lingkungan alam). Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hal-hal pokok sebagai berikut: a. Belajar itu membawa perubahan;

23 12 b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; c. Perubahan itu terjadi karena usaha Jenis-jenis belajar Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang sering kita kenal dengan taksonomi belajar. Salah satu yang dikenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Jenis-jenis belajar juga disusun oleh Robert M. Gagne dan yang paling mutakhir dilakukan oleh suatu komisi yang dibentuk oleh Badan Pendidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu UNESCO yang dikenal dengan empat pilar fondasi pendidikan yang disusun oleh sebuah komisi yang diketuai oleh Jacques Delors. 1. Taksonomi Bloom Taksonomi bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal dengan domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-ranah ini adalah perilaku yang memang diniatkan untuk ditujukan kepada peserta didik atau pembelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). a. Ranah kognitif Pada ranah kognitif ini terdapat tingkatan yang mulai dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi yaitu dapat mengevaluasi sejumlah fakta. Tingkatan tersebut adalah: 1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Aplikasi; 4) Analisis dan sintesis; 5) Evaluasi.

24 13 b. Ranah Afektif Komponen afektif merupakan keyakinan individu dan penghayatan orang tersebut tentang objek sikap, apakah ia merasa senang atau tidak senang, bahagia atau tidak bahagia. Berdasarkan taksonomi yang dikemukakan (Karthwol, Bloom dan Masia, 1964) sikap disusun lagi sedemikian rupa hingga menunjukkan tahapan yang hirarkis. Tingkatan-tingkatan tersebut dimulai dengan pertama, menerima stimulus secara pasif; kedua memberi respon secara aktif; ketiga, memberi penilaian terhadap respon yang dilakukan; keempat, mengorganisasikan, artinya menjadikan objek tersebut sebagai bagian dari dirinya; kelima, Karakterisasi. Berikut dibahas lebih rinci mengenai hal-hal tersebut: 1) Menerima atau menaruh perhatian; 2) Memberi respon; 3) Memberi penilaian; 4) Pengorganisasian; 5) Karakterisasi; c. Ranah psikomotorik Belajar psikomotorik menekankan keterampilan motorik yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. 2. Kategori jenis belajar menurut Robert M. Gagne Kategori belajar menurut Gagne meliputi lima jenis kemampuan manusia yaitu: a. Kecakapan intelektual Gagne membagi-bagi jenis belajar ini ke dalam hirarki yang dimulai dengan belajar membedakan kemudian belajar konsep-konsep, dilanjutkan dengan belajar aturan-aturan dan pada tingkatan akhir adalah belajar memecahkan masalah.

25 14 b. Strategi kognitif Strategi kognitif merupakan cara yang digunakan individu yang belajar mengatur proses dalam dirinya. c. Strategi kognitif Verbal karena informasi dirumuskan dalam kalimat dan dinyatakan dalam tulisan atau percakapan. d. Belajar kecakapan motoris Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu. Kelancaran serta ketepatan waktu kecakapan motoris dapat diperbaiki dengan latihan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. e. Belajar sikap dan nilai Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya. Sikap memiliki komponen afektif atau emosional, aspek konatif dan berakibat pada tingkah laku. 3. Kategori jenis belajar menurut UNESCO Menyikapi perkembangan dunia yang sangat cepat berubah, UNESCO membentuk komisi untuk menggali konsep reformasi dalam bidang pendidikan melalui kegiatan penelitian ke berbagai negara anggota. Komisi ini diketuai oleh Jacques Delors. Laporan komisi Delors mengidentifikasikan empat pilar sebagai fondasi yang merupakan pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah : a. Learning to Know Pada learning to know terkandung makna belajar bagaimana belajar. Dalam hal ini tercakup paling tidak tiga aspek yaitu apa yang dipelajari, bagaimana caranya agar seseorang bisa

26 15 mengetahui dan belajar, serta siapa yang melakukan kegiatan belajar. b. Learning to Do Konsep ini menekankan kepada bagaimana mempelajari berbagai keterampilan yang berhubungan dengan dunia kerja, profesi dan perdagangan termasuk bagaimana interaksi antara pendidikan dan pelatihan. Secara konseptual, learning to do mirip dengan learning by doing atau belajar dengan melakukan/mengerjakan, artinya bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata. Dalam hal ini pengalaman mempraktekkan suatu kegiatan merupakan alat atau jalan untuk memperoleh pengetahuan dan bukan merupakan hasil kegiatan. Learning to do termanifestasikan oleh berbagai bentuk program latihan dan pendidikan kejuruan. c. Learning to Live Together Konsep ini memiliki pengertian belajar hidup bersama secara harmonis dengan menyikapi perbedaan kultur, geografis dan etnik secara arif sehingga mampu mengatasi berbagai konflik. d. Learning to Be Jenis belajar ini merujuk kepada pengembangan potensi insani secara maksimal. Adanya kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya, dengan kebebasan yang lebih besar dan kearifan melakukan pilihan-pilihan yang terpadu dengan rasa tanggung jawab yang kuat. Menurut Mangkuprawira (2006), paradigma pendidikan (proses pembelajaran) yang terbaru menekankan bahwa sasaran pendidikan diarahkan pada (1) learning to know, (2) lerning to do, (3) learning to be dan (4) learning to live together (UNESCO). Di masa depan dan siapa pun peserta dan penyelenggaranya maka proses pembelajaran perlu diarahkan pada kegiatan belajar untuk belajar sehingga terbentuk suatu masyarakat belajar.

27 Prestasi dalam Belajar Menurut Slameto 2003, Prestasi belajar merupakan output yang sangat penting dan merupakan alat pengukur kemampuan kognitif siswa. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di sekitar kehidupannya baik yang terjadi di rumah tangga maupun di dalam pergaulan masyarakat. Cara belajar juga menentukan keberhasilan anak dalam mencari prestasi. Belajar teratur dan bertahap (mencicil) akan lebih menanamkan ilmu tersebut dalam diri anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain keadaan gizi adalah hereditas, keadaan sosial ekonomi keluarga, faktor lingkungan, stimulus, fasilitas belajar dan daya tahan tubuh. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh cara belajar dan disiplin diri dalam belajar. Belajar disiplin diri sebaiknya diterapkan semenjak usia muda, agar kebiasaan disiplin sudah terbentuk dan memudahkan anak dalam pergaulan dan hubungan sosial dengan teman-teman. Kebiasaan disiplin diri menjadi pendukung kelancaran perkembangan kognitif dan prestasi belajar di sekolah. Kognitif yang tinggi tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya bila tidak didukung oleh faktor lain yaitu motivasi (Slameto, 2003). Metode pembelajaran yang dilaksanakan seorang anak, akan menentukan hasil belajar. Jika hasil yang diperoleh tidak memuaskan dapat karena sifat malas belajar seorang anak atau sikap orang tua yang memperlihatkan rasa kecewa atau menekan anak. Anak akan berhasil dalam belajar, bila orang tua mendampingi, membimbing serta mendorong dalam mencapai prestasi yang memuaskan (Gunarsa & Gunarsa, 2004). Keberhasilan prestasi belajar anak tidak hanya dari dukungan orang tua dan kecerdasan kognitif, akan tetapi didukung dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Kecerdasan emosional memiliki peran yang besar dalam

28 17 memperoleh prestasi. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri anak baik fisik maupun psikis akan mempengaruhi keseluruhan pola perilaku termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar (Goleman, 1999). Berdasarkan hasil penelitian Nurani (2004), aspek kecerdasan emosional yang dapat mendorong prestasi belajar, yaitu variabel motivasi diri, yang meliputi ketekunan, kemauan contoh dalam mencapai tujuan belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, mencapai prestasi, menyelesaikan tugas sesuai dengan target. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kualitas perkawinan, pengasuhan anak, kecerdasan emosional anak. Prestasi belajar yang dimiliki seorang anak, tidak hanya dilihat dari keberhasilan anak di kelas. Kemampuan remaja dalam bersosialisasi dapat menjadi suatu prestasi juga untuk remaja. Remaja dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki dengan mengikuti berbagai aktivitas, baik aktivitas yang ada di sekolah maupun di luar sekolah (Hurlock, 1994). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Suparno (2001) pada siswa tingkat sekolah dasar, diperoleh fakta terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar diantaranya disebabkan adanya gangguan emosi yang dialami oleh anak terutama disebabkan orang tua yang sibuk bekerja. Kemudian pengamatan lain yang dilakukan oleh Utomo dan Ruijter terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa masalah belajar disebabkan banyak mahasiswa di rumah tidak mempersiapkan diri untuk belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dosen dan hal lain yang berhubungan dengan cara mengajar dosen. Hasil survei menunjukkan bahwa permasalahan dapat disebabkan mahasiswa merasa sukar mencerna materi yang dianggap sulit, merasa kehilangan gairah belajar karena nilai dari berbagai mata kuliah yang diperolehnya rendah, tidak bisa berkonsentrasi

29 18 ketika belajar, tidak cukup tekun mengerjakan tugas-tugas belajar dan adanya perasaan bosan pada materi pelajaran. Masalah juga timbul akibat mahasiswa merasa was-was memikirkan biaya kuliah yang berat, adanya ketidakpuasan akan penilaian yang dilakukan oleh dosen, anggapan bahwa dosen tidak cukup menguasai materi, cara-cara kuliah yang kurang menarik dan kesulitan memahami perkuliahan karena mereka berasal dari latar belakang pendidikan yang konsentrasinya kurang mendukung perkuliahan atau jurusan yang dipilihnya (Suparno, 2001). Pada umumnya permasalahan bersumber dari dalam dan luar mahasiswa. Permasalahan yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut adalah rasa bosan, semangat belajar turun, sulit mencerna pelajaran, sulit mengatur waktu, sukar berkonsentrasi, tidak cakap menganalisis soal, sulit memahami buku teks, sulit memahami tugastugas dan tidak memiliki cukup keterampilan belajar. Sumber kesulitan eksternal meliputi dosen/tenaga pengajar, penyiapan pengajaran monoton, penilaian tidak adil, tuntutan terhadap jawaban tes tepat seperti yang ada dalam buku dan perkuliahan terlalu teoritis. Selain kedua sumber kesulitan tersebut lingkungan fisik dan sosial ekonomi juga mempengaruhi proses belajar. Hal yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial ekonomi diantaranya fasilitas laboratorium tidak memadai, ruang belajar tidak nyaman, suara bising, mahasiswa lain mencontek saat ujian, buku diperpustakaan kurang, biaya kuliah mahal dan biaya hidup mahal (Suparno, 2001) Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa yang diantaranya oleh Chabibi (2004), Widiyanti (2005), dan Syafrudin (2006). Penelitian Chabibi (2004) dengan menggunakan pendekatan regresi linier. Hasil pengujian parsial dengan menggunakan regresi linier terhadap masingmasing peubah dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi IPK pada mahasiswa jurusan TPG meliputi jalur masuk, pekerjaan orang

30 19 tua, pendapatan orang tua, nilai NEM dan STTB SMU, serta asal daerah SMU. Widiyanti (2005) melakukan pemodelan keberhasilan studi mahasiswa dengan model logistik ordinal. Hasil analisis model logistik ordinal menunjukkan bahwa lama masa studi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal mahasiswa (pendidikan ayah dan pendapatan orang tua mahasiswa per bulan) dan faktor internal setelah masuk ke IPB (nilai rataan MIPA TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika). Pada peubah IPK, faktor yang berpengaruh hanya faktor internal setelah masuk ke IPB (IP TPB dan nilai rataan mata kuliah wajib statistika). Penelitian Syafrudin (2006) dilakukan dengan menggunakan pendekatan SEM. Model keberhasilan studi menggunakan empat peubah laten dengan sembilan peubah manifest, peubah laten sukses hanya diukur oleh peubah IPK. Peubah laten proses diukur oleh total SKS, status pekerjaan, PT asal dan jenis tempat tinggal. Paubah laten eksternal meliputi pendidikan ayah dan penghasilan orang tua. Peubah laten internal meliputi usia dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses studi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan studi, baik untuk model SEM IPK dan model SEM masa studi. Status pekerjaan dapat menjadi penduga terbaik untuk proses studi pada kedua model tersebut. Peubah eksternal dan internal berpengaruh secara tidak langsung terhadap keberhasilan studi mahasiswa (IPK dan masa studi), tetapi berpengaruh langsung terhadap proses studi. Adapun peubah-peubah yang berpengaruh signifikan adalah penghasilan orang tua dan usia.

31 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kurikulum tahun 2004 atau yang lebih dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Kurikulum ini secara keseluruhan diterapkan dalam tingkat pendidikan tinggi, pendidikan menengah dan pendidikan dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan dasar dilakukan pada tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Penerapan pada tingkat pendidikan menengah dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Output yang diharapkan dari penerapan kurikulum ini adalah peningkatan kualitas SDM yang nantinya akan menjadi input pada jenjang selanjutnya. Penerapan sistem kurikulum berbasis kompetensi khususnya di Institut Pertanian Bogor disesuaikan berdasarkan tujuan, visi dan misi perguruan tinggi ini. Adapun tujuan dari penyelenggaraan program pendidikan sarjana (S1) di Institut Pertanian Bogor adalah menyiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki integritas kepribadian yang tinggi, terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan masalah yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan tujuan dan kualifikasi lulusan yang diharapkan maka bidang keahlian pada pendidikan program sarjana diselenggarakan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor, terdiri dari 34 Mayor dengan 37 Departemen Pengampu. Jumlah Departemen Pengampu lebih banyak dikarenakan pada Fakultas Kedokteran Hewan yang memiliki 3 Departemen Pengampu hanya menawarkan satu mayor. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran konseptual dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1.

32 21 Kurikulum Nasional Tahun 2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi Penerapan pada tingkat pendidikan dasar Penerapan pada tingkat pendidikan menengah Penerapan pada tingkat pendidikan tinggi Tingkat TK dan Sekolah Dasar Tingkat SMP dan SMA Tingkat Perguruan tinggi Tujuan, Visi dan Misi sekolah Tujuan, Visi dan Misi IPB Lulusan yang berkualitas, input bagi tingkat pendidikan menengah Lulusan yang berkualitas, input bagi perguruan tinggi Tujuan pendidikan Program sarjana (S1) IPB Sistem Pendidikan AS dan Jepang Kualifikasi lulusan yang dibutuhkan pasar Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor di IPB Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Berdasarkan kualifikasi lulusan jenjang strata satu yang diharapkan oleh Institut Pertanian Bogor sebagai berikut: 1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; 2. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif

33 22 dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; 3. Mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di dalam bidang keahliannya maupun dalam kehidupan bersama dalam masyarakat; 4. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni yang merupakan keahliannya. dikaitkan dengan Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002, maka dalam rangka pencapaian kualifikasi lulusannya IPB mendapatkan keleluasaan dalam merumuskan kurikulumnya. Sesuai dengan kualifikasi lulusan tersebutlah IPB merumuskan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor. Kondisi penerimaan terhadap penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor di IPB diketahui melalui analisis persepsi responden yang akan memberikan gambaran apakah sistem mayorminor yang telah diterapkan sudah dipahami oleh seluruh mahasiswa khususnya pada jenjang strata satu tahun masuk Gambaran tersebut dapat diketahui dari beberapa variabel terkait penerapan mayor-minor yang meliputi penguasaan mayor sebagai kompetensi utama, pemilihan minor atau Supporting Course yang mendukung penguasaan mayor dan pelaksanaan praktikum/praktek lapang. Identifikasi dilakukan terhadap variabel-variabel yang dipengaruhi oleh penerapan mayor-minor, selanjutnya menganalisis persepsi responden terkait dengan prestasi belajar. Persepsi responden terkait dengan prestasi belajar ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Analisis hubungan antara variabel-variabel penerapan mayor-minor dengan variabel pangetahuan, sikap dan keterampilan dilakukan dengan menggunakan analisis Rank Spearman Analisa ini dilakukan untuk membantu institusi dalam mencapai tujuannya yaitu mencetak mahasiswa yang berkualitas yang ditunjukkan dengan prestasi belajar yang dicapai sehingga menjadi lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja. Dari hasil analisa tersebut, dapat diketahui juga

34 23 implikasi manajerial yang perlu dilakukan oleh institusi maupun pihak manajemen sehingga strategi dan kebijakan dapat diambil secara tepat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat secara skematis kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: Keputusan Mendiknas RI No. 045/U/2002 Kualifikasi lulusan jenjang strata satu IPB Kurikulum berbasis kompetensi dengan sistem mayor-minor Penerapan sistem mayor-minor meliputi : 1. Penguasaan mayor 2. Pemilihan minor 3. Praktikum/Praktek Lapang Rank Spearman Persepsi Prestasi belajar: a. Kognitif b. Afektif c. Psikomotorik Implikasi manajerial bagi institusi dan manajemen untuk mengelola setiap aspek yang dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah yang diambilnya Hipotesis Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis adalah jawaban sementara yang menyatakan adanya hubungan diantara variabel-variabel tertentu. Hipotesis dapat dirumuskan melalui latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi utama (mayor) dan kompetensi penunjang (minor atau SC) 1. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan pengetahuan mayor mahasiswa 2. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan sikap mayor mahasiswa

35 24 3. Terdapat hubungan positif mengikuti perkuliahan mayor dengan keterampilan mayor mahasiswa 4. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course dengan pengetahuan mayor mahasiswa 5. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supoorting Course dengan sikap mayor mahasiswa 6. Terdapat hubungan positif pemilihan minor atau Supporting Course dengan keterampilan mayor mahasiswa 7. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan pengetahuan mayor mahasiswa 8. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan sikap mayor mahasiswa 9. Terdapat hubungan positif praktikum/praktek lapang dengan keterampilan mayor mahasiswa.

36 25 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga Bogor mulai bulan Februari 2008 sampai Juni Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia, penerapan sistem mayorminor hanya di IPB serta adanya kesediaan pihak institusi untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan sesuai dengan penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan mahasiswa, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian serta melalui hasil pengisian kuesioner yang diberikan kepada mahasiswa. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustaka baik dari buku, internet dan literatur-literatur lain yang sesuai dengan tema penelitian serta data-data yang sudah ada di Institusi Metode Pengambilan Sampel Menurut Sumarsono 2004, Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset. Menurut Umar 1996, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakter tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih untuk menjadi anggota sempel. Populasi target merupakan sumber informasi representatif yang diinginkan. Sedangkan populasi contoh merupakan suatu contoh yang benarbenar diambil sebagaimana ditentukan oleh kerangka contoh. Kerangka contoh adalah suatu daftar dari unit-unit contoh yang merupakan representasi suatu populasi (Sumarsono, 2004). Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 9%. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara convinience sampling yang proporsional menurut stratifikasi. Cara

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Oleh : INDAH MULYANI H24104009 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh SISKA NOFRIANTI H

HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh SISKA NOFRIANTI H HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Departemen Quality Control PT. Krama Yudha Ratu Motor, Jakarta) Oleh SISKA NOFRIANTI H24051788 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh BARITA MUTIARA H24104092 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) Oleh : DEVIANI PERTIWI H24051693 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR Oleh: DEWI ERAWATI H 24066003 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

: DWI ENDANG PUSPITASARI H

: DWI ENDANG PUSPITASARI H ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIER BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS PELAKSANA ADMINISTRASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh : DWI ENDANG PUSPITASARI H24051522 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 008 INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. DOKUMEN : POB-GIZ-S1-001 REVISI : 00 NO. SALINAN : Bogor, 9 Februari 015 Dekan Dr. Arif Satria NIP. 19710917199701003

Lebih terperinci

Oleh : SRI IRTANTI H

Oleh : SRI IRTANTI H HUBUNGAN PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJARAN DENGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (LPP RRI) BOGOR Oleh : SRI IRTANTI H 24066046 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KONTRIBUSI PERSEPSI GURU TENTANG IMPLEMENTASI FUNGSI EMASLIM KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KOMPONEN KUALITAS SEKOLAH DI SMAN KABUPATEN TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 90012008 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. POB/STK-PP/03 Disiapkan oleh Tanda Tangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada jaman ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan diberbagai bidang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual 1 Hubungan antara minat belajar dan keaktifan siswa dalam organisasi dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh: Wahyu Wijayanti NIM K1402534 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN

STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN PANINGKAT SIBURIAN Abstrak Strategi pembelajaran keterampilan dasar kejuruan adalah suatu pola pembelajaran yang berisi serentetan kegiatan yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan 2.2. Karakteristik Mahasiswa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan 2.2. Karakteristik Mahasiswa 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan Tinggi rendahnya kualitas SDM ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program studi kebidanan merupakan suatu unit pelaksana teknis di bidang kesehatan yang mencetak lulusan tenaga bidan yang kompetensi dapat membantu memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor)

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor) ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor) Oleh FIRSTRI SYANPUTRI H24104085 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP TUJUAN : Setelah mengikuti kegiatan bimtek diharapkan peserta mampu Menjelaskan

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendididikan dasar dan menengah, Geografi merupakan cabang

Lebih terperinci

Build the world with studying..

Build the world with studying.. By Build the world with studying.. Menurut beberapa ahli pakar psikologi : Gage dan Berliner : belajar merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh : AINUR ROSYIDAH / FE / EA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

SKRIPSI. Diajukan Oleh : AINUR ROSYIDAH / FE / EA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011 MOTIVASI, KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR BERPENGARUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH ( Studi Empiris pada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan

Lebih terperinci

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh: N U R D I N ABSTRAK Pada umumnya, proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) masih bersifat klasikal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tuntutan hidup, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bursa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR)

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) Disusun Oleh: Anita Naliebrata H24103041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut globalisasi, dan pilar penyangganya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam menghadapi

Lebih terperinci

YOHANA INTAN NAULINA H

YOHANA INTAN NAULINA H HUBUNGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA DIVISI HUMAN RESOURCES & GENERAL AFFAIRS PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk CITEUREUP Oleh YOHANA INTAN NAULINA

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI Oleh DENY MARCIAN H24104076 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 01 UNGARAN Standar Isi Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

: BETTI KARLIATI H

: BETTI KARLIATI H ANALISIS PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PENUNJANG (STUDI KASUS PADA PEGAWAI TATA USAHA FAKULTAS (DEKANAT) DAN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh : BETTI KARLIATI

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015-2016 PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 Peraturan Dikti Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 12 Februari 2006, 23:34:08 KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02. Manual Mutu Kurikulum 2

Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02. Manual Mutu Kurikulum 2 Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02 Manual Mutu Kurikulum 2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 4 1.2 Tujuan 5 1.3 Landasan Normatif 6 BAB 2 PENGERTIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI Oleh HENNY H24103029 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, secara berturut-turut akan diuraikan tentang hal-hal berikut : latar belakang penelitian; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh ADE PUTRI UTAMI H

IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh ADE PUTRI UTAMI H IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh ADE PUTRI UTAMI H24054128 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI Skripsi Oleh : Nove Zalikha K 4303044 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 008 INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. DOKUMEN : POB-IKK-S1-01 REVISI : 00 NO. SALINAN : Bogor, 09 Februari 015 Dekan Fakultas Ekologi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah, 3) pembatasan masalah, 4) rumusan masalah, 5) tujuan dan manfaat penelitian, dan 6) ruang lingkup penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci