PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut pengembangan sistem administrasi kependudukan. Undang undang Nomor 32 Tahun 24 tentang Pemerintah Daerah pada pasal 21 ditegaskan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, daerah mempunyai kewajiban pengelolaan Administrasi Kependudukan. Administrasi kependudukan dibutuhkan sebagai data informasi pertambahan dan perkembangan penduduk serta persebarannya guna perencanaan pembangunan di daerah. Data Informasi yang akurat sebagai bahan pertimbangan yang objektif dalam menetapkan suatu kebijakan dalam perencanaan dan strategi pembangunan kedepan serta evaluasi dimasa lalu. Pelaksanaan pembangunan yang semakin meningkat membawa dampak dari adanya pertambahan penduduk, untuk diketahui keadaan penduduk dan persebaran dengan berbagai kualitas yang dimiliki diharapkan pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan dan langkah langkah strategis yang jelas dan teratur dalam penyusunan perencanaan pembangunan dan anggaran. Penyusunan pelaksanaan kebijakan dan program program pembangunan yang baik memerlukan dukungan dan kerja sama yang baik pula antara kecamatan yang ada di daerah kabupaten Tanjung Jabung Barat sehingga ketersediaan data yang lebih akurat,terkini/tepat waktu,relevan,komprehensif,konsisten dan berkesinambungan.hal ini juga berlaku untuk data kependudukan sebagai dasar penyusunan kebijakan kependudukan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan pendayagunaan data SIAK akan dapat dilakukan secara optimal,akurat dan mutahir dalam rangka mendukung pembangunan nasional 1

2 dan pembangunan daerah. Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.pengetahuan tentang aspek aspek dan komponen demografi seperti fertilitas,mortalitas,migrasi,ketenagakerjaan, perkawinan dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.kesejahteraan masyarakat menjadi latar belakang dalam penyusunan Profil Kependudukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. B. TUJUAN Tujuan penyusunan Buku Profil Kependudukan ini yaitu memberikan gambaranyang jelas mengenai kondisi perkembangan penduduk di kabupaten Tanjung Jabung Barat baik perkembangan masa lampau maupun perkembangan kedepannya, gambaran secara statistik menyangkut variabel jumlah penduduk, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan dan kematian sebagai sumber data yang disusun setiap tahun sehingga dapat dicapai sasaran yang diinginkan dari setiap kegiatan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Jumlah penduduk disuatu daerah merupakan potensi pembangunan yang besar jika berkualitas,sebaliknya jika suatu wilayah memiliki jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi kualitasnya rendah maka justru akan menjadi beban bagi proses pembangunan yang dilaksanakan. Adapun tujuan spesifik pada penyusunan Buku Profil Kependudukan ini sebagai berikut : 2

3 1. Untuk mereview dan memberikan gambaran tentang perkembangan kependudukan di Kabupaten Tanjab Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situasi kependudukan pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan untuk kemudian dipergunakan sebagai penetapan kebijakan dan program. 3. Memberi saran dan rekomendasi dalam rangka upaya peningkatan kesadaran, pengetahuan dan komitmen para perancana dan pelaku pembangunan tentang issu dan persoalan kependudukan. C. KONSEP DAN DEFINISI 1. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi andministrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain ( UU Nomor 23 Tahun 26); 3. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil ( UU Nomor 23 Tahun 26); 4. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/ atau data agregat yang struktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil ( UU Nomor 23 Tahun 26); 3

4 5. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara jumlah penduduk yang lahir, mati, dan pindah tempat tinggal ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 6. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya,berkepribadian dan layak ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 7. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas Administrasi Daerah Tingkat II ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 8. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal hal tertentu ( Sunaryo Urip BPS ) 9. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 1. Penyebaran Penduduk adalah upaya mengubah sebaran penduduk agar serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 11. Pendaftaran Penduduk adalahpencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas, atau surat keterangan kependudukan ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 12. Pencatatan Sipil adalahpencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 4

5 13. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamt, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 14. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 15. Nomor Induk Kependudukan adalah Nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 16. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi andministrasi kependudukan ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan ( UU Nomor 23 Tahun 26 ) ; 17. Data adalah fakta yang ditulis dalam bentuk catatan, gambar atau direkam kedalam bentuk media. 18. Sumber data adalah segala sesuatu tentang fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau rekam kedalam berbagai bentuk media oleh instansi / lembaga. 19. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur. 5

6 2. Kematian atau Mortalitas adalah satu dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk 21. Angka Kelahiran Total adalah rata rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya. 22. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki laki dan penduduk perempuan disuatu daerah pad awaktu tertentu. 23. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup ( UU Nomor 1 Tahun 1992 ) ; 24. Mobilitas Penduduk adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama. 25. Mobilitas penduduk permanen ( Migrasi ) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administrative ( Migran Internal ) atau batas politik/ Negara ( Migrant Internasional) 26. Mobilitas penduduk non permanenadalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administrative. 27. Migrasi Kembali adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan senssus bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal didaerah yang berbeda. 6

7 28. Migrasi seumur hidup adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan sensus tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya. 29. Migrasi risen adalah bentuk migrasi melewati batas administrasi ( desa/kec/kab/provinsi ) dimana pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu. 3. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi. 31. Penduduk usia kerja angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun. 32. Angka partisipasi angkatan kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja 33. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja. 34. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia 64 tahun keatas. 35. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 36. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda tanda kehidupan pada saat dilahirkan. 7

8 37. Angka Kematian bayi/ IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun ( 9 11 bulan ) pada suatu periode per 1. kelahiran hidup pada pertengan periode yang sama. 38. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 1. kelahiran hidup, tanpa memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya. 39. Angka partisipasi total adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan umur sekolah yaitu 7 12, 13 15, dan tahun. 4. Angka partisipasi murni adalah persentase jumlah peserta didik SD usia 7 12 tahun,jumlah peserta didik SLTP usia tahun, jumlah peserta didik SLTA usia tahun dan jumlah peserta didik PTN / PTS usia tahun dibagi jumlah penduduk kelompok usia dari masing masing jenjang pendidikan. 41. Angka partisipasi kasar adalah persentase jumlah peserta didik SD, jumlah peserta didik SLTP, jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTN / PTS dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia masing masing jenjang pendidikan ( SD usia 7-12 tahun, SLTP usia tahun, SLTA usia tahun, PTN/PTS usia tahun ). D. SUMBER DATA Sumber data yang digunakan di dalam penulisan ini merupakan data yang diambil dari Kecamatan dalam Kabupaten Tanjab Barat dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Tanjab Barat serta instansi terkait di lingkungan Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berhubungan dengan penyusunan buku profil kependudukan ini. 8

9 E. SISTEMATIKA PENULISAN Laporan Penyusunan Buku Profil kependudukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 211 disajikan atas VI (enam) bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Berisi latar belakang penyusunan, tujuan, konsep dan defenisi, sumber data dan sistematika penulisan. BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang menggambarkan tentang letak geografis, visi dan misi Pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. BAB III. PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUANTITAS PENDUDUK Pada bab ini berisikan uraian tentang perkembangan kependudukan bidang kuantitas penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas dan kepadatan penduduk, persebaran penduduk, Susunan umur penduduk dan Proforsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. BAB IV PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUALITAS PENDUDUK Pada bab ini berisikan uraian tentang perkembangan kependudukan bidang kualitas penduduk yang terdiri dari angka kelahiran ( Fertilitas / TFR ), Angka Kem,atian Kasar ( Krude Death Rade/CDR ), Jumlah Kematian Ibu, Jumlah Kematian Bayi, Angka Kecukupan Gizi Balita, Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin, Proforsi Penduduk menurut Pendidikan dan Proforsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin,serta Penduduk menurut agama. 9

10 BAB V PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG MOBILITAS PENDUDUK Pada bab ini berisikan uraian tentang perkembangan kependudukan bidang mobilitas penduduk yang terdiri dari Migrasi, Migran Masuk, Migran Keluar, Migran Neto, Angka Partisipasi Angkatan Kerja dan Angka Pengangguran Terbuka..BAB VI. PENUTUP Pada bab ini berisikan kesimpulan dari setiap permasalahan yang dibahas. 1

11 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT A. LETAK GEOGRAFIS Secara geografis wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak pada posisi koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan. Pusat pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat berada di Kota Kuala Tungkal yang berjarak ± 125 Km dari kota Jambi (Ibukota Provinsi Jambi). Kabupaten Tanjung Jabung Barat terbentuk dari pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjab Timur. Secara administrative Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan Kabupaten Tanjab Timur - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Tebo Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan data dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam Angka Tahun 27 adalah 5.53,5 Km 2, terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Namun dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 28, tentang Pembentukan Tebing Tinggi, Batang Asam, Renah Mendaluh, Muara Papalik, Seberang Kota, Bram Itam, Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang, maka wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 (tiga belas) wilayah kecamatan, 7 (tujuh puluh) desa/kelurahan. Untuk Tahun 211, setelah adanya pemekaran desa/ 11

12 kelurahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 13 ( tiga belas ) wilayah kecamatan dan 134 ( Seratus Tiga Puluh Empat ). GAMBAR : WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT B. VISI Perubahan parradigma dalam kegiatan pemerintahan diperlukan, agar pemerintah senantiasa dapat mengakomodasi kebutuhan perubahan dalam masyarakat dan memungkinkan administrasi publik menata kembali masyarakat. Hal tersebut memerlukan suatu kerangka pemikiran upaya yang terstruktur untuk memberdayakan fungsi publik agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Perubahan paradigma dapat mendorong tercapainya pemerintahan yang baik ( good governance ) memperbaiki kinerja sektor publik dan mengobati praktek administrasi yang tidak sehat. 12

13 Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan administrasi kependudukan yang merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi dan visi tidak hanya penting pada waktu berkarya, tetapi juga pada kehidupan berorganisasi itu selanjutnya yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Pada hakekatnya membentuk visi organisasi adalah menggali gambaran bersama mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa adanya rasa terpaksa. Pengertian Visi adalah suatu kemana dan bagaimana organisasi pandangan yang jauh kedepan harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten, eksis,antisipatif, inovatif serta produktif atau suatu gambaran tentang keadaan diomasa depan berisikan cita dan citra yang ingin dicapai. Visi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MAJU, AMAN, ADIL DAN MERATA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA C. MISI Pimpinan suatu organisasi harus memastikan agar visi sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan, sehingga organisasi akan efektif dan efisien dalam pencapaian Visi dan Misi akan mendorong alokasi sumber daya di seluruh unsur organisasi, sehingga kedua ungkapan tersebut harus selaras dengan tugas. Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan setiap instansi pemerintah harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus, misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya,dan bagaimana melakukannya. 13

14 Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran dan program program serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang. Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas, maka misi Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah : 1. Meningkatkan Kualitas dan Ketersediaan Infrastruktur Pelayanan Umum 2. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, Jaminan Kepastian Hukum dan HAM serta Kesetaraan Gender 3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Kehidupan Beragama dan Berbudaya 4. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Pendapatan Masyarakat berbasis Agribisnis dan Agroindustri yang Berwawasan Lingkungan 5. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban yang didukung oleh Partisipasi Masyarakat 14

15 BAB III PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DI BIDANG KUANTITAS PENDUDUK A. JUMLAH PENDUDUK Pada bab ini akan diuraikan mengenai jumlah penduduk yang dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan selama 3 ( tiga ) tahun terakhir yaitu jumlah penduduk tahun 29, jumlah penduduk tahun 21 dan jumlah penduduk tahun 211, dimana pada dekade tahun tersebut terjadi banyak sekali perubahan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai dampak adanya program pembangunan. Pada dekade tujuh puluhan hampir setiap daerah menghadapi masalah yang sama yaitu besarnya jumlah penduduk akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi serta masalah tidak meratanya penduduk disetiap daerah. Terutama antara lain daerah pedesaan dan perkotaan. Masalah jumlah penduduk perlu diperhatikan karena penduduk sebagai sumber daya ekonomi, selain sebagai modal dasar pembangunan, juga merupakan objek bagi pembangunan. Jumlah penduduk disuatu daerah selalu berubah-ubah dan perubahan penduduk dapat menjadi kurang atau pun bertambah, pada semester awal tahun 29 jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah jiwa kemudian bertambah penduduk lahir berkisar 97 jiwa, meninggal 465 jiwa, penduduk datang 921 jiwa, kemudian penduduk pindah 797 jiwa, sehingga jumlah penduduk tercatat jiwaditambah warga negara asing 141 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester sebanyak jiwa. Pada awal semester tahun 21 jumlah jiwa, kemudian bertambah penduduk lahir sebanyak jiwa, meninggal 599 jiwa, penduduk datang 1.99 jiwa kemudian penduduk pindah jiwa sehingga jumlah penduduk tercatat jiwa ditambah warga negara asing 86 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester 15

16 sebanyak jiwa, pada akhir semester 21 dan terakhir berdasarkan pengecekan dilapangan di Kabupaten/kota pada tahun 211 bahwa penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat selalu mengalami penambahan yaitu pada awal semester berjumlah jiwa, yang meninggal tercatat 4.21 jiwa, kemudian bayi lahir dan ditambah yang datang dari berbagai daerah baik migran maupun yang tidak tetap sebanyak jiwa, dan jumlah ini selalu dipengaruhi juga dengan penduduk yang pindah sekitar 776 jiwa sehingga jumlah penduduk tercatat jiwaditambah warga negara asing 89 jiwa sehingga jumlah penduduk akhir semester tahun 211 sebanyak jiwa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Kecamatan Penduduk Tahun 29 ( Jiwa ) Penduduk Tahun 21 ( Jiwa ) Penduduk Tahun 211 ( Jiwa ) Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang Jumlah Sumber Data : DUK CAPIL Kab. Tanjab Barat 16

17 B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 1999 berjumlah jiwa dan meningkat menjadi jiwa pada tahun 23. Sedangkan pada tahun 24 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat terus mengalami peningkatan menjadi jiwa. Pada priode tahun 21 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat jauh mengalami peningkatan menjadi jiwa dan pada tahun 211 juga mengalami peningkatan menjadi jiwa. Untuk periode tahun laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata sebesar 2,59 persen pertahun. Akan tetapi pada awal periode tahun rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 4,64 persen.untuk melihat pertumbuhan penduduk dari tahun dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2 Laju Pertumbuhan Penduduk tahun No Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Sumber data : Duk capil Kab. Tanjab Barat Laju Pertumbuhan - 2,12 1,57 1,4 7,85,12 5,8 9,1,18,3 1,68 13,1 7,61 17

18 Dari tabel diatas dapat dilihat laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat paling besar terjadi pada tahun 21 sebesar 13,1 persen. Pertumbuhan penduduk dalam konteks peningkatan Jumlah penduduk sebagai salah satu sumber daya ekonomi yang kontruktif memiliki arti bahwa suatu pihak sumber daya manusia dipandang sebagai modal kekuatan, namun dilain pihak dapat merupakan hambatan terhadap keberhasilan pembagunan nasional, khususnya dilihat dari segi pembagunan ekonomi sebagai modal atau potensi, apabila lapangan kerja tersedia dengan cukup. Kenyataan lapangan kerja tidak tersedia dengan cukup sehingga mengakibatkan pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penduduk. Dan hal ini merupakan salah satu tantangan yang besar bagi para penyusun rencana atau kebijakan pembagunan. C. LUAS DAN KEPADATAN PENDUDUK Kepadatan penduduk pada hakekatnya merupakan komponen penduduk berdasarkan geografis, dimana data kepadatan penduduk dapat dilihat apakah komposisi tersebut merata atau tidak, oleh karena itu kepadatan dapat dilihat menurut wilayah administrative yang lebih kecil. Melalui kepadatan penduduk dapat dilihat dimana saja terjadi pemusatan penduduk. Indikator kepadatan ini dinyatakan dalam presentase, sehingga dapat dilihat polanya. Kepadatan penduduk paling tidak dipengaruhi tiga faktor yaitu letak geografi, keadaan sosial, ekonomi dan faktor demografi. Keadaan iklim dan kesuburan tanah merupakan faktor geografi utama yang berpengaruh terhadap persebaran penduduk disuatu wilayah. Sedangkan faktor sosial dan ekonomi yang cukup berpengaruh terhadap persebaran penduduk antara lain budaya dan tujuan hidup penduduk serta ketersedian fasilitas untuk kegiatan sosial ekomoni. Sementara faktor demografi yang cukup berpengaruh. Diantaranya kelahiran, kematian dan migran. 18

19 No Tabel 3 menunjukan bahwa tahun 29 Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergolong Kabupaten yang berpenduduk jarang kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk di kabupaten / kota di pulau jawa, dimana jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat, kalau kita lihat pada tabel 1 dan tabel 3 bahwa jumlah penduduk tahun 29sebanyak dengan kepadatan 5,39 orang per km² dan tahun 21 jumlah penduduk sebanyak dengan kepadatan 57,91 orang per km² dan tahun 211 jumlah penduduk sebanyak dengan kepadatan 62,68 orang per km². Tabel 3 Luas dan Kepadatan Penduduk Perkecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun Kecamatan Luas Wilayah (km²) Kepadatan penduduk per Km² Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang 345,69 1,31 44,13 57,21 311,65 342, ,37 473,72 336,38 121,29 312,66 185,89 426,66 33,8 66,17 51,82 36,4 41,4 79,7 19,18 21,95 23,75 79,78 49,33 61,25 51,28 36,9 683,43 6,7 4,29 5,6 95,95 21,55 26,13 29,92 8,3 53,17 67,53 63,7 39,25 766,92 63,57 44,34 53,3 11,11 23,9 27,5 31,41 82,8 55,83 68,84 66,17 Sumber data Dukcapil Kab.Tanjab Barat 5.9,82 5,39 57,91 62,68 19

20 Kalau kita lihat dari tabel tersebut diatas bahwa pola kepadatan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat di masing-masing kecamatan tidak menunjukan perubahan yang berarti, Kecamatan Tungkal Ilirmerupakan daerah terdapat dimana dengan luas wilayah 1,31 km 2 dengan kepadatan penduduk 683,43 orang per km² pada tahun 21 jumlah penduduk orang dan untuk tahun 211 dengan jumlah penduduk sebanyak orang kepadatan penduduknya mencapai 766,92 orang per km², sedangkan Kecamatan Batang Asam dengan luas wilayah yang besar 1.42,37 km 2 pada tahun21 penduduk yang tercatat penduduknya yaitu orang, dengan kepadatan penduduk 21,55 orang per km² dan pada tahun 211 dengan jumlah penduduk orang dengan kepadatan penduduknya 23,9orang per km². Konsentrasi kepadatan penduduk di Kecamatan Tungkal Ilir merupakan ibu kota Kabupaten Tanjab Barat yang dengan segala fasilitasnya mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk didaerah sekitarnya untuk berimigrasi ke ibu kota Kabupaten Tanjab Barat. D. PERSEBARAN PENDUDUK. Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administrative, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tersebar di beberapa kecamatan (13 kecamatan). Pola persebaran penduduk antar daerah akan berbeda dan sangat tergantung pada potensi masing-masing Kecamatan yang merupakan penyebab ketidak merataan jumlah penduduk antaranya faktorfaktor yang menyebabkan penyebaran penduduk tidak seimbang, ada kaitannya antara manusia dan lingkungan hidup yang ditempatinya, baik dilingkungan fisik, sosial dan budaya. Semuanya faktor tersebut akan berpengaruh dalam penyebaran penduduk dan pergerakan manusia dalam mencapai tujuan hidup yang dicita-citakanya penyebaran penduduk yang 2

21 tidak merata akan berakibat adanya tekanan-tekanan pada wilayah yang mengalami penumpukan penduduk diantaranya adalah penekanan terhadap sumber daya alam yang ada dan kebutuhan penyedian lapangan kerja sarana dan prasarana kehidupan lainnya. Jika daerah tersebut tidak dapat mengakses setiap tekanan tersebut maka akan berakibat menurunnya kualitas hidup dan lingkungan. Penyebaran penduduk yang tidak merata sebenarnya bersifat universal karena banyak dijumpai hampir di seluruh Kabupaten / Kota dan Provinsi di Indonesia. Gejala ini perlu dikemukakan disini adalah meningkatkan prosentasi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan antara lain yang disebabkan adanya urbanisasi setiap tahun dan urbanisasi ini terus diperkirakan meningkatnya dan bertambah dikemudian hari, sejalan dengan pesatnya pembagunan yang dilaksanakan.informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya di sertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Tabel 4 Persentase penyebaran penduduk Kabupaten Tanjab Barat tahun 211 Kecamatan Jumlah penduduk Tahun 211 Luas Wilayah ( Km²) Penyebaran Penduduk ( % ) Tungkal Ulu ,69 4,51 Tungkal Ilir ,31 24,35 Pengabuan ,13 44,13 Betara ,21 8,57 Merlung ,65 5,48 Tebing Tinggi ,89 12,23 Batang Asam ,37 8,5 Renah Mendaluh ,72 4,24 Muara Papalik ,38 3,69 21

22 Seberang Kota ,29 2,95 Bram Itam ,66 5,29 Kuala Betara ,89 3,73 Senyerang ,66 8,5 Jumlah ,82 1, Sumber data : Tanjung Jabung Barat dalam angka Tahun 211 Dari tabel diatas dapat dilihat persebaran penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terbesar di Kecamatan Tungkal Ilir 24,35 persen. Angka persebaran penduduk di kecamatan ini sangat signifikan dibanding kecamatan yang lain. Sedangkan, tingkat persebaran penduduk terendah berada di Kecamatan Seberang Kota yaitu 2,95 persen. Ada dua faktor yang menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk daerah perkotaan, pertama, perpindahan penduduk di daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Daerah perkotaan menjadi daya tarik karena lebih tingginya fasilitas yang lebih luas seperti fasilitas pendidikan, perumahan, kesehatan dan lain-lain. Fasilitas tersebut lebih baik dari yang tersedia di daerah pedesaan. Kedua, perubahan status desa dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Perlu ditambahkan disini bahwa status perkotaan suatu desa antara lain ditentukan oleh tersedianya fasilitas didesa tersebut. Pembagunan yang dilaksanakan selama ini kenyataan menambah berbagai fasilitas seperti listrik, sarana pendidikan kesehatan perumahan,transportasi dan lain-lain.kepadatan penduduk merupakan rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Ada wilayah yang padat penduduknya bukan semata-mata karena jumlah penduduk besar tetapi karena wilayahnya sangat sempit dilain pihak ada pula yang padat penduduknya karena memang besar jumlahnya. 22

23 E. SUSUNAN UMUR PENDUDUK Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga di sebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat di lihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal ( single age ), dan yang di kelompokan dalam lima tahunan. Pengelompokan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk di suatu wilayah dianggap penduduk muda apabila penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai sebesar 4 persen atau lebih dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya penduduk di sebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas diatas 1 persen dari total penduduk. Karakteristik penduduk menurut umur dapat di tabulasi silang dengan jenis kelamin atau dapat juga ditabulasi silang dengan kakteristik sosial misalnya penduduk menurut umur dan tingkat pendidikan tertinggi yang di tamatkan, penduduk menurut umur dengan tempat tinggal, penduduk menurut umur dengan status pekerjaan dll. Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan di butuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi 23

24 sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia -14) termasuk bayi dan anak (usia -4) dan penduduk yang di anggap kurang produktif (65- tahun keatas). Juga dapat di lihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai penduduk menurut umur di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat di lihat pada tabel 5 berikut ; Tabel 5 Susunan Umur Penduduk Tahun Tahun Umur ( % ) Jumlah 21 28,35 68,52 3, ,79 7,71 3,5 1 Sumber : Data SIAK Dinas Kependudukan Tanjung Jabung Barat Dari tabel diatas digambarkan bahwa penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 211 mengalami peningkatan menjadi 7,71 persen pada usia produktif ( umur tahun ). F. PROFOPORSI PENDUDUK BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN Beragam komposisi penduduk dapat disusun. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin sering digunakan, utamanya untuk analisis yang berkaitan dengan biologis, ekonomis maupun sosial.komposisi penduduk menurut struktur umur dan jenis kelamin merupakan komposisi penduduk yang paling pokok, sebab keduia ini sangat mempengaruhi perilaku demografi, selain itu kedua ciri ini pun mudah dikombinasikan dengan karekteristik sosial, ekomomi muapun geografis. Struktur umur kependuduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu 24

25 kelahiran, kematian dan imigrasi ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang lain. Kalau salah satu variabel berubah, kedua variabel yang ikut berubah. Faktor sosial ekonomi juga akan mempengaruhi struktur umur penduduk disuatu wilayah. Struktur umur penduduk antara Negara satu dengan Negara yang lain atau satu wilayah dengan wilayah lain bisa tidak sama. Perbedaan struktur umur antar wilayah akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial ekomomi, seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk dan masalah pendidikan. Untuk mengindikasikan bahwa secara perlahan struktur umur penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat mulai bergeser ini sesuai dengan proses yang panjang agar struktur umur penduduk bergeser dari penduduk muda ke penduduk tua. Tabel 6 Proforsi Penduduk menurut kelompok umur Tahun 211 Umur Penduduk Tahun 211 Laki laki Perempuan Jumlah -4 1,889 1,219 21, ,197 14,815 3, ,267 14,586 29, ,593 13,615 28, ,711 15,69 29, ,427 16,258 32, ,888 15,77 32, ,357 13,61 27, ,744 11,18 23, ,126 7,991 17,117 25

26 5-54 7,58 6,59 14, ,25 4,249 9, ,656 3,179 6, ,458 2,198 4, ,884 1,536 3,42 >75 1,555 1,351 2, Sumber data : Dinas Dukcapil Kab Tanjab Barat Piramida Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat > L P

27 Pada tabel dan gambar Piramida penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 211 diatas dapat digambarkan bahwa penduduk usia muda lebih dominan yaitu usia dari 2 34 Tahun. Pada dasar dan badan piramida yang cukup lebar menunjukkan kelompok penduduk ini memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi, sementara puncak piramida yang menciut tajam menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua. 27

28 BAB IV PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DIBIDANG KUALITASPENDUDUK A. ANGKA KELAHIRAN ( FERTILITAS/TFR) Salah satu komponen demografi yang dapat menpengaruhi proses demografi adalah kelahiran (fertilitas) istilah fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita subur. angka kelahiran adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Angka ini diperoleh dengan menjumlahkan dengan penduduk awal dengan penduduk akhir pada tahun tertentu dan ini merupakan ukuran paling baik untuk membandingkan angka kelahiran dibeberapa daerah/negara dan salah satu usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran adalah dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 9 an. Program ini di intensifkan sehingga diharapkan seluruh pasangan usia subur dapat menggunakan atau memakai alat/cara yang deprogram oleh Pemerintah. Program KB ini mulai pelaksanaan secara gratis sampai dengan lingkaran biru dan lingkaran emas yang diperkenalkan kepada masyarakat secara umum. Untuk mengetahui angka kelahiran atau jumlah anak yang dilahirkan, berdasarkan hasil pemantauan tim pembuatan buku ini yang dihimpun dari semua Kecamatan dalam kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tercatat dari tahun 29sampai dengan tahun 211 bahwa bayi yang lahir tahun 29 sebanyak 94 orang bayi, pada tahun 21 lahir orang bayi, dan tahun 211 sebanyak orang bayi, dan untuk mengetahui sampai seberapa jauh jumlah penduduk dari masing-masing Kecamatan dan jumlah angka kelahiran dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 28

29 Tabel 7 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan tahun 29 Kecamatan Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang Jumlah Penduduk Awal Angka Kelahiran Jumlah Penduduk Akhir % 2,55 3,31 3,47 2,53 2,74 1,47 9,57 6,37,88 3,41 2,85 5,54 5,35 Kabupaten ,78 Sumber Data : Dukcapil Kab. Tanjab Barat Angka kelahiran pada tahun 29 berdasarkan jumlah penduduk tahun tersebut kalau dihitung angka kelahiran kasar bahwa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini menunjukan bahwa tahun 29 angka bayi lahir sebanyak 94 bayi, ini berarti bahwa setiap1. penduduk terdapat kelahiran bayi sekitar 3 4 orang bayi yang lahir. Kemudian pada tahun 21 kalau kita lihat pada tabel 8 dibawah, bahwa angka kelahiran ini meningkat menjadi1.376bayi atau 5,7 persen, hal ini menunjukan bahwa setiap 1. orang terdapat bayi yang lahir di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 5-6 bayi. 29

30 Tabel 8 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan Tahun 21 Jumlah Jumlah Kecamatan Penduduk Angka Kelahiran Penduduk % Awal Akhir Tungkal Ulu ,35 Tungkal Ilir ,56 Pengabuan ,66 Betara ,56 Merlung ,49 Tebing Tinggi ,99 Batang Asam ,35 Renah Mendaluh ,72 Muara Papalik ,55 Seberang Kota ,99 Bram Itam ,24 Kuala Betara ,68 Senyerang ,2 Kabupaten ,7 Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat Kalau kita lihat dari tahun 29,21 dan tahun 211 bahwa angka kelahiran ini selalu mengalami peningkatan terus dimana pada tabel Sembilan tercatat sebanyak orang bayi atau setiap 1. penduduk maka bayi yang lahir sebanyak 6-7 orang bayi. Hal ini merupakan suatu tantangan Pemerintah dalam mengurangi angka kelahiran dengan melalui program keluarga berencana untuk menekan atau mengurangi jumlah angka kelahiran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Kewajiban pemerintah memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang Keluarga Berencana, disamping itu juga memberikan pemahaman dan kesadaran hak dan kesehatan reproduksi remaja masih rendah,masih tabu di masyarakat Kabupaten Tanjung jabung Barat untuk membicarakan masalah reproduksi secara terbuka dalam keluarga, dan remaja merasa lebih nyaman mendiskusikannya secara terbuka dengan sesama teman. 3

31 Tabel 9 Jumlah Angka Kelahiran Perkecamatan Tahun 211 Jumlah Jumlah Kecamatan Penduduk Angka Kelahiran Penduduk % Awal Akhir Tungkal Ulu ,25 Tungkal Ilir ,8 Pengabuan ,56 Betara ,57 Merlung ,6 Tebing Tinggi ,73 Batang Asam ,5 Renah Mendaluh ,54 Muara Papalik ,88 Seberang Kota ,63 Bram Itam ,7 Kuala Betara ,29 Senyerang ,99 Kab.Tanjab Barat ,89 Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat Kalau kita lihat ke tiga tabel tersebut diatas selama tiga tahun bahwa jumlah angka kelahiran di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami peningkatan sekitar 4,91 persen pertahun hal ini akan mempengaruhi penambahan jumlah penduduk. Penambahan penduduk dari suatu kelahiran akan merupakan penambahan program pemerintah, untuk kebutuhan penduduk juga menjadi pelopor peningkatan partisipasi penduduk dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan berpartisipasi aktif serta lomba mengetengahkan kemajuan untuk penguatan persatuan bangsa, meningkatkan kualitas kehidupan, memacu pemberdayaan masyarakat, mencerdaskan kehidupan bangsa dan pada saat mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota/ bahkan akan sangat besar 31

32 manfaatnya bagi program pembagunan, kesehatan, pendidikan, peningkatan ekonomi keluarga, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Dalam perkembangan kelahiran penduduk satu-satunya permasalahan mendasar dibidang Adminitrasi kependudukan yang dicoba dicari solusinya lewat kehadiran Undang-undang Adminitrasi kependudukan yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 26 yang intinya dengan Undangundang tersebut diharapkan 6 (enam) permasalahan dapat dicari pemecahannya yaitu persoalan dasar hukum, eksistensi kelembagaan, pemantapan mekanisme penyelenggaraan, ketersediaan aparatur pelaksana, pengelolaan data dan dokumen serta partisipasi masyarakat. Untuk mendukung itu semua, Kecamatan dalam Kabupaten Tanjab Barat senantiasa dituntut agar mampu menyerasikan kebijakan kependudukannya dan memantau perkembangan tingkat kelahiran penduduk di wilayahnya. B. ANGKA KEMATIAN KASAR (Krude Death Rate/CDR) Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kematian dewasa ini umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degenerative, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh 32

33 penyakit sistem pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anakanak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di suatu daerah. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat (Budi Oetomo, 1985). Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Angka kematian kasar merupakan indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada Indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila di kurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1 penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan degan penduduk yang masih muda. Rincian mengenai angka kematian kasar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 29 dapat dilihat pada tabel berikut ; 33

34 Tabel 9 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 29 Jumlah Jumlah Kecamatan Penduduk Angka Kematian Penduduk % Awal Akhir Tungkal Ulu ,66 Tungkal Ilir ,35 Pengabuan ,5 Betara ,75 Merlung ,72 Tebing Tinggi ,55 Batang Asam ,5 Renah Mendaluh ,9 Muara Papalik ,27 Seberang Kota ,76 Bram Itam ,4 Kuala Betara ,64 Senyerang ,79 Kabupaten ,77 Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat Angka kematian pada tabel tersebut diatas bahwa setiap 1. penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terjadi peristiwa kematian penduduk sekitar 441 Jiwa,kemudian pada tahun 21 bahwa peristiwa kematian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Kecamatan Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tabel 1 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 21 Jumlah Penduduk Awal Angka Kematian Jumlah Penduduk Akhir % 1,4 2,64 3,5 5,33 2,17 34

35 Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang ,13 1,2 1,32 1,22 3,4 1,12,92,57 Kabupaten ,9 Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat Angka kematian pada tabel tersebut diatas bahwa setiap 1. penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 21terjadi peristiwa kematian penduduk sekitar 2-3 Jiwa, sedangkan tahun 211 ini dengan jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak jiwa sedangkan yang mengalami peristiwa kematian dari jumlah penduduk 1 jiwa terdapat 3 4 jiwa yang mati. Tabel 11 Jumlah Angka Kematian Perkecamatan Tahun 211 Kecamatan Jumlah Penduduk Angka Kematian Jumlah Penduduk % Awal Akhir Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang ,13 4,58 2,46 2,36 2,6 1,22 1,42 3,1 4,27 7,32 4,46 3,79 1,74 Kabupaten ,9 Sumber data : Duk Capil Kab. Tanjab Barat 35

36 Dari jumlah penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan tabel tersebut bahwa terjadi peristiwa kematian pada tahun 211 sekitar 3 4 orang. Kematian dapat disebabkan dari faktor umur, kesehatan dan faktor lainnya yang mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk yang ada akan tetapi kalau dibandingkan jumlah penduduk yang lahir bahwa angka kematian tidaklah menunjukkan perubahan yang berarti. C. JUMLAH KEMATIAN IBU Dinamika proses pertambahan penduduk dalam ilmu kependudukan adalah suatu bidang yang luas dimensinya yang dapat dipengaruhi oleh (sosial,ekonomi, pendidikan dan kesehatan) yang disederhanakan kedalam proses kelahiran dan kematian. Penyederhanaan kompeksitas dinamika kependudukan terbagi kedalam 2 (dua) symbol positif (kelahiran) dan symbol Negatif (kematian), belum cukup untuk menggambarkan kenyataan atau perlu dirinci lebih lanjut, terdapat suatu hubungan sirkuler antara orang yang Imun (kekebalan terhadap suatu penyakit), orang yang rentan, orang yang terinfeksi tetapi belum menjadi sakit dalam suatu siklus epidemi. Orang umum akan menjadi rentan akibat kehilangan daya kekebalannya dan dipengaruhi oleh lamanya umur (daya tahan) orang tersebut terhadap gangguan sekelilingnya. Orang yang rentan akan terinfeksi yang dipengaruhi laju kontak sehingga dating masa inkubasi yang akhirnya sakit. Orang yang sakit sebagian akan mati oleh karena adanya proses orang mati yang besarnya ditentukan oleh faktor-faktor kematian. 36

37 Tabel 12 Jumlah Kematian Ibu Perkecamatan Tahun 211 Kecamatan Jumlah % Jumlah Ibu Hamil Tungkal Ulu 328 Tungkal Ilir 1752 Pengabuan 1,16 64 Betara 1, Merlung 397 Tebing Tinggi 2, Batang Asam 615 Renah Mendaluh 1,32 38 Muara Papalik 2, Seberang Kota 21 Bram Itam 388 Kuala Betara 1, Senyerang 576 Kabupaten 8, Sumber data : Dinkes Kab Tanjab Barat tahun 211 Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat kematian ibu pada tahun 211 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sekitar,11 persen dari ibu yang hamil. D. JUMLAH KEMATIAN BAYI Sejalan dengan itu permasalahan yang terjadi karena kelahiran bayi keterkaitan erat dengan pemutahiran data yang merupakan sumber data yang akurat dan hasil data tersebut dapat mempresentasikan data jumlah penduduk. Pada tingkat kelahiran bayi, Pemerintah mengharapkan Seluruh Kota di Indonesia memulai database kependudukan yang berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional. Namun seiring meningkatnya 37

38 kelahiran,masalah kematian bayi juga terjadi dari setiap kelahiran baik ditingkat pusat dan daerah. Untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat tingkat kematian bayi pada tahun 211 mencapai 26 jiwa dengan tingkat kematian rata-rata per kecamatan/kota sebagaimana pada tabel berikut dibawah ini. Tabel 13 Jumlah Kematian Bayi Perkecamatan Tahun 211 Kecamatan Jumlah Kematian Bayi % Jumlah Bayi yang lahir Tungkal Ulu Tungkal Ilir Pengabuan Betara Merlung Tebing Tinggi Batang Asam Renah Mendaluh Muara Papalik Seberang Kota Bram Itam Kuala Betara Senyerang ,27,46 1,1 1,24,25,12,17,52,34, Kabupaten 26, Sumber data : Dinkes Kab Tanjab Barat Th 211 E. ANGKA KECUKUPAN GIZI BALITA Kebahagian Keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang anak. Anak-anak yang lahir perlu tumbuh dalam kasih sayang orang tua yang tercermin melalui karekter yang baik, santun dan penuh solidaritas sehingga menjadi keluarga yang harmonis. 38

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2014 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Bupati Sekadau Simon Petrus, S.Sos, M.Si, Wakil Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si, Kepala Biro Dukcapil Drs. Sopiandi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH

Rupinus, SH, M.Si Rupinus, SH, M.Si Aloysius, SH, M.Si Ignasius Boni, SH, MH Bupati Sekadau Rupinus, SH, M.Si saat pembukaan Sosialisasi Kebijakan Kependudukan Penuntasan Perekaman Biometrik KTP-EL, Akta Kelahiran 0-18 Tahun dan Pemberian Kartu Identitas Anak (KIA) Bupati Sekadau

Lebih terperinci

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015

PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 PROFIL KEPENDUDUKAN KABUPATEN SEKADAU 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 Drs. YOHANES JHON, MM SEKRETARIS DAERAH Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2011

Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yang di maksud dengan pendudukan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 adalah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN SERTIFIKAT GRATIS BAGI MASYARAKAT MISKIN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PELAYANAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MERLUNG DAN DESA TANJUNG MAKMUR KECAMATAN MERLUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kerangka pembangunan good Governance, kebijakan umum pemerintah adalah ingin menjalankan pemerintah yang berorientasi pada hasil ( Result Oriented government).

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BRAM ITAM RAYA, DESA PANTAI GADING, DESA JATI EMAS, DESA KEMUNING,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 16 TAHUN 2009 TLD NO : 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan kependudukan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MEKAR ALAM, DESA HARAPAN JAYA, DESA KUALA KAHAR DAN DESA MUARA SEBERANG

Lebih terperinci

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013

UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 UU ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UU 23 TAHUN 2006 DIPERBAHARUI UU 24 TAHUN 2013 Administrasi Kependudukan Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Karimun, Dinas Kependudukan Catatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS 2011 SEMUA ANAK INDONESIA KABUPATEN SAMPANG TERCATAT KELAHIRANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

1. Masalah Jumlah Penduduk

1. Masalah Jumlah Penduduk Pengertian Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam

Lebih terperinci

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI 1 SALINAN BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR : 3 TAHUN 2016 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A. Fakultas Geografi, UGM 1 Data Sosial Ekonomi a) Kondisi Fisik Wilayah b) Kondisi Kependudukan c) Kondisi Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM SATU MILYAR SATU KECAMATAN (SAMISAKE) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

-1- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG -1- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam fungsi pelayanan publik, yaitu fungsi pelayanan masyarakat (public service function),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA Menimbang : a. PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TERJUN GAJAH, DESA LUBUK TERENTANG, DESA PEMATANG BULUH, DESA MUNTIALO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA SUNGAI LANDAK, DESA SUNGSANG DAN DESA SUNGAI KEPAYANG KECAMATAN SENYERANG

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan. No.348,2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI PATI,

TENTANG BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N 24 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N SERI E NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN Http://arali2008.wordpress.com LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN OLEH Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar Analisa kependudukan dibatasi pada analisa distribusi jenis kelamin dan usia,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini, diucapkan terima. kasih. Jambi, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Jambi

Sekapur Sirih. Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini, diucapkan terima. kasih. Jambi, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Jambi Sekapur Sirih Laporan Eksekutif data agregat per kabupaten/kota hasil Sensus Penduduk 2010 ini menyajikan data dasar penduduk yang diperoleh dari pelaksanaan SP2010 pada periode Mei 2010. Cakupan data

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan

rangkaa standar minimal menyeluruh untuk berdasarkan Nomor Kepulauan BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG SALINAN NOMOR 7/E, 2009 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DATARAN PINANG, DESA TANJUNG PASIR, DESA SUNGAI GEBAR BARAT, DESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Penyelenggaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerbitan Penerbitan adalah proses pencatatan diri seseorang atau harta bendanya menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak pendaftaran sampai penandatanganan/pengesahan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE 0 SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 7 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG OTOMATISASI AKTA KELAHIRAN, KARTU KELUARGA, KARTU IDENTITAS ANAK DAN AKTA KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci